• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan B"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KEKERASAN

1. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan kekerasan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart, 2007).

Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).

2. Rentang Respon

Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif.

Skema Rentang Respon Kemarahan

 Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu

 Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak

realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

 Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.

(2)

dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.

 Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

3. Penyebab (Predisposisi dan Presipitasi)

A. Faktor Predisposisi

a. Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan

b. Perilaku

Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar

c. Sosial Budaya

Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar

d. Bioneurologis

Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

B. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti

(3)

b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya

sebagai seorang yang dewasa.

e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan

tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

4. Proses Terjadinya

Banyak hal yang dapat menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR pada individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat diungkapkan melalui 3 cara:

1. Mengungkapkan marah secara verbal

2. Menekan/ mengingkari rasa marah

3. Menentang perasaan marah

Dengan cara tersebut akan menimbulkan perasaan bermusuhan. Bila cara ini berlangsung terus menerus maka dapat terjadi penyerangan dengan kekerasan disertai tindakan melempar yang menimbulkan perasaan marah tersebut.

Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal berupa perilaku dekruktif maupun agresif . Sedangkan secara internal dapat berupa perilaku yang merusak diri.

Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku destruktif dengan

menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan direspon tanpa menyakiti orang lain, serta memberikan perasaan lega.

(4)

5. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perilakukekerasan

CP

Gangguan Konsep Diri : HDR

a. Pengkajian awal : Alasan utama klien dibawa ke RS adalah PK dirumah.

b. Observasi: Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,

berdebat, klien sering memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

c. Fisik : Mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,

wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.

d. Verbal: Mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada

keras, kasar.

e. Perilaku: Menyerang orang lain, melukai diri sendiri, orang lain, merusak

lingkungan, amuk/ agresif.

f. Emosi: Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,

(5)

g. Intelektual: Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak

jarang mengeluarkan kata-kata bernada kasar.

h. Spritual: Merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, keragu-raguan, tidak

bermoral.

i. Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.

j. Perhatian: Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Sedangkan tanda-tanda adanya perilaku kekerasan yamg mengancam menurut (Santoso , 2007) adalah :

a. Kata-kata keras/ kasar atau ancaman akan kekerasan

b. Adanya perilaku agitatif

c. Membawa benda-benda tajam atau senjata

d. Adanya pikiran dan perilaku paranoid

e. Adanya penyalah gunaan zat/ intoksikasi alkohol

f. Adanya halusinasi dengar yang memerintahkan untuk melakukan tindak

kekerasan

g. Kegelisahan katatonik

h. Adanya penyakit di otak (terutama dilobus frontal)

7. Proses Keperawatan A. Pengkajian

Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan :

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang

kesal atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

(6)

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri

sendiri/orang lain.

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk

Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang

kesal atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif ;

- Mata merah, wajah agak merah.

- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

- Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah

Data subyektif:

- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif:

- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

(7)
(8)

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Pasien mampu:

– Mengidentikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan

– Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan. – Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.

– Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.

– Mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara :

– Fisik

– Sosial / Verbal – Spiritual

– Terapi Psikofarmaka (obat)

Setelah…..x pertemuan, pasien mampu : – Menyebutkan penyebab, tanda, gejala, dan akibat perilaku kekerasan.

– Memperagakan cara fisik 1 untuk mengontrol perilaku kekerasan.

SP 1

– Identifikasi penyebab, tanda dan gejala serta akibat perilaku kekerasan.

– Latih cara fisik 1 : tarik nafas dalam – Masukkan dalam jadwal harian pasien Setelah …..x pertemuan, pasien mampu:

– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara fisik untuk mengontrol perilaku kekerasan.

SP 2

– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) – Latih cara fisik 2 : Pukul kasur / bantal – Masukkan dalam jadwal harian pasien. Setelah……x pertemuan pasien mampu :

– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara sosial / verbal untuk mengontrol perilaku kekerasan.

SP 3

– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2) – Latih secara sosial / verbal

– Menolak dengan baik. – Meminta dengan baik

– Mengungkapkan dengan baik

– Masukkan dalam jadwal harian pasien. Setelah……x pertemuan, pasien mampu :

– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara spiritual

SP 4

– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3) – Latih secara spiritual

– Berdoa – Sholat

– Masukkan dalam jadwal harian pasien Setelah……x pertemuan, pasien mampu :

– Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan – Memperagakan cara patuh obat.

SP 5

– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2,3 & 4) – Latih patuh obat:

– Minum obat secara teratur dengan prinsip 5 B – Susun jadwal minum obat secara teratur – Masukkan dalam jadwal harian pasien Keluarga mampu :

– Merawat pasien di rumah

Setelah…..x pertemuan, keluarga mampu menjelaskan penyebab, tanda dan gejala,

SP 1

(9)

akibat serta mampu memperagakan cara merawat.

dalam merawat pasien

– Jelaskan tentang perilaku kekerasan : – Penyebab

– Akibat

– Cara merawat – Latih cara merawat

– RTL keluarga / jadwal untuk merawat pasien. Setelah……x pertemuan keluarga mampu

menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu merawat serta dapat membuat RTL

SP 2

– Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)

– Latih (simulasi) 2 cara lain untuk merawat pasien.

– Latih langsung ke pasien

– RTL keluarga / jadwall keluarga untuk merawat pasien.

Setelah…..x pertemuan keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu merawat serta dapat membuat RTL.

SP 3

– Evaluasi SP 1 dan SP 2 – Latih langsung ke pasien

– RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.

Setelah…..x pertemuan keluarga mampu melaksanakan Follow Up dan rujukan serta mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

SP 4

– Evaluasi SP 1,2 & 3 – Latih langsung ke pasien – RTL Keluarga

(10)
(11)

8. Strategi Pelaksanaan Tindakan

SP 1 Pasien :

Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

Orientasi:

Selamat Pagipak, perkenalkan nama saya Baihaqi, panggil saya Abie saya

mahasiswa Keperawatan dari Stikes Muhammadiyah Banjarmasin yang akan praktek disini selama 5 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 08.00-16.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?” “Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? “Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :

“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?”

“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

(12)

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

Terminasi :

“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau dilanjutkan?”

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?” ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ... (sebutkan) dan yang bapak rasakan ... (sebutkan) dan yang bapak lakukan ... (sebutkan) serta akibatnya ... (sebutkan) ”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”

”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”

SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas dalam

b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

(13)

Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?” “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”

“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?” Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.

“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”

(14)

“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien :

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta

dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Orientasi :

“Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja :

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

(15)

bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”

“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa

(16)

Orientasi :

“Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya” “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Kerja :

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” “Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya”

Terminasi :

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ... dan ... (sesuai kesepakatan pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah”

“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”

(17)

SP 5 Pasien :

Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.

b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,

benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.

c. Susun jadual minum obat secara teratur ORIENTASI

“Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja :

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.

“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”

(18)

pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”

“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”

“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien 2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)

3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain

ORIENTASI

“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Baihaqi, saya perawat dari ruang ... ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?”

“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”

“Di mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

KERJA

“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”

“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.

(19)

Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””

“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”. Kalau bapak bisa melakukanya jangan lupa di puji ya bu”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?” “Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”

“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu” “Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?”

“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan

a. Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah

b. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan

oleh perawat

c. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan

kegiatan tersebut secara tepat

d. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan

gejala-gejala perilaku kekerasan

ORIENTASI

“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”

“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?” “Berapa lama ibu mau kita latihan?“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya

panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama”

KERJA

”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”

”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”

”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”

”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak adalah...?”

(20)

lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.

“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”

“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.

“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin

melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat

kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”

“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan”.

“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”

(21)

“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

TERMINASI

“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”

“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”

“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”

“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”

“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”

SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan bersama keluarga Buat perencanaan pulang bersama keluarga

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, bu, karena ibu dan keluarga sudah menetahui cara-cara yang

sebelumnya telah kita bicarakanya. Sekarang Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perawatan lanjutan untuk keluarga Bapak/Ibu. Apakah sudah dipuji

keberhasilannya?”

“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual kegiatan dan perawatan lanjutan di rumah, disini saja?”

“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA

“Pak, bu, jadual yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bapak menolak minum obat atau

memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka bapak konsul kan ke dokter atau di bawa kerumah sakit ini untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada bapak.” TERMINASI

(22)

PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU KEKERASAN

1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan

Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif” perawat primer, ketua tim atau staf

perawat, yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,1998):

 Aktivitas ketua tim krisis

 Susun anggota tim krisis

 Beritahu petugas keamanan jika perlu

 Pindahkan klien lain dari area penanganan

 Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)

 Uraikan perencanaan penanganan pada tim

 Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien  Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif  Ikat klien dengan petunjuk ketua tim

 Berikan obat sesuai program terapi dokter

 Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien

 Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim

 Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan

 Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap

2. Pembatasan Gerak

Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998). Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:

(23)

 Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.

 Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk mengakhiri tindakan.

 Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya

 Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.

 Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri, dan kebersihan kamar.

 Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan keperawatan yang diperlukan.

 Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap

 Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.

3. Pengekangan/ pengikatan fisik

Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury, 1999). Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):

 Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri klien yang

berkurang karena pengekangan.

 Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan nyaman.

 Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.

 Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan bukan hukuman.

 Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf. Dan Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis. Dan ikatan tidak terjangkau klien.

 Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman.

 Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi kerjasama klien pada tindakan.

 Perawatan pada daerah pengikatan:

(24)

b) Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap (dua) jam. Dan perubahan posisi tidur.

c) Periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.

 Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.

 Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap. Dan kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali ke lingkungan semula.

 Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien

(25)

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya Medika, Jakarta

Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta. Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC

Referensi

Dokumen terkait

Mind map bisa mengaktifkan siswa karena dalam prosesnya akan terjadi interaksi lebih antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa, dalam membuat Mind map para siswa akan

Lukisan berjudul Women III adalah merupakan hasil karya yang dibuat oleh seniman yang menganut aliran lukisan abstrak ekspresionis willem de Kooning dan merupakan salah satu

Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam industri pangan, karena air digunakan dalam berbagai kegiatan, baik untuk sanitasi, boiler dan medium penghantar panas

Keluarga terdiri dari orang-orang dewasa dari kedua jenis kelamin, minimal dua orang yang memelihara hubungan seksual dalam aturan-aturan yang dapat diterima oleh lingkungan

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan

Tanah vertisol dan mineral zeolit yang memiliki kelengasan sesuai dengan ekologi nematoda entomopatogen Steinernema carpocapsae sehingga dapat hidup pada jangka

PENENTUAN JUMLAH KEDATANGAN ARMADA OPTIMAL KRL COMMUTER LINE JALUR BEKASI – MANGGARAI UNTUK SKENARIO KENAIKAN JUMLAH PENUMPANG MENGGUNAKAN SIMULASI PROMODEL.. Mirna Lusiani 1 ,