• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN VIDEO

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI

PENCEMARAN LINGKUNGAN

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH

MUHAMMAD SAIFUDIN

NIM F1072131009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

(2)
(3)

PENGARUH MODEL

THINK PAIR SHARE

BERBANTUAN VIDEO TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Muhammad Saifudin

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak

Email: muhammadsaifudin29@gmail.com

Abstract

The aimed of this research was to know the influence of Think Pair Share learning model assisted video media on student learning outcomes in sub material environmental contamination in class VII of SMP Negeri 1 Tujuh Belas. This research was Quasi Eksperimental Design with Nonequivalent Control Group Design. The sample of the study were VIIA class as experimental class and class VIIB as control class. The sampling technique was done by saturated sample technique. Instruments used was in the form of multiple choice test amounted to 20 items. The average post-test result score of experimental class students taught using Think Pair Share learning model with video media was 18.31 which was higher than control class taught using conventional learning at 15.69. Result of analysis of U-Mann Whitney test obtained by Zcount <- Ztable,

- 5.14 <-1.96, meaning that there was difference between student learning result taught by using Think Pair Share learning model assisted by video media and conventional learning. The value of effect size was obtained at 1.35 which was in high category and contributes 41.15%. It can be concluded that the learning model of Think Pair Share with the video media has an effect on the result of student learning result on sub material environmental contamination in class VII of SMP Negeri 1 Tujuh Belas.

Keywords: Think Pair Share, Video Media, Enviromental Contamination

PENDAHULUAN

Pendidikan bertujuan untuk mengem-bangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan suatu yang sangat penting bagi setiap individu.

Berdasarkan pendapat Kustandi (2013: 6) dalam proses belajar mengajar guru dituntut agar memanfaatkan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, serta penggunaan

(4)

Berdasarkan wawancara pada tanggal 10 Oktober 2016 dengan guru IPA di SMP Negeri 1 Tujuh Belas yang terletak di desa Sinar Tebudak, Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang diperoleh informasi bahwa, submateri pencemaran lingkungan di SMP Negeri 1 Tujuh Belas disampaikan dengan alokasi waktu 4x40 jam pertemuan. Selain itu, diketahui bahwa metode pembelajaran yang selama ini diterapkan guru yaitu menggunakan metode ceramah dengan berbantuan media gambar. Selain diperoleh informasi dari guru, peneliti juga melakukan wawancara dengan tiga orang siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tujuh Belas yang telah mempelajari submateri pencemaran lingkungan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui proses/kegiatan pembelajaran pada submateri pencemaran lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, pada saat kegiatan pembelajaran peran siswa hanya mencatat dan mendengarkan materi yang disampaikan guru dengan berbantuan media gambar. Pada saat diskusi hanya didominasi oleh sebagian siswa saja karena dalam satu kelompok terlalu banyak anggotanya yaitu 5 sampai 6 siswa hal ini menyebabkan siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan.

Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 17 Februari 2017 saat guru menyampaikan materi ciri-ciri makhluk hidup. Hasil observasi yang diperoleh yaitu dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah berbantuan media gambar dan dikombinasikan dengan diskusi kelompok. Peran siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru melalui media gambar, tetapi hanya 10 dari 32 siswa saja yang mencatat sedangkan siswa yang lain cenderung diam dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Pada saat diskusi kelompok hanya 2 dari 6 siswa dalam setiap kelompok yang aktif sedangkan siswa yang lain sibuk main sendiri rata-rata dalam setiap

kelompok didominasi oleh beberapa siswa saja sehingga terlihat dalam diskusi kelompok kurang efektif karena siswa mengharapkan kemampuan siswa yang lain dalam menjawab lembar kerja siswa. Sehingga terlihat bahwa siswa hanya menerima penjelasan guru dibandingkan hasil diskusi. Proses belajar mengajar yang diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi ciri-ciri makhluk hidup berpusat pada guru sehingga siswa banyak yang pasif.

Alasan memilih submateri pencemaran lingkungan di SMP Negeri 1 Tujuh Belas karena sekolah tersebut memiliki akreditasi yang cukup baik yaitu B namun ketuntasan siswa pada submateri pencemaran lingkungan masih rendah. Hasil ulangan harian pada submateri pencemaran lingkungan rata-rata siswa kelas VII angkatan 2015/2016 pada SMP Negeri 1 Tujuh Belas masih di bawah KKM yaitu 73.3 padahal nilai KKM yang ditetapkan adalah 75.

(5)

siswa menjadi aktif dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya untuk memberi pengalaman belajar yang menarik sehingga bermakna bagi siswa dan penggunaan media yang dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu untuk mengeksplor masalah-masalah pencemaran lingkungan salah satu model yang dapat digunakan adalah think pair share (TPS).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surayya, Subagia & Tika (2014), dengan menerapkan model pembelajaran TPS pada hasil belajar IPA. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa model pembelajaran TPS berpengaruh positif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA dibandingkan model pembelajaran konvensional (F=187,110; p < 0,05) di kelas VIII MTS Negeri Patas. Namun selain penggunaan model pembelajaran yang variatif juga dibutuhkan media pembelajaran yang dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu untuk mengeksplor masalah-masalah pencemaran lingkungan. Media yang digunakan untuk menutupi kekurangan dari media yang digunakan sebelumnya berupa media gambar yaitu dengan menggunakan media video. Karena media video dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu untuk mengeksplor masalah-masalah pencemaran lingkungan.

Video merupakan gambar-gambar dalam

frame dimana frame demi frame

diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup (Arsyad, 2014: 50). Media video efektif digunakan dalam pembelajaran karena mempunyai keunggulan. Video merupakan salah satu media audio-visual yakni alat penyampai informasi yang diperoleh berdasarkan perpaduan dari gambar yang disertai bunyi/suara (Bistari, 2015: 368). Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka semakin besar informasi tersebut

dipahami oleh setiap siswa. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik. Video merupakan pengganti alam sekitar bahkan dapat menunjukkan objek secara normal. Video, seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas dan dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan. Video dalam kecepatan normal dapat memakan waktu satu minggu tetapi dengan kemampuan yang dimiliki video tersebut maka dapat di tampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian mekarnya kembang, mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu mekar (Kustandi, 2013: 64). Adapun hasil penelitian pendukung tentang penggunaan media video yang pernah dilakukan oleh Fasyi (2015), menyatakan nilai rata-rata post-test hasil Belajar IPA kelas eksperimen 80,36 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 76,18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif penggunaan media video terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Ngoto Bantul Yogyakarta.

Berdasarkan adanya penelitian di atas tentang penggunaan model pembelajaran TPS yang dilakukan oleh Surayya, Subagia & Tika serta penggunaan media video yang dilakukan oleh Fasyi dan keduanya dapat memberikan hasil yang positif terhadap hasil belajar siswa berupa adanya peningkatan hasil belajar dengan demikian peneliti tertarik untuk menggabungkan keduanya. Dengan ini saya ingin memperbaiki hasil belajar siswa sehingga dapat meningkatkannya dari hasil belajar sebelumnya untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Think Pair Share

(6)

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2015: 107). Bentuk penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2015: 114). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas yang terdiri dari 2 kelas yakni kelas VIIA dan VIIB Tahun ajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2015: 124). Sampel yang digunakan yaitu kelas VIIA dengan jumlah siswa 32 orang dan VIIB dengan jumlah siswa 32 orang. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa. Arifin (2011: 118) menyatakan, tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk soal objektif Pilihan Ganda (PG) sebanyak 20 soal.

Tes diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran pre-test dan sesudah proses pembelajaran post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sebelum pembelajaran pre-test dimaksudkan untuk melihat kemampuan awal siswa, sedangkan tes yang diberikan diakhir pembelajaran post-test dimaksudkan untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Pengukuran dalam bentuk tes hendaknya valid dan reliabel atau dapat dipercaya. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang

valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2015: 363).

Jenis validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2015: 82). Validitas isi dilakukan bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Pada penelitian ini yang divalidasi yaitu perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), media video dan instrumen penelitian berupa soal tes yang dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing, kemudian divalidasi oleh tiga orang validator yang terdiri dua dosen Pendidikan Biologi FKIP UNTAN dan satu orang guru bidang studi IPA kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas.

Tahap Persiapan

(7)

instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi. (7) Melakukan uji coba soal tes yang telah di validasi. (8) Menganalisis hasil uji coba tes untuk mengetahui tingkat reliabilitas (9) Menentukan jadwal penelitian yang disesuaikan dengan jadwal belajar Biologi di sekolah.

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Memberikan tes awal pre-test di kelas VIIA dan VIIB. (2) Menganalisis data hasil pre-test kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan uji prasyarat yaitu menggunakan uji normalitas. Hasil analisis menyatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik uji U-Mann Whitney. (3) Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video dan perlakuan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. (4) Memberikan tes akhir post-test yang sama kepada kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil post-test kemudian diberikan pensekoran untuk memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar siswa. (5) Menganalisis data hasil post-test berdasarkan uji normalitas. Hasil uji tersebut menyatakan bahwa kelas eksperimen tidak berdistribusi normal dan kelas kontrol berdistribusi normal, karena salah satu kelas berdasarkan uji

normalitas tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji non parametrik menggunakan uji U-Mann Whitney. (6) Untuk melihat seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video terhadap hasil belajar siswa peneliti menghitung menggunakan effect size.

Tahap akhir

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) menganalisis data yang diperoleh dari hasil post-test, (2) mendeskripsikan hasil analisis data dan memberikan kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah, (3) menyusun laporan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video pada submateri Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIA berjumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIB berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol. Hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada submateri Pencemaran Lingkungan dilihat dari skor yang diperoleh siswa. Rata-rata skor hasil pre-test dan post-test terangkum pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1: Rata-rata skor pre-test dan post-test siswa pada submateri pencemaran lingkungan

Skor Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

𝒙̅ SD 𝒙̅ SD

Pre-test 9.19 2.26 10.22 2.17

Post-test 15.69 1.94 18.31 1.91

Skor maksimal 20

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa rata-rata skor post-test pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan post-test kelas kontrol, hal ini disebabkan perbedaan perlakuan dimana kelas eksperimen menggunakan model

(8)

Analisis data skor pre-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil pre-test digunakan untuk melihat apakah siswa pada kelas eksperimen dan kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Data hasil pre-test tersebut dianalisis dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak yang nantinya menentukan uji berikutnya. Berdasarkan hasil uji normalitas pre-test menunjukkan hasil yaitu pada kelas eksperimen diperoleh harga 𝜒2hitung

> 𝜒2tabel yaitu 51.6680 > 5.59 berarti data

tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil pre-test kelas kontrol diperoleh harga 𝜒2

hitung > 𝜒2tabel yaitu

7.2634 < 5.59 sehingga data tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal.

Data hasil pre-test menunjukkan kedua data tidak berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan uji U-Mann Whitney.

Berdasarkan uji U-Mann Whitney diperoleh, -Ztabel < Zhitung < Ztabel yaitu -1.96 < -1.88 < 1.96

maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada hasil pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama.

Analisis data skor post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil post-test berupa skor, dianalisis terlebih dahulu dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas. Berdasarkan uji normalitas hasil post-test

kelas eksperimen diperoleh harga 𝜒2

hitung >

𝜒2

tabel yaitu 244.3840 > 7.81 berarti data pada

kelas eksperimen dinyatakan tidak berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil

post-test kelas kontrol diperoleh harga 𝜒2hitung

< 𝜒2tabel yaitu 2.7200 < 5.59 maka data pada

kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal. Data hasil post-test menunjukkan salah satu data tidak berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan uji U-Mann Whitney. Berdasarkan uji U-Mann Whitney

diperoleh, Zhitung < - Ztabel , - 5.14 < -1.96 maka

Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada hasil post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pengaruh model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video terhadap hasil belajar siswa. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video terhadap hasil belajar siswa pada submateri pencemaran lingkungan. Maka dihitung menggunakan rumus effect size. Berdasarkan hasil perhitungan effect size diperoleh nilai sebesar 1.35 yaitu tergolong tinggi jika nilai

effect size 1.35 dikonversikan ke dalam tabel kurva normal pada tabel O-Z, maka diperoleh luas daerah sebesar 0.4115. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan penelitian menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video memberikan kontribusi sebesar 41.15% terhadap hasil belajar siswa pada submateri pencemaran lingkungan di kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas.

Pembahasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanankan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas VIIA dan kelas kontrol adalah VIIB di SMP Negeri 1 Tujuh Belas. Pencapaian hasil belajar siswa pada submateri pencemaran lingkungan dapat diketahui dari hasil tes setelah diberikan perlakuan post-test

baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada kelas eksperimen peneliti menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Perlakuan yang berbeda pada kedua kelas tersebut menyebabkan berbedanya rata-rata skor post-test. Berikut ini merupakan grafik rata-rata skor pre-test dan

(9)

Grafik 1: Rata-rata skor pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

.

Grafik 1 menunjukkan bahwa perlakuan pembelajaran menggunakan model

Think Pair Share berbantuan media video pada kelas eksperimen memberikan rata-rata

post-test yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini secara umum menunjukkan bahwa perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa pada submateri pencemaran lingkungan. Keberhasilan proses pembe-lajaran juga dapat dilihat dari nilai pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75. Data lengkap tentang jumlah siswa yang tuntas maupun tidak tuntas pada hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terangkum dalam Grafik 2 berikut.

Grafik 2: Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol

Grafik 2 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas kontrol. Tingginya persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dikarenakan penggunaan model pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media video memiliki beberapa

keunggulan yaitu, menurut Bistari (2015: 336-337), menyatakan bahwa keunggulan model pembelajaran Think Pair Share (1) memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, (2) lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, (3) seorang siswa juga dapat belajar dari siswa

97%

78%

3%

22%

0 20 40 60 80 100

kelas ekspreimen kelas kontrol

p

e

rs

e

n

ta

se

ketu

n

ta

san

(%

)

tuntas tidak tuntas

10.22

9.19 18.31

15.69

0 5 10 15 20

kelas eksperimen kelas kontrol

R

A

TA

-R

A

TA

S

KO

R

(10)

lain serta saling menyampaikan idenya untuk saling didiskusikan sebelum di sampaikan di depan kelas, (4) siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempersentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Selain itu dengan adanya bantuan media video membuat siswa lebih mudah memahami materi karena video dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu untuk mengeksplor masalah-masalah pencemaran lingkungan. Menurut Kustandi (2013: 64), menyatakan bahwa video merupakan media yang amat besar kemampuanya dalam membantu proses belajar mengajar, sebab dengan media tersebut dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.

Adapun kelebihan yang diperoleh dengan menggunakan media video sebagai media belajar adalah sebagai berikut. (1) video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. (2) video merupakan pengganti alam sekitar, dan bahkan, video, seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas. (3) video dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan (Kustandi, 2013: 64).

Proses pembelajaran kelas eksperimen menggunakan model Think Pair Share

berbantuan media video, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kelas eksperimen terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena video dapat mendorong dan meningkatkan motivasi (Arsyad, 2014: 50), hal ini diperkuat dengan hasil wawancara kepada tiga orang siswa, yang menyatakan bahwa mereka senang dalam belajar karena proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga

mereka lebih mudah memahami konsep yang dipelajari melalui video, karena berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2015: 15), untuk membantu siswa memahami konsep diperlukan pendekatan pembelajaran yang langsung mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media video yang digunakan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran Think Pair Share terdiri dari tiga tahapan yaitu Think, Pair dan Share.

Pada tahap Think guru memberikan permasalahan berbentuk LKS terkait dengan materi yang dipelajari, lalu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara individu untuk menyelesaikan permasalahn yang terdapat di dalam LKS. Pada tahap Pair, siswa diminta agar berpasang-pasangan, untuk mendiskusikan hasil berpikir mereka sebelumnya yaitu pada tahap Think. Tahap terakhir yaitu tahap Share

siswa diminta untuk berbagi dengan seluruh kelas dengan cara mempresentasikan hasil diskusinya (Trianto, 2015: 129-130).

(11)

melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, maupun berdiskusi (Kustandi, 2013: 64).

Hal ini sejalan dengan pendapat Arsyad (2014: 11), menyatakan bahwa semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Hal ini secara umum menunjukkan bahwa perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Pada kelas eksperimen terdapat satu orang siswa yang tidak tuntas dari hasil wawancara siswa tersebut mengatakan bahwa materinya sulit untuk dipahami sehingga menyebabkan hasil belajarnya rendah. Dari hasil wawancara tersebut peneliti kurang puas sehingga dilakukan wawancara dengan guru bidang studi yang menjabat sebagai wali kelas. Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan yang kurang/lambat dalam menangkap pelajaran. Menurut Suryani (2010: 37) menyatakan lamban belajar adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan, sehingga proses belajarnya menjadi lamban, kelambanan belajar mereka merata pada semua mata pelajaran. Hal ini didukung dari nilai-nilai mata pelajaran lain siswa tersebut memiliki nilai yang rendah. Namun jika dilihat dari nilai hasil pre-test dan post-test

nilai siswa tersebut mengalami peningkatan dari nilai 30 pada pre-test menjadi 50 saat

post-test. Siswa yang kurang/lamban dalam kemampuan menangkap pelajaran membuat hasil belajar rendah sehingga tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 75.

Keberhasilan pembelajaran kelas eksperimen juga didukung oleh kegiatan pembelajaran yang berlangsung seperti pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada tahap awal pengerjaan LKS siswa diberi kesempatan untuk mengerjakannya secara individu yaitu pada tahap Think. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menggali pengetahuan awal tentang suatu masalah yang

disajikan dan melatih pola pikir secara individu dalam memahami konsep. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2015: 8) bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman yang nyata, dengan pengalaman ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang serupa.

Setelah LKS dikerjakan secara individu, kemudian guru mengarahkan setiap siswa agar melakukan transisi secara efisien yaitu dengan meminta siswa untuk berpasangan (Pairing), dengan teman sebangku. Pada tahapan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi secara berpasangan. Diskusi berpasangan bertujuan agar semua siswa terlibat aktif dalam menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru, sehingga akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan siswa dapat belajar dari siswa lainnya, diskusi ini akan lebih mudah untuk merekrontruksi pengetahuannya, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling bersiskusi dengan temannya (Trianto, 2015: 108). Hal ini dapat diketahui dari hasil nilai pada LKS yang dikerjakan secara berkelompok mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari pada nilai LKS yang dikerjakan secara individu.

Setelah melakukan Pair setiap kelompok saling berbagi dengan kelompok lain dengan mempresentasikan ke depan kelas (Share). Hal ini agar siswa mempunyai kesempatan untuk membahas kembali hasil kerja pada LKS. Selain itu tahapan Share ini memberi kesempatan siswa untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil presentasi yang dilakukan oleh siswa di kelompok lain. Menurut Trianto (2015: 15), pembelajaran akan lebih bermakna jika dialami oleh siswa secara langsung sehingga konsep pada materi dapat lebih dikuasai siswa.

(12)

pembelajaran guru cenderung menjelaskan materi secara langsung dengan bantuan media gambar, dan dikombinasikan dengan diskusi kelompok. Proses belajar mengajar yang diterapkan dalam menyampaikan materi hanya berpusat pada guru sehingga siswa banyak yang pasif (Trianto, 2015: 7). Sementara peran siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru melalui media gambar. Media gambar yang digunakan memiliki ukuran yang terbatas (Kustandi, 2013: 42). Sehingga beberapa kali siswa menanyakan kejelasan gambar yang disajikan oleh guru khususnya bagi siswa yang duduk dibelakang.

Dalam proses pembelajaran guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi mengerjakan LKS secara berkelompok yang terdiri dari 5-6 orang

dalam setiap kelompok dengan jumlah anggota kelompok yang cukup banyak membuat tidak semua siswa aktif dalam mengerjakan LKS, hal ini terlihat pada saat berdiskusi tidak semua siswa terlihat aktif sedangkan siswa yang lain sibuk main sendiri rata-rata dalam setiap kelompok didominasi oleh beberapa siswa saja yang serius dan antusias untuk belajar. Sehingga terlihat dalam diskusi kelompok kurang efektif karena siswa mengharapkan kemampuan siswa yang lain dalam menyelesaikan LKS. Namun dalam hal ini guru selalu membimbing siswa yang terlihat pasif dan tidak serius dalam proses pembelajaran.

Hasil analisis LKS siswa pada pertemuan I dan II kelas eksperimen dan kontrol yang terangkum dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2: Rata-rata nilai LKS siswa pertemuan 1 dan 2 kelas eksperimen dan kontrol.

Pertemuan ke- Rata-rata nilai Kelas eksperimen Kelas kontrol

1 95.7 91.0

2 97.4 96.5

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada pertemuan kedua mengalami peningkatan baik kelas eksperimen maupun kontrol. Peningkatan nilai LKS pada kelas eksperimen dikarenakan pada pertemuan pertama siswa belum pernah menerapkan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video sehingga siswa masih merasa aneh karena belum terbiasa, sedangkan pada pertemuan kedua mereka lebih siap dalam menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video sehingga nilai LKS pada pertemuan kedua di kelas eksperimen mengalami peningkatan. Peningkatan nilai LKS juga terjadi pada kelas kontrol berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa mengatakan bahwa pada pertemuan kedua siswa merasa lebih siap untuk belajar dibandingkan pada pertemuan pertama hal ini dikarenakan suasana belajar yang baru menyebabkan siswa merasa canggung.

Berdasarkan nilai rata-rata LKS baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masing-masing mengalami peningkatan yang positif, tetapi hasil tes akhir yaitu post-test

(13)

Model pembelajaran Think Pair Share

berbantuan media video merupakan pembelajaran yang memungkinkan intraksi dua arah sehingga siswa menjadi aktif dalam berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya untuk bertukar pemahaman dan pengetahuan dalam menguasai konsep-konsep pada submateri pencemaran lingkungan sehingga dapat memberi pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi siswa (Bistari, 2015: 335). Selain itu dengan adanya bantuan media video membuat siswa lebih mudah memahami materi karena video dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu untuk mengeksplor masalah-masalah pencemaran lingkungan (Kustandi, 2013: 64). Sedangkan pada kelas kontrol dalam penyampaian materi yang diterapkan guru menggunakan model konvensional dengan metode ceramah membuat proses pembelajaran menjadi teacher centered,

sehingga siswa menjadi pasif (Trianto, 2015: 7). Sedangkan media gambar yang digunakan memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menjangkau kelompok besar karena ukuran gambar terbatas dan hanya menekankan persepsi indera penglihatan saja (Kustandi, 2013: 42). Disebutkan bahwa bila hanya mengandalkan pandangan mata secara murni tanpa dibarengi pandengaran, dikhawatirkan dalam menarik kesimpulan terjadi kekurangan dan tidak lengkapnya informasi (Bistari, 2015: 361). Sedangkan diskusi yang dilakukan kurang efektif karena banyak siswa yang mengharapkan kemampuan siswa lainnya untuk menyelesaikan LKS padahal LKS yang dikerjakan sangat penting dalam memahami materi yang diberikan oleh guru hal inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol lebih rendah.

Hasil perhitungan effect size diperoleh nilai sebesar 1.35 yaitu tergolong tinggi jika nilai effect size 1.35 dikonversikan ke dalam tabel kurva normal pada tabel O-Z, maka diperoleh luas daerah sebesar 0.4115. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan penelitian menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video memberikan kontribusi sebesar 41.15% terhadap hasil belajar siswa pada submateri pencemaran

lingkungan di kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas.

Berdasarkan ketercapaian hasil belajar siswa yang diperoleh dimana hasil belajar siswa menjadi lebih baik dibandingkan kelas kontrol hal ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada submateri pencemaran lingkungan di kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video pada submateri Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas berdasarkan skor post-test sebesar 18.31. (2) Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada submateri Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas berdasarkan skor post-test sebesar 15.69. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan media video dan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada submateri pencemaran lingkungan di kelas VII SMP Negeri 1 Tujuh Belas berdasarkan hasil uji U-Mann Whitney, diperoleh Karena Zhitung < - Ztabel, - 5.14 < -1.96 maka Ha

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil post-test

(14)

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu: (1) Model pembelajaran

Think Pair Share berbantuan media video dapat dijadikan salah satu alternatif model serta media pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran Biologi. (2) Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan modelpembelajaran Think Pair Share

berbantuan media video disarankan untuk melihat hubungan keaktifan serta motivasi terhadap hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran.

Bandung:Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2015). Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bistari. (2015). Mewujudkan Penelitian

Tindakan Kelas. Pontianak: Ekadaya

Multi Inovasi.

Djamarah dan Zein. (2010). Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Fasyi, M.C. (2015). Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Ngoto Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah

Dasar. (Online).

(http://journal.student.uny.ac.id/ojs/inde x.php/pgsd/article/download/1195/1067, di akses tanggal 8 februari).

Jihad, A., dan Haris, A. (2012). Evaluasi

Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Kustandi, C. (2013). Media Pembelajaran

Manual dan Digital. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Mardapi, D. (2013). Penilaian Hasil Belajar. (Online).(http://staff.uny.ac.id/dosen/pro fdjemari-mardapi-mpd-phd, diakses tanggal 8 April 2017).

Pujiyanta, dkk. (2013). IPA Terpadu untuk

SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Purwanto, B. (2015). Eksplorasi Ilmu Alam.

Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Setiawan. (2016). Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI). (Online).

(http.//kbbi.web.id, diakses tanggal 3 juli 2016).

Sidney, S. (2011). Statistik Nonparametrik

untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Gramedia.

Subana. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: pustaka setia.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Surayya, L., Subagia, I. W., Tika, I. N. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. E-Journal Program

Pascasarjana Universitas

PendidikanGanesha

.(Online).(http://-pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/ jurnal_ipa/-article/view/1105,diakses tanggal 8 Februari 2017).

Suryani, Y.D. (2010). Kesulitan Belajar.

(Online).(https://www.google.co.id/url?s a=t&source=web&rct=j&url=http://jour nal.unwidha.id/index.php/magistra/articl e/download/96/56&ved=0ahUKEwj3vO KrlN_XAhXK6Y8KHV9AOAQFgglM AA&usg=AOvVaw0lC1Waf9QbU8E8x VqankdB, diakses tanggal 4 November 2017).

Sutrisno, L. (2010). Effect size. (Online). (http://www.scribd.com, diakses tanggal 8 Februari 2017).

Syamsuri, dkk. (2007). IPA Biologi untuk

SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Trianto. (2015). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan

Kontekstual. Jakarta: Kencana Prenada

Gambar

Tabel 1: Rata-rata skor pre-test dan post-test siswa pada submateri pencemaran lingkungan
Grafik 1: Rata-rata skor pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 2: Rata-rata nilai LKS siswa pertemuan 1 dan 2 kelas eksperimen dan kontrol.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk berupa bahan ajar lingkungan sahabat kita berbasis Problem Based Learning

Jika sebuah muatan uji q’ diletakkan di dalam medan listrik dari sebuah benda bermuatan, kuat medan listrik E benda tersebut adalah besar gaya listrik F yang timbul di antara

Jika ternyata bahwa hasil penelitian-penelitian tersebut dapat membuktikan bahwa IPV dapat menghentikan sirkulasi virus polio dan memberikan seroconversi antibodiyang tinggi

Pergeseran ke pendekatan terarah di waktu yang tepat dapat diterapkan di Aceh dan Nias untuk mengatasi kawasan yang kacau, sementara meningkatnya jumlah lembaga, dengan dana

Hasil rata-rata tingkat nyeri menstruasi sebelum senam dysmenorhea sebesar 4,17 atau 50,0 % hal ini menunjukkan tingkat nyeri menstruasi yang dirasakan pada

Guru dituntut tidak hanya mengetahui teori-teori tentang demokrasi dan menciptakan pembelajaran hanya sebagai sebuah transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan

Hasil penelitian selanjutnya (Santoso dkk ., 2003) menunjukkan bahwa fraksi asam humat dari tanah gambut dapat dijadikan sebagai sensitizer pada fotoreduksi Cr(VI) menjadi