• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF ini STUDI KENDALA PELAKSANAAN STANDAR MUTU BERBASIS TQM PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROVINSI JAMBI | Sari | 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PDF ini STUDI KENDALA PELAKSANAAN STANDAR MUTU BERBASIS TQM PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROVINSI JAMBI | Sari | 1 PB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KENDALA PELAKSANAAN STANDAR MUTU BERBASIS TQM

PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROVINSI JAMBI

ARTIKEL

OLEH :

LIZA PERMANA SARI

NPM : 1110018312058

Tesis Ini Diajukan Untuk Melengkapi Sebahagian

Persyaratan Menjadi Magister Teknik Sipil

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

(2)

STUDI KENDALA PELAKSANAAN STANDAR MUTU BERBASIS TQM

PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR DI PROVINSI JAMBI

Liza Permana Sari,

Nasfryzal Carlo

1

, Yusrizal Bakar

1 1

Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bunghatta

Email : ad3kliza@gmail.com,

Abstract

Today, mutu is an important thing to survive in competition for service industry, contruction or manufacture. One that can apply is total quality management (TQM) system. Not all construction company success in implementation of TQM. This is because of some obstacles in implementation. Objective of research was identified level of application of obstacle factors and variables in TQM implementation on construction company in Jambi Province. Subject of research was contractor with grade 5 and 6. The methods used were descriptive statistic and ga p analysis. Based on literature review and previous research, research found 9 factors with 33 variables application of TQM in Jambi Province. Overall, result show that level of application of TQM variables in Jambi Province was quite good, even 4 variables gave level of application that exceed of expectation. The dominant obstacles in implementation of TQM were (a) good communication within department and staff, (b) made innovation in construction methods and technologies, (c) teamwork and employee involvement to achieved continuous improvement for a better quality, (d) effective communication on top-down and bottom-up, (e) teamwork and employee involvement in daily works to achieve quality culture and (f) availability of facility and technology to support work.

Key words : TQM, Construction Company, Obstacles of TQM Implementation

1. Pendahuluan

Persaingan dalam sektor konstruksi sangat ketat, sehingga kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh keputusan yang diambil dalam pengelolaan organisasi. Salah satu cara untuk dapat bertahan dalam persaingan adalah dengan menerapkan sistem mutu dalam organisasi perusahaan. Mutu merupakan salah satu tujuan dan sekaligus indikator kesuksesan suatu pekerjaan konstruksi terutama oleh pemilik proyek. Dalam konteks ini, mutu dianggap sebagai salah satu elemen kunci dari metode dan teknik manajemen proyek konstruksi. Sebagai konsekuensinya, sistem manajemen mutu harus diterapkan baik di tingkat perusahaan (corporate level) maupun di proyek (project level).

Salah satu sistem manajemen mutu yang dapat diterapkan adalah sistem manajemen mutu terpadu (Total Quality Management/TQM). Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji tentang penerapan sistem mutu dalam organisasi konstruksi seperti Asa dkk (2008), Carlo dkk (2006) dan Pamulu dan Husni (2005). Beberapa penelitian lain tentang penerapan TQM dalam industri konstruksi telah dipublikasikan adalah Low & Teo (2004), Biggar (1990) dan Haupt & Whiteman (2004). Sedangkan Latief dan Utami (2009), membahas mutu pada perusahaan

konstruksi dari pendekatan yang berbeda yaitu dengan pendekatan Six Sigma.

Penerapan sistem mutu berbasis TQM dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga akan berdampak pada peningkatan daya saing perusahaan. Peningkatan kinerja ini tercapai dikarenakan tujuan utama dalam sistem mutu berbasis TQM adalah bagaimana memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen dengan tingkat kegagalan dan resiko yang kecil. Dalam hal peningkatan kinerja organisasi, terdapat beberapa penelitian yang mengkaji tentang kinerja jasa perusahaan konstruksi seperti Sudarto (2007), Adi dan Wibowo (2010) dan Abduh dkk (2007).

(3)

akan berdampak pada kemampuan bersaing dengan perusahaan lainnya.

Beberapa penelitian terdahulu lebih banyak membahas tentang penerapan TQM dan lebih banyak pada jasa pelaksana konstruksi. Pada umumnya penelitian lebih banyak membahas tentang faktor penerapan mutu ataupun untuk peningkatan kinerja perusahaan. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, belum ditemukan penelitian yang membahas tentang kendala dalam pelaksanaan TQM terutama pada perusahaan konstruksi. Berdasarkan hal tesebut, maka penelitian dilakukan untuk menganalisis tingkat pelaksanaan TQM dan mengidentifikasi kendala dalam pelaksanaan TQM pada perusahaan konstruksi di Provinsi Jambi.

2. TINJAUAN LITERATURE 2.1. TQM

Perdagangan bebas pada tingkat global dan regional menciptakan banyak kesempatan dan tantangan bagi setiap negara dan perusahaan (Wattanapruttipaisan, 2002). Kualitas merupakan faktor kunci suksesnya sebuah perusahaan dalam persaingan di pasar global. Banyak definisi yang diberikan terhadap kata kualitas karena orang memandang kualitas dari sudut pandang yang berbeda. Goetsch dan Davis (1994) menyatakan bahwa kualitas terletak pada cara pandang si pengguna. Sedangkan Gilmour dan Hunt (1995) mendefinisikan kualitas sebagai kondisi dinamis yang menggabungkan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan untuk dapat memenuhi keinginan konsumen. Taguchi mendefinisikan kualitas sebagai kerugian minimum yang diberikan produk terhadap masyarakat mulai sejak produk dikirimkan (Taguchi dkk, 1989).

Beberapa pakar pemasaran diantaranya

Wyckof dalam Love Lock (1998) memberikan pengertian kualitas sebagai tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen, sedangkan menurut

Parasuraman (1988) kualitas merupakan perbandingan antara layanan yang dirasakan (persepsi) konsumen dengan kualitas layanan yang dirasakan sama atau melebihi kualitas layanan yang diharapkan, maka layanan dikatakan berkualitas dan memuaskan.

TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha, untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk jasa manusia, proses, dan lingkungan. TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan, ke dalam satu tujuan yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, Team Work, produktifitas, dan kepuasan

pelanggan. TQM berkaitan erat dengan prinsip

Continous Improvement, yang berarti perbaikan terus-menerus terhadap kualitas produk yang dihasilkan.

2.2. TQM pada Perusahaan Konstruksi

Dalam upaya meningkatkan sistem kualitas pada perusahaan jasa konstruksi perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif yang harus dipersiapkan dengan melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja manajemen. Langkah-langkah perbaikan dapat berupa sistem pengendalian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesusksesan perusahaan jasa konsultansi. Menurut Teng (2002) dalam menentukan strategi pengembangan perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal yang terdiri dari manajemen, organisasi perusahaan, operasional, sumber daya manusia dan keuangan. Disamping itu juga harus diperhatikan faktor eksternal yang terdiri dari ekonomi makro, hukum dan undang-undang, teknologi dan inovasi social politik dan lingkungan yang kompetitif.

2.3. Faktor-faktor Penerapan TQM pda Perusahaan Kontraktor

Terdapat banyak literatur dan hasil penelitian yang membahas tentang penerapan TQM dalam industri, baik industri jasa, manufaktur maupun konstruksi. Banyak organisasi telah mengadopsi TQM dalam aktivitas perusahaan sebagai usaha untuk memperbaiki kualitas, meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan market share dan meningkatkan profit perusahaan.

Meskipun beberapa literatur dan hasil penelitian memperlihatkan perbedaan faktor-faktor dalam penerapan TQM, tetapi dalam prosesnya, semua faktor tersebut bertujuan untuk memenuhi keinginan konsumen. Faktor-faktor penerapan TQM dirujuk menurut literatur Bersterfield (2003), Oakland (2004), Omachonu dan Ross (2005), Dahlgaard dkk (2002) dan satu model TQM yang dikeluarkan oleh EFQM. Disamping itu juga dirujuk beberapa hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi penerapan TQM seperti Baidoun (2004), Asa dkk (2008), Carlo dkk (2006) dan Dewita (2011).

(4)

3. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan bagian yang memuat tahap-tahap pelasanakaan penelitian mulai dari studi pendahuluan, literatur yang digunakan, metode pemecahan masalah

sampai dengan teknik analisis dan kesimpulan. Metodologi juga menjabarkan instrument yang digunakan dalam penelitian berikut dengan respondenya. Kerangka metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Mulai

Kerangka Pemikiran

Valid dan Reliabel?

Studi Pendahu;uan dan Literatur

Identifikasi Masalah

Metode Penelitian

Identifikasi Variabel Penelitian

Penyebaran Kuesioner Penelitian

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Rekapitulasi Data 1. Data Kepentingan TQM 2. Data Pelaksanaan TQM 3. Data Kesulitan TQM

Distribusi Frekwensi

Analisis Gap dan Kendala

Analisis dan Pembahasan

Selesai

Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian Pendahuluan

Perancangan Kuesioner Penelitian

Pengumpulan Data Penelitian Ya

Pengolahan dan Analisis

Tidak

Gambar 1. Metodologi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada perusahaan kontraktor dengan Grade 5 dan Grade 6 di Provinsi Jambi. Kuesioner disebarkan untuk 75

(5)

kuesioner adalah 75%. Hasil uji validitas dan reliabilitas memperlihatkan bahwa dari 33 variabel yang diidentifikasi di awal penelitian, hanya 32 variabel yang dinyatakan valid dan reliable, sehingga untuk penelitian ini hanya digunakan 32 variabel.

4.1. Analisis Tingkat Pelaksanaan TQM pada Kontraktor di Provinsi Jambi

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis gap yang merujuk pada model ServQual (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman dkk (Tjiptono dan Chandra, 2005). Apablia nilai gap negative berarti bahwa pelaksanaan TQM telah melebihi yang diharapkan, sedangkan nilai positive menyatakan bahwa pelaksanaan TQM belum sesuai dengan harapan. Tingkat kesesuaian memperlihatkan seberapa jauh pelaksanaan TQM dilapangan dapat memenuhi kondisi yang diharapkan. Sedangkan kendala memperlihatkan besarnya kendala dalam pelaksanaan TQM dilapangan. Sedangkan criteria dalam menilai gap dapat dilihat dibawah ini.

Kategori Gap Keterangan 1 <0.33 Rendah 2 0.33 - < 0.67 Sedang 3 0.67 - < 1 Tinggi 4 >= 1 Sangat Tinggi

Tabel 2 memperlihatkan bahwa gap untuk factor kepemimpinan dan komitman berada dalam kategori 1 (<0.33) yaitu rendah. Sehingga bisa dikatakan bahwa pelaksanaan faktor kepemimpinan dan komitmen telah sesuai dengan yang diharapkan, dengan tingkat kesesuaian berkisar antara 92.41%-105.61%. Bahkan untuk variable X1, tingkat pelaksanaan lebih tinggi dibandingkan kepentingan. Hal ini berarti bahwa pimpinan perusahaan kontraktor di Provinsi Jambi sangat memahami bahwa kualitas penting untuk meningkatkan profit dan daya saing perusahaan.

Tingkat kepentingan, pelaksanaan dan kesulitan penerapan faktor kebijakan dan strategi berada pada kategori 4 (3.41-4.14). Hal ini berarti bahwa walaupun tingkat kesulitannya tinggi, setiap variable kebijakan dilaksanakan dengan baik sehingga bisa mendekati harapan dalam pelaksanaan TQM. Meskipun begitu variable X7 dan X8 memiliki gap yang cukup besar dan berada dalam kategori 2 (0.33-<0.67).

Disamping itu pelaksanaan sistem manajemen mutu (QMS) pada perusahaan juga sangat tinggi dengan tingkat kesesuaian 99.10%.

Hal ini mungkin dikarenakan lebih dari 50% perusahaan yang menjadi sampel penelitian telah menerapkan TQM lebih dari 3 tahun, sehingga sistem manajemen mutu sudah dilaksanakan dengan baik.

Dalam hal kerjasama rata-rata jawaban responden untuk semua variable berada dalam kategori 4. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan variable kerjasama pada perusahaan kontraktor di Provinsi Jambi sudah baik dan mendekati harapan yang diinginkan meskipun tingkat kesulitannya tinggi. Meskipun begitu gap untuk variable X10 dan X9 berada pada kategori 2 (sedang). Hal ini berarti bahwa dalam hal kerjasama, yang perlu perbaikan adalah kerjasama internal perusahaan. Tingkat kesesuaian kedua variable adalah <90% yang berarti penyimpangan dari kondisi yang diharapkan >10%. Sedangkan kerjasama eksternal dengan pihak supplier dalam pelaksanaannya telah cukup baik dengan tingkat kesesuaian 94.40% dan gap pelaksanaan yang berada dalam kategori rendah.

Pada manajemen proses tingkat kepentingan untuk variable X13 berada dalam kategori 5 (sangat penting), yang berarti bahwa penjadwalan dalam setiap pekerjaan sangat penting untuk menjamin bahwa penerapan TQM dapat dilakukan dengan baik. Variable X13 memiliki gap yang cukup tinggi dan berada pada kategori 2 (sedang). Meskipun begitu tingkat kesesuaian antara pelaksanaan dan kepentingan cukup tinggi yaitu 90.60%.

(6)
(7)
(8)

Tabel 2 memperlihatkan bahwa selain X24 semua variable manajemen SDM berada pada kategori gap rendah, yang berarti bahwa pelaksanaan variable X23, X22 dan X21 telah mendekati kondisi yang diharapkan. Tingkat kesesuaian pelaksanaan ketiga variable tinggi yaitu besar dari 90%. Bahkan untuk variable X21 (pendidikan dan pelatihan untuk SDM) memiliki tingkat kesesuaian 129.15% yang berarti bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk SDM pada perusahaan kontraktor di Provinsi Jambi sudah sangat baik dan melebih yang diharapkan. Sedangkan variable X24 (minimasi penggantian tenaga kerja) berada pada kategori gap sedang dengan nilai gap 0.34. Meskipun begitu tingkat kesesuaian pelaksanaan variable X24 cukup tinggi yaitu besar dari 90%.

Sedangkan untuk factor dokumentasi, informasi, metode dan analisis, ditinjau dari segi gap terlihat bahwa nilai gap berada pada kategori 1 (rendah) dengan tingkat kesesuaian pelaksanaan ketiga variable lebih dari 94%,

bahkan untuk variable X26 tingkat kesesuaian lebih dari 100% yang berarti bahwa pelaksanaan variable ini sudah sangat baik meskipun tingkat kesulitan pelaksanaannya tinggi.

Tabel 2 juga memperlihatkan bahwa untuk factor teknologi dan inovasi nilai gap memperlihatkan bahwa kedua variable berada pada kategori gap 2 (sedang) dengan nilai gap 0.43 dan 0.34. Tingkat kesesuaian pelaksanaan untuk variable X30 cukup tinggi yaitu 91.85% sedangkan untuk variable X29 tingkat kesesuaian kurang dari 90%.

Ditinjau dari segi gap untuk factor komunikasi telihat bahwa X33 dan X32 memiliki nilai gap dengan kategori sedang yaitu sebesar 0.43 dan 0.41 dengan tingkat kesesuaian 89.87% dan 90.57%. sedangkan untuk variable X31 nilai gap berada pada kategori 1 (rendah) dengan tingkat kesesuaian 92.63%. Sedangkan dari segi factor, gap untuk pelaksanaan setiap factor dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Analisis Gap untuk Faktor

Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari 9 faktor-faktor penerapan sistem mutu berbasis TQM pada perusahaan kontraktor, hanya terdapat 3 faktor dengan kategori gap sedang sedangkan faktor lainnya berada pada kategori gap rendah. Faktor dengan kategori gap sedang adalah kerjasama, inovasi dan teknologi dan komunikasi. Hal ini berarti bahwa ketiga faktor inilah yang memerlukan perbaikan dalam pelaksanaan TQM pda perusahaan kontraktor di Provinsi Jambi sehingga penerapan TQM dapat dilakukan dengan baik.

Dilihat dari segi tingkat kesesuaian pelaksanaan, maka terlihat bahwa tingkat kesesuaian semua faktor lebih dari 90%. Hal ini berarti bahwa tingkat pelaksanaan faktor-faktor

TQM cukup baik dengan penyimpangan dari kondisi yang diharapkan kecil dari 10%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan TQM oleh perusahaan kontraktor di Provinsi Jambi cukup baik sehingga perbaikan yang perlu dilakukan hanyalah menyempurnakan sistem dan prosedur mutu yang ada saat sehingga penerapan TQM bisa lebih baik lagi.

4.2. Kendala dalam Pelaksanaan Sistem Mutu Berbasis TQM di Provinsi Jambi

(9)

penerapan TQM sehingga masih memerlukan penyesuaian baik dari segi manajemen, SDM, teknologi maupun kebijakan. Kendala-kendala ini perlu di evaluasi dan dicarikan langkah perbaikannya sehingga perusahaan bisa suskses dalam melaksanakan sistem mutu berbasis TQM

dan merasakan dampaknya terhadap perbaikan kinerja dan daya saing perusahaan. Nilai kendala untuk setiap variable TQM dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan kendala dominan dalam penerapan TQM pada perusahaan kontraktor di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kendala Dominan Penerapan TQM

Tabel 4 memperlihatkan 3 faktor dengan 6 variabel yang menjadi kendala dominan dalam pelaksanaan sistem mutu berbasis TQM. Ketiga faktor tersebut adalah kerjasama, inovasi dan teknologi serta komunikasi. Faktor kendala dominan dalam penerapan system mutu berbasis TQM di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut: a. Kerjasama

Keterlibatan karyawan (employee involvement) merupakan factor penting dalam penerapan TQM, didalamnya termasuk kerjasama antar karyawan dalam perusahaan. Banyak teori dan hasil penelitian menjelaskan bahwa orang akan lebih termotivasi dan bekerja lebih baik saat mereka merupakan bagian dari sebuah team

(Besterfield, 2003 dan Oakland 2004).

Banyak ahli kualitas dalam berbagai bukunya yang menyatakan bahwa kerjasama merupakan salah satu factor penting dalam penerapan TQM (Besterfield (2003) dan Oakland (2004)). Bahkan EFQM sebagai sebuah organisasi kulitas di Eropa memasukkan factor kerjasama dalam framework untuk implementasi TQM. Juran dan Gryna (1993) dalam bukunya juga menegaskan bahwa partisipasi seluruh seumber daya manusia dalam perusahaan merupakan salah satu factor yang berpengaruh dalam pelaksanaan TQM. Juran dan Gryna (1993) juga menyatakan bahwa kerjasama tingkat manajemen hingga pekerja tingkat terendah akan

memberikan keuntungan timbal balik. Keuntungan bagi tingkat manajemen berupa keuntungan yang dapat dihitung secara financial, dan keuntungan bagi tingkat pekerja lainnya adalah mendapatkan pengetahuan dalam displin mutu.

Hasil penelitian Dewita (2011) tentang penerapan factor TQM memperlihatkan bahwa kerjasama merupakan salah satu dari 3 faktor utama peningkatan mutu kontraktor kecil menengah si Sumatera Barat. Kerjasama yang mempengaruhi factor pelaksanaan TQM dapat bersifat internal maupun eksternal. Yang terpenting dalam menjamin suksesnya pelaksanaan TQM adalah kerjasama internal. Kerjasama internal merupakan kerjasama yang melibatkan semua internal perusahaan mulai dari pimpinan puncak sampai dengan pekerja. Hasil penelitian Carlo dkk (2006) menjelaskan bahwa dalam kerjasama semua iunternal perusahaan memiliki kesepakatan terhadap misi dan ketaatan kepada peraturan yang diberlakukan.

(10)

internal yang mempengaruhi kinerja perusahaan adalah kerjasama.

Kerjasama tim akan menjadi alat manajemen yang sangat efektif apabila aktivitas kerjasama tersebut dihubungkan dengan stragegi organisasi. Untuk itu komunikasi akan sangat berperan dalam membangun kerjasama yang baik antar anggota tim dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi akan membantu dalam mengarahkan tugas, aturan dan peran dalam setiap kerjasama tim.

b. Inovasi dan Teknologi

Organisasi perlu untuk melakukan inovasi dalam metode dan teknologi yang digunakan, dikarenakan perkembangan dunia konstruksi yang cepat saat ini. Inovasi dalam metode pekerjaan ini meliputi metode dalam pengumpulan data, evaluasi data, pengolahan data, pelaksanaan pekerjaan, dsb (Oakland, 2004 dan Besterfied, 2003). Menurut Teng (2002), dalam menentukan strategi pengembangan perusahaan, salah satu factor eksternal yang harus diperhatikan adalah teknologi dan inovasi. Sedangkan hasil penelitian Baidoun (2004) menegaskan bahwa ketersediaan infrastruktur kualitas merupakan hal fundamental dalam penerapan TQM.

Sedangkan dalan hal teknologi, inovasi yang dilakukan bisa dalam hal penggunaan teknologi informasi maupun penggunaan teknologi baru dalam pelaksanaan pekerjaan (Dahgaard dkk (2002), Omachonu dkk (2005), dan Besterfield (2003). Ketersediaan teknologi informasi saat ini sangat penting bagi perusahaan kontraktor di Provinsi Jambi. Hal ini dikarenakan teknologi informasi penting untuk penyebaran, penyimpanan maupun pengolahan data perusahaan. Omachonu dan Ross (2005) bahkan menegaskan bahwa teknologi informasi dan analisis merupakan salah satu factor penting dalam penerapan TQM.

Sedangkan Dahlgaard dkk (2002) menyatakan bahwa metode merupakan salah satu factor penting dalam penerapan TQM. Pemilihan metode, didalamnya termasuk pemilihan teknologi dan inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan mutu perusahaan. Bahkan EFQM sebagai organisasi kualitas di Eropa memasukkan inovasi dalam framework implementasi TQM. Hasil penelitian Dewita (2011) juga menegaskan bhawa proses dan teknologi merupakan salah satu factor utama dalam peningkatan mutu berbasis TQM.

Dalam hal teknologi dan inovasi, hasil penelitian Sudarto (2007) menunjukkan hal yang menarik dimana inovasi dan teknologi dijelaskan dalam 3 faktor internal yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Factor internal yang pertama yaitu factor manajemen, dimana inovasi dan mindset pimpinan merupakan salah satu yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan dari segi factor internal SDM, kreativitas dan inovasi SDM merupakan salah satu yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan teknologi dijelaskan dalam factor ketersediaan peralatan dan fasilitas pendukung untuk peningkatan kinerja perusahaan.

c. Komunikasi

Menurut Okes dan Wescott (2003), organisasi dengan beragam orang yang bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan tidak dapat berfungsi tanpa adanya komunikasi dalam proses penyebaran data dan informasi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penerapan sistem mutu berbasis TQM, komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk penyebaran data, informasi, pengetahuan maupun sosialisasi baik kebijakan, prosedur ataupun aturan dalam perusahaan. Menurut Besterfield (2003), komunikasi yang baik akan mampu menjelaskan nilai, harapan, dan arahan organisasi, serta menyediakan informasi tentang pengembangan organisasi dan mengizinkann umpan balik dari semua level dalam organisasi.

Menurut Oakland (2004), sikap dan perilaku seseorang dapat dirubah dikarenakan pengaruh komunikasi, yang perlu diperhatikan adalah media yang digunakan untuk membantu dalam komunikasi tersebut. Besterfield (2003) juga menyatakan bahwa tujuan dari komunikasi adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen kualitas yang baik secara signifikan akan merubah cara sebuah organisasi dalam beroperasi dan menjalankan bisnisnya. Hal ini akan berdampak pada perubahan budaya kerja dalam organisasi. Perubahan budaya kerja baik dalam hal prosedur, aturan, kebijakan, maupun pelaksanaan harus disosialisasikan dan dikomunikasikan dengan cara yang tepat, sehingga perubahan yang terjadi dalam organisasi dapat diterima dengan baik oleh semua orang yang terlibat dalam perusahaan.

(11)

dalam membentuk, memajukan dan memastikan keberhasilan sebuah organisasi. Bahkan hasil penelitian Lempoy (2013) bahkan menjelaskan bahwa salah satu fungsi komunikasi dalam perusahaan konstruksi adalah dalam hal koordinasi, pengarahan dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Hasil penelitian Sudarto (2007) juga menjelaskan bahwa komunikasi merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

Komunikasi yang baik antara manajemen dan karyawan merupakan salah satu factor kritis system manajemen mutu untuk meningkatkan daya saing perusahaan (Asa dkk, 2008). Hasil penelitian Asa dkk (2008) memperlihatkan bahwa komunikasi yang baik antara manajemen dan karyawan akan berdampak pada factor kritis lainnya yaitu dukungan, komitmen dan antusiamne dari pimpinan puncak sampai karyawan untuk meningkatkan daya saing perusahaan melalui pnenerapan system mutu. Menurut Larkins Excellent Book (Oakland, 2004), terdapat 3 cara komunikasi yang paling baik untuk merubah SDM perusahaan:

1. Komunikasi langsung pada supervisor

2. Komunikasi langsung individual (face to face) 3. Komunikasi kinerja dengan setiap kelompok

kerja.

5. KESIMPULAN

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara keseluruhan tingkat pelaksanaan variabel sistem mutu TQM di Provinsi Jambi cukup baik, bahkan 4 variabel penerapan TQM memperlihatkan tingkat pelaksanaan yang melebih harapan. Terdapat 3 faktor kendala dominan dalam pelaksanaan TQM yaitu kerjsama, inovasi dan teknologi serta komunikasi.

Kendala dominan dalam pelaksanaan system mutu TQM pada perusahaan konstruksi di Provinsi Jambi adalah (a) komunikasi yang baik antar departemen dan karyawan, (b) Melakukan inovasi dalam metode dan teknologi konstruksi, (c) kerjasama tim dan keterlibatan karyawan untuk mencapai perbaikan berkelanjutan dalam peningkatan mutu perusahaan, (d) komunikasi efektir pada top-down dan bottom-up, (e) kerjasama tim dan keterlibatan karyawan dalam keseharian pekerjaan untuk mencapai budaya mutu dan (f) ketersediaan fasilitas dan teknologi pendukung pekerjaan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhamad, Soemardi, Biemo W, dan Wirahadikusuma, Reini D, 2007, Sistem Informasi Kinerja Industri Konstruksi Indonesia, Kebutuhan akan Benchmarking dan Integrasi Informasi, Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atmajaya Yogyakarta, 11-12 Mei 2007.

Adi, Henny Pratiwi dan Wibowo, M. Agung, 2010, Evaluasi Kinerja Stakeholders dalam Pembinaan Keterampilan Tenaga Kerja Konstruksi dengan Metode Performance Prism, Media Teknik Sipil, Volume X edisi Juli 2010, pp. 106-112.

Asa, M. Fansrullah, Ismeth S. Abidin, Yusuf Latief, 2008, Faktor-faktor Kritis dalam Sistem Manajemen Mutu untuk Optimasi Profitabilitas dan Daya Saing Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 15 No. 3 Desember 2008, pp. 99-106.

Baidoun, Samir, (2004), The Implementation of TQM Philoshopy in Palestinian Organization: A Proposed Non-Prescriptive Generic Framework, The TQM Magazine,Volume 16, No. 3, pp. 174-185. Besterfield, Dale H., Besterfield-Michna, Carol,

Besterfield, Glen H., and Besterfield-Sacre, Mary, (2003), Total Quality Management, Budaya Kualitas (Mutu) dalam Perusahaan Jasa Konstruksi, International Conference on Construction Industry, Padang 21-24 Juni 2006, pp.7-10.

Dahgaard, Jens J, Kar Kristensen dan Gopal K. Kanji, 2002, Fundamental of Total Quality Management, Taylor and Franciss.

Dewita, Martha, 2011, Faktor-faktor Penting Penerapan Sistem Mutu Berbasis TQM untuk Meningkatkan Mutu Kontraktor di Sumatera Barat, Thesis Pasca Sarjana Program Studi Teknik Sipil Universitas Bung Hatta.

(12)

Feigenbaum, A.V, 1991, Total Quality Control 3rd edition, McGraw Hill, Ner York.

Fukui, Ryu, Yoko Honda, Harue Inoue, Noriharu Kaneko, Ichiro Miyauchi, Susana Soriano dan Yuka Yagi, Handbook for TQM and QCC: A guide for Managers, Volume 1. Gaspersz, Vincent. (2005), Total Quality

Management, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gilmour, Peter and Hunt, Robert A, (1995), Total Quality Management: Integrating Quality into Design, Australia: Addison Wesley Longman Australia Pty.

Goetsch, David L. and Davis, Stanley, (1994),

Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, Competitiveness, New York: McMillan College Publishing Company. Hardjosoedarmo,S (2004), Total Quality

Management, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Hoyle, David, 2007, Quality Management

Essentials, Butterworth-Heinemann.

Kaplan, R.S dan D. Norton, 1996, Balanced Scorecard Translating Strategy into Action, Harvard Business School Press

Latief, Yusuf dan Utami, Retyaning Puji, 2009, Penerapan Pendekatan Metode Six Sigma dalam Penjagaan Kualitas pada Proyek Konstruksi.

Lempoy, V.M Tyson, G.Y. Malingkas, B.F. Sompie, D.R.O Walangitan, 2013, Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi pada Tahap Pelaksanaan (Studi Kasus: Pembangunan Star Square), Jurnal Sipil Statik Vol. 1 No. 3, Februari 2013, pp. 215-218.

Lovelock, Christoper H, 1994, Managing Service: Marketing, Operations, and Human Resources, Prentice Hall International Inc, London.

Oakland, John S., 2004, Oakland on Quality Management 3rd edition, Butterworth-Heinemann.

Okes, Duke and Westcott, Russel T., (2003), The Certified Quality Manager Handbook,

second edition, American Society for Quality: Quality Management Division. Omachonu, Vincent K dan Ross, Joel E, 2005,

Principles of Total Quality 3rd edition, CRC Press.

Pamulu, Muhammad Sapri dan Husni, Muhammad Salsabil, 2005, Studi Implementasi ISO 9000:2000 pada perusahaan Konstruksi di Makassar, Jurnal Teknik Sipil Volume 12 No.3 Juli 2005.

Parasuraman, A, Berry L, dan Zeithmal V, 1998, ServQual: A multiple item scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality, Journal of Retailing

Project Management Institute, (2000). A Guide to The Project Management Body of Knowledge, Newtown Square, Pennsylvania USA

Sirait, Robertman, Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah,

www.robertmansirait.blogspot.com,

browsing tanggal 29 Maret 2013.

Sudarto, 2007, Identifikasi Permasalahan pada Faktor Internal yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia, Jurnal Teknologi, Edisi No. 2 Tahun XXI, Juni 2007, pp. 102-110.

Suraji, A. 2003, Peta Kesiapan Industri Jasa Konstruksi menuju Liberalisasi Perdagangan Jasa Konstruksi, Preceesing Seminar Nasional Peran Jasa Industri Era Otonomi Daerah dan AFTA/AFAS, Aryaduta Hotel, Jakarta, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Taguchi, Genichi, Elsayed, Elsayed A., and Hsiang, Thomas, (1989), Quality Engineering in Production Systems, USA: McGraw-Hill series in industrial engineering and management science.

Tan, Chin Keng dan Abdul-Rahman, Hamzah, 2005, Studi Manajemen Kualitas dalam Proyek Konstruksi.

Teng, M, 2002, Corporate Turnaround, Prentice Hall Inc, Singapore.

Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia, 2003, Total Quality Management, Andi Offset, Yogyakarta

Tjiptono, Fandi dan Gregorius Chandra, 2005, Service Quality & Satisfaction, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Trisnowardono, Nono, 2002, Menuju Usaha Jasa Konstruksi yang Handal, Abdi Tandur Jakarta.

Triwidodo, B. e. a, 2003, Buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung Sipil, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wattanapruttipaisan, Thitapha, (2002/03), Promoting SME Development: Some Issues and Suggestions for Policy Consideration,

Gambar

Gambar 1. Metodologi Penelitian
Tabel 2 memperlihatkan bahwa gap untuk factor kepemimpinan dan komitman berada
Tabel 1. Kendala dalam Penerapan Sistem Mutu Berbasis TQM pada Perusahaan Kontraktor di Provinsi Jambi
Tabel 4 memperlihatkan 3 faktor dengan 6 variabel yang menjadi kendala dominan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&amp;D) dengan metode 4-D yang dikembangkan oleh S. Penelitian melibatkan ahli bidang studi Fisika dan siswa

Rezultati ispitivanja uzoraka od bakra PE folijom debljine 100 μm u slanoj komori Na dva od tri uzorka čelika vidljivi su znakovi korozije, te folija debljine 100 μm u

dan Zhang, C., 2015, New Insights into Glomerular Parietal Epithelial Cell Activation and Its Signaling Pathways in Glomerular Diseases, BioMed Research International, Vol 2015,

CATATAN: Sebelum memasangkan mouse nirkabel Anda menggunakan Bluetooth, pastikan bahwa Anda melepaskan perangkat tidak aktif pada komputer Anda, dan perbaharui driver Bluetooth

IV.2.7 Perhitungan Nilai Akhir (Skor Performansi Supply Chain) Dalam hal ini setelah melakukan nilai normalisasi dari metrik level 1 yang mana mewakili performance attributes

Anak didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah

“Nicci,” Richard said, silencing her, “I must do this.” He laid a hand on her shoulder and spoke as patiently as he could, considering his sense of urgency, but by his tone let

Setiap pemikiran baru dapat ditambahkan disini, namun harus dilihat apakah pemikiran tersebut langsung berhubungan dengan pusat (ide pokok) atau dengan cabang pada level 1,