• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

0

M ANUAL CSL IV

SISTEM NEUROPSIKIATRI

PEM ERIKSAAN SISTEM M OTORIK DAN REFLEKS

FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIM ITIF

PENYUSUN:

dr. Ashari Bahar, M .Kes, Sp.S, FINS

dr. Devi W uysang, M .Si, Sp.S

DEPARTEM EN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

M AKASSAR

(2)

PENDAHULUAN

Ket erampilan medik adalah ket erampilan mot orik yang harus dikuasai oleh seorang t enaga medik agar dapat m elaksanakan t ugasnya dengan sebaik-baiknya. M elalui fasilit as berupa skill lab mahasiswa dapat berlat ih ket erampilan– ket erampilan medik yang mereka perlukan dalam sit uasi lat ihan di laborat orium, bukan dalam suasana kont ak ant ara dokt er-pasien di rumah sakit . Lat ihan ket erampilan klinik ini mengajar mahasisw a agar dapat berlat ih secara t rial and error, dapat m engulang-ulang kegiat an at au t indakan yang sam a (dengan kadang-kadang melakukan kekeliruan) sampai bet ul-bet ul t erampil. Keadaan sepert i ini hampir tidak mungkin dilakukan pada penderit a yang sedang diraw at di rumah sakit .

Apabila keterampilan mot orik sudah dikuasai, dilanjut kan dengan lat ihan yang mengandung unsur emosi. Lat ihan ini diteruskan sampai menjadi suatu rangkaian ket erampilan medik yang kompleks.

(3)

2

TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY)

SEBELUM PELATIHAN

Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem Neuropsikiatri

dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

SETELAH PELATIHAN

1.

Datang 15 menit sebelum CSL dimulai

2.

Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang

telah ditentukan.

3.

Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap

kegiatan CSL.

4.

Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium

5.

Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan

6.

Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model tersebut

seperti manusia atau bagian tubuh manusia.

7.

Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin

setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL.

8.

Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan

bahan yang telah digunakan.

9.

Bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 100 % maka wajib hadir

pada saat review CSL

PADA SAAT UJIAN CSL

1.

Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada kegiatan CSL minimal 100%.

2.

Membawa kartu kontrol yang telah ditandatangani oleh koordinator

instruktur CSL.

3.

Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa keterangan

bukti diagnosis dari dokter paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL

1.

Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwal

rotasinya dianggap tidak hadir.

(4)

DAFTAR ISI

NEUROLOGI

CSL NO. KETERAM PILAN

PEM ERIKSAAN FISIK

TINGKAT KETERAM PILAN

IV. PEM ERIKSAAN SISTEM M OTORIK DAN PEM ERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS, DAN PRIM ITIF

PEM ERIKSAAN SISTEM M OTORIK

1 Inspeksi: post ur, habitus, ger akan involunter

4A

2 Penilaian tonus otot 4A

3 Penilaian kekuatan otot 4A

PEM ERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

1 Refleks tendon (bisep, trisep, pergelangan, plat ela, t umit )

4A

2 Refleks abdominal 4A

PEM ERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

1 Tanda Hoffmann-Tromner 4A

2 Respon plant ar (t ermasuk grup Babinski)

4A

PEM ERIKSAAN REFLEKS PRIM ITIF

1 Snout reflex 4A

2 Refleks menghisap/ root ing reflex

4A

3 Refleks menggenggam palmar/ grasp ref lex

4A

4 Refleks glabella 4A

(5)

4

DESKRIPSI KEGIATAN

Kegiatan W aktu Deskripsi

1. Pengant ar 5 menit Pengant ar 2. Bermain Peran

Tanya & Jaw ab

20 menit

1. M engat ur posisi duduk mahasiswa 2. Dua orang dosen memberikan cont oh

bagaimana cara m elakukan pemeriksaan neurologis.

M ahasisw a mengamat i peragaan dengan menggunakan Penuntun Belajar. 3. M emberikan kesempat an kepada

mahasisw a unt uk bert anya dan dosen memberikan penjelasan t ent ang aspek-aspek yang pent ing

3. Prakt ek bermain peran dengan Umpan Balik

70 menit

1. M ahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan. Diperlukan minimal seorang Inst rukt ur unt uk mengam at i set iap langkah yang dilakukan oleh paling banyak 4 pasangan.

2. Set iap pasangan berprakt ek melakukan langkah-langkah pemeriksaan neurologis secara serent ak 3. Inst rukt ur berkeliling diant ara ma-hasisw a dan melakukan supervisi menggunakan check list .

4. Inst rukt ur memberikan pert anyaan dan umpan balik kepada set iap pasangan

4. Curah Pendapat / Diskusi

10 menit

1. Curah Pendapat / Diskusi : Apa yang dirasakan mudah? Apa yang sulit ? M enanyakan bagaimana perasaan mahasisw a yang pada saat melakukan pemeri ksaan Apa yang dapat dilakukan oleh dokt er agar klien merasa lebih nyaman?

2. Inst rukt ur membuat kesimpulan dengan menjawab pert anyaan t erakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengert i

(6)

PEM ERIKSAAN SISTEM M OTORIK

PENGERTIAN

Segala akt ifit as susunan saraf pusat yang dilihat, didengar dan direkam dan yang diperiksa adalah berw ujud gerak ot ot . Ot ot -ot ot skelet al dan neuron-neuron yang menyusun susunan neuromuskular volunt ar adalah sist em yang mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. Sebagian besar m anifest asi kelainan saraf berm anifest asi dalam gangguan gerak otot. M anifest asi obyekt if inilah yang merupakan bukt i nyat a adanya suatu kelainan at au penyakit .

DASAR TEORI

Secara anat omi sist em yang menyusun pergerakan neuromuskular t ersebut t erdiri at as unsur saraf yang t erdiri dari (1) Neuron t ingkat at as at au ‘upper mot or neuron (UM N)’ (2) Neuron t ingkat baw ah at au ‘low er mot or neuron (LM N)’ dan unsur muskul/ ot ot yang merupakan pelaksana corag gerakan yang t erdiri dari (3) Alat penghubung ant ara saraf dan unsur ot ot ‘mot or end plat e’ dan (4) Otot.

Gaya saraf yang disalurkan melalui lint asan-lint asan neuronal adalah pot ensial aksi, yang sejak dulu dijuluki im puls dan t idak lain berart i pesan. Dan im puls yang disampaikan t ersebut m enghasilkan gerak ot ot yang kit a sebut im puls mot orik. Semua neuron yang menyalurkan im puls mot orik ke LM N t ergolong ke dalam kelompok UM N. Berdasarkan perbedaan anat omik dan fisiologik, kelom pok UM N dibagi ke dalam susunan saraf pyramidal dan susunan saraf ekst rapyramidal.

Sindrom upper mot or neuron dijumpai jika t erdapat kerusakan pada sist em saraf pyramidal dan memiliki gejala berupa lumpuh, hipert oni, hiperrefleks, dan klonus sert a dapat dit emukan adanya refleks pat ologis. Sement ara sindrom low er mot or neuron didapat kan jika t erdapat kerusakan pada neuron m ot orik, neuraksis neuron mot orik (misalnya saraf spinal, pleksus, saraf perifer, myoneural junction dan ot ot . Gejalanya berupa lumpuh, atoni, at rofi dan arefleksia.

(7)

6

keseimbangan, pengat ur t onus ot ot , dan pengelola sert a pengkoordinasi gerakan volunt eer.

PEM ERIKSAAN

Pada t iap bagian badan yang dapat bergerak harus dilakukan : (1) Inspeksi (2) Palpasi (3) Pemeriksaan gerakan pasif (4) Pem eriksaan gerakan akt if (5) Koordinasi gerak.

SASARAN BELAJAR

Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu

menjelaskan cara-cara pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis

motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil pemeriksaan.

TUJUAN PEM BELAJARAN

1. M emberi penget ahuan dan ket erampilan mengenai gejala dan cara pemeriksaan sist em mot orik

2. M ampu m elakukan pemeriksaan mot orik secara sist emat ik

3. M enent ukan let ak lesi kelumpuhan otot

M EDIA DAN ALAT BANTU

Penunt un belajar M anekin ot ot dan saraf

STRATEGI DAN CARA PELATIHAN

(8)

PENUNTUN PEM BELAJARAN KETERAM PILAN PEM ERIKSAAN M OTORIK

LANGKAH KLINIK PEM ERIKSAAN M OTORIK KASUS

A. UKURAN OTOT 1 2 3

1 M int alah klien berbaring dengan sant ai Lakukanlah observasi pada semua otot

2 Periksalah perubahan bent uk ot ot (eut rofi, hipert rofi, hipot rofi)

3 Carilah ada at au t idaknya t remor, khores, at et ose, dist onia, balismus, spasme, t ik, fasikulasi dan miokloni otot

B. TONUS OTOT 1 2 3

1 M int alah klien berbaring dengan sant ai.

2 Alihkanlah perhat ian klien dengan mengajaknya berbicara.

3 Gunakan kedua t angan untuk menggerakkan lengan bawah klien di sendi siku secara pasif, lakukan berulang kali secara perlahan dan kemudian secara cepat

4 Nilai t ahanan yang dirasakan sewakt u menekukkan dan meluruskan t angan

5 Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada anggot a gerak kanan dan kiri,

Cara pemeriksaan lain:

Lakukan fleksi dan ekst ensi pada sendi siku, lut ut , pergelangan t angan dan kaki.

C. KEKUATAN OTOT

1 2 3

1. Memint a klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disamping kanan t empat t idur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua lengan ke at as sampai melewat i kepala. Nilailah kekuat an lengan dengan membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat bila lengan yang sat u lebih berat atau lebih lambat bergerak dibandingkan lengan yang lainnya.

(9)

8

3 Hal yang sama dilakukan pada kedua t ungkai.

4 Int erpret asi : Kekuat an ot ot dinilai dalam derajat :

5 : Kekuat an norm al Seluruh gerakan dapat dilakukan berulang-ulang t anpa t erlihat adanya kelelahan

4 : Seluruh gerakan ot ot dapat dilakukan dengan benar dan dapat melaw an t ahan ringan dan sedang dari pemeriksa

3 : Dapat mengadakan gerakan melaw an gaya berat

2 : Di dapat kan gerakan t et api gerakan ini t idak mampu melawan gaya berat (gravit asi)

1 : Kont raksi minimal dapat t erasa at au t eraba pada otot yang bersangkut an t anpa mengakibat kan gerakan

0 : Tidak ada kont raksi sama sekali. Paralisis tot al.

(10)

PEM ERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

PENGERTIAN

Refleks adalah jaw aban t erhadap suat u perangsangan. Gerakan yang t imbul namanya gerakan reflekt orik. Semua gerakan reflekt orik m erupakan gerakan yang bangkit unt uk penyesuaian diri, baik unt uk menjamin ket angkasan gerakan volunt er, maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkit nya suatu gerakan, menandakan bahw a daerah yang dirangsang dan ot ot yang bergerak secara reflekt orik t erdapat suat u hubungan.

DASAR TEORI

Refleks neurologik bergant ung pada suat u lengkungan (lengkung refleks) yang t erdiri at as jalur aferen yang dicet us oleh resept or dan sist em ef eren yang mengakt ifasi organ efekt or, sert a hubungan ant ara kedua komponen ini. Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan t adi didapat kan pula hubungan dengan pusat -pusat yang lebih t inggi di ot ak yang t ugasnya memodifikasi refleks t ersebut . Bila hubungan dengan pusat -pusat yang lebih t inggi di ot ak yang t ugasnya memodifikasi refleks t ersebut . Bila hubungan dengan pusat yang lebih t inggi ini t erput us, misalnya karena kerusakan pada sist em piramidal, hal ini akan mengakibat kan refleks meninggi.

Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilit as, maka pem eriksaan refleks kurang bergant ung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah inteligensinya dan orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kit a biasanya mem eriksa 2 macam refleks fisiologis yait u refleks dalam dan releks superfisial.

Refleks dalam (refleks regang otot)

Refleks dalam t imbul oleh regangan ot ot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai jaw abannya maka ot ot berkont raksi. Refleks dalam juga dinamai refleks regang ot ot (m uscle st ret ch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks t endon, refleks periost eal, refleks miot at ik dan refleks fisiologis.

Refleks superfisialis

Refleks ini t imbul karena t erangsangnya kulit at au mukosa yang mengakibat kan berkont raksinya ot ot yang ada di baw ahnya at au di sekit arnya. Jadi bukan karena t eregangnya ot ot sepert i pada refleks dalam . Salah sat u cont ohnya adalah refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal).

Tingkat jawaban refleks

Jaw aban refleks dapat dibagi at as beberapa tingkat yaitu : - (negat if) : t idak ada refleks sama sekali

(11)

10

- + : jaw aban norm al

- ++ : jaw aban berlebih, refleks meningkat

TUJUAN PEM BELAJARAN

M ahasiswa memilki penget ahuan dan ket erampilan mengenai cara pem eriksaan refleks baik refleks fisiologis maupun refleks pat ologis.

SASARAN PEM BELAJARAN

Set elah melakukan lat ihan ket erampilan ini, mahasisw a : 1. Dapat melakukan persiapan alat / bahan dengan benar

2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya t ent ang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana m elakukan, apa manfaat nya, sert a jam inan at as aspek keamananan dan kerahasiaan dat a klien.

3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dengan benar dan t epat 4. Dapat melakukan pemeriksaan refleks pat ologis dengan benar dan t epat

M EDIA DAN ALAT BANTU

Penunt un Belajar Hammer Refleks

M ETODE PEM BELAJARAN

(12)

PENUNTUN PEM BELAJARAN

KETERAM PILAN PEM ERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS REFLEKS DALAM (REFLEKS REGANG OTOT)

NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS

A. PEM ERIKSAAN REFLEK BISEPS 1 2 3

1 M int alah klien berbaring telent ang dengan santai 2 Fleksikanlah lengan baw ah klien di sendi siku

3 Let akkanlah t angan klien di daerah perut di baw ah umbilikus

4 Let akkanlah ibu jari pemeriksa pada t endo biseps klien lalu ket uklah t endo t ersebut palu

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH :

B. PEM ERIKSAAN REFLEKS TRISEPS 1 2 3

1 M int alah klien berbaring dengan sant ai

2 Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan

3 Let akkanlah t angan klien di daerah perut di at as umbilikus

(13)

12

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH :

C. PEM ERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS 1 2 3

1 M int alah klien berbaring dengan sant ai

2 Posisikan lengan baw ah klien dalam posisi set engah fleksi dan t angan sedikit dipronasikan

3 M int alah klien unt uk merelaksasikan lengan bawahnya sep enuhnya

4 Ket uklah pada processus st yloideus

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH :

D. PEM ERIKSAAN REFLEKS PATELLA 1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang dengan sant ai 2 Let akkan t angan pemeriksa di belakang lutut

3 Fleksikan t ungkai klien pada sendi lutut 1 2 3

(14)

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH :

E. PEM ERIKSAAN REFLEKS ACHILLES 1 2 3

1 M int alah klien berbaring dengan sant ai

2 Fleksikan tungkai bawah sedikit , kemudian pegang kaki pada ujungnya unt uk m emberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki

3 Ket uklah pada t endo achilles 4 Lakukan cuci t angan rutin

(15)
(16)

PENUNTUN PEM BELAJARAN

KETERAM PILAN PEM ERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS REFLEKS SUPERFISIALIS

NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS

PEM ERIKSAAN REFLEK DINDING PERUT SUPERFISIALIS (REFLEKS ABDOM INALIS)

1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang dengan santai 2 Posisikan kedua lengan pasien berada di samping

badan

3 Goreslah dinding perut dengan benda yang agak runcing, misalnya ujung gagang palu refleks, kayu geret an at au kunci. Penggoresan dilakukan dengan dari samping m enuju ke garis t engah perut pada set iap segmen (pada berbagai lapangan dinding perut )

4 Segm en epigast rium (ot ot yang berkont raksi diinervasi oleh Th 6 – Th 7)

5 Supra umbilikus (perut bagian at as, diinervasi oleh Th 7 – Th 9)

6 Umbilikus (perut bagian t engah, diinervasi oleh Th 9 – Th 11)

7 Infraumbilikus ( perut bagian baw ah, diinervasi oleh Th 11, Th 12 dan lumbal at as)

8 Lakukan cuci t angan rutin

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

A B

A. Goresan pada kulit dinding perut untuk membangkitkan refleks kulit dinding perut

B. Refleks dinding perut superfisialis

INTERPRETASI :

(17)

16

bergerak kea rah ot ot yang berkont raksi.

(-) Biasanya negat if pada wanita norm al yang banyak anak (sering hamil), yang dinding perut nya lembek, demikian juga pada orang gemuk dan orang usia lanjut , juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 t ahun.

Pada orang muda yang ot ot -otot dinding perutnya berkembang baik, bila refleks ini negat if (-), hal ini mempunyai nilai patologis.

(18)

PEM ERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

PENGERTIAN

Refleks pat ologik adalah refleks-refleks yang t idak dapat dibangkit kan pada orang-rang yang sehat , kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflekt orik defendif at au post ural yang pada orang dew asa yang sehat t erkelola dan dit ekan oleh akifit as susunan piramidalis. Anak kecil umur ant ara 4 – 6 t ahun masih belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga akt ifit as susunan piramidalnya m asih belum sepmpirna. M aka dari it u gerakan reflekt orik yang dinilai sebagai refleks patologik pada orang dew asa t idak selamanya patologik jika dijumpai pada anak-anak kecil, t et api pada orang dewasa refleks pat ologikselalu merupakan t anda lesi UM N.

Refleks-refleks pat ologik it u sebagian bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisialis. Reaksi yang diperlihat kan oleh refleks patologik itu sebagian besar adalah sama, akan t et api mendapat kan julukan yang bermacam -macam karena cara membangkit kannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks pat ologik yang sering diperiksa di dalam klinik ant ara lain refleks Hoffm ann, refleks Tromner danekst ensor plantar response at au t anda Babinski.

SASARAN BELAJAR

M ahasiswa memilki penget ahuan dan ket erampilan mengenai cara pem eriksaan refleks pat ologis.

SASARAN PEM BELAJARAN

Set elah melakukan lat ihan ket erampilan ini, mahasisw a : 1. Dapat melakukan persiapan alat / bahan dengan benar.

2. Dapat memberikan penjelasan pada klien at au keluarganya t ent ang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana m elakukan, apa m anfaatnya, sert a jam inan at as aspek keam ananan dan kerahasiaan dat a klien.

3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks pat ologis dengan benar dan t epat

M EDIA DAN ALAT BANTU

Penunt un Belajar Hammer Refleks

M ETODE PEM BELAJARAN

(19)

18

PENUNTUN PEM BELAJARAN

KETERAM PILAN PEM ERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS

A. PEM ERIKSAAN REFLEKS HOFFM ANN 1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang at au duduk dengan sant ai

2 Tangan klien kit a pegang pada pergelangan dan jari-jarinya disuruh fleksi-ent engkan

3 Jari t engah penderit a kit a jepit di ant ara t elunjuk dan jari t engah kit a.

4 Dengan ibu jari kit a ” gores kuat ” ujung jari t engah klien

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

INTERPRETASI :

Refleks posit if (+), bila goresan kuat t adi mengakibat kan fleksi jari t elunjuk, sert a fleksi dan aduksi ibu jari.

Kadang disert ai fleksi jari lainnya.

B. PEM ERIKSAAN REFLEKS TROM NER 1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang at au duduk dengan sant ai

2 Tangan klien kit a pegang pada pergelangan dan jari-jarinya disuruh fleksi-ent engkan

3 Jari t engah penderit a kit a jepit di ant ara t elunjuk dan jari t engah (ibu jari) kit a.

(20)

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

INTERPRETASI :

Refleks posit if (+), bila goresan kuat t adi mengakibat kan fleksi jari t elunjuk, sert a fleksi dan aduksi ibu jari.

Kadang disert ai fleksi jari lainnya.

C. PEM ERIKSAAN REFLEKS BABINSKI (EXTENSOR PLANTAR RESPONSE)

1 2 3

1 M int alah klien berbaring dan ist irahat dengan tungkai diluruskan.

2 Kit a (pemeriksa) mem egang pergelangan kaki klien supaya t et ap pada t empatnya.

3 Telapak kaki klien digores dengan menggunakan ujung gagang palu refleks secara perlahan dan t idak menimbulkan rasa nyeri unt uk menghindari refleks menarik kaki.

Goresan dilakukan pada t elapak kaki bagian lat eral, mulai dari tumit menuju pangkal ibu jari.

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

A. Cara menggores

(21)

20

INTERPRETASI :

(22)

PEM ERIKSAAN REFLEKS PRIM ITIF

PENGERTIAN

Refleks primitif adalah gerakan reflekt orik yang bangkit secara fisiologik pada bayi dan t idak dijumpai lagi pada anak-anak yang sudah besar. Bilamana pada orang dew asa refleks t ersebut masih dapat dit im bulkan, maka fenom ena itu menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat . Adapun refleks-refleks yang menandakan proses regresi t ersebut ialah refleks m enet ek, snout reflex, refleks mem egang (grasp refleks), refleks glabella dan refleks palmoment al.

TUJUAN PEM BELAJARAN

M ahasiswa memilki penget ahuan dan ket erampilan mengenai cara pem eriksaan refleks primit if.

SASARAN PEM BELAJARAN

Set elah melakukan lat ihan ket erampilan ini, mahasisw a : 1. Dapat melakukan persiapan alat / bahan dengan benar.

2. Dapat memberikan penjelasan pada klien at au keluarganya t ent ang apa yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukannya, apa m anfaatnya, sert a jaminan at as aspek keam ananan dan kerahasiaan dat a klien.

3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks primit if dengan benar dan t epat .

M EDIA DAN ALAT BANTU

Penunt un Belajar Hammer Refleks

M ETODE PEM BELAJARAN

(23)

22

PENUNTUN PEM BELAJARAN

KETERAM PILAN PEM ERIKSAAN REFLEKS PRIM ITIF

NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS

A. PEM ERIKSAAN ‘SNOUT REFLEX’ 1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang at au duduk dengan sant ai

2 St imulasi klien dengan melakukan perkusi pada bibir at as

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

INTERPRETASI :

Refleks posit if (+), bila bibir at as dan bawah menjungur at au kont raksi ot ot -otot di sekit ar bibir at au di baw ah hidung.

B. PEM ERIKSAAN REFLEKS M ENGHISAP (ROOTIN G REFLEX) 1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang at au duduk dengan sant ai

2 St imulasi klien dengan memberikan sent uhan pada bibir / menyent uhkan sesuat u benda pada bibir

(24)

INTERPRETASI :

Refleks posit if (+), bila st imulasi t ersebut menimbulkan gerakan bibir, rahang baw ah seolah-olah menet ek.

C. PEM ERIKSAAN REFLEKS M ENGGENGGAM

PALM AR/GRASP REFLEX

1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang at au duduk dengan sant ai

2 Lakukan st imulasi dengan penekanan at au penempat an jari pemeriksa pada t elapak t angan klien

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

INTERPRETASI :

Refleks p ositif (+) jika t angan klien mengepal

D. REFLEKS GLABELLA 1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang at au duduk dengan sant ai

2 Lakukan st imulasi dengan pukulan singkat pada glabella at au sekit ar daerah supraorbit alis.

(25)

24

Refleks posit if (+), bila t erdapat kont raksi singkat pada kedua ot ot orbikularis okuli.

Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini berkurang at au negat if, sedangkan pada sindrom Parkinson refleks ini sering meninggi. Pusat refleks ini t erlet ak di Pons.

E. REFLEKS PALM OM ENTAL 1 2 3

1 M int alah klien berbaring t elent ang at au duduk dengan sant ai

2 Lakukan st imulasi dengan goresan ujung pensil at au ujung gagang palu refleks t erhadap kulit t elapak tangan bagian t enar

ILUSTRASI SEPERTI PADA GAM BAR DI BAW AH:

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembinaan keagamaan untuk memberikan bekal bagi narapidana agar kelak setelah bebas menjalani masa pidana menjadi orang yang lebih baik, maka pihak Lembaga Pemasyarakatan

Pokja BLP Jasa Konsultansi pada Dinas PSDA&P akan melaksanakan Seleksi Sederhana Ulang dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan jasa konsultansi sebagai berikut

[r]

[r]

skripsi dengan judul “ Pengaruh Konsentrasi Perekat Daun Jambu Mete dan Tekanan Pengempaan dalam Pembuatan Briket dari Sekam Padi dan Ketaman Kayu ”, ber

Indikator Kinerja Daerah untuk Setiap Misi

[r]