PENERAPAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL DALAM MELIHAT PENGARUH LOKASI TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KORBAN
LAKA LANTAS DIY
Yuni Rafita, Lusi Indah Safitri, Anna Rahmatika, Putri Madrawatty Uar
Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia ( UII)
Jl. Kaliurang Km 14.5 Sleman, Yogyakarta E-Mail : yuni.rafita@yahoo.com
ABSTRAK
Peningkatan jumlah kenderaan memicu semakin banyak ditemukan fakta yang menunjukkan bahwa jalan raya justru menjadi ladang pembunuhan manusia modern. Berdasarkan data Polri tahun 2011 rata-rata 84 orang meninggal setiap harinya atau 3-4 orang meninggal setiap jamnya akibat kecelakaan lalu lintas. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan kota pendidikan, tujuan pariwisata dan kebudayaan memiliki jumlah kecelakaan yang terbilang tinggi. Profil kesehatan pemprov DIY tahun 2011, menyebutkan bahwa kematian akibat cedera intracranial (kecelakaan) yang selama ini kurang mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam dalam tiga tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum kecelakaan lalu lintas DIY pada tahun 2012 dan melihat pengaruh lokasi/ wilayah terhadap tingkat keparahan korban laka lantas DIY. Lokasi yang dimaksud adalah lima Kabupaten/Kota yang terdapat di DIY, sedangkan tingkat keparahan terbagi menjadi tiga yaitu luka ringan, luka berat, dan meninggal dunia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik ordinal. Berdasarkan analisis deskriptif, didapatkan bahwa tahun 2012 terdapat sebanyak 4457 kejadian dengan korban yang mengalami luka ringan sebanyak 5871 orang, luka berat sebanyak 678 orang, dan meninggal dunia sebanyak 431 orang. Kejadian laka lantas terbanyak terdapat pada Kabupaten Sleman. Hasil analisis regresi ordinal menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lokasi kecelakaan terhadap tingkat keparahan korban. Lokasi yang berpengaruh signifikan adalah Kabupaten Gunung Kidul dan Sleman. Peluang kondisi korban yang paling besar adalah menderita luka berat yaitu sekitar 0.769 untuk Kabupaten Kidul dan 0.762 untuk Kabupaten Sleman.
Kata Kunci : Regresi Logistik Ordinal, Laka Lantas, DIY
PENDAHULUAN
Semakin tingginya mobilitas masyarakat modern di era globalisasi saat ini berdampak pada semakin banyaknya jumlah kendaraan yang memicu terjadinya kepadatan lalu lintas. Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), selama 2012, pertambahan terbanyak adalah mobil pribadi dan sepeda motor, masing-masing 12 persen. Sepeda motor baru yang dibeli konsumen pada tahun lalu mencapai 8.551.047 unit. Sedangkan mobil pribadi baru yang dicatat kepolisian mencapai 984.314 unit. Sepeda motor jumlahnya 77,7 juta unit atau 82,4 persen. Mobil pribadi 9,5 juta unit atau 10 persen, disusul mobil barang, bus dan kendaraan khusus (kurniawan,2013).
31.186 jiwa. Rata-rata 84 orang meninggal setiap harinya atau 3-4 orang meninggal setiap jamnya akibat kecelakaan lalu lintas. Korban dari kecelakaan tersebut sebesar 67% berada pada usia produktif (Wulan, 2012).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 penyebab terbesar ketiga kematian adalah kecelakaan jalan raya, tepat dibawah penyakit jantung dan depresi. WHO mencatat bahwa 1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya di jalan raya akibat kecelakaan, dimana 40% diantaranya berusia 25 tahun. Sementara itu, jutaan orang lainnya mengalami luka parah dan cacat fisik akibat kecelakaan (WaspadaNews, 2012).
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan kota pendidikan, tujuan pariwisata dan kebudayaan memiliki jumlah kecelakaan yang terbilang tinggi. Berdasarkan profil kesehatan pemprov DIY tahun 2011, kematian akibat cedera intracranial (kecelakaan) yang selama ini kurang mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam dalam tiga tahun terakhir. Fenomena ini tentunya memerlukan perhatian oleh berbagai pihak mengingat aktivitas dijalan tidak dapat dihindari dalam kegiatan sehari-hari setiap individu.
Telah terdapat beberapa penelitian yang dilakukan tentang kecelakaan lalu lintas, diataranya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penyebab kecelakaan Treat et al (1977) dan Austroad (2002), diungkap kembali oleh Mulyono (2008). Kedua penelitian tersebut difokuskan pada 3 (tiga) penyebab utama terjadinya kecelakaan, yaitu: (1) manusia; (2) kendaraan; dan (3) jalan dan lingkungan. Disebutkan bahwa interaksi antara manusia dan infrastruktur jalan memiliki persentase berturut-turut sebesar 34,8% dan 24%.
Namun, penelitian mengenai pengaruh lokasi terhadap tingkat kecelakaan di DIY sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian tentang penyebab kecelakaan lalu lintas di DIY sangat penting dilakukan, agar dapat dilakukan berbagai upaya yang tepat untuk menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas dan memberi masukan kepada berbagai pihak. Lokasi kecelakaan merupakan bagian penting yang perlu dilakukan analisis lebih lanjut agar dapat memfokuskan berbagai upaya pencegahan kecelakaan pada setiap daerah yang rawan lakalantas.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat kecelakaan lalu lintas Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan judul “Penerapan Regresi Logistik Ordinal Untuk Melihat Pengaruh Lokasi Terhadap Tingkat Keparahan Korban Laka Lantas DIY”.
Rumusan masalah yang penulis ajukan adalah :
1. Bagaimana profil kecelakaan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012?
2. Bagaimana pengaruh lokasi kecelakaan terhadap tingkat kecelakaan lalu lintas Daerah Istimewa Yogyakarta?
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari laporan Ditlantas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012. Penelitian dilakukan untuk melihat gambaran umum tingkat laka lantas Daerah Istimewa Yogyakarta dan melihat pengaruh lokasi terhadap tingkat laka lantas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengolahan data penelitian menggunakan bantuan Microsoft Excel dan SPSS 16.0.
Variabel Penelitian
a. Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keparahan korban kecelakaan lalu lintas, dimana keparahan ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
0 = Korban luka ringan 1 = Korban luka berat 2 = Korban meninggal b. Independen
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang diduga mempengaruhi variabel dependen, variabel-variabel tersebut adalah lokasi laka lantas yaitu:
1 = Kota Yogyakarta 2 = Kab Bantul 3 = Kab Kulonprogo 4 = Kab Gunung Kidul 5 = Kab Sleman
Hipotesis Penelitian
Nazir (2005), menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan berbagai studi terdahulu yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan yaitu Lokasi laka lantas (X), mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas Daerah Istimewa Yogyakarta (Y). Pada penelitian ini peneliti menggunakan α sebesar 0.05 .
Metode analisis data
Model yang dipakai untuk regresi logistik ordinal adalah model logit. Model logit tersebut adalah cumulative logit models. Peluang kumulatif, P(Y ≤ j |xi) didefinisikan sebagai berikut:
P(Y ≤ j |xi) =
∑ β
∑ β (1)
dengan = ( , …. , ) merupakan nilai pengamatan ke-i (i = 1, 2, ..., n) dari setiap p variabel independen.
PEMBAHASAN
A. Profil Kecelakaan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 1. Jumlah Kejadian Laka Lantas Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan data yang diperolah dari Ditlantas Polda DIY, diperoleh bahwa selama tahun 2012 terdapat sebanyak 4457 kejadian. Jumlah kejadian laka lantas menurut Kab/Kota dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Laka Lantas 2012
Berdasarkam Gambar 1. diperoleh bahwa jumlah kejadian laka lantas tertinggi terdapat pada Kabupaten Sleman yaitu sebanyak 1584, kemudian posisi kedua pada Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 1420, selanjutnya diikuti oleh Kota Yogyakarta dengan jumlah laka lantas yaitu sebanyak 678 dan Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 452, selanjutnya Kabupaten Kulonprogo yaitu sebanyak 323.
Kot a Yogyakart a
Kab.Bant ul Kab.Kulon
progo
Kab. Gunung
kidul
Kab. Slem an 678
1420
323
452
1584
2. Jumlah Kerugian Akibat Laka Lantas
Adapun jumlah kerugian material akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah hukum Polda DIY Dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Kerugian Materil Akibat Laka Lantas
Kab/kota Kerugian Materill
Kota Yogyakarta Rp 680,041,000.00 Kab.Bantul Rp 620,125,000.00 Kab.Kulon progo Rp 178,699,550.00 Kab. Gunung kidul Rp 406,608,000.00 Kab. Sleman Rp 1,429,295,000.00
Jumlah Rp 3,314,768,550.00
Jumlah kerugian akibat kecelakaan di lingkungan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai Rp. 3,314,768,550.00 dengan kerugian materil yang tertinggi terjadi pada Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp. 1,429,295,000.00.
3. Karakteristik Korban Laka Lantas DIY
Menurut keadaan korban, kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi tiga kategori yaitu luka ringan, luka berat dan meninggal dunia. Gambar 2. menunjukkan jumlah kecelakaan menurut jenis keadaan korban.
Kot a Yogyakar t a
Kab.Bant ul Kab.Kulon
progo
Kab. Gunung
kidul
Kab. Slem an 637
1974
652 543
2065
30 17 11 124
496
16 141 53 43 178
Jenis Keadaan Korban Laka Lantas
Gambar 2. Grafik Jenis Keadaan Korban Laka Lantas
Selama tahun 2012 berdasarkan tingkat keparahan korban untuk korban yang mengalami luka ringan sebanyak 5871 orang, luka berat sebanyak 678 orang, dan meninggal dunia sebanyak 431 orang. Berdasarkan grafik pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa jumlah korban terbanyak terdapat pada Kabupaten Sleman pada setiap kategori keadaan korban. Korban laka lantas yang mengalami luka ringan sebanyak 2065 orang, korban laka lantas yang mengalami luka berat sebanyak 496 orang, dan korban kecelakaan yang meninggal dunia sebanyak 178 orang.
B. Analisis Regresi Logistik Ordinal
Analisis regresi logistik ordinal digunakan untuk mengetahui pengaruh lokasi (Kab/Kota) tempat kejadian laka lantas terhadap tingkat keparahan korban. Pengolahan data menggunakan bantuan program statistik MINITAB 14. Pada analisis regresi logistik ordinal terdapat dua pengujian yaitu pengujian secara simultan dan pengujian secara parsial
1. Uji G ( Uji Signifikansi keseluruhan model)
Pengujian seluruh variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama (simultan) dilakukan dengan menggunakan uji G.
Berikut output hasil uji signifikansi keseluruhan model :
Berdasarkan hasil uji G tersebut, karena P-value = 0.000 < α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas (lokasi laka lantas) secara bersama-sama terhadap tingkat kecelakaan /kondisi korban. Sehingga perlu dilakukan pengujian parsial untuk melihat variabel mana yang signifikan.
2. Uji Wald ( Uji Signifikansi masing-masing parameter secara parsial)
Pengujian variabel bebas secara parsial dilakukan dengan melihat nilai P-value pada statistik uji Wald. Uji Wald bertujuan untuk menguji signifikansi secara parsial masing-masing variabel prediktor.
Tabel 2. Uji Signifikansi Parameter Secara Parsial
Variabel
Prediktor β
Nilai Uji
Wald P_value
Hasil Uji Signifikansi
Konstanta (1) 2.62845 17.22 0.000 Signifikan Konstanta (2) 3.71736 23.54 0.000 Signifikan
X(2) -0.14722 -0.85 0.394 Tidak
Signifikan
X (3) -0.35446 -1.78 0.075
Tidak Signifikan
X (4) -1.42324 -8.06 0.000 Signifikan
X (5) -1.46548 -9.22 0.000 Signifikan
Berdasarkan hasil uji wald pada Tabel 2. diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk konstanta, kedua konstanta berpengaruh signifikan, ini ditunjukkan dengan nilai P-value = 0.0000 yang lebih kecil dari α yang digunakan peneliti yaitu 0.05. Sedangkan untuk variabel lokasi (X), terdapat dua variabel prediktor yang signifikan yaitu Gunung Kidul (X(4)) dan Sleman (X(5)).
Berdasarkan estimasi parameter yang ditunjukkan pada Tabel 2, maka fungsi logitnya dapat ditulis sebagai berikut :
Logit 1 = 2.6285 – 1.42324 X (4) – 1.46548 X (5) Logit 2 = 3.71736 – 1.42324 X (4) – 1.46548 X (5)
Berdasarkan nilai logit tersebut dapat dihitung peluang tingkat keparahan /kondisi korban laka lantas berdasarkan lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut :
a. Peluang Korban Luka Berat ( π1)
P(y=1) = P ( y ≤ 1 ) = ( . – . ( )– . ( ) ) ( . – . ( )– . ( ) ) b. Peluang Korban Meninggal Dunia ( π2 )
π2 = P ( y ≤ 2 ) – P ( y = 1)
P (y ≤ 2 ) = ( . – . ( )– . ( ) ) ( . – . ( )– . ( ) ) c. Peluang Korban Luka Ringan ( π0 )
π0 = 1 – P ( y ≤ 2 )
Tabel 3. Peluang Kondisi Korban berdasarkan Lokasi Lokasi Luka Ringan Luka Berat
Meninggal Dunia
Gunung Kidul 0.091611112 0.769450317 0.138938571
Sleman 0.095187423 0.76187196 0.142940616
Berdasarkan tabel 3. didapatkan bahwa pada kedua lokasi yaitu pada Kabupaten Gunung Kidul dan Sleman, peluang kondisi korban yang paling besar adalah menderita luka berat yaitu sekitar 0.769 untuk Kabupaten Gunung Kidul dan 0.762 untuk Kabupaten Sleman. Sedangkan peluang kondisi korban meninggal dunia pada Kabupaten Gunung Kidul yaitu 0.139 ini lebih rendah dibandingkan peluang meninggal dunia di Kabupaten Sleman yaitu 0.143. Selanjutnya untuk luka ringan, peluang korban mengalami luka ringan di Kabupaten Gunung Kidul adalah 0.091 dan di Kabupaten Sleman sebesar 0.095.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditlantas Polda DIY, diperoleh bahwa selama tahun 2012 terdapat sebanyak 4457 kejadian, dengan jumlah korban tertinggi terdapat pada Kabupaten Sleman. Adapun jumlah kerugian materil akibat laka lantas di lingkungan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai Rp. 3,314,768,550.00 dengan kerugian materil yang tertinggi terjadi pada Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp. 1,429,295,000.00. Berdasarkan tingkat keparahan korban untuk korban yang mengalami luka ringan sebanyak 5871 orang, luka berat sebanyak 678 orang, dan meninggal dunia sebanyak 431 orang.
2. Hasil analisis regresi ordinal menujukkan bahwa lokasi berpengaruh terhadap tingkat keparahan korban laka lantas dengan lokasi yang signifikan secara parsial adalah Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Sleman. Peluang kondisi korban yang paling besar adalah menderita luka berat yaitu sekitar 0.769 untuk Kabupaten Gunung Kidul dan 0.762 untuk Kabupaten Sleman. Sedangkan peluang kondisi korban meninggal dunia pada Kabupaten Gunung Kidul yaitu 0.139 ini lebih rendah dibandingkan peluang meninggal dunia di Kabupaten Sleman yaitu 0.143. Selanjutnya untuk luka ringan, peluang korban mengalami luka ringan di Kabupaten Gunung Kidul adalah 0.091 dan di Kabupaten Sleman sebesar 0.095.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Pemprov DIY . 2010 . “Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2009”.
Dinas Kesehatan Pemprov DIY . 2012 . “Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2011”
Kurniawan, A. 2013. ‘94,2 juta Mobil dan Sepeda Motor Berseliweran di Jalanan Indonesia’.
http://otomotif.kompas.com/read/2013/02/26/6819/94.2.juta.Mobil.dan.Sepe da.Motor.Berseliweran.di.Jalanan.Indonesia( Diakses t anggal 04 Juni 2013) Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugraha, J. 2012. Modul Analisis Data Kategorik. Yogyakarta : Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
Sutawi. 2006. Membangun Budaya Keselamatan Jalan. Jurnal Penelitian.
Waspada news, 2012. Tingginya Kematian Dijalan.
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&i d=22123:tingginya-kematian-di-jalan&catid=59:opini&Itemid=215 (05 Juni 2013)