• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 3ac8061502 BAB IIIBAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 3ac8061502 BAB IIIBAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CK"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 34

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

Rencana tata ruang wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan Bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas : a. indikasi arahan peraturan zonasi sistemnasional; b. arahan perizinan;

c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi.

Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas :

a. sistem perkotaan nasional;

(2)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 35

d. sistem jaringan telekomunikasi nasional;

e. sistem jaringan sumber daya air; f. kawasan lindung nasional; dan g. kawasan budi daya.

Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun dengan Memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan

c. ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud pada huruf b

.

Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman disusun dengan memperhatikan :

a. penetapan amplop bangunan;

b. penetapan tema arsitektur bangunan;

c. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan

d. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan

3.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan :

a. pertahanan dan keamanan; b. pertumbuhan ekonomi; c. sosial dan budaya;

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau

e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan kriteria :

a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional;

(3)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 36

amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau

c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;

c. memiliki potensi ekspor;

d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional

dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria:

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional;

b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa;

c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan;

(4)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 37

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir; b. memiliki sumber daya alam strategis nasional;

c. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa; d. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau e. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;

d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; f. rawan bencana alam nasional; atau

g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel. 3.1. Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008

tentang RTRWN untuk Sulawesi Selatan

No. Provinsi PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

1 Sulawesi Selatan Kawasan Perkotaan Makassar - Sungguminasa-Takalar-Maros (Mamminasata)

(5)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 38

Tabel. 3.2. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

untuk Sulawesi Selatan

3.3 Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi

Tujuan peraturan adalah :

a. menetapkan RTR Pulau Sulawesi dalam rangka operasionalisasi RTRW Nasional;

b. mengatur tata laksana perwujudan RTRW di Pulau Sulawesi sebagai landasan hukum yang mengikat bagi pemerintah dan pemerintah daerah, sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya;

c. mengarahkan pengembangan wilayah Pulau Sulawesi yang terpadu dan sinergis sebagai kesatuan kegiatan sosial, ekonomi dan budaya dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan daya dukung lingkungannya;

No. Kawasan Strategis Sudut Kota / Provinsi Status

Nasional Kepentingan Kabupaten Hukum

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Ekonomi Kota Makassar, Kab. Maros, Kab. Gowa, Kab.

Ekonomi Kota Pare-Pare, Kab. Barru

(6)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 39

d. menciptakan keseimbangan pemanfaatan ruang anotara kawasan

berfungsi lindung dan budidaya dalam satu ekosistem pulau dan perairannya;

e. mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah Pulau sulawesi secara berkelanjutan;

f. meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas wilayah provinsi yang konsisten dengan kebijakan nasional yang memayunginya.

Pada pasal 20 tentang Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan strategis nasional pada Jaringan Jalan Lintas Barat Pulau Sulawesi, jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan LintasTengah Pulau Sulawesi yang menghubungkan Tarumpakae – Pareman - Palopo – Masamba – Wotu - Tarengge – Malili – Tolala – Lelewawo - Batu Putih – Lapai – Lasusua – Wolo – Kolaka – Unaaha – Pohara - Kendari; dan Jaringan jalan kolektor primer pada Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Sulawesi yang menghubungkan Sungguminasa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba – Tanete – Tondong – Sinjai – Bajo – Arasoe – Watampone – Pompanua – Ulugalung – Sengkang - Impa Impa - Tarumpakae;

Pada pasal 38 Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada DI untuk meningkatkan luasan lahan pertanian pangan dilakukan di DI Langkemme, DI Tinco Kiri/Kanan, DI Paddange, DI Lamo, DI Walanae, DI Wajo, DI Gilireng, DI Sungai Baranti, dan DI Sungai Sindenrang yang melayani Kawasan Andalan Pare-pare dan Sekitarnya;

(7)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 40

ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak kawasan sekitar dilakukan pada kawasan sekitar Danau Tempe (Kabupaten Wajo), Danau Limboto (Kabupaten Gorontalo), Danau Tondano (Kabupaten Minahasa Selatan), Danau Poso (Kabupaten Poso), dan Danau Matano (Kabupaten Luwu Timur); dan kawasan sekitar Waduk Bili-bili (Kabupaten Gowa), Waduk Ponreponre (Kabupaten Bone), Waduk Kalola (Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Wajo), Waduk Larona (Kabupaten Luwu), Waduk Bakaru (Kabupaten Pinrang), Waduk Salomekko (Kabupaten Bone), dan Waduk Balambano (Kabupaten Soroako).

Pada pasal 44 Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana alam dan penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana, pembangunan sarana pemantauan bencana, serta penetapan standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana dilakukan pada kawasan rawan gelombang pasang di wilayah pesisir barat Sulawesi Selatan serta wilayah pesisir utara dan selatan Sulawesi Utara dan kawasan rawan banjir di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Podi, Kabupaten Bone, Kabupaten Gowa, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, Kota Makassar, Kota Palopo, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkajene, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Takalar, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Wajo, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Buton, dan Kota Baubau.

(8)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 41

Kotamobagu, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kota Palu, Kabupaten Poso, Kabupaten Buol, Kabupaten Toli-toli, Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Montong, Kabupaten Talabosa, Kabupaten Morowali, Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Pangkajene, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Palopo, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Barru, Kabupaten Parepare, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten Majene, Kabupaten Sabo, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe, Kabupaten Bombana, Kabupaten Unahaa, Kabupaten Mowila, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Bau-bau, dan Kabupaten Wakatobi.

(9)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 42

Manado, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Sangihe, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Donggala, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Banggai, Kabupaten Parigi Moutong, Kota Makassar, Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bone, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Wajo, Kabupaten Maros, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Polewali Mandar, Kota Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Muna, dan Kota Bau-bau.

Pada pasal 52 Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh industri pengolahan yang berdaya saing dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan di Selat Makassar, Teluk Tomini, Teluk Tolo, Kabupaten Poso, Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Donggala, Kabupaten Bulukumba,Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten Majene, Kabupaten Morowali, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Teluk Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Polewali-Mamasa, Kabupaten Buton, Kabupaten Raha, dan Kabupaten Wakatobi.

(10)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 43

peruntukan permukiman pada kawasan rawan banjir di Kota Manado, Kabupaten Boalemo, Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, Kota Palopo, Kabupaten Pangkajene, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Bone, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Buton, Kabupaten Podi, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Wajo, Kabupaten Konawe Selatan, dan Kota Bau-bau; dan kawasan peruntukan permukiman pada kawasan rawan letusan gunung berapi di Gunung Awu (Kabupaten Kepulauan Sangihe),Gunung Banua Wuhu (Kabupaten Kepulauan Sangihe), Gunung Karakelang (Kabupaten Kepulauan Talaud), Gunung Ruang (Kabupaten Kepulauan Sangihe), Gunung Tangkoko (Kota Bitung), Gunung Mahawu (Kota Tomohon), Gunung Lokon-Empung (Kota Tomohon), Gunung Soputan (Kabupaten Minahasa Selatan), dan Gunung Colo (Kabupaten Tojo Una-una); dan kawasan peruntukan permukiman pada kawasan rawan gempa bumi di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Manado, Kabupaten Sangihe, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kepulauan Talaud, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Palu, Kota Poso, Kabupaten Poso, Buol, Kota Toli-toli, Kabupaten Toli-toli, Kota Donggala, Kabupaten Donggala, Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Morowali, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Tojo Una-una, dan Kabupaten Luwu timur.

3.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi

Selatan

Rencana Permukiman merupakan kawasan yang potensil dikembangkan sebagai kawasan permukiman yang meliputi :

a. Kawasan permukiman perkotaan meliputi :

(11)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 44

sumber daya buatan seperti perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perkotaan

- Bangunan permukiman di tengah kota terutama di PKN dan PKW yang padat penduduknya diarahkan pembangunan perumahannya vertikal

- Pada permukiman perkotaan yang paling rawan terhadap tsunami harus menyediakan tempat evaluasi pengungsi bencana

alam baik berupa lapangan terbuka di tempat ketinggian ≥ 30 m

di atas permukaan laut atau berupa bukit penyelamatan. b. Kawasan permukiman perdesaan meliputi :

- Didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan bangunan, penduduk serta prasarana dan sarana perkotaan yang rendah, dan kurang intensif dalam pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris

- Bangunan – bangunan perumahan diarahkan menggunakan nilai kearifan budaya lokal seperti pola rumah kebun dengan bangunan berlantai pangung.

(12)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 45

Toraja, Kota Rantepao sebagai ibukota Kabupaten Toraja Utara, dan Kota Sengkang sebagai ibukota Kabupaten Wajo.

Pada Pasal 18 Jaringan jalan nasional arteri primer di Provinsi meliputi Jalan Lintas Barat Sulawesi: batas Provinsi Sulawesi Barat – Pinrang – Parepare – Barru – Pangkajene – Maros – Makassar. Jalan Lintas Tengah Sulawesi: Tarumpakkae-Belopa- Palopo-Masamba-Wotu-Tarengge; Tarumpakkae – Sidenreng – Parepare; Maros – Ujunglamuru – Watampone – Bajoe. Jalan Lintas Timur Sulawesi: batas Provinsi Sulawesi Tenggara- Malili-Tarengge.

Pada Pasal 26 Sistem jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan Provinsi meliputi jaringan penyeberangan lintas kabupaten meliputi Mengembangkan jaringan transportasi danau di Danau Tempe, Danau Towuti dan Danau Matano.

Pasal 30

(13)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 46

Utara - Angkona (Kabupaten Luwu Timur) – ke perbatasan Provinsi Sulwesi Tengah; Angkona – Malili (Kabupaten Luwu Timur) – ke perbatasan Provinsi Sulawesi Tenggara; Pinrang – Parepare – Barru – Pangkep – Maros – Makassar – Gowa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng

– Bulukumba – Sinjai – Bone – Soppeng – Wajo.

Pada Pasal 35 Sistem jaringan telekomunikasi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sistem jaringan tetap lokal wireline cakupan provinsi yang terdiri dari jaringan saluran tetap lokal, stasiun telepon otomat (STO) lokal meliputi: STO-STO Bantaeng, Bulukumba, Bone, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Maros, Pangkep, Pinrang, Selayar, Sidrap, Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja, Toraja Utara dan Wajo.

(14)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 47

Kelara (Kabupaten Jeneponto), DI Pammukulu (Kabupaten Takalar), DI Bantimurung (Kabupaten Maros), DI Tabo-tabo (Kabupaten Pangkep), DI Sanrego, DI Pattiro, DI Palakka dan DI Ponreponre (Kabupaten Bone), DI Langkemme, DI Tinco Kiri/Kanan, DI Paddange, DI Lawo, dan DI Walanae (Kabupaten Soppeng), DI Wajo (Kabupaten Wajo), DI Bulucenrana, DI Bulutimorang, DI Gelirang, DI S. Baranti dan DI S. Sidenreng (Kabupaten Sidrap), DI Padang Sappa I, DI Padang Sappa II, DI Bajo, DI Kalaera Kiri dan DI Kalaera Kanan I (Kabupaten Luwu) , DI Kalaera II (Kabupaten Toraja), DI Rongkong/Malangke, DI Baliase dan DI Bungadidi (Kabupaten Luwu Utara), DI Kalaena dan DI Kalaena Kiri/Kanan (Kabupaten Luwu Timur); Rencana jaringan DR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a meliputi: DR Barebbo (Kabupaten Bone), DR Sajoanging (Kabupaten Wajo), dan DR Maros Utara (Kabupaten Maros).

(15)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 48

Pada Pasal 50 Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Provinsi meliputi Rencana Pengembangan Hutan Lindung (HL) yang meliputi: Tahura Abdul Latief (Kabupaten Sinjai), Tahura Nanggala (Kota Palopo), Hutan Lindung (HL) Gowa, HL Takalar, HL Jeneponto, HL Bantaeng, HL Bulukumba, HL Selayar, HL Sinjai, HL Bone, HL Soppeng, HL Wajo, HL Barru, HL Sidrap, HL Pinrang, HL Enrekang, HL Tana Toraja, HL Toraja Utara, HL Luwu, HL Luwu Utara, HL Luwu Timur, HL Palopo, dan HL Parepare.

Pada Pasal 55 Kawasan hutan produksi dan hutan rakyat meliputi: hutan-hutan produksi dan hutan-hutan-hutan-hutan rakyat di wilayah Kota Parepare, Kota Palopo, Kabupaten-Kabupaten Bulukumba, Jeneponto, Takalar, Bantaeng, Wajo, Sinjai, Selayar, Pangkep, Enrekang, Soppeng, Barru, Tana Toraja, Toraja Utara, Sidrap, Pinrang, Luwu, Maros, Gowa, Bone, Luwu Timur, dan Luwu Utara.

Pada Pasal 56 Kawasan pertanian dan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf b, yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Pola Ruang pada Lampiran 1.2, merupakan kawasan yang potensil dimanfaatkan untuk budidaya unggulan Provinsi alternatif baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan sapi, dan udang, sedangkan komoditi perikanan laut berupa rumput laut, yang terinci sebagai berikut : Kawasan potensil budidaya padi sawah di Kabupaten-Kabupaten Barru, Bone, Bulukumba, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Maros, Pangkep, Pinrang, Kepulauan Selayar, Sidrap, Sinjai, Soppeng, Takalar, Toraja Utara, Wajo; Kawasan potensil budidaya udang meliputi tambak-tambak di masing-masing Kabupaten Pinrang, Barru, Pangkep, Bone, dan Wajo.

(16)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 49

Palopo, Blok Enrekang di Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang, Blok Sengkang di Kabupaten Wajo, Sidrap, Soppeng dan Bone, Blok Bone di Teluk Bone, dan Blok Sigeri di Selat Makassar, Blok Kambuno di laut Kabupaten Bone, Sinjai dan Bulukumba, Blok Selayar di laut Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Kepulauan Selayar, Blok Karaengta di laut Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Kepulauan Selayar.

Pasal 61

(17)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 50

Pada Pasal 68 KSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf b dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi kawasan lahan pangan berkelanjutan khususnya beras dan jagung di masing-masing Kabupaten: Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang , Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur (Bosowasipilu), Pangkep, Maros, Gowa dan Takalar; Kawasan pengembangan budidaya udang meliputi tambak di masing-masing Kabupaten:Pinrang, Barru, Pangkep, Bone, dan Wajo.

Pasal 70

KSP dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi meliputi Kawasan Migas terdiri atas: Blok Bone Utara (Kabupaten Luwu dan Kota Palopo), Blok Enrekang (Kabupaten Tana Toraja, Enrekang dan Pinrang), Blok Sengkang (Kabupaten Wajo, Sidrap, Soppeng dan Bone), Blok Bone di Teluk Bone, dan Blok Sigeri di Selat Makassar, Blok Kambuno di teluk Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bulukumba, Blok Selayar di laut Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Kepulauan Selayar, Blok Karaengta di laut Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Kepulauan Selayar; Pusat-pusat pembangkit listrik teridiri atas PLTG Sengkang (Kabupaten Wajo), PLTU Punagaya (Kabupaten Jeneponto), PLTU Bakaru (Kabupaten Pinrang).

Pada Pasal 71 KSP dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi Kawasan lindung sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 50 ditambah kawasan Danau Tempe (Kabupaten Wajo) dan Danau Sidenreng (Kabupaten Sidrap).

3.5 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wajo

Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Wajo

Guna mewujudkan tujuan penataan ruang Kabupaten Wajo hingga tahun 2031, maka dirumuskan kebijakan penataan ruang, yang antara lain :

(18)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 51

b. peningkatan kualitas jaringan dan jangkauan pelayanan prasarana

transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air secara terpadu dan merata;

c. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; d. penetapan kawasan perlindungan daerah bawahannya, setempat,

ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya; e. perwujudan dan peningkatan keserasian, keterpaduan dan

keterkaitan antar kegiatan budidaya;

f. pengembangan potensi kawasan pariwisata dan obyek wisata dengan berorientasi kearifan lokal;

g. pengembangan dan peningkatan kawasan strategis kepentingan ekonomi yang berdaya saing skala kabupaten, provinsi dan nasional; h. pengembangan kawasan strategis sosial dan budaya untuk

meningkatkan pertumbuhan wilayah dan kegiatan kepariwisataan; i. pengembangan dan pelestarian kawasan strategis kepentingan

fungsi daya dukung dan lingkungan;

j. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan

k. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan

Adapun sistem perwilayahan yang terbentuk di Kabupaten Wajo, antara lain :

a. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP1), meliputi Kecamatan Tempe, Sabbangparu, Pammana, dan Kecamatan Tanasitolo, dengan Pusat Pengembangan Kawasan (PPK) di Kota Sengkang, yang juga berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Wilayah di Kabupaten Wajo (PPW/ibukota kabupaten);

(19)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 52

c. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP3), meliputi Kecamatan

Majauleng, Penrang, Sajoangin, Takkalalla dan Kecamatan Bola Solo, dengan pusat pengembangan di Kota Paria (Kecamatan Majauleng);

d. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP4), meliputi Kecamatan Maniangpajo, Gilireng dan Kecamatan Belawa, dengan pusat pengembangan di Anabanua (Kecamatan Maniangpajo).

3.6 Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan kepentingan :

 Pertahanan dan Keamanan Kriteria :

1. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional; 2. Diperuntukkan bagi basis milter, daerah latihan militer,

daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau

3. Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

 Pertumbuhan Ekonomi Kriteria :

1. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

2. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;

3. Memiliki potensi ekspor;

4. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

(20)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 53

6. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

7. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

8. Ditetapkan untuk mempercepa pertumbuhan kawasan tertinggal.

 Sosial dan Budaya Kriteria :

1. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional;

2. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa;

3. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus diilindungi dan dilestarikan;

4. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;

5. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau

6. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

 Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi; dan/atau

Kriteria :

1. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

2. Memiliki sumber daya alam strategis nasional;

(21)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 54

4. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan

nukilir;

5. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kriteria :

1.

Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

2.

Merupakan aset nasional berupa kawasan liindung yang

ditetapkan perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

3.

Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;

4.

Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

5.

Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

6.

Rawan bencana alam nasional; atau

7.

Sangat menenentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Untuk Kabupaten Wajo, yang menjadi dasar Kawasan Strategis Nasional adalah dengan adanya RTRW Kabupaten Nomor 12 Tahun 2012 dan Perda Bangunan Gedung Nomor 5 Tahun 2010.

3.7 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

(22)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 55

Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut :

a. pusat permukiman yang berpotensi dan telah disepakati sebagai pos pemeriksanaan lintas batas dengan negara tetangga;

b. pusat permukiman yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

c. pusat permukiman yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya.

Pola pengelolaan PKSN meliputi :

a. pengembangan fasilitas pelayanan keimigrasian, kepabean, karantina dan keamanan;

b. mendorong pengembangan wilayah di sekitarnya agar tingkat perkembangannya setara dengan tingkat perkembangan wilayah negara tetangga;

c. mendorong pengembangan wilayah di sekitarnya agar tercipta keserasian antara kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup; d. mendorong kerjasama saling menguntungkan dengan negara

tetangga dengan melibatkan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha.

3.8 Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya. Kebijakan pengembangan struktur ruang :

a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki;

(23)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 56

Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah :

a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan poerkotaan dengan kawasan perdesaan, dan antara kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;

b. Pengembangan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

c. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana :

a. Peningkatan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan trans;portasi darat, laut dan udara;

b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi di kawasan terisolasi;

c. Peningkatan kualitas pembangkit dan jaringan transmisi tenaga listrik serta mewujudkan keterpaduan sistem kelistrikan;

d. Peningkatan kualitas jaringan prasraana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

Kebijakan dan strategi pengembangan pola pemanfaatan ruang : a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan linidung; b. Kebijakan dan strategi pengebangan kawasan budi daya; c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan tertentu. Kebijakan pengembangan kawasan lindung :

a. Pemeliharaan dan perwujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup; b. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup :

(24)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 57

b. Perwujudan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau

dengan luas paling sedikit 30% dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

c. Pengembalian dan peningkatan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. Kebijakan pengembangan kawasan budi daya :

a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya;

b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya :

a. Penetapan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara secara sinergis untuk mewujudkan kesimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

b. Pengembangan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana penunjangnya baik di ruang daratan maupun dirunag lautan secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; c. Pengembangan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik,

pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. Pengembangan dan pelestarian kawasan budi daya pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;

e. Pengembangan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan bernilai ekonomi tinggi di ZEEI dan / atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.

(25)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 58

a. Pembatasan perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawan

rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

b. Pembatasan perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan disekitarnya.

Kebijakan pengembangan kawasan tertentu :

a. Pelestarian dan peningkatan nilai strategis kawasan lindung untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekonsistem, melestarikan keanekaragaman hayati, dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

b. Pelestarian dan peningkatan fungsi kawasan untuk mempertahankan dan keamanan negaral;

c. Pelestarian dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;

d. Pemanfaatan dumber daya alam dan/atau teknologi strategis secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

e. Pelestarian dan peningkatan keunikan dan budaya bangsa;

f. Pengembangan kawasan tertinggal untuk secara terus menerus mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan. Strategi pelestarian dan peningkatan nilai strategis kawasan lindung untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam dan melestarikan budaya nasional :

a. Penetapan kawasan tertentu berfungsi lindung;

b. Pencegahan pemanfaatan ruang di kawasan tertentu yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

(26)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 59

d. Pembatasan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di

sekitar kawasan tertentu yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;

e. Pengembangan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan tertentu yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; f. Rehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan tertentu;

Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional :

a. pengembangan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

b. penciptaan iklim investasi yang kondusif;

c. pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampuai daya dukung dan daya tampung kawasan;

d. pengelolaan dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisien kawasan;

e. mengintensifan promosi peluang investasi;

f. peningkatan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

Strategi pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi strategis secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat :

a. pengembangan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi strategis;

b. peningkatan keterkaitan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi strategis dengan kegiatan penunjang dan/atau turunan; c. pencegahan dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam

dan/atau teknologi strategis terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.

(27)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 60

a. peningkatan kecintaan masyarakat akan nilai budaya mencerminkan

jati diri bangsa yang berbudi luhur;

b. pengembanagn penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat;

c. pelestarian situs budaya bangsa.

Strategis pengembangan kawasan tertinggal untuk secara terus menerus mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan :

a. pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan; b. membuka akses dan meningkatkan aksesibiltas antara kawasan

tertinggal dengan pusat pertumbuhan wilayah;

c. pengembangan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;

d. meningkatkan kases masyarakat ke sumber pembiayaan;

e. peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

PKN ditetapkan dengan kkriteria :

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor – impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;

c.

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Pola pengelolaan PKN meliputi (peran Pemerintah diarahkan pada pengelolaan PKSN, aspek ekonomi, sosbud, iptek, hankam, pengelolaan sistem pusat permukiman lintas provinsi; peran Pemprov diarahkan pada pengelolaan sistem pusat permukiman lintas kabupaten; peran Pemkab/Pemkot diarahkan pada pengelolaan wilayah)

(28)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 61

perkantoran, convention center, exhibition center, pendidikan, rumah sakit);

b. Penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang berstandar internasional maupun nasional yang mampu melayani kegiatan ekspor-impor dan pergerakan antar provinsi; (jaringan jalan, terminal reg tipe A, stasiun KA, pelabuhan int.hub.int dan/atau bandara pusat penyebaran primer dan sekunder, jaringan jalur KA);

c. Mengembangkan jaringan telekomunikasi berbasis teknologi tinggi, jaringan prasarana sumber daya air, dan jaringan transmisi tenaga listrik untuk mendukung fungsi pelayanan kawasan perkotaan yang berskala internasional, nasional, dan antar provinsi;

d. Mengembangkan pusat jasa pemerintahan berskala internasional dan nasional beserta fasilitas pendukungnya.

3.9 Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

KPI MP3EI adalah Kawasan Perhatian Investasi Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia, dimana KPI adalah satu atau kumpulan beberapa sentra produksi/kegiatan investasi yang beraglomerasi di area yang berdekatan dengan tujuan untuk mempermudah dalam proses integrasi kegiatan investasi.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut : a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan.

(29)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 62

c. Dukungan pemerintah dan pemerintah daearh terhadap sentra-sentra

produksi di masing-masing KPI.

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi dan politi) dan arahan pemerintah (Presiden RI).

Tabel. 3.3. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI)

Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

Untuk Wilayah Sulawesi

NO.

KORIDOR

KPI

(1)

(2)

(3)

1

Koridor Ekonomir (KE)

Sulawesi

Makassar

Palopo (Luwu)

Mamuju-Mamasa

Parepare

Kendari

Kolaka

Konawe Utara

Morowali

Parigi Moutang

Banggai

Bitung

3.10 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

(30)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 63

Sementara itu, perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan yang diberikan adalah banyaknya peran pemerintah daerah, baik dalam pengelolaannya maupun dalam penyediaan infrastruktur dan lahan. Hal itu menyebabkan perlunya kerjasama Pemerintah – Swasta dalam pengelolaan KEK, mengingat dana untuk KEK ini sangat besar. Hasil studi dari beberapa negara menunjukkan, KEK yang sepenuhnya dikelola oleh swasta mempehatikan kemajuan yang lebih besar dibandingkan yang dikelola oleh pemerintah. Persyaratan utama pengusulan KEK ini adalah : sesuai dengan RTRW dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, terletak pada posisi

yang dekat dengan jalur perdagangan / pelayaran

internasional,mempunyai batas yang jelas, serta Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota mendukung KEK. Sedangkan ketentuan luas minimum tidak tercantumkan, guna membuka peluang bagi pengembangan kawasan ekonomi yang berbasis teknologi tinggi atau teknologi informasi, seperti Technopark, IT Center, dsb.

3.11 Strategis Nasional Klaster A

Strategi Nasional diperlukan sebagai sebuah langkah strategis untuk mencapai visi REDD+ di Indonesia untuk mengelola hutan dan lahan gambut secara berkelanjutan sebagai aset nasional yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya pada kemakmuran rakyat. Strategi Nasional REDD+ diformulasikan untuk membangun pondasi dan memberikan pedoman menuju tata kelola hutan dan lahan gambut yang baik dan terintegrasi melalui pendekatan sistematis dan proses inklusif dengan melibatkan banyak pihak.

(31)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 64

peraturan, proses, dan praktek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya lahan dan kehutanan menggunakan pendekatan yang transformatif dan progresif.

Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) :

1. KSK dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi :

a. Kawasan strategis cepat tumbuh perkotaan, ditetapkan di Kecamatan Tempe dan Kecamatan Tanasitolo;

b. Kawasan strategis cepat tumbuh simpul transportasi layanan pelabuhan dan perdagangan, ditetapkan di Kawasan Siwa Kecamatan Pitumpanua;

c. Kawasan strategis cepat tumbuh simpul transportasi dan perdagangan, ditetapkan di Kawasan Anabanua Kecamatan Maniangpajo, Kawasan Doping Kecamatan Penrang dan Kawasan Atapange Kecamatan Majauleng;

d. Kawasan strategis pengembangan lahan pertanian, ditetapkan di Kecamatan Belawa, Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan Pammana, Kecamatan Gilireng, Kecamatan

Maniangpajo, Kecamatan Sabbangparu, Kecamatan

Sajoangingan dan Kecamatan Majauleng;

e. Kawasan strategis pengembangan minapolitan, ditetapkan di Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan Sajoanging, Kecamatan Penrang dan Kecamatan Takkalalla. 2. KSK dengan sudut kepentingan sosial budaya :

a. Kawasan rumah adat Atakkae di Kecamatan Tempe;

b. Kawasan pelestarian budaya dan pendidikan syiar agama islam di Sengkang Kecamatan Tempe, Menge Kecamatan Belawa, Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Majauleng, Kecamatan Bola, Doping Kecamatan Penrang dan Kecamatan Takkalalla; c. Kawasan pengembangan wisata Danau Tempe di Kecamatan

Tempe.

(32)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 65

a. Kawasan pertambangan dan pabrik pengolahan gas alam

Gilireng di Kecamatan Gilireng;

b. Kawasan pelabuhan khusus LNG Keera di Kecamatan Keera; c. Kawasan pemancar telekomunikasi di Kelurahan Pattirosompe

Kecamatan Tempe;

d. Kawasan Bendungan Paselloreng di Kecamatan Gilireng dan Kecamatan Majauleng dan Kecamatan Sajoanging dengan luas lahan lebih kurang 2.572,21 Ha.

4. KSK dengan sudut kepentingan lingkungan hidup :

a. Kawasan sempadan Danau Tempe di Kecamatan Tempe;

b. Kawasan WS Walennae – Cenranae di sebagian kawasan WS Bila Kecamatan Maniangpajo, Kawasan WS Siwa Kecamatan Pitumpanua, Kawasan WS Gilireng Kecamatan Gilireng dan Kawasan WS Keera Kecamatan Keera;

(33)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 66

Tabel 3.4. Daftar Kabupaten / Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

Sulawesi Selatan

3.12 Strategis Nasional Klaster B

Kabupaten / Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah kabupaten / kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten / kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang hanya memiliki Perda RTRW.

Tabel. 3.5. Daftar Kabupaten / Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

(34)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 67

terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya / tetap menjadi kewenangan Pemerintah. Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan otonomi dan tugas pembantuan. Sesuai isi pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32/2004, urusan pemerintahan yang tidak menjadi urusan pemerintahan daerah adalah : (1) politik luar negeri, (2) pertahanan, (3) keamanan, (4) yustisi, (5) moneter dan fiskal nasional, dan (6) agama.

Bidang-bidang lain diluar 6 bidang diatas menjadi urusan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi luas dan nyata. Dalam rangka merealisasikan otonomi daerah yang luas dan nyata ini menuntut pemerintahan daerah yang tanggap, mampu dan mempunyai kinerja yang tahan uji, yang menyangkut pemerintah daerah dan DPRD. Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah memasuki horison baru dalam tata pemerintahan daerah di Indonesia. Hal itu menyangkut kewenangan Pemerintah dan Pemerintahan Daerah yang sepintas lalu lebih luas dibanding dengan kewenangan Pemerintah (Pusat). Bila dikaji lebih dalam, sebagai konsekuensi negara kesatuan, meskipun secara deklatoris hanya mengurus 6 urusan seperti tersebut diatas, bukan berarti Pemerintah melepaskan atau mendelegasikan sepenuhnya urusan lainnya kepada pemerintahan daerah. Pemerintah (Pusat) masih memegang kendali kewenangan tersebut, khususnya di bidang pengawasan dan pengendalian serta pendanaan.

(35)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 68

dengan urusan yang didesentralisasikan. Menurut Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan urusan yang ada dalam skala kabupaten/kota meliputi:

 perencanaan dan pengendalian pembangunan,

 perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang,  penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat,

 penyediaan sarana dan prasarana umum,  penanganan bidang kesehatan,

 penyelenggaraan pendidikan,  penanggulangan masalah sosial,  pelayanan bidang ketatanegakerjaan,

 fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah,  pengendalian lingkungan hidup,

 pelayanan pertanahan,

 pelayanan kependudukan, dan catatan sipil,  pelayanan administrasi umum pemerintahan,  pelayanan administrasi penanaman modal,  penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya, dan

 urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Dalam hubungan dengan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintahan provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/Kota maka pelaksanaan urusan wajib dan pilihan tersebut menjadi acuan dan tolok ukur keberhasilannya. Penyelenggaraan urusan wajib merupakan penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai alat ukur yang ditetapkan pemerintah.

(36)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 69

Minimum Service Standard. Peter F. Drucker berpandangan bahwa tidak ada di dunia yang disebut negara tertinggal, yang ada adalah under managed country. Ketertinggalan negara-negara terbelakang terutama disebabkan oleh ketertinggalan dalam manajemennya. Salah satu kelemahan dalam manajemen ini adalah karena tidak mampunya birokrasi memberikan pelayanan, karena :

 manajemennya tidak memiliki wawasan dan bakat bisnis;  mereka membutuhkan orang-orang baru;

 sasaran dan hasilnya tidak terukur dan tidak nyata.

Sedemikian pentingnya pemberian pelayanan ini, sehingga Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah menetapkan aturan keharusan diterapkannya urusan wajib daerah, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar baik kepada Provinsi maupun kepada Kabupaten/Kota.

Melalui metode kualitatif dan pengumpulan data dengan wawancara mendalam (depth interiew), kajian ini telah dilakukan di 7 (tujuh) Provinsi dan 14 (empat belas) Kabupaten/Kota, yaitu :

1. Provinsi Sumatera Selatan (Kota Prabumulih dan Kabupaten Muara Enim)

2. Provinsi D.I.Yogyakarta (Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman)

3. Provinsi Bali (Kota Denpasar dan Kabupaten Jembrana)

4. Provinsi Kalimantan Selatan (Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar)

5. Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kota Kupang dan Kabupaten Kupang)

6. Provinsi Maluku Utara (Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan)

(37)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 70

SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. SPM merupakan alat Pemerintah dan pemda untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata. SPM ditetapkan oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh pemda provinsi dan pemda kabupaten/kota dan merupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan dasar nasional.

Namun demikian, sejak penyelenggaraan kewenangan dicanangkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 belum ada ketentuan yang mengatur tentang SPM. Saat itu Pemerintah mengeluarkan SE Mendagri No. 100 Tahun 2002 sebagai landasan penyusunan SPM. Kebijakan tentang SPM itu sendiri baru ditetapkan setelah lahir Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yakni dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM.

Peraturan Pemerintah tersebut jelas ditujukan kepada Kementerian Negara/Departemen/LPND untuk menyusun pedoman dan penerapan SPM di sektornya masing-masing. Tetapi dalam prakteknya, tidak semua Kementrian Negara/Departemen/LPND telah menyusun SPM-nya. Tercatat, setidaknya terdapat 9 instansi pusat yang telah menyusun SPM, dimana di dalamnya terdapat 2 instansi yang secara intens memperbaiki SPM-nya sesuai dengan perkembangan kebijakan yang terjadi, yakni Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional.

Secara teknis, Departemen Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Rencana Capaian SPM. Berdasarkan kebijakan ini, maka pemerintahan di daerah diminta untuk menyesuaikan pelayanannya sesuai dengan aturan SPM tersebut.

(38)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 71

tahap perencanaan, penerapan, maupun pada tahap monitoring dan evaluasi.

Pengorganisasian pelaksanaan SPM di daerah diwujudkan dalam bentuk pembagian urusan yang dilaksanakan oleh masing-masing pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten/kota.

Amat disayangkan, ketiadaan sanksi yang tegas terhadap instansi yang belum menyusun SPM ataupun yang belum melaksanakan SPM, menyebabkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 ini terlihat kurang menggigit dan terkesan hanya sebagai kebijakan bermodel universal dan bukan bermodel imperatif. Dengan demikian, wajar saja bila masih banyak instansi yang setengah hati dalam menyusun SPM-nya, kalaupun ada, mereka biasanya tidak pernah melaksanakan monitoring dan evaluasi secara reguler/terprogram akan pencapai SPM tersebut.

3.14 Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)

Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.

3.15 Klaster E bagi Daerah dengan Program Inovasi yang Kreatif

Perubahan yang terjadi pada masa perkembangan dunia sekarang ini sangat cepat sekali, hal ini menuntut birokrasi untuk selalu dapat berfikir cepat mengembangkan kreativitas sekaligus berinovasi. Tuntutan globalisasi yang tengah melanda dunia di berbagai sektor pelayanan publik, khususnya peradaban dari luar negeri baik teknologi maupun aspek sosial yang masuk ke Indonesia dengan cepat dapat disikapi dengan arif dan bijaksana. Kapasitas aparatur senantiasa dioptimalkan melalui pengembangan kemampuan profesionalisme aparatur yang kreatif dan inovatif.

(39)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 72

birokrasi pemerintah dengan pelayanan-pelayanan publik yang lain. Sehingga dapat bersaing dengan pihak swasta baik dari dalam maupun luar negeri. Setiap kegiatan pelayanan diupayakan selalu dapat dicari pemecahan permasalahan yang ada untuk dapat dengan segera dicari solusi yang dapat segera dikerjakan dengan kreatif. Peningkatan efektivitas kinerja aparatur setiap saat perlu mendapatkan perhatian dari pemegang kebijakan yang disertai oleh komitmen pribadi dari masing-masing aparatur untuk selalu berkreasi dan berinovasi dalam setiap pekerjaan yang menjadi beban tugas pokok dan fungsi mereka. Dari analisis beban kerja pada masing-masing aparatur yang terangkum dalam beban kerja instansi diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan program kegiatan pembangunan yang mengarah kepada tercukupinya kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara optimal.

Berkembangnya kreativitas serta inovasi yang dimiliki oleh aparatur dalam membuat program pembangunan pendukung pelayanan publik akan meningkatkan derajat kehidupan masyarakat. Selain itu harkat dan martabat bangsa akan terangkat, sehingga tidak menjadi bangsa yang selalu terbelakang dalam setiap bidang kegiatan, siap bersaing dalam era globalisasi untuk menjadi bangsa yang kuat, kokoh untuk memantapkan ketahanan dan persatuan nasional.

3.16 Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan

dan amanat perencanaan pembangunan.Untuk mewujudkan keterpaduan

pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan,

pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang

membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4

(empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan

nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan

(40)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 73

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan

iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan,

pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat

juga permasalahan dan potensi pada masing- masing daerah, sehingga

dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya

sangat diperlukan.

Gambar 3.1. Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Sumber : Direktorat Bina Program, 2014

3.17 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

3.17.1 RPJP Nasional 2005-2025 (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007)

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan

dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas

pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam

jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi

Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan

Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai

(41)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 74

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan

dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan

sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,

pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap

kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu

dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya

air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan

berkeadilan, maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang

berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas

pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan

sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi

dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan

sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan

sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi

bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh

masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran

pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan

pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam

penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama

untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap

tahapan RPJMN, yaitu:

RPJMN ke 2 (2010-2014) : Daya saing perekonomian ditingkatkan

melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih

meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam

pengembangan perumahan dan permukiman.

RPJMN ke 3 (2015-2019) : Pemenuhan kebutuhan hunian bagi

seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem

pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien,

(42)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 75

permukiman kumuh.

RPJMN ke 4 (2020-2024) : Terpenuhinya kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga

terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3.17.2 RPJM Nasional 2010-2014 (Perpres Nomor 05 Tahun 2010)

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5

Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas

pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan

sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam

rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang

layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi

penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta

memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman,

seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur

permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun

2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan

akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.

b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga

akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem

pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik

melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5%

maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5

% serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan

air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.

c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah

tangga di daerah perkotaan.

d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis

perkotaan.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan

untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan

sanitasi yang memadai, melalui :

(43)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 76

b. memastikan ketersediaan air baku air minum,

c. meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana

permukiman,

d. meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan

air limbah, dan pengelolaan persampahan,

e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,

f. meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS),

h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan

infrastruktur,

i. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

j. mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

3.17.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (Perpres Nomor 32 Tahun 2011)

(44)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 77

3.17.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan

Indonesia

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan

berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya

penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan

angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di

semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi

penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi

dari tiga strategi utama, yaitu :

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan

goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan

sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)

masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di

tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting

dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan

program pemberdayaan masyarakat (PNPM- Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas,

Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

3.17.5 Kawasan Ekonomi Khusus (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009)

(45)

SATGAS RPIJM KABUPATEN WAJO 78

dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

3.17.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan (Inpres Nomor

3 Tahun 2010)

Dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman

kumuh.

3.18 Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/Cipta Karya

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

3.18.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman

Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas :

Gambar

Tabel. 3.2. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)  Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN   untuk Sulawesi Selatan
Tabel. 3.3. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI)
Tabel. 3.5. Daftar Kabupaten / Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B
Gambar 3.1. Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan temuan menyangkut fenomena aktifitas komunikasi melalui penggunaan internet yang mengacu pada dimensi orientasi khalayak dalam level selektifitas

Berkaitan dengan tanggungjawab pekerjaan, saya menggunakan segenap pengetahuan agar dapat memperoleh hasil yang optimal6. Saya mampu membuat perencanaan dan jadwal pekerjaan

Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa uji kelompok kecil, uji kelompok besar dan uji ahli menyatakan bahwa produk “papan berpeluang” menarik dan layak

Islam, iman dan ihsan sebagai metode pendekatan diri terhadap tuhan. Prinsip ini akan memberikan dua implikasi. pertama, memperkokoh kesadaran batin manusia,

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Pelayanan, sanksi dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan

bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut Pasal 47 ayat (2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan

Production of Smallholders Estates by Crops in Sulawesi Utara 2011……… 198 5.3.5 Produksi Tanaman Perkebunan Besar Negara dan Swasta Per Jenis Tanaman di.

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi