1 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
PROSES REPRESENTASI PENGETAHUAN DALAM RANCANGAN
SISTEM PAKAR PENDIAGNOSA PENYAKIT PERNAFASAN YANG DIAWALI DARI GEJALA UTAMA NYERI DADA
Oleh : Sari Iswanti STMIK AKAKOM Yogyakarta
sari@akakom.ac.id
ABSTRAKSI
Sistem pakar, salah satu bidang dari kecerdasan buatan merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mengadopsi pengetahuan manusia (pakar) ke dalam komputer. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana merubah pengetahuan yang dimiliki seorang pakar ke dalam bentuk yang dapat difahami dan diterima oleh sistem (komputer). Dalam tulisan ini, akan disajikan bagaimana merubah pengetahuan ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem melalui beberapa tahap sampai pada bentuk yang bisa diterima oleh sistem. Wilayah pengetahuan yang diambil adalah penyakit pernafasan yang diawali dari gejala utama nyeri dada dan representasi pengetahuan yang dipilih adalah kaidah produksi.
Kata kunci : kaidah produksi, pengetahuan, representasi pengetahuan, sistem pakar
1. PENDAHULUAN
Sistem pakar merupakan suatu sistem yang mengadopsi pengetahuan manusia
ke dalam komputer sehingga komputer dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu
masalah sebagaimana dilakukan oleh seorang pakar. Dalam sistem pakar yang diolah
adalah pengetahuan yang merupakan serangkaian informasi pada suatu domain (wilayah
pengetahuan) tertentu.
Sistem pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu keahlian
tertentu yang mendekati kemampuan manusia di salah satu bidang. Sistem pakar banyak
diterapkan di berbagai bidang antara lain di bidang medis. Salah satu penerapan sistem
pakar di bidang medis adalah untuk membantu melakukan diagnosa penyakit.
Karena sistem pakar merupakan sistem yang berbasis komputer, maka
permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana merubah pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang pakar ke dalam bentuk yang dapat difahami dan diterima oleh komputer.
Tujuan tulisan ini adalah menjelaskan bagaimana proses penyajian pengetahuan
2 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
wilayah pengetahuan (domain) penyakit pernafasan yamg diawali dari gejala utama nyeri
dada.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Penyakit Pernafasan
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
menangani suatu penyakit. Diagnosa medis yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk
menentukan jenis penyakit yang diderita pasien kemudian menentukan terapi
atau pengobatan yang sesuai.
Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali
dengan memperhatikan ciri-ciri gejala klinis pada pasien yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut. Gejala-gejala penyakit yang ditanyakan sesuai prognosis yang dimiliki pakar.
Dalam proses penentuan diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis yang ada tidak
selalu diagnosa itu dapat langsung ditegakkan sehingga diperlukan data-data pendukung
misalnya hasil pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa penyakit pernafasan dapat ditegakkan dengan diawali dari gejala
utamanya. Berawal dari gejala utama tersebut, seorang pakar dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan kepada pasien dalam rangka mengarah kepada hasil
akhir yang berupa penentuan diagnosa. Penyakit pernafasan merupakan penyakit yang
menyerang pada sistem respirasi. Gejala utama dari penyakit pernafasan adalah batuk,
batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, dan mengi (Munro, 2001).
Dalam tulisan ini hanya akan dibahas penyakit pernafasan yang diawali dari
gejala utama nyeri dada. Nyeri biasanya terbatas pada dinding dada. Nyeri yang sifatnya
satu sisi dan bertambah oleh nafas dalam dan batuk dapat pula disebabkan oleh kelainan
yang menimpa tulang, otot, saraf, sendi dinding dada, tulang punggung, dan perikarditis
(Munro, 2001). Dari gejala utama nyeri dada ini terdapat 9 kemungkinan diagnosa yaitu
pneumonia, angina pektoris, serangan jantung, tuberkulosa, kegagalan jantung kongestif,
bronkhiektasia, penyakit-penyakit dengan sakit punggung, fraktur iga, dan gastritis
(Rahardjo,dkk, 1981). Jadi, meskipun seseorang memiliki gejala awal nyeri dada tetapi
3 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
2.2. SISTEM PAKAR
Sistem pakar mempunyai struktur sebagai berikut :
Basis pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan
pakar yang disajikan dalam format tertentu. Basis pengetahuan ini berisi kaidah-kaidah.
Memori kerja dalam hal ini yang dimaksud adalah basis data yang digunakan untuk
menyimpan fakta yang digunakan oleh kaidah. Mesin inferensi merupakan perangkat
lunak yang melakukan penalaran dengan menggunakan pengetahuan yang ada untuk
menghasilkan suatu kesimpulan. Mesin inferensi inilah yang mencari solusi dari
permasalahan yang ada. Fasilitas penjelasan di dalam suatu sistem sangat penting karena
berguna dalam memberikan penjelasan/alasan kepada pemakai mengapa sistem meminta
informasi tertentu dari pemakai dan mengapa sistem dapat menyimpulkan suatu
keputusan tertentu atau mengapa sistem tidak memberikan keputusan sesuai yang
dikehendaki pemakai. Fasilitas akuisisi pengetahuan merupakan perangkat lunak yang
digunakan untuk memasukkan dan melakukan proses edit pengetahuan ke dalam sistem.
Dilihat dari struktur sistem pakar di atas, maka perlu disiapkan pengetahuan
(knowledge) bidang tertentu pada tingkatan pakar yang disajkan dalam format tertentu
yang akan dimasukkan ke dalam sistem yang nantinya tersimpan dalam basis
pengetahuan.
2.3. REPRESENTASI PENGETAHUAN
Pengetahuan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui oleh
seseorang, baik itu berasal dari pendidikan formal, non formal, proses pembelajaran,
BASIS MESIN INFERENSI MEMORI
PENGETAHUAN KERJA
(KAIDAH) AGENDA (FAKTA)
FASILITAS FASILITAS AKUISISI PENJELASAN PENGETAHUAN
ANTAR MUKA PEMAKAI
4 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
maupun dari pengalaman. Beberapa tipe pengetahuan yang dapat dikategorikan dalam
bentuk keahlian adalah :
1. fakta atau bukti tentang suatu permasalahan
2. teori-teori yang mendasari suatu permasalahan
3. aturan-aturan baku dan prosedur-prosedur yang berkaitan dengan permasalahan
tertentu
4. aturan-aturan tentang apa yang harus dikerjakan dalam suatu permasalahan
5. strategi global
6. meta knowledge (pengetahuan meta)
Pengetahuan, supaya dapat diterima oleh sistem harus disajikan dalam bentuk/format
tertentu. Representasi pengetahuan berhubungan dengan bagaimana cara menyajikan
kaidah-kaidah dan fakta-fakta dalam format tertentu yang dapat diterima sistem. Tujuan
representasi pengetahuan adalah membuat struktur yang digunakan untuk membantu
mengkodekan pengetahuan ke dalam program. Beberapa model representasi pengetahuan
antara lain : jaringan semantik (semantic net), bingkai (frame), logika predikat (predicate
logic), dan kaidah produksi (production rule). Representasi pengetahuan yang paling
banyak digunakan adalah kaidah produksi dan bingkai (Turban, 2004).
Kaidah produksi dituliskan dalam bentuk jika .. maka (if..then). Pada dasarnya
penyajian pengetahuan secara kaidah produksi terdiri dari 2 hal yaitu :
1. anteseden : bagian yang mengekspresikan situasi atau premis atau evidence
2. konsekuen : bagian yang menyatakan suatu tindakan, hasil, hipotesa atau
kesimpulan yang diperoleh jika premis bernilai benar.
Hal ini dapat dituliskan sebagai IF anteseden THEN konsekuen. Konsekuen atau
kesimpulan yang dinyatakan pada bagian THEN baru dinyatakan benar, jika bagian IF
pada kaidah tersebut juga bernilai benar atau sesuai ketentuan tertentu.
3. IMPLEMENTASI
Merancang sistem pakar harus memperhatikan struktur sistem pakar seperti
terlihat pada gambar 1. Langkah pertama adalah penentuan domain (wilayah
pengetahuan). Proses identifikasi pengetahuan diawali dari akuisisi pengetahuan
dilanjutkan dengan representasi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan merupakan proses
5 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
didapatkan dari materi cetakan (buku, artikel, jurnal) maupun konsultasi dengan pakar
sesuai bidangnya. Pengetahuan inilah yang nantinya akan dimasukkan ke dalam basis
pengetahuan ( knowledge base)..
Pengetahuan-pengetahuan yang mendukung dalam melakukan diagnosa penyakit
pernafasan direpresentasikan dalam bentuk kaidah produksi dengan pertimbangan antara
lain :
a. mudah difahami karena bersifat deklaratif
b. sesuai dengan jalan berfikir manusia dalam menyelesaikan masalah
c. mudah dimodifikasi karena berbentuk modular
d. mudah diinterpretasikan
Terdapat 3 proses pengolahan pengetahuan yang didapatkan dari akuisisi pengetahuan
sehingga sampai pada bentuk kaidah produksi, yaitu :
1. membuat tabel keputusan, berguna untuk mendokumentasikan pengetahuan
2. membuat pohon keputusan, berguna untuk menghilangkan/memangkas
kaidah-kaidah untuk meniadakan terjadinya perulangan pertanyaan
3. menyusun kaidah produksi.
Penjelasan berikut akan memuat proses pengolahan pengetahuan yang
bersumber dari hasil akuisisi pengetahuan yaitu bagan alir (flow chart) penuntun diagnosa
penyakit pernafasan yang diawali dari gejala utama nyeri dada. Bagan alir penuntun
6 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
Gambar 2. Bagan Alir Penuntun Diagnosa Gejala Utama Nyeri Dada (Rahardjo,dkk, 1981)
3.1. Tabel Keputusan
Langkah selanjutnya adalah membuat tabel keputusan untuk
mendokumentasikan pengetahuan yang mengacu pada bagan alir penuntun diagnosa
pada gambar 2. Tabel keputusan ini memuat 3 hal penting ,yaitu
1. gejala-gejala penyerta dari gejala utama nyeri dada
2. diagnosa penyakit
BAGAN ALIR GEJALA UTAMA NYERI DADA
Nyeri dada
ATAU darah dalam dahak Bronkhiektasia
tidak
Nyeri pada satu tulang ya Nyeri dari penyakit Punggung atau lebih di tulang belakang
tidak
Riwayat trauma DAN ya Fraktur Iga
Nyeri setempat di iga
tidak
Nyeri dada bagian bawah ya Gastritis Lebih berat dengan makan
7 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
3. kombinasi kemungkinan jawaban dari gejala-gejala penyerta, yang disajikan
dalam bentuk jawaban Y (ya) dan T (tidak).
Sebelum menterjemahkan ke dalam tabel keputusan terdapat hal yang perlu diperhatikan
dalam membaca bagan alir adalah
1. kotak dalam bagan alir menandakan gejala
2. tanda panah menunjukkan gejala apa yang harus diketemukan pada langkah
berikutnya
3. terdapat 3 kemungkinan dalam kotak yaitu
a. hanya ada satu gejala, bila gejala ini terpenuhi maka langkah selanjutnya
diteruskan dengan mengikuti panah ya .
b. terdapat 2 gejala yang dihubungkan dengan kata “ATAU” , artinya jika
kedua gejala atau hanya salah satu gejala yang dipenuhi maka langkah
selanjutnya diteruskan dengan mengikuti panah ya
c. terdapat 2 gejala yang dihubungkan dengan kata “DAN” , artinya langkah
selanjutnya diteruskan dengan mengikuti panah ya apabila kedua gejala
dipenuhi tetapi jika hanya satu gejala saja yang memenuhi maka harus
mengikuti panah tidak.
Ketiga hal di atas perlu diperhatikan terutama dalam menentukan kombinasi
kemungkinan jawaban Y (ya) atau T(tidak) dalam tabel keputusan.
Mengacu dari bagan alir penuntun diagnosa gambar 2, dapat dibuat tabel
8 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
Tabel 1. Tabel Keputusan Gejala Utama Nyeri Dada
9 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM 3.2. Pohon Keputusan
Pohon keputusan disusun dengan mengacu dari tabel keputusan yang telah dibuat.
Gambar 3 menampilkan pohon keputusan yang dihasilkan.
Gambar 3. Pohon Keputusan Gejala Utama Nyeri Dada Nyeri dada bersama y ronkhi krepitasi y suara pernafasan y punggung atau lebih TULANG BELAKANG
t
riwayat trauma y nyeri setempat di iga y FRAKTUR IGA
t nyeri setempat di iga
t
10 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM 3.3. MENYUSUN KAIDAH PRODUKSI
Mengacu pohon keputusan, dapat disusun kaidah produksi. Dari pohon keputusan
yang ditampilkan pada gambar 3, notasi ellips menyatakan gejala yang ada dan persegi
panjang menyatakan penyakit sebagai hasil diagnosa. Dalam menyusun kaidah produksi
maka gejala yang dinotasikan dengan ellips menjadi anteseden dan hasil diagnosa yang
dinotasikan dengan persegi panjang menjadi konsekuen. Keterangan y (ya) dan t (tidak)
menanyakan apakah memenuhi gejala tersebut, jika y (ya) maka gejala tersebut akan
menjadi anteseden; tetapi jika t (tidak) maka gejala tersebut diabaikan.
Dari pohon keputusan yang ada dihasilkan sebanyak 30 kaidah dalam bentuk
kaidah produksi :
Kaidah 1 : IF nyeri dada AND nyeri dada terjadi bersama gerak pernafasan AND ronkhi krepitasi AND suara pernafasan bronkhial
THEN Pneumonia
Kaidah 2 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND ronkhi krepitasi
THEN Pneumonia
Kaidah 3 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND suara pernafasan bronkhial
THEN Pneumonia
Kaidah 4 : IF nyeri dada AND ronkhi krepitasi AND
suara pernafasan bronkhial AND sesak nafas THEN Pneumonia
Kaidah 5 : IF nyeri dada AND suara pernafasan bronkhial AND sesak nafas THEN Pneumonia
Kaidah 6 : IF nyeri dada AND ronkhi krepitasi AND sesak nafas. THEN Pneumonia
Kaidah 7 : IF nyeri dada AND sesak nafas AND rasa seperti tertindih batu THEN Angina Pektoris
Kaidah 8 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND rasa seperti tertindih batu.
THEN Angina Pektoris
11 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
rasa seperti tertindih batu AND nadi lemah dan sianosis THEN Serangan Jantung
Kaidah 10 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND rasa seperti tertindih batu AND nadi lemah dan sianosis THEN Serangan Jantung
Kaidah 11 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND hati membesar AND kenaikan desakan venosa.
THEN Kegagalan Jantung Kongestif
Kaidah 12 : IF nyeri dada AND sesak nafas AND
hati membesar AND kenaikan desakan venosa THEN Kegagalan Jantung Kongestif
Kaidah 13 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND batuk lebih dari 4 minggu AND ada darah dalam dahak THEN TBC atau Bronkhietasia
Kaidah 14 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND batuk lebih dari 4 minggu
12 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM THEN TBC atau Bronkhietasia
Kaidah 22 : IF nyeri dada ANDnyeri dada bersama gerak pernafasan AND nyeri pada satu tulang punggung atau lebih
THEN Penyakit Tulang Belakang
Kaidah 23 : IF nyeri dada AND sesak nafas AND
nyeri pada satu tulang punggung atau lebih THEN Penyakit Tulang Belakang
Kaidah 24 : IF nyeri dada AND nyeri pada satu tulang punggung atau lebih. THEN Penyakit Tulang Belakang
Kaidah 25 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND riwayat trauma ANDnyeri setempat di iga.
THEN Fraktur Iga
Kaidah 28 : IF nyeri dada AND nyeri dada bersama gerak pernafasan AND nyeri di dada bagian bawah lebih berat dengan makan THEN Gastritis
Kaidah 29 : IF nyeri dada AND sesak nafas AND
nyeri di dada bagian bawah lebih berat dengan makan THEN Gastritis
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. pengetahuan dalam wilayah pengetahuan tertentu harus diubah dalam format
tertentu supaya dapat diterima oleh sistem (komputer)
2. Pengetahuan yang direpresentasikan berupa kaidah (rule) dalam bentuk kaidah
13 |pernah dipublikasikan di majalah FORMAT STMIK AKAKOM
3. Kaidah (rule) itulah yang dimasukkan dalam knowledge base.
Setelah semua pengetahuan diubah dalam bentuk kaidah produksi, maka dapat
dilanjutkan dengan membangun sebuah sistem pakar pendiagnosa penyakit pernafasan
yang diawali dari gejala utama nyeri dada dengan menggunakan bahasa pemrograman
yang menunjang pembuatan sistem pakar tersebut. Representasi pengetahuan dalam
bentuk kaidah produksi dapat dimasukkan ke dalam knowledge base dari struktur sistem
pakar yang dibangun dengan bahasa pemrograman apapun tidak mengacu pada salah
satu bahasa pemrograman tertentu.
5. DAFTAR PUSTAKA
Giarratano, J, and Riley G., 1994. “Expert System : Principle and Programming” , 2 ed, PWS Publishing Company, Boston, MA.
Ignizio, JAMES, p., “Introduction to Expert System”, 1991, McGraw-Hill. Inc. USA
Munro, John F., Ford , Michael J., 2001, “Pengantar Pemeriksaan Klinis”,
edisi 6, EGC, Jakarta.
Rahardjo P. dr, M.Comm.H., Hausman, B.A., Kushadiwijaya, H., dr. 1981, “Penuntun Diagnosa Dalam Pelayanan Kesehatan Primer”, edisi pertama, Fakultas