• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA SISWA SMU L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA SISWA SMU L"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKA SISWA SMU LAB IKIP

NEGERI SINGARAJA DALAM BERKOMUNIKASI SERTA

USAHA PERBAIKANNYA MELALUI OPTIMALISASI

TEKNIK “EGRU”

oleh

Ni Made Ratminingsih Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Negeri Singaraja

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi akurat tentang jenis dan jumlah kesalahan gramatika yang dibuat siswa SMU Lab IKIP Negeri Singaraja dan untuk mengetahui apakah implementasi teknik EGRU dapat meningkatkan ketepatan penggunaan struktur gramatika siswa dalam berkomunikasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap: perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa SMU Lab IKIP Negeri Singaraja kelas II.1 yang berjumlah 41 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 26 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada observasi awal siswa terbukti mengalami masalah gramatika yang sangat serius, terdapat 8 jenis kesalahan dengan jumlah 804 dari total 41 orang siswa. Pada akhir siklus I terdapat 7 jenis kesalahan dengan total 785 kesalahan. Adapun persentase reduksi kesalahan sebanyak 2, 36 % yang terkategori sangat kurang. Selanjutnya dengan diadakan modifikasi berupa pemanfaatan kerja kelompok, maka pada akhir siklus II terjadi 7 jenis kesalahan dengan jumlah 562 kesalahan dengan persentase reduksi kesalahan sebanyak 30, 09%. Jika dibandingkan dengan hasil siklus I sudah terjadi peningkatan yaitu dari 2,36% menjadi 30,09%. Hanya saja reduksi tersebut masih terkategori kurang. Pada siklus III terjadi 7 jenis kesalahan dengan jumlah kesalahan 213 buah. Adapun reduksi kesalahan sebanyak 73, 50% dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi teknik EGRU dapat meningkatkan ketepatan penggunaan gramatika siswa SMU Lab IKIP Negeri Singaraja dalam berkomunikasi.

(2)

ABSTRACT

This research aimed at gaining accurate information on kinds and numbers of grammatical errors made by the students of SMU Lab IKIP Negeri Singaraja and finding out whether the implementation of EGRU could improve their accuracy in using grammar in communication. This study is a classroom action research which was conducted in three cycles. Each cycle follows 4 phases namely, planning, action, observation/evaluation and reflection. The subjects of the research were all students of class II.1 SMU Lab IKIP Negeri Singaraja. The total number was 41 comprising 15 males and 26 females. The results show that in the pre observation all students experienced serious problems in applying grammar in the sentences. There were 8 kinds of grammatical errors they made with the total number 804. This number of errors decreased in Cycle I into 7 kinds with the total number 785. Eventhough there was a decrease, the percentage of reduction was still under a very low category (2.36%). In Cycle II with a modification in the strategy of learning that is by using group discussion, the total number of errors was reduced. It became 562 with the percentage of reduction 30.09%. As it shows significant improvement the same strategy was still used. The result of treatment in the third cycle signifies there were 7 kinds of errors with 213 in numbers. The reduction of errors was 73.50%. Thus, it may be concluded that the optimum use of EGRU could improve students’ accuracy in using grammar in communication.

Key words : Grammatical errors, EGRU, question and answer, group discussion.

1. Pendahuluan

Dalam dua dekade terakhir ini tujuan pembelajaran bahasa Inggris diupayakan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk berlatih menggunakan bahasa target yang dipelajari dalam berkomunikasi. Hal ini terlihat jelas dalam materi pembelajaran yang lebih mengutamakan penyelesaian latihan-latihan (tasks) yang lebih difokuskan pada pencapaian keterampilan berbahasa daripada ketepatan gramatika.

Sistem pembelajaran seperti ini didasarkan pada suatu konsep pembelajaran komunikatif yang notabene diharapkan mampu melahirkan pembicara-pembicara yang lancar dan fasih berkomunikasi menggunakan bahasa target.

(3)

dominan yang menentukan sesorang dapat dikatakan memiliki kompetensi komunikatif. Oleh karena itu, baik kelancaran (fluency) maupun ketepatan (accuracy) merupakan 2 hal penting yang sangat menentukan kualitas kompetensi komunikatif.

Menurut Harmer (1991: 22) pengetahuan gramatika sangat penting bagi pembelajar yang ingin memiliki kompetensi berbahasa yang memadai. Dengan pemahaman konsep yang benar, maka pembelajar dapat menghindari penggunaan gramatika yang salah. Rivers (dalam Arnold, 1991) mengemukakan, “Learning English without grammar is just like having a chicken walking without bones.” Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kompetensi gramatika sangat memegang peranan penting dalam menunjang kompetensi berkomunikasi.

Dari hasil penelitian Ratminingsih dkk. (1997, 1998), ditemukan bahwa pembelajar mampu meningkatkan kelancaran dalam berbicara melalui pemanfaatan teknik ‘question and answer’. Siswa yang tadinya hanya pasif dan menjawab pertanyaan dari guru saja menjadi lebih aktif mengemukakan pertanyaan dan jawaban di antara mereka. Dengan demikian, interaksi yang terjadi lebih banyak di antara siswa baik secara individual dan berkelompok.

Namun, hasil observasi membuktikan bahwa pembelajar dalam mengungkapkan pendapatnya secara oral masih banyak melakukan kesalahan dari segi aturan gramatika. Dari kalimat-kalimat yang diutarakan dalam berkomunikasi, 70% kesalahan diakibatkan oleh penggunaan aturan gramatika yang kurang tepat, seperti dalam penggunaan ‘subject - verb agreement’, ‘auxiliary verb, penempatan posisi ‘subject’ dan ‘auxiliary’ yang terbalik.

Berdasarkan pada temuan di atas, yakni siswa masih sangat kurang dalam mengimplementasikan aturan-aturan gramatika dalam membuat kalimat yang tepat dan benar adalah hal penting untuk menganalisis kesalahan yang dibuat siswa dan mengusahakan pemecahannya sehingga siswa dapat meminimalkan kesalahan gramatika dalam berkomunikasi. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan ketepatannya (accuracy) dalam berkomunikasi dengan menggunakan struktur gramatika yang benar.

(4)

pertama kali tahun 1985 ketika pemerintah memutuskan untuk mengembangkan proyek PKG (Pemantapan Kerja Guru). Tomlinson (1990: 25) menyatakan “This project is a teacher development program aimed at helping teachers in Indonesian junior and senior high schools develop their confidence and their personal as well as professional skills.” Dalam proyek tersebut dikembangkan sistem pembelajaran yang berpendekatan komunikatif, dan selanjutnya disebut pendekatan PKG. Lebih lanjut dikatakan oleh Tomlinson bahwa proyek ini juga membantu guru-guru dalam menyediakan materi dan teknik mengajar yang akan mengarahkan siswa untuk belajar mandiri (student active learning in the classroom) (idem).

Sehubungan dengan penggunaan teknik EGRU, Adnyana mengemukakan: “The inductive approach which in particular refers to EGRU and TPR places its primary focus on exposing the learners to contextualised structure learning and let them draw conclusions or discover rules or forms and functions by themselves.” (Adnyana, 1992:10-11)

Pembelajaran struktur gramatika dengan teknik EGRU secara kontekstual dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pembelajaran keterampilan berbahasa (Listening, Speaking, Reading, dan Writing) dan aspek kebahasaan, seperti kosakata, lafal, dan ejaan (idem).

Yang menjadi permasalahan adalah bahwa teknik ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh guru. Penelitian Ratminingsih (1995) membuktikan bahwa guru lebih banyak memfokuskan hanya pada 3 fitur (exposure generalization -reinforcement) dari 4 yang diharapkan. Hasil observasi membuktikan guru jarang dan hampir tidak pernah memberikan tempat pada penggunaan (use). Ketika dikonfirmasi lewat interview, 90% dari 13 orang guru menyatakan kekurangan waktu untuk menyelenggarakan fitur terakhir oleh karena padatnya materi yang harus diselesaikan.

Berdasarkan pada temuan-temuan di atas, peneliti memandang perlu untuk menindaklanjuti penelitian sebelumnya dengan memanfaatkan EGRU secara lebih optimal dan intensif dengan lebih memfokuskan pada penggunaan (use) sehingga pada akhirnya mampu menghasilkan pembelajar yang bukan hanya mampu berbahasa dengan lancar dan fasih tetapi juga tepat dalam berbahasa secara gramatikal.

(5)

Singaraja dan untuk menemukan apakah optimalisasi teknik EGRU mampu meminimalkan kesalahan gramatika siswa sehingga mampu meningkatkan ketepatan dalam berkomunikasi.

Kesalahan siswa dalam belajar bahasa oleh Richards (1973: 173) dikategorikan menjadi 2 kategori utama, yaitu interlingual errors dan intralingual errors. Interlingual errors disebabkan oleh pengaruh bahasa ibu siswa dalam proses belajar bahasa sedangkan intralingual errors adalah kesalahan yang disebabkan oleh struktur dari bahasa target dan strategi pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran. Jenis-jenis kesalahan intralingual, seperti “over generalization, ignorance of rule restrictions, incomplete application of rules and false concepts hypothesized” (idem).

2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini subjek yang dipakai adalah siswa yang mengalami kesulitan dalam pengetahuan dan penggunaan gramatika yaitu siswa kelas II.1 SMU Lab IKIP Negeri Singaraja tahun ajaran 2000/2001 dengan jumlah 41 orang, yang terdiri atas 15 laki-laki dan 26 perempuan.

Penelitian tindakan ini terdiri dari 3 siklus yang diawali dengan observasi, evaluasi, dan refleksi awal untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang jenis dan jumlah kesalahan gramatika siswa dalam berkomunikasi. Selanjutnya, temuan-temuan yang didapatkan dalam observasi dan evaluasi awal tersebut direfleksikan untuk mencari pemecahannya. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi/Evaluasi dan Refleksi.

1) Perencanaan

Pada tahap ini tim peneliti bersama-sama guru bahasa Inggris merencanakan dan membuat skenario tentang proses belajar mengajar dengan pemanfaatan teknik EGRU. Persiapan lain adalah berupa pembuatan lembar observasi yang memuat petunjuk teknis dalam pelaksanaan observasi. Catatan jurnal peneliti juga dipersiapkan sebagai bahan masukan untuk mendukung temuan.

2) Pelaksanaan Tindakan

(6)

teks siswa dilatih untuk membuat pertanyaan tentang bacaan. Selanjutnya pada fase “Generalization” siswa diarahkan untuk menemukan pola dari struktur gramatika yang dipelajari melalui contoh-contoh kalimat yang terdapat pada teks. Untuk kegiatan “Reinforcement” siswa diberikan latihan-latihan yang berhubungan dengan konsep struktur gramatika yang telah dipelajari dengan tujuan untuk menguatkan pemahamannya. Pada fase “Use” siswa diarahkan dengan berbagai aktivitas yang dapat memotivasi mereka untuk dapat menggunakan konsep yang telah dipahami dalam situasi berbahasa secara riil. Untuk kegiatan ini, situasi riil yang dikembangkan peneliti adalah berupa “question and answer” yang menekankan pada aspek writing dan speaking.

3) Observasi/Evaluasi

Untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana dan efektif atau tidak maka observasi dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi apakah terjadi penurunan jumlah dan jenis kesalahan gramatika setelah diimplementasikan teknik EGRU dengan sistem tanya jawab. Untuk tujuan tersebut, maka evaluasi terhadap hasil latihan (task) siswa berupa pertanyaan dan jawaban yang mereka buat dianalisis secara cermat. Selain mengevaluasi hasil tes dalam membuat pertanyaan dan jawaban, peneliti juga menganalisis hasil catatan jurnal.

Prosedur yang dipakai dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. (1) Data kesalahan gramatika dianalisis secara kuantitatif, yaitu dengan menghitung jenis dan jumlah kesalahan serta mencari persentase jumlah kesalahan sesuai dengan jenisnya. (2) Untuk melihat efektivitas strategi pembelajaran dengan memanfaatkan teknik EGRU, analisis persentase reduksi kesalahan dari segi jenis dan jumlah dilakukan secara kuantitaif yaitu dengan menggunakan formula sbb.

R = Jenis/Jumlah kesalahan pre-action - Jenis/Jumlah kesalahan post-action x 100%

Jenis/jumlah kesalahan pre-action

(7)

81 - 100 % sangat baik

61 - 80% Baik

41 - 60 % cukup baik

21 - 40 % Kurang

0 - 20 % sangat kurang

Peneliti akan mengakhiri penelitian apabila persentase penurunan kesalahan minimal telah terkategori baik. (4) Refleksi dilakukan pada setiap akhir tindakan, dengan tujuan untuk mengkaji temuan-temuan yang didapatkan dalam setiap tindakan yang dilakukan pada setiap siklus. Selanjutnya, hambatan yang terjadi dalam setiap tindakan didiskusikan dan dicarikan pemecahannya. Hal-hal yang direkomendasikan sebagai pemecahan dipakai untuk merancang tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian

Telah dipaparkan pada bagian sebelumnya bahwa prosedur penelitian ini mengikuti penelitian tindakan kelas. Penelitian ini diakhiri dalam 3 siklus oleh karena kriteria keberhasilan telah dipenuhi setelah siklus ketiga dilaksanakan. Setiap siklus dapat dilaksanakan dalam satu sesi (90 menit). Dengan bertitik totak pada permasalahan yaitu rendahnya ketepatan penggunaan struktur gramatika siswa, yang diupayakan untuk ditingkatkan melalui optimalisasi teknik EGRU, maka hasil penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Table 01. Jenis dan jumlah kesalahan gramatika siswa

No. Jenis Kesalahan Pretest Posttest 1 Posttest 2 Posttest 3

Jml % Jml % Jml % Jml %

1 Singular-Plural 140 17,41 147 18,72 98 17,42 27 12,67 2 Word Form 60 7,46 10 1,27 20 3,55 12 5,63 3 Word Choice 18 2,23 136 17,32 122 21,70 29 13,61 4 Verb Tense 437 54,35 17 2,16 59 10,49 14 6,57 5 + Add a Word 46 5,72 244 31,08 122 21,70 77 36,15 5 - Omit a Word 73 9,07 162 20,63 83 14,76 24 11,26 6 Word Order 29 3,60 69 8,78 58 10,32 30 14,08 7 Incomplete

Sentence

1 0,12 - - -

-804 785 562 213

(8)
(9)

3.2. Pembahasan 3.2.1. Hasil Tes Awal

Pada tes awal siswa diberikan 20 item tes yang menyangkut konstruksi kalimat positif, negatif dan kalimat tanya dengan struktur gramatika yang benar. Tes ini bertujuan untuk mendiagnose masalah gramatika siswa. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa siswa memang mengalami masalah serius dalam pemahaman dan pengaplikasian struktur gramatika, yang terbukti dari banyaknya kesalahan yang dibuat oleh 41 siswa yaitu dengan total 804 kesalahan).

Di bawah ini adalah contoh-contoh kesalahan yang dibuat siswa dalam tes awal.

1. The bus is leave at 4.00 pm everyday (mestinya The bus leaves at 4.00 pm everyday)

2. Ani buy a house next year. (mestinya Ani is going to buy a house next year) 3. He playing tennis next Sunday (mestinya He is going to play tennis next

Sunday)

4. She type at her office at the moment (mestinya She is typing at her office at the moment)

Dari 4 contoh di atas dapat dilihat jenis kesalahan yang dibuat siswa adalah “verb tense”. Kesalahan jenis ini yang menduduki peringkat paling tinggi. Mengacu pada Richards (1973) kesalahan ini termasuk jenis intralingual, yaitu ignorance of rule restriction and incomplete application of rules.

Kesalahan jenis yang lain adalah sebagai berikut.

1. The secretary deal with daily office activity everyday (mestinya The secretary deals with daily office activity everyday)

2. Miss Aditya work in a publishing company ( mestinya Miss Aditya works in a publishing company)

3. Mrs. Dewi and her daughter is cooking now (mestinya Mrs. Dewi and her daughter are cooking now

(10)

Dari hasil observasi awal terbukti bahwa guru tidak memberikan porsi yang cukup untuk pembelajaran konsep gramatika. Siswa tidak banyak diperkenalkan dengan pemanfaatan aturan-aturan gramatika dalam konteks berbahasa baik melalui contoh- contoh kalimat yang diberikan oleh guru atau pun yang digali dari siswa. Siswa tidak banyak dilibatkan dalam menggeneralisasi aturan sehingga hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman mereka. Latihan- latihan penguatan konsep yang sangat minim berpengaruh terhadap ketidakmampuan mereka dalam mengaplikasikan aturan gramatika pada kalimat mereka sendiri.

Mengacu pada permasalahan di atas, maka peneliti mengupayakan optimalisasi teknik EGRU dalam usaha memperbaiki kemampuan berkomunikasi siswa dilihat dari ketepatan gramatika dengan melihat penurunan jenis dan jumlah kesalahan.

3.2.2. Hasil Tes 1 Siklus I

Sesuai dengan yang direncanakan dalam skenario, teknik EGRU diupayakan pemanfaatannya secara optimal dimana pada bagian ‘Use’ (penggunaan) siswa diarahkan untuk menggunakan aturan gramatika yang telah dipelajari melalui strategi tanya jawab (question and answer). Untuk tujuan tersebut semua siswa disuruh membuat 10 kalimat pertanyaan dari 3 teks sederhana yang diberikan sebagai acuan dan 10 jawaban atas pertanyaan yang disediakan dalam wacana. Dari kegiatan tersebut dapat dideteksi jumlah dan jenis kesalahan seperti pada tabe 01 di atas. Adapun jenis kesalahan pada siklus I sebanyak 7 buah (terjadi penurunan 1 jenis kesalahan) dengan total kesalahan 785 (terjadi penurunan sebanyak 19 dari 804). Di bawah ini dicontohkan jenis kesalahan yang dibuat oleh siswa pada post test 1 untuk jenis kesalahan “add a word” yang menduduki peringkat pertama: 1. What doesn’t like ? (mestinya What doesn’t he like ?)

2. Tom and Susan are going give a party. (mestinya Tom and Susan are going to give a party)

3. She is listening music on the radio (mestinya She is listening to music on the radio)

(11)

Jenis kesalahan di bawah ini adalah “verb tense” 1. What he do? (mestinya What does he do?)

2. What he doesn’t like? (mestinya what doesn’t he like ?) 3. Where he lives ? (Where does he live ?)

Mengacu pada Richards (1973) kesalahan diatas terkatogeri intralingual yaitu ignorance of rules restriction and incomplete application of rules.

Dari data di atas dapat dilihat (tabel 01) bahwa terjadi penurunan jumlah kesalahan sebanyak 2,36%. Penurunan tersebut terhitung sangat kecil. Dari kriteria keberhasilan penurunan ini termasuk kategori sangat kurang. Adapun hal-hal yang bisa dibuktikan sebagai kendala adalah sebagai berikut.

1. Guru tidak melaksanakan skenario kegiatan sesuai dengan urutan yang diisyaratkan. Ada bagian yang sangat krusial dibahas terlewatkan, yaitu penekanan pada cara bertanya dengan wh-question pada ketiga tenses yang menjadi objek penelitian. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan aturan gramatika pada saat mereka membuat pertanyaan atau menjawab pertanyaan.

2. Pada bagian generalisasi guru lupa memberikan penekanan pada konsep V1 + s/es pada Simple Present Tense dan konsep will/be going to pada Future Tense. Kealpaan ini juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam mengaplikasikan konsep dalam membuat dan menjawab pertanyaan dalam kedua tenses tersebut.

3. Pada kegiatan Exposure, guru kurang efektif dalam pemanfaatan waktu dimana guru menghabiskan waktu lebih dari yang ditentukan dalam skenario sebanyak 20 menit. Hal ini disebabkan oleh adanya aktivitas menulis jawaban atas pertanyaan ke papan tulis oleh siswa. Banyaknya waktu yang digunakan pada kegiatan ini menyebabkan terbengkalainya kegiatan-kegiatan yang lain yang lebih penting.

(12)

Dari hasil refleksi tersebut di atas maka pada siklus berikutnya (siklus II), dengan mempertimbangkan semua kelemahan yang ditemukan pada siklus I, peneliti memodifikasi teknik pembelajaran yang digunakan agar dapat menurunkan kesalahan gramatika siswa.

3.2.4 Hasil Tes 2 Siklus II

Mengacu pada 4 kendala yang terjadi pada siklus I, maka pada siklus ini peneliti mengharapkan kepada guru untuk melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan urutan dan waktu yang tersedia dengan tepat sehingga tidak ada bagian yang terlewatkan/diabaikan. Konsep gramatika yang harus menjadi penekanan pada bagian generalisasi ataupun pada penggunaan Wh-question dalam tanya jawab juga harus diperhatikan. Untuk mengantisipasi kekurangaktifan siswa dalam berpartisipasi dalam pembelajaran diupayakan teknik kerja kelompok dalam kegiatan Exposure dan Generalization. Pada bagian Use masih tetap sama dengan siklus I yaitu siswa membuat 10 pertanyaan dari 3 teks sederhana dan membuat jawaban atas pertanyaan yang disediakan pada teks.

Dari tabel 01 di atas, jelas terlihat bahwa terdapat 7 jenis kesalahan dengan total jumlah kesalahan 562. Contoh-contoh kesalahan yang dibuat siswa dalam membuat pertanyaan dan jawaban pada post tes 2 adalah sebagai berikut.

1. Where does Frank works ? (mestinya Where does Frank work ?/kesalahan “verb tense)

2. What does the work start ? (mestinya What time does the work start ?/kesalahan “word choice”)

3. What is he will ask him ? (mestinya What will he ask him ?/kesalahan “verb tense”)

4. Frank Martin is work in a factory. (mestinya Frank Martin works in a factory/kesalahan “verb tense”)

5. The work start at 7.00 (mestinya The work starts at 7.00/kesalahan “singular-plural)

6. He is wife drives him to work. (mestinya His wife drives him to work/kesalahan “word form”)

(13)

errors dimana kesalahan tersebut cenderung disebabkan oleh over generalization, ignorance of rule restriction and incomplete application of rules.

Adapun persentase jumlah kesalahan tersebut adalah 30,09%. Dibandingkan dengan siklus sebelumnya, telah terjadi peningkatan dalam penurunan jumlah kesalahan. Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa persentase kesalahan tersebut masih tergolong kategori kurang. Adapun hasil catatan jurnal peneliti membuktikan bahwa, guru telah mengupayakan pelaksanaan skenario seperti yang telah direncanakan.

1. Tidak ada kegiatan yang terabaikan atau terlupakan.

2. Siswa cukup aktif berpartisipasi dalam setiap fase /langkah EGRU. Pada saat kerja kelompok pada fase kegiatan Exposure semua siswa cepat bergerak membuat kelompok. Mereka cukup aktif dalam membuat pertanyaan. Juga pada kegiatan Generalisation mereka cukup aktif dalam menggaris bawahi tenses dan menemukan pola tenses dan fungsinya dalam kelompok mereka.

3. Guru telah berusaha (walaupun belum optimal) memantapkan pemahaman siswa terhadap penggunaan Wh-question dalam bertanya pada ketiga tenses. 4. Pada latihan-latihan penguatan (Reinforcement) siswa terlihat cukup aktif

berpartisipasi.

(14)

mendiskusikan penggunaan Wh-question yang ada pada siklus II. Pada fase Reinforcement, latihan difokuskan pada penggunaan Wh-question dalam membuat kalimat tanya.

3.2.3. Hasil Tes 3 Siklus III

Dari tabel 01 dapat dilihat bahwa pada siklus III ini telah terjadi 213 jumlah kesalahan dari 7 jenis kesalahan. Dibandingkan dengan jumlah kesalahan pada tes awal (804 kesalahan), maka terjadi penurunan jumlah kesalahan sebanyak 591 buah, dengan persentase penurunan 73,50%. Dari hasil tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa teknik EGRU cukup efektif sebagai upaya dalam membantu memperbaiki kemampuan komunikatif siswa dilihat dari ketepatan pemanfaatan struktur gramatika. Dari segi jenis kesalahan tidak banyak penurunan yang terjadi, yaitu hanya 1 jenis dalam tiga siklus, yaitu jenis “incomplete sentence” akan tetapi, dari segi jumlah kesalahan dari tes awal sampai dengan tes akhir 3 telah terjadi penurunanan yang cukup signifikan (73,50%) terkategori baik. Dengan demikian penelitian ini diakhiri sampai pada siklus III.

Untuk di siklus 3 ini jenis kesalahan peringkat pertama adalah “add a word”. Di bawah ini adalah contoh-contoh kalimatnya.

1. Arthur is businessman.(mestinya Arthur is a businessman) 2. Susan is reading magazine.(mestinya Susan is reading magazine) 3. He is going the country side (mestinya He is going to the country side)

Jenis kesalahan ini oleh Richards (1973) terkategori ignorance of rule restriction.

Jenis kesalahan lainnya yang dibuat siswa antara lain. 1. At 7.00 work starts.(mestinya work starts at 7.00)

2. Drives him to work his wife.(mestinya His wife drives him to work)

Dua contoh di atas adalah kesalahan jenis “word order”. Kalau dirujuk pendapat Richards (1973) kesalahan ini bisa dikategorikan intralingual, yaitu ignorance of rule restriction or false concept hypothesized.

(15)

kegiatan Generalisation sebagian besar siswa mampu melengkapi tabel pada pola tenses dan kalimat tanpa menemui kesulitan. Pada bagian Reinforcement tidak terlihat adanya kebingungan siswa dalam menggunakan Wh-question. Dengan demikian mereka dapat mengaplikasikan aturan gramatika pada fase Use sehingga terbukti terjadinya penurunan jumlah kesalahan. Dapat diintisarikan bahwa teknik EGRU dengan Question and Answer yang diaktifkan dengan strategi belajar kelompok dapat menurunkan kesalahan gramatika siswa sebagai upaya memperbaiki kemampuan komunikatif mereka.

4. Penutup

Dari hasil dan pembahasan permasalahan di atas, dapat ditarik simpulan. (1) Teknik EGRU dengan question and answer yang diaktifkan dengan strategi belajar kelompok dapat menurunkan jenis dan jumlah kesalahan gramatika siswa sebagai upaya memperbaiki kemampuan komunikatif siswa. Hal ini terbukti dari penurunan jenis dan jumlah kesalahan dari tes awal sampai dengan tes akhir 3, yaitu dari 8 jenis kesalahan yang berjumlah 804 buah pada tes awal, menjadi 7 jenis kesalahan dengan jumlah 785 pada tes akhir 1, kemudian menjadi 562 kesalahan pada tes akhir 2 dengan jenis kesalahan yang sama. Dan terakhir menjadi 213 kesalahan pada tes akhir 3 dengan jenis kesalahan yang juga sama yaitu 7 jenis. Adapun persentase penurunan jumlah kesalahan dari tes awal, yaitu 2,36% pada akhir siklus I, kemudian 30,09% pada akhir siklus II dan 73,50% pada akhir siklus III. (2) Teknik EGRU yang dikombinasi dengan question and answer pada fase kegiatan Penggunaan (Use) dan strategi kerja kelompok terbukti efektif meningkatkan ketepatan penggunaan struktur gramatika siswa dalam berkomunikasi

(16)

pembelajaran gramatika lainnya dengan teknik yang sama ataupun dalam pembelajaran bidang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Wayan. 1992. “The Problems Faced by the Teachers of English and Steps Taken in Account in Strengthening and Developing the Teachers of English either in Junior and Senior High School.” Paper Presented at the Silver Jubilium, the English Department of the Faculty of Teacher Training and Education. Singaraja.

Arnold, Jane. 1991. “Reflections on Language Learning and Teaching: An Interview with Wilga Rivers.” English Teaching Forum. 24.1: 2-5.

Harmer, Jeremy. 1991. The Practice of English language Teaching. London: Longman Group UK Ltd.

Ratminingsih, Ni Made. 1995. “Communicative Language Teaching of a Foreign Language: The Indonesian 1984 Senior High School English Syllabus.” Master’s Thesis. Deakin University: School of Languages Interpreting and Translating.

Ratminingsih, dkk., 1997. “Meningkatkan Kompetensi Komunikatif Siswa SMU Lab STKIP Singaraja Melalui Teknik “Question and Answer” dalam Pengajaran membaca Wacana Berbahasa Inggris. “ Laporan penelitian, STKIP Singaraja.

Ratminingsih, dkk., 1998. Pemberdayaan Kemampuan Komunikatif Siswa SMU Lab STKIP Singaraja dalam pengajaran Membaca Wacana Berbahasa Inggris melalui Teknik “Question and Answer” dengan Stimulus Bervariasi.” Laporan penelitian STKIP Singaraja.

Richards, Jack.C. 1973. Error Analysis. Perspective on Second Language Acquisition. London: Longman Group UK ltd.

Gambar

Table 01. Jenis dan jumlah kesalahan  gramatika siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik akan dilakukan ke Responden yang Bersedia menjadi Responden untuk.. penelitian dalam satu hari hingga

Pengukuran kerja menggunakan metode stopwatch , terdapat langkah-langkah awal yang harus dilakukan agar dapat menentukan waktu standard dan output

Hasil penelitian kincir angin model Savonius dua tingkat dengan lima variasi posisi sudut adalah a Koefisien daya puncak kincir angin model Savonius dua tingkat pada sudut 0

Babat Toman APBD Tahun Anggaran 2017 pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Musi Banyuasin dinyatakan PELELANGAN GAGAL karena tidak ada Dokumen Penawaran

Terdapat beberapa segi kenyataan sosial yang Marx tekankan, yang tidak dapat diabaikan oleh teori apa pun yaitu antara lain adalah, pengakuan terhadap adanya

Hadirnya beberapa kasus yang tidak mencerminkan karakter Indonesia yang bermartabat sering terjadi. Karenanya pemerintah tergerak untuk menata kembali pola pendidikan

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk Untuk Tahun yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2019. (Dalam Jutaan

ketidakpastian didalam manajemen proyek. Oleh karena itu, menjadwalkan tanpa mempertimbangkan batasan sumber daya menjadi sesuatu yang tak dapat dipercaya dalam