• Tidak ada hasil yang ditemukan

BARANG MILIK NEGARA atau BMN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BARANG MILIK NEGARA atau BMN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BARANG MILIK NEGARA (BMN) TUGAS INDIVIDU

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Manajemen Sarana dan Prasarana

yang dibina oleh Prof. Dr. H. Ibrahim Bafadal, M.Pd

oleh

Intan Dina Kartika 140131604093

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

(2)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Barang Milik Negara (BMN)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 27 tahun 2014, Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Sedangkan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

BMN tersebut tidak terbatas hanya yang berada dan penguasaan kementerian/lembaga/Pemerintah Daerah, namun juga yang berada pada Perusahaan Negara dan BHMN atau bentuk-bentuk kelembagaan lainnya yang belum ditetapkan statusnya. Khusus BMN yang berada dalam penguasaan Perusahaan Negara, BHMN dan Lembaga lainnya yang belum ditetapkan statusnya menjadi kekayaan negara yang dipisahkan (Cahyo, 2011)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 6 Tahun 2006 Pasal 2, BMN/D meliputi:

1. Barang yang dibli atau diperoleh atas beban APBN/APBD dan; 2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Batasan pengertian barang-barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah adalah sebagai berikut:

3. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; 4. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; 5. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undangan; atau 6. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

(3)

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; 2. Pengadaan;

3. Penggunaan; 4. Pemanfaatan;

5. Pengamanan dan pemeliharaan; 6. Penilaian;

7. Penghapusan; 8. Pemindahtanganan; 9. Penatausahaan;

10. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

C. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran BMN

Perencanaan kebutuhan adalah suatu kegiatan merumuskan rincian kebutuhan Barang Milik Negara untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

Penganggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. (Mulyadi dalam Cahyo, 2011)

Perencanaan kebutuhan BMN disusun dalam rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga (RKA-KL) setelah memperhatikan ketersediaan barang milik negara yang ada dengan berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga. Standar barang, standar kebutuhan ditetapkan oleh pengelola barang setelah berkoordinasi dengan instansi atau dinas teknis terkait.

(4)

berada di bawah lingkungannya selanjutnya menyampaikan usul rencana kebutuhan barang milik negara kepada pengelola barang.

Menteri Keuangan selaku pengelola barang bersama pengguna barang membahas usul tersebut dengan memperhatikan data barang pada pengguna barang dan/atau pengelola barang untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN).

Menurut PP RI No 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan

Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

D. Pengadaan Barang Milik Negara

Pengadaan barang/jasa menurut Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah, Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pedoman Pelaksananaan pengadaan barang selain tanah mengacu pada Keppres Nomor 80 Tahun 2003 yang telah dirubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Dan pelaksanaan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum mengacu pada Keppres Nomor 55 Tahun 1993. (Cahyo, 2011)

(5)

Barang Milik Negara/Daerah pada dasarnya digunakan untuk

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dalam rangka menjamin tertib dalam penggunaan, pengguna barang harus melaporkan kepada pengelola barang atas semua BMN/D yang diperoleh untuk ditetapkan status penggunaannya. (Cahyo, 2011)

Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah,

penetapan status penggunaan BMN dilakukan oleh Pengelola Barang dan BMD oleh Gubernur/walikota/bupati.

Gambar 1 Kewenangan Penetapan Status Penggunaan

Tanah dan/atau bangunan, barang yang bernilai memiliki bukti

kepemilikan seperti, Sepeda motor, mobil, kapal, pesawat terbang, alat berat, dan barang yang memiliki nilai diatas Rp. 25 juta, penetapan status penggunaannya oleh Pengelola Barang. Barang selain tanah dan bangunan yang bernilai sampai dengan Rp. 25 juta, penetapan status penggunaannya oleh Pengguna Barang. Sementara Alat Utama Sistem Persenjataan yang dimiliki POLRI dan TNI, tidak perlu dilakukan penetapan status penggunaannya.

(6)

1. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan

a. Tahap Persiapan

1) Penyelesaian Dokumen (Sertifikat tanah/IMB) b. Tahap Pengajuan Usul Penetapan Status Penggunaan

1) KPB pengajuan permintaan penetapan (1 bulan setelah dokumen diterima)

2) Pengguna barang merneruskan usul kepada Pengelola Barang (1 bulan setelah dokumen diterima)

c. Tahap Penetapan Suatu Penggunaan

1) Pengelola Barang menetapkan status penggunaan dengan Surat Keputusan

d. Tahap Pendaftaran, Pencatatan, Penyimpanan Dokumen

1) Pengelola Barang melakukan pendaftaran, pencatatan, penyimpanan dokumen dalam Daftar Barang Milik Negara dan Daftar Barang Pengguna

2. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan

Gambar 2 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan

(7)

Gambar 3 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh pihak lain

4. Tata Cara Penetapan Kembali Status Penggunaan BMN Tanah dan/atau Bangunan yang Tidak Dipergunakan.

(8)

Gambar 4 Tatacara Penetapan Kembali Status Penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yg tdk dipergunakan

Pengguna barang/Kuasa Pengguna Barang yang tidak menyerahkan barang yang tidak/sudah tidak digunakan seperti tersebut di atas dapat dikenakan sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan tanah dan/atau bangunan dimaksud.

5. Tata Cara Pengalihan Status Penggunaan BMN Tanah antar Pengguna Barang.

Gambar 5 Tata Cara

(9)

F. Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah

Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah, Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi Barang Milik Negara/Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Pemanfataan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh:

1. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya;

2. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang; 3. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang

Milik Negara yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang; atau 4. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang

Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan.

Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan kepentingan umum.

Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa:

1. Sewa;

Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh Pengelola Barang. Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan terhadap:

a. Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

b. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota, dan dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/ Walikota.

c. Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang;

d. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau;

(10)

Barang Milik Negara/Daerah dapat disewakan kepada Pihak Lain. Jangka waktu Sewa Barang Milik Negara/ Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Jangka waktu Sewa Barang Milik Negara/Daerah dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk:

a. kerja sama infrastruktur, Besaran Sewa atas Barang Milik Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur dapat

mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur.

b. kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun; atau

c. ditentukan lain dalam Undang-Undang.

Formula tarif/besaran Sewa Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah dan/ atau bangunan ditetapkan oleh Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara atau Gubernur /Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah. Sewa Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan perjanjian, yang sekurang-kurangnya memuat:

a. para pihak yang terikat dalam perjanjian;

b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran Sewa, dan jangka waktu; c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan

selama jangka waktu Sewa; dan d. hak dan kewajiban para pihak.

Hasil Sewa Barang Milik Negara/Daerah merupakan penerimaan negara dan seluruhnya wajib disetorkan ke rekening Kas Umum Negara/Daerah. Penyetoran uang Sewa harus dilakukan sekaligus secara tunai paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum ditandatanganinya perjanjian Sewa Barang Milik Negara/Daerah. Kecuali, penyetoran uang Sewa Barang Milik Negara/Daerah untuk kerja sama infrastruktur dapat dilakukan secara bertahap dengan persetujuan Pengelola Barang.

2. Pinjam Pakai

Pinjam Pakai Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan antara

(11)

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Jangka waktu Pinjam Pakai Barang Milik Negara/Daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang 1 (satu) kali. 3. Kerja Sama Pemanfaatan

Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan terhadap:

a. Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

b. Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota; c. Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang;

d. Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang; atau

e. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan ketentuan:

a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah untuk memenuhi biaya operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang diperlukan terhadap Barang Milik Negara/Daerah tersebut;

b. mitra Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan melalui tender, kecuali untuk Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan langsung;

c. Penunjukan langsung mitra Kerja Sama Pemanfaatan atas Barang Milik Negara/Daerah yang bersifat khusus dilakukan oleh Pengguna Barang terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki bidang dan/atau wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. mitra Kerja Sama Pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ke rekening Kas Umum Negara/Daerah;

e. besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil Kerja Sama Pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh:

(12)

serta sebagian tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang;

2) Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan;

3) Pengguna Barang dan dapat melibatkan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; atau

4) Pengelola Barang Milik Daerah, untuk Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

4. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; atau

Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut.

Jangka waktu Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna paling lama 30 (tiga puluh} tahun sejak perjanjian ditandatangani. Penetapan mitra Bangun Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui tender. Semua biaya persiapan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna yang terjadi setelah ditetapkannya mitra Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna dan biaya pelaksanaan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna menjadi beban mitra yang bersangkutan. Mitra Bangun Guna Serah Barang Milik Negara harus menyerahkan objek Bangun Guna Serah kepada Pengelola Barang dan

Gubernur/Bupati/Walikota pada akhir jangka waktu pengoperasian, setelah dilakukan audit oleh aparat pengawasan intern Pemerintah.

5. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Kerja Sama Penyediaan lnfrastruktur atas Barang Milik Negara/Daerah dilakukan antara Pemerintah dan Badan Usaha. Badan Usahanya berbentuk:

(13)

b. Badan Usaha Milik Negara;

c. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau d. koperasi.

Jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperpanjang. Penetapan mitra Kerja Sarna Penyediaan Infrastruktur dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan. Mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur harus menyerahkan objek Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur kepada Pemerintah pada saat

berakhirnya jangka waktu Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur sesuai perjanjian. Barang hasil Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur menjadi Barang Milik Negara/Daerah sejak diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian.

G. Pengamanan dan Pemeliharaan BMN/D

Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang berada dalam penguasaannya. Pengamanan meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum. Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah harus

disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan dan dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah dan pengguna barang. Bukti kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah wajib disimpan dengan tertib dan aman.

(14)

Pengelola Barang dapat menetapkan kebijakan asuransi atau

pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik Negara tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. Gubernur/Bupati/Walikota dapat rnenetapkan kebijakan asuransi atau pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik Daerah tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.

Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang. Biaya pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dalam hal Barang Milik Negara/Daerah dilakukan Pemanfaatan dengan Pihak Lain, biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyewa, peminjam, mitra Kerja Sama Pemanfaatan, mitra Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna, atau mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur. Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan Barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkan secara tertulis Daftar Hasil Pemeliharaan Barang tersebut kepada Pengguna Barang secara berkala.

H. Penilaian BMN/D

Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah, Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan, kecuali dalam hal untuk:

1. Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai; atau 2. Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah.

(15)

Gubernur/Bupati/Walikota dengan berpedoman pada ketentuan Pemerintah yang berlaku secara nasional.

I. Penghapusan BMN/D

Menurut PP RI No 27 tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah, Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk

membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/Pmk.06/2014 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara, ruang lingkup pelaksanaan penghapusan BMN adalah pengelola barang dan pengguna

barang/kuasa pengguna barang. Pelaksana penghapusan BMN terdiri atas

Pengelola Barang, untuk BMN berupa: tanah dan/atau bangunan yang diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang; tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang berasal dari perolehan lain yang sah yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, untuk BMN yang status penggunaannya berada pada Pengguna

Barang/Kuasa Pengguna Barang berupa: tanah dan/atau bangunan; sebagian tanah; selain tanah dan/atau bangunan.

BMN selain tanah dan/atau bangunan termasuk tetapi tidak terbatas pada BMN berupa perangkat lunak (software) komputer, lisensi, waralaba (franchise), paten, hak cipta, dan hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka

Pengelola Barang melakukan Penghapusan BMN dengan cara menghapus BMN dari DBPL. Penghapusan BMN dari DBPL dilakukan dalam hal BMN sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola Barang karena: beralihnya kepemilikan, sebagai akibat dari:

(16)

Selain alasan Penghapusan BMN dari DBPL dapat pula dilakukan karena penyerahan kepada Pengguna Barang atau ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebab-sebab lain merupakan sebab-sebab yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, seperti rusak berat, hilang, susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati/cacat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan, dan sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure). Dan dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, seperti rusak berat, hilang, susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati/cacat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan, dan sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure). Penghapusan BMN dari DBPL dilakukan dengan menerbitkan keputusan Penghapusan.

J. Pemindahtanganan BMN/D

Menurut Hoesada, J. & Mei Ling (2014) Pemindahtangan BMN bukan tanah/bangunan bernilai wajar diatas Seratus Miliar oleh Pemerintah Pusat dilakukan setelah mendapat persetujuan DPR sesuai Pasal 55 (1) a, kecuali memang sudah tak sesuai tataruang & penataan kota, bangunan lama diruntuhkan untuk diganti bangunan baru, tanah/bangunan diperuntukkan bagi pegawai negeri, atau dikuasai negara berdasarkan Pasal 55 (3)

Pemindahtanganan BMN bukan tanah/bangunan bernilai wajar tepat Rp.100 Miliar kebawah dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa perlu persetujuan DPR. Dengan demikian, nilai buku aset tercantum dineraca dan pada subledger (pembukuan) tak dapat digunakan, karena tak selalu merepresentasikan nilai wajar.

Dibutuhkan PMK khusus tentang (1)tatacara penetapan status tidak diperlukan lagi (vide Pasal 54(1) dan (2) penetapan nilai wajar BMN yang akan dipindahtangankan, agar tak menimbulkan berbagai masalah dan temuan

(17)

Sejalan dengan pengelolaan BMN pada pemerintah

pusat.Pemindahtanganan BMD Tanah atau Bangunan pada tataran pemerintah daerah sedikit berbeda. Penilaian BMD berupa tanah/bangunan untuk

pemindahtanganan-kecuali penjualan BMD tanah untuk rumah susun-berdasar nilai wajar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai Ayat (4) Pasal 50 dilakukan Penilai Pemerintah atau Penilai Publik yang ditetapkan

Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 50. Pemindahtanganan BMD tanah dan/atau bangunan–tanpa peduli betapa kecil nilainya- harus dengan persetujuan DPRD, bukan Kepala Daerah, sesuai Pasal 55 (2).

Penilaian BMD tanah/bangunan untuk pemanfaatan dan

pemindahtanganan berdasar nilai wajar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai Ayat (3) Pasal 51 dilakukan tim yang ditetapkan

Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51 dengan/tanpa Penilai yang ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51. Hasil penilaian Tim tanpa bantuan penilai disebut nilai taksiran sesuai Ayat (4) Pasal 51,

selanjutnya digunakan Gubernur/Bupati/Walikota untuk BMN tersebut sesuai Ayat (5) Pasal 51 dan Permendagri tentang Penilaian BMD.

Pemindahtangan BMD bukan tanah/bangunan bernilai wajar diatas Rp. 5 Miliar oleh Pemerintah Daerah dilakukan setelah mendapat persetujuan DPRD. Pemindahtangan BMD selain tanah/bangunan bernilai wajar tepat Rp.5 Miliar kebawah dilakukan oleh Pemerintah Daerah tanpa perlu persetujuan DPRD. Dengan demikian nilai buku aset tercantum dineraca Pemda tak dapat digunakan untuk pengelolaan BMD, karena tak selalu merepresentasikan nilai wajar.

Dibutuhkan Permendagri khusus tentang (1) tatacara penetapan status tidak diperlukan lagi (vide Pasal 54(1) dan (2) tatacara penetapan nilai wajar BMD yang akan dipindahtangankan, agar tak menimbulkan berbagai masalah dan temuan pelanggaran dalam audit BPK.

(18)

Pengguna Barang untuk BMN tersebut sesuai Ayat (5) Pasal 51 dan PMK tentang Penilaian BMN.

Pada tataran pemerintah daerah, penilaian BMDberupa tanah/bangunan untuk pemanfaatan dan pemindahtanganan berdasar nilai wajar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai Ayat (3) Pasal 51 dilakukan tim yang ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51 dengan/tanpa Penilai yang ditetapkan Gubernur/Bupati/Walikota sesuai Ayat (2) Pasal 51. Hasil penilaian Tim tanpa bantuan penilai disebut nilai taksiran sesuai Ayat (4) Pasal 51, selanjutnya digunakan Gubernur/Bupati/Walikota untuk BMN tersebut sesuai Ayat (5) Pasal 51 dan Permendagri tentang Penilaian BMD.

K. Penatausahaan BMN/D

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pmk 120/Pmk.06/2007 Tentang Penatausahaan Barang Milik NegaraDaftar Barang Milik Negara, yang

selanjutnya disebut DBMN, adalah daftar yang memuat data BMN berupa tanah dan/atau bangunan idle yang disusun oleh Pengelola Barang. Daftar Barang Milik Negara Kantor Wilayah, yang selanjutnya disebut DBMN-KW, adalah daftar yang memuat data BMN berupatanah dan/atau bangunan idle yang berada di wilayah kerja dan disusun oleh Kanwil DJKN.Daftar Barang Milik Negara Kantor Daerah, yang selanjutnya disebutDBMN-KD, adalah daftar yang memuat data BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle yang berada diwilayah kerja dan disusun oleh KPKNL. Daftar Barang Pengguna, yang selanjutnya disebut DBP, adalah daftar yang memuat data BMN yang disusun oleh masing-masing UPPB pada Pengguna Barang. Daftar Barang Pengguna Eselon I, yang selanjutnya disebut DBP-E1, adalah daftar yang memuat data BMN yang disusun oleh masingmasing UPPB-E1 pada tingkat unit eselon I Pengguna Barang.

Daftar Barang Pengguna Wilayah, yang selanjutnya disebut DBP-W, adalah daftar yang memuat data BMN yang disusun oleh masingmasing

(19)

yang disusun oleh masingmasing UPKPB pada Kuasa Pengguna Barang. Daftar Kebutuhan BMN, yang selanjutnya disebut DKBMN, adalah daftar yang memuat rincian kebutuhan BMN pada masa yang akan datang. Daftar Kebutuhan

Pemeliharaan Barang, yang selanjutnya disebut DKPB, adalah daftar yang memuat rincian kebutuhan pemeliharaan BMN pada suatu periode tertentu yang disusun berdasarkan daftar barang. Daftar Hasil Pemeliharaan Barang, yang selanjutnya disebut DHPB, adalah daftar yang memuat hasil pemeliharaan BMN yang dilakukan dalam satu tahun anggaran.

Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas

Pembantuan. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut DJKN, adalah unit eselon I pada Departemen Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang, dan lelang, dan dalam hal ini merupakan pelaksana penatausahaan BMN di tingkat pusat pada Pengelola Barang.

Dokumen Kepemilikan adalah dokumen yang sah yang merupakan bukti kepemilikan atas BMN. Dokumen Pengelolaan adalah dokumen yang merupakan hasil dari kegiatan pengelolaan BMN. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMN. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, yang selanjutnya disebut KPKNL, adalah instansi vertikal DJKN yang berada dibawah dan

(20)

Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakan BMN yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Kode Lokasi adalah kode yang dipergunakan untuk mengidentifikasikan unit penanggung jawab BMN. Kode Registrasi adalah kode yang diberikan pada setiap BMN yang terdiri dari kode lokasi ditambah dengan tahun perolehan dan kode barang ditambah dengan nomor urut pendaftaran. Kodefikasi barang adalah pemberian kode barang milik Negara sesuai dengan penggolongan masing-masing barang milik negara. Laporan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut LBMN, adalah laporan yang disusun oleh Pengelola Barang berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle dan laporan yang dihimpun dari LBP atau LBMN-KW secara semesteran dan tahunan. Laporan Barang Milik Negara Kantor Wilayah, yang selanjutnya disebut LBMN-KW, adalah laporan yang disusun oleh Kanwil DJKN selaku Pengelola Barang berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle danlaporan yang dihimpun dari LBP-W atau LBMN-KD diwilayah kerjanya secara

semesteran dan tahunan.

(21)

Laporan Barang Kuasa Pengguna, yang selanjutnya disebut LBKP, adalah laporan yang disusun oleh Kuasa Pengguna Barang yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir periode tertentu secara semesteran dan tahunan serta mutasi yang terjadi selama periode tersebut. Pemindahtanganan BMN adalah pengalihan kepemilikan BMN dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal pemerintah. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang

meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai ketentuan yang berlaku. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.

Penggolongan barang adalah kegiatan untuk menetapkan secara sistematik mengenai BMN ke dalam golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan BMN. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

Rencana Kebutuhan BMN, yang selanjutnya disebut RKBMN, adalah rincian kebutuhan BMN pada masa yang akan datang yang disusun berdasarkan pengadaan barang yang telah lalu dan keadaan yang sedang berjalan. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggungjawab kepada gubernur/bupati/walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan, desa, dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah. Pelaksana Penatausahaan adalah unit yang melakukan penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna

Barang/Pengguna Barang, dan pada Pengelola Barang. Tanah dan/atau Bangunan Idle adalah tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

(22)

wilayah atau unit kerja lain yang ditetapkan sebagai UPPB-W oleh Pengguna Barang. Unit Penatausahaan Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya disebut UPPB-E1, adalah unit organisasi yang membantu melakukan penatausahaan BMN pada tingkat Eselon I Pengguna Barang.

Unit Penatausahaan Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut UPPB, adalah unit yang melakukan penatausahaan BMN pada Pengguna Barang. Ruang lingkup penatausahaan BMN meliputi kegiatan pembukuan,

inventarisasi, dan pelaporan BMN;Sasaran penatausahaan BMN meliputi :

a. semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

b. semua barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi : 1) barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenisnya; 2) barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/ kontrak; 3) barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau 4) barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

L. Pelaksana Penatausahaan

Penatausahaan BMN meliputi penatausahaan pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan Pengelola Barang:

1. pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dilakukan oleh unit penatausahaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang; dan 2. pada Pengelola Barang dilakukan oleh unit penatausahaan Pengelola

Barang.

3. Dalam pelaksanaan penatausahaan BMN di Kantor Wilayah dan/atau Unit Eselon I, Pengguna Barang dibantu oleh unit penatausahaan wilayah dan/atau unit penatausahaan eselon I.

Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dilaksanakan oleh : a. UPKPB;

b. UPPB-W;

(23)

Dalam melaksanakan penatausahaan BMN, Pelaksana Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang juga melakukan tugas dan fungsi akuntansi BMN.

Penatausahaan BMN pada Pengelola Barang dilaksanakan oleh : a. KPKNL;

b. Kanwil DJKN; dan c. DJKN.

M. Pembukuan atau Pengawasan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pmk 120/Pmk.06/2007 Tentang Penatausahaan Barang Milik Negara Daftar Barang Milik Negara menyatakan bahwa:

1. Pelaksana Penatausahaan BMN melaksanakan proses pembukuan.

2. Pelaksana Penatausahaan BMN harus menyimpan dokumen kepemilikan, dokumen penatausahaan dan/atau dokumen pengelolaan.

Pelaksana Penatausahaan pada Pengguna Barang masing-masing dalam pembukuannya harus :

1. UPKPB membuat Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), yang berupa daftar barang yang status penggunaannya berada pada Kuasa Pengguna Barang;

2. UPPB-W membuat Daftar Barang Pengguna Wilayah (DBP-W), yang berupa gabungan daftar barang dari masing-masing UPKPB yang berada di wilayah kerjanya;

3. UPPB-E1 membuat Daftar Barang Pengguna Eselon I (DBP-E1), yang berupa gabungan daftar barang dari masing-masing UPKPB dan/atau UPPB-W yang berada di wilayah kerjanya;

4. UPPB membuat Daftar Barang Pengguna (DBP), yang berupa gabungan daftar barang dari masing-masing UPPB-E1, UPPB-W dan/atau UPKPB. Pelaksana Penatausahaan pada Pengelola Barang masing-masing dalam

pembukuannya harus :

(24)

2. Kanwil DJKN membuat Daftar Barang Milik Negara Kantor Wilayah berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMN-KW-T/B), yang berupa gabungan DBMN-KD-T/B yang berada di wilayah kerjanya;

3. DJKN membuat Daftar Barang Milik Negara berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMN-T/B), yang berupa gabungan DBMN-KW-T/B. Pencatatan atas BMN dilakukan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan BMN, termasuk tetapi tidak terbatas pada: 1) penetapan status penggunaan BMN; 2) pemanfaatan BMN; 3) penghapusan BMN; 4) pemindahtanganan BMN; dan 5) inventarisasi BMN.

Setiap adanya perubahan data terkait dengan pengelolaan BMN,

dilaporkan kepada Pelaksana Penatausahaan. Pelaporan adanya perubahan data dilakukan setelah adanya perubahan, kecuali inventarisasi BMN. Pengelola Barang dapat menolak usulan pemanfaatan, penghapusan atau pemindahtanganan dari Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang terhadap BMN yang tidak

tercantum dalam daftar barang pada Pengelola Barang.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, J. N. 2011. Pengelolaan Barang Milik Negara. (Online),

(https://jokonurcahyo.wordpress.com/category/pengelolaan-barang-milik-negara-bmn/), diakses 10 April 2016.

Hoesada, J. & Mei Ling. 2014. Barang Milik Negara/Daerah. (Online),

(http://www.ksap.org/ sap/barang -milik-negaradaerah/), diakses 10 April 2016.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor Pmk 120/Pmk.06/2007 Tentang

Penatausahaan Barang Milik Negara Daftar Barang Milik Negara. (Online), (http://www.pu.go.id/uploads/services/

infopublik20140617122937.pdf), diakses 10 April 2016.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. (Online), (http://www.bappenas.go.id /files/6613/5229/8311/pp-no-6-tahun-2006-tentang-pengelolaan-barang-milik-negara-daerah.pdf), diakses 10 April 2016.

Gambar

Gambar 1 Kewenangan Penetapan Status Penggunaan
Gambar 2 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN selain tanah dan/atau
Gambar 3 Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh
Gambar 4 Tatacara Penetapan Kembali Status Penggunaan BMN berupa tanah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil perbandingan yang terdapat diatas dapat diperoleh bahwa 100% data atau semua tanggal pengujian malasasih yang diujikan telah menghasilkan

Regulasi emosi yang tinggi yang dimiliki oleh beberapa atlet tinju Arhanudse 8 juga menunjukan tingkat agresivitas yang rendah cenderung sportif dalam pertandingan dan

Sedangkan kelompok 2 adalah DKI Jakarta, kelompok 3 adalah provisi Jawa Barat, kelompok 4 adalah provinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan, kelompok 5 adalah

Individu adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, dan karena itu ada dua individu sama, satu dengan yang lainnya berbeda. 18 Individu

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan

Saldo BMN berupa aset bersejarah pada Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran Pengadilan Negeri Ciamis per 31 Desember 2017 adalah sebanyak 0 unit, jumlah

Dasar pertimbangan hukum Majelis Hakim mengabulkan permohonan seorang perceraian Pegawai Negeri Sipil tanpa ada surat izin dari atasannya pada Putusan Nomor:

Alasannya adalah bahwa perbedaan yang agak besar antara konsumsi pembangkit dari terminal selagi suatu kapal pengangkut LNG sedang membuang sauh (17,900 kVA) dan yang normal