TAHUN 2014
PEDOMAN
i
Assalamu’alaikum Wr. Wb.Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya, maka sampai saat ini kita masih diberikan kekuatan untuk menjalankan perusahaan yang kita cintai dan banggakan bersama.
Dalam rangka meningkatkan kualitas penerapan Corporate Governance di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, Direksi melaksanakan program untuk menjadikan Krakatau Steel Bersih & Berintegritas terbebas dari tindakan Gratifikasi, Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), Fraud dan perbuatan menyimpang lainnya, diantaranya adalah dengan membangun dan menerapkan Whistleblowing System yaitu suatu media bagi karyawan untuk melaporkan segala bentuk penyimpangan yang terjadi di Perusahaan.
Whistleblowing System yang efektif akan mendorong partisipasi karyawan perusahaan untuk lebih berani bertindak dalam mencegah terjadinya kecurangan dan korupsi dengan melaporkannya ke pihak yang dapat menanganinya. Ini berarti Whistleblowing System mampu untuk merubah budaya “apatis terhadap penyimpangan” menuju ke arah budaya “keberanian dan kejujuran” untuk mengungkap penyimpangan.
Melalui buku pedoman ini, diharapkan seluruh karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dapat menjadikannya sebagai acuan untuk melaporkan dugaan pelanggaran yang terjadi di Perusahaan. Kami senantiasa memerlukan dukungan berbagai pihak dalam melaksanakan segala kegiatan guna meningkatkan mutu penerapan Corporate Governance di Perusahaan.
Kepada seluruh jajaran manajemen dan karyawan, saya mengajak agar terus menerus dan secara konsisten mengaktualisasikan prinsip-prinsip GKSG dalam setiap kegiatan sehingga perusahaan yang kita cintai ini semakin bertumbuh dan berkembang sebagaimana yang diamanatkan kepada kita Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Cilegon,11 November 2014
IRVAN K. HAKIM Direktur Utama
D A F T A R I S I
4. Peraturan Internal Perusahaan 5. Pengertian Whistleblowing System 6. Jenis Pelanggaran
7. Mekanisme Penyampaian Laporan Pelanggaran 7.1. Kotak Pengaduan (DropBox)
1
1. LATAR BELAKANG
S e j a l a n d e n g a n k o m i t m e n p e r u s a h a a n u n t u k mengimplementasikan Good Corporate Governance, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk senantiasa dituntut untuk melaksanakan kegiatan usahanya dengan penuh amanah berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan sesuai prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), serta memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan penyusunan Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) adalah:
Sebagai acuan dalam tata cara pengelolaan, penanganan pelaporan pelanggaran (Whistleblowing System) terhadap penyimpangan yang terjadi di Perusahaan.
Memberikan wadah dan panduan bagi pelapor untuk menyampaikan dugaan adanya penyimpangan atau pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan yang berlaku di internal perusahaan.
Membangun sistem penanganan pelaporan yang tanggap, transparan, aman dan bertanggung jawab. Mendeteksi secara dini (early warning) atas kemungkinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran, sehingga perusahaan dapat mencegah segala bentuk penyimpangan di perusahaan.
3
Sasaran dari penyusunan Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) adalah :
Menciptakan iklim kerja yang kondusif dan mendorong pelaporan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian finansial maupun non-finansial, termasuk hal-hal yang dapat merusak reputasi perusahaan.
Membangun kebijakan dan infrastruktur untuk memudahkan penanganan setiap laporan pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan, sekaligus melindungi kerahasiaan identitas pelapor.
Mempermudah manajemen untuk menangani secara efektif laporan-laporan pelanggaran dan sekaligus melindungi kerahasiaan identitas pelapor
Berkurangnya potensi kerugian yang timbul akibat pelanggaran melalui deteksi dini atas suatu kejadian. 1.
2.
3.
3. DASAR HUKUM
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dibangunnya whistleblower system, antara lain:
UU No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; pasal 9 Standar Profesi Audit Internal, Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal, 2004 (Standar Kinerja No. 1210.2-1 dan 2-2) UU No.20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
UU No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban pasal 10 ayat 1;
Peraturan Kapolri Nomor 17 Tahun 2005 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana Pencucian Uang.
Peraturan Menteri BUMN No.01/M-MBU/2011 Tentang penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pasal 27;
4. PERATURAN INTERNAL PERUSAHAAN
Peraturan pelaksanaan Sistem Pelaporan Pelanggaran ini haruslah bertumpu pada peraturan internal perusahaan yang ada antara lain adalah:
Pedoman Good Corporate Governance (GCG Code) tgl 14 Pebruari 2014;
Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tanggal 02 Agustus 2013;
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang berlaku.;
Surat Keputusan Direksi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tentang pengesahan pedoman Whistleblowing System PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Nomor:21 / DU -KS / Kpts / 2014 tanggal 13 Maret 2014
1.
2.
3.
4.
5. PENGERTIAN WHISTLEBLOWING SYSTEM
Whistleblowing System (WBS) adalah:
System pelaporan pelanggaran yang terjadi dilingkungan pekerjaan dan melibatkan peran serta seluruh unsur perusahaan dalam proses pelaporan dan pengungkapannya.
6. JENIS PELANGGARAN
Pelanggaran yang dapat dilaporkan melaui media sistem pelaporan pelanggaran (Whistleblowing System):
7
Korupsi
Suap/Gratifikasi
Pencurian/ penggelapan
Kecurangan
Benturan Kepentingan
Pelanggaran peraturan perundang-undangan
(Perbuatan melanggar hukum)
Penyalahgunaan jabatan / kewenangan
7. MEKANISME PENYAMPAIAN LAPORAN PELANGGARAN
Perusahaan menyediakan saluran Laporan Pelanggaran (Whistleblowing System), yaitu melalui media yang telah disediakan :
Kotak Pengaduan (Drop Box)
Kotak Pos (P.O Box 007 Cilegon)
Website: http://wbs.krakatausteel.com
Untuk mempercepat dan mempermudah proses tindak lanjut pelaporan Pelanggaran , maka pelapor:
7.1.
7.2.
7.3.
9
pengaduan hanya untuk 1 (satu) masalah/kasus saja agar dapat ditiandaklanjuti secara lebih fokus. K a p a n d a n d i m a n a w a k t u t e r j a d i n y a Penjelasan mengenai terjadinya, kronologis dan ketersediaan bukti yang mendukung pelaporan p e l a n g g a r a n . A g a r d i s e r t a k a n b u k t i dokumen/foto/rekaman/CCTV/SMS dan lainnya Saksi yang mengetahui peristiwa tersebut (nama, jabatan, No.Telp, alamat)perihal pelanggaran (pencurian, korupsi, kecurangan, pelanggaran hukum atau peraturan, penyuapan, benturan kepentingan dan kelakuan tidak etis)
orang atau pihak yang dilaporkan / diduga terlibat ( Nama, Jabatan, Divisi / Subdit )
Dapat memberikan indikasi awal yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain: 2.
2.1.
2.3.
1. Gedung Pusdiklat 2. Gedung Teknologi 3. Gedung Keamanan 4. Gedung Produksi 5. Gedung EDP
6. Area Logistik 7. Area Perencanaan 8. Area HSM 9. Area CRM
10.Gedung PTKS (Jakarta)
Pelapor dapat menyampaikan laporan pelanggaran dengan menyertakan bukti-bukti pengaduan kedalam kotak pengaduan (Dropbox) yang sudah disediakan di lokasi sebagai berikut:
11
Pelapor dapat menyampaikan laporan pelanggaran dengan menyertakan bukti - bukti pengaduan ke Alamat
P.O Box 007 Cilegon, melalui kantor pos terdekat.
Pelapor dapat menyampaikan laporan pelanggaran dengan menyertakan bukti - bukti pengaduan berupa softcopy ke alamat http://wbs.krakatausteel.com
7.3. WEBSITE
Langkah Pertama: masuk Whistleblowing System
Buka website http://wbs.krakatausteel.com
Langkah ke-2 masuk ke menu pengaduan
13
Langkah ke-3 mengisi karakter
Buka website http://wbs.krakatausteel.com
Isikan rangkaian karakter Kemudian Klik
sesuai yang muncul diatas kotak isian, “Lanjut”
Langkah ke-4 pilhan kategori
Langkah ke-5 pilihan Jenis laporan pelanggaran PKB
Silahkan Pilih pasal pelanggaran PKB dengan cara Klik “Pilih”
Langkah ke-6 Person yang dilaporkan
15
Langkah ke-7 Saksi & Bukti
Silahkan isi “Saksi & Bukti”
Langkah ke-8 Detil Informasi
Langkah ke-9 Komunikasi & Penambahan Informasi
Silahkan isi kemudian klik atau klik
“Penambahan Informasi”
“membuka kotak komunikasi” “Keluar”
17
Komunikasi & Penambahan Informasi
Silahkan isi kemudian klik atau klik
“Penambahan Informasi” “membuka kotak komunikasi”
SMS Centre
Khusus bagi pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris, Organ Penunjang Dewan Komisaris,
maka Pelapor dapat menyampaikan laporan pelanggaran melalui mekanisme yang berlaku di Kementerian BUMN
yaitu dengan SMS CENTER nomor
19
8. PERLINDUNGAN PELAPOR
Perlindungan Pelapor Dan Terlapor
Perusahaan berkewajiban melindungi pelapor guna memberi rasa aman kepada pelapor terkait dengan ancaman/tindakan yang didapat akibat laporan pelanggaran yang disampaikan.
Jika dikehendaki, pelapor dapat menggunakan nama samaran yang berfungsi :
a. Menjaga kerahasiaan identitas pelapor dan isi laporan. b. Menjaga keamanan bagi pelapor maupun keluarganya dari kemungkinan terjadinya perlakuan yang merugikannya.
Mekanisme perlindungan yang diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama 2013-2015 Pasal 92, yang berisi:
a. Perusahaan wajib merahasiakan dan memberikan perlindungan yang layak kepada karyawan dan keluarganya yang melaporkan dan/atau menjadi saksi atas pelanggaran Disiplin dan Tata Tertib Kerja serta tindak pidana yang terjadi di dalam perusahaan.
b. Perusahaan wajib memberikan pelayanan hukum berupa pendampingan, konsultasi dan pembelaan bagi karyawan yang dipanggil oleh pihak berwajib dengan status saksi yang terkait dengan pekerjaannya.
Perusahaan memberikan jaminan kerahasiaan identitas terlapor kecuali jika berubah menjadi status terperiksa dipemeriksaan internal dan / atau jika harus ditangani oleh pihak penegak hukum.
Perlindungan terhadap Pelapor juga berlaku bagi para pengelola whistleblower system, pihak yang melaksanakan Investigasi, maupun pihak-pihak yang memberikan informasi terkait dengan
9. SANKSI
Setiap pelanggaran yang dilakukan karyawan akan dijatuhkan sanksi sebagaimana yang telah diatur dalam PKB antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan Serikat Karyawan Krakatau Steel (SKKS) yaitu mulai dari Surat Peringatan hingga PHK. Sedangkan penjatuhan sanksi dilakukan setelah melalui mekanisme Bipartit berdasarkan ketentuan yang berlaku di Perusahaan.
Setiap pelanggaran yang dilakukan Dewan Komisaris dan Direksi maka mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian BUMN RI. 1.