• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR Pemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR Pemen"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya , penulis dapat menyelesaikan makalah “Pemenuhan Hak dan Kewajiban Warga Negara” dengan baik dan lancar .

Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap Hak dan Kewajiban Warga Negara . Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan , pembahasan masalah , serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini .

Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini . Dengan makalah ini , diharapkan pembaca dapat memahami mengenai hak dan kewajiban sebagai anggota warga negara .

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya menyusun makalah “Pemenuhan Hak dan Kewajiban Warga Negara”.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca . Saran , kritik dan masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini .

Malang, 15 April 2014

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Rumusan Masalah ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 5

2.1 Definisi Negara ... 5

2.2 Fungsi dan Tujuan Negara ... 5

2.2.1 Fungsi Negara ... 5

2.2.2 Tujuan Negara ... 6

2.3 Definisi Warga Negara ... 7

2.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia ... 11

2.4.1 Hak Warga Negara Indonesia ... 11

2.4.2 Kewajiban Warga Negara Indonesia ... 13

BAB III PENUTUP ... 15

3.1 Kesimpulan ... 15

3.2 Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 17

(3)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dari Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabat makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan juga makhluk sosial. Sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsur-unsur dari negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur-unsur negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu negara tersebut merupakan penduduk dari negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negaranya. Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula yang bukan merupakan warga negara bisa tinggal di suatu negara lain yang bukan merupakan negaranya sendiri. Suatu negara pasti mempunyai suatu undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang

kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang siapa saja yang bisa dianggap sebagai warga negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai peraturan tentang kewarganegaraan tersebut.

Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang merupakan bagian dari latar belakang kewarganegaraan. Tujuan agar para generasi muda mempelajari pendidikan kewarganegaraan untuk menyadarkan kita bahwa semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan. Perjuangan ini dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan prilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI. Dengan itu kita sebagai generasi muda diharapkan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam diri para mahasiswa.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari Negara ?

(4)

4. Apa saja Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia ?

(5)

Secara literal istilah Negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni State (bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan Etat (bahasa Perancis), kata State, Staat, Etat itu diambil dari kata bahasa latin Status atau Statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

Secara terminologi, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari sebuah Negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah Negara, yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintahan yang berdaulat. 2.2 Fungsi dan Tujuan Negara

2.2.1 Fungsi Negara

Setiap negara mempunyai fungsi yang berhubungan erat dengan tujuan dibentuknya negara tersebut. Untuk itu hal yang harus dilakukan negara adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan ketertiban (law and order) untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokaan dalam masyarakat. Dalam hal ini negar bertindak sebagai stabilitator.

b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Pada masa sekarang, fungsi ini dianggap sangat penting terutama bagi negara-negara baru atau yang sedang berkembang.

c. Mengusahakan pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar, negara harus dilengkapi dengan alat-alat pertahanan yang kuat dan canggih.

d. Menegakkan keadilan yang dilaksanakan melalui badan-badan peradilan.

Fungsi negara dapat diartikan sebagai tugas organisasi negara itu sendiri. Oleh karena itu, sesungguhnya tugas negara secara umum adalah sebagai berikut :

a. Tugas esensial

Adalah tugaas untuk mempertahankan negar sebagai organisasi politik yang berdaulat. Tugas ini menjadi tugas negara (memelihara perdmaian, ketertiban, dan ketentraman dalam negar serta melindungi hak milik dari setiap orang) dan tugaas eksternal (mempertahankan kemerdekaan negara). Tugas essensial ini sering disebut tugas asli dari negara sebab dimiliki oleh setiap pemerintah dari negara manapun di dunia.

(6)

Diselenggarakan oleh negara untuk dapat memperbesar kesejahteraan fakir miskin, kesehatan dan pendidikan rakyat.

2.2.2 Tujuan Negara

Setiap negara yang berdiri pasti mempunyai tujuan tertentu. Dimana tujuan dari negara yan gstu dengan yang lain adalah berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh penguasa negara yang sedang memerintah. Sebab negara berdiri bertujuan untuk mencapai kebahagiaan bersama semua orang yang masuk dalam organisasi negar tersebut.

Adapun tujuan negara bermacam-macam antara lain : a. Untuk memperluas kekuasaan

Ajaran negara kekuasaan menyatakan bahwa kekuasaan berarti kebenaran, dan dengan bertambahnya kekuasaan berarti akan bertambahnya kemajuan di lapangan lain. Negara kekuasaan menghendaki agar negaranya menjaadi besar dan jaya. Untuk mencapai tujuannya maka rakyat dijaadikan alat untuk perluasan, kepentingan orang perseorangan ada di bawah kepentingan bangsa dan negara.

b. Untuk menyelenggarakan ketertiban hukum

Negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahan berdasarkan atas hukum, semua orang harus tinduk kepada hukum, sebab hukumlah yang berkuasa dalam negara tersebut.

c. Untuk mencapai kesejahteraan umum

Negara bertujuan ingin mewujudkan kesejahteraan umum. Negara dipandang sebagai alat yang dibentuk manusia untuk mencapai tujuan bersama, yakni suatu tatanan masyarakat yan gdidalamnya ada kebahagiaan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat negara itu.

2.3 Definis Warga Negara

(7)

oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk (KTP), berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional. Setiap negara berdaulat untuk berwenang dalam menentukan siapa-siapa saja yang menjadi warga negara. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.

Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada kriterium kelahiran dan pewarganegaraan (naturalisasi).

1. Kriterium kelahiran

Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu: i) Ius Soli

Ius Soli adalah kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran. Di dalam asas ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut. Pada awalnya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini hanya satu, yakni ius soli saja. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa karena sesorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut. Akan tetapi dengan semakin tingginya tingkat mobilitas manusia, diperlukan suatu asas lain yang tidak hanya berpatokan pada tempat kelahiran saja. Selain itu, kebutuhan terhadap asas lain ini juga berdasarkan realitas empirik bahwa ada orang tua yang memiliki status kewarganegaraan yang berbeda. Hal ini akan bermasalah jika kemudian orang tua tersebut melahirkan anak di tempat salah satu orang tuanya (misalnya, di tempat ibunya). Jika tetap menganut asas ius soli, maka si anak hanya akan mendapatkan status kewarganegaraan ibunya saja, sementara ia tidak berhak atas status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah, maka asas ius sanguinis dimunculkan, sehingga si anak dapat memiliki status kewarganegaraan bapaknya.

ii) Ius Sanguinis

(8)

asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, seseorang yang lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara, seperti Indonesia, maka anak tersebut berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga negara Indonesia.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan mengutamakan salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak mempunya kewarganegaraan sama sekali (a-patride). Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelsel ini kita bedakan dalam hak opsi dan hak reputasi. Hak opsi ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif) dan hak reputasi ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah:

i) Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI. ii) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.

iii) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.

iv) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

v) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.

vi) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.

vii) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.

viii) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

ix) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

(9)

xi) Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

xii) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:

i) Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing. ii) Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai

anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.

iii) Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

iv) Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai berikut:

i) Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

ii) Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia.

(10)

2. Kriterium Pewarganegaraan

Pewarganegaraan atau naturalisasi ialah proses perubahan status dari penduduk asing menjadi warga negara suatu negara. Proses ini harus terlebih dahulu memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan dalam peraturan kewarganegaraan negara yang bersangkutan. Hukum naturalisasi di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, masalah kewarganegaraan saat ini diatur dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2006. Adapun syarat-syarat memperoleh naturalisasi menurut UU No. 12 Tahun 2006 yaitu:

a. Naturalisasi biasa

Syarat-syarat naturalisasi biasa yaitu:

i) Bertempat tinggal terakhir di Indonesia minimal 5 tahun

Seseorang pemain atau atlit bisa di naturalisasi secara biasa jika dia sudah menetap di Indonesia minimal 5 tahun. Dan dalam kurun waktu lima tahun tersebut dia tidak keluar dalam waktu yang lama ke negara lain.

ii) Telah berusia 21 tahun atau lebih

Pada usia 21 tahun seseorang berhak untuk menentukan status kewarganegaraannya.

iii) Sudah menikah dan mendapatkan persetujuan dari pasangannya

Seseorang yang sudah menikah jika ingin berpindah kewarganegaraan harus terlebih dahulu mendapatkan ijin dari pasangannya yang sah.

iv) Sehat jasmani dan rohani

Harus dalam keadaan sehat baik jasmaninya maupun rohaninya sebelum masuk menjadi warga negara Indonesia, hal tersebut ditunjukkan oleh surat keterangan dari pihak dokter.

v) Mampu berbahasa Indonesia secara lancar

Berbahasa Indonesia menjadi syarat pendukung seseorang dalam mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.

vi) Tidak mempunyai kewarganegaraan lain selain Indonesia

Jika ingin mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, seorang pemain atau atlit harus terlebih dahulu melepas kewarganegaraannya yang lama. Karena tidak memungkinkan seseorang mempunyai kewarganegaraan ganda.

b. Naturalisasi khusus

(11)

2.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia 2.4.1 Hak Warga Negara Indonesia

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia berada di dalam kandungan. Hak asasi manusia berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal-pasal berikut ini:

i) Pasal 27 Ayat (2): “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

ii) Pasal 28 A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”

Setiap manusia terutama warga negara Indonesia, sejak ia lahir mempunyai hak yang sama dalam hal hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Tidak ada satu orang pun yang bisa membeli nyawa orang lain atau menghilangkan nyawa orang lain dengan alasan apa pun. Jika ada yang menghilangkan nyawa orang lain dengan atau apa lagi tanpa alasan, maka orang tersebut harus menanggung hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.

iii) Pasal 28 B Ayat (1): “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.”

Setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah adalah perkawinan di mata hukum, yaitu tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA). Jika tidak, maka keluarga tersebut tidak sah di mata hukum dan hak-hak sebagai warga negara Indonesia tidak dijamin oleh negara. Jika sah, maka keluarga tersebut berhak untuk membentuk keluarga dan hak-hak seluruh anggota keluarga tersebut terjamin di mata hukum negara.

(12)

Indonesia.

v) Pasal 28 C Ayat (1): “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

Setiap orang berhak untuk mengembangkan diri dalam hal pendidikan, teknologi dan pengetahuan, seni budaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan manusia terutama rakyat indonesia. Keluarga berkewajiban membantu mewujudkan hal ini, jika keluarga kurang mampu maka negara berkewajiban membantu mewujudkan hal ini terutama bagi warga negara yang memiliki kemauan dan kemampuan yang besar.

vi) Pasal 28 C Ayat (2): “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.”

Setiap orang berhak memajukan dirinya secara kolektif unntuk membangun masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap orang berhak mencalonkan dirinya untuk menjadi pilihan rakyat dalam hal pembangunan negara dalam arti dapat ikut serta dalam calon Presiden, DPR, MPR, Mentri, Bupati, Gubernur, bahkan Rukun Tetangga (RT). Atau jika terbebani, dapat membangun bangsa secara sukarela melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau semacamnya. Semuanya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

vii) Pasal 28 D Ayat (1): “Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.”

viii)Pasal 28F: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi melalui segala jenis saluran informasi, baik itu melalui media cetak, media audio, audio visual, ataupun dari mulut ke mulut. Selama hal tersebut merupakan fakta dan tidak merugikan orang lain atau digunakan untuk mencari fakta maka hal tersebut diperbolehkan.

(13)

dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”

2.4.2 Kewajiban Warga Negara Indonesia

Pada umumnya kewajiban mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Adapun kewajiban warga negara Indonesia ialah sebagai berikut:

i) Wajib menaati hukum dan pemerintahan

Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

ii) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara

Pasal 27 Ayat (3) UUD 1945: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”

iii) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain

Pasal 28J Ayat (1) UUD 1945: “Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain.”

iv) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang

Pasal 28J Ayat (2) UUD 1945: “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

v) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara

(14)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Setiap warga negara memiliki hak dan kewajibannya masing-masing dan hak serta kewajiban tersebut harus dipenuhi dan dijalankan secara seseimbang mungkin sehingga sistem pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan koridornya.

Secara garis besar hak dan kewajiban warga negara yang telah tertuang dalam UUD 1945 mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang ini antara lain bidang politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan ekonomi dan pertahanan.

Hak dan kewajiban warga negara juga dijelaskan dalam pasal-pasal diantaranya adalah pasal 27 ayat (1), pasal 27 ayat (2), pasal 27 ayat (3), pasal 28, pasal 29 ayat (2), pasal 30 ayat (1) dan pasal 31 ayat (1).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan setiap orang atau setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama yang harus di jalankan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan

3.2 SARAN

Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar-benar memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri ini. Sehingga, jika ada hak-hak yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya. Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak sebagai warga negara telah kita terima, maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara. Dengan demikian, negeri ini akan maju dan penuh dengan keadilan, kemakmuran, aman dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Zubaidi. H. Achmad. Drs. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma. Yogyakarta

(http://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia/)

(15)

LAMPIRAN Satinah dan Pemenuhan Hak Warga Negara Selasa, 25 Maret 2014 09:41 wib

Ancaman hukuman mati kembali menimpa buruh migran kita. Kali ini ancaman itu membayangi Satinah yang pada 3 April akan menjalani eksekusi hukuman mati di Arab Saudi. Vonis hukuman mati ini ditetapkan oleh Mahkamah Saudi pada 2007 silam. Buruh migran asal Ungaran Jawa Tengah itu dipidana hukuman mati akibat membunuh majikan.

Satinah bukanlah satu-satunya buruh migran Indonesia yang menghadapi hukuman pancung di Arab Saudi. Menurut data Kementrian Luar Negeri, selain Satinah saat ini terdapat 33 buruh migran lainnya yang juga terancam hukuman serupa. Menurut hukum Arab Saudi, Satinah dapat dibebaskan jika membayar uang diyat sebesar SR 7 juta sesuai permintaan keluarga korban. Pemerintah menyatakan hingga saat ini baru memiliki uang sebesar SR 4 juta (Rp12 miliar).

(16)

penebusan dengan pembayaran uang diyat, ataupun pengampunan tanpa syarat. Kasus pembebasan hukuman mati pernah dialami Darsem, buruh migran asal Subang. Kala itu, pemerintah menggelontorkan Rp4,75 miliar sebagai uang darah yang digelontorkan dari APBN. Merujuk pada kasus Satinah dan Darsem maka adakah alternatif penyelesaian lain selain dengan penebusan uang darah?

Pemahaman Hukum

Dalam Standar Operational Prosedur BNP2TKI mengenai Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri disebutkan bahwa dalam Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) calon tenaga kerja harus dibekali dengan materi peraturan perundang-undangan negara penempatan selama 2 jam pelajaran. Jika proses ini dilakukan secara maksimal, tentunya buruh migran akan memiliki pemahaman dasar mengenai hukum positif negara penempatan. Namun banyaknya buruh migran yang tidak memahami peraturan perundangan di negara penempatan menjadi tanya tersendiri; benarkah PAP telah dijalankan dengan baik?

Ketidakpahaman inilah yang menyebabkan buruh migran tidak mengerti apa yang harus dilakukan jika mereka berhadapan dengan hukum. Pemahaman hukum seyogyanya diberikan secara menyeluruh tidak hanya terbatas pada peraturan perundangan saja, tapi juga sistem hukum secara keseluruhan, mulai dari struktur, substansi hingga kultur hukum. Pemahaman sistem hukum yang komprehensif membuat buruh migran memahami bagaimana norma hukum di negara penempatan dijalankan. Pendidikan hukum yang baik, akan membuat buruh migran kita melek hukum dan terhindar dari perbuatan yang dapat menjerat ke dalam persoalan hukum.

Bantuan hukum sejak mula

(17)

Untuk meminimalisir kasus serupa Satinah, maka negara harus hadir sejak awal dalam upaya memberikan bantuan hukum pada warganya, sebagaimana mandat konstitusi. Kantor perwakilan harus pro aktif melakukan jemput bola, tidak hanya pasif menunggu laporan saja. Ia haruslah mampu menjangkau dan menjadi garda terdepan dalam perlindungan buruh migran kita di negara penempatan. Pendampingan dan pemberian bantuan hukum sejak mula akan memudahkan kita untuk melakukan pembelaan di muka persidangan. Karenanya bantuan hukum sejak awal, menjadi penting dan mendesak.

Diplomasi antar Pimpinan Negara

Diplomasi antar pimpinan tertinggi negara memiliki dampak yang amat penting bagi perlindungan warga negara. Sebutlah Filipina sebagai contoh. Pada 1994 buruh migran Filiphina Sarah Balabagan mendapat vonis hukuman mati dari Uni Emirat Arab dengan tuduhan pembunuhan berencana. Fidel Ramos, presiden kala itu melobi Syeikh Zaed bin Sultan an-Nahyan untuk meminta keluarga korban memberikan pengampunan pada Sarah. Diakhir proses hukuman, Sarah pun dibebaskan tanpa harus membayar uang darah. Dengan banyaknya kasus hukuman mati yang mengancam buruh migran kita di Saudi, tentu upaya yang dilakukan Filiphina patut untuk dicontoh. Negara memang harus hadir untuk melindungi warganya dimanapun mereka berada. Jika diplomasi tingkat pejabat tinggi belum membuahkan hasil maksimal, maka pucuk pimpinan harus bergerak, mengambil alih tanggung jawab ini. Bahwa hukuman adalah keniscayaan bagi satu kejahatan adalah pasti, namun usaha pembelaan hukum agar terbebas dari hukuman tak manusiawi juga merupakan bagian dari kewajiban negara untuk memberikan perlindungan hukum bagi warganya apapun jenis kejahatannya.

Tekanan Internasional

Dalam laporan yang dilansir Human Rights Watch, Arab Saudi masuk dalam kategori negara yang banyak melakukan pelanggaran HAM dalam hal penghukuman dan penyiksaan tak manusiawi, terutama pada pekerja rumah tangga migran. Laporan ini berbanding lurus dengan kasus yang dialami buruh migran kita.

(18)

migran kita. Pemerintah haruslah memiliki posisi tawar yang kuat akan hal ini. Ratifikasi Konvensi Perlindungan Buruh Migran dan Anggota Keluarganya yang telah dilakukan pemerintah seharusnya dapat digunakan untuk meningkatkan posisi tawar kepada Saudi dalam pemenuhan hak buruh migran. Tidak hanya kepada Saudi, pmerintah juga bisa meminta dukungan internasional untuk menghapuskan perbudakaan dan penghukuman yang tak manusiawi yang menimpa buruh migran kita disana. Upaya untuk melindungi, memenuhi dan memajukan hak warga negara melalui mekanisme internasional patut untuk dilakukan. Hal ini sebagai bukti bahwa pemerintah memang serius dalam upaya memberikan pemenuhan hak asasi warganya tidak terkecuali buruh migran.

Jika keempat hal diatas dilakukan secara simultan, maka penebusan uang darah tidaklah menjadi alternatif tunggal dalam penyelesain kasus hukuman mati yang membelit buruh migran kita seperti yang terkesan selama ini.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itulah kami mengususlkan program CELS (Chemistry Education and Learning System) sebagai sarana peningkatan kualitas pendidikan Indonesia dalam bidang kimia.. 1.2

Olehkarena itu diperlukan strategi atau cara yang dapat digunakan guru untuk menarik minat dan motivasi para siswa pada pembelajaran aksara Jawat adalah dengan menggunakan

Budaya Berakhlak Berprestasi Program in Its Attempt to Prevent Tendencies of Teenagers Misbehaviors at SMA Darul Hikam Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi dan kerjasama Saudara/i dalam mensukseskan penelitian ini...

2018 ini juga merupakan bentuk pertanggungjawaban akademik dari para peneliti kepada pihak yang telah mendanai serta memenuhi kewajiban untuk diseminasi dan publikasi hasil

The rest result is that perceived ease of use also has a positive relationship with the intention of using internet banking, trust, and the perceived of usefulness. It supported

commuter services in Jabodetabek, asserting the separation of service types, support for.. PSO service improvement, and performance-based

Utang wesel yang berbunga , yaitu utang wesel yang pada tanggal jatuh tempo pelunasannya sebesar nilai nominal wesel ditambah dengan bunga..