BAB 1
A.
LATAR BELAKANG
Hukum Internasional memberikan hak dan wewenang kepada semua negara untuk
menjalankan yurisdiksi atas orang dan benda serta perbuatan yang terjadi di dalam wilayah
negara tersebut. Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di suatu
wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek keimigrasian yang berlaku di setiap negara
memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan
kebutuhan kenegaraannya1.
Fungsi keimigrasian Indonesia dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM di bidang keimigrasian Pasal 1 angka 6, UU No 6 tahun 2011. Fungsi keimigrasian dimaksud adalah bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan keimigrasian, penegakan hukum,
keamanan negara, dan fasilitas pembangunan kesejahteraan masyarakat2.
3
Sebagai pelaksana tugas dan fungsi penegakan hukum Internasional dan pengamanan
negara, maka pada tataran pusat dibentuklah Direktorat Intelijen Keimigrasian dan Direktorat
Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian. Untuk mewujudkan prinsip selektif, diperlukan
kegiatan pengawasan terhadap orang asing, pengawasan ini tidak hanya pada saat orang
asing masuk ke wilayah Indonesia, tetapi juga selama orang asing berada di wilayah
Indonesia termasuk kegiatan-kegiatannya sebab terdapat orang asing yang keberadaannya
di Indonesia merugikan kepentingan bangsa.
1 Wahyudin Ukun, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, (Jakarta: PT. Adi Kencana Aji, September 2004)
2 Bagir Manan, “Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”, disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, Jakarta, 14 Januari 2000
Istilah imigrasi berasal dari bahasa latin migration yang artinya perpindahan orang
dari suatu tempat atau Negara menuju ke tempat Negara lain. Oxford Dictionary of Law juga
memberikan definisi sebagai beikut :
“Immigration is the act of entering a country other than one’s native country with the
intention of living theree permanently”4.
Dari definisi ini dipahami bahwa perpindahan itu mempunyai maksud yang pasti,
yakni untuk tinggal menetap dan mencari nafkah di suatu tempat baru, Oleh karena itu orang
asing yang bertamasya, atau mengunjungi suatu konferensi internasional, atau merupakan
rombongan misi kesenian dan olahraga, atau juga menjadi diplomat tidak dapat disebut
sebagai imigran.
Keimigrasian merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu negara. Mengingat
tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sangat menentukan keberadaan dan
kekuatan negara yang bersangkutan. Seluruh warga Indonesia maupun warga negara asing
setiap kali keluar masuk wilayah Indonesia, pasti akan melewati bagian keimigrasian. Tidak
jarang bahkan sering, persoalan kewarganegaraan suatu negara berkembang menjadi
persoalan yang besar akibat kelengahan dari bagian keimigrasian tersebut5.
Banyaknya persoalan atau masalah tindak pidana yang terjadi dalam lingkup
keimigrasian meliputi, overstay ( WNA yang tinggal di negara indonesia melebihi batas ijin
tinggal), penggunaan visa yang tidak sesuai, perlu penanganan khusus dari pihak
keimigrasian indonesia. Jumlah kasus yang ditangani oleh pihak keimigrasian Jogjakarta dari
periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2015 ialah 24 kasus. Kasus yang sering ditangani
4Oxford Dictionary Of Law
5
oleh pihak kantor imigrasi Jogjakarta ialah kasus penyalahgunaan visa dan WNA yang
melebihi batas tinggal di Indonesia (overstay).
Orang asing yang datang ke Indonesia dan memiliki izin keimigrasian tersebut hanya
dapat tinggal di Indonesia selama waktu yang ditentukan dalam izin keimigrasiannya
tersebut. Apabila orang asing yang datang ke Indonesia memiliki izin yang telah habis masa
berlakunya atau melebihi batas waktu izin tinggal yang dikenal dengan istilah overstay, akan
dikenakan sanksi tegas oleh pihak keimigrasian, dimana sanksi tegas tersebut telah diatur
dalam UU no 6 tahun 2011 tentang keimigrasian Pasal 124 poin b dengan hukuman pidana
penjara paling lama 2 tahun dan atau denda sebesar 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
Pengawasan Orang Asing di wilayah Indonesia, berupa pengawasan terhadap orang
asing yang masuk, keberadaan, kegiatan dan keluar dari wilayah Indonesia, antara lain dapat
menimbulkan 2 (dua) kemungkinan yakni: Pertama, orang asing mantaati peraturan yang
berlaku dan tidak melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum,
hal ini tidak menimbulkan masalah Keimigrasian maupun Kenegaraan. Kedua, orang asing
tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, hal ini
menimbulkan masalah dan dapat dikenakan tindakan hukum berupa6:
1. Tindakan Hukum Pidana berupa penyidikan Keimigrasian yang merupakan bagian
daripada rangkaian Integrated Criminal Justice Sistem, sistem peradilan pidana ( penyidikan,
penuntutan, peradilan ) dan atau ;
2. Tindakan hukum administratif negara berupa tindakan keimigrasian adalah tindakan
administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan. Termasuk bagian
daripada tindakan keimigrasian ini adalah diantaranya deportasi terhadap orang asing
untuk keluar dari wilayah yurisdiksi negara kesatuan Republik Indonesia.
6
Semua tahapan-tahapan tindakan keimigrasian, tentu diperlukan adanya suatu
landasan yuridis maupun administrasi, sebagai dasar operasional dalam menangani suatu
kasus pelanggaran keimigrasian. Oleh karena pada hakekatnya tindakan keimigrasian adalah
suatu tindakan pengekangan atau pembatasan terhadap kebebasan, dan hak asasi manusia
tersebut dijamin serta dilindungi peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara
Indonesia7.
Batas waktu yang diberikan oleh pihak imigrasi suatu negara agar esensi kedaulatan
negara dapat ditegakkan dan tujuan kedatangan warga negara asing ke Indonesia harus jelas
dan tidak merugikan kepentingan negara dan rakyat dari segi budaya, ekonomi keamanan.
Maka dari itu, tindakan kantor imigrasi di Indonesia sangat penting dalam menanggulangi
tindak pidana imigrasi (overstay).
Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis mewawancarai dan mencari data
primer kepada petugas kantor imigrasi kelas 1 kota Yogyakarta. Penyidik Pegawai Negeri
Sipil yang untuk selanjutnya dalam skripsi ini disebut PPNS pada kantor imigrasi kelas satu
Jogjakarta ialah Edy Rohaedi. SH
Selama bulan Januari hingga pertengahan Juli 2016, Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta telah menangani enam kasus warga negara asing (WNA) yang menyalahi aturan berada di wilayah negara Republik Indonesia. Dari enam kasus WNA tersebut, kebanyakan
disebabkan melebihi izin tinggal atau over stay di Tanah Air. Para WNA tersebut juga telah
dikenakan tindakan administratif berupa denda dan deportasi,” ujar Kepala Kantor Imigrasi
Kelas I Yogyakarta , Agus Sonny Murdiyanto , Kamis (08/10/2016), di Yogyakarta. sesuai data, tiga di antara enam WNI itu merupakan anak-anak, sedangkan sisanya dewasa yang
menyalahgunakan visa kunjungan untuk bekerja.8
Terkait hal itu, pihak imigrasi akan intensif memantau para WNA yang berada di
wilayah hukum kerjanya, terutama WNA yang terdaftar memiliki visa bekerja. Pemantauan
penting dilakukan agar para WNA tersebut tertib melakukan laporan jika izin tinggalnya telah
7
Supramono, Gatot. Hukum Orang Asing di Indonesia. Jakarta Timur : Sinar Grafika. 2012
8
habis. Sebab, terkadang mereka lupa atau bahkan nekat tidak mengurus perizinan sehingga
harus dideportasi. 9
Adapun, kasus pendeportasian terbaru yang telah dilakukan kantor Imigrasi Kelas I
Yogyakarta adalah terhadap Dave Handerson warga negara Norwegia. Yang bersangkutan
telah menyalahi izin tinggal terbatasnya untuk bekerja. Sebelum dideportasi, Dave telah
menjalani masa sidang dan divonis bersalah dengan menjalai masa hukuman di Rumah
Yogyakarta, 7 di Kulon Progo, dan 3 WNA di Gunungkidul.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “TINDAKAN PENYIDIK PPNS DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA IMIGRASI OVERSTAY PADA KANTOR IMIGRASI KELAS 1 KOTA
JOGJAKARTA” yang penulis pilih di Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
A.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penanganan Tindak Pidana Overstay Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Pada Kantor Imigrasi ?
2. Hambatan apa yang dihadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melakukan
penanganan tindak pidana overstay ?
B.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penanggulangan dan
peran dinas imigrasi khususnya PPNS dalam menangani tindak pidana imigrasi karena
overstay serta mengetahui hambatan yang dialami oleh Dinas Imigrasi dalam menangulangi
tindak pidana imigrasi karena overstay
C.
MANFAAT PENELITIAN
9
Ada manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan
pemikiran dan pengembangan ilmu hukum dalam bidang ilmu hukum keimigrasian dalam
membantu penanggulangan tindak pidana imigrasi
D.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara sosio legal. Pendekatan
Sosio Legal merupakan suatu pendekatan yang dilakukan melalui penelaahan terhadap
kaedah-kaedah, norma-norma, peraturan-peraturan yang berlaku, dikaitkan dengan
fakta-fakta empirik implementasi dari norma-norma tersebut.10
SUMBER DATA
Bahan Hukum Primer : Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat
atau yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang–undangan, dan
putusan hakim. Bahan hukum primer, yang penulis gunakan dalam penulisan ini yaitu:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 31 tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No 6 tahun 2011
Keputusan Menteri Kehakiman RI No, M.03. PR 07.04 Tahun 1991 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.
Bahan hukum sekunder : Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang
tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil
olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu
secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah. Yang
10
dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah doktrin–doktrin yang ada di
dalam buku, jurnal hukum dan internet.
Bahan hukum tersier :
Wawancara dengan WASDAKIM Keimigrasian kelas 1 wilayah Jogjakarta
Pendekatan masalah
Pendekatan melalui perundang-undangan. Pendekatan perundang undangan yang digunakan
ialah Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian dan,
Peraturan Pemerintah No 31 tahun 2013 tentang peraturan Pelaksanaan Undang – Undang
Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Teknik pengumpulan bahan hukum
Penelitian Kepustakaan
yaitu data yang diperoleh dari daftar bacaan. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan
menganalisis buku-buku, jurnal hukum, pendapat-pendapat beberapa ahli yang dapat
dipertanggung jawabkan dan menganalisis bahan-bahan hukum.
Metode analisis
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
1. Unit Amatan dan Unit Analisis
Unit Amatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 31 tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No 6 tahun 2011.
Keputusan Menteri Kehakiman RI No, M.03. PR 07.04 Tahun 1991 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi
Unit Analisis
Yang akan di analisis dalam dalam Unit amatan di atas adalah peran dan penanggulangan
oleh dinas keimigrasian dalam tindak pidana overstay
G.
SISTEMATIKA PENELITIAN
Pada sistematika penelitian ini, penulis akan menguraikan secara singkat materi yang
yang menjelaskan dari bab pertama sampai bab yang terakhir, adapun uraian materi singkat
tersebut ialah :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab 1 penulis menguraikan tentang : Alasan Pemilihan Judul, Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika
Penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Dalam bab 2 penulis akan menganalisis apakah dinas keimigrasian mampu menanggulangi
tindak pidana overstay dan masalah apa yang dihadapi.
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN