BAB II
KERANGKA TEORI,HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. KERANGKA TEORI
1. Pengertian Polisi dan Tugas Pokok Polisi
a. Pengertian Polisi
Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut "orang yang menjadi warga negara dari kota Athena", kemudian pengertian itu berkembang menjadi "kota" dan dipakai untuk menyebut "semua usaha kota". Oleh karena pada zaman itu kota merupakan negara yang berdiri sendiri yang disebut dengan istilah polis, maka politea atau polis diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan.1
Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan dan penegakan hukum diseluruh wilayah negara. Kepolisian adalah salah satu lembaga penting yang memainkan tugas utama sebagai penjaga keamanan, ketertiban dan penegakan hukum, sehingga lembaga kepolisian pasti lah ada di seluruh negara berdaulat. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam
1
tugasnya dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari berbagai sumber, baik keterangan saksi-saksi maupun keterangan saksi ahli.2
Arti polisi juga dikemukakan lain oleh Momo Kelana dalam bukunya Hukum Kepolisian yang berpendapat bahwa “Polisi dalam arti formal mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan daripada instansi Kepolisian. Sedangkan polisi dalam arti materiil memberikan jawaban terhadap persoalan – persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya/ gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan Kepolisian Umum maupun melalui ketentuan – ketentuan yang diatur dalam peraturan (Undang- Undang tentang Kepolisian khusus)”.3
Polri dalam kaitannya dengan pemerintah adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat. Bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat, serta terciptanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, hal ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.4
Kaitannya dengan kehidupan bernegara Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dam pelayanan pada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Agar dalam melaksanakan fungsinya dan perannya di seluruh wilayah Indonesia atau yang
2 Ibid. 3
Momo Kelana, Hukum Kepolisian, CV. Sandaan, Jakarta, 1984, h. 24.
4
di anggap sebagai wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai mana ditentukan dalam peraturan pemerintah.
Dapat disimpulkan bahwa Polisi adalah mitra negara ataupun pemerintah dalam mewujudkan situasi kondusif negara dan turut melakukan pelayanan ,pengayoman dan pengamanan kepada masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi manusia,polisi juga membantu pemerintah dalam menjalankan serta ,mewujudkan sila sila pancasila dan isi dari pembukaan UUD 1945.
b. Tugas Pokok Polisi
Didalam sistim Undang – undang dasar 1945 mengenai tugas pokok polisi ,tidak ditegaskan didalam pasal,akan tetapi terkandung didalam maknanya yaitu bahwa tugas polisi termasuk dalam bidang eksekutif.UUD 1945 tidak menyebutkan kekuasaan kepolisian dan kejaksaan oleh karena dua macam tugas itu telah dengan sendirinya termasuk ke dalam tugas eksekutif pemerintahan,sebab keamanan di dalam negara adalah tugas pokok bagi setiap pemerintah.Dalam pemuncak ,artinya paling diatas ,paling tertinggi dan untuk menunaikan tugasnya itu dia boleh atur melalu UU membentuk satu badan kepolisian negara dan atau kejaksaan.5
Tugas pokok polisi sendiri diatur dalam Bab III UU RI no.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara .Pasal 13 UU no.2 tahun 2002 menyebutkan bahwa tugas pokok kepolisian yakni memilihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakan hukum dan memberikan perlindungan ,pengayoman dan
5
pelayanan kepada masyarakat.Lebih lanjut dalam Pasal 14 UU no.2 tahun 2002 menjelaskan mengenai tugas polisi yakni diantaranya :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undang.6
Berkaitan dengan peristiwa hukum sekaligus judul skripsi yang diusung penulis yakni Penegakan Hukum Terhadap Pembuatan TNKB Ilegal di Kota Salatiga ,terkait tugas dan wewenang polisi sebagaimana telah dijelaskan dalam
paragraf diatas maka penegakan hukum berupa razia terhadap bisnis ilegal ini haruslah ditegakkan oleh kepolisian kota salatiga,karena tugas polisi dalam hal ini mencakup meningkatkan kesadaran hukum bagi masyarakat sehingga nantinya peristiwa hukum ini tidak menjadi budaya karena tidak adanya penindakan yang tegas oleh aparat penegak hukum kota salatiga .
6
2. Ketentuan hukum tentang pembuatan TNKB
Dalam perkembangannya ,ketentuan hukum mengenai TNKB kini diatur dalam empat peraturan yakni UU No.22 tahun 2009 tentang LLAJ beserta peraturan pelaksanaannya yakni PP No.55 tahun 2012 tentang Kendaraan (PP Kendaraan),PP No.80 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PP 80/2012) dan Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor.7
Dari berbagai peraturan yang telah disebutkan diatas penulis mencoba mentelaah satu demi satu peraturan ,yang pertama dimulai dari UU LLAJ No.22 tahun 2009 .Dalam UU LLAJ No.22 tahun 2009 hanya dijelaskan mengenai TNKB yang harus memuat kode wilayah,nomor registrasi dan masa berlaku serta TNKB harus memenuhi syarat bentuk ,ukuran ,bahan,warna dan cara pemasangan .Hal tersebut dimuat dalam uraian pasal 68 ayat 3 UU LLAJ8.Mengenai rincian pembuatan TNKB tidak ditemukan dalam UU LLAJ.Kedua,peraturan mengenai TNKB juga ditemukan dalam Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor,dalam Perkapolri ini hanya disebutkan bahwa TNKB dibuat dari bahan yang mempunyai unsur-unsur pengaman sesuai spesifikasi teknis,adapun unsur-unsur pengaman TNKB yaitu berupa logo lantas dan pengaman lain yang berfungsi sebagai penjamin legalitas TNKB. Selain itu, dalam Perkapolri nomor 5 tahun 2012 juga disebutkan mengenai warna TNKB dalam pasal 39 ayat 3 ,dalam peraturan ini lagi – lagi tidak dijumpai detail pembuatan TNKB.Namun dalam Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 menegaskan bahwa Plat Nomor
7
Diakses dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56c29133bcd4d/agar-tidak-ditilang-karena-masalah-plat-nomor ,pada tanggal 9 Oktober 2017 ,pukul 23.15 WIB.
8
diadakan secara terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat Nomor tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri maka dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.9
Menengok pada PP Kendaraan No.55 tahun 2012.Dalam PP Kendaraan ini , juga tidak ada ketentuan yang mengatur spesifikasi dan cara pembuatan TNKB,dalam PP Kendaraan hanya mengatur mengenai :
a. Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor di bagian belakang Kendaraan berwarna putih.
b. Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor dipasang di bagian belakang dan dapat menyinari tanda nomor Kendaraan Bermotor agar dapat dibaca pada jarak paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari belakang.
c. Tempat pemasangan tanda nomor Kendaraan Bermotor harus memenuhi persyaratan yakni harus ditempatkan pada sisi bagian depan dan belakang Kendaraan Bermotor; dan dilengkapi lampu tanda nomor Kendaraan Bermotor pada sisi bagian belakang Kendaraan Bermotor.
Dapat dilihat bahwa PP Kendaraan hanya menyinggung mengenai standar lampu penerangan TNKB dan posisi pemasangan TNKB. PP 80/2012 juga hanya menyebutkan pemeriksaan TNKB terdiri atas pemeriksaan spesifikasi teknis tanda nomor kendaraan, masa berlaku, dan keaslian, tanpa menerangkan lebih lanjut spesifikasi yang dimaksud.
Dari keempat peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak dijelaskan secara detail mengenai teknis pembuatan TNKB itu sendiri mulai dari proses pembentukan plat,pembentukan nomor pada plat, pengecatan plat bersadarkan jenis dan golongan TNKB sesuai oprasionalnya.Hanya saja ada satu Pasal yang menegaskan bahwa TNKB hanya diterbitkan oleh Korlantas Polri selain Korlantas Polri maka dianggap tidak sah dan tidak berlaku (Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012.Hal tersebutlah yang
9
memicu penulis untuk mendalami kasus maraknya pembuat plat nomor palsu di Kota Salatiga,ditambah dengan hadirnya Pasal 39 Perkapolri No.5 tahun 2012 yang menjelaskan bahwa adanya logo lantas sebagai penjamin legalitas dan hanya Korlantas Polri yang meneribtkan ,yang membuat penulis semakin penasaran dan lebih ingin mendalami kasus ini.
3. Tugas SAMSAT (Sistim Manunggal Satu Atap)
Samsat adalah serangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara terintegrasi dan terkoordinasi dalam Kantor Bersama Samsat.10
Samsat bertujuan memberikan pelayanan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor, pembayaran pajak atas kendaraan bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara terintegrasi dan terkoordinasi dengan cepat, tepat, transparan, akuntabel, dan informative.11 Ruang lingkup pelayanan Samsat meliputi :
a. Regident Ranmor
b. Pembayaran pajak atas kendaraan bermotor; dan
c. Pembayaran SWDKLLAJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan).12
4. Tindak Pidana Lalu Lintas terkait dengan TNKB palsu
10
Pasal 1 ayat 1 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor
11
Pasal 2 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan Bermotor
12
Mengenai tindak pidana lalu lintas dalam hal ini yang menjadi tersangka ialah konsumen yang dalam hal ini mengenakan TNKB palsu pada kendaraannya,pengendara kendaraan dapat terkena razia saat dilakukan oprasi tertib lalu lintas oleh satlantas setempat dalam penelitian ini satlantas kota salatiga,hal ini nampak pada Peraturan Pemerintah No.80 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,dimana di dalam pasal 4 ayat 3 peraturan pemerintah tersebut menyatakan :
“Pemeriksaan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Tanda Coba Kendaraan
Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas: a. Spesifikasi teknis tanda nomor kendaraan.
b. Masa berlaku dan
c. Keaslian”.13
Dari bunyi pasal diatas dengan tegas menyebutkan bahwa didalam melakukan pemeriksaan TNKB dan/atau TCKB ,polisi yang bertugas melakukan oprasi juga akan mengecek keaslian TNKB .Disisi lain spesifikasi keaslian plat nomor juga ditegaskan pada Pasal 39 ayat 5 Perkapolri no.5 tahun 2012 yang menyatakan bahwa :
“TNKB yang tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri, dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku”.14
Dengan demikian, plat nomor palsu yang dikenakan konsumen dan/atau pengendara pada kendarannya yang bukan merupakan plat nomor standarisasi Korlantas Polri dan bukan terbitan Korlantas Polri dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.Jika petugas kepolisian yang menggelar oprasi tertib lalu lintas menemukan pengguna kendaraan yang mengenakan TNKB palsu pada kendaraannya,maka terdapat sanksi yang mengikatnya yakni sebagaimana disebutkan pada Pasal 280 UU LLAJ yang menyatakan demikian :
13
Pasal 4 PP No.80 tahun 2012 tentang tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelangaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
14
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak
dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)”.15
Bagi pengendara kendaraan pengguna plat nomor palsu hal ini masuk ke dalam pelanggaran terhadap Pasal 280 UU LLAJ terkait ketidak aslian plat nomor yang dikenakan.Namun disisi lain bagi pembuat plat palsu yang bukan merupakan terbitan polri hal ini dapat menjadi delik tindak pidana pemalsuan yang diatur dalam KUHP .
5. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan – keinginan hukum yakni pikiran pikiran badan pembuatan undang – undang yang dirumuskan dalam peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan.16
Penegakan hukum sendiri merupakan jembatan antara norma hukum dengan realita masyarakat.Didalam penegakan hukum perlu adanya hukum wacana dimana jika hukum itu berjalan maka penegakan hukum harus melibatkan pejabat berwenang.Dalam artian lain penegakan hukum itu sendiri merupakan 2 arti yang berbeda jika secara luas penegakan hukum merupakan pencegahan (preventif) dan dari sudut pandang yang sempit penegakan hukum merupakan tindak lanjut dari penganggulangan pelanggaran yang sudah terjadi (represif).
Keberhasilan penegakan hukum juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai arti yang netral sehingga dampak negatif dan positif ada pada faktor – faktor tersebut.Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan hukum ialah :
a. Faktor hukum itu sendiri
15
Pasal 280 UU No.22 tahun 2009 tentang LLAJ
16
Faktor hukum dapat dikatakan salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum karena adanya hukum yang tidak jelas dan juga adanya tumpang tindih antar peraturan dan saling bertentangan.Selain itu hukum mengalami disfungsi dan sering berubah ,hal lain yang menguatkan mengapa hukum itu sendiri menjadi faktor yang mempengaruhi penagakan hukum ialah karena sanksi yang tidak memadai ,terdapat celah dalm ketentuan hukum itu sendiri serta hukum menuntut hal tidak realistis. b. Faktor penegak hukum
Faktor penegak hukum digolongkan sebagai salah satu faktor yang turut mempengaruhi suatu penegakan hukum hal ini karena pengaruh penegak hukum yang tidak paham akan hukum positif ataupun hukum yang berlaku yang paling parah ialah penegegak hukum yang tidak tahu atau tidak paham dengan tugas dan fungsinya sebagai penegak hukum.
c. Faktor sarana dan prasarana
Hal ini didukung dengan tidak memadainya anggaran yang tersedia untuk menciptakan hukum yang baik serta tidak tersedianya fasilitas pendukung penegakan hukum.
d. Faktor masyarakat
Masyarakat juga ternyata merupakan faktor yang mempengaruhi penegakan hukum hal ini dikarenakan masyarakat yang tidak mempunyai ilmu hukum,tidak sadar hukum dan tidak paham hukum.
e. Faktor kebudayaan
masyarakat sering berasumsi bahwa kebiasan kebiasan tersebut yang sudah menjadi budaya adalah hukum mereka.Padahal jika ditelaah lebih dalam,hukum di Indonesia hanyalah bersumber pada satu sumber yakni UUD 1945.17
6. Teori Disfungsi Hukum
Robert K Merton adalah sosiolog lulusan S1 Universitas Temple dan S2 S3 Universitas Harvard.Dalam disfungsi,merton berpendapat bahwa,disfungsi yaitu anomi,dalam anomi terdapat keterhubungan dengan pentimpangan, disfungsi antara kebudayaan dengan
struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yaitu munculnya penyimpangan dalam
masyarakat.Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah
sama dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang tidak
terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada dua jenis
konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi sistem yang telah
ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak relevan dengan sistem yang
mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun disfungsional konsekuensi-konsekuensi
nonfungsional”.18
Disfungsi hukum sendiri merupakan kondisi dimana hukum tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya di dalam masyarakat ,penyebabnya adalah hukum dimaksudkan untuk berlaku dalam jangka waktu lama ,sehingga cenderung konservatif yang mengakibatkan tetap dipertahankannya status quo dan tidak bisa mengikuti perubahan masyarakat,dirumuskan secara umum bersifat rigrid (kaku).Karena pada dasarnya hukum yang over – restrictive yakni yang sepantasnya tidak perlu diatur oleh hukum.
B. HASIL PENELITIAN
17
Soerjono Soekanto,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,(Jakarta:Raja Grafindo,1983),hlm.5.
18
1. Gambaran Proses Pembuatan TNKB di SAMSAT Salatiga
Pada sub bahasan ini penulis akan membahas mengenai cara pembuatan plat nomor legal di samsat salatiga,adapun cara – cara pembuatan TNKB legal mulai dari cara pengecatan dan pembentukan huruf,pengecatan dst adalah berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis di samsat salatiga yang mana nantinya akan menjadi bahan pembanding dengan pembuatan /pembentukan plat nomor ilegal /palsu di kota salatiga.Berikut adalah tahap demi tahap proses pembentukan plat nomor legal yang dilakukan samsat salatiga :
1. Samsat salatiga sudah menerima bahan plat untuk pembuatan TNKB dari korlantas polri,warna dasar plat yang nantinya dijadikan bahan untuk pembuatan TNKB dibedakan menjadi 4 warna dasar yakni :
dasar hitam, tulisan putih untuk Ranmor perseorangan dan Ranmor
sewa;
dasar kuning, tulisan hitam untuk Ranmor umum;
dasar merah, tulisan putih untuk Ranmor dinas Pemerintah;dasar putih,
tulisan biru untuk Ranmor Korps Diplomatik negara asing; dan
dasar hijau, tulisan hitam untuk Ranmor di kawasan perdagangan bebas
atau (Free Trade Zone) yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, bahwa Ranmor tidak boleh dioperasionalkan/dimutasikan ke wilayah Indonesia lainnya.19
Adapun pengecatan plat yang merupakan bahan dasar pembuatan TNKB ,pembubuhan logo Korlantas dan ukuran TNKB yang sesuai
19
spesifikasinya pada plat dilakukan oleh pihak Korlantas Polri yang kemudian dipaketkan untuk dikirim ke Samsat Salatiga.
2. Bahan Plat yang dasarnya telah dibubuhi logo korlantas dan telah dicat oleh korlantas polri dan sudah sampai di samsat salatiga,kemudian dimasukan kedalam mesin pencetak nomor TNKB ,sebelum dicetak dalam mesin terlebih dahulu petugas pembuat TNKB menyesuaikan dengan nomor STNK..
3. Setelah nomor TNKB dalam plat terbentuk langkah selanjutnya ialah printing atau pengecatan,didalam pengecatan warna yang digunakan ialah warna putih dan yang dicat hanyalah huruf dan angka dalam TNKB saja ,bahan cat warna putih terbuat dari cat dan thiner.
4. Setelah dilakukan printing maka TNKB yang sudah jadi dikeringkan selama 1 menit.
5. Jika TNKB sudah kering maka STNK divalidasi atau diregister dengan pemberian cap yang bertuliskan “Plat sudah diambil”.Hal ini bertujuan agar
tidak ada konsumen yang mendouble ataupun berbuat curang.
6. Setelah TNKB kering dan STNK sudah divalidasi maka konsumen dipangil untuk pengambilan STNK dan TNKB.20
Jika dalam kesempatan diatas penulis sudah membahas tentang pembentukan ataupun pembuatan plat nomor legal yang bersumber dari samsat salatiga yang tidak perlu diragukan ke legalannya,kini penulis akan membandingkan dengan para pembuat plat nomor palsu di salatiga dengan .Berikut adalah langkah demi langkah cara membuat plat yang dilakukan oleh pembuat plat palsu di kota salatiga :
20
1. Bahan dasar berupa plat disiapkan sendiri oleh para pembuat plat palsu dan tidak ada logo korlantas polri di dalam plat.
2. Pembuat plat menempelkan bahan dasar plat yang nantinya akan menjadi TNKB di sebuah lempengan selembar besi.
3. Kemudian bahan dasar plat ditempel dengan huruf dan angka sesuai permintaan konsumen.
4. Bahan plat yang sudah ditempeli huruf dan angka kemudian diketok dengan palu dan dipres dengan alat pres.
5. Setelah dipres dilakukan pengecatan sesuai permintaan konsumen.
6. Setelah proses pengecatan maka TNKB palsu yang sudah jadi dikeringkan dan kemudian tempelan angka dan nomor pencetak dicopot .
7. Dan plat nomor siap untuk digunakan.21
2. Tugas Bintara Unit STNK dalam Membuat TNKB
Ruang lingkup kerja Banit STNK Samsat Salatiga meliputi :
a. Melakukan register dari banit (bintara unit) bpkb lalu melakukan input database kepusat perpajakan UPPD provinsi yang meliputi penelitian, verifikasi kelengkapan dan keabsahan dokumen persyaratan regident kendaraan bermotor dan pendataan regident kendaraan bermotor, baik pendaftaran baru, mutasi keluar maupun mutasi masuk
b. Melaksanakan pelayanan penerbitan , stnk dan tnkb bagi kendaraan yang telah melalui proses pemeriksaan dokumen.
21
c. Melaksanakan pengecekan ulang ke tempat asal kendaraan di registrasi terhadap kendaraan yang melakukan mutasi masuk sebagai bentuk sistem pengamanan.
d. Bekerjasama dengan instansi terkait (dispenda dan jasa raharja) dalam proses pembayaran pajak kendaraan dan asuransi serta sat reskrim pada kasus curanmor dan unit laka lantas dalam hal kasus laka lantas / tabrak lari.
e. Input ke UPPD kota untuk penetapan pajak. f. Pencetakan TNKB.
g. Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan registrasi dan indentifikasi kendaraan dan pengemudi.22
3. Fakta Penjual TNKB Illegal di Kota Salatiga
Di Salatiga kios plat nomor pembuat plat nomor baik yang membuat palsu ataupun hanya sekedar memperbaiki terdapat kurang lebih 15 kios plat nomor,pada penelitian ini penulis menggunakan 5 sample guna mendukung penelitian ini dan memberikan fakta empirik terkait isu hukum yang diangkat penulisi. Adapun sample yang adalah fakta empirik mengenai keberadaan para pembuat TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) ilegal di kota Salatiga yang mendukung penelitian dan penulisan ini ialah diantaranya sebagai berikut:
i. Kios plat nomor Pak Jek yang berada di alun-alun Pancasila
Kios plat nomor Pak Jek yang terletak di alun alun lapangan Pancasila Salatiga ) sebelah bank Kridaharta ini beroprasi kurang lebih selama 10 tahun.Kios plat nomor Pak Jek buka mulai pukul 10.00 WIB – 16.00 WIB
22
,laba bersih kios plat nomor pak jek dalam sehari hingga 250 ribu – 500 ribu.Selama ini menurut pak jek belum pernah ada razia terkait bisnisnya,perihal masyarakat selaku konsumen yang memesan plat nomor sebagian besar memesan plat nomor baru,jika diprosentasekan 40% melakukan reparasi dan 60% melakukan pembuatan plat nomor baru.Ditanya mengenai bahwa terdapat larangan mengenai pembuatan plat nomor palsu,pria berusia 60 tahun ini mengaku baru tahu ketika penulis melakukan wawancara terhadapnya (pak jek).Dalam sehari biasanya kios plat nomor Pak Jek dapat membuat maupun mengasilkam 5-7 plat nomor baru permintaan konsumen dan sisanya hanya melakukan perbaikan plat nomor seperti pengecatan ulang,pembenahan plat yang gepeng ,pembenahan huruf pada plat dsb.23
ii. Kios plat nomor di Jl.Kridanggo .
Kios plat nomor milik Rudi yang terletak di Jl.Kridanggo ini sudah beroprasi selama 15 tahun,yakni dari 2002 – 2017 dan hingga kini masih aktif bisnisnya.Ditanya mengenai omzet,sang pemilik yakni Rudi mengatakan bahwa dalam sehari kios bisnis plat nomornya dapat meraup keuntungan hingga 2 – 3 juta/hari,tidak heran bila bisnis ini semakin menjamur di kota kota besar khususnya salatiga.Rudi juga menjelaskan bahwa ia selama ini ia hanya menerima reparasi plat nomor ,karena jika buat plat nomor baru itu melanggar hukum ,selain itu Rudi juga menambahkan bahwa dari pihak samsat salatiga telah memberikan nomor plat nomor/TNKB (yang sudah dilegalir dengan cap korlantas dan terbitan korlantas,dalam arti lain berupa
23
lempengan plat polos) lalu direparasi dikiosnya. .Dalam sehari jika melihat dari omsetnya yang mencapai 2 hingga 3 juta dengan prosentase 50% membuat plat nomor baru dan 50% memperbaiki plat nomor lama,maka dalam sehari kios plat nomor rudi dapat membuat 30 plat nomor dengan harga satuan Rp.50.000/plat nomor baru.24
Namun itu hanyalah dalih Rudi agar bisnisnya dianggap halal ataupun legal,karena saat bersamaan penulis juga melakukan wawancara pada Slamet yang pada saat itu juga sedang memesan plat nomor.Ditanya soal pembuatan plat baru atau reparasi ,Slamet menjawab bahwa ia memesan plat nomor baru untuk dipasang di kendaraan bodong (tanpa surat)yang ia miliki.Kemudian penulis melontarkan pertanyaan kedua kepada Slamet mengenai mengapa anda (Slamet) tidak mengurus di Samsat ? ,responden menjawab bahwa disamsat prosesnya lama dan ribet belum lagi biayanya yang mahal buat masyarakat golongan kebawah serta antrian yang lama,kalau disini (dikios plat nomor) enak ,tidak ribet dan murah serta sehari jadi.25
iii. Kios plat nomor di Jl.Pemotongan.
Kios plat nomor di Jl.Pemotongan milik mas Bramantyas ini berdiri sejak 10 tahun yang lalu,tepatnya pada tahun 2007.Dalam usahanya ini sang owner dapat meraup keuntungan mencapai 1 juta /hari ,namun jika sepi dalam sehari omset yang ia dapat berkisar di angka 500 ribu/hari.Ditanya mengenai apakah pernah dilakukan razia oleh aparat kepolisian,mas bramantyas mengaku bahwa selama ini belum ada razia yang dilakukan dengan alasan bahwa bisnis ini tidak
24
Hasil wawancara penulis dengan Rudi selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Kridanggo,dilakukan pada tanggal 9 oktober 2017,pukul 15.00 WIB
25
melanggar hokum.26 Dilihat dari omsetnya dengan harga jasa pembuatan plat nomor baru Rp.50.000 maka per hari kurang lebih dapat membuat plat nomor sebanyak 10 - 20 plat nomor sesuai permintaan konsumen.sisanya konsumen hanya memperbaiki plat nomor mereka.
iv. Kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol
Juedi ,begitulah panggilan akrab bapak pemilik kios plat nomor di
Jl.Imam Bonjol .Berdasar wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan owner plat nomor ini,beliau (Juedi) memulai bisnis kios plat nomor sejak 4 tahun yang lalu,yakni pada tahun 2013.Berbeda dari kios plat nomor lainnya yang dalam hal ini digunakan penulis untuk sample sekaligus objek penelitian,kios plat nomor bapak juedi ini dalam sehari hanya meraup keutungan 50 ribu – 150 ribu /hari.Ditanya mengenai sudah pernahkah diadakan razia oleg aparat kepolisian,juedi hanya menjawab dengan nada simple ia menjawab tidak ada.Berbeda dengan kios plat nomor lainnya ,kios plat nomor Juedi ini rata – rata konsumennya hanya melakukan renovasi plat nomor kendaraan,jika dibandingkan dengan pembuatan plat nomor baru,maka prosentasenya 75% konsumen memperbaiki plat nomor dan 25% konsumen membuat baru plat nomor.27
v. Kios Plat nomor di Jl.Jangkungan (depan balai desa jangkungan salatiga).28
26
Hasil wawancara penulis dengan Bramantyas selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Pemotongan Salatiga,yang dilakukan pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 13.00 WIB.
27
Hasil wawancara penulis dengan Juedi selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol Salatiga,yang dilakukan pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 13.30
28
Letak kios plat nomor milik mas giyanto ini terletak diarea alun – alun lapangan pancasila salatiga,berdekatan dengan kios plat nomor pak jek.Kios plat nomor ini sudah beroprasi selama 17 tahun,yakni mulai dari tahun 2000.Omset yang di dapat oleh giyatno sehari cukup rendah ,jika sepi hanya 20ribu/hari ,jika ramai 100ribu/hari.Kios plat nomor giyatno pernah sekali didatangi kapolres,dan ditegor kalau dalam plat nomor tidak boleh hurufnya dbibuat digital karena tidak sesuai standart selain itu juga bahan plat harus dari samsat dan usaha ini hanya sebatas reparasi plat nomor,jika ada konsumen yang meminta pembuatan baru,tolak saja,karena itu melanggar hukum .Tandas Giyatno ditanya mengenai razia yang dilakukan oleh aparat kepolisian.Dalam sehari Giyatno rata – rata hanya memproduksi 2-5 plat nomor baru,hal ini lantaran persaingan kios plat nomor yang semakin hari semakin banyak ownernya.29
4. Penegakan Hukum Terhadap Pembuat TNKB Illegal di Kota Salatiga
a. Samsat
Dari wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada bintara unit STNK yakni M.Agus Priyatno ,bahwa selama ini tidak ada penegakan hukum dalam hal ini tidak ada razia terkait pembuatan plat nomor palsu,karena selama ini pihak kepolisian dalam hal ini samsat salatiga memandang 2 hal yang menjadi pertimbangan berdasar hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis,pertimbangan pertama bahwa fenomena plat palsu ini ialah permintaan masyarakat,polisi sebagai pelayan masyarakat mengikuti kenyamanan masyarakat baik masyarakat selaku
29
konsumen dan masyarakat selaku pembuat TNKB palsu,kepolisian salatiga dalam hal ini M.Agus Y selaku bintara unit STNK Samsat Salatiga menerangkan bahwa para konsumen berinisiatif mendorong adanya pembuat TNKB dipinggiran jalan yang tersebar di kota salatiga,awalnya dengan dalih untuk membenahi plat nomor yang telah diterbitkan oleh Korlantas Polri untuk dibenahi oleh tukang plat nomor namun apa daya semakin kesini makin mengarah pada tindakan pemalsuan plat nomor.M.Agus menambahkan bahwa para pembuat plat nomor pinggiran jalan juga diberikan daftar nomor plat jadi para pembuat plat nomor benar benar sebatas membenahi plat nomor keluaran polri bukan membuat baru ataupun memalsu.
Pertimbangan kedua tidak dilakukannya razia karena kepolisian salatiga mengangap bahwa hadirnya tukang plat nomor ini sebagai sarana mencukupi kebutuhan hidup mereka disamping minimnya lowongan pekerjaan yang tersedia disisi lain juga meringankan pekerjaan dari kepolisian dan mengurangi antrian TNKB di samsat.Mengenai legal /ilegalnya bisnis ini M.Agus berpendapat bahwa sebenarnya bisnis tersebut ilegal karena bertentangan dengan peraturan yang ada yakni Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor dan UU LLAJ No.2 tahun 2009.30
b. Satlantas Salatiga
Sebelum membahas mengenai seberap jauh kinerja satlantas salatiga menangani kasus pemalsuan TNKB illegal di kota salatiga,maka penulis akan membahas terlebih dahulu mengenai tugas pokok satlantas .Adapun tugas pokok satlantas ialah :
i. Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan
30
identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas. ii. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Satlantas menyelenggarakan fungsi: a. pembinaan lalu lintas kepolisian;
b. pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas
c. pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas)
d. pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi
e. pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan dan f. perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.31
Dalam wawancara kali ini penulis direkomendasikan mewawancarai anggota Polri yakni Eka Dedi selaku anggota Banit Turjawali Satlantas Salatiga.Beliau bertugas dalam melakukan pengaturan,penjagaan,dan patroli ,dalam hal ini beliau juga turut serta kelapangan untuk melakukan oprasi tertib lalu lintas ,sebelum menjabat menjadi anggota banit turjawali,beliau dahulu merupakan reserse satreskrim di polres salatiga .Berikut merupakan dialog wawancara penulis dengan Eka Dedi
Selama ini belum ada pengguna kendaraan yang ditilang karena kepalsuan plat nomor,petugas yang melakukan oprasi tertib lalu lintas kebanyakan hanya menilang pelanggaran pelanggaran yang kasat mata ,yang jelas dan nampak seperti helm,knalpot,stnk,sim,kondisi fisik motor,spion,pajak,lampu,mengenai kelegalan plat nomor dari mulai logo korlantas polri petugas tidak begitu
31
memperhatikannya,sesekali pernah terjadi dan dikenakan tilang dengan menggunakan Pasal 280 UU LLAJ :
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak
dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling
banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah)”.
Ditanya mengenai bagaimana dengan kendaraan baru yang belum ada plat nomornya,beliau menjawab“Untuk kendaraan yang dibeli baru dan digunakan konsumen dan disaat bersamaan konsumen menggunakan plat nomor palsu dengan
alasan plat nomor dari samsat belum keluar karena prosesnya yang lama,biasanya
petugas memberikan pengertian “ ucap Eka Dedi.Jika dilihat pertaurannya pada
Pasal 18 Perkapolri no.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor ,maka setiap kendaraan baru harus dilakukan praregident yakni harus memliki STCK (Surat Tanda Coba Kendaraan) dan TCKB (Tanda Coba Kendaraan Bermotor).
Jika masyarakat dalam hal ini konsumen yang menggunakan plat nomor palsu yang menangani ialah Satlantas,maka beda dengan para owner pemilik kios plat nomor,terkait pemalsuan mereka ditangani oleh Satreskrim.32
c. Satreskrim Salatiga
Satreskrim bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium forensik
32
lapangan serta pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Satreskrimmenyelenggarakan fungsi:
i. pembinaan teknis terhadap administrasi penyelidikan dan penyidikan, serta identifikasi dan laboratorium forensik lapangan. ii. pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan
wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
iii. pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan umum.
iv. penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Satreskrim.
v. pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik pada unit reskrim Polsek dan Satreskrim Polres. vi. pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS baik di bidang
operasional maupun administrasi penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
vii. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus, antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum Polres.33
Juga bernarasumberkan Eka Dedi yang adalah mantan reserse sakreskrim polres salatiga yang kini dipindah tugaskan menjadi banit turjawali satlantas polres salatiga,beliau menerangkan bahwa selama ini tidak ada tindakan berupa razia,penggeberakan terhadap pemalsuan TNKB illegal yang dilakukan terhadap owner – owner kios kios plat nomor di kota salatiga.Hal ini dikarenakan peristiwa tersebut tidak menimbulkan gejolak ataupun pertikaian di masyarakat dan juga itu malah membantu masyarakat didalam bermata pencaharian bagi pemilik dan mencukupi kepuasan konsumen.Namun ketika ditamya apakah hal tersebut ilegal,Eka Dedi menjawab bahwa bisnis tersebut illegal.Kembali dapat dilihat dari hal tersebut bahwa tidak adanya penegakan hukum terhdap pembuatan TNKB Illegal di kota salatiga,lantaran budaya kasihan antar golongan masyarakat.
33
d. Masyarakat Penjual/Pembeli
Dalam kesempatan ini,penulis juga melakukan pengamatan berupa wawancara dengan masyarakat yang sekaligus konsumen pengguna plat nomor palsu.Wawancara yang dilakukan penulis ini menggunakan Accidental Sampling.Adapun penulis mengambil 5 sampling konsumen,berikut adalah hasil wawancara penulis dengan konsumen :
i. Wawancara penulis dengan Sidiq
Sidiq merupakan konsumen di kios plat nomor Jl.Kridanggo dengan ownernya Rudi.Sidiq mengaku bahwa ia kerap kali membuat plat nomor baru (palsu) di kios ini,bahkan dapat dikatakan sudah berlangganan.Ditanya mengenai alasan mengapa berlangganan beliau menjawab bahwa untuk dipasang di kendaraan motornya yang bodong tidak ada surat – suratnya ,selain itu beliau menambahkan “buat pantes – pantes di hadapan
polisi”.Sidiq paham kalau perbuatan ini nantinya juga akan ketahauan polisi
saat dilakukan oprasi tertib lalu lintas,namun sidiq tidak mengetahui bahwa membuat plat palsu akan adalah perbuatan ilegal dan dilarang oleh undang – undang.34
ii. Wawancara penulis dengan Yoga
Yoga merupakan konsumen di kios plat nomor Juedi.Konsumen yang satu ini baru pertama kali menggunakan jasa kios plat nomor untuk kelengkapan kendaraannya.Yoga sendiri mengaku membuat plat nomor baru di kios ini karena motornya yang baru belum dilengkapi dengan TNKB dari samsat,karena prosesnya yang lama ,Yoga memilih untuk mengambil langkah instant dengan membuat plat nomor palsu.Yoga sebenarnya mengetahui kalau
34
menggunakan plat palsu akan ditilang,hanya saja ia berdalih karena motor barunya akan digunakan ke luar kota jadi mau tidak mau harus membuat plat nomor palsu.35
iii. Wawancara penulis dengan Wahyu
Wahyu merupakan konsumen plat nomor di kios plat nomor Jl.Jangkungan milik Giyatno.Saat ditemui di kios plat nomor Giyatno ,Wahyu mengaku ia tidak membuat baru plat nomor palsu,wahyu sekedar memperbaiki plat nomor asli motornya yang merupakan keluaran samsat yang sudah usang dan mulai memudar nomor pada platnya.Wahyu tahu bahwa jika mengenakan plat nomor yang bukan keluaran korlantas akan ditilang saat dilakukan oprasi lalu lintas.Wahyu sendiri sudah sering melakukan pembenahan plat nomor kendaraan bermotornya.36
iv. Wawancara penulis dengan Anam
Anam adalah konsumen plat nomor di kios plat nomor Jl.Pemotongan milik Bramantyas.Anam sendiri pada saat itu datang ke kios plat nomor untuk membuat baru plat nomor untuk kendaraannya,kemudian saat ditanya oleh penulis apakah tidak takut dengan resiko tilang oleh polisi ? mengingat hal ini dilarang oleh undang – undang.Kemudian Anam menjawab bahwa ia memesan untuk sementara saja,saat plat nomor dari samsat sudah keluar nantinya plat nomor palsu ini akan ia lepas .Sebelumnya Anam juga pernah mengunjungi kios plat nomor namun hanya sekedar untuk memperbaiki plat nomor saja.37
35
Hasil wawancara penulis dengan Yoga selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Imam Bonjol milik Juedi,pada tanggal 10 Oktober 2017.
36
Hasil wawancara penulis dengan Wahyu selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Jangkungan milik Giyatno,pada tanggal 9 Oktober 2017.
37
v. Wawancara penulis dengan Suroto
Suroto adalah konsumen plat nomor di kios plat nomor Pak Jek yang terletak di alun – alun Pancasila Salatiga.Suroto mengetahui jika penggunaan plat nomor palsu itu dilarang hukum dan akan ditilang nantinya,namun selama ini Suroto tetap setia dengan menggunakan plat nomor asli,hanya saja saat pergantian mas berlaku yang juga harus dilakukan penggantian plat nomor oleh samsat,suroto memilih mengubah angka masa berlaku plat nomornya di kios plat nomor ketimbang di harus antre dan menunggu disamsat.Bagi Suroto yang terpenting ialah adanya logo Korlantas di plat nomornya,mengenai huruf dan angka masa berlaku itu bisa diakali di kios plat nomor,ujar Suroto.38
C. ANALISIS
1. Impementasi Peraturan Tentang TNKB
Pada sub bahasan kali ini,penulis akan mambahas dan memberikan analisis serta jawaban atas rumusan masalah yang menjadi perhatian pada penelitian ini.Adapun rumusan masalah yang ditanyakan ataupun yang menjadi kasus ialah :
i. Bagaimana penegakan hukum bagi pembuat TNKB illegal di Kota Salatiga ?
ii. Apa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap pembuatan plat nomor palsu di Kota Salatiga ?
Jika melihat peraturan tentang TNKB mulai dari Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor,UU LLAJ No.22 tahun 2009,Perpres No.5 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Samsat ,maka dapat dilihat bahwa peraturan mengenai standarisasi plat nomor sudah diatur jelas ,hal tersebut kembali ditegaskan pada bunyi Pasal 10 ayat 1 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi
38
Kendaraan Bermotor yang menerangkan bahwa Plat Nomor merupakan tanda Registrasi Identitas Kendaraan Bermotor yang berfungsi sebagai bukti legitimasi pengoprasian ranmor berupa pelat atau bahan lain dengan spesifikasi tertentu yang
diterbitkan Polri dan berisikan kode wilayah,nomor registrasi serta masa berlaku dan dipasang di kendaraan bermotor.
Hal yang sama yang mengatur mengenai keaslian dan kelegalan suatu TNKB sebagai bentuk legitimasi juga dijelaskan pada bunyi Pasal 39 ayat 4 dan 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor yang menegaskan bahwa Plat Nomor diadakan secara terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat Nomor tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri ,dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.
Sanksi pun juga turut mengikat bagi pelanggaran kedua pasal yang disebutkan diatas yakni dalam Pasal 280 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menerangkan bahwa “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan
Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang
ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau
denda paling banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
Namun setelah melakukan penelitian mendalam dengan melakukan wawancara dengan narasumber terkait seperti diantaranya owner pemilik kios plat nomor,samsat kota salatiga,satlantas kota salatiga,dan konsumen,penulis berasumsi bahwa terdapat kejanggalan antara teori dengan praktik dilapangan.
2. Penindakan terhadap pembuat dan pengguna TNKB illegal dengan
Untuk menangani dan mengatasi kasus hukum yang penulis angkat yakni tentang Penegakan Hukum Terhadap Pembuatan TNKB Illegal di Kota Salatiga maka perlu kerja nyata dari aparat kepolisian dalam hal ini samsat,satlantas serta satreskrim selaku penegak hukum.Namun setelah didalami oleh penulis terdapat kejanggalan dilapangan ,kejanggalan tersebut tidak lain ialah tidak ditegakkannya hukum bagi pembuat TNKB palsu di kota salatiga dan konsumen selaku pengguna plat nomor palsu.Penulis menyadari bahwa Penegakan hukum merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan – keinginan hukum yakni pikiran pikiran badan pembuatan undang – undang
yang dirumuskan dalam peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan.39 Penegakan hukum sendiri merupakan jembatan antara norma hukum dengan realita masyarakat.Didalam penegakan hukum perlu adanya hukum wacana dimana jika hukum itu berjalan maka penegakan hukum harus melibatkan pejabat berwenang.Dalam artian lain penegakan hukum itu sendiri merupakan 2 arti yang berbeda jika secara luas penegakan hukum merupakan pencegahan (preventif) dan dari sudut pandang yang sempit penegakan hukum merupakan tindak lanjut dari penganggulangan pelanggaran yang sudah terjadi (represif).
Pada kondisi masyarakat yang sedang membangun, hukum senantiasa diarahkan pada upaya menuju pada kondisi yang lebih baik, sehingga peran hukum dengan demikian semakin menduduki posisi strategis guna mewujudkan tujuan hukum. Fungsi hukum yang diharapkan pada masyarakat maju adalah melakukan usaha untuk menggerakkan rakyat maupun penegak hukum agar bertingkah laku sesuai dengan cara-cara baru (progresif) guna mencapai suatu tujuan yang dicitakan. Secara-cara simbolik hukum memang memperlihatkan kekuasaannya untuk mengatur, namun hakekatnya bertujuan untuk memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
39
Dikatakan terbesar karena pada kenyataannya hukum selalu ada celah untuk tidak memuaskan. Sebagai bangunan ide, kultur, dan cita-cita, wajar dinyatakan bahwa tujuan hukum adalah membahagiakan manusia.40
Dari praktik dilapangan tidak ada tindakan preventif pencegahan yang dilakukan oleh aparat dalam hal ini satreskrim (reserse) terkait semakin berkembangnya kios – kios plat nomor dengan modus operandi sekedar membenahi plat nomor ,padahal setelah penulis melakukan penelitian banyak diantara kios - kios plat nomor di salatiga yang sengaja membuka jasa pembuatan plat nomor palsu.Tindakan seperti razia pun belum pernah sama sekali dilakukan oleh petugas berwajib.Tindakan represif berupa penganggulanganpun juga tidak dilakukan seperti halnya penutupan kios plat nomor tak berizin dan yang melanggar ketentuan serta keluar dari jobdesk ,yang hanya dari sekedar membenahi menjadi membuat baru plat nomor palsu.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan banit STNK M.Agus ,kepolisian salatiga yang berwenang mengurusi masalah ini malah seperti memberikan lampu hijau terhadap bisnis kios plat nomor,karena dianggap dengan hadirnya kios - kios plat nomor yang tersebar di kota salatiga dapat meringankan kinerja samsat dalam proses pembuatan plat nomor,namun ketika ditanya dan ditegaskan apakah bisnis ini (kios plat nomor) termasuk illegal ,M.Agus menegaskan bahwa bisnis ini adalah illegal karena bertentangan dengan peraturan yang berlaku.Maka dari itu tindakan preventif dan represif sengaja tidak dilakukan ,karena selain meringankan kinerja kepolisian ,juga membantu masyarakat mencukupi kebutuhan hidupnya,seiring minimnya lapangan pekerjaan yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang baik .
Jika dalam pargaraf – paragraf sebelumnya menyinggung mengenai kinerja satreskrim dalam menegakan dan membertantas pemalsuan plat nomor yang dilakukan
40
oleh kios - kios plat nomor yang menyalahi aturan,selanjutnya penulis juga akan menyinggung kinerja satlantas yang bertugas melakukan oprasi tertib lalu lintas.
Para petugas kepolisian yang menggelar oprasi tertib lalu lintas rupanya juga sama sekali tidak melakukan tindakan dalam hal ini dapat berupa tilang terhadap para pengguna kendaraan yang menggunakan plat nomor palsu di kendaraan masyarakat.Hal ini didasarkan oleh hasil wawancara penulis dengan anggota polri Eka Dedi selaku Banit Turjawali Satlantas Salatiga.Selama ini oprasi tertib lalu lintas yang digelar hanya memberikan sanksi terhadap pelanggaran – pelanggaran yang nampak,seperti helm,pajak,kelengkapan fisik kendaraan,knalpot stnk,sim dan juga plat nomor ,itupun yang penting plat nomor sesuai dengan nomor stnk ,detail mengenai keaslian ,kelegalan plat nomor sendiri mulai dari logo korlantas polri sering diabaiakan oleh petugas kepolisian yang menggelar razia tertib lalu lintas.
Jika dikaitkan dengan teori penegakan hukum maka penegakan hukum yang menjadi harapan setiap elemen negara mulai dari pemerintah,kepolisian,dan masyarakat itu sendiri maka menjadi sia – sia,karena pada prakteknya tidak ada penegakan hukum terhadap pembuat TNKB illgela di kota salatiga dan juga penegakan hukum bagi masyarakat yang mengenakan TNKB palsu yang tidak sesuai dengan ketentuan undang – undang.Hal tersebut menurutu penulis terjadi karena adanya faktor – faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum ,adapun faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap pembuatan TNKB palsu di kota salatiga ialah :
Penegak hukum
preventif dan represif yang dilakukan baik oleh satreskrim maupun satlantas untuk menangani kasus hukum yang dianggap sepele ini,selain itu sudah jelas jelas terdapat peraturan yang mengatur mengenai standirisasi TNKB namun jika dilihat dari fakta dilapangan penegak hukum seakan tidak sadar dan tidak tahu atau acuh tak acuh dengan adanya hukum positif yang berlaku dalam hal ini perkapolri no.5 tahun 2012 dan UU No.22 tahun 2009.Bahkan lebih parahnya lagi selama ini belum diadakan razia terkait pembuat plat palsu dan konsumen selaku pengguna plat palsu ,penegak hukum berdalih bahwa itu hanyalah hal sepele dan tidak perlu diperdebatkan karena tidak menimbulkan kericuhan dan gejolak .
Masyarakat
Jika mengaca pada hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada bintara unit stnk ,serta pembuat plat palsu itu sendiri dapat disimpulkan bahwa justru masyarakat itu sendiri yang menginginkan kehadiran para pembuat plat palsu dengan dalih masyarakat seperti antrian yang lama,dan ingin instant.Namun disisi lain sebenarnya masyarakat juga tidak paham dan mengerti akan ilegalnya plat nomor palsu,mungkin saja juga kurangnya sosialisasi oleh para penegak hukum kota salatiga.
Budaya
baik menganggu atau merusak lahan rezeki orang kecil dan budaya lainnya ialah budaya ikut ikut ,budaya ini muncul ketika terdapat satu konsumen yang menggunakan plat palsu yang membuat orang lain terpikat untuk ikut membuat plat palsu dengan iming iming pengerjaan yang cepat dan tidak ribet.
Faktor sarana dan fasilitas
Mengapa faktor ini juga berkaitan dengan penegakan terhadapa pembuat TNKB illegal di kota salatiga ? pertama,karena kurangnya sarana dan fasilitas yang menunjang untuk pembuatan TNKB seperti tenaga kerja,mesin pencetak TNKB,layanan dibidang pembenahan plat nomor,membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan mau tidak mau masyarakat mencari terobosan baru untuk mengatasi hal tersebut.Jika setiap keluhan masyarakat terkait TNKB diperhatikan maka tidak akan ada lapak – lapak kios penjual plat nomor palsu.
Faktor hukum itu sendiri
bagian pembenahan plat nomor,serta penambahan petugas guna mempercepat proses pembuatan serta pengeluaran TNKB agar lebih baik dan cepat.
3. Penindakan terhadap pembuat dan pengguna TNKB illegal dengan
pendekatan Teori Disfungsi Hukum
Pada kasus ini terjadi disfungsi hukum di kota salatiga perihal penegakan hukum terhadap pembuatan TNKB illegal di salatiga,pada kenyataanya apa yang ditentukan oleh undang – undang tidak terealisasi dengan baik di lapangan. Disfungsi hukum itu sendiri merupakan kondisi dimana hukum tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya di dalam masyarakat ,penyebabnya adalah hukum dimaksudkan untuk berlaku dalam jangka waktu lama ,sehingga cenderung konservatif yang mengakibatkan tetap dipertahankannya status quo dan tidak bisa mengikuti perubahan masyarakat,dirumuskan secara umum bersifat rigrid (kaku).Karena pada dasarnya hukum yang over – restrictive yakni yang tidak sepantasnya tidak perlu diatur oleh hukum.
Pada kasus ini nampak bahwa peraturan demi peraturan,ketentuan demi ketentuan yang membahas dan mengatur mengenai standarisasi TNKB tidak berjalan dengan baik,terbukti dengan tidak adanya penegakan hukum yang dilakukan ,baik represif maupun preventif oleh pihak berwenang.Disfungsi hukum sendiri disebabkan oleh hukum yang tidak mengikuti perkembangan masyarakat dan dibuat untuk jangka waktu yang lama ,dalam artian lain tidak adanya pembaharuan ataupun revisi peraturan yang lebih up to date yang menjangkau kemajuan masyarakat.
begitu maka pekerjaan kepolisian dalam hal ini samsat yang mengeluarkan plat nomor juga semakin menumpuk,efeknya yang tidak lain ialah semakin menjamurnya kios – kios plat nomor yang muncul di salatiga.Jika dicermati dari tahun ketahun yang awalnya kios – kios plat nomor di salatiga hanya 1-5 kios saja,kini semakin hari semakin menjamur,hal tersebut lantaran kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan dan tuntutan zaman untuk menggunakan kendaraan.Dari hal tersebut seharus hukum yang bermula dari lembaga eksekutif ,legislatif dan yudikatif saling bekerjasama ,dalam kata lain ketiga lembaga tersebut harus mengetahui kondisi dan praktik dilapangan mengenai maraknya kios – kios plat nomor palsu serta masyarakat yang mengenakan plat nomor palsu,dan disisi lain ketiga lembaga tersebut juga harus mampu membuat hukum yang dapat memenuhi serta menjangkau kemajuan rakyatnya dari tahun ketahun.Setidaknya pembuat hukum sudah mengetahui bahwa masyarakat dari tahun ke tahun akan terus mengalami peningkatan pemakaian kendaraan yang mengakibatkan semakin menumpuknya kerja korlantas polri dan samsat yang dalam hal ini mengekuarkan dan membuat TNKB.
Jika dirasa memang dibutuhkan kios – kios plat nomor untuk membantu dan meringankan kerja polisi yang bertugas dalam hal tersebut dan untuk membantu kebutuhan masyarakat serta disisi lain guna memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat,seharusnya terdapat peraturan mengenai izin untuk membuka kios – kios plat nomor,dimana didalam izin dan peraturan tersebut mengatur bahwa kios – kios plat
nomor adalah mitra kepolisian yang bertugas untuk membuat plat nomor,membenahi plat nomor,dimana kios kios plat nomor mendapatkan bahan plat dari samsat/korlantas dan setiap pendirian kios plat nomor harus melalui perizinan kepolisian.
i. Nulla puna sine lege (setiap penjatuhan hukuman harus didasarkan pada suatu undang-undang).Dalam hal ini yang menjadi dasar penjatuhan hukuman ialah peraturan peraturan yang memuat ketentuan – ketentuan mengenai TNKB,sepeti Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor,UU LLAJ No.22 tahun 2009,Perpres No.5 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan SAMSAT.
ii. Nulla poena sine crimine (pernghukuman hanya dapat dilakukan jika perbuatan itu telah diancam dalam suatu undang-undang).Sanksi mengikat dalam penggunaan plat nomor palsu terdapat pada Pasal 280 UU LLAJ yang berbunyi “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor
di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang
ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (lima
ratus ribu rupiah)”
iii. Nullum crimen sine poela legali (perbuatan tersebut telah diancam oleh suatu undang- undang yang berakibat dijatuhkannya hukuman berdasarkan ketentuan dalam undang – undang dimaksud).41 Dalam hal ini ketentuan yang mengancam mengenai penggunaan TNKB illegal ialah pasal 280 UU LLAJ.
41