• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Kepemimpinan Sekolah unggul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Model Kepemimpinan Sekolah unggul "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Model Kepemimpinan Sekolah dengan Pendekatan

Konsep STIFIn

Oleh IKHSAN GUNADI

Abstrak

Kepala sekolah adalah kunci utama dalam kesuksesan suatu sekolah dalam menjalankan fungsi dan perannya dalam melayani masyarakat di dunia pendidikan. Dengan model

kepemimpinan yang digunakannya, sekolah yang dipimpinnya akan berjalan efektif. Beragamnya model kepemimpinan yang banyak digunakan di berbagai organisasi, termasuk

sekolah, menjadi pilihan yang bisa jadi sudah sesuai atau mungkin tidak sesuai dengan organisasi dan anggota organisasi tersebut. Implementasi model kepemimpinan sangat tergantung pada kondisi objek dimana model tersebut diterapkan. Dinamika perubahan di

dalam dunia pendidikan mendorong diperlukannya pengembangan terhadap model kepemimpinan yang ada. STIFIn merupakan sebuah metode yang terkonsep untuk mengetahui

mesin kecerdasan dan personality genetic (PG) seseorang. Dengan mengenali hal tersebut akan dapat mengungkap banyak hal. Salah satu konsep yang diungkap dalam STIFIn adanya teori sirkulasi yang menjelaskan hubungan antaraPG. Teori sirlkulasi ini yang bakal menjadi

dasar pengembangan model kepemimpinan di sekolah atau organisasi manapun.

Kata kunci: Kepemimpinan, Komunikasi, Personality Genetic

Pendahuluan

Studi tentang kepemimpinan merupakan bidang yang sangat menarik dan bermanfaat bagi umat manusia. Kepemimpinan menentukan kesejahteraan bagi keluarga, organisasi, bangsa dan dunia pada umumnya. Persoalan kepemimpinan bersifat merata, mencakup semua aspek kehidupan di muka bumi, baik itu sosial, politik, ekonomi, atau spiritual. Pada

(2)

dan meninggalkan pola kepemimpinan yang perlu dicontoh dan menjadi inspirasi untuk kemudian diimplementasikan di tempat berbeda dan dikembangkan lagi menjadi sebuah inovasi yang bisa dibagikan kepada seluruh umat manusia yang membutuhkannya, baik secara pribadi maupun kelompok.

Dalam suatu kelompok atau organisasi terdapat tujuan yang ingin dicapai secara bersama. Pencapaian tujuan tersebut akan efektif jika melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Untuk menggerakkan elemen yang ada di dalam organsisasi tersebut diperlukan seorang pemimpin yang mampu membimbing dan mengarahkan. Seorang pemimpin yang dipilih atau diangkat karena memiliki kemampuan lebih dalam mengatur dan mengarahkan orang lain (salah satu elemen organisasi) serta mampu me-representasi-kan dari kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuannya. Kemampuan menggerakkan biasanya seorang pemimpin memiliki gaya komunikasi masing-masing. Mundoko (2005) menjelaskan tentang beberapa gaya komunikasi dalam memimpin organisasi, yaitu:

(1) Gaya komunikasi “Si Dinamit”, memiliki ciri-ciri seperti: (a) menggunakan kata-kata yang tegas, keras, cenderung kasar; (b) cara bicara meledak-ledak seakan mengandung dinamit di dalam tubuhnya; (c) kontrol diri yang lemah dan memberi kesan apa yang diucapkan tanpa dipikir terlebih dulu.

(2) Gaya komunikasi “Si Detektif”, yang memiliki ciri-ciri: (a) sering menggunakan pertanyaan-pertanyaan kritis; (b) cenderung menuntut pemimpin kelompok (yang ada di bawahnya); (c) cukup detil melihat sesuatu masalah, sehingga terkesan suka bertele-tele dan berbelit-belit.

(3) Gaya komunikasi “Si Putri Malu”. Ciri-cirinya: (a) bicaranya hemat, terutama dalam verbal; (b) cenderung menggunakan media tulisan; (c) kurang suka komunikasi dua arah/dialog.

(4) Gaya komunikasi “Si Konsultan”, nampak dengan ciri-ciri: (a) cenderung membuka komunikasi dengan pemimpin kelompok ketika banyak masalah; (b) dalam komunikasi kadang-kadang keluar konteks yang sebenarnya; (c) cenderung sistematis, terarah bahkan pandai menggunakan verbal; (d) memosisikan sebagai malaikat penolong yang mampu hadapi masalah.

(3)

Keberadaan seorang kepala sekolah diperlukan di tengah-tengah sekolah maupun para guru yang dipimpinannya akan menentukan kinerja sekolah tersebut, baik kinerja siswa dalam wujud prestasi hasil belajar maupun kinerja guru berupa meningkatnya kualitas kemampuan guru. Menurut Andang (2014), setidaknya, ada empat alasan mengapa seorang pemimpin diperlukan, yaitu: (1) karena banyak orang yang figur pemimpin, (2) dalam beberapa situasi, seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, (3) sebagai tempat pengambilan risiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan (4) sebagai tempat untuk meletakkan

kekuasaan.

Sedemikian vitalnya akan keberadaan seorang pemimpin, Richard H. Hall

menyampaikan melalui bukunya Organization structure and Process, mengapa perlu banyak studi tentang kepemimpinan pada masa lalu. Suatu kenyataan bahwa di dalam situasi tertentu kepemimpinan dirasakan penting, bahkan amat penting (critical). Para ahli sudah banyak membuat model kepemimpinan sebagainana yang telah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu: (1) Model LMX (Leader-Member eXchange), (2) Model Keputusan Normatif, (3) Model

Kepemimpinan Situasional, (4) Model Keterkaitan, dan (5) Model Rute-Tujuan. Berbagai organisasi telah mencoba menerapkan model-model kepemimpinan tersebut dengan berbagai proses dan hasilnya. Dengan berkembangnya paradigma masyarakat saat ini, maka bisa jadi sebagian model tadi dianggap sudah tidak efektif lagi dan perlu dikembangkan dengan kondisi kekinian.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teori STIFIn yang saat ini sudah mulai dikenal secara luas di Indonesia. STIFIn merupakan sintesa dari teori sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para ahli di bidangnya. Beberapa teori tersebut adalah teori fungsi dasar (Basic Fungction) oleh Carl Gustav Jung, teori Whole Brain oleh Ned Hermann, dan teori Triune Brain oleh Paul D. Maclean. STIFIn tidak hanya mengungkap kecenderungan terhadap kecerdasan dan personality genetic (PG) seseorang, tapi juga

hubungan antarPG yang kemudian akan menetukan pola hubungan (interaksi dan komunikasi) kepada masing-masing PG. Hubungan inilah yang akan menentukan pengembangan model kepemimpinan dalam suatu organisasi.

Perkembangan Penemuan STIFIn

(4)

konsep, STIFIn kala itu bisa dibilang masih embrio. Perbaikan konsep dilakukan di sana-sini seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan training Kubik Leadership. Namun, kala itu, tesis atau hipotesisnya sudah matang dan kukuh bahwa manusia memiliki

kecerdasan genetik. Berapa persisnya, itulah yang saya sebut terus berkembang.

Pada awalnya, Farid Poniman menggunakan empat kecerdasan yakni S, T, I, dan F seperti kita bisa baca dalam buku best seller Kubik Leadership. Pergulatan intelektual dan penyempurnaan terus dilakukan oleh Farid Poniman, sebelum terbitnya buku ke DNA

SuksesMulia yang akhirnya berujung pada penemuan kecerdasan ke lima, yakni In. Sekarang STIFIn sudah final dengan 5 mesin kecerdasan dan 9 personality genetic. Artinya tidak akan ada jenis kecerdasan ke-6 dan tidak akan ada personality genetic yang ke-10.

Setelah dilakukan riset untuk sekian lama, kini konsep STIFIn sudah sangat kokoh. Kekuatan utamanya terletak pada konsep yang simpel, akurat, dan aplikatif. Kita bahas satu per satu ketiga frasa tersebut.

1. Simpel

Dikatakan simpel karena penjelasannya sederhana dan dari miliaran manusia, oleh STIFIn dikelompokkan hanya dalam 5 mesin kecerdasan dan 9 personality genetic. Sehingga tidak dipusingkan lagi dengan pengelompokan manusia dalam banyak kotak, seperti MBTI dan Socionics yang mengelompokkan dalam 16 kotak. Jika berkaitan dengan kecerdasan, STIFIn cukup lima kotak, yaitu:…S,….T,…..I,…..F,…..In. Lima mesin kecerdasan itu mencakup seluruh jenis kecerdasan yang ada yang dimiliki manusia di muka bumi ini.

Konsep STIFIn disebut simpel karena bersifat multy-angle theory. Artinya, STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan teori kecerdasan dan personaliti dari disiplin ilmu yang lain. Seperti konsep otak kiri dan otak kanan (Roger W. Sperry) atau pembagian neokortek sebagai otak atas dan limbik sebagai otak bawah (Paul Broca) atau pembagian 6 Hexagonal Holland (John Holland) juga konsep DISC (John Geier dan Thomas International) atau bahkan teori lama Hippocrates dan Galenus dapat dengan mudah dibedah menggunakan STIFIn. Uraian persamaannya sebagai berikut:

(5)

c. 6 Hexagonal Holland: Artistic-Realistic (identik dengan Kanan-Kiri STIFIn),

Investigative-Social (identik dengan Atas Bawah STIFIn), Conventional-Enterprising (identik dengan diagonal Organisasi-Produksi STIFIn).

d. D-I-S-C pada John Geier dan Thomas International identik dengan S-F-I-T pada STIFIn.

e. Kholeris, Flegmatis, Melancolis, dan Sanguinis sama dengan S, T, I, dan F pada STIFIn.

Penemuan sebuah teori kepribadian baru tidak terlepas dari teori-teori sebelumnya yang menjadi pijakan dan landasan bagi pengembangan teori-teori tersebut. Penemu STIFIn

meyakini bahwa segala hal yang melekat pada diri individu terdapat belahan otak yang bekerja paling dominan. Belahan otak tersebut yang memberikan kontribusi kepada diri individu seutuhnya. Sifat-sifat dari belahan otak tersebut kemudian membuat konstitusi tubuh menjadi selaras dengan berbagai fungsi tubuh yang melekat secara genetik pada jenis individu tertentu. Berikut ini adalah tabel keselarasan sistem operasi STIFIn dengan beberapa fungsi dan tipologi serta berbagai teori lama yang eksis hingga saat ini.

Tabel: Keselarasan Sistem Operasi STIFIn dengan Teori-teori lama

Sistem

Limbik Kiri Choleris Kering Tanah

Eksitasi Tinggi-Inhibisi Rendah

Musluler Limpa Atletis

Thinking-Neokortek

Kiri Phlegmatic Dingin Logam

Eksitasi Rendah –

Inhibisi Tinggi

Celebral Ginjal Piknis

Intuiting-Neokortek

Kanan Melancholic Basah Kayu

Eksitasi Rendah -Inhibisi Rendah

Digestif Hati Astenis

Feeling-Respiratoris Jantung Displastis

(6)

kenapa konsep STIFIn yang menganut kecerdasan tunggal lebih aplikatif dibandingkan konsep kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligence (MI) yang bisa digambarkan dengan

menggunakan metafora sederhana: kepemimpinan ayah dalam keluarga. Menurut konsep STIFIn setiap orang memiliki seluruh otak, namun hanya ada satu yang memimpin (sebaliknya menurut MI ada dua, tiga, atau empat yang dominan). “A specialist in the construction of the whole” kata Daoed Joesoef.

Dalam satu keluarga yang terdiri atas bapak-ibu-anak, posisi pemimpin

dipercayakan kepada bapak. Jika sang bapak maju, maka semua keluarga maju. Sehingga konsentrasi perhatian keluarga diprioritaskan pada sang bapak. Konsep kecerdasan tunggal yang dipakai STIFIn lebih aplikatif karena ternyata kecerdasan dominan (seperti sang bapak) mampu memiliki daya jalar yang lebih baik. Sementara kalau menurut konsep MI investasi yang dimiliki keluarga disebar kepada semuanya, sehingga postur investasi dalam keluarga terpolarisasi. Ingat bahwa kecerdasan yang lemah (dimetaforkan ibu anak) tidak memiliki daya jalar sebagaimana kecerdasan dominan (dimetaforkan bapak).

2. Akurat

Lantas kenapa konsep STIFIn disebut akurat? Semua itu karena STIFIn

menguraikan cara kerja otak berdasarkan sistem operasinya, bukan kapasitas hardware-nya. Yang dimaksud hardware adalah perangkat keras, sedangkan sistem operasi adalah yang berfungsi menghubungkan antara perangkat keras dengan aplikasi, seperti Microsoft Windows, Linux, Android, dan Macintosh. Nah, IQ (intelligence quotient) itu adalah perangkat keras. Dengan demikian, mengukur IQ sama dengan mengukur kapasitas hardware, dan bukan untuk mengetahui jumlah sambungan denrit antarsel otak yang sesungguhnya menentukan IQ

seseorang.

(7)

c. Aplikatif

Disebut aplikatif karena konsep STIFIn bercirikan multi-angle field yang kurang lebih artinya, STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan bidang apa saja. STIFIn dapat diaplikasikan pada bidang learning, profession, parenting, couple, politic, human resources, dan bidang-bidang lainnya. Kenapa pasangan suami istri tidak harmonis? Kenapa seorang politikus dapat menang/kalah dalam ajang pemilu? Kita dapat memakai STIFin sebagai pisau untuk membedah dua pertanyaan itu. STIFIn sudah membahas bidang-bidang lain yang secara tematik. Ketika konsep lain masih berkutat pada masalah-masalah umum, STIFIn sudah jauh di depan dengan menyiapkan training untuk masalah spesifik.

STIFIn sebagai Metode

Konsep STIFIn ini dibangun berdasarkaan teori-teori sebelumnya yang para ahli di masing-masing bidang yang kemudian dielaborasi. Terdapat tiga terori yang menjadi dasar pijakan konsep STIFIn, yaitu:

(1) Teori Fungsi Dasar dari perintis psikologi analitik berkebangsaan Swiss bernama Carl Gustav Jung yang mengatakan bahwa terdapat empat fungsi dasar manusia yakni fungsi penginderaan (Sensing), fungsi berpikir (Thinking), fungsi merasa (Feeling), dan fungsi intuisi (Intuition). Dari empat fungsi dasar itu, hanya salah satu diantaranya ada yang dominan.

(2) Teori Belahan Otak dari seorang neurosaintis Ned Hermann yang membagi otak menjadi empat kuadran yakni limbik kiri dan kanan, serta cerebral kiri dan kanan.

(3) Teori Strata Otak Triune (tiga kepala menyatu) dari neurosaintis lain yang

berkebangsaan Amerika, Paul MacLean yang membagi otak manusia berdasarkan hasil evolusinya: otak insani, mamalia, dan reptilia.

Di atas segalanya, perlu digarisbawahi, konsep STIFIn bukan sekedar mengubah dari 3 kotak (MacLean) menjadi 4 kotak (Jung dan Hermann) kemudian menambahkan kotak ke –lima menjadi STIFIn. Jika hanya begitu adanya, STIFIn tidak lebih dari hanya sebuah rangkuman dan berhenti di situ. Fakta bahwa STIFIn bisa menjelaskan banyak hal, membuktikan bahwa konsep ini memiliki hal-hal baru hasil sintesa. STIFIn memiliki hal-hal berikut ini:

(1) Teori menyilang sebagai superior dan inferior dalam satu paket. Teori ini

(8)

a. Pada MK Sensing – Intuiting dimana Sensing superior (100%), dan Intuiting inferior (20%), sedangkan Thinking (40%), dan Feeling (40%).

b. Pada MK Thinking – Feeling dimana Thinking superior (100%), dan Feeling inferior (20%), sedangkan Sensing (40%), dan Intuiting (40%).

c. Khusus untuk MK Instinct, terjadi generalis pada keseluruhan MK yang bersilangan yaitu masing-masing Sensing (50%), Thinking (50%), Intuiting (50%), dan Feeling (50%). Sedangkan MK Instinct sendiri adalah 100%.

(2) Teori irisan persamaan (di antara kutub perbedaan pada kuadran dan diagonal). Meski ada perbedaan pada masing-masing mesin kecerdasan, STIFIn menegaskan bahwa ada kesamaan sifat yang saling beririsan satu sama lain, seperti:

a. MK Thinking – Intuiting memiliki kesamaan irisan dalam pekerjaan investigasi (penelitian dan penyelidikan terhadap sesuatu) dan analisa. Selain itu, kedua MK ini begitu menonjol sebagai konseptor dan pelaksana konsep yang disusunnya.

b. MK Sensing – Feeling beririsan sama dalam hal berhubungan dengan orang lain (social relationship). Sensing sangat kuat dalam berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain, sedangkan Feeling juga sangat menonjol dalam pertemanan, persahabatan dengan orang lain.

c. MK Thinking – Sensing sama-sama menyukai keteraturan, prosedural dan memiliki daya tahan secara fisik dibandingkan MK yang lain (Intuiting, Feeling dan Instinct). d. MK Intuiting – Feeling, keduanya menonjol dalam hal ide-ide artistik, dan berpikir

dari global ke detil.

e. MK Sensing – Intuiting, memiliki kesesuaian dalam hal menghasilkan suatu produk. Kduanya juga sangat cocok sebagai unsur top management, ataupun sebagai

komisaris perusahaan. Jika keduanya berada pada satu perusahaan akan saling menguatkan sebagai salah satu unsur di atas.

f. MK Feeling – Thinking, berkesesuaian dalam bidang pengelolaan organisasi. Apabila keduanya berada dalam satu organisasi dimana keduanya sama-sama mengelola maka akan sangat baik dan berjalan secara efektif sebagai tim.

(3) Teori hubungan sosial segi lima yang unik dan logis (Teori Sirkulasi STIFIn). STIFIn juga menguraikan adanya hubungan antarMK sebagai bentuk interaksi sosial, dalam dua kondisi, yaitu (a) hubungan saling mendukung, dan (b) hubungan saling menaklukkan.

(9)

b. Hubungan saling menaklukkan, seperti bagan:

(4) Teori keselarasan metabolisme tubuh berdasarkan mesin kecerdasannya. Konsep

STIFIn yang berkaitan dengan kondisi biologis seseorang dijelaskan dalam keselarasan antara mesin kecerdasan dengan unsur metabolisme masing-masing MK, yaitu:

a. Sensing - organ sistem pencernaan (lambung) b. Thinking - organ sistem eksresi (ginjal)

c. Intuiting - organ sistem sintesa (hati/liver) dan sistem saraf d. Feeling - organis sistem respirasi/pernapasan

e. Instinct - organ sitem peredaran darah dan pusat keseimbangan Instinc

Feeling

Sensing

Thinking

Instinc

Feeling

Sensing

(10)

(5) Teori kalibrasi berdasarkan mesin kecerdasannya. STIFIn mengungkap terhadap bagaimana setiap mesin kecerdasan melepaskan dari tekanan dan mendapatkan kembali kondisi terbaiknya. Berikut ini adalah masing-masing kalibrasi pada setiap maesin kecerdasan.

MK Kalibrasi

S – Sensing Jalan-jalan melihat dunia luar dari biasanya

T – Thinking Mengurus binatang peliharaan atau merawat tanaman kesayangan I – Intuiting Tidur

F – Feeling Bercengkerama dengan orang lain, teman, dan lain-lain In – Instinct Berkunjung ke orang lain/ber-silaturahmi

(6) Teori genetika sesuai mesin kecerdasannya. Berdasarkan mesin kecerdasan dan drive kecerdasan tadi, maka STIFIn mengelompokkan genetik kepribadian atau kecerdasan menjadi sembilan kelompok, yaitu: Si – Sensing introvert; Se – Sensing extrovert; Ti – Thinking introvert; Te – Thinking extrovert; Ii – Intuiting introvert; Ie – Intuiting extrovert; Fi – Feeling introvert; Fe – Feeling extrovert; In – Instinct.

(7) Teori strata genetik. Konsep STIFIn membagi membuat peringkat urutan terhadap genetik manusia. Berikut ini urutan stratea genetikan dari yang tertinggi ke rendah, yaitu: a. Jenis kelamin;

b. Mesin kecerdasan; c. Drive kecerdasan; d. Kapasitas hardware; dan e. Golongan darah.

Kelak di kemudian hari, berpeluang muncul banyak teoriteori lain, sekadar untuk menunjukkan betapa universalnya konsep STIFIn. Ini bisa dibilang teori palugada, “apa lu mau gua ada”.

Model Kepemimpinan STIFIn

Di atas sudah disinggung bahwa konsep STIFIn tidak cuma menambahkan unsur ke-lima “In” dari empat unsur yang lainnya. Konsep STIFIn dengan tujuh sintesa teori

(11)

Dari bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Mesin kecerdasan yang dimiliki oleh pemimpin/kepala sekolah dan guru/tenaga kependidikan akan menentukan gaya dalam memimpin (bentuk interaksi-komunikasi) yang dilakukan.

(2) Dengan mesin kecerdasan dan personality genetic yang dimiliki kepala sekolah akan dengan mudah mengendalikan bawahannya sesuai dengan mesin kecerdasan dan personalitiy genetic.

(3) Proses interaksi – komunikasi efektif dilakukan dengan saling memahami masing-masing PG. Kepala sekolah akan melakukan proses interaksi – komunikasi kepada bawahan (guru dan tenaga kependidikan) sesuai dengan PG-nya. Demikian, pula sebaliknya, bawahan dapat memperlakukan kepalas sekolah dengan baik.

Ie

(12)

Dari bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Mesin kecerdasan dan drive kecerdasan akan menentukan jenis personality genetic (PG) kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan. PG inilah yang disebut dengan kecerdasan atau karakter.

(2) Dengan menggunakan PG masing-masing, kepala sekolah dan guru serta tenaga

kependidikan berinteraksi – berkomunikasi dengan saling memahami masing-masing PG. (3) Dari proses interaksi – komunikasi antarPG di masing-masing individu akan

menentukan prestasi dan kinerja baikkepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, maupun organisasi/sekolah.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan:

1. Bahwa dimungkinkan dilakukan pengembangan terhadap model kepemimpinan,

mengingat konsep STIFIn memberikan ruang yang cukup untuk terjadinya proses interaksi dan komunnikasi yang efektif dalam proses kepemimpinan suatu organisasi.

2. STIFIn memiliki tujuh konsep yang bisa dikembangkan menjadi model kepemimpinan STIFIn. Model kepemimpinan STIFIn dapat dijelaskan sebagaimana pada bagan pertama. 3. Keberadaan mesin kecerdasan dan personality genetic seseorang akan menentukan

perilaku, kepribadian dan kecerdasannya. Keberadaan mesin kecerdasan dan personality genetic ini-lah yang mendorong terwujudnya pengembangan atas model kepemimpinan yang lebih efektif dan adekuat terhadap kinerja organisasi.

Bagan 2: Interaksi Model Kepemimpinan Sekolah

MK

Drive

PG

Kepala Sekolah

Guru

Tenaga Kependidikan

Kinerja – Prestasi

Sekolah

(13)

Demikian kiranya naskah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan para pemerhati manajemen pendidikan khususnya serta manajemen pada umumnya.

Daftar Pustaka

Adair, John.1988. Effective Leadership, A Self-Development Manual. Jakarta: PT Pertja. Andang, M.Pd.2013. Manajemen &Kepemimpinan Kepala Sekolah. Sleman: Ar Ruzz Media. Bennis, Warren & Nanus, Burt. 1985. LEADERS, The Strategies for Taking Charge. New

York: Herper & Row Publisher.

Danim dan Suparno. 2009. Manajemen dan Kepmimpinan Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hall, Richard L. 1982. Organization Structure and Process. New Jersey: Prentice Hall, Inc; Englewood Clift.

Lefton, Robert E. & Bozzota, Victor R. 2005. Leadership Through People Skills (Terjemahan: Rudijanto). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Mundoko, E.Widigo Hari. 2005. What it takes to be A Leader-Plus: Kiat Strategi menjadi Pemimpin Bernilai Plus dengan Memahami dan Bekerja Bersama Orang lain. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Noor, Ismail. 2011. Manajemen Kepemimpinan Muhammad SAW: Mencontoh Teladan Kepemimpinan Rasul untuk Kesempurnaan Manajemen Modern (terjemaham). Bandung: PT Mizan Pustaka.

Poniman, Farid; Nugroho,Indrawan & Azzaini, Jamis; 2003, Kubik Leasdership, Bandung: Mizan

Sonhadji, Ahmad; 2015; Membangun Peradaban Bangsa Dalam Perspektif Multikulural; Cetakan I. Malang: UM Press.

Timpe, A. Dale. 2002. The Art And Science of Business Management: LEADERSHIP. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan sumber inulin yang berasal dari umbi dahlia, baik dalam bentuk tepung maupun ekstrak mampu

NURUL ILMI. Kesesakan, Iritabilitas, Agresivitas dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga yang Tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat. Dibimbing oleh EUIS

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Beberapa artefak yang ditemukan baik dari hasil penggalian maupun yang sudah berada di permukaan tanah yaitu batu-batu berbentuk kala; makara; batu berelief guirlande, gapa, pilar

Biaya kepemilikan kendaraan harus dipertanggung jawabkan dalam dana shadaqah karena sulit untuk membenarkan kendaraan untuk dipertanggung jawabkan dana zakat karena tidak

Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan konsumen tentang kecepatan data setiap operator di wilayah tempat tinggalnya, kurang pahamnya konsumen dalam hal pembagian

Tujuan utama dari proyek e-CPR adalah memberikan suatu solusi sistem otomasi yang dapat menyediakan analisa informasi yang relevan dan cepat sehingga dapat mendukung