• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT Peneliti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT Peneliti"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT

[ Penelitian di Desa Sukaresik ]

Bahasa Indonesia dan Sosiologi

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Praktik

Disusun oleh :

Rudi Indra Gunawan

XII IIS 4

Kementrian Agama Republik Indonesia

Madrasah Aliyah Negeri 3 Tasikmalaya

Jl. Panumbangan 33

(2)

KATA PENGANTAR

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyrakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara norml sebagaiman dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut dinamkan maslah-masalah sosial.

Maslah-masalah sosial tersebut berbeda dengan problema-problema lainya di dalam masyarakat karena masalah-masalah sosial tersebut berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antarmanusia dan di dalam kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal ini dinamakan masalah karena bersnagkut-paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.

Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah masalah sosial ini adalah :

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan masalah sosial 2. Menjelaskan tentang kemiskinan sebagai masalah sosial 3. Menjelaskan tentang kesenjangan sosial sebagai masalah sosial 4. Menjelaskan tentang kriminalitas sebagai masalah sosial 5. Menjelaskan tentang ketidakadilan sebagai masalah sosial

2. TUJUAN

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Masalah Sosial

Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan sosial. Kata “sosial” membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, politik, fisika, kimia, dan masalah lainnya. Meskipun bidang-bidang ini masih terkait dengan masalah sosial. Kata “sosial” antara lain mengacu pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Sementara itu kata “masalah” mengacu pada kondisi, situasi, perilaku yang tidak diinginkan, bertentangan, aneh, tidak benar, dan sulit.

Adanya berbagai pandangan para tokoh sosiologi tentang masalah sosial. Pandangan itu antara lain, sebagai berikut :

1) Arnold Rose mengatakan bahwa dapat didefinisikan sebagai suatu situasi yang telah memengaruhi sebagian besar masyarakat sehingga meraka percaya bahwa situasi itu adalah sebab dari kesulitan mereka situasi itu dapat diubah.

2) Raab dan Selznick berpandangan bahwa masalah sosial adalah masalah hubungan sosial yang menentang masyarakat itu sendiri atau menciptakan hambatan atas kepuasan banyak orang.

3) Richard dan Richard berpendapat bahwa masalah sosial adalah pola perilaku dan kondisi yang tidak di inginkan dan tidak dapat diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.

Ada 2 elemen penting terkait dengan definisi masalah sosial. Elemen yang pertama adalah elemen objektif. Elemen objektif menyangkut keberadaan suatu kondisi sosial. Kondisi sosial disadari melalui pengalaman hidup kita, media dan pendidikan, kita bertemu dengan peminta-peminta yang terkadang datang dari rumah ke rumah. Kita menonton berita tentang peperangan, kemiskinan, dan human trafficking atau perdagangan manusia. Kita membaca diberbagai media, surat kabar, bagaimana orang kehilangan pekerjaannya.

Sementara itu elemen subjektif adalah masalah sosial menyangkut pada keyakinan bahwa kondisi sosial tentu berbahaya bagi masyarakat dan harus diatasi. Kondisi sosial seperti itu antara lain adalah kejahatan, penyalahgunaan obat, dan polusi. Dan kondisi ini tidak dianggap oleh masyarakat tentu sebagai masalah sosial tetapi bagi masyarakat yang lain, kondisi itu dianggap sebagai kondisi yang mengurangi kualitas hidup manusia.

2. Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial

Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Tingkat kemiskinan di masyarakat dapat diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu:

1. Secara absolut, artinya kemiskinan tersebut dapat diukur dengan standar tertentu. Seseorang yang memiliki taraf hidup di bawah standar, maka dapat disebut miskin. Namun, jika seseorang yang berada di atas standar dapat dikatakan tidak miskin.

2. Secara relatif, digunakan dalam masyarakat yang sudah mengalami perkembangan dan terbuka. Melalui konsep ini, kemiskinan dilihat dari seberapa jauh peningkatan taraf hidup lapisan terbawah yang dibandingkan dengan lapisan masyarakat lainnya.

Selain itu, kemiskinan juga dapat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang melatarbelakangi adanya sumber masalah kemiskinan, yaitu:

(6)

Kondisi individu yang memiliki kelemahan biologis, psikologis, dan kultural dapat dilihat dari munculnya sifat pemalas, kemampuan intelektual dan pengetahuan yang rendah, kelemahan fisik, kurangnya keterampilan, dan rendahnya kemampuan untuk menanggapi persoalan di sekitarnya.

1. Faktor Struktural

Kemiskinan struktural biasanya terjadi dalam masyarakat yang terdapat perbedaan antara orang yang hidup di bawah garis kehidupan dengan orang yang hidup dalam kemewahan. Ciri-ciri masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, yaitu:

1) Tidak adanya mobilitas sosial vertikal.

2)Munculnya ketergantungan yang kuat dari pihak orang miskin terhadap kelas sosial-ekonomi di atasnya.

4. Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas yang terjadi di lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar individu. Tindakan kriminalitas yang ada di masyarakat sangat beragam bentuknya, seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Tindakan kriminalitas yang terjadi di masyarakat harus menjadi perhatian aparat polisi dan masyarakat sekitar. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah kriminalitas di lingkungan masyarakat, antara lain:

1. Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum.

2. Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur pemerintah lainnya yang saling berhubungan.

3. Adanya partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan kriminalitas.

4. Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung adanya tindakan kejahatan.

5. Kesenjangan Sosial Sebagai Masalah Sosial

Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedakan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini, memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah, apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihatpun mereka enggan.

Disaat banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat tinggal dan tidur dijalanan, namun masih banyak orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang , banyak orang diluar sana yang kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi lebih banyak pula orang kaya sedang asyik menyantap berbagai makanan enak yang harganya selangit. Disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena pakaian yang tidak layak mereka pakai, namun banyak orang kaya yang berlebihan membeli pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari para designer seharga 250.000 juta, dengan harga sebanyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang-orang miskin yang kelaparan.

Kesenjangan sosial yang terjadi diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :

(7)

Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah, namun

3. Tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah

4. Sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral, dan

5. Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidaksanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.

Budaya kemiskinan bukanlah hanya merupakan adaptasi terhadap seperangkat syarat-syarat obyektif dari masyarakat yang lebih luas, sekali budaya tersebut sudah tumbuh, ia cendrung melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi melaui pengaruhnya terhadap anak-anak. Budaya kemiskinan cendrung berkembang bila sistem-sistem ekonomi dan sosial yang berlapis-lapis rusak atau berganti, Budaya kemiskinan juga merupakan akibat penjajahan yakni struktur ekonomi dan sosial pribumi didobrak, sedangkan status golongan pribumi tetap dipertahankan rendah, juga dapat tumbuh dalam proses penghapusan suku. Budaya kemiskinan cendrung dimiliki oleh masyarakat serta sosial yang lebih rendah, masyarakat terasing, dan warga korban yang berasal dari buruh tani yang tidak memiliki tanah.

Menurut Parker Seymour dan Robert J. Kleiner (1983) formulasi kebudayaan kemiskinan mencakup pengertian bahwa semua orang yang terlibat dalam

8. Pilihan sebagai posisi pekerja kasar, dan

9. Tingkat kompromis yang menyedihkan.

(8)

berfungsi bagi penyesuaian diri. Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri.

1. Lapangan Pekerjaan

Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat, sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan bagi pemerintah saat ini.

6. Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial

Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun dan tidak sewenang-wenang. Sedangkan menurut istilah keadilan adalah penagkuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu :

1. Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan tidak sama yang tidak sama

2. Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya digunakan dalam hal hukum bisnis

3. Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan semula, biasanya digunakan dalam perkara gugatan ganti kerugian.

Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di pengadilan dimana fokusnya adalah pelaku

2. Keadilan restoratif, yaitu keadlian yang berlaku dalam proses penyelesaian sengketa non-litigasi dimana fokusnya bukan pada pelaku, tetapi pada kepentingan “victims” (korban).

Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.

Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan hukum. Ini jelas merupakan sebuah ketidakadilan.

(9)

penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya

Sebagai salah satu contoh lagi ketidakadilan di negara ini adalah budaya hakim sendiri. Budaya tersebut dilakukan bila terjadi tindakan kejahatan dan menangkap basah pelaku kejahatan tersebut. Pelaku kejahatan biasanya akan babak-belur atau bahkan meninggal jika polisi tidak langsung menanganinya langsung. Budaya tersebut sebaiknya tidak dilakukan oleh masyarakat, seharusnya masyarakat menyerahkan pelaku kejahatan kepada aparat hukum dan membiarkan aparat hukum yang menindak langsung terhadap tindak kejahatan. Tetapi apakah fenomena budaya hakim sendiri terjadi karena ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat hukum dan hukum yang berlaku di Indonesia? Mungkin saja fenomena hakim sendiri lahir karena aparat hukum yang tidak menegakkan hukum. Banyak juga kita lihat di televisi aparat-aparat hukum yang berlaku tidak adil, sebagai contoh kita ambil kasus korupsi simulator SIM petinggi POLRI. Seharusnya aparat hukum yang menegakkan hukum, tetapi pada kenyataannya adalah aparat hukum tersebut yang melanggar hukum. Atau bahkan seorang hakim yang seharusnya jadi pengadil di negeri ini malah disuap. Harus kemanakah mencari keadilan di negeri ini?

BAB III

PENUTUPAN

1.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah masalah sosial ini adalah :

1. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.

2. Tingkat kemiskinan di masyarakat dapat diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu: secara absolut dan secara relatif

3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya sumber masalah kemiskinan, meliputi: Faktor Biologis, Psikologis, dan Kultural dan Faktor Struktural

4. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah kriminalitas di lingkungan masyarakat, antara lain: Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum, Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur pemerintah lainnya yang saling berhubungan, Adanya partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan kriminalitas, Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung adanya tindakan kejahatan.

5. Kesenjangan sosial yang terjadi diakibatkan beberapa hal yaitu : Kemiskinan dan Lapangan pekerjaan.

6. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu : Keadilan distributif, Keadilan kommutatif, dan Keadilan remedial.

7. Keadilan dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu: Keadilan restitutif dan Keadilan restoratif.

(10)

Dengan adanya makalah ini diharapakan siswa telah mengerti dan memahami masalah sosial, sehingga dapat menerapkan nya dalam kehidupan masyarakat dan mengurangi tingkat permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri.

2. Pengertian Pendidikan……… 4

3. Pengertian Filsafat Pendidikan……….. 4

4. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan……… 7

BAB III KESIMPULAN………. 12 DAFTAR PUSATAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Filsafat tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena sejarah filsafat erat kaitannya dengan sejarah manusia pada masa lampau. Filsafat yang dijadikan sebagai pandangan hidup, erat kaitannya dnegan nilai-nilai tentang manusia yang dianggap benar sebagai pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa untuk mewujudkannya yang terkandung dalam filsafat tersebut. Oleh karena itu suatu filsafat yang diyakini oleh suatu masyarakat atau bangsa akan berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang diraaskan oleh masyarakat dan bangsa tersebut.

Filsafat pendidikan ini sebagai usaha untuk mengenalkan filsafat pendidikan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu. Adapun filsafat pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari dan berusaha mengungkap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Agar pendidikan mempunyai arti jelas, karena pendidikan sangat pesar peranannya dalam membna kemajuan suatu bangsa sesuai dengan filsafat yang diyakini.

(11)

philos (cinta) dan shopia (kebenaran). Ada juga yang berpendapat bahwa, kata falsafah berasal dari bahasa Yunani Kuno, apabila diterjemahkan secara bebas berarti “cinta akan hikmah”. Dengan demikian falsafat itu sendiri bukanlah hikmah; tetapi filsafat adalah cinta terhadap hikmah dan selalu berusaha untuk mendapatkan hikmah. Oleh karena itu, seorang filosof atau orang yang mencintai hikmah akan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian kepadanya dan menciptakan sikap yang positif terhadapnya. Di samping itu, dalam mencari hakekat sesuatu, akan berusaha menentukan sebab akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pengertian filsafat itu berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang pengertian filsafat dari beberapa ahli :

1) Menurut Muhammad Noor Syam, istilah filsafat mengandung

pengertian sebagai berikut :

a) Filsafat sebagai aktivitas pikir mumi (reflective-thinking), atau kegiatan akal manusia dalam usaha untuk mengerti secara mendalam tentang segala sesuatu.

b) Filsafat sebagai hasil kegiatan berpikir mumi mengandung pengertian bahwa filsafat merupakan wujud suatu “ilmu” sebagai hasil pemikiran dan penyelidikan berfilsafat itu. Juga merupakan suatu bentuk perbendaharaan yang terorganisir dan memiliki sistematika tertentu, atau merupakan suatu bentuk ajaran tentang segala sesuatu sebagai satu ideologi.

Dari pengertian tersebut kita memperoleh penjelasan bahwa filsafat bukan sekedar suatu aktivitas berpikir, suatu usaha dan suatu proses, melainkan mengandung kedua-duanya, yaitu sebagai aktivitas berpikir dan sebagai perbendaharaan hasil aktivitas berpikir tersebut. Bahkan sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, filsafat telah terwujud sebagai suatu ilmu yang sangat berpengaruh, juga merupakan suatu falsafah negara yang akan selalu dijungjung tinggi.

Setiap uraian tentang pengertian filsafat akan selalu mencakup kedua makna tersebut, sebab keduanya memiliki hubungan yang erat antara aktivitas dengan produknya.

2) Menurut W H. Kilpatrick,

filsafat adalah pembahasan secara kritis tentang nilai-nilai kehidupan yang berlawanan, sedapat mungkin berusaha untuk mendapatkan cara bagaimana mengelola kehidupan sekalipun bertentangan.

Pandangan ini, filsafat berusaha mengarahkan suatu pengertian yang cukup dan paham kehidupan yang meliputi suatu kehidupan yang ideal. Maka berfilsafat berarti memikirkan atau merenungkan nilai-nilai yang terbaik dan ideal.

3) Menurut Charles Gore,

filsafat ialah hasil usaha akal budi atau berpikir manusia secara mendalam. Hal itu mengingat bahwa tidak ada batasan tertentu tentang mendalamnya suatu usaha berpikir, karena sifatnya kualitatif dan dihayati sehingga dapat dibedakan mana yang filsafat dan mana yang bukan. Disamping itu, ilmu pengetahuanpun sangat besar peranannya terhadap pemahaman filsafat itu.

4) Menurut Brubacher,

filsafat berasal dari perkataan Yunani Kuno, yaitu filos dan sofia yang berarti cinta kebijaksanaan atau belajar ilmu pengetahuan. Atau diartikan pula sebagai cinta belajar. Dalam proses pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan (Sciences) hanya ada di dalam filsafat. Maka filsafat pun dikatakan sebagai induk atau ratu ilmu pengetahuan.

1. Pengertian Pendidikan

(12)

1. Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulaan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan ini.

2. Menurut Frederick J Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau suatu kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat manusia

2. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan menururt Al-Syaibany (19?9:30) adalah :

“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi darisegi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis”.

Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan kasakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti :

1. Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya

2. Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan

3. Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasamya merupakan suatu proses sosial

4. Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk tercapainya

Selanjutnya Al Syaibany (1979) berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala mungkin mengarahkan proses pendidikan.

Pada bagian lain Al Syaibany (1979) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tugas yang diharapkan dilakukan oleh seorang filsof pendidikan, diantaranya :

1. Merancangkan dengan bijak dan arif untuk menjadikan proses dan usaha-usaha pendidikan pada suatu bangsa

2. Menyiapkan generasi muda dan warga negara umumnya agar beriman kepada Tuhan dengan segala aspeknya

3. Menunjukkan peranannya dalam mengubah masyarakat dan mengubah cara-cara hidup mereka ke arah yang lebih baik

4. Mendidik akhlak, perasaan seri dan keindahan pada masyarakat, dan menumbuhkan pada diri mereka sikap menghormati kebenaran, dan cara-cara mencapai kebenaran tersebut. Filosof menyeluruh tentang wujud dan segala aspek yang berkaitan dengan ketuhan, kemanusiaan, pengetahuan kealaman dan pengetahuan sosial. Filsof pendidikan harus pula mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan, keindahan dan kebenaran.

Menurut Kneller (1971), filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapagnan pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan daapt dikatakan spekulatif, preskriptif dan analitik.

Filsafat pendidikan dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data-data sebagai hasil hasil penelitian sains yang berbeda.

(13)

mencapai tujuan tersebut. Karena secara tersurat menentukan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Filsafat pendidikan dikatakan analitik, apabila filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Misalnya menguji rasinalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain. Misalnya kita memperkenalkan konsep “Cara Belajar Siswa Aktif”. Filsafat pendidikan analitik menguji logis konsep-konsep pendidikan, seperti apa yang dimaksud dengan : “Pendidikan Dasar 9 Tahun”, “Pendidikan Akademik”, “Pendidikan Seumur Hidup” dan sebagainya

Peranan-peranan filsafat tersebut sangat besar dalam mendasari berbagai aspek pendidikan bagi pembinaan pedagogik.

3. Peranan filsafat dalam pendidikan

Setelah kita mempelajari arti filsafat dan pendidikan dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan itu adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya.

Peranan filsafat pendidikan menurut para ahli

1. Brauner dan Burn berpendapat bahwa pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan, karena tujuan pendidikan sama dengan tujuan filsafat. Kebijaksanaan dan jalan yang ditempuh oleh filsafat sama dengan yang ditempuh oleh pendidikan.

2. Kupatrick mengemukakan bahwa berfilsafat dan mendidik adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik adalah usaha untuk merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita tersebut di dalam kehidupan dan kepribadian manusia.

3. Prof. Brameld berpendapat bahwa untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien kita harus membawa filsafat. Filsafat selain digunakan untuk mengatasi persoalan pendidikan dengan efisien jelas dan sistematis, juga berfungsi sebagai alat analisa, untuk sinthesis dan penialain.

4. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab terdahulu mengenai pengertian filsafat, maka pengertian filsafat pendidikan pun tidak jauh berbeda. Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah segala persoalan yang menyangkut dengan pendidikan Islam, dengan maksud untuk memperoleh jawaban dari segala permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan Islam.

Mengenai ruang lingkup Filsafat Pendidikan, sebenamya sangat luas dan dalam. Namun demikian, dapat disimpulkan menjadi dua bagian, yaitu dasar-dasar pembahasan filsafat pendidikan dan sasaran filsafat pendidikan.

5. Dasar-dasar Pembahasan Filsafat Pendidilsan

Dasar utama dari pembahasan filsafat pendidikan adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul, baik secara teoritis maupun, praktis, yang harus diterapkan dalam pendidikan, serta yang harus menjawab dari segala permasalahan pendidikan. Sesuai dengan ruang lingkup filsafat umum, pembahasan filsafat pendidikan pun dibagi menjadi beberapa bidang penelitian filsafat, yaitu bidang metafisika (ontologi), bidang epistemologi dan bidang aksiologi. Inilah pokok-pokok pembahasan filsafat pendidikan.

(14)

Bidang ontologi ini bertugas mencari hakekat segala sesuatu yang dihadapi, terutama tentang Sang Maha Pencipta (Khalik), Makhluk dan alam semesta. Dalam upaya mencari hakekat sesuatu ini, lahirlah ilmu penge-tahuan di bidang keagamaan atau ketuhanan, yang berhubungan dengan masalah “apa’. Di dalam agama Islam terdapat Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam, dasamya adalah akidah Islamiyah. Upaya mencari hakekat kebenaran yang didasari akidah dapat menu.nj ang keteguhan iman dan menuju kepada ketakwaan.

Dasar-dasar pembahasan metafisika meliputi Khalik, yaitu Allah Sang Maha Pencipta, yang menciptakan alam beserta isinya. Kemudian mencari hakekat manusia sebagai makhluk Allah yang dibeban’x kewajiban di dalam hidup yang bermakna dan bermanfaat. Sebagai bahan dan alat untuk kehidupan telah disediakan oleh Allah serba lengkap. Selanjutnya, metafisika ini membahas pula tentanghakekat alam semesta, sebagai bahan dan alai yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia, untuk bekal dunia maupun akhirat. Agar semua ini bermanfaat, maka manusia berkewajiban untukmengolahnya.

2) Epistemologi

Bidang ini mempelajari tentang hakekat ilmu pengetahuan, sekaligus memahami pengertiannya, bahwa dengan ilmu pengetahuan manusia akan memperoleh kemajuan dan peningkatan kesej ahteraan hidup, baik lahir maupun batin.

Dalam hat ini diyakini bahwa Allah telah mendidik manusia tentang apa-apa yang telah diketahuinya. Juga Al Qur’an telah mengajaskan kepada umat manusia untuk berpikir, menggunakan akal sesuai dengan fungsinya, untuk mencapai pengetahuan yang benar. Dalam hat ini, mencari ilmu tersebut wajib hukumnya bagi umat Islam. Manusia diberi kemampuan untuk berpikir dan menilai sesuatu berdasarkan ilmu yang dimilikinya dari hasil penggunaan akal pikiran. Dengan demikian ilmu akan berfungsi untuk :

a) Mengetahui kebenaran dengan menggunakan dasar wahyu atau ilmu pengetahuan, atau kedua-duanya.

b) Menjelaskan ajaran dan aqidahIslamiyah.

c) Menguasai alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.

d) Meningkatkan kebudayaan dan peradaban Islamiyah.

3) Aksiologi.

Bidang ini membahas tentang nilai. Ilmu pengetahuan yang diperoleh harus memiliki nilai, dan nilai itu harus berasaskan keagamaan, karena ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh seseorang akan mempengaruhi watak dan sikap tingkah laku terhadap yang menguasainya. Hal ini erat hubungannya dengan masalah etika.

6. Sasaran Filsafat Pendidikan

1) Tujuan Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Karena bersifat filosofis, maka hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan. Sasaran utamanya adalah tujuan pendidikan, sebagai jawiban dari pertanyaan “Untuk apa sekolah ini diadakan?; Ke arah mana pendidikan ini akan dibawa?”. Untuk menentukan tujuan pendidikan itu, filsafat mengadakan tinjauan yang luas dan mendalam mengenai realita, dikupaslah pandangan tentang dunia dan pandangan hidup manusia. Akhimya konsep-konsep dari semua itu dijadikan landasan penyusunan konsep tujuan pendidikan. Kemudian, dikupas pula mengenai pengalaman pendidik dalam mengembangkan dan menumbuhkan anak yang berhubungan dengan realita. Semua ini akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan diri. Di samping itu dikaji pula pandangan mengenai hakekat Khalik, makhluk, alam semesta, pengetahuan dan nilai-nilai. Semuanya dipadukan dalam menentukan kurikulum.

(15)

Apabila tujuan telah dirumuskan sesuai dengan tujuan filsafat yang dianut, langkah selanjutnya adalah mengupas tentang cara-cara menerapkan aspek-aspek pendidikan yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Filsafat akan mengadakan pembahasan tentang aku (ego) dan tujuan, lalu dibahas pula metode apa yang tepat bagi pribadi yang bersangkutan. Misalnya, berdasarkan ilmu jiwa kepribadian, aliran monisme faham Materialisme menganggap bahwa manusia adalah makhluk reaksi, pola reaksinya disampaikan sebagai stimulus response. Untuk meningkatkan efektivitas tingkah laku manusia hanya dibutuhkan pengalaman atau latihan (drill). Sedangkan menurut aliran monisme faham Idealisme memandang bahwa manusia itu asas primemya adalah jiwa, karena jasmani tanpa jiwa tidak akan berdaya. Maka pendidikan harus dilaksanakan berdasarkan kodrat dan kebutuhan asas roldaani, untuk membina rasio, perasaan, kemauan dan spirit manusia.

Dari kedua faham tersebut bisa melahirkan beberapa metode yang bisa digunakan dalam proses pendidikan, misalnya metode latihan, metode penugasan, metode ceramah dan sebagainya. Jadi memilih metode pun harus mengacu kepada tujuanberdasarkan kajian filsafat.

3) Alat Pendidikan

Yang dimaksud dengn alat pendidikan ialah segala sesuatu apa yang dipergunakan dalam usaha mencapai pendidikan. Pendidikan pun merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan fungsinya, alat-alat pendidikan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu :

Alat sebagai perlengkapan.

Alat sebagai pembantu dalam mempermudah usaha pencapaian tujuan.

Alat sebagai tujuan.

Dalam memikirkan alat-alat yang akan dipakai dalam pendidikan, fungsi setiap alat sebaiknya diperhitungkan. Antara lain soal kematangan anak-anak untuk menerima pendidikan itu, dan soal ruangan serta waktunya. Jadi pemilihan alat harus disesuaikan dengan hal-hal tersebut.

Berdasarkan taraf-taraf perkembangan anak, alat-alat pendidikan terbagi atas :

Alat-alat yang memberi perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengetahuan hapalan. Alat ini dapat disebut sebagai alat pembiasaan.

Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara-cara berpikir.

Alat-alat yang membawa ke arah keheningan bathin, kepercayaan dan penyerahan diri kepada Tuhan.

Selain pembagian tersebut, alat-alat pendidikan dapat pula dibedakan atas :

Alat-alat langsung, yaitu alat-alat yang bersifat menganjurkan sej alan dengan maksud usaha.

Alat-alat tidak langsung; yaitu alat-alat yang bersifat pencegahan dan pembasmian hal-hal yang bertentangan dengan maksud usaha.

(16)

dengan “Penetapan hakekat dari tujuan, alat pendidikan, dan menerjemahkan prinsip-prinsip ini dalam kebijakan-kebijakan untuk mengimplementasikan. Maka dengan memahami ilmu filsafat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan akan lebih efektif dan efisien lebih mengarah kepada sasaran yang akan di capai sehingga mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSATAKA

Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Alfabeta CV. Bandung. 2008 HA Yunus. Filsafat Pendidikan CV. Citra Sarana Grafika. Bandung. 1999

Radja Mudya Hardjo. Filsafat Ilmu Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan sektor sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan

pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga

secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Pada dunia pendidikan,

hendaknya memperhatikan unsur pendidikan, yang diantaranya: peserta didik, pendidik,

software, manajemen, sarana dan prasarana dan stake holder. Aset yang diperlukan dalam

pendidikan adalah sumber daya manusia yang bekualitas. Sumber daya yang berkualitas

dapat berupa dari siswa, masyarakat, maupun dari pendidik.

Pelaksanaan suatu pendidikan mempunyai fungsi, antara lain: inisiasi, inovasi, dan

konservasi. Inisiasi merupakan fungsi pendidikan untuk memulai suatu perubahan.

Inovasi merupakan wahana untuk mencapai perubahan. Konservasi berfungsi untuk

menjaga nilai-nilai dasar. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki kehidupan suatu bangsa,

harus dimulai penataan dari segala aspek dalam pendidikan. Salah satu aspek yang

dimaksud adalah manajemen pendidikan.

Tujuan dari pendidikan yang diharapkan adalah menciptakan out come pendidikan yang

berkualitas sesuai dengan harapan dari berbagai pihak. Dalam hal ini, manajemen

pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Manajemen yang bagus (good

management) dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat diharapkan oleh seluruh warga

Indonesia. Manajemen pendidikan yang bagus dapat diciptakan dan dapat dilaksanakan

oleh manajer pendidikan yang berkualitas. Manajer dalam dunia pendidikan salah

satunya adalah guru. Tugas guru selain mengajar, juga menjadi seorang manajer

pendidikan. Seorang guru harus dapat merencanakan manajemen yang baik. Manajer

pendidikan yang bagus adalah seseorang yang mau merencanakan manajemen

pendidikan dimasa yang akan datang.

(17)

menghadapi masa depan. Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan suatu

manajemen pendidikan dimasa depan, guna mendapatkan hasil pendidikan yang

diharapkan.

B. Perumusan Masalah

1. Apa yang harus direncanakan untuk menyusun manajemen pendidikan dimasa depan?

2. Mengapa manajemen pendidikan disusun?

3. Siapa yang menjadi pemimpin masa depan?

4. Kapan manajemen pendidikan dilaksanakan?

5. Dimana manajemen pendidikan dimasa depan dilaksanakan?

6. Bagaimana cara menyusun manajemen dimasa depan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk menyusun manajemen pendidikan di masa akan datang

2. Mengetahui alasan penyusunan manajemen pendidikan

3. Mengetahui Ciri-ciri pemimpin masa depan

4. Mengetahui kapan menyusun manajemen pendidikan

5. Mengetahui tempat menyusun manajemen pendidikan

6. Mengetahui cara menyusun manajemen pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan Dimasa Depan

Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus)

penyelenggaraan pendidikan yang dimulai dari perencanaan, diikuti oleh

pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian tentang usaha

sekolah untuk mencapai tujuannya (Suryosubroto, 2004: 27). Selain itu manajemen

pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang

berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam

organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

sebelumnya, agar efektif dan efisien (Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, 2008: 14). Dari

dua pandangan tentang manajemen pendidikan, dapat disimpulkan bahwa manajemen

pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang merupakan daur

(siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.

Masa depan merupakan zaman yang akan datang atau belum terjadi (Poerwadarminta,

1984: 634). Masa depan pendidikan perlu diperhatikan oleh para pendidik. Dimasa yang

akan datang, telah terpampang cita-cita dan harapan dari suatu pendidikan. Cita-cita dan

harapan pendidikan dapat terwujud jika sudah ada gambaran yang ada dimasa yang akan

datang.

(18)

ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar dicapai

hasil yang efektif dan efisien. Pengarahan pendidikan merupakan suatu usaha yang

dilakukan oleh pimpinan pendidikan untuk memberikan penjelasan pendidikan, serta

bimbingan kepada para orang-orang yang ada dibawahnya sebelum dan selama

melaksanakan tugas. Pengkoordinasian dalam pendidikan merupakan suatu usaha yang

dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menserasikan, mengintegrasikan

semua kegiatan yang dilakukan bawahannya dalam dunia pendidikan.

Yang harus direncanakan pada penyusunan manajemen pendidikan adalah hasil yang

ingin dicapai dari pendidikan dan bagaimana kegiatan pendidikan tersebut dapat berjalan

dengan lancar tanpa adanya halangan suatu apapun.

B. Alasan Penyusunan Manajemen Pendidikan Masa depan

Manajemen pendidikan disusun untuk menghadapi tantangan pendidikan dimasa depan.

Dalam hal ini manager pendidikan atau gurulah yang mendapatkan tantangan tersebut.

Tantangan guru dimasa depan bangsa, antara lain untuk menghadapi: era globalisasi, era

informasi, era IPTEK, dan era perubahan cepat.

Guru sebagai manajer pendidikan harus selalu siap menghadapi tantangan tersebut. Salah

satunya adalah dengan menyusun serta merencanakan manajemen dimasa depan. Hal ini

perlu dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan yang ada.

C. Pemimpin Masa Depan

Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang siap menghadapi tantangan pendidikan

dimasa depan. Yang menjadi pemimpin masa depan adalah diri kita sendiri. Kita harus

siap menjadi seorang pemimpin dimasa depan.

Setiap orang berkompetensi untuk menjadi seorang pemimpin. Untuk menjadi seorang

pemimpin harus mempunyai bekal yang banyak. Bekal tersebut berupa cara membuat

manajemen yang bagus, mempunyai jiwa kepemimpinan, wawasan yang luas, serta

mempunyai hubungan sosial yang baik.

D. Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Masa depan

Pelaksanaan manajemen pendidikan harus dimulai dari sekarang. Istilah penundaan

pelaksanaan haruslah dihilangkan. Kita sebagai calon pemimpin masa depan harus

melaksanakan manajemen pendidikan dimasa depan dari sedini mungkin.

E. Tempat Pelaksanaan Manajemen Pendidikan

Tempat pelaksanaan manajemen pendidikan dimasa depan adalah ditempat yang kita

pijak saat ini. Kita bekerja di instansi pendidikan yaitu di sekolah dasar. Kita harus

melaksanakan pendidikan tersebut dimana kita mengajar.

F. Cara Menyusun Manajemen Pendidikan Dimasa Depan

(19)

Karakteristik dari intake harus diperhatikan. Intake yang ada diselidiki keadaannya, baik

dari segi ekonomi keluarga, rata-rata pendidikan di keluarga, gaya hidup keuarga, serta

persepsi keluarga terhadap pendidikan. Hal ini perlu dilaksanakan agar supaya intake

dapat diproses dengan mudah.

Suatu proses pendidikan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor instrumental input dan

factor environmental input. Factor instrumental input mencakup beberapa unsur penting,

diantaranya adalah peserta didik, pendidik, kurikulum, manajemen, sarana dan prasarana,

serta stake holder atau komponen pendukung. Unsur peserta didik harus disusun

manajemennya dengan sebaik mungkin. Peserta didik dimanage sesuai dengan taksonemi

perkembangan anak, yang mencakup: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan. Didalam kurikulum terdapat organisasi

kurikulum. Organisasi kurikuum merupakan pola atau bentuk penyusunan bahan

pelajaran yang akan disampaikan pada murid-muridnya. Kurikulum di Indonesia

sebenarnya sudah bagus, baik segi materi, serta tujuan yang ingin dicapai. Hanya saja

pelaksana dari kurikulum yang masih belum bisa menanggapinya dengan baik. Sebagai

calon pemimpinan masa depan, sebaiknya kita dapat melaksanakan kurikulum yang ada

dengan bagus dan syukur dengan menambahkan apa yang masih kurang pada kurikulum,

dan membuang unsur yang sia-sia atau muspro.

Pendidik merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan.

Memanage pendidik bukanlah hal yang mudah. Hal ini diakibatkan setiap pribadi

mempunyai perbedaan. Memanage pendidikan dimulai dari diri sendiri. Hal-hal yang

belum dilaksanakan dalam pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidik dengan

membuang hal-hal yang masih dianggap sia-sia.

Sarana dan prasarana serta komponen pendukung harus diperhatikan dengan jeli. Sarana

dan prasarana yang belum ada dilengkapi dengan meminta bantan baik kepada

pemerintah maupun kepada masyarakat sekitar.

Faktor environmental input pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi proses

pendidikan. Faktor environmental merupakan faktor yang berasal dari luar. Faktor itu

berupa lingkungan rumah siswa maupun lingkungan sekolah siswa.

Proses pendidikan yang dipengaruhi oleh instrumental input dan environmental input

yang bagus akan mempengaruhi output dari pendidikan. Dari output tersebut akan

mempengaruhi outcome. Sebagai seorang manajer pendidikan dimasa depan kita harus

memperhatikan hal-hal tersebut.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Manajeme pendidikan merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang

merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.

2. Manajemen pendidikan disusun agar pendidikan yang ada dapat bersaing dengan

tantangan pendidikan masa depan.

3. Pemimpin masa depan adalah diri kita sendiri.

(20)

6. Cara menyusun manajemen pendidikan harus memperhatikan: 1) intake, 2) proses, 3)

instrumental input, 4) environmental input, 5) out put, 6) out come.

B. Saran

1. Para pendidik sebaiknya menyiapkan manajemen dimasa depan agar dapat bersaing

dengan tantangan pendidikan masa depan.

2. Pelaksanaan manajemen sebaiknya praktis dan efisien.

3. Pelaksanaan manajemen yang sia-sia sebaiknya ditinggalkan saja.

Daftar Pustaka

Boediono, (1994). Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Tinggal Landas. Mimbar

Pendidikan, No. 1 Tahun XIII.

Dertouzas, M.L., Lester, R.K., dan Solow, R.M., (1989). Made In America: Regaining the

Productive Edge. Cambridge, MA: Harper Perennial.

Gilley, J.W., dan Eggland, S.E., (1989). Principles of Human Resource Development.

Reading, MA: Addison-Wisley Publishing Company, Inc.

Jones, J dan Walter, L. Donald, (2008). Human Resource Management in Education.

Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Pendidikan. Yogyakarta: Q-Media,

Megginson, D., Joy-Mattews, J., dan Banfield, P., (1993). Human Resource

Development. London: Kogan-Page Limited.

Simanjuntak, P., (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Suryadi, A. (1995). Kebijaksanaan Pendidikan dan Pengembangan Sumberdaya

Manusia: Transisi Menuju era Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Informatika, Balitbang

Dikbud

BAB PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti

norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyrakatan, proses

sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut

berlangsung secara norml sebagaiman dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang

tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal ini disebabkan

karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga

menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut

dinamkan maslah-masalah sosial.

(21)

Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau

masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya

keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan

ikatan sosial. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada

hubungan-hubungan antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur

tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin

terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

B.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah masalah sosial ini adalah :

1.

Menjelaskan apa yang dimaksud dengan masalah sosial, batasan dan pengertiannaya.

2.

Menjelaskan apa itu klasifikasi maslah sosial dan sebab-sebabnya.

3.

Menjelaskan ukuran-ukuran sosiologi terhadap masalah sosial.

4.

Menjelaskan beberapa masalah sosial penting.

C.

TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mengerti dan memahami

pengertian masalah sosial, batasan, klasifikasi masalah sosial dan sebab-sebabnya, dapat

mengetahui ukuran-ukuran sosiologi terhadap masalah-masalah sosial serta mampu memberikan

contoh masalah sosial penting.

BAB ISI

A.

PEMBAHASAN

1.

Masalah Sosial, Batasan dan Pengertian

Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan

persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan dengan hukum dan

bersifat merusak. Oleh sebab itu, maslah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa

mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang

dianggap buruk. Sosiologi menyangkut teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut

nilai-nilai sosial dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya.

(22)

maksud untuk memperbaiki atau bahkan untuk menghilangkannya. Sosiologi menyelidiki

persoalan-persoalan umum dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan

menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan masyrakat. Sementara itu, usaha-usaha

perbaikannya merupakan bagian dari pekerjaan sosial. Dengan kata lain sosiologi berusaha untuk

memahami kekuatan-kekuatan dasar yang berda di belakang tata kelakuan sosial. Pekerjaan

sosial berusaha untuk menganggulangi gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, atau untuk

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.

Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau

masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya

keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan

ikatan sosial. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada

hubungan-hubungan antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur

tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin

terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

Perumusan masalah sosial tidak begitu sukar, daripada usaha-usaha untuk membuat

suatu indeks yang memberi petunjuk akan adanya masalah sosial tersebut. Para sosiologi telah

banyak mengusahakan adanya indeks-indeks tersebut seperti misalnya indeks simple rates , yaitu

angka laju gejala-gejala abnormal dalam masyarakat, angka-angka bunuh diri, perceraian,

kejahatan anak-anak, dan seterusnya. Sering kali juga diusahakan sistem composite

indices, yaitu gabungan indeks-indeks dari bermacam-macam aspek yang mempunyai kaitan

satu sama lainnya contohnya angka bunuh diri di hungkan dengan tingkat kemiskinan yang

menjadi faktor melakukan tindakan tersebut. Namun demikian, ada beberapa ukuran umum yang

dapat dipakai sebagai ukuran terjadinya suatu disorganisasi dalam masyarakat umpamanya

adanya keresahan sosial. Karena terjadinya pertentangan antara golongan-golongan dalam

masyarakat, frekuensi penemuan baru yang fundamental dalam kebudayaan dan masyarakat

tersebut juga menyebabkan perubahan-perubahan.

2.

Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-Sebabnya

(23)

Problema-problema yang berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan,

pengangguran, dan sebagainya. Penyakit, misalnya berasall dari faktor bilogis. Dari faktor

fsikologis timbul seperti penyakit saraf (neurosis), bunuh diri, disorganisasi jiwa, dan seterusnya.

Sementara itu persoalan yang menyangkut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik,

dan keagamaan bersumber pada faktor kebudayaan.

3.

Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial

Didalam menentukan apakah suatu masalah-masalah problema sosial atau tidak,

sosiologi menggunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu sebagai berikut :

a.

Kriteria Utama

Suatu maslah sosial, yaitu tidak adanya persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial

dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama dan

pokok masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan

kondisi-kondisi nyata hidupnya. Artinya, adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan

masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam kenyataan

pergaulan hidup.

b.

Sumber-Sumber Sosial dan Masalah Sosial

Pernyataan tersebut diatas sering kali diartikan secara sempit, yaitu masAlah sosial merupakan

persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber langsung pada

kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi, sebab-sebab terpenting maslah sosial haruslah

bersifat sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat sosial, tetapi

juga sumbernya. Berdasarkan jalan pikiran yang demikian, kejadian-kejadian yang tidak

bersumber pada perbuatan manusia bukanlah mer upakan maslah sosial.

c.

Pihak-Pihak yang Menetapkan Apakah suatu Kepincangan Merupakan Masalah Sosial atau

Tidak.

Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian diujikan pada

kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah yang menentukan apakah suatu

gejala merupakan suatu maslah sosial atau tidak.

d.

Perhatian Masyarakat dan Masalah Sosial

(24)

4.

Beberapa Masalah Sosial Penting

Ada beberapa persoalan penting yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat , misalnya

sebagai berikut :

Kemiskinan

Kejahatan

Disoganisasi Keluarga

Masalah Generasi Muda Dalam Masyarakat Modern

Peperangan

Masalah Kependudukan

Maslah Lingkungan Hidup

Birokrasi

Pelanggaran terhadap Norma-Norma Masyarakat

o

Pelacuran

o

Delinkuensi Anak-Anak

o

Alkoholisme

o

Homoseksualitas

5.

Pemecahan Masalah Sosial

(25)

BAB PENUTUPAN

A.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah maslah sosial ini adalah :

1.

Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan

karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat

merusak.

2.

Sesuai dengan sumber-sumbernya maslah sosial dapat diklasifkasikan dalam keempat kategori,

yaitu faktor-faktor ekonomis, biologis, biofsikologis dan kebudayaan.

3.

Ukuran- Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial meliputi, Kriteria Utama, Sumber-Sumber

Sosial dan Masalah Sosial, Pihak-pihak yang Menetapkan Apakah suatu Kepincangan

Merupakan Masalah Sosial atau Tidak, Perhatian Masyarkat dan Masalah Sosial

4.

Beberapa masalah sosial penting meliputi, kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga,

masalah generasi muda dalam masyarakat modern, peperangan, pelanggaran terhadap

norma-norma masyarakat, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, birokrasi.

5.

Dalam memecahkan masalah sosial ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu, metode

preventif dan metode represif.

B.

SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab terjadinya cacat (jenis kotor, pendek dan nempel) adalah banyaknya kotoran yang tercampur dengan bahan baku gilingan ulang, kombinasi bahan baku murni dan

Dalam masyarakat adat, tokoh merupakan sosok yang dianggap sebagai panutan. Sehingga orientasi politik yang dimiliki oleh tokoh adat memberikan pengaruh yang cukup

Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada beliau para pahlawan tanpa tanda jasa yang

Pengujian yang dilakukan pada siswa dengan MOS = 4.4, menunjukan bahwa pada “Aplikasi Tes Psikologi Online Berbasis Web untuk Menunjang Keputusan Kelas Peminatan Studi Kasus

• Kumparan terletak dalam alur dengan posisi ujung yang dibalik untuk Kumparan terletak dalam alur dengan posisi ujung yang dibalik

Bahwa sesuai dengan pasal 56 ayat (1) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut : "Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana

Yang dimaksud dengan “kawasan lindung provinsi” adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak lebih dari satu wilayah kabupaten/kota

Proses perbandingan ini dilakukan dengan metode Euclidean Distance yaitu perhitungan persentase kedekatan antara citra training dan citra testing sehingga didapat