• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Karet Alam Dengan Bahan Pengisi dan Bahan Pelunak Menjadi Tube Collar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Karet Alam Dengan Bahan Pengisi dan Bahan Pelunak Menjadi Tube Collar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Karet Alam Dengan Bahan Pengisi dan Bahan Pelunak Menjadi

Tube Collar

Nasruddin

Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Jl. Perindustrian II. No. 12. Palembang 30152, Indonesia

Penulis korespondensi. Telp: +62 0711 412482 E-mail: nas.bppi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengembangkan karet alam dengan bahan pengisi penguat

carbon black dari cangkang sawit, bahan pengisi penambah volume kalsium karbonat, kaolin, dan bahan pelunak dari minyak sayur turunan dari minyak sawit menjadi tube collar. Percobaan terdiri dari 5 formula (TC-1, TC-2, TC-3, TC-4, and TC-5) menggunakan carbon black: 48; 50; 52; 54; dan 56 phr, CaCO3: 44; 46;48; 50; dan 52 phr, kaolin: 30; 32; 34; 36; dan 38 phr, minyak sayur : 4,5; 5,75; 6,75; 7,75; dan 8,75. Hasil penelitian menunjukkan untuk formula TC-4 massa jenis 1,368 g/cm3; kekerasan 58,8 Shore A; pemampatan tetap 11,01%; tegangan putus 26,63 MPa.

(2)

The Utilization Of Natural Rubber, Natural Based Filler And Plasticizers For

Rubber Tube Collar

Nasruddin

Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Jl. Perindustrian II. No. 12. Palembang 30152, Indonesia

Coresponding author. Telp.: +62 0711 412482 e-mail: nas.bppi@gmail.com

ABSTRACT

The objective of this research was to study the natural resources utilization which were natural rubber as polymer, activated carbon from palm shell as reinforcement filler, calcium carbonates and kaolin as non-reinforcement filler, and palm oil as bio-plasticizer for rubber products namely tube collars. The experiment consisted of 5 formulas (TC-1, TC-2, TC-3, TC-4, and TC-5),using carbon black 48; 50; 52; 54; and 56 phr, CaCO3 44; 46; 48; 50; and 52 phr, kaolin: 30; 32;

34; 36; and 38 phr, vegetable oil 4.75; 5.75; 6.75; 7.75; and 8.75 phr respectively. The results show that formula TC-4 has mechanical properties as follows: density 1,368 g/cm3; hardness 58.8 Shore A; compression set 11.01%; tensile strength 26.63 MPa.

(3)

PENDAHULUAN

Tube collar merupakan salah satu alat yang digunakan pada berbagai keperluan peralatan

medis antara lain untuk tongkat pasien. Fungsi tube collar pada tongkat pasien sebagai alat

penyangga untuk mengatur ketinggian tongkat yang akan digunakan. Bahan utama tube collar yang

digunakan untuk membuat tongkat pasien yang ada saat ini berasal dari plastik. Kelemahan tube

collar yang terbuat dari plastik antara lain tidak fleksibel, mudah pecah, retak, tidak tahan benturan,

dan umur pakai terbatas.

Penelitian ini untuk mengembangkan karet alam sebagai bahan utama pengganti plastik

dengan bahan pengisi, bahan pelunak, dan bahan lainnya berbasis sumber daya alam lokal menjadi

tube collar. Pengembangan karet alam menjadi tube collar diharapkan tahan terhadap benturan,

tidak mudah retak maupun pecah, elastis, mempunyai daya ikat sebagai penahan yang kuat.

Bahan lokal yang digunakan selain bahan utama karet alam untuk membuat tube collar

dikembangkan juga cangkang sawit sebagai bahan pengisi penguat, batu kapur, dan kaolin sebagai

bahan pengisi penambah volume. Penambahan bahan pengisi pada pembuatan produk karet untuk

meningkatkan sifat mekanik seperti modulus, kuat tarik, ketahanan sobek, dan ketahanan kikis

(Ramadhan et al., 2014 ; Al-Hartomyet al., 2015). Bahan lainnya yang dapat dikembangkan untuk

membuat tube collar adalah minyak sayur dari minyak sawit. Pengembangan sumber daya alam

sebagai bahan pengisi penguat, bahan pengisi penambah volume dan bahan pelunak mempunyai

keunggulan dimana bahan tersebut dapat diperbaharui, dan tidak ketergantungan dengan impor.

Karet alam merupakan polimer isoprene yang mempunyai sifat elastis yang tidak dimiliki

oleh bahan lainnya. Karet alam mempunyai struktur molekul cis-1,4-polyisoprene dan bersifat tidak

tahan terhadap ozon, minyak serta suhu tinggi (Baharuddin et al., 2007; Alam &Rihayat, 2007).

Karet alam adalah elastomer yang strukturnya dapat dikembangkanmenjadi berbagai jenis produk

antara lain untuksuku cadang industri otomotif, alat medis, sektor pertahanan (Singhet al., 2015).

Rasio karet yang ditambahkan pada pembuatan produk berpengaruh terhadap tegangan-regangan,

pemampatan tetap, kerapatan, dan elastisitas (Maraghechi, 2011; Hotaka et al., 2011).

Bahan pengisi yang ditambahkan pada proses pembuatan kompon karet terdiri dari bahan

pengisi penguat, dan pengisi penambah volume. Bahan pengisi yang ditambahkan antara lain

berupa zat kimia untuk meningkatkan kekerasan, peregangan, ketahanan kikis, kekuatan tarik dan

kekuatan sobek, selain itu penambahan bahan pengisi untuk mengurangi biaya (Omofuma et al.,

2011).

Cangkang sawit adalah bagian yang paling keras dari kelapa sawit yang dapat digunakan

(4)

yang mengandung lignoselulosa diperoleh dari hasil pemanasan pada temperatur tinggi antara

85-95% (Gultom dan Lubis, 2014; Yashmin et al., 2016). Carbon black dari cangkang sawit telah

banyak digunakan sebagai bahan pengisi penguat utuk vulkanisat karet. Menurut Zainal dan

Limbong (2017) penggunaan carbon black dari cangkang kelapa sawit dapat meningkatkan sifat

mekanik kompon karet seperti regangan, perpanjangan putus, kekuatan sobek, dan kekerasan.

Kalsium karbonat dari batu kapur dan kaolin telah banyak digunakan sebagai bahan pengisi

penambah volume pada proses pembuatan barang jadi karet. Mujkanovićet al. (2009) menyatakan,

hampir semua produk karet menggunakan bahan pengisi. Rosszainily et al. (2016) menyatakan,

penambahan kalsium karbonat dapat meningkatkan sifat termal karet. Ewulonu et al.(2015)

menyatakan, senyawa karet alam yang diperkuat dengan kaolin melalui teknik masterbatch yang

dikalsinasi dengan teknik konvensional dapat meningkatkankuat tarik, kekerasan dan ketahanan

kikis.

Bahan pelunak yang ditambahkan pada proses pembuatan kompon karet bertujuan untuk

melunakkan/meregangkan molekul-molekul karet agar bahan proses yang ditambahkan dapat

tersisipkan ke dalam molekul-molekul karet alam maupun karet sintesis. Rasio bahan pelunak yang

ditambahkan disesuaikan dengan sifat mekanik dari vulkasat yang diinginkan, dimana kelebihan

atau kekurangan penambahan bahan pelunak mempengaruhi sifat mekanik produk yang dihasilkan.

Bahan pelunak untuk pembuatan kompon karet umumnya berasal dari turunan minyak bumi

seperti minarex, white oil, DOP, dan DBP (Nasruddin, 2017). Khalaf et al. (2015) menyatakan,

minyak zaitun, dan jeruk sebagai bahan pelunak dapatmeningkatkan sifat mekanik yang baik pada

vulcanizatekaret. Catalado et al. (2013) menyatakan, biodiesel dari minyak nabati sebagai bahan

pelunak pada suhu rendah dapat meningkatkan regangan, dan elastisitas karet.Penggunaan minyak

nabati sebagai bahan pelunak disamping harganya murah, dapat diperbaharui, tidak beracun, dan

ramah lingkungan (Nurhajati et al., 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan karet alam dengan

penambahan bahan pengisi penguat seperti carbon black, bahan pengisi penambah volume kalsium

karbonat, kaolin, dan bahan pelunak bukan dari minyak bumi yaitu minyak sayur dari minyak sawit

pada proses pembuatan tube collar. Tube collaryangada dipasaran untuk tongkat pasien masih

terbuat dari plastik.

Penentuan kualitas tube collardari hasil penelitian ini dilakukan pengujian sifat mekanik

untuk parameter massa jenis (density), kekerasan (hardness), pemampatan tetap (compression set),

dan tegangan putus (tensile strength). Formula yang dihasilkan diharapkan dapat dijadikan sebagai

(5)

BAHAN DAN METODE

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk pembuatan tube collarterdiri dari: karet alam (NR) SIR 20,

ZnO, asam stearat, carbon black dari cangkang sawit dengan ukuran 300 mesh, kalsium karbonat

(CaCO3) dari batu kapur dengan ukuran 300 mesh, kaolin dari Tanjungpandan Belitung dengan

ukuran 300 mesh, minyak sayur sebagai bahan pelunak dari turunan minyak sawit, PEG-4000,

TMTD, paraffin wax, 6.PPD, dan sulfur.

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan terdiri dari: neraca analitis, neraca biasa, open mill, alat cetak tube

collar, dan thermometer IR.

Rancangan Percobaan

Percobaan dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 (tiga) kali ulangan

dengan faktor tunggal yaitu komposit bahan pengisi, dan bahan pelunak (softener)pada Tabel 1.

Tabel 1. Formula Tube Collar

Karet alam dimastikasidi open mill selama 3 menit, tambahkan bahan pemvulkanisasi, bahan

anti roll sticking, sedikit demi sedikit tambahkan bahan pelunak, bahan pengisi penguat, dan bahan

pengisi penambah volume. Sambil terus digiling tambahkan bahan pencepat, antidegradan. Setelah

seluruh bahan (Tabel 1) bercampur secara homogen ke dalam molekul-molekul karet lalu

(6)

55oC ± 3oC. Proses selanjutnya dilakukan pencetakan pada temperatur 120oC selama 10 menit.

Tube collar yang dihasilkan dilakukan pengujian sifat mekanik yang meliputi: massa jenis (density)

dengan metoda uji ASTM D 624; kekerasan (hardnessShore A) dengan metode uji ASTM D 2240;

pemampatan tetap (compression set), 25% defl, 70oC, 22h (ASTM D 395); dan tegangan

putus(tensile strength) dengan metode ujiASTM D 412.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cube Collar Hasil Peneltian

Tube collar hasil pengembangan karet alem dengan bahan pengisi carbon black, bahan

pengisi penambah volume kalsium karbonat, kaolin, dan bahan pelunak dari minyak sayur turunan

minyak sawit seperti terlihat pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Tongkat untuk Alat Bantu Pasien Berjalan Jenis Walker

Massa Jenis

Hasil pengujian massa jenis untuksemua perlakuan seperti terlihat pada Gambar 2

menunjukkan adanya kenaikan nilai massa jenis yang cukup signifikandari formula TC-1 menuju

ke TC-4, selanjutnya massa jenis mengalami penurunan pada TC-5. Kenaikan nilai massa jenis dari

TC-1 ke TC-4 hal ini disebabkan adanya peningkatan bahan pengisi penguat dan bahan pengisi

penambah volume yang ditambahkan (Tabel 1). Jika dilihat dari bahan yang ditambahkan seperti

carbon black, kalsium carbonat, dan kaolin yang masing-masing bahan dengan tingkat kehalusan

300 mesh berpengaruh langsung terhadap perbedaan nilai massa jenis.

Massa jenis dari masing-masing bahan proses yang ditambahkan seperti carbon black, kaolin,

dan batu kapur ikut menyumbang secara langsung kenaikan massa jenis tube collar. Tingkat

kehalusan bahan pengisi dengan bantuan minyak sayur sebagai bahan pelunak untuk

(7)

kedalam molekul-molekul karet alam secara merata. Jumlah bahan yang tersisipkan secara merata

di dalam molekul karet melalui proses vulkanisasi, pada saat yang bersamaan terbentuk kerapatan

silang yang terjadi selama proses vulkanisasi berlangsung. Kerapatan ikatan silang yang terbentuk

dengan struktur jaringan tiga dimensi dapat meningkatkan nilai massa jenis, dan berpengaruh

terhadap sifat mekanik yang lainnya.

Gambar 2. Pengaruh perlakuan terhadap massa jenis tube collar

Massa jenistube collar menggambarkan tingkat kerapatan bahan yang terkandung di dalam

tube collar. Tingkat kerapatan dipengaruhi oleh ukuran partikal bahan yang disisipkan atau tingkat

kehalusan bahan peroses, dan penyebaran bahan secara merata kedalam bagian molekul-molekul

karet. Massa jenisberkaitan, dan berbanding lurus dengan tingkat kekerasan. Dimana semakin rapat

atau padat bahan yang membentuk tube collar persatuan volume, maka massa jenis tube collaryang

dihasilkan semakin padat dan semakin keras.

Massa jenistube collar untuk formula TC-5 terlihat mengalami penurunan, sementara jika

dilihat dari rasio bahan yang ditambahkan seperti carbon black 56 phr, kalsium carbonat 52 phr,

kaolin 38 phr, dan minyak jelantah 8,75 phr pada kenyataanya nilai massa jenisnya lebih rendah

(Gambar 2). Dengan melihat jumlah bahan pelunak yang rasionya lebih besar dari formula yang

lainnya (Tabel 1) menyebabkan terjadi pemuaian molekul karet yang memungkinkan bahan tersebut

tidak dapat tersisipkan secara merata kedalam molekul-molekul karet.

Kekerasan

Kekerasan (hardness) menggambarkan tingkat kekerasan dari suatu benda terhadap beban

yang diberikan padanya. Tingkat kekerasan suatu benda dapat ditentukan dari tingkat kerapatan

bahan yang membetuknya. Gambar 3 memperlihatkan tingkat kekerasan tube collar yang terbentuk

dari karet alam dengan bahan pengisi penguat carbon black dari tempurung kelapa, bahan pengisi

penambah volume kalsium karbonat dari batu kapur, dan kaolin dari pulau Belitung. Kalsium

(8)

dengan molekul-molekul karet. Coupling agent berfungsi sebagai jembatan penghubung antara

bahan pengisi dengan karet, dimana masing masing bahan bersifat polar dan non polar (Nanda et

al., 2014).

Bahan pelunak yang digunakan berupa minyak sayurturunan dari minyak sawit dengan

perbedaan rasio yang ditambahkan untuk masing-masing formula berpengaruh signifikan terhadap

perbedaan tingkat kekerasan. Data dari Gambar 3 terlihat bahwa, tingkat kekerasan mengalami

kenaikan dari TC-1 menuju ke TC-4. Tingkat kekerasan mengalami penurunan pada formula TC-5.

Perbedaan nilai kekerasan jika dilihat deari bahan yang membentuknya (Tabel 1) dapat dipengaruhi

oleh bahan pelunak. Tingkat kekerasan yang terbentuk berkaitan dengan tingkat

kerapatan/kepadatan bahan yang menempati ruang, dimana tingkat kerapatan dipengaruhi oleh

tingkat kehalusan dari bahan pengisi yang digunakan, dan rasio bahan pelunak yang digunakan.

Gambar 3. Pengaruh perlakuan terhadap kekerasan tube collar

Tingkat kekerasan TC-5 nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan TC-4, jika dilihat dari

bahan pengisi penguat, dan bahan pengisi penambah volume jauh lebih besar dari TC yang lainnya

(Tabel 1). Turunnya tingkat kekerasan untuk TC-5 hal ini kemungkinan disebabkan oleh kelebihan

bahan pelunak yang ditambahkan, dimana bahan pelunak untuk TC-5 sebanyak 8,75 phr. Rasio

bahan pelunak untuk TC-5 merupakan rasio yang melampaui batas maksimum untuk formula yang

diperlihatkan pada Tabel 1. Kelebihan bahan pelunak menyebabkan molekul-molekul karet

mengalami peregangan yang melebihi peregangan batas maksimum. Peregangan molekul molekul

karet berdampak pada pelunakan. Peregangan yang terjadi ketika bahan proses yang ditambahkan

ke dalam ruang yang terbentuk pada vulkanisat tidak terisikan dengan sempurna. Hal ini

mengakibatkan terjadi penurunan tingkat kerapatan dan penurunan nilai massa jenis tube collar

(9)

Pemampatan Tetap

Pemampatan tetap(compression set) berkaitan dengan tingkat elastisitas, kekerasan, kerapatan

bahan yang membentuknya. Hasil penelitian pengembangan karet dengan komposisi bahan (Tabel

1) menjadi tube collar menghasilkan pemampatan tetap seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh perlakuan terhadap pemampatan tetap tube collar

Terjadinya pemampatantetap akibat adanya beban yang bekerja menekan permukaan benda,

maka benda tersebut mengalami pemampatan sesuai dengan tingkat kerapatan dan kemampuannya

untuk menahan beban. Pemampatan tetap terjadi setelah benda menerima beban, dimana setelah

menerima beban benda yang dimampatkan dapat kembali pada keadaan semula atau hanya kembali

sesuai dengan tingkat elastisitasnya. Tingkat elastisitas dipengaruhi oleh sifat bahan, dan rasio

bahan yang membentuknya. Menurut Al-Alkawi et al. (2013) pemampatan tetap dipengaruhi oleh

persentase karet alam dan sifat mekanik bahan yang ditambahkan.

Gambar 4 menunjukkan, tingkat pemampatan tetap mempunyai perbedaan yang cukup

signifikan, dimana untuk TC-1, dan TC-4 nilai pemampatan tetapnya lebih tinggi dari nilai

pemampatan tetap untuk formula TC-2, TC-3, dan TC-4. Perbedaan nilai pemampatan tetap

dipengaruhi oleh bahan pengisi dan bahan pelunak yang membentuknya. Menurut

Chokanandsombat &Sirisinha, (2014) penambahan bahan pelunak dan PCA berpengaruh terhadap

nilai kekerasan dan pemampatan tetap.

Pengaruh penambahan bahan pelunak pada saat proses vulkanisasi berlangsung sangat

menentukan tingakat pemampatan tetap. Kelebihan penambahan bahan pelunak menyebabkan

molekul-molekul karet mengalami peregangan. Rasio bahan pengisi yang menempati ruang yang

terbentuk oleh bahan pelunak tidak dapat terisikan secara optimal, dimana ketika meneriama beban

maka ruang kosong yang tidak terisi menjadi mampat tidak kembali pada keadaan semula.

Tegangan Putus

Perbedaan nilai tegangan putus (tensile strength) untuk semua perlakuan sama halnya dengan

(10)

yang ditambahkan. Menurut Saad, dan Youna (1995) karet alam yang diperkuat dengan bahan

pengisi seperti silika, kalsium karbonat, kaolin dan kuarsa dapat meningkatkan sifat mekanik

vulkanisat.Peningkatan sifat mekanik akibat terjadinya penguatan (reinforcement) interaksi antara

karet dengan pengisi penguat karena daya Van der Waals yang membentuk ikatan kimia yang kuat

(Hutapeaet al., 2012). Gambar 5 memperlihatkan perbedaan nilai tegangan putus tube collar dari

berbagai perlakuan.

Gambar 5. Pengaruh perlakuan terhadap tegangan putus tube collar

Hasil pengujian tegangan putus dari Gambar 5 memperlihatkan, untuk TC-1 nilai tegangan

putus yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan formula yang lainnya, sementara

untuk TC-4 nilai tegangan putusnya lebih tinggi. Hal ini menunjukkan, nilai tegangan

putusberkaitan dengan rasio bahan yang digunakan, dan terbentuknya jaringan tiga dimensi pada

saat proses vulkanisasi berlangsung. Terbentuknya jaringan tiga dimensi berkaitan dengan rasio

bahan yang ditambahkan, dan kesempurnaan terjadinya reaksi vulkanisasi.

Tegangan putus yang dihasilkan dari penelitian ini antara 25,95 Mpa – 26,63 Mpa lebih tinggi

dari hasil penelitian Baharuddin et al. (2012) yaitu 5-18 Mpa dengan menggunakan bahan pengisi

fly ash dari pabrik kelapa sawit. Rasio bahan proses seperti carbon black, ZnO, asam stearat, dan

sulfur sangat menentukan ikatan yang membentuk jaringan tiga dimensi. Jaringan tiga dimensi yang

kuat dapat meningkatkan sifat mekanik yang lebih baik. Menurut Manroshan, dan Baharin (2005)

penambahanpengisi dapat menyebabkan terjadi peningkatan interaksi antara bahan

pengisidengankaret yang tercermin dari sifat mekanik yang meningkat seperti tegangan putus.

KESIMPULAN

Pengembangan karet alam dengan bahan pengisi penguat carbon aktif dari cangkang sawit,

bahan pengisi penambah volume kalsium karbonat, kaolin, dan bahan pelunak dari minyak sayur

(11)

perlakuan untuk formuka TC-4 dengan rasio bahan pengisi penguat carbon black: 54 phr, bahan

pengisi penambah volume CaCO3: 50 phr, kaolin36phr, minyak sayur 7,5 phr hasil pengujian sifat

mekanik untuk parameter massa jenis 1,368g/cm3; kekerasan 58,8Shore A; pemampatan

tetap11,01%; dan tegangan putus26,63 MPa. Penelitian lanjutan perlu dilakukan pengujian sifat

mekanik tube collar komersil yang ada di pasaran sebagai dasar pengembangan formula

penggantian plastikmenggunakan karet alam.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri

Palembang beserta staf. Direktur PT Shima Prima Utama beserta teknisi yang telah membantu

terlaksanya kegiatan penelitian, dan rekan - rekan litkayasa Balai Riset dan Standardisasi Industri

Palembang. Kepala Balai Besar Karet Kulit, dan Plastik beserta Panitia Seminar KKP 2017 yang

telah memberikan kesempatan untuk ikut serta pada kegiatan Seminar.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, P.N., & Rihayat, T. (2007). Sintesa dan karakteristik sifat mekanik karet nanokomposit.

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 6(1), 1-6.

Al-Alkawi, H. J. M., Al-Fattal, D.S., & Abd-Ali, N.K. (2013). The effect of rubber filled with carbon black in design of truck tiressidewall ricipe. Eng. & Tech. Journal, 31(2), 197-217.

Al-Hartomy, O.A., Al-Ghamdi1, A.A., Farha, S., Al Said, S., Dishovsky N., Mihaylov M., & Malinova, P. (2015). Comparative study of the dynamic properties of natural rubber based composites, containing carbon-silica dual phase fillers obtained by different methods. Journal of Chemical Technology and Metallurgy, 50(5), 567-576.

Bahruddin., Sumarno., Wibawa, G., & Soewarno, N. (2007). Morfologi dan properti campuran karet alam/polypropyleneyang divulkanisasi dinamik dalam internal mixer. Reaktor, 11(2), 71-77, https://dx.doi.org/10.14710/reaktor.11.2.71-77.

Bahruddin., Saktiani, L., Yanuar.,& Satoto, R. (2012). Pemanfaatan limbah fly ash pabrik kelapa sawit sebagai filler substitusi untuk material karet alam termoset: pengaruh nisbah fly ash/carbon black dan kadar coupling agentmaleated natural rubber. Dalam Seminar Nasional Insentif Riset SINas (INSINas). Bandung, Indonesia: Kementerian Riset dan Teknologi.

Chokanandsombat, Y.,& Sirisinha, C. (2014). Influence of aromatic content in rubber processing oils on viscoelastic behaviour and mechanical properties of styrenebutadiene-rubber for tyre tread applications. Polymers & Polymer Composites, 22(7), 559-606.

(12)

Ewulonu C. M., Obele, C.M., Arukalam, I.O., & S.R.,Odera. (2015). Effects of local clay incorporation technique on the mechanical properties of natural rubber vulcanizates. Int. Journal of Applied Science and Engineering Research, 4(3), 307 – 320.

Gultom, E.M., & Lubis, M.T. (2014). Aplikasi karbon aktif dari cangkang kelapa sawit dengan aktivator H3PO4 untuk penyerapan logam berat Cd dan Pb. Jurnal Teknik Kimia USU, 3(1), 5

– 10.

Hotaka, T., Ishikawa Y., & Mori, K. (2005). Effect of compound ingredients on adhesion between rubber and brass-plated steel cord. Rubber Chemistry and Technology,78(2), 175-187, https://dx.doi.org/10.5254/1.3547876.

Hutapea, D.S., Tampubolon, H.L., & Surya, I. (2012). Pengaruh penambahan alkanolamida turunan minyak kelapa sawit terhadap sifat-sifat uji tarik vulkanisat karet alam berpengisi silika.

Jurnal Teknik Kimia USU, 1(1), 25-29

Khalaf, A.I., Ward, A. A., Abd El-Kader, A.E., & El-Sabbagh, S.H. (2015). Effect of selected vegetable oils on the properties of acrylonitrile-butadiene rubber vulcanizates. Polimery, 60(1), 43-56, http://dx.doi.org/10.14314/polimery.2015.043.

Manroshan, S., & Baharin, A. (2005). Effect of nanosized calcium carbonate on the mechanical properties of latex films. Journal of Applied Polymer Science, 96(5), 1550–1556, https://dx.doi.org/10.1002/app.21595.

Maraghechi, H., Ahmadi, I.F., & Motahari, S., (2011).Effect of adding crumb tire rubber particles on the mechanical properties of DCPD-modified sulfur polymer mortars. Journal of Mechanics of Materials and Structures, 6(9-10), 1283 – 1294.

Mujkanović, A., Vasiljević, L., & Ostojić, (2009). Non-Black Fillers for Elastomers. 13th

International Research/Expert Conference. ”Trends in the Development of Machinery and Associated Technology”. TMT 2009, Hammamet, Tunisia, 16-21 October 2009. Hal : 865 –

868.http://tmt.unze.ba/zbornik/TMT2009/217-TMT09-215.pdf, diakses tanggal 6 Maret 2017.

Nanda, H.N., Bahruddin., & Fadli, A. (2014). Pengaruh maleated natural rubber terhadap morfologi dan sifat thermoset rubber dengan filler abu sawit - carbon black. Jurnal Online Mahasiswa Bidang Teknik dan Sains, 1(2), 1-13.

Nasruddin. (2017). Karakteristik sifat mekanik solid tyre dengan bahan pengisi dan pelunak berbasis sumber daya alam local. Jurnal Dinamika Penelitian Industri,28(1), 20 – 31.

Nurhajati, D.W., Supraptiningsih., & Sarengat, N. (2015). Pengaruh pemlastis nabati terhadap sifat elastomer termoplastik berbasis campuran karet alam/polipropilena. Majalah Kulit, Karet dan Plastik, 31(2), 75-84, http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v31i2.506.

Omofuma, F.E., Adeniye, S.A., & Adeleke, A.E. (2011). The effect of particle sizes on the performance of filler: a case study of rice husk and wood flour. World Applied Sciences Journal, 14(9), 1347-1352.

Ramadhan, A., Soegijono, B., & Fathurrohman, M.I. (2014). Effect of organobentonite and stearic acid on curing characteristic and mechanical properties of natural rubber vulcanizates.

Indonesian J. Nat. Rubb. Res., 32(1), 45 – 55.

(13)

Saad, A.L.G, & Younan, A.F. (1995). Rheological, mechanical and electrical properties of natural rubber-white filler mixtures reinforced with nylon 6 short fibers.Polymer Degradation and

Stability. 50, 133-140.

Singh, G., Mahajan, A., & Kumar, M. (2015). Comparative study of tyre rubber and v-belt rubber:composition and mechanical properties. Journal of Mechanical and Civil Engineering (IOSR-JMCE),12(5), 60-65.

Yashim, M.M., Razali, N., Saadon, N., & Rahman, N.A. (2016). Effect of activation temperature on properties of activated carbon prepared from oil palm kernel shell (OPKS). ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 11(10), 6389 – 6392.

(14)

Gambar

Tabel 1. Formula Tube Collar
Gambar 1. Tongkat untuk Alat Bantu Pasien Berjalan Jenis Walker
Gambar 2. Pengaruh perlakuan terhadap massa jenis tube collar
Gambar 3. Pengaruh perlakuan terhadap kekerasan tube collar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendukung upaya pemerintah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan Kabupaten Cianjur dalam dua titik tahun, yaitu 2000 dan

Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan DI MIN 1 Yogyakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah MIN 1 Yogyakarta yaitu Ali Shofa, M.Ag.pengelolaan sarana

Selain itu, bantuan pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran produktif juga bersumber dari pemerintah daerah, (3) prosedur inventarisasi sarana dan prasarana

Berdasarkan ha juga diperkuat dengan h maka dapat dipahami b pembinaan yang rutin dila pelajar Muhammadiyah maka akan semakin mengarahkan para pela dalam melaksanakan

Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pengeloaaan pembiayaan pendidikan di SMP Negeri 02 Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara mendekati sesuai dengan

Produksi polong tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 yang menggunakan fosfat alam dan pupuk organik, tidak berbeda nyata dengan P3 (686,72 g) dengan kombinasi pemupukan fosfat

Kawasan ini berada pada kawasan landaan tsunami sangat merusak dan di sepanjang zona sesar sangat merusak, serta pada daerah dekat dengan episentrum dimana intensitas gempa

Catatan atas laporan keuangan konsolidasian interim terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan. The accompanying notes