commit to user
i
PENENTUAN KEDALAMAN AIRTANAH DALAM
DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI SURAKARTA
Disusun Oleh:
AGUS HIDAYATULLAH NIM M0206013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Penetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini dibimbing oleh :
Pembimbing I
Sorja Koesuma, S.Si, M.Si. NIP. 19720801 200003 1 001
Pembimbing II
Budi Legowo, S.Si, M.Si. NIP. 19730510 199903 1 002
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada :
Hari : Senin
Tanggal : 17 Januari 2011
Anggota Tim Penguji :
Darsono S.Si, M.Si. (...) NIP. 19700727 199702 1 001
Utari, S.Si, M.Si. (...) NIP. 19701206 200003 2 001
Disahkan oleh: Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ketua Jurusan Fisika
commit to user
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PENENTUAN KEDALAMAN AIRTANAH DALAM
DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI SURAKARTA
Oleh :
Agus Hidayatullah M0206013
Saya dengan ini menyatakan bahwa isi intelektual skripsi ini adalah hasil
kerja saya dan sepengetahuan saya, hingga saat ini skripsi ini tidak berisi materi
yang telah dipublikasikan dan ditulis oleh orang lain, atau materi yang telah
diajukan untuk mendapatkan gelar di Universitas Sebelas Maret Surakarta
maupun di lingkungan perguruan tinggi lainnya, kecuali yang telah dituliskan
dalam daftar pustaka skripsi ini. Semua bantuan dari berbagai pihak baik fisik
maupun psikis, telah saya cantumkan dalam bagian ucapan terimakasih skripsi ini.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv MOTTO
”Dia Menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan Allah
Memiliki karunia yang besar”
(Q.S. Ali „Imrān:74)
“Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, bila kita bersedia dan
berusaha memberikan yang terbaik untuk diri kita sendiri”
“I‟ve come to believe that all my past failure and frustration were actually
laying the foundation for the understandings that have created the new level I
now enjoy”
(Antony)
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :
Ayah dan Mamah tersayang, yang selalu memberi dukungan, doa, semangat
dan kasih sayang. Aku menyanyangi kalian selamanya.
Teteh ku tercinta, yang selalu ada untuk aku baik sehat maupun sakit. Aku sayang teteh, juga adik adiku, A’Amir, teh Ely, dek dicky, A’diding aku juga sayang kalian.
Buat Simbah Putri yang selalu mendoakan aku agar melakukan yang terbaik,
Alm. Simbah Kakung yang telah mengajarkan prinsip hidup, dan Mak
Iyang, juga keluarga besar yang menyuport aku terus.
Buat temen-temen ku yang telah ikut membantu ambil data resistivitas, Teguh, Hastho, Toni, Ardi’07, Defi’07, Mukhlis, Dewan, Tug, Haikal’05, Fuad, Suryono, Avin, Herlina, Fajri, Bundo, Rianti, Dwil, Nanang, mz Bejo, mz
Imam n B’jo. Keluarga besar OGe jurusan Fisika FMIPA UNS Angkatan
2006, terimaksih atas persahabatan dan kekeluaragaan yang
commit to user
v
PENENTUAN KEDALAMAN AIRTANAH DALAM
DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI SURAKARTA
AGUS HIDAYATULLAH
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret ABSTRAK
Geolistrik adalah metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya dipermukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Salah satu kegunaan Geolistrik metode Schlumberger ialah untuk pencarian lokasi akuifer airtanah dalam. Penelitian ini terkait geolistrik resistivitas Sounding dengan konfigurasi Schlumberger pada area seluas 44,02 Km2 sebanyak 38 titik sounding di wilayah Surakarta yang dibagi dalam 4 zona yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat. Pengukuran menggunakan resistivitymeter OYO model 2119C digital McOHM-EL. Pengolahan data dilakukan dengan Progress versi 3, dengan hasil pengolahan berupa kedalaman, ketebalan dan jumlah perlapisan serta harga resistivitasnya. Hasil pengolahan ditentukan berdasarkan rekomendasi model dengan persentase error terkecil yang mengacu pada informasi geologi, hidrogeologi dan data sumur penduduk. Dari titik-titk Sounding tersebut dibuat peta kontur kedalaman akuifer airtanah daerah penelitian, sehingga diperoleh hasil bahwa kedalaman akuifer airtanah adalah 38-183 m. Hasil ini pengukuran untuk tiap zona didapatkan bahwa wilayah Utara Surakarta untuk kedudukan muka airtanah dalamnya lebih jauh dari permukaan tanah atau lebih dalam dibanding 3 zona lain berturut-turut ke wilayah Timur, wilayah Selatan dan wilayah Barat yang diorientasi pada hasil pengukuran kedalaman untuk tiap wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Physics Departement, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University
ABSTRACT
Geoelectric is geophysics method learning the nature of electric current in earth and how to detect it on the surface of earth. In this case cover the potential measurement, current and electromagnetic field that happened, either through natural and also effect of current hypodermic into the earth. One of usefulness method is Schlumberger for the seeking location of groundwater aquifer. This research is related to the geoelectric resistivity surveys using Schlumberger configuration in area 44,02 Km2 consist of 38 measurements points in Surakarta which is divided into 4 zones, North, East, South, and West. The measurements were carried out using OYO model 2119C Resistivitimeters. Data was processed using Progress software ver 3, with resulting resistivity value. The result of prosesing is determined based on recommendations of the model with the smallest percentage error which refers to information on geology, hydrogeology and well data of the resident. From the Sounding measurements find groundwater aquier depth is around 38-183 meters. The results of this measurement for each zone was found that the Northern region of Surakarta the position of groundwater table is deeper than the other 3 zones Eastern, Southern and Western regions respectively, based on measurement for each region.
commit to user
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebagian dana dari penelitian ini mengunakan Dana Penelitian DIPA BLU SBIR
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan Nomer Kontrak: 07/H27.9/PL/2010 tertanggal 1 Juni 2010.
ACKNOWLEDGMENT
Some part of this research is funded from DIPA BLU SBIR Fund,
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir (TA) yang berjudul ” Penentuan Kedalaman Airtanah
Dalam dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Surakarta “ ini
dengan baik. Tugas Akhir (TA) ini menjadi salah satu persyaratan akademis untuk
menyelesaikan jenjang perkuliahan program Strata 1 (S-1) di Jurusan Fisika
Universitas Sebelas Maret.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir (TA) ini,
tentunya tidak terlepas dari adanya dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Harjana, M. Si., Ph. D selaku ketua jurusan Fisika FMIPA
UNS.
2. Bapak Sorja Koesuma, S. Si, M. Si selaku pembimbing I di jurusan Fisika
FMIPA UNS.
3. Bapak Budi Legowo S. Si, M. Si selaku pembimbing II di jurusan Fisika
FMIPA UNS.
4. Drs. Suharyana M. Sc, selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan pelajaran hidup.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta staff di Jurusan Fisika FMIPA UNS.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam
pelaksanaan Tugas Akhir maupun dalam penyusunan laporan Tugas Akhir
commit to user
ix
Penyusun menyadari bahwa laporan yang telah dibuat ini masih jauh dari
sempurna. Penyusun menerima saran dan kritik mengenai laporan ini untuk
menyempurnakan penyusunan laporan Tugas Akhir (TA) ini.
Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semuanya,
khususnya bagi penulis, instansi terkait dan bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaykum Wr.Wb.
Surakarta, Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lembar Pernyataan Keaslian... iii
Lembar Abstrak ... iv
Lembar Motto Persembahan ... vi
Ucapan Terima Kasih ... vii
II.1.2 Keadaan Tanah dan Kepadatan Penduduk ... 5
II.2 Metoda Resistivitas………...……….. 5
II.2.1 Metoda Resistivitas Mapping ... 12
II.2.2 Metoda Resistivitas Sounding ... 12
II.3 Konfigurasi Schlumberger ... …… 13
commit to user
xi
BAB III METODOLOGI PNELITIAN ... 17
III.1 Metoda Penelitian ... 17
III.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 17
III.3 Peralatan Penelitian... 17
III.4 Prosedur dan Pengumpulan Data ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
IV.1 Interpretasi Titik Sounding ... 22
IV.1.1 Titik Sounding Zona Utara ... 23
IV.1.2 Titik Sounding Zona Timur ... 26
IV.1.3 Titik Sounding Zona Selatan ... 28
IV.1.4 Titik Sounding Zona Barat ... 30
IV.2 Interpretasi Kedalaman Airtanah ... 33
BAB V PENUTUP ... 35
V.1 Simpulan ... 35
V.2 Saran... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Surakarta………….……….……... 4
Gambar 2.2 Dua titi arus yang berlawanan polaritasnya dipermukaan bumi... 9
Gambar 2.3 Aliran arus yang berasal dari suatu sumber dalam bumi yang homogeny isotropis …… ... 9
Gambar 2.4 Susunan elektroda arus dan potensial dalam pengukuran resistivitas ... 10
Gambar 2.5 Konfigurasi Schlumberger ... 13
Gambar 2.6 Diagram penampung aliran airtanah ... 14
Gambar 2.7 Diagram penampungan airtanah ... 15
Gambar 3.1 Peralatan yang digunakan dalam penelitian ... 18
Gambar 3.2 diagram penelitian ... 19
Gambar 4.1 Informasi Resistivitas Lapisan Batuan ... 23
Gambar 4.2 Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di lapangan Mojosongo ... 24
Gambar 4.3 Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Ngoresan ... 27
Gambar 4.4 Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di Lawang ... 29
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 1 Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Utara ... 23
Tabel 2 Informasi perlapisan di lapangan Mojosongo ... 24
Tabel 3 Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Timur... 25
Tabel 4 Informasi perlapisan di Gulon ... 27
Tabel 5 Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Selatan ... 28
Tabel 6 Informasi perlapisan di Lawang Gapit ... 29
Tabel 7 Kedalaman Tiap titik Sounding zona Barat ... 30
Tabel 8 Informasi perlapisan di Mutihan ... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Peta Lokasi Titik Sounding Surakarta ... 37
Lampiran B Peta Hidrologi Regional Surakarta ... 38
Lampiran C Harga Tahanan Jenis Beberapa Batuan ... 40
Lampiran D Instrumentasi Alat Resistivitymeter OYO Model 2119C
MCOHM-EL ... 41
commit to user BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia.
Salah satunya ilmu sains, dalam hal ini yaitu ilmu fisika. Dengan adanya ilmu
fisika ini, hidup manusia menjadi lebih terbantu. Peranan ilmu fisika sendiri telah
banyak berkembang di dunia ini sebagai contohnya adalah ilmu Geofisika. Dalam
ilmu Geofisika pembelajaran tentang bumi menjadi suatu hal yang pokok, terlebih
lagi ketika berkaitan dengan pengetahuan tentang eksplorasi bumi. Perkembangan
ilmu geofisika semakin ditingkatkan mengingat besarnya kebutuhan akan hasil
eksplorasi ini.
Surakarta, dengan luas wilayah 44,04 Km2, dan jumlah penduduk
mencapai 500.642 jiwa (hasil sensus penduduk Surakarta 2010), yang terbagi atas
lima kecamatan, yaitu : Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon dan Serengan.
Dimana dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.368 jiwa/ Km2,
menjadikan Surakarta sebagai salah satu kota besar dan berkembang di Indonesia.
Selain sebagai kota pariwisata, Surakarta juga mengalami pertumbuhan pesat di
bidang hotel dan industri. Pesatnya pertumbuhan kota Surakarta ini, berdampak
akan banyaknya kebutuhan air yang tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan
warga dalam jumlah besar, juga ditambah dengan banyaknya kebutuhan air untuk
industri dan hotel di Surakarta. Karena kebutuhan akan air menjadi kebutuhan
pokok bagi makhluk hidup terlebih manusia, air memegang peran penting bagi
kehidupan. Tidak hanya untuk minum dan mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Air juga menjadi faktor penting guna memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan bagi
industri dan hotel.
Air sendiri terbagi atas air danau, air sungai, air laut, dan air tanah. Air
yang dimaksud dalam hal ini adalah airtanah. Airtanah pun dapat diklasifikasikan
menjadi airtanah dangkal dan airtanah dalam yang dipisahkan oleh lapisan
impermeable.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui serta sangat
vital untuk kegiatan sehari-hari manusia. Tanpa air, kehidupan manusia bisa
lumpuh. Karena itu, tak heran bila krisis air dianggap sebagai momok yang
menakutkan. Di zaman dahulu, berlimpahnya air membuat manusia terlena dan
melakukan pemborosan. Tidak terfikir bahwa suatu saat di masa yang akan datang
akan terjadi krisis air seperti yang terjadi saat ini. Dan pada akhirnya terjadi tidak
seimbangnya kehidupan di bumi. Ketika di suatu tempat mengalami kelebihan air,
di tempat yang lain kekurangan air. Oleh karena itu, segala cara ditempuh untuk
tetap memenuhi kebutuhan akan air seperti pembuatan sumur timba, dan sumur
bor. Kedua terknologi ini ternyata mendatangkan dampak yang fatal bagi
ketersediaan air permukaan tanah. Besarnya kebutuhan akan air di kota Surakarta,
menjadi pendorong untuk pencarian informasi atau penelitian tentang titik dan
kedalaman airtanah di kota Surakarta ini.
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metoda geolistrik
konfigurasi Shlumberger. Karena pada konfigurasi ini tidak membutuhkan
bentangan jarak yang panjang, sehingga pada kondisi Surakarta yang banyak
didominasi oleh rumah-rumah penduduk dan pabrik lebih cocok. Selain itu juga
lebih efisien dalam hal waktu pengambilan data dibandingkan dengan metode
lain, misalnya saja konfigurasi Wenner.
I. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dibuat rumusan
masalah yaitu : berapa kedalaman airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta
yang terdiri dari 38 titik Sounding yang dibagi dalam 4 zona antara lain : zona
Utara, zona Timur, Zona Selatan dan zona Barat.
I. 3 Batasan Masalah
Survai dilakukan di wilayah Surakarta dengan menggunakan metoda
geolistrik resistivitas Sounding konfigurasi Schlumberger. Penentuan titik ukur
disesuaikan dengan kondisi daerah yang cukup untuk melakukan bentangan jarak
commit to user
Progress ver 3. Hasil yang didapat berupa grafik nilai resstivitas terhadap
kedalaman titik ukur.
I. 4 Tujuan Penelitian
Adapun untuk tujuan dari Tugas Akhir ini adalah yaitu : mengetahui
kedalaman airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta.
I. 5 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini yaitu : mengetahui informasi kedalaman
airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta.
I. 6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan Tugas Akhir (TA) ini mengikuti sistematika penulisan
sebagai berikut ;
BAB I. Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang Tugas Akhir , tujuan, manfaat pelaksanaan
Tugas Akhir , perumusan masalah, dan terdapat pula sistematika penulisan
laporan.
BAB II. Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori yang dapat mempermudah penyelesaian
laporan ini dan beberapa keterangan yang mendukung proses pengolahan data.
BAB III. Metodologi Penelitian
Dalam bab ini membahas tentang metode pengolahan data dan keterangan
yang mendukung pengolahan data tersebut.
BAB IV. Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan hasil dan analisa dari Tugas Akhir yang
disesuaikan berdasarkan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini.
BAB V. Penutup
Pada bab ini memuat beberapa kesimpulan dan saran dari seluruh uraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Surakarta
II. 1.1 Kondisi Geografis
Kota Surakarta memiliki luas wilayah administratif kurang lebih 44,04
Km2 yang terdiri atas 5 Kecamatan dan 51 Kelurahan, yaitu : Kecamatan
Banjarsari, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Jebres, Kecamatan Serengan dan
Kecamatan Pasar Kliwon (Gambar 2.1). Dilihat dari posisi berada di bagian
selatan Pulau Jawa yang dilewati jalur transportasi darat (jalur Pantai Selatan)
yang menghubungkan Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Gambar. 2.1. Peta Surakarta
(Sumber : http://lintassolo.wordpress.com/2010/07/06/peta-kota-surakarta/)
commit to user
Surakarta terletak sekitar 65 Km Timur Laut Yogyakarta dan 100 Km
Tenggara Semarang. Lokasi kota ini berada di dataran rendah (hampir 100 m di
atas permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di Barat, Gunung Lawu di
Timur dan di Selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di sebelah Timur mengalir
Bengawan Solo dan di bagian Utara mengalir Kali Pepe yang merupakan bagian
dari Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.
Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali di sebelah Utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di
sebelah Timur dan Barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Selatan.
II. 1.2 Keadaan Tanah dan Kepadatan Penduduk
Wilayah Surakarta secara umum keadaannya datar, hanya bagian Utara
dan Timur agak bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 100 m di atas
permukaan air laut. Jenis tanah sebagian tanah liat gromosol serta wilayah bagian
Timur laut tanah litosol mediteran. (Yanuar, 2008)
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi
sebagai akibat aktivitas vulkanik kedua gunung api. Komposisi ini, ditambah
dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini
sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti
tembakau dan tebu. Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur
dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan
lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk.
Luas wilayah Kota Surakarta sebesar 44,04 Km2, dengan jumlah penduduk
sebesar 500.642 jiwa (hasil sensus penduduk Surakarta 2010) maka tingkat
kepadatan penduduk sekitar 11.368 jiwa/ Km2.
II. 2 Metoda Resistivitas
Resistivitas suatu bahan adalah besaran atau parameter yang menunjukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
resistivitas makin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus listrik. Resistivitas
biasanya diberi simbol . Resistivitas adalah kebalikan dari hantaran jenis yang
diberi symbol jadi, = 1/ . Satuan adalah Ohm meter (m). Metoda
resistivitas adalah metoda geofisika untuk menyelidiki struktur bawah permukaan
berdasarkan perbedaan resistivitasnya.
Pengukuran geolistrik dengan metoda resistivitas dilakukan dengan
mengukur distribusi potensial listrik pada permukaan tanah, hingga resistivitas
tanah dapat diketahui. Resistansi listrik suatu bahan R berbentuk silinder akan
berbanding langsung dengan panjangnya L dan berbanding terbalik dengan luas
penampang A, seperti diberikan oleh :
(2.1) Dimana: = Resistivitas Material (m)
R = Tahanan ()
L = Panjang Material (m)
A = Luas Penampang Material (m2)
adalah resistivitas listrik dari material, dimana bernilai tetap dan
merupakan karateristik material yang tidak bergantung bentuk atau ukuran
material tersebut. Sesuai dengan hukum Ohm nilai resistansi atau tahanan suatu
bahan yaitu :
(2.2)
Dimana V adalah beda potensial, R resistansi dan I adalah arus listrik yang
melewati resistansi. Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh persamaan :
(Zohdy,1980)
commit to user
Persamaan di atas dipergunakan untuk material yang homogen, sehingga
hasil yang didapat adalah resistivitas yang sesungguhnya. (Zohdy,1980)
Dalam prakteknya, obyek yang diukur adalah bumi atau tanah tidak
homogen. Karena resistivitasnya tidak sama, sehingga nilai resistivitas yang
terukur merupakan resistivitas semu (apparent resistivity). Nilai resistivitas semu
tergantung pada nilai resistivitas tiap lapisan, pembentuk formasi geologi dan
spasi, serta geometri elektroda. (Zohdy,1980)
Untuk mendapatkan resistivitas batuan di bawah permukaan tanah suatu
pendekatan yang mengasumsikan bahwa bumi sebagai medium yang homogen
isotropis atau medium yang sama dapat digunakan. Sesuai dengan pendekatan ini
jika arus listrik dengan rapat arus J dialirkan ke dalam bumi, maka arus tersebut
akan menyebar ke segala arah dengan sama besar.
Hubungan antara rapat arus dan medan listrik E yang dinyatakan dalam
hukum Ohm :
(2.4)
Dimana E adalah medan listrik dan J adalah rapat arus, secara umum
dapat dinyatakan : (Zohdy,1980)
(2.5)
Dalam kondisi homogen isotropis, potensial di suatu titik yang
ditimbulkan oleh aliran arus hanya ditemukan oleh jarak r dari sumber arus ke
titik pengukuran. Pada sistem ini bila potensialnya berkurang sepanjang r, maka
besarnya medan listrik E adalah :
E(r) = -V (2.6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Dimana V adalah potensial dalam Volt. Karena A adalah luas setengah
bola denga persamaan :
A = 2r2 (2.7)
maka : (2.8)
Selanjutnya
diperoleh : (2.9)
Luasan setengah bola dipergunakan dalam perhitungan ini karena untuk
bumi yang homogen dan isotropis berarti tidak ada lapisan lain selain bidang batas
antara tanah dan udara. Udara mempunyai hantaran jenis nol atau tahanan jenis
tak berhingga, sehingga arus hanya akan mengalir ke dalam bumi.
Berdasarkan persamaan (2.10) tampak bahwa permukaan equipotensial
berupa permukaan setengah bola (Gambar 2.2). Sedangkan garis aliran arus dan
medan listriknya berupa lingkaran berarah radial. (Telford, 1976)
commit to user Permukaan
Aliran Arus
Sumber Tegangan
Bidang Equipotensial C1
Gambar 2.2 Dua titik arus yang berlawanan polaritasnya di permukaan
bumi (Telford, 1976)
Pada (Gambar 2.2) dapat dilihat bahwa aliran arus listrik selalu tegak lurus
terhadap permukaan equipotensial. Dalam ruang dua dimensi, permukaan
equipotensial yang terletak di tengah-tengah kedua sumber arus berupa bidang
setengah lingkaran.
Gambar 2.3 Aliran arus yang berasal dari suatu sumber dalam bumi yang
homogen isotropis (Telford, 1976)
Pada pengukuran di lapangan digunakan dua elektroda untuk mengalirkan
arus (C1 dan C2) dan beda potensialnya diukur antara dua titik dengan dua
elektoda potensial, P1 dan P2. (Gambar 2.4).
A -
B -
Bidang Equipotensial Aliran Arus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
AN BN
AM BM
Gambar 2.4. Susunan elektroda arus dan potensial dalam pengukuran
resistivitas (Acwort, 2000)
Untuk model bumi homogen isotropis, dengan kedua titik elektroda arus
dan potensial diletakan di permukaan bumi. Persamaan :
(2.11)
= potensial di P1 terhadap elektroda positif C1
= potensial di P2terhadap elektroda positif C1.
= potensial di P1 terhadap elektroda negatif C2.
= potensial di P2 terhadap elektroda negatif C2.
commit to user
dengan mengubah persamaan (2.12), didapatkan resistivitas yaitu :
(Zohdy,1980)
(2.13)
Persamaan (2.13) adalah persamaan dasar untuk arus langsung (DC /
direct current).
Faktor :
disebut faktor geometrik dari susunan elektroda pada umumnya disimbolkan
dengan huruf K, yang mana : (Zohdy,1980)
(2.14)
dimana Kberdimensi panjang (meter).
Letak dua elektroda potensial terhadap letek kedua elektroda arus
mempengaruhi besarnya beda potensial diantara kedua elektroda potensial
tersebut. Besarnya koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua
elektroda arus disebut faktor geometri. (Hendrajaya, 1990).
Pengukuran untuk material homogen dan isotropis dengan menggunakan
persamaan (2.15) akan diperoleh resistivitas sesungguhnya dari material tersebut
(true resistivity). Namun untuk material homogen tidak isotropis, resistivitas
terukur adalah resistivitas semu s.
Nilai resistivitas semu adalah fungsi dari beberapa variabel, yaitu susunan
elektroda, geometri dari konfigurasi elektroda, seperti ketebalan lapisan,
kedalaman, material tidak isotropis, tidak homogen. Resistivitas semu bergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metoda geolistrik resistivitas dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
II. 2. 1 Metoda Resistivitas Mapping
Metoda resistivitas Mapping merupakan metoda yang bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan dibawah permukaan bumi secara
horizontal. Oleh karena itu, pada metoda ini digunakan konfigurasi elektroda yang
sama untuk semua titik pengamatan di permukaan bumi, agar diperoleh
kedalaman yang sama utuk tiap-tiap titik, setelah itu baru dibuat kontur
isoresitivitasnya. (Hendrajaya, 1990)
II. 2. 2 Metoda Resistivitas Sounding
Metoda resistivitas Sounding juga bisa dikenal sebagai resistivitas
Drilling, atau resistivitas Probing. Hal ini terjadi karena pada metoda ini bertujuan
untuk mempalajari variasi batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal.
Pada metoda ini, pengukuran pada suatu titik Sounding dilakukan dengan
jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan jarak elektroda ini tidak
dilakukan secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian
membesar secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman
lapisan batuan yang terdeteksi. Pada pengukuran sebenarnya, pembesaran jarak
elektroda mungkin dilakukan jika dipunyai suatu alat geolistrik yang memadai.
Dalam hal ini, alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang
cukup besar atau kalau tidak, alat tersebut harus cukup mampu medeteksi beda
potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat
yang dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar dan mempunyai
sensitifitas yang cukup tinggi. (Hendrajaya, 1990)
II. 3 Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini diambil dari nama Conard Schlumberger yang merintis
commit to user
digunakan penamaan elektroda yang berbeda yaitu A dan B sebagai C1 dan C2, M
dan N sebagai P1 dan P2. Konfigurasi Schlumberger dimaksudkan untuk
mengukur gradien potensial sehingga jarak antara elektroda yang membentuk
dipol potensial MN dibuat sangat kecil dan berada di tengah-tengah antara A dan
B. (Telford, 1976)
Faktor geometri konfigurasi elektroda Schlumberger diberikan oleh
persamaan :
(2.15)
sehingga dari persamaan (2.16) untuk konfigurasi Schlumberger (Telford, 1976)
(2.16)
dimana adalah tahanan jenis semu untuk konfigurasi Schlumberger.
V
I
A M N B
b
a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
II. 4 Airtanah
Airtanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau
regolit (Gambar 2.7). Jumlahnya kurang dari 1% dari air bumi, tetapi 40 kali lebih
besar dibandingkan air bersih di permukaan (sungai dan danau). Kebanyakan
airtanah berasal dari air hujan (disebut juga air meteoric atau vadose). Air hujan
yang meresap ke dalam tanah menjadi bagian dari airtanah, perlahan-lahan
mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah atau permukaan dan
bergabung dengan aliran sungai. Air yang masuk ke dalam tanah akan mengisi
ruang antar butir formasi batuan serta mengalami pergerakan di dalamnya, ini
yang disebut dengan air tanah. (Wilson, 1993)
Gambar 2.6. Diagram penampung aliran air tanah
Sumber : //maps.unomaha.edu/
Air yang tidak tertahan dekat dengan permukaan menerobos ke bawah
sampai zona dimana seluruh ruangan terbuka pada sedimen atau batuan terisi air
(lihat Gambar 2.6 dan 2.7). Air dalam zona saturasi (zone of saturation) ini
dinamakan airtanah, sedimen atau batuan di atasnyayang tidak jenuh air disebut
commit to user
Berdasarkan parameter yang berupa sifat fisik, sifat hidrodinamika,
kenampakan di lapangan dan cara terdapatnya, tipe airtanah dibedakan menjadi
tipe airtanah dangkal dan tipe airtanah dalam. Airtanah dangkal mudah ditemukan
dengan kedudukan muka airtanahnya dekat dengan permukaan tanah. Fluktuasi
airtanah dangkal dipengaruhi langsung oleh keadaan musim regional. Sedangkan
airtanah dalam, kedudukan muka airtanahnya jauh dibawah muka airtanah
dangkal, biasanya dibatasi oleh lapisan kedap atau lapisan berbutir halus.
Lapisan geologi atau formasi batuan yang bersifat porous dan permiable
sehingga dapat menghimpun dan melewatkan airtanah ini disebut dengan akuifer
atau penghantar, dapat terdiri dari bahan lepas seperti pasir dan kerikil atau bahan
yang mengeras seperti batu pasir. Sebagai pembawa air maka akuifer materialnya
haruslah mempunyai porousitas dan permeabilitas yang tinggi. Dan merupakan
tubuh batuan atau regolit yang terletak dalam zona saturasi. (Wilson, 1993)
Air di dalam pori akuifer terpengaruh oleh gaya gravitasi sehingga
cenderung untuk mengalir ke bawah melalui pori bahan tersebut. Perlawanan
terhadap pengaliran bawah tanah itu sangat berbeda-beda dan kelulusan bahan
merupakan ukuran bagi perlawanan itu. Penghantar dengan pori besar-besar
seperti kerakal memiliki kelulusan yang tinggi dan lapisan dengan pori sangat Gambar 2.7. Diagram penampung air tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kecil-kecil seperti lempung, yang porinya hanya bisa dilihat dibawah mikroskop,
kelulusannya rendah. (Wilson, 1993)
Dengan menerusnya air ke bawah, maka penghantar akan jenuh.
Permukaan bagian yang jenuh itu disebut muka air tanah atau permukaan freatik.
Permukaan itu dapat miring curam dan kemampatannya bergantung pada
penyediaan dari atas. Permukaan itu menurun selama waktu kering dan naik pada
cuaca hujan. Air dalam penghantar umumnya bergerak perlahan-lahan menuju ke
permukaan air bebas yang terdekat seperti danau, sungai atau laut. (Wilson, 1993)
Akuifer yang permukaan atasnya berhimpit dengan permukaan air dan
berhubungan langsung dengan atmosfir dinamakan unconfined aquifer, atau
akuifer yang tidak mempunyai batas. Dan akuifer yang dibatasi oleh lapisan kedap
disebut confined aquifer. Sedangkan akuifer yang dibatasi oleh lapisan kedap
commit to user BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metoda Penelitian
Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda
eksperimen yaitu suatu cara pengukuran untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan pada suatu media yang diukur. Pengukuran dilakukan untuk
mendapatkan nilai resistivitas, yaitu dengan menggunakan metoda resistivitas
Sounding.
Metoda resistivitas Sounding digunakan untuk menentukan resistivitas
bawah permukaan arah vertikal. Konfigurasi elektroda yang dipergunakan pada
pengukuran ini adalah konfigurasi Schlumberger.
Untuk mengetahui besarnya resistivitas pada lintasan Sounding, dilakukan
pengukuran dengan mengubah jarak elektroda arus. Jarak elektroda arus makin
besar maka potensi daya tembus arus listrik semakin dalam, hal ini masih
bergantung pada kuat arus yang dialirkan.
III.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 12 Juni 2010
sampai 9 Juli 2010. Tempat : Surakarta.
III.3 Peralatan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan peralatan sebagai berikut:
1. Alat Utama
a. Resistivitymeter OYO model 2119C digital McOHM-EL, untuk mengukur
beda potensial.
b. Empat buah elektroda, sebagai terminal untuk mentransmisikan arus listrik
dan potensial yang timbul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Empat buah kabel gulungan, masing-masing panjang 400 meter, sebagai
penghubung instrument resistivitymeter dengan elektroda-elektroda.
d. Power supply (accu 12V), sebagai sumber tegangan bagi instrument
resistivitymeter.
e. Dua buah meteran, untuk mengukur jarak antara titik ukur dan lebar spasi
elektroda-elektroda.
2. Alat Bantu
a. GPS (Global Positioning System), untuk mengukur posisi titik ukur.
b. Empat buah palu/martil, untuk membantu menancapkan elektroda.
c. HT (Handy Talky), sebagai alat bantu komunikasi antara operator
instrument resistivitymeter dengan operator elektroda-elektroda.
d. Satu buah Multimeter, untuk memeriksa hubungan antara instrument
resistivitymeter dengan elektroda-elektroda.
e. Kalkulator, lembar tabel data, kertas bilog, alat tulis, untuk mencatat data
pengukuran dan melakukan perhitungan interpretasi pendahuluan.
commit to user III.4 Prosedur dan Pengumpulan Data
Prosedur kerja dalam penelitian ini dideskripsikan dalam diagram
penelitian seperti berikut:
Gambar 3.2 Diagram Penelitian
Penjelasan Skema diagram di atas :
1. Survey lokasi
Dalam penelitian ini sebelum mencari nilai resistivitas nya. Terlebih
dahulu melakukan survey lokasi tempat yang akan kita cari nilai Survai lokasi atau penentuan
titik Sounding
Pengambilan data
Tahanan Jenis Semu
Nilai kedalaman dan resistivitas
Interpretasi data Pengolahan data Software PROGRESS
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
resistivitasnya. Agar dalam pencarian nanti lebih mudah, karena sudah
tahu kondisi tempatnya.
2. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan melewatkan arus bolak-balik
kedalam medium melalui elektroda arus C1 dan C2. Setelah arus
melewati medium diukur tegangan dengan dua elektroda potensial P1
dan P2 pada jarak rentang tertentu, disesuaikan dengan konfigurasi
elektroda yang dipakai.
Pada pengambilan data ini menggunakan metode Resistivitas Sounding
dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi ini
elektroda bergerak secara simetri, dengan ketentuan dua elektroda
potensial yaitu P1=M dan P2=N, dan elektroda arus C1=A dan C2=B
dengan .
3. Pengolahan data
Data yang diperoleh dari pengukuran resistivitas Sounding dengan
konfigurasi Schlumberger berupa AB/2, MN/2, V ,I. Data tersebut
dimasukan pada persamaan (2.16). Sehingga didapatkan nilai tahanan
jenis untuk setiap kedalaman (AB/2).
Nilai tahanan jenis hasil perhitungan data yang diperoleh dari
persamaan (2.16) bukan merupakan nilai tahanan jenis aktual,
melainkan tahanan jenis semu. Nilai tahan jenis semu ini dapat lebih
kecil atau lebih besar dari tahanan jenis sesungguhnya. Untuk merubah
tahanan jenis semu menjadi tahanan jenis sesungguhnya dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual berdasarkan kurva baku
(Curva Matching) dan dengan cara digital melalui perangkat lunak
komputer.
Pada pengolahan data ini menggunakan software progress ver.3.
Setelah data resistivitas semu didapatkan, data diolah sehingga
mendapatkan banyak lapisan sebenarnya dan kedalaman tiap lapisan
commit to user 4. Interpretasi data
Interpretasi diartikan sebagai penerjemahan bahasa fisis berupa nilai
tahanan jenis menjadi bahasa geologi yang umum. Oleh karena itu
didalam langkah interpretasi diperlukan pengetahuan geologi.
Dari hasil pengolahan data dengan pengoperasian software progress,
maka akan didapatkan jumlah lapisan, nilai resistivitas dan kedalaman
setiap perlapisan. Hasil analisis pada suatu titik pendugaan apabila
dikaitkan dengan titik pendugaan yang lain, maka akan dapat dipakai
untuk memprediksi kedalaman akuifer di suatu wilayah dengan cara
merekonstruksi atau interpolasi antara titik pendugaan.
5. Menarik kesimpulan penelitian.
Kesimpulan diambil dari penelitian, kemudian diringkas berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Interpretasi Titik Sounding
Pengukuran dengan metode resistivitas konfigurasi Schlumberger di
daerah penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi geologi di bawah
permukaan dengan menentukan kedalaman dan kontras tahanan jenis daerah
tersebut. Pengukuran dengan metode Schlumberger diperoleh kedalaman dan
tahanan jenis semu pada titik-titik pengukuran, dengan posisi titik menyebar di
daerah penelitian. Untuk memperoleh nilai dan tahanan jenis sebenarnya data
hasil tiap-tiap titik Sounding diolah dengan Software Progress, sehingga dapat di
interpretasikan formasi lapisan di bawah permukaan tanah. Untuk mengetahui
kedalaman airtanah dalam di titik pengukuran, yaitu dengan membandingkan nilai
resistivitas dan jenis batuan. Dimana nilai resistivitas 5-20 Ohm meter,
diperkirakan berupa lapisan Batupasir yang diduga sebagai tempat penyimpanan
airtanah dalam. Untuk mengetahui lapisan tiap kedalaman resistivitas hasil
pengukuran di korelasi dengan (Gambar 4.1.) Informasi Resistivitas Lapisan
Batuan. Resistivitas hasil pengukuran menunjukan bahwa lapisan tersebut yaitu
lapisan jointed, fractured & flow top basalt. Dimana lapisan tersebut masih
terbagi menjadi lapisan-lapisan lainnya, diantaranya Tufa, Batupasir Tufaan,
Batupasir, Breksi & Batupasir, dan lain sebagainya, menurut nilai Resistivitasnya
masing-masing.
Pengukuran di daerah Surakarta terdapat 38 titik Sounding yang dibagi
dalam 4 zona, yaitu : zona Utara, zona Timur, zona Selatan dan zona Barat.
commit to user
Gambar 4.1. Informasi Resistivitas Lapisan Batuan (Lowrie, 2007)
IV. 1.1 Titik Sounding zona Utara
Tabel 1. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Utara.
No Titik Sounding Airtanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dari Perum. Wonorejo sampai Bonoloyo. Dari hasil interpretasi diperkirakan
bahwa airtanah dangkal dijumpai pada kedalaman kurang dari 38 meter, dengan
korelasi sumur penduduk antara 15-40 meter. Sedangkan airtanah dalam dijumpai
pada kedalaman lebih dari 44 meter. Error besar pada data di titik Sounding
daerah Plesungan dan Samirukun ini dikarenakan pada pengambilan data terjadi
hujan sehingga arus tidak bisa mengalir sempurna.
Gambar 4.2. Log dan Kurva resistivitas batuan terhadap kedalaman di lapangan
Mojosongo.
Tabel 2. Informasi perlapisan di lapangan Mojosongo.
Lapisan Resistivitas (Ohm meter) Kedalaman (m) Jenis Batuan
1 0,71 0,0-0,19 Top Soil
9 7,46 138,80-166,07 Batupasir Tufaan
commit to user
Titik Sounding di lapangan Mojosongo, dengan koordinat : 07°31'54.1" LS
dan 110°50'36.3" BT, dan ketinggian 152 m. (Gambar 4.2) Memperlihatkan hasil
pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah
lapangan Mojosongo. Dari hasil inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Untuk
lapisan 1 dengan resistivitas 0,71 Ohm meter dengan kedalaman 0-0,19 meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Top Soil. Lapisan di bawahnya diinterpretasikan
sebagi lapisan Batupasir Tufaan dengan resistivitas 8,39 Ohm meter pada
kedalaman 0,19-1,74 meter. Lapisan ke 3 dengan risistivitas 2,71 Ohm meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa pada kedalaman 1,74-3,80 meter. Lapisan 4
dan 5 dengan resistivitas 7,47 Ohm meter dan 6,65 Ohm meter diinterpretasikan
sebagi lapisan batupasir Tufaan pada kedalaman 3,80-36,73 meter. Lapisan ke 6
dengan resistivitas 1,17 Ohm meter pada kedalaman 36,73-50,12 meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa. Lapisan di bawahnya dengan resistivitas
3,49 Ohm meter pada kedalaman 50,12-72,80 meter diinterpretasikan sebagi
lapisan Tufa. Lapisan ke 8 dengan resistivitas 17,67 Ohm meter pada kedalaman
72,80-138,80 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir, lapisan 9 dengan
resistivitas 7,46 Ohm meter pada kedalaman 138,80-166,07 diinterpretasikan
sebagai lapisan Batupasir Tufaan, dan pada kedalaman lebih dari 166,07 meter
dengan resistivitas 1,37 Ohm meter diinterpretasikan sebagi Batupasir Tufaan.
Hasil interpretasi ini sesuai dengan penelitian Wahyudi (2004).
Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal
berada pada kedalaman 3,80-14,83 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada
pada kedalaman 72-166 meter, dengan korelasi sumur PDAM di daerah tersebut
160 meter.
IV. 1.2 Titik Sounding zona Timur
Tabel 3. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Timur.
No Titik Sounding Airtanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4. Jl. Juanada K 3-12 74-94
5. Guosari/Pedaringan 10 40-53
6. Bibis 3-23 - Eror besar di pengolahan
7. Margoyudan 2-14 98-128
8. Jl. Setia Budi 10 >155
9. Mesen 19 >148
10. Jagalan 6 50-68
Titik sounding zona Timur terletak di daerah Timur Surakarta. Titik
Sounding pengambilan data, dari Gulon sampai Jl. Setia Budi dan dari Bibis
sampai Jl. Juanda K. Dari hasil interpretasi diperkirakan bahwa airtanah dangkal
dijumpai pada kedalaman kurang dari 23 meter, dengan korelasi sumur penduduk
antara 15-30 meter. Sedangkan airtanah dalam dijumpai pada kedalaman lebih
dari 40 meter. Error besar pada data di titik Sounding daerah Bibis ini dikarenakan
pada pengambilan data terjadi hujan sehingga arus tidak bisa mengalir sempurna,
sehingga elektroda arus dan potensial tidak menancap dengan baik.
commit to user Tabel 4. Informasi perlapisan di Gulon.
Lapisan Resistivitas (Ohm meter) Kedalaman (m) Jenis Batuan
1 57.88 0,0-0,911 Top Soil
2 3,58 0,91-2,37 Tufa
3 5,05 2,37-5,61 Batupasir Tufaan
4 8,68 5,61-19,76 Batupasir Tufaan
5 16,48 19,76-44,02 Batupasir
6 9,06 44,02-63,59 Batupasir Tufaan
7 2,49 63,59-83,66 Tufa
8 1,02 83,66-132,95 Tufa
9 6,78 132,95-157,36 Batupasir Tufaan
10 32,97 >157,36 Batupasir
Titik Sounding di daerah Gulon, dengan koordinat : 07° 33'03.6" LS dan
110° 51'52.7" BT, dan ketinggian 115 m. (Gambar 4.3) Memperlihatkan hasil
pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah Gulon.
Analisa jenis batuan untuk kedalaman tertentu ditunjukan dalam tabel 4. Hasil
inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Untuk lapisan 1 dengan resistivitas 57,88
Ohm meter dengan kedalaman 0-0,91 meter diinterpretasikan sebagi lapisan Top
Soil. Lapisan di bawahnya diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa dengan
resistivitas 3,58 Ohm meter pada kedalaman 0,91-2,37 meter. Lapisan ke 3 dan 4,
dengan risistivitas 5,05 dan 8,68 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan
Batupasir Tufaan pada kedalaman 2,37-19,76 meter. Lapisan 5 dengan resistivitas
16,48 Ohm meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir pada kedalaman
19,76-44,02 meter. Lapisan 6 dengan resistivitas 9,06 Ohm meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan pada kedalaman 44,02-63,59
meter. Lapisan 7 dan 8 dengan resistivitas 2,49 Ohm meter dan 1,02 Ohm meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa pada kedalaman 63,66-132,95 meter.
Lapisan ke 9 dengan resistivitas 6,78 Ohm meter pada kedalaman 132,95-157,36
meter diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan. Lapisan di bawahnya
dengan resistivitas 32,97 Ohm meter pada kedalaman lebih dari 157,36 meter
diinterpretasikan sebagi lapisan breksi. Hasil interpretasi ini sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal
berada pada kedalaman kurang lebih 5 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada
pada kedalaman lebih dari 157 meter, dengan korelasi sumur PDAM di daerah
tersebut 160 meter.
IV. 1.3 Titik Sounding zona Selatan
Tabel 5. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Selatan.
No Titik Sounding Airtanah
dangkal (m)
Sounding pengambilan data, dari Jl. Sampangan sampai Jl. Gatot Subroto dan dari
Jl. Mayjen. Sunaryo sampai Dawung. Dari hasil interpretasi diperkirakan bahwa
airtanah dangkal dijumpai pada kedalaman kurang dari 20 meter, dengan korelasi
sumur penduduk antara 15-30 meter.
commit to user Tabel 6. Informasi perlapisan di Lawang Gapit.
Lapisan Resistivitas (Ohm meter) Kedalaman (m) Jenis Batuan
1 44,39 0,0-1,05 Top Soil
2 1,52 1,05-1,92 Tufa
3 17,28 1,92-10,19 Batupasir
4 11,05 10,19-18,69 Batupasir
5 6,58 18,69-33,87 Batupasir Tufaan
6 6,48 33,87-49,56 Batupasir Tufaan
7 16,36 49,56-70,41 Batupasir
8 33,73 70,41-131,18 Batupasir
9 7,04 131,18-155,72 Batupasir Tufaan
10 6,18 >155,72 Batupasir Tufaan
Titik Sounding di daerah Lawang Gapit, dengan koordinat : 07°34'41.4"
LS dan 110°49'24.4" BT, dan ketinggian 122 m. (Gambar 4.4) Memperlihatkan
hasil pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah
Lawang Gapit. Analisa jenis batuan untuk kedalaman tertentu ditunjukan dalam
tabel 6. Hasil inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Dimana lapisan 1 dengan
resistivitas 44,39 Ohm meter pada kedalaman 0,0-1,05 meter diinterpretasikan
sebagi lapisan Top Soil. Lapisan dibawahnya diinterpretasikan sebagi lapisan
Tuffa dengan resistivitas 1,52 Ohm meter pada kedalaman 1,05-1,92 meter.
Lapisan 3 dan 4 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir dengan nilai resistivitas
17,28 Ohm meter dan 11,05 Ohm meter paada kedalaman 1,92-18,69 meter.
Sedang lapisan ke 5 dan 6 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan pada
kedalaman 18,69-49,56 meter dengan resistivitas 6,48 dan 6,58 Ohm meter.
lapisan ke 7 dan 8 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir pada kedalaman
49,56-131,18 meter dengan resistivitas 16,36 dan 33,73 Ohm meter. Lapisan 9-10
pada kedalaman lebih dari 131 meter dengan resistivitas 6,18-7,04 Ohm meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir Tufaan.
Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal
berada pada kedalaman 18 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
IV. 1.4. Titik Sounding zona Barat
Tabel 7. Informasi Kedalaman Tiap titik Sounding zona Barat.
No Titik Sounding Airtanah
dangkal (m) sampai Jl. Juanda K. Dari hasil interpretasi diperkirakan bahwa airtanah dangkal
dijumpai pada kedalaman kurang dari 17 meter. Sedangkan airtanah dalam dijumpai pada kedalaman lebih dari 44 meter. Untuk titik Sounding di Jl. Rumah
Antik, Baron, Banaran dan Jl. DR. Suharso terdapat sementasi / aspalisasi di
daerah pengukuran sehingga elektroda arus dan potensial tidak menancap dengan
baik.
commit to user Tabel 8. Informasi perlapisan di Mutihan.
Lapisan Resistivitas (Ohm meter) Kedalaman (m) Jenis Batuan
1 28,83 0,0-0,67 Top Soil
2 2,63 0,67-0,94 Tufa
3 11,29 0,94-4,17 Batupasir
4 29,7 4,17-11,68 Batupasir
5 7,15 11,68-28,54 Batupasir Tufaan
6 8,31 28,54-53,97 Batupasir Tufaan
7
Titik Sounding di daerah Mutihan, dengan koordinat : 07°33'46.5" LS dan
110°47'24.9" BT, dan ketinggian 124 m. Gambar (4.5) Memperlihatkan hasil
pengukuran resistivitas batuan untuk tiap-tiap kedalaman lapisan di daerah
Mutihan. Analisa jenis batuan untuk kedalaman tertentu ditunjukan dalam tabel 8.
Hasil inversi menunjukan 10 lapisan litologi. Dimana lapisan 1 dengan resistivitas
28,83 Ohm meter pada kedalaman 0,0-0,67 meter diinterpretasikan sebagi lapisan
Top Soil. Lapisan 2 diindikasi lapisan Tufa dengan resistivitas 2,63 Ohm meter
pada kedalaman 0,67-0,94 meter. Lapisan 3 dan 4 diindikasi lapisan Batupasir dengan resistivitas 11,29 dan 29,7 Ohm meter pada kedalaman 0,67-11,68 meter.
Lapisan 5 sampai lapisan 7 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir pada
kedalaman 11,68-80,58 meter dengan resistivitas 4,86-8,31 Ohm meter. Lapisan 8
dan 9 diinterpretasikan sebagi lapisan Batupasir dengan resistivitas 10,89 Ohm
meter dan 14 Ohm meter pada kedalaman 80,58-162,57 meter. Pada lapisan 10
dengan resistivitas 1,21 Ohm meter pada kedalaman lebih dari 162,57 meter
diinterpretasikan sebagi lapisan Tufa.
Dari hasil inversi di atas dapat diperkirakan bahwa airtanah dangkal
berada pada kedalaman 11 meter. Airtanah dalam diperkirakan berada pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
IV. 2. Interpretasi Kedalaman Airtanah
Hasil pengukuran di wilayah Surakarta, dengan menggunakan Software
Progress didapatkan hasil pengukuran 183 meter, dan diperoleh rentangan
tahanan jenis sesungguhnya antara 1- 4.208 Ohm meter, dengan 7-10 kontras
tahanan jenis atau lapisan. Ketebalan tiap kontras tahanan jenis tiap titik Sounding
berbeda-beda tergantung pada ukuran butir dan kandungan air yang berada di
dalamnya.
Akuifer di daerah penelitian ditunjukan oleh nilai tahanan jenis antara
10-35 Ohm meter, pada kedalaman 1-38 meter dibawah permukaan tanah.
Kenampakan dilapangan bahwa akuifer ini merupakan akuifer terbuka yang
merupakan tempat air tanah berada. Lapisan akuifer dalam yang merupakan
tempat keberadaan airtanah dalam di daerah penelitian ditunjukan oleh nilai
tahanan jenis antara 10-35 Ohm meter berada pada kedalaman 35-177 meter di
bawah permukaan tanah. Dimana lapisan tersebut sesuai dengan litologi batuan
pada peta Hidrogeologi dan peta Geologi Lembar Surakarta.
Tabel 9. Informasi Perkiraan Kedalaman Airtanah di Wilayah Surakarta.
No Titik Sounding Airtanah
11. Guosari/Pedaringan 10 40-53
12. Mipitan 12 >90
13. Jl.DR. Suharso 12 -
commit to user
Tabel 10. Keterangan Peta Potensi Airtanah Cekungan Airtanah Karanganyar –
Boyolali Propinsi Jawa Tengah.
Akuifer Dangkal Akuifer Dalam
Kedudukan akuifer 1,0-40 mbt Kedudukan akuifer 30-120 mbt
Muka air tanah 1,0-15 mbt Muka air tanah 0,5-40 mbt
Keterusan (T) 2,1-50,5 m2/hari Keterusan (T) 45-1500 m2/hari
Debit jenis (Qs) 1,2-45,2 ltr/det/m Debit jenis (Qs) 0,5-15 ltr/det/m
Debit optimum 10-30 ltr/det Debit optimum 10-50 ltr/det
Jarak antara sumur 25-100 m Jarak antara sumur 100-500 m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Surakarta merupakan Wilayah dataran rendah yang menempati dataran
rendah dan cekungan antara gunung ditutupi oleh endapan aluvium. Akuifer
utama tersusun oleh lapisan pasir dan kerikil berkelulusan sedang sampai tinggi,
dan terdapat baik di dalam endapan aluvium maupun di dalam endapan lainnya
yang berumur kwarter dan di dalam endapan gunungapi.
Dari hasil pengukuran di wilayah Surakarta, jika dihubungkan antara titik
Sounding yang dibagi dalam 4 zona bahwa wilayah Utara Surakarta untuk kedudukan muka airtanah dalamnya lebih jauh dari permukaan tanah atau lebih
dalam dibanding 3 zona lain berturut-turut ke wilayah Timur, wilayah Selatan dan
wilayah Barat yang paling rendah kedudukan muka air tanahnya dari permukaan
tanah, yang diorientasi pada hasil pengukuran kedalaman untuk tiap wilayah. Dan
dengan korelasi dari Keterangan Peta Potensi Airtanah Cekungan Airtanah
Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa Tengah pada Tabel 6. terdapat kesesuaian
dimana kedudukan akufier dangkal atau airtanah dangkal terdapat pada kedalaman
1,0-40 meter dan untuk kedudukan akuifer dalam atau airtanah dalam terdapat
commit to user BAB V PENUTUP
V.1 Simpulan
Dari penelitian ”Penentuan Kedalaman Airtanah Dalam dengan Metoda
Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Surakarta“ ini diperoleh simpulan, yaitu :
Mengetahui kedalaman airtanah dalam yang ada di wilayah Surakarta. Dari hasil
pengukuran, jika dihubungkan antara titik Sounding yang terbagi atas 4 zona
bahwa wilayah Utara Surakarta untuk kedudukan muka airtanah dalamnya lebih
jauh dari permukaan tanah atau lebih dalam dibanding 3 zona lain berturut-turut
ke wilayah Timur, wilayah Selatan dan wilayah Barat yang paling rendah
kedudukan muka air tanahnya dari permukaan tanah, yang diorientasi pada hasil
pengukuran kedalaman untuk tiap wilayah. Dan dengan korelasi dari Keterangan
Peta Potensi Airtanah Cekungan Airtanah Karanganyar – Boyolali Propinsi Jawa
Tengah pada Tabel 6. terdapat kesesuaian dimana kedudukan akufier dangkal atau
airtanah dangkal terdapat pada kedalaman 1,0-40 meter dan untuk kedudukan
akuifer dalam atau airtanah dalam terdapat pada kedalaman 30-120 meter.
V. 2 Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas, disarankan untuk :
1. Memperbanyak jumlah titik Sounding sehingga bisa meng-cover daerah
cekungan Karanganyar dan Boyolali.
2. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan metoda CSAMT (Control
Source Audio Magnetoteluric).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
DAFTAR PUSTAKA
Acworth. 2000. “Groundwater hydrology”. The University Of New South Wales Diagram penampang airtanah. ga.water.usgs.gov/image089.jpg, diakses pada
tanggal 21 Agustus 2010 pukul 14.15 WIB.
Gunawan, Dino., 2002. “Analisis Struktur Bawah Permukaan Tanah Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Di Ngoresan
Jebres Surakarta”. Fisika MIPA UNS, Surakarta.
Hendrajaya, Lilik., 1990. ”Geolistrik Tahanan Jenis”. Laboratorium Fisika Bumi. Jurusan FMIPA ITB, Bandung.
Lowrie, William., 2007. “Fundamentals Of Geophysics”. Cambridge University Press, New York. 256
Mujiarto, Yanuar., 2008. “Apartemen Di Surakarta”. Teknik Arsitektur UMS, Surakarta.
Magetsari ,Noer Aziz, Abdullah Chalid Idham, Brahmantyo Budi., 1992.
”Geologi Fisik”. Departemen Teknik Geologi ITB, Bandung.
Peta Surakarta, http://lintassolo.wordpress.com/2010/07/06/peta-kota-surakarta/,
diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 pukul 20.15 WIB.
Telford, W.M., Geldart,L.P., Sheriff, R.E., Keys, D.A., 1976. Applied Geophysics.
Edisi 1.Cambridge University Press.
Wahyudi, Fajar, 2004. “Pendugaan Kedalaman Airtanah Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Di Mojosongo Jebres Surakarta”.
Fisika Fakultas MIPA UNS, Surakarta.
Wilson, E. M, 1993. “Hidrology Teknik”. Edisi Keempat. Fakultas Teknik. ITB, Bandung.
Zohdy, A. A., Eaton, G.P., MAbey, D.R, 1980. “Application Of Surface Geophysics To Groundwater Investigation”. Chaptere D1. United States
Govermant Printing Office, Washington.
commit to user LAMPIRAN A
PETA LOKASI TITK SOUNDING SURAKARTA
Keterangan :
Titik Sounding Luas ± 44,04 Km2
Utara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
LAMPIRAN B
PETA HIDROGEOLOGI REGIONAL SURAKARTA (Direktorat Geologi Tata Lingkungan Direktur E.J. Patty)
Simbol Keterangan
Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Akuifer dengan produktivitas tinggi, penyebaran luas.
(Akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka airtanah sangat beragam; debit sumur umumnya lebih dari 5 l/d) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir. Akuifer dengan produktivitas tinggi, penyebaran luas.
(Akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi; tinggi muka airtanah dekat di bawah muka tanah debit sumur umumnya 10 l/d)
Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir. Akuifer produktivitas, dengan penyebaran luas.
(Akuifer dengan keterusan sedang; tinggi muka airtanah dekat di bawah muka tanah debit sumur umumnya 5-10 l/d)
Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas kecil dan daerah airtanah langka. Akuifer dengan produktivitasnya kecil, setempat-setempat berarti.
(Umumnya keterusan rendah sampai sedang ; setempat-setempat airtanah dalam jumlah terbatas terdapat pada daerah lembah)
commit to user
Endapan volkanik muda, terdiri dari tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal. Kelulusan tinggi hingga sedang ; berkelulusan tinggi terutama pada endapan lahar dan aliran lava vasikuler.
Tufa, batupasir tufa dan breksi volkanik dengan sisipan napal (Formasi Notopuro, Formasi Kabuh dan Formasi Pucangan). Kelulusan sedang hingga tinggi.
Alluvium endapan dataran, berbutir kasar hingga sedang (kerikil dan pasir) dengan sisipan lempungan. Kelulusan tinggi hingga sedang.
Batuan volkanik Kuarter Tua. Kelulusan rendah sampai sedang tergantung banyaknya celah-celah.
Daerah beririgasi teknis v.v.v.v.
v.v.v.v. v.
v . v . v . v . v . v .v.v.v.
._._._._. _._._._.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
LAMPIRAN C
HARGA TAHANAN JENIS BEBERAPA BATUAN
Tipe Batuan Resistivitas Range (Ohm.m)
Granite 3.102-106
Dacite 2.104(wet)
Andecite 4,5.104(wet)-1,7.102(dry)
Diabas 20-5.107
Basalt 10-1,3.107
Tuff 2.103(wet)-105(dry)
Marble 102-2,5.108(dry)
Soil (Lapukan batuan kompak) 10-2.103
Clay (lempung) 1-100
Alluvial & pasir 10-800
Limeston (batu gamping) 50-107
Konglomerat 2,5-44
Surface water (pada batuan sedimen) 10-100
Air payau 0-15
Air laut 0-2
commit to user LAMPIRAN D
INSTRUMENTASI ALAT RESISTIVITYMETER OYO MODEL 2119C MCOHM-EL
Resistivitymeter Model 2119C McOHM-EL yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan instrumen yang sangat praktis (portable), dimana bentuk
dan ukuran cukup ringkas untuk digunakan dalam survei. Selain itu keluarannya
dalam bentuk digital sehingga mudah dalam pembacaan hasil pengukuran.
Model 2119C McOHM-EL ini memiliki sarana penumpukan (Stack) yang
berfungsi untuk memperoleh data yang efektif. Proses Stacking ini digunakan
untuk menghilangkan noise yang muncul. Alat ini dapat digunakan untuk
mengukur resistivitas, dan potensial diri (spontaneous potensial) suatu medium.
Dalam pengukuran resistivitas, efek potensial diri dihilangkan secara langsung..
akurasi pengukuran yang diperoleh juga baik karena impedansi masukan yang
tinggi (10 M) dan alat ini juga mengkalibrasi secara otomatis sebelum
a. Pemancar Arus (Transmitter)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4. Pelakuan Stack : 1, 4, 16, 24
5. Waktu Sekali Pengukuran : 6 Detik
c. Memori Data
1. Jumlah File Maksimum : 98 KB
2. Jumlah Data Maksimum : 4.000
3. Catu Daya : DC 12 V (Batrai Luar 12 V)
4. Jangkauan Suhu : 0-45 °C
5. Printer : Lebar kertas 110 mm, lebar printout
104 mm, resolution 8 dots/mm.
6. Ukuran : (340 x 270 x 200) mm.
7. Berat : ± 8 Kg.
d. Peralatan Tambahan
1. Kabel penghubung batrai daya eksternal
2. Buku operasi manual OYO
commit to user 1. Power (Daya)
Tombol saklar hidup/mati.
2. FUSE (Sekring)
Tempat sekring 7 A untuk menjaga adanya arus yang berlebihan.
3. Daya DC-12V
Saluran yang dihubungkan dengan accu.
4. Tombol RESET
Tombol untuk membawa sistem pada status awal yang baru.
5. FEED
Saluran untuk print.
6. SHEAVE
Saluran untuk input informasi kedalaman.
7. PROBE
Saluran untuk menghitungkan probe yang bervariasi.
8. POWER BOSTER
Saluran untuk menambah kapasitas arus.
9. C1 & C2
Elektroda Arus.
11.P1 & P2
Elektroda Potensial.
13.Papan LCD
Penampilan prosedur pengukuran dan data pengukran.
14.FDD
Tempat floppy disk drive 1,44 M.