KESESAKAN, IRITABILITAS, AGRESIVITAS
DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA YANG
TINGGAL DI RUMAH SUSUN JATINEGARA BARAT
NURUL ILMI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kesesakan, Iritabilitas, Agresivitas dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga yang Tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Nurul Ilmi
ABSTRAK
NURUL ILMI. Kesesakan, Iritabilitas, Agresivitas dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga yang Tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di rumah susun Jatinegara Barat. Penelitian ini melibatkan 157 contoh yang dipilih secara stratified random sampling. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah penghuni, iritabilitas dan agresivitas berhubungan positif signifikan dengan kesesakan, sementara lama pendidikan istri, luas per kapita dan urutan lantai berhubungan negatif signifikan dengan kesesakan. Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa iritabilitas dan agresivitas berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Iritabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Semakin tinggi iritabilitas akan menurunkan kesejahteraan subjektif. Usia istri juga berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Semakin bertambah usia istri akan meningkatkan kesejahteraan subjektif.
Kata kunci: kesesakan, iritabilitas, agresivitas, kesejahteraan subjektif keluarga
ABSTRACT
NURUL ILMI. Crowding, Irritability, Aggressivity and Subjective Well-Being of Family Living at Rented Flats West Jatinegara. Supervised by EUIS SUNARTI.
The purpose of this research is to examine the crowding, irritability, aggressivity and subjective well-being of family living at rented flats West Jatinegara. This study involving 157 families selected by stratified random sampling. The results showed that number of occupants, irritability and aggressivity has significantly positive correlation with crowding, while wife’s age, wife’s length of education and floor sequence has significantly negatif correlation with crowding. Correlation test results also showed that irritability and aggressivity has significantly negative correlation with subjective well-being. Research results showed that irritability has significantly negative influence toward subjective well-being. The higher the irritability will lower subjective well-well-being. Wife’s age also significantly positive influence toward subjective well-being. Increasing wife’s age will increase subjective well-being.
RINGKASAN
NURUL ILMI. Kesesakan, Iritabilitas, Agresivitas dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga yang Tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif. Adapun tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga; 2) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dengan kesesakan, iritabilitas dan agresivitas; 3) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dengan kesejahteraan subjektif keluarga; 4) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.
Penelitian merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Faktor Terkait Kesejahteraan Subjektif Keluarga”. Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini melibatkan 157 contoh yang dipilih menggunakan stratified random sampling. Lokasi penelitian bertempat di Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan bantuan kuesioner, meliputi kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif. Data sekunder diperoleh dari pihak pengelola Rumah Susun Jatinegara Barat yang meliputi jumlah unit, jumlah kepala keluarga, jumlah penghuni, sebaran usia, sebaran pekerjaan, sebaran tingkat pendidikan, lama menetap. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data dan analisisdata. Selanjutnya, data dianalisis secara deskriptif, uji korelasi dan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan keluarga yang tinggal di rumah susun Jatinegara Barat merupakan keluarga dengan rata-rata usia istri dan suami masing-masing 41 tahun dan 45 tahun. Satu dari dua istri dan satu dari tiga suami telah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas dengan maksimal lama pendidikan istri dan suami adalah sarjana. Lebih dari separuh keluarga contoh termasuk kategori tidak miskin menurut garis kemiskinan Kota Jakarta 2016 sebesar 503 386; dengan rata-rata pendapatan per kapita sebesar 773 390. Setiap unit rata-rata dihuni sebanyak sebanyak lima orang dengan rata-rata luas per kapita 6.94 m2. Lama menetap keluarga contoh rata-rata sudah mencapai delapan bulan dengan lama menetap paling singkat adalah satu bulan dan lama menetap paling lama sepuluh bulan.
Kesesakan yang dirasakan keluarga contoh sebesar 31.6 persen. Persentase tertinggi ditunjukkan oleh dimensi kesesakan ruang yaitu merasa rumah kurang luas. Rataan indeks iritabilitas keluarga contoh sebesar 35.2 persen. Dimensi anxiety
merupakan dimensi dengan persentase tertinggi yaitu perasaan khawatir terhadap kejadian buruk. Rataan indeks agresivitas keluarga contoh sebesar 19.4 persen. Persentase tertinggi ditunjukkan oleh dimensi anger yaitu saya mudah marah
dengan anggota keluarga yang ada di rumah. Capaian kesejahteraan keluarga tergolong sedang dengan persentase 41.3 persen, dimana dimensi capaian tertinggi ditunjukkan oleh kesejahteraan subjektif dimensi sosial yaitu keluarga contoh merasa puas dengan hubungan antar anggota keluarga.
Hasil uji korelasi menunjukkan jumlah penghuni, iritabilitas dan agresivitas berhubungan positif signifikan dengan kesesakan sedangkan lama pendidikan istri, luas per kapita dan urutan lantai berhubungan negatif signifikan dengan kesesakan. Hasil penelitian menunjukkan iritabilitas dan agresivitas berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Usia istri berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Hasil uji regresi menunjukkan iritabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif, juga ditemukan usia istri berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.
Pada akhirnya, penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kajian variabel-variabel dalam penelitian ini hanya berdasarkan persepsi ibu sebagai responden. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji variabel-variabel dalam penelitian ini berdasarkan pandangan anggota keluarga lain, misalnya berdasarkan pandangan ayah maupun pandangan anak yang tinggal di dalam rumah, sehingga informasi yang didapatkan lebih banyak sehingga memperkaya hasil penelitian. Pemerintah diharapkan membuat kebijakan yang lebih baik, khususnya untuk dua atau lebih keluarga yang tinggal dalam satu rumah untuk mengurangi kesesakan di dalam rumah. Perlunya lingkungan ramah keluarga, seperti taman keluarga di sekitar rumah susun yang dapat menjadi tempat keluarga menghilangkan stres akibat kesesakan yang dirasakan di dalam rumah. Fasilitas konseling bagi keluarga juga penting dalam upaya memecahkan masalah terkait iritabilitas dan agresivitas yang dihadapi oleh keluarga. Keluarga dengan luas per kapita di bawah standar ideal (kurang dari 8m2 per kapita) diharapkan dapat memaksimalkan pengaturan ruang di dalam rumah, meliputi penataan barang yang lebih rapi serta memaksimalkan space
vertikal di dalam rumah untuk mengurangi persepsi kesesakan yang dapat memicu sikap iritabilitas dan agresivitas yang dapat menurunkan kesejahteraan subjektif keluarga.
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2016
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar dari IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
KESESAKAN, IRITABILITAS, AGRESIVITAS
DAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA YANG
TINGGAL DI RUMAH SUSUN JATINEGARA BARAT
NURUL ILMI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Alhamdulillahi Rabbil’alamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan syukur juga penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan dari kehidupan yang sempurna. Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Atas bantuannya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof Dr Ir Euis Sunarti, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, doa dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 2. Dr Ir Diah Krisnatuti MS selaku dosen penguji skripsi sekaligus dosen
pembimbing akademik yang banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini dan selalu memberikan kemudahan bimbingan akademik selama ini; Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi selaku dosen penguji skripsi yang banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini; Dr. Megawati Simanjuntak, SP, MSi selaku dosen pemandu seminar hasil yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi ini; serta seluruh dosen IKK yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bagi penulis.
3. Keluarga tercinta, Ayahanda Safaruddin, Ibunda Hasnah, SPd, Ananda M. Hidayat, M. Yusuf R, M Hafidz R, atas segala bentuk dukungan dan doa tiada henti, perhatian dan kasih sayang, serta motivasi yang telah diberikan sehingga penulis tetap bersemangat mewujudkan mimpi-mimpinya.
4. Pengelola Rumah Susun Jatinegara, Seluruh Warga Rusun Jatinegara atas bantuan dan kemudahan yang telah diberikan selama proses pengambilan data; Teman-teman IKK49, Tim Penelitian Payung (Galuh, Aulia, Indah, Maryanti, Erna, Septri), Keluarga besar Wisma Tanjung, Saudara-saudara CS, Lingkaran Ukhuwah FEMA dan Seluruh sahabat yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang terdapat didalamnya.
Bogor, Agustus 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 KERANGKA PIKIR 4 METODE 6
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Populasi, Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh 7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 8
Pengolahan dan Analisis Data 8
Definisi Operasional 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Hasil 12
Pembahasan 23
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 31
DAFTAR TABEL
1 Variabel, skala data dan sumber kuesioner 9
2 Rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum
karakteristik keluarga contoh 13
3 Sebaran contoh berdasarkan urutan lantai, letak unit dan posisi unit 13 4 Rataan indeks kesesakan keluarga contoh berdasarkan persepsi ibu 14 5 Rataan indeks iritabilitas keluarga contoh berdasarkan persepsi ibu 15 6 Rataan indeks agresivitas keluarga contoh berdasarkan persepsi ibu 16 7 Rataan indeks kesejahteraan subjektif contoh berdasarkan persepsi
ibu 18
8 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, iritabilitas, agresivitas dengan
kesesakan 19
9 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, komponen iritabilitas, komponen
agresivitas dengan komponen kesesakan 20
10 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas
dengan kesejahteraan subjektif 21
11 Koefisien regresi model pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas
dan agresivitas yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif 22
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir 6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner kesesakan dan sebaran jawaban responden 32 2 Kuesioner iritabilitas dan sebaran jawaban responden 32 3 Kuesioner agresivitas dan sebaran jawaban responden 33 4 Kuesioner kesejahteraan subjektif dan sebaran jawaban responden 34 5 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi total
skor kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif 34 6 Histogram hasil uji normalitas variabel penelitian 35 7 Koefisien regresi model pengaruh kesesakan, iritabilitas dan
agresivitas terhadap kesejahteraan subjektif 35
8 Koefisien regresi model pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik, kesesakan, iritabilitas dan agresivitas
terhadap kesejahteraan subjektif 36
9 Koefisien regresi model pengaruh komponen kesesakan, komponen iritabilitas dan komponen agresivitas terhadap kesejahteraan
subjektif 36
10 Koefisien regresi model pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik, komponen kesesakan, komponen iritabilitas dan komponen agresivitas terhadap kesejahteraan
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga dan tempat bersosialisasi yang nyaman dan aman, namun kondisi tersebut sulit dicapai oleh beberapa keluarga, khususnya keluarga yang tinggal di rumah susun Jatinegara Barat. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali serta distribusi penduduk yang tidak terkendali berdampak pada ketersediaan pemukiman yang tidak mencukupi yang mengakibatkan munculnya pemukiman-pemukiman liar, kumuh dan tidak layak akibat sempitnya lahan untuk pemukiman (BPS 2014). Akibatnya terjadilah relokasi di beberapa wilayah, salah satunya adalah Kampung Pulo Jatinegara, Jakarta Timur. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang baru mengalami relokasi di pertengahan tahun 2015 sekitar bulan Agustus, dimana seluruh penduduk yang tinggal di Kampung Pulo direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat, Jakarta Timur (Maharani 2015).
Keluarga merupakan bagian dari sistem kehidupan keseluruhan dan berinteraksi dengan beragam lingkungan (Sunarti 2007). Berdasarkan Sunarti (2001) dalam perkembangannya, keluarga mengalami berbagai proses pengelolaan baik masalah maupun sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan utama, yakni kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dimana semua kebutuhan dasar dan kebutuhan perkembangan keluarga dapat dipenuhi (Sunarti 2013). Salah satu kebutuhan yang paling penting bagi keluarga adalah papan atau rumah sebagai tempat untuk berkumpul dan berlindung. Jika kondisi rumah yang tidak memadai maka kesejahteraan akan sulit tercapai, sebaliknya jika kebutuhan keluarga terpenuhi baik kebutuhan dasar maupun kebutuhan perkembangannya, keluarga akan mencapai kesejahteraan. Jika keluarga sejahtera, maka individu yang berada didalamnya akan mampu mengembangkan dirinya dengan lebih baik dan sistem yang lebih besar yang dibentuk oleh keluarga yaitu masyarakat akan turut berkembang (Islamia 2012). Berdasarkan pandangan sistem, kesejahteraan dapat diposisikan sebagai output/hasil dari sebuah proses pengelolaan input (sumberdaya) yang tersedia, dimana kesejahteraan sebagai output pada suatu titik dapat menjadi sumberdaya atau input untuk proses menghasilkan tingkat kesejahteraan keluarga pada tahap berikutnya (Sunarti 2006).
Pencapaian kesejahteraan keluarga tentunya tidak terlepas dari berbagai tantangan, khusunya bagi keluarga yang tinggal di rumah dengan kepadatan yang tinggi. Berdasarkan Prabowo (1998) rumah susun merupakan hunian yang tergolong padat. Kepadatan yang tinggi akan menimbulkan perasaan sesak yang dapat memicu munculnya perasaan mudah tersinggung, mudah marah serta perilaku agresi. Bonnefoy (2007) bahwa kondisi rumah merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kesehatan mental. Pada dasarnya batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesesakan yang paling tinggi ada pada rumah susun, kemudian pada kompleks perumahan dan baru setelah itu rumah
2
tunggal (unit hunian tunggal) (Prabowo 1998). Persepsi kesesakan didasarkan pada pandangan subjektif yang merupakan bagian dari tekanan psikologis yang timbul dari situasi keterbatasan ruang (Ha & Lee 2016). Kesesakan menunjuk pada kondisi rumah yang tidak nyaman (Rohimah 2009). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan, yaitu faktor personal, faktor fisik dan faktor sosial. Wardani dan Prabowo (2006) menyatakan kesesakan adalah perasaan sempit dan tidak memiliki cukup ruang yang bersifat subjektif. Diener (2002) menunjukkan bahwa rumah memberikan pengaruh terbesar terhadap kesejahteraan subjektif seseorang.
Kesesakan di dalam rumah membuat penghuni merasa tidak nyaman dan berpotensi timbulnya sikap mudah emosi. Snaith et al (1978) menyatakan bahwa iritabilitas merupakan bagian dari gangguan psikologis dengan ciri ketidaksabaran, ketidaktoleranan dan kurang baik dalam kontrol emosi. Berdasarkan Prabowo (1998) pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain perasaan kurang nyaman, stres, kecemasan, suasana hati kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresvitas meningkat dan bahkan juga gangguan mental yang serius.
Penelitian Latifah dan Suryanto (2002) menunjukkan kesesakan berpengaruh terhadap kecenderungan agresi. Kecenderungan berperilaku agresi merupakan keinginan atau kehendak untuk melakukan sesuatu sebagai reaksi terhadap obyek atau rangsangan tertentu dari lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Agresivitas adalah suatu perilaku fisik atau verbal yang memiliki unsur kesengajaan dan disertai maksud untuk membawa akibat yang tidak menyenangkan, misalnya rasa sakit, luka, ataupun pengrusakan, baik pada makhluk hidup yang termotivasi untuk menghindari perilaku tersebut, ataupun terhadap benda yang ada dalam lingkungan di sekitar individu (Yudha dan Christine 2005). Agresivitas berhubungan dengan depresi, kecemasan, kepuasan hidup dan kesepian sosial (Trompetter et. al. 2011).
Berdasarkan beberapa penelitian mengenai pengaruh kesesakan terhadap perilaku manusia, hanya sedikit penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh lain dari jenis-jenis kesesakan yang berpengaruh luar biasa terhadap kehidupan. Banyak manusia yang mengarah pada berbagai sumber mengenai kesesakan, mereka bertransaksi dengan masalah-masalah yang timbul dari tempat tinggal yang penuh kesesakan seperti bangunan padat, lokasi kerja atau sekolah dengan space yang sempit atau terpaksa berada dalam kendaraan yang padat (Jacinto & Mendieta 2002). Demikian halnya penelitian mengenai ekologi keluarga khususnya berkaitan dengan housing serta pengaruhnya terhadap kesesakan, perasaan mudah tersinggung dan kecenderungan untuk menyerang karena faktor lingkungan tempat tinggal merupakan kajian yang masih jarang dilakukan khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, penting dilakukan analisis bagaimana kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun melalui penelitian yang mendalam.
Perumusan Masalah
Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan menyangkut semua aktivitas keluarga serta menjadi nilai dan kuseksesan hidup (Melson 1980). Kondisi rumah dengan padat penghuni akan menimbulkan berbagai efek negatif,
3 diantaranya ketidaknyamanan berada di dalam rumah. Berdasarkan Bonnefoy (2007) kualitas dari kondisi tempat tinggal menentukan status kesehatan dari penghuni. Ruang untuk setiap penghuni di dalam rumah juga memiliki pengaruh besar terhadap kesejahteraan psikososial dan mental. Dengan mendapatkan gambaran mengenai pentingnya lingkungan dan ruang di dalam rumah bagi seseorang, hal ini dikaitkan dengan bagaimana kondisi individu maupun keluarga yang tinggal di rumah susun dengan luas rumah yang relatif sempit. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama (Anonim 2005).
Keluarga yang tinggal di rumah susun dengan jumlah masyarakat yang tergusur dari Kampung Pulo mencapai 925 kepala keluarga, di mana kapasitas rumah susun hanya tersedia 518 unit, untuk sementara ada 162 unit yang ditempati lebih dari satu kepala keluarga (Priliawito & Sadat 2015). Berdasarkan hal tersebut, luas ruang yang terbatas dengan jumlah penghuni yang banyak akan menimbulkan perasaan sesak yang akan memicu terjadinya perasaan mudah tersinggung, emosi dan berperilaku agresi. Berdasarkan Erlinda (2016) stres dan segala macam bentuk gangguan psikis lainnya dapat disebabkan oleh kesesakan sehingga kondisi psikologi yang negatif mudah muncul (Erlinda 2016). Kondisi lingkungan rumah dengan lantai yang cukup tinggi menyebabkan sosialisasi antar tetangga sulit terbangun. Kurangnya bersosialisasi dengan tetangga, saling berbagi cerita dapat menyebabkan kebosanan dan akan menimbulkan sikap yang mudah tersinggung ketika terlalu lama terkurung di dalam rumah.
Berkaitan dengan kesejahteraan subjektifnya, keluarga dengan persepsi kesesakan tinggi lebih berpotensi mengalami iritabilitas dan agresivitas yang diduga akan menurunkan kesejahteraan subjektif. Kesehatan fisik, mental dan sosial dipengaruhi oleh kondisi tempat tinggal, tetapi tidak dipengaruhi secara langsung (Bonnefoy 2007). Secara lebih rinci, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Bagaimana karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat?
2 Apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dengan kesesakan, iritabilitas, agresivitas keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat?
3 Apakah terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat? 4 Apakah karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat?
4
Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:
1 mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat;
2 menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dengan kesesakan, iritbilitas dan agresivitas keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat;
3 menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dengan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat;
4 menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas terhadap kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di Rumah Susun jatinegara Barat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menyediakan informasi untuk:
1 Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesesakan, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang terkena dampak relokasi.
2 Masyarakat, sebagai tambahan informasi dan pengetahuan mengenai kesesakan, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang terkena dampak relokasi. 3 Kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dalam menganalisis mengenai kesesakan, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang terkena dampak relokasi.
4 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur bagi pihak-pihak terkait untuk saling bersinergi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga.
KERANGKA PIKIR
Pencapaian kesejahteraan pada keluarga bervariasi. Berdasarkan Sunarti (2001) pencapaian tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Keluarga merupakan bagian dari sistem kehidupan keseluruhan yang berinteraksi dengan beragam lingkungan serta memiliki fungsi dan peran dalam setiap sistemnya. Keluarga menjalankan peran dan fungsinya dengan seimbang menunjukkan bahwa keluarga mencapai kesejahteraan dan hidup berkualitas (Fatwa 2014). Penelitian ini didasari oleh salah satu teori besar keluarga yaitu teori
5 struktural fungsional dengan berlandaskan empat konsep yaitu sistem, struktur sosial, fungsi dan keseimbangan. Teori ini membahas bagaimana perilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan oleh institusi sosial, dan bagaimana perilaku tersebut pada gilirannya mempengaruhi orang lain dalam proses aksi-reaksi berkelanjutan. Teori ini memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya mempengaruhi orang lain atau sistem lain (Winton 1995 dalam Sunarti 2001). Teori-teori menengah (middle range theory) yang juga melandasi penelitian ini yakni teori ekologi keluarga yaitu interaksi timbal balik antara keluarga dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam untuk memperoleh kehidupan manusia maupun lingkungan alam yang berkualitas dan berkelanjutan (Sunarti 2013). Ekologi keluarga merupakan suatu pendekatan multidisiplin ilmu dalam mempelajari keluarga agar dapat mencapai kesejahteraannya dengan tetap mempertahankan lingkungan di sekitarnya (Puspitawati 2013).
Karakteristik keluarga dan lingkungan yang memadai akan mendukung pencapaian kesejahteraan keluarga dan perbaikan generasi selanjutnya. Berdasarkan Islamia (2012) pendidikan, usia, besar keluarga, tipologi wilayah dan pendapatan berkontribusi terhadap kesejahteraan subjektif. Hasil penelitian Fatwa (2014) menemukan berbagai faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif diantaranya kondisi demografi (usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan dan pendapatan), lingkungan tempat tinggal. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya meneliti karakteristik keluarga khususnya pada keluarga yang yang tinggal di rumah susun dalam hubungan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif. Karakteristik keluarga yang diteliti dalam penilitian ini adalah usia istri, usia suami, lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pekerjaan istri, pekerjaan suami, pendapatan per kapita, jumlah penghuni dan lama menetap. Karakteristik lingkungan juga merupakan komponen penting dalam mencapai kesejahteraan subjektif. Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal yang diteliti adalah posisi unit, letak unit dan urutan lantai. Berdasarkan penelitian Schiffenbeuer (dalam Gifford 1987 dalam Yudha dan Christine) dalam hubungannya dengan urutan lantai pada rumah susun, menemukan penghuni lantai yang lebih tinggi merasa tidak terlalu sesak daripada penghuni lantai bawah.
Berdasarkan Krahe (1996) dalam Yudha dan Christine (2005) perilaku agresi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor personal, situasional dan lingkungan. Faktor personal misalnya jenis kelamin, tipe kepribadian, faktor genetik. Cholidah
et. al., (1996) dalam Nashori (2008), mengungkapkan bahwa ada hubungan positif antara kepadatan dan kesesakan dengan stres pada remaja Jakarta. Stres mudah dialami individu yang mengalami keterbatasan ruang dan kesesakan setiap hari. Iritabilitas adalah keadaan mood yang tergantung pada suasana hati, misalnya depresi dan kecemasan atau lekas marah, yang memiliki invers korelasi dengan usia (Snaith & Taylor 1985). Jumlah penghuni, luas per kapita dan lama menetap diduga mempengaruhi persepsi kesesakan dan agresivitas. Lama pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan keluarga diduga berpengaruh terhadap kecendurangan untuk mudah tersinggung dan kecenderungan berperilaku agresi.
Kepadatan dan kesesakan banyak mengakibatkan stres yang berhubungan dengan respon-respon psikis individu (Jain 1987 dalam Nashori 2008). Kesesakan adalah bagian dari faktor lingkungan namun bukan merupakan penyebab tunggal dari tindakan agresi (Latifah & Suryanto 2002 dalam Yudha & Christine 2000).
6
Latifah dan Suryanto (2002) menunjukkan bahwa kesesakan berpengaruh terhadap kecenderungan agresi. Jacinto dan Mendieta (2002) mengatakan bahwa terdapat pengaruh potensial dari kombinasi kesesakan terhadap tekanan psikologis. Bagan kerangka pemikiran kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif keluarga yang tinggal di rumah susun Jatinegara Barat disajikan pada gambar 1 di bawah ini:
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Berhubungan dan berpengaruh
Gambar 1 Kerangka pikir
METODE
Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul “Faktor Terkait Kesejahteraan Subjektif Keluarga yang Tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat”. Disain yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Rusunawa Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara
purposive dengan pertimbangan Rusunawa Jatinegara Barat merupakan rusun yang baru dihuni di pertengahan tahun 2015 dan belum ada penelitian mengenai kajian keluarga secara mendalam. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari hingga Agustus 2016, meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, penyusunan laporan hasil penelitian dan perbaikan laporan hasil penelitian.
Karakteristik keluarga: 1. Usia istri
2. Usia suami
3. Lama pendidikan istri 4. Lama pendidikan suami 5. Pendapatan per kapita 6. Jumlah penghuni 7. Luas per kapita 8. Lama menetap
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal:
1. Posisi unit 2. Letak unit 3. Urutan lantai Kesesakan Iritabilitas Agresivitas Kesejahteraan subjektif
7 Populasi, Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian utama adalah seluruh keluarga dengan kriteria suami dan istri yang masih lengkap serta memiliki anak remaja dan tidak memiliki anak remaja yang bertempat tinggal di Rumah Susun Jatinegara Barat. Penelitian utama melibatkan 157 contoh yang dipilih menggunakan stratified random sampling, sementara penelitian ini mengambil seluruh contoh dari penelitian utama, yakni 157 contoh tanpa mempertimbangkan keluarga dengan anak remaja maupun keluarga tanpa remaja. Responden dalam penelitian ini adalah ibu. Adapun kerangka teknik penarikan contoh dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Purposive Purposive Purposive Purposive
Stratified random sampling
Ramdom sampling Stratified random
sampling
Gambar 2 Teknik pengambilan contoh DKI Jakarta Jakarta Timur Jatinegara Barat Rusunawa Jatinegara N= 518 keluarga 311 keluarga utuh n=157 156 keluarga dengan remaja 155 keluarga tanpa remaja n=75 n=82
8
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner melalui wawancara secara langsung dengan contoh dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari pihak pengelola Rumah Susun Jatinegara Barat yang meliputi jumlah unit, jumlah kepala keluarga, jumlah penghuni, sebaran usia sebaran pekerjaan, sebaran tingkat pendidikan, lama menetap dan lain-lain.
Variabel dalam penelitian ini, meliputi:
1. Karakteristik keluarga, yakni usia istri dan suami, lama pendidikan istri dan lama pendidikan suami, pekerjaan istri dan suami, pendapatan per kapita, jumlah penghuni dan lama menetap.
2. Karakteristik lingkungan fisik, yakni posisi unit, letak unit dan urutan lantai. 3. Kesesakan (cronbach’s alpha 0.835), dari pertanyaan tertutup dengan skala
Semantik 1-4, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Pertanyaannya meliputi kondisi rumah yang ditempati, perasaan ketika berada di dalam rumah, aktifitas yang dilakukan di dalam rumah, interaksi dengan tetangga, kondisi anggota keluarga ketika berada di dalam rumah.
4. Iritabilitas (cronbach’s alpha 0.716), dari pertanyaan tertutup dengan skala Semantik 1-4, yaitu tidak pernah, pernah, sering dan sangat sering. Pertanyaannya meliputi emosi diri, kondisi nafsu makan, pelampiasan kemarahan, pikiran di masa lalu, kualitas tidur, kecemasan, kontrol diri.
5. Agresivitas (cronbach’s alpha 0.793), dari pertanyaan tertutup dengan skala Semantik 1-4, yaitu tidak pernah, pernah, sering dan sangat sering. Pertanyaannya meliputi perilaku agresi dengan tetangga, perilaku agresi dengan anggota keluarga, perilaku ketika marah, mudah marah dan frekuensi marah. 6. Kesejahteraan subjektif (cronbach’s alpha 0.774), dari pertanyaan tertutup
dengan skala Semantik 1-4, sangat tidak puas, tidak puas, puas dan sangat puas. Pertanyaannya meliputi makanan yang dikonsumsi, pakaian yang dimiliki dan digunakan, kondisi rumah yang ditempati, pelayanan kesehatan, pendidikan anak, tabunagn yang dimiliki, aset atau harta lainnya yang dimiliki, pertisipasi dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal, hubungan dengan tetangga, hubungan dengan keluarga dan keluarga besar, perasaan aman berada di lingkungan tempat tinggal, pelaksanaan ibadah sehari-hari, kondisi mental, kepuasan melaksanakan peran sebagai istri, ibu, dan anggota masyarakat dan kepuasan terhadap pelaksanaan fungsi dan peran suami.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian diolah menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows versi 20. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data dan analisisdata. Skala data yang digunakan dalam kuesioner meliputi skala nominal, ordinal dan rasio. Hal ini dijelaskan secara rinci pada tabel 1.
9
Tabel 1 Variabel, skala data dan sumber kuesioner
Variabel Skala Data Sumber kuesioner
Karakteristik keluarga
Usia istri-suami Rasio
Lama pendidikan istri-suami Rasio
Pekerjaan istri-suami Nominal
Pendapatan per kapita Rasio
Jumlah penghuni Rasio
Lama menetap Rasio
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal
Posisi unit Nominal
Letak unit Nominal
Urutan lantai Nominal
Kesesakan Ordinal Diacu dari Fatwa 2014
Iritabilitas Ordinal Diacu dan dimodifikasi dari Snaith
et.al. 1978
Agresivitas Ordinal Diacu dan dimodifikasi dari Orpinas
dan Frankowski 2001 Kesejahteraan subjektif Ordinal Diacu dari Fatwa 2014
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi dan uji regresi linier.
Variabel kesesakan terdiri dari dua dimensi yaitu tujuh pernyataan untuk kesesakan ruang dan tujuh pernyataan untuk keseskaan sosial dengan total pernyataan sebanyak 14 item. Variabel iritabilitas terdiri dari empat dimensi yakni dimensi depression terdiri dari lima pernyataan, dimensi enxiety terdiri dari lima pernyataan, dimensi inward irritability terdiri dari tiga pernyataan dan dimensi
outward irritability terdiri dari empat pernyataan dengan total pernyataan sebanyak 17 item pernyataan. Variabel agresivitas terbagi menjadi 11 pernyataan untuk dimensi physical and verbal dua pernyataan untuk dimensi anger, sehingga total pernyataan sebanyak 13 item. Variabel kesejahteraan subjektif terdiri dari delapan pernyataan untuk dimensi fisik-ekonomi, lima pernyataan untuk dimensi sosial dan tujuh pernyataan untuk dimensi psikologis, sehingga total pernyataan sebanyak 20 item. Semua variabel dalam penelitian ini terdiri dari empat skala jawaban. Setiap skala jawaban diberi skor, untuk variabel kesesakan (skala jawaban sangat tidak setuju=0; tidak setuju=0; setuju=1; dan sangat setuju=2), variabel iritabilitas (skala jawaban tidak pernah-0; pernah=1, sering=2; dan sangat sering=3), variabel agresivitas (skala jawaban tidak pernah=0; jarang=1; sering=2; dan sangat sering=3), variabel kesejahteraan subjektif (skala jawaban sangat tidak puas=0; tidak puas=0; puas=1; dan sangat puas=2). Pengelompokan ini digunakan hanya sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bagaimana persentase kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan capaian kesejahteraan subjektif yang diperoleh berdasarkan penelitian ini. Berdasarkan jawaban responden, kemudian dihitung sebaran jawaban responden (persentase) di setiap item pernyataan dari variabel
10
kemudian untuk capaian kesejahteraan subjektif dikelompokkan dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan Sunarti et al (2011) menggunakan sebaran interval, yaitu rendah (0-33.3), sedang (33.4-66.7) dan tinggi (66.8-100.0). Pengolahan data selanjutnya, pernyataan pada variabel kesesakan, iritabilitas, agresivitas dan kesejahteraan subjektif dikompositkan dengan mentranformasi nilai skor yang telah diperoleh menjadi skor indeks. Indeks presentase dihitung menggunakan rumus:
Y= nilai yang didapatkan –nilai minimum x 100% Nilai maksimum –nilai minimum
Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi dan uji regresi. Analisis korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas dengan kesejahteraan subjektif keluarga. Sedangkan uji regresi dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, kesesakan, iritabilitas, agresivitas terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Adapun model regresi yang digunakan :
Uji regresi linier berganda dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, kesesakan, iritabilitas dan agresivitas terhadap kesejahteraan subjektif dengan rumus sebagai berikut:
Model 1: Model 2:
Model 3:
Model 4:
Keterangan: Y= kesejahteraan subjektif
α = konstanta regresi X10 = kesesakan
ε = galat X10.1 = kesesakan ruang
β1...β12 = koefisien regresi X10.2 = kesesakan sosial
X1 = usia istri X11 = iritabilitas
X2 = usia suami X11.1 = depression
X3 = lama pendidikan istri X11.2 = anxiety
X4 = lama pendidikan suami X11.3 = inward irritbility
X5 = pendapatan per kapita X11.4 = outward irritbility
X6 = jumlah penghuni X12 = agresivitas
X7 = luas per kapita X12.1 = physical and verbal
X8 = lama menetap X12.2 = anger
X9 = urutan lantai Y = α + βX1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11 + β12X12 + ε Y = α + β10.1X10.1 + β10.2X10.2 + β11.1X11.1 + β11.2X11.2 + β11.3X11.3 + β11.4X11.4 + β12.1X12.1 + β12.2X12.2 + ε Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9+ β10.1X10.1 + β10.2X10.2 + β11.1X11.1 + β11.2X11.2 + β11.3X11.3 + β11.4X11.4 + β12.1X12.1 + β12.2X12.2 + ε Y= α + β10X10 + β11X11 + β12X12 + ε
11 Definisi Operasional
Karakteristik keluarga adalah ciri yang melekat pada keluarga yang meliputi usia, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan per kapita, jumlah penghuni, lama menetap.
Usia adalah usia responden yang dihitung sejak lahir hingga waktu wawancara dengan satuan tahun.
Lama pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh responden dengan satuan tahun.
Pendapatan per kapita adalah total pendapatan seluruh anggota keluarga yang memiliki penghasilan yang diperoleh dalam waktu satu bulan dibagi dengan jumlah penghuni di dalam unit rumah.
Jumlah penghuni adalah jumlah orang yang tinggal di dalam unit rumah.
Luas per kapita adalah luas unit rumah dalam m2 dibagi dengan jumlah penghuni yang tinggal dalam satu unit rumah.
Lama menetap adalah waktu dalam bulan terhitung sejak keluarga menempati rumah susun jatinegara barat sampai penelitian ini berlangsung.
Karakteristik lingkungan tempat tinggal adalah kondisi tempat tinggal baik dari segi lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang meliputi posisi unit, letak unit dan urutan lantai.
Posisi Unit adalah letak bangunan yang ditempati oleh keluarga contoh yang terdiri tower A dan Tower B.
Letak Unit adalah letak unit rumah dalam satu bangunan rumah susun yang dibagi menjadi dua bagian yaitu pinggir dan tengah.
Urutan lantai adalah tingkatan lantai yang ditempati oleh keluarga contoh. Kesesakan adalah persepsi keluarga contoh terhadap luas unit rumah yang dimiliki,
dikelompokkan dalam dua dimensi yaitu ruang dan sosial.
Irritabilitas adalah persepsi keluarga contoh terhadap suasana hati dan perasaan mudah tersinggung/marah, baik karena kondisi dari dalam diri maupun dari kondisi lingkungan.
Agresivitas adalah kecenderungan keluarga contoh untuk menyerang sebagai reaksi terhadap obyek atau rangsangan tertentu dari lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun sosial.
Kesejahteraan subjektif adalah penilaian kepuasan keluarga contoh terhadap pemenuhan kebutuhan secara objektif.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kampung Melayu, Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Rusunawa jatinegara terdiri dari dua blok yaitu Tower A dan Tower B, dimana Tower A lebih luas dibanding Tower B. Jumlah lantai yang terdapat di Rusunawa Jatinegara adalah sebanyak 16 lantai yang terdiri dari 16-19 Petak tempat tinggal di setiap lantainya, total unit yang ada di Rusunawa ini adalah sekitar 518 unit. Setiap unit diisi oleh 2-3 kepala keluarga dengan luas unit 30 m2. Satu unit terdiri dari dua kamar, satu ruang tamu yang bersambung dengan dapur, satu kamar mandi serta tempat jemur pakaian. Total keluarga yang tinggal di Rusunawa ini adalah lebih dari 1.000 kepala keluarga yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang terkena dampak relokasi dari Kampung Pulo. Luas unit adalah 30 m2 dengan jumlah penghuni mulai dari 2 sampai 13 orang.
Fasilitas di Rusunawa ini sudah cukup lengkap, yaitu terdiri dari Pelayanan kesehatan (cek kehamilan, posyandu, dan penyakit lainnya), sarana pendidikan (seperti PAUD, angkutan antar jemput sekolah), taman yang sedang dalam pembenahan, kantin (orang-orang yang berjualan adalah orang yang tinggal di rusunawa itu sendiri), fasilitas ibadah (mushalah besar yang terdapat di lantai satu, serta di setiap lantai terdapat tempat shalat), fasilitas peminjaman laptop gratis. Rumah susun Jatinegara Barat merupakan rumah susun yang baru dihuni di pertengahan tahun 2015 dengan penghuni yang cukup homogen yaitu berasal dari satu kampung yaitu Kampung Pulo.
Karakteristik Keluarga
Berdasarkan sebaran karakteristik keluarga pada Tabel 2, hampir separuh istri (47.8%) dan hampir separuh suami (49.0) berada pada usia dewasa menengah yaitu pada rentang 40 sampai 60 (Hurlock 1980) dengan minimal usia istri 19 tahun dan minimal usia suami 22 tahun. Lebih dari satu perdua istri (53%) dan lebih dari sepertiga suami (66%) telah menamatkan pendidikan 12 tahun dengan maksimal lama pendidikan istri dan suami 16 tahun. Lebih dari separuh keluarga contoh (59.9%) termasuk kategori tidak miskin berdasarkan garis kemiskinan DKI Jakarta 2016 sebesar 503,386 ribu; dengan pendapatan per kapita terendah sebesar 62.5 ribu; dan pendapatan per kapita tertinggi sebesar 2 800 ribu. Setiap unit rata-rata dihuni sebanyak lima orang dengan rata-rata luas per kapita 6.94 m2. Lama menetap keluarga contoh rata-rata sudah mencapai delapan bulan dengan lama menetap paling singkat adalah satu bulan dan lama menetap paling lama sepuluh bulan. Hampir sepertiga keluarga contoh (62.4%) yang menetap selama delapan bulan.
13
Tabel 2 Rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum karakteristik keluarga contoh
Karakteristik (satuan) Rata-rata±Standar deviasi Min±Max
Usia istri (tahun) 41.38±10.87 19±74
Usia suami (tahun) 45.53±11.56 22±76
Lama pendidikan istri (tahun) 9.09±3.10 0±16
Lama pendidikan suami (tahun) 9.36±2.94 2±16
Pendapatan per kapita (ribu) 773.39±53.9 62.5±2 800
Jumlah penghuni (orang) 4.95±1.74 2±13
Luas per kapita (m2) 6.94±2.64 2±15
Lama menetap (bulan) 7.90±1.13 1±10
Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal dalam penelitian meliputi letak lantai, letak unit dan posisi unit. Keluraga contoh menyebar dari lantai tiga sampai lantai 16 dengan rata-rata keluarga contoh tinggal di lantai Sembilan. Keluarga contoh juga tersebar rata di kedua tower yaitu tower A dan tower B. Lebih dari seperdua keluarga contoh (53.9%) menempati posisi unit di tengah.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan urutan lantai, letak unit dan posisi unit
Karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal n %
Urutan lantai 3 12 7.6 4 15 9.6 5 9 5.7 6 10 6.4 7 15 9.6 8 12 7.6 9 15 9.6 10 13 8.3 11 12 7.6 12 5 3.2 13 12 7.6 14 8 5.1 15 9 5.7 16 10 6.4 Total 157 100 Letak unit Tower A 78 49.3 Tower B 79 53.9 Total 157 100 Posisi unit Pinggir 71 46.1 Tengah 83 53.9 Total 157 100
14
Kesesakan
Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil (Altman 1975 dalam Prabowo 1998). Penelitian ini membagi kesesakan menjadi dua dimensi yaitu dimensi kesesakan ruang dan dimensi kesesakan sosial. Kesesakan ruang merupakan kesesakan yang disebabkan oleh kondisi ruang yang sempit atau kurang memadai dibandingkan dengan jumlah orang. Kesesakan sosial merupakan kesesakan yang dirasakan akibat jumlah orang yang terlalu banyak dalam suatu ruangan yang tetap. Berdasarkan data pada Tabel 4 menunjukkan rataan indeks kesesakan yang dirasakan keluarga contoh sebesar 24.3 persen. Rataan indeks kesesakan terbesar pada dimensi kesesakan ruang ditunjukkan oleh item pernyataan saya merasa rumah kurang luas dengan rataan indeks 45.2 persen dengan rataan indeks dimensi kesesakan ruang 31.6 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rataan indeks terbesar pada dimensi kesesakan sosial ditunjukkan oleh item pernyataan suasana hati tidak menentu saat berada di dalam rumah sebesar 29.6 persen dengan rataan indeks dimensi kesesakan sosial 24.3 persen.
Tabel 4 Rataan indeks kesesakan keluarga contoh berdasarkan persepsi ibu
Item pernyataan kesesakan Rataan indeks
Dimensi kesesakan ruang
Saya merasa rumah kurang luas 45.2
Saya merasa sesak ketika berada di dalam rumah 32.8
Saya sulit beraktifitas di dalam rumah 18.8
Saya merasa bahwa pintu yang dibuka tidak membuat ruangan terasa lebih luas
31.5 Walaupun saya mengatur letak perabotan rumah, tetapi
tidak membuat ruangan terasa lebih luas
31.5
Saya lebih emosional ketika berada di dalam rumah 30.9
Keadaan rumah membuat saya mudah stress 30.6
Rata-rata capaian indeks kesesakan ruang 31.6
Dimensi kesesakan social
Suasana hati saya tidak menentu saat berada di dalam rumah
29.6 Saya cenderung menjadi orang yang enggan berinteraksi
dengan orang lain/tetangga lain
14.3
Saya tidur untuk menghindari sumpek 24.2
Kondisi rumah membuat pekerjaan rumah menjadi kurang optimal
13.7
Saya merasa orang di dalam rumah terlalu banyak 14.6
Saya merasa terganggu saat tetangga berkunjung ke rumah karena terasa lebih padat
7.6 Saya merasa anggota keluarga cenderung lebih agresif 15.0
Rata-rata indeks kesesakan sosial 17.0
15 Iritabilitas
Iritabilitas adalah keadaan mood yang tergantung pada suasana hati, misalnya depresi dan kecemasan atau lekas marah, yang memiliki invers korelasi dengan usia (Snaith & Taylor 1985). Manurut Snaith et.al. (1978) iritabilitas terdiri dari empat dimensi yaitu, depression, anxiety, inward irritability dan outward irritability.
Berdasarkan data pada Tabel 5 menunjukkan rataan indeks iritabilitas keluarga contoh sebesar 35.2 persen. Berdasarkan empat dimensi iritabilitas diketahui bahwa dimensi anxiety merupakan dimensi dengan rataan indeks tertinggi sebesar 31.2 persen ditunjukkan oleh item pernyataan saya khawatir ada kejadian buruk yang menimpa saya dengan persentase 60.9 persen. Hasil penelitian menunjukkan hanya terdapat dua item pernyataan dengan persentase kurang dari 10 persen dimana pada item tersebut menunjukkan bahwa hampir tidak ada responden yang berpikir untuk menyakiti diri sendiri ketika ada masalah serta berpikir untuk menyakiti orang yang dibenci. Dimensi inward irritability merupakan dimensi dengan persentase terendah 21.4 persen dengan persentase tertinggi ditunjukkan oleh item pernyataan saya mengumpat diri sendiri ketika saya membuat kesalahan dengan persentase 35.2 persen yang menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga keluarga contoh mengumpat diri sendiri ketika melakukan kesalahan.
Tabel 5 Rataan indeks iritabilitas keluarga contoh berdasarkan persepsi ibu
Item pernyataan iritabilitas Rataan indeks
Dimensi depression
Saya adalah orang yang murung 33.3
Nafsu makan saya tidak baik 37.6
Saya melampiaskan kemarahan dengan berteriak atau membentak orang lain
37.6 Saya memikirkan hal-hal di masa lalu yang membuat saya
tertekan
40.8 Saya terbangun di malam hari karena tidur tidak nyenyak 48.0
Rata-rata indeks dimensi depression 39.4
Dimensi anxiety
Saya merasa tegang dan banyak beban pikiran 49.3
Saya adalah orang yang mudah panik 55.0
Saya khawatir ada kejadian buruk yang menimpa saya 60.9
Ketika merasa tidak nyaman, saya langsung mulas/pusing 53.5 Saya merasa khawatir ketika keluar rumah/bepergian
sendirian
37.2
Rata-rata indeks dimensi anxiety 51.2
Dimensi inward irritability
Saya mengumpat diri sendiri ketika saya membuat kesalahan
35.2 Saya berpikir untuk menyakiti diri sendiri ketika memiliki
masalah
6.8 Akhir-akhir ini saya merasa kesal/tidak nyaman terhadap
diri saya
22.3
Rata-rata indeks dimensi inward irritability 21.4
16
Tabel 5 (lanjutan) Dimensi outward irritability
Saya berontak terhadap perilaku orang lain yang merugikan saya
43.7
Saya merasa kehilangan kontrol diri 20.0
Saya berpikir untuk menyakiti orang lain yang saya benci 4.0
Saya syok ketika ada orang membentak saya 47.3
Rata-rata indeks dimensi outward irritability 28.8
Rata-rata indeks iritabilitas 35.2
Agresivitas
Agresivitas adalah suatu perilaku fisik atau verbal yang memiliki unsur kesengajaan dan disertai maksud untuk membawa akibat yang tidak menyenangkan, misalnya rasa sakit, luka, ataupun pengrusakan, baik pada makhluk hidup yang termotivasi untuk menghindari perilaku tersebut, ataupun terhadap benda yang ada dalam lingkungan di sekitar individu (Yudha dan Christine 2005). Penelitian ini membagi agresivitas dalam dua dimensi yaitu dimensi agresivitas fisik dan verbal serta dimensi agresivitas marah. Dimensi agresivitas fisik merupakan sikap agresif yang ditunjukkan dengan kata-kata atau menggunkan melakukan agresi secara fisik. Dimensi agresivitas marah merupakan sikap agresi yang ditunjukkan melalui perilaku marah. Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan rataan indeks agresivitas keluarga contoh 19.4 persen.
Persentase pada dimensi physical and verbal sebesar 10.7 persen yang ditunjukkan oleh item pernyataan dengan persentase tertinggi saya mengancam akan memukul/mencubit jika anak melakukan kesalahan/nakal dengan persentase 28.7 persen. Persentase pada dimensi anger yang ditunjukkan oleh item pernyataan saya mudah marah dengan anggota keluarga yang ada di rumah dengan persentase 31.4 persen dan rata-rata persentase dimensi anger adalah 28.0 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hanya terdapat satu item pernyataan dengan persentase lebih dari 30 persen yaitu mudah marah dengan anggota keluarga yang ada di dalam rumah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh merasa mudah marah dengan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Tabel 6 Rataan indeks agresivitas keluarga contoh berdasarkan persepsi ibu
Item pernyataan Rataan indeks
Dimensi physical and verbal
Saya cenderung mengeluarkan kata-kata yang membuat tetangga saya marah
5.7 Saya akan membalas perbuatan buruk dari seseorang atau
tetangga yang melakukan perbuatan buruk terhadap saya
3.6 Saya mendukung anggota keluarga untuk marah dengan anggota
keluarga lain
3.4 Saya mendukung tetangga untuk marah dengan tetangga yang
lain
17
Tabel 6 (lanjutan)
Item pernyataan Indeks
Dimensi physical and verbal
Saya membiarkan anggota keluarga ketika melakukan pertengkaran di dalam rumah
7.6 Saya mendukung anggota keluarga ketika melakukan
pertengkaran di dalam rumah
3.4 Saya melempar barang-barang yang ada di sekitar saya ketika
marah
8.3 Saya membanting pintu ketika marah dengan anggota keluarga 8.9 Saya memanggil anggota keluarga dengan penggilan yang kurang
baik
20.0 Saya mengancam akan memukul/mencubit jika anak melakukan
kesalahan/nakal
28.7
Saya memukul/mencubit anak saya ketika sedang marah 26.5
Rata-rata indeks dimensi physical and verbal 10.7
Dimensi anger
Saya mudah marah dengan anggota keluarga yang ada di rumah 31.4
Saya marah setiap hari 24.6
Rata-rata indeks dimensi anger 28.0
Rata-rata indeks agresivitas 19.4
Kesejahteraan Subjektif
Kesejahteraan keluarga merupakan tujuan utama dan akhir keluarga (Sunarti 2013). Berdasarkan Sunarti (2013), kesejahteraan keluarga dapat dinilai secara obyektif dan subjektif. Kesejahteraan subjektif merupakan kepuasan terhadap tingkat pemenuhan kesejahteraan yang ditunjukkan secara obyektif. Berdasarkan Diener et al (2012) kesejahteraan subjektif didefinisikan sebagai evaluasi seseorang baik secara kognitif dan afektif terhadap kehidupannya. Kesejahteraan subjektif terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi kesejahteraan fisik-ekonomi, dimensi kesejahteraan sosial dan dimensi kesejahteraan psikologis. Berdasarkan data pada Tabel 7 menunjukkan rataan indeks kesejahteraan subjektif sebesar 41.3 persen. Hal tersebut menunjukkan capaian kesejahteraan subjektif keluarga contoh tergolong sedang.
Berdasarkan tiga dimensi kesejahteraan subjektif diketahui bahwa dimensi kesejahteraan sosial merupakan dimensi dengan capaian tertinggi sebesar 47.8 persen yang ditunjukkan oleh item pernyataan dengan capaian tertinggi yaitu puas dengan hubungan antar anggota keluarga sebesar 60.2 persen. Capaian terendah pada dimensi kesejahteraan fisik-ekonomi ditunjukkan oleh item pernyataan keadaan tabungan yang dimiliki. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga contoh belum mampu melakukan saving (menabung) dikarenakan besarnya biaya tambahan selama tinggal di rusun yaitu sewa rusun, listrik, air serta biaya hidup lainnya. Capain terbesar keluarga contoh pada dimensi kesejahteraan psikologis ditunjukkan oleh item pernyataan pelaksanaan fungsi dan peran suami dengan capaian 46.5 persen dengan rataan indeks capaian dimensi kesejahteraan psikologis sebesar 40.4 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan hanya terdapat dua pernyataan dengan rataan indeks lebih dari 50 persen dimana pada item pernyataan
18
tersebut keluarga sudah mampu mencapai dengan baik atau puas dengan hubungan antar anggota keluarga dan keluarga besar.
Tabel 7 Rataan indeks kesejahteraan subjektif contoh berdasarkan persepsi ibu
Item pernyataan Rataan indeks
Dimensi fisik-ekonomi
Makanan yang dikonsumsi selama ini 49.4
Pakaian yang dimiliki dan digunakan 48.1
Kondisi rumah yang ditempati 34.1
Kemampuan membiayai kesehatan 47.5
Kemampuan membiayai pendidikan anak 43.6
Pendapatan yang diperoleh selama ini 33.1
Aset atau harta lain yang dimiliki 18.5
Keadan tabungan yang dimiliki 11.8
Rata-rata capaian dimensi fisik-ekonomi 35.7
Dimensi Sosial
Partisipasi dalam kegiatan di masyarakat atau lingkungan tempat tinggal
34.1
Hubungan dengan tetangga 43.6
Hubungan antar anggota keluarga 60.2
Hubungan dengan keluarga besar 55.1
Bantuan yang diberikan kepada orang lain (uang, barang, waktu, pikiran, atau emosi)
46.2
Rata-rata capaian dimensi social 47.8
Dimensi Psikologis
Perasaan aman dari gangguan kejahatan seperti penodongan, perampokan, pemerasan, pencuarian dan kriminalitas lainnya
37.3
Pelaksanaan ibadah sehari-hari 31.8
Kondisi mental keluarga 40.1
Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai istri 43.6
Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai ibu 43.0
Pelaksanaan fungsi dan peran sebagai anggota masyarakat 40.8
Pelaksanaan fungsi dan peran suami 46.5
Rata-rata capaian dimensi psikologis 40.4
Rata-rata capaian dimensi kesejahteraan subjektif 41.3
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Ligkungan Fisik Tempat Tinggal, Iritabilitas, Agresivitas dengan Kesesakan Hasil uji korelasi menunjukkan jumlah penghuni, iritabilitas dan agresivitas berhubungan positif signifikan dengan kesesakan. Semakin bertambah jumlah penghuni, semakin tinggi tingkat iritabilitas dan semakin tinggi tingkat agresivitas maka akan cenderung meningkatkan kesesakan. Hasil penelitian juga menunjukkan lama pendidikan istri, luas per kapita dan urutan lantai berhubungan negatif signifikan dengan kesesakan. Semakin lama pendidikan istri maka kesesakan yang dirasakan semakin rendah. Berdasarkan elaborasi dari sebaran responden, istri yang memiliki pendidikan yang tinggi akan memiliki pekerjaan yang baik, sehingga tidak merasa sesak karena sebagian besar waktunya di habiskan di luar rumah. Semakin
19 kondisi rumah tidak padat cenderung menurunkan kesesakan. Semakin tinggi letak lantai maka kesesakan yang dirasakan semakin rendah. Jumlah penghuni berhubungan negatif signifikan dengan iritabilitas, sedangkan luas per kapita dan agresivitas berhubungan positif signifikan dengan iritabilitas. Uji korelasi juga menunjukkan bahwa usia baik istri maupun suami dan luas per kapita berhubungan negatif signifikan dengan agresivitas. Semakin bertambahnya usia baik istri maupun suami akan menurunkan sikap agresivitas dan semakin kondisi rumah tidak padat atau kepadatan di rumah lebih tinggi dari standar ideal (≥8m2) akan cenderung menurunkan agresivitas. Jumlah penghuni juga memiliki hubungan positif signifikan dengan agresivitas. Semakin bertambah jumlah orang di dalam rumah akan cenderung meningkatkan agresivitas.
Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, iritabilitas, agresivitas dengan kesesakan
Variabel Kesesakan Iritabilitas Agresivitas
Usia istri 0.131 0.015 -.223**
Usia suami 0.146 0.012 -.193*
Lama pendidikan istri -.159* -0.130 0.060
Lama pendidikan suami -0.044 -0.067 0.156
Pendapatan per kapita -0.032 -0.135 -0.143
Jumlah penghuni .236** .214** .291**
Luas per kapita -.221** -.203* -.295**
Lama menetap 0.071 -0.008 0.074
Urutan lantai -.169* -0.101 -0.133
Iritablitas .393** .429**
Agresivitas .265** .429**
*signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal, Komponen Iritabilitas, Komponen Agresivitas dengan
Komponen Kesesakan
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah penghuni, depression, anxiety, inward irritability, iritabilitas total, physical and verbal, anger dan agresivitas total berhubungan positif signifikan dengan kesesakan ruang, kesesakan sosial dan kesesakan total. Semakin bertambah jumlah penghuni, semakin tinggi tingkat
depression, anxiety, inward irritability, iritabilitas total, physical and verbal, anger
dan agresivitas total akan cenderung meningkatkan kesesakan ruang, kesesakan sosial dan kesesakan total. Luas per kapita berhubungan negatif signifikan dengan kesesakan ruang, kesesakan sosial dan kesesakan total. Semakin bertambah jumlah orang di dalam rumah akan cenderung meningkatkan kesesakan ruang, kesesakan sosial dan kesesakan total. Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa outward irritability berhubungan positif signifikan dengan kesesakan sosial dan kesesakan total. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat outward irritability
20
Tabel 9 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan fisik tempat tinggal, komponen iritabilitas, komponen agresivitas dengan komponen kesesakan
Variabel Kesesakan
Ruang Sosial total
Usia istri (tahun) 0.107 0.134 0.131
Usia suami (tahun) 0.115 0.156 0.146
Lama pendidikan istri (tahun) -0.147 -0.136 -.159*
Lama pendidikan suami (tahun) -0.054 -0.015 -0.044
Pendapatan per kapita 0.025 -0.114 -0.032
Jumlah penghuni (orang) .170* .278** .236**
Luas per kapita (m2) -.183* -.225** -.221**
Lama menetap (bulan) 0.096 -0.013 0.071
Urutan lantai -0.151 -0.152 -.169* Depression .279** .321** .329** Anxiety .211** .212** .236** Inward irrtability .179* .279** .243** Outward irrtability 0.148 .213** .193* Iritablitas total .333** .384** .393**
Physical and verbal .191* .177* .207**
Anger .329** .197* .310**
Agresivitas total .259** .203* .265**
*signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01
Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Karakteristik Lingkungan Fisik Tempat Tinggal, Kesesakan, Iritabilitas dan Agresivitas dengan
Kesejahteraan Subjektif
Hasil uji korelasi menunjukkan usia istri berhubungan positif signifikan dengan dimensi kesejahteraan psikologis dan kesejahteraan subjektif total. Semakin tinggi usia istri maka akan cenderung meningkatkan kesejahteraan subjektif psikologis dan kesejahteran subjektif total. Pendapatan per kapita berhubungan positif signifikan dengan dimensi kesejahteraan fisik-ekonomi. Semakin tinggi pendapatan per kapita maka kesejahteraan fisik-ekonomi semakin tinggi. Kesesakan sosial berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektif fisik-ekonomi, kesejahteraan subjektif psikologis dan kesejahteraan subjektif total. Semakin rendah tingkat kesesakan sosial maka cenderung meningkatkan kesejahteraan subjektif fisik-ekonomi, kesejahteraan subjektif psikologis dan kesejahteraan subjektif total. Kesesakan total berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektif fisik-ekonomi. Semakin rendah tingkat kesesakan akan cenderung meningkatkan kesejahteraan subjektif fisik-ekonomi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa depression berhubungan negatif signifikan dengan seluruh dimensi kesejahteraan subjektif dan kesejahteraan subjektif total. Semakin tinggi tingkat depression cenderung meningkatkan kesejahteraan subjektif fisik-ekonomi, kesejahteraan subjektif sosial, kesejahteraan subjektif psikologis dan kesejahteraan subjektif total. Outward irritability berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan subjektif sosial dan kesejahteraan subjektif total. Semakin rendah tingkat outward irritability cenderung meningkatkan kesejahteraan subjektif sosial dan kesejahteraan subjektif total. Iritabilitas total