• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Payudara 2.1.1 Anatomi Payudara - Karakteristik Gambaran Histopatologi Kanker Payudara berdasarkan Umur di Kota Medan periode 2010-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Payudara 2.1.1 Anatomi Payudara - Karakteristik Gambaran Histopatologi Kanker Payudara berdasarkan Umur di Kota Medan periode 2010-2012"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Payudara

2.1.1 Anatomi Payudara

Gambar 2.1 Anatomi Payudara Perempuan Sumber : Medscape, 2013

Payudara lazimnya terletak pada kosta ke 2 atau ke 3 sampai ke tulang rawan iga ke 7, dan dari garis aksilla depan sampai ke pinggir sternum, akan tetapi tidak jarang sampai ke m. latissimus dorsi (Djamaloeddin, 2009).

(2)

Payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan penghasil susu berbentuk glandular. Perbandingan jaringan lemak dan jaringan glandular bervariasi pada setiap orang.Seiring bertambahnya usia, jaringan lemak semakin banyak dan jaringan penghasil susu tersebut akan berkurang (Gabriel, 2013).

Struktur payudara laki-laki hampir identik dengan yang ada pada payudara wanita, kecuali bahwa jaringan payudara laki-laki tidak memiliki lobulus khusus, karena tidak ada kebutuhan fisiologis untuk produksi susu oleh payudara laki-laki. Seiring waktu, laki-laki tidak memiliki pertumbuhan dan perkembangan payudara kompleks yang sama seperti perempuan . Pada masa pubertas, tingkat testosteron yang tinggi dan tingkat estrogen yang rendah menghentikan perkembangan payudara pada laki-laki. Beberapa saluran susu ada, tetapi mereka tetap tidak berkembang dan lobulus yang paling sering absen. Namun, masalah payudara, termasuk kanker, dapat terjadi pada pria (Komen, 2013).

Gambar 2.2 Anatomi Payudara Laki-Laki Sumber : American Cancer Society, 2013

(3)

menjadi kelenjar susu. Saat lahir, payudara manusia berkembang dan identik pada pria dan wanita. Kelenjar payudara dalam banyak askpek adalah organ embrio karena mengalami diferensiasi utama setelah lahir (Brenner, 2005).

Gambar 2.3 Penampang Payudara Pria dan Wanita Potongan Sagital Sumber : American Cancer Society, 2013

Jaringan payudara teraba pada bayi baru lahir dianggap fisiologis dan terutama terkait dengan paparan hormon ibu dalam rahim atau melalui menyusui.Hal ini secara signifikan lebih pada anak perempuan daripada anak laki-laki, yang mungkin menunjukkan bahwa jaringan payudara sensitif terhadap steroid seks. Faktor-faktor lain seperti nutrisi atau hormon eksternal juga dapat mempengaruhi ukuran jaringan payudara postnatal (Brenner, 2005).

(4)

kadar estradiol serum ibu selama kehidupan janin memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker payudara di masa dewasa . Di sisi lain, preeklamsia ibu, ditandai dengan kadar estrogen yang rendah, memiliki efek perlindungan terhadap kanker payudara di masa dewasa (Brenner, 2005).

Gambar 2.4 Kelenjar Payudara Sumber : American Cancer Society, 2012

Selama pubertas, yang dimulai pada usia 10-12 tahun, hipofisis mensekresikan follicle- stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone

(LH), menyebabkan pematangan folikel ovarium, yang kemudian mengeluarkan estrogen.Hormon-hormon ini menyebabkan pertumbuhan dan pematangan payudara dan organ genital. Estrogen mendorong pertumbuhan epitel duktal pada payudara. Duktal terminal juga membentuk umbi dari Krause. Ada juga kelenjar keringat apokrindan sebasea tetapi tidak folikel rambut. Areola melingkar dan berpigmen, berukuran 15-60 mm. Di pinggiran ada tuberkel Morgagni yang dibentuk oleh kelenjar Montgomery, yang merupakan kelenjar yang sebaceous mampu mensekresi susu (Brenner, 2005).

(5)

Cooper. Ligamen ini melekatkan jaringan parenkim payudara ke fascia otot pektoralis mayor sampai ke kulit bagian dermis. Ligamen ini tidak kaku sehingga payudara dapat bergerak dengan alami. Ligamen ini akan semakin mengendur seiring berjalannya usia (Gabriel, 2013).

Suplai darah ke kulit payudara berasal dari pleksus subdermal, yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah yang lebih dalam di parenkim payudara. Suplai darah tersebut bersumber dari :

a. Pembuluh darah mamaria interna b. Arteri thoracoacromial

c. Pembuluh darah otot serratus anterior d. Arteri thoracica lateral

e. Cabang terminal dari pembuluh darah intercosta ke tiga sampai ke delapan

Gambar 2.5 Penampang Payudara Potongan Sagital Sumber : American Cancer Society, 2012

(6)

Payudara terletak di atas otot-otot yang membangun dinding dada. Otot-otot tersebut adalah pectoralis major, serratus anterior, obliquus eksternus, dan fascia rectus abdominis. Suplai darah untuk otot-otot ini `menembus hingga ke parenkim payudara. Dengan tetap melekat dengan otot-otot ini, jaringan payudara terjamin perdarahannya (Gabriel, 2013).

Payudara juga memiliki sistem limfatik. Sebagian besar kelenjar limfa payudara akan bermuara di nodus limfatikus aksila (axillary nodes). Jika sel kanker sampai ke nodus tersebut dan terus bertumbuh, maka kelenjar tersebut akan menjadi bengkak (Gabriel, 2013).

Gambar 2.6 Pembuluh Darah Limfatik Payudara Sumber : American Cancer Society, 2012

2.1.2 Histologi Payudara

(7)

2.1.3 Jenis-jenis kelainan pada payudara 1. Perubahan fibrokistik

Nama ini digunakan untuk berbagai perubahan di payudara perempuan yang berkisar dari kelainan tidak berbahaya hingga yang berkaitan dengan peningkatan risiko karsinoma payudara.Telah diterima secara luas bahwa kelainan ini adalah akibat dari peningkatan dan distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal selama daur haid. Kelainan ini dibagi menjadi pola nonproliferatif dan proliferatif. Semua cenderung timbul selama usia subur dan mungkin menetap setelah menopause (Kumar,2009).

a. Perubahan Nonproliferatif a.1 Kista dan Fibrosis

Perubahan nonproliferatif merupakan kelainan tipe tersering, ditandai dengan peningkatan stroma fibrosa disertai oleh dilatasi duktus dan pembentukan kista dengan berbagai ukuran. Stroma mengelilingi semua bentuk kista biasanya terdiri atas jaringan fibrosa yangkehilangan gambaran miksomatosa. Infiltrat limfosit stroma sering ditemukan pada lesi ini dan varian lain perubahan fibrokistik (Kumar,2009).

b. Perubahan Proliferatif b.1 Hiperplasia Epitel

Istilah hiperplasia epitel dan perubahan fibrokistik proliferatif mencakup serangkaian lesi proliferatif di dalam duktulus, duktus terminalis, dan kadang-kadang lobulus payudara. Sebagian hiperplasia epitel ini bersifat ringan dan tidak membawa risiko karsinoma, sebagian lagi memiliki risiko signifikan. Gambaran makroskopis hiperplasia epitel tidak khas dan sering didominasi oleh perubahan fibrosa atau kistik (Kumar,2009).

b.2 Adenosis Sklerotikans

(8)

klinis dan histologis kadang-kadang sulit dibedakan dengan karsinoma, adenosis sklerotikans dilaporkan hanya sedikit memperlihatkan risiko berubah menjadi kanker. Secara makroskopis, lesi memiliki konsistensi keras seperti karet, serupa dengan yang ditemukan pada kanker payudara (Kumar,2009).

2. Peradangan

Jarang ditemukan dan selama stadium akut biasanya menimbulkan nyeri tekan di bagian yang terkena. Beberapa bentuk mastitis dan nekrosis lemak traumatik masuk dalam kategori ini dan tidak berisiko menjadi kanker (Kumar,2009).

Mastitis akut terjadi jika bakteri memperoleh akses ke jaringan payudara melalui duktus, jika terjadi perembesan sekresi, melalui fisura di puting, yang biasanya terjadi pada minggu-minggu awal menyusui atau dari berbagai bentuk dermatitis yang mengenai puting (Kumar,2009).

Ektasia duktus mamaria (mastitis periduktus atau sel plasma) adalah peradangan nonbakterial payudara yang berkaitan dengan penyumbatan duktus ekskretorius utama oleh sekresi payudara. Dilatasi dan ruptur duktus menimbulkan perubahan reaktif pada jaringan payudara di sekitarnya. Kelainan ini jarang terjadi, biasanya ditemukan pada perempuan usia 40-50-an yang melahirkan. Ektasia duktus mamaria sangat penting karena menyebabkan indurasi jaringan payudara dan retraksi kulit atau puting payudara, mirip dengan kelainan yang disebabkan oleh beberapa karsinoma (Kumar,2009).

Nekrosis lemak traumatik merupakan lesi yang jarang dan tidak berbahaya yang signifikan hanya karena menyebabkan pembentukan massa. Sebagian besar pasien menyatakan adanya trauma pada payudara sebelumnya (Kumar,2009).

3. Tumor Payudara

(9)

menyebabkan neoplasma payudara. Berikut adalah beberapa jenis tumor payudara:

a. Fibroadenoma

Sejauh ini adalah tumor jinak tersering pada perempuan. Peningkatan aktivitas estrogen mutlak dianggap sebagai penyebabnya. Tumor ini biasaya muncul pada perempuan muda, dengan insidensi puncak adalah pada usia 30-an. Secara klinis, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan. Secara makroskopis, semua fibroadenoma teraba padat dengan warna seragam cokelat-putih pada irisan, dengan bercak-bercak kuning-merah muda yang mencerminkan kelenjar (Kumar,2009).

b. Tumor Filoides

Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan daripada fibroadenoma dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini mungkin kecil (diameter 3cm-4cm), tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar, mungkin masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi dan menjadi kistik, karena pada potongan memperlihatkan celah mirip daun, tumor ini disebut tumor filoides (kata Yunani untuk “seperti daun”). Perubahan yang paling merugikan adalah peningkatans elularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, disertai dengan peningkatan pesat ukuran, biasanya dengan invasi jaringan payudara di sekitarnya oleh stroma maligna (Kumar,2009).

c. Papiloma Intraduktus

Adalah pertumbuhan tumor neoplastik dalam suatu duktus. Sebagian besar lesi bersifat soliter dengan diameter < 1cm, ditemukan di dalam sinus atau duktus laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa :

c.1 Keluarnya discharge serosa atau berdarah dari puting payudara,

(10)

Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel silindris atau kuboid yang sering terdiri atas dua lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan mioepitel (Kumar,2009).

d. Karsinoma

Kanker payudara merupakan kanker yang mengancam jiwa perempuan dan merupakan penyebab kematian utama perempuan. Kebanyakan kanker payudara dapat asimptomatik; nyeri,atau ketidaknyamanan bukan merupakan gejala yang biasanya timbul pada kanker payudara.kanker payudara biasanya terdeteksi pada mammogram sebelum dirasakan oleh pasien atau pun dokter. Pendekatan evaluasi dini dapat dilakukan dengan tiga cara: pemeriksaan klinis, pencitraan (radiologi; mammography dan atau ultrasonography), dan biopsi jarum (Stopeck,2013).

2.2 Kanker Payudara

2.2.1 Etiologi dan Patogenesis malignansi payudara

Seperti kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum diketahui. Namun tiga faktor tampaknya penting:

1. Perubahan genetik

Seperti pada sebagian besar kanker lain, mutasi yang mempengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, yang paling banyak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 (HER2/NEU), yang diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini adalah anggotadan famili reseptor faktor pertumbuhan epidermis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Secara analog, amplifikasi gen

(11)

Dalam transformasi berangkai sel epitel normal menjadi sel kanker, kemungkinan besar terjadi banyak mutasi didapat (Kumar, 2009).

Kanker adalah hasil dari serangkaian proses molekuler yang mengubah sel secara mendasar. Hal ini disebabkan karena mutasi yang terjadi pada gen yang mengatur siklus pembelahan sel. Dengan hilangnya kontrol tersebut, maka sel-sel ini membelah dan bertumbuh secara tidak terkontrol.Sel-sel ini kemudian bertumbuh dan mengembangkan sifat baru seperti perubahan pada struktur sel, menurunnya adhesi sel, dan produksi enzim-enzim baru yang memungkinkan mereka untuk menginvasi jaringan lain. Karena sel kanker secara mendasar mengganggu kontrol siklus sel, maka kecepatan pertumbuhannya tergantung dari jenis sel yang di serang. Semakin cepat siklus sel tersebut, maka semakin cepat pula pertumbuhan kanker yang berasal darinya. Sel yang sering menjadi sumber pertumbuhan kanker adalah sel epitel. Sel epitel memiliki siklus hidup yang pendek karena sifatnya sebagai pelindung organ di bawahnya. Berdasarkan sifat tersebut, maka sel ini harus terus bereplikasi dan meregenerasi diri untuk dapat memenuhi fungsinya sebagai pelindung. Kecepatan replikasi sel epitel ini menyebabkan banyak jenis kanker yang berasal darinya. Sel jenis lain seperti sel yang berasal dari kelenjar tidak bereplikasi secepat sel epitel sehingga frekuensi insidensi kanker lumrahnya banyak berasal dari kanker yang bersumber dari sel epitel. (National Cancer Institute, 2012).

2. Pengaruh Hormon

(12)

pertumbuhan, seperti transforming growth factor α (berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel), platelet–derived-growth-factor, dan faktor pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor (Kumar, 2009).

3. Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insidensi kanker payudara yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis homogen dan perbedaan geografik dalam prevalensi, seperti telah dibicarakan. Faktor lingkungan lain yang penting adalah iradasi dan estrogen eksogen (Kumar, 2009)

2.2.2 Faktor Risiko 1. Variasi geografik

Terdapat perbedaan yang mengejutkan di antara berbagai negara dalam angka insidensi dan angka kematian akibat kanker payudara. Risiko untuk neoplasia ini secara bermakna lebih tinggi di Amerika Utara dan Eropa Barat dibandingkan di Asia dan Afrika. Sebagai contoh, insidensi dan angka kematian lima kali lebih tinggi di Amerika Serikat daripada di Jepang. Perbedaan ini tampaknya lebih disebabkan oleh faktor lingkungan daripada faktor geografik karena kelompok migran dari daerah dengan insidensi rendah ke daerah dengan insidensi tinggi cenderung mencapai angka negara tujuan, dan demikian sebaliknya. Makanan, pola reproduksi, dan kebiasaan menyusui diperkirakan berperan (Kumar, 2009).

2. Usia

(13)

untuk wanita pada usia 70-an nya,adalah sekitar 1 dari 30. Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis adalah setelah menopause dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi setelah 50 tahun (National breast and ovarian cancer center, 2009)

3. Genetika dan Riwayat Keluarga

Sekitar 5%-10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap kanker payudara bilateral, mengidap kanker terkait lain (misal, kanker ovarium), memiliki riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari kelompok etnik tertentu. Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herediter memperlihatkan mutasi di gen BRCA1 (pada kromosom 17q21.3) dan sepertiga lainnya mengalami mutasi di BRCA2 (di kromosom 13q12-13). Gen ini berukuran besar dan kompleks serta tidak memperlihatkan homologi yang erat di antara keduanya, juga dengan gen lain yang diketahui. Meskipun peran pasti karsinogenesis dan spesifisitas relatifnya terhadap kanker payudara masih diteliti, kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul jika kedua alel inaktif atau cacat-pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh mutasi somatik berikutnya (Kumar, 2009).

4. Pajanan lama ke estrogen eksogen

(14)

yang stadium klinisnya belum terlalu lanjut dan memperlihatkan angka mortalitas lebih rendah dibandingkan dengan kanker yang timbul pada perempuan yang belum pernah mendapat terapi sulih hormon. Jika semua pro dan kontra dipertimbangkan, manfaat TSE jauh lebih besar daripada kemungkinan efek sampingnya dalam kaitannya dengan peningkatan keseluruhan usia harapan hidup bagi sebagian besar perempuan (Kumar, 2009).

5. Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral juga dicurigai meningkatkan risiko kanker payudara. Walaupun buktinya juga saling bertentangan, formulasi yang baru berupa dosis rendah seimbang estrogen dan progestin hanya sedikit meningkatkan risiko, yang lenyap 10 tahun setelah penghentian pemakaiannya (Kumar, 2009).

6. Radiasi pengion

Radiasi pengion ke dada meningkatkan risiko kanker payudara. Besar risiko bergantung pada dosis radiasi, waktu sejak pajanan, dan usia. Hanya perempuan yang diradiasi sebelum usia 30 tahun, saat perkembangan payudara, yang tampaknya terkena. Sebagai contoh, 20%-30% perempuan yang diradiasi saat remaja dan usia 20 tahun akan terjangkit kanker payudara, tetapi risiko untuk perempuan yang diterapi pada usia setelah itu meningkat. Dosis radiasi yang rendah pada penapisan mamografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker payudara (Kumar, 2009).

2.2.3 Klasifikasi Kanker Payudara

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). Bentuk utama karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Noninvasif

(15)

Memperlihatkan gambaran histologik yang beragam. Pola arsitekturnya, antara lain tipe solid, kribriformis, papilaris, mikropapilaris, dan clinging. Di setiap tipe mungkin ditemukan nekrosis. Gambaran nukleus bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik hingga derajat tinggi dan heterogen. Subtipe komedo ditandai dengan sel dengan nukleus derajat tinggi dan nekrosis sentral yang luas. Nama berasal dari jaringan nekrotik mirip pasta gigi yang dapat dikeluarkan dari duktus yang terpotong dengan tekanan lembut. DCIS sering disertai kalsifikasi karena bahan sekretorik atau debris nekrotik yang mengalami kalsifikasi.

Penyakit Paget pada puting payudara disebabkan oleh perluasan DCIS ke duktus laktiferosa dan ke dalam kulit puting susu di dekatnya. Sel ganas merusak sawar epidermis normal, sehingga carian ekstrasel dapat dikeluarkan ke permukaan. Gambaran klinis biasanya berupa eksudat berkopeng unilateral di atas puting di bawah areola.

a.2 Karsinoma Lobulus In Situ (LCIS)

(16)

b. Invasif (Infiltratif)

b.1 Karsinoma Duktus Invasif (“not otherwise specified”; NOS; tidak dirinci lebih lanjut)

Adalah istilah yang digunakan untuk semua karsinoma yang tidak dapat disubklasifikasikan ke dalam salah satu tipe khusus dan tidak menunjukan bahwa tumor ini secara spesifik berasal dari sistem duktus. b.2 Karsinoma Lobulus Invasif

Terdiri atas sel yang secara morfologis identik dengan sel pada LCIS. Pada dua pertiga kasus ditemukan LCIS di sekitar tumor. Sel-sel secara sendiri-sendiri menginvasi stroma dan sering tersususn membentuk rangkaian. Kadang-kadang sel tersebut mengelilingi asinus atau duktus yang tampak normal atau karinomatosa, menciptakan apa yang disebut sebagai mata sapi (bull’s eye). Meskipun sebagian besar tumor bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba atau densitas pada mamografi, sebagian mungkin memiliki pola invasi difus tanpa repon desmoplastik serta secara klinis tersamar. Karsinoma lobulus lebih sering bermetastasis ke cairan serebrospinal, permukaan serosa, ovarium dan uterus, serta sumsum tulang dibandingkan dengan karsinoma duktus. b.3 Karsinoma Medularis

Merupakan subtipe karsinoma yang jarang. Kanker ini terdiri atas lembaran sel besar anaplastik dengan tepi berbatas tegas. Secara klinis tumor ini mungkin disangka fibroadenoma. Selalu terdapat infiltrat limfoplasmasitik yang mencolok. Karsinoma ini tidak memiliki reseptor hormon dan tidak mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan.

b.4 Karsinoma Koloid (Karsinoma Musinosa)

(17)

mengekspresikan reseptor hormon, dan beberapa mungkin mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan.

b.5 Karsinoma Tubulus

Jarang bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba tetapi merupakan penyebab 10% karsinoma invasif yang berukuran kurang dari 1 cm yang ditemukan pada pemeriksaan mamografik. Pada mamografi, tumor biasanya tampak sebagai densitas iregular. Secara mikroskopis, karsinoma terdiri atas tubulus yang berdiferensiasi baik dengan nukleus derajat-rendah. Jarang terjadi metastasis ke kelenjar getah bening dan prognosis baik. Hampir semua karsinoma tubulus mengekspresikan reseptor hormon, dan sangat jarang mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan.

Dari tumor-tumor tersebut, karsinoma duktus invasif merupakan jenis tersering. Karena biasanya memiliki banyak stroma, karsinoma ini juga disebut sebagai scirrhous carcinoma.

2.2.4 Derajat dan Stadium

Maksud dari derajat kanker adalah bagaimana sel kanker tersebut terlihat di bawah mikroskop dibandingkan dengan sel payudara yang normal. Atau dapat disebut juga sebagai derajat anaplasinya (Derajat I sampai III), yaitu (Macmillan, 2011) :

a. Derajat 1 (Derajat rendah) – sel kanker terlihat mirip dengan sel normal dan tumbuh dengan sangat lambat

b. Derajat 2 (Derajat sedang) – sel kanker terlihat lebih abnormal dan tumbuh sedikit lebih cepat

c. Derajat 3 (Derajat tinggi) – sel kanker terlihat sangat berbeda dari sel normal dan tumbuh sangat cepat

Selain itu, derajat juga dibagi berdasarkan agresivitas biologiknya sebagai berikut:

(18)

b. Jarang bermetastasis, contohnya karsinoma koloid, karsinoma medular dengan infiltrasi limfositik, dan infiltrasi papiler.

c. Metastasis sedang sampai hebat untuk semua bentuk lain

Selain derajat dan stadium, ada juga istilah lain yang biasa digunakan untuk menjelaskan tingkat penyebaran kanker payudara, yaitu :

a. Kanker payudara tahap awal (early breast cancer) adalah istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan kanker payudara stadium I dan stadium II

b. Locally-advanced breast cancer adalah istilah yang terkadang digunakan

untuk menjelaskan kanker payudara stadium III

c. Local recurrence berarti kanker tersebut kembali menyerang payudara

setelah terapi diakukan

Stadium kanker menjelaskan ukuran kanker dan apakah kanker tersebut telah menyebar ke daerah yang lebih luas (macmillan, 2011). Stadium digunakan untuk merencanakan penatalaksanaan dan untuk memprediksikan prognosis dari pasien tersebut. Penatalaksanaan untuk kanker payudara tahap awal dapat dilakukan dengan operasi dan radioterapi sedangkan untuk kanker payudara dengan stadium lebih lanjut perlu dilakukan kemoterapi (American Cancer Society, 2012).

(19)

Untuk menentukan stadium, dikumpulkan berbagai macam informasi tentang kanker. Pemeriksaan radiologi seperti x-rays, CT scans, MRIs, ultrasound, dan scan PET dapat memberikan informasi tentang kanker tersebut . Biopsi seringkali dibutuhkan untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker. Biopsi dilakukan dengan cara mengambil sebagian jaringan tumor dan memeriksanya di bawah mikroskop. Cara pengambilan spesimen biopsi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum kecil sampai pelaksanaan operasi (American Cancer Society, 2012).

Pemberian stadium dilakukan saat penentuan dianosis sebelum pemberian terapi. Secara umum terdapat 2 tipe utama dalam stadium.

1. Stadium berdasarkan klinis

Estimasi ini berdasarkan pemeriksaan klinis, pencitraan (x-rays, CT scans, dll.), dan biopsi tumor. Untuk beberapa kanker, digunakan juga pemeriksaan lain seperti pemeriksaan darah. Stadium klinis merupakan kunci untuk menentukan penatalaksanaan. Stadium klinis ini juga digunakan sebagai perbandingan saat melihat respon pengobatan(American Cancer Society, 2012).

2. Stadium berdasarkan keadaan patologis

Stadium patologis ditentukan berdasarkan temuan di meja operasi. Operasi yang dimaksud dapat berupa operasi pengangkatan tumor ataupun operasi yang dilakukan hanya untuk melihat penyebaran kanker. Pada beberapa kasus, stadium kinis dapat berbeda dengan stadium patologis. Stadium patologis memberikan informasi yang lebih tepat untuk memprediksi respon pengobatan dan prognosis (American Cancer Society, 2012).

Secara garis besar, terdapat dua cara penentuan stadium : 1. Sistem stadium dengan angka

(20)

Tabel 2.1 Sistem stadium dengan angka

2. Sistem stadium TNM

The American Joint Committee on Cancer (AJCC) dan the International Union for Cancer Control (UICC) menggunakan sistem klasifikasi TNM sebagai standar klasifikasi stadium.Sistem ini dievaluasi setiap 6-8 tahun.Pada sistem TNM, setiap kanker diberi angka dan huruf untuk menjelaskan tumor, kelenjar getah bening(node), dan metastasis (penyebaran) (American Cancer Society, 2012, Haryono 2010).

1. T (tumor)

Berdasarkan ukuran dari tumor primer dan apakah tumor telah menyebar ke jaringan sekitar. Ukuran tumor biasanya dinyatakan dalam sentimeter (cm) atau milimeter (mm).

Stadium Keterangan

1 Tumor dengan diameter yang kurang dari atau sama dengan 2 cm

dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening di ketiak

2a

Tumor dengan diameter lebih kecil dari 2 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak atau tumor dengan diameter lebih besar dari 2 cm (namun kebih kecil dari 5 cm) dan belum menyebar ke kelenjar getah bening atau tumor tidak dapat ditemukan di payudara namun terdapat di kelenjar getah bening di ketiak

2b

Tumor dengan diameter lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak atau lebih besar dari 5 cm namun belum menyebar kelenjar getah bening di ketiak

3a

Tumor tidak ditemukan di payudara atau berukuran kurang dari 5 cm dan tumor terdapat di kelenjar getah bening di ketiak, terfiksasi atau tumor berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening

3b Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar payudara, kulit, dan otot.

Biasanya ada sel kanker di kelenjar getah bening di ketiak

3c Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak,

supraklavikular, dan intraklavikular

Tumor untuk setiap ukuran dengan atau tanpa penyebaran regional tetapi dengan tanda-tanda metastasis jauh

(21)

Tabel 2.2 Pembagian aspek Tumor pada stadium dengan sistem TNM

2. N (node)

Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening sekitar

3. M (metastasis)

Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain yang jauh dari tumor asal berada.

Tabel 2.3 Pembagian aspek Metastasis pada stadium dengan sistem TNM

M(Metastasis) Keterangan

Mx Penyebaran tidak dapat dievaluasi

M0 Tidak ditemukan penyebaran baik secara klinis maupun patologis M1

Kanker telah menyebar ke organ atau jaringan yang jauh berdasarkan bukti klinis dan radiologis

T (Tumor) Keterangan

Tx Tumor tidak dapat diukur

T0 Tidak ada tumor (tidak dapat ditemukan)

Tis

Sel kanker hanya tumbuh di lapisan jaringan yang paling atas tanpa tumbuh lebih dalam ke dalam jaringan. Dapat disebut juga kanker in situ atau pra-kanker

Tumor dengan ukuran apapun dengan penyebaran ke dinding dada dan atau kulit (ulserasi atau nodul di kulit). Penyebaran yang hanya ke dermis tidak memenuhi kriteria

T4a Penyebaran ke dinding dada tidak hanya ke otot pektoralis

T4b Ulserasi dan atau nodul satelit ipsilateral (termasuk peau d’orange)

pada kulit, yang tidak memenuhi kriteris karsinoma inflamatorik

T4c T4a dan T4b

(22)

Tabel 2.4 Pembagian aspek Nodus Limfatikus pada stadium dengan sistem TNM

Gambar 2.7 Stadium Kanker Payudara Sumber : American Joint Committee on Cancer, 2009

N (Nodus Limfatikus) Keterangan

Nx Kelenjar getah bening sekitar tidak dapat diukur

N0 Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening

N1 Metastasis ke nodus limfatikus aksila ipsilateral, mobil level I, II

N2

Metastasis ke nodus limfatikus aksila ipsilateral yang dapat tidak dapat digerakan atau berkonglumerasi, atau metastasis ke nodus limfatikus mamaria interna ipsilateral tanpa penyebaran ke aksila

N2a Metastasis ke nodus limfatikus aksila ipsilateral level I, II

berkonglumerasi atau melekat pada struktur lain

N2b Metastasis ke nodus limfatikus mamaria interna dan tanpa

metastasis ke ke nodus limfatikus aksila level I, II.

N3

Metastasis pada nodus limfatikus infraclavicular ipsilateral (aksila level III) dengan atau tanpa keterlibatan nodus limfatik aksila level I, II; atau secara klinis telah terdeteksi keterlibatan nodus limfatikus mammaria internal ipsilateral dengan bukti klinis level I, II nodus limfatikus aksila; atau metastasis nodus limfatikus supraclavicular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan nodus limfatikus aksila atau mammaria interna.

N3a Metastasis pada nodus limfatikus infraclavicular ipsilateral

N3b Metastasis pada nodus limfatik aksila dan mamaria internal

ipsilateral

N3c Metastasis pada nodus limfatikus supraclavicular ipsilateral

(23)

Gambar 2.8 Stadium Kanker Payudara Sistem TNM Sumber : American Joint Committee on Cancer, 2009

2.2.5. Pemeriksaan Payudara

American cancer society merekomendasikan pemeriksaan-pemeriksaan berikut untuk mendeteksi kanker payudara pada wanita tanpa gejala :

a. Mammogram

Wanita usia 40 tahun atau lebih sebaiknya melakukan screening

mammogram setiap tahun dan terus melakukannya selama sehat. b. Pemeriksaan klinis payudara

(24)

c. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Merupakan pemeriksaan yang dianjurkan bagi wanita yang baru memasuki usia 20 tahun. Wanita tersebut harus langsung melaporkan kelainan yang ia temukan kepada petugas kesehatan.

d. Magnetic resonance imaging (MRI)

Wanita dengan risiko tinggi sebaiknya melakukan MRI dan mammogram setiap tahun (wanita dengan risiko tinggi memiliki risiko paling tidak 25% terkena kanker).

2.2.6. Terapi

Tata laksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi hormon, targeting therapy, terapi rehabilitasi medik, serta terapi paliatif (Haryono, 2010).

Keputusan pengobatan dibuat berdasarkan pasien dan dokter terhadap pegobatan optimal yang tersedia, usia pasien, risiko, dan manfaat pengobatan itu sendiri.Kemoterapi, terapi sistemik,dan targeting theraphy merupakan terapi sistemik (American Cancer Society, 2012).

a. Operasi

Target utama operasi kanker payudara adalah untuk mengangkat kanker dari payudara dan untuk menentukan stadium kanker(American Cancer Society, 2012).

Pembedahan dapat bersifat kuratif maupun paliatif. Indikasi pembedahan yaitu tumor stage Tis, N0, dan M0. Jenis pembedahan kuratif yang dapat dilakukan adalah breast conserving treatment

(BCT), mastektomi radikal klasik, mastektomi radikal dimodifikasi,

arreola-skin-sparing-mastectomy, mastektomi radikal extended,

(25)

Mastektomi radikal klasik. Pembedahan radikal klasik menurut Halsted* ini meliputi pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor, dan seluruh kelenjar limf level I, II, dan III. Pembedahan ini merupakan prosedur baku hingga tahun lima puluhan (Haryono, 2010).

Mastektomi radikal dimodifikasi. Sejak tahun enam puluhan, mastektomi radikal mulai dimodifikasi oleh Patey* dan Madden, yaitu dengan mempertahankan otot pektoralis mayor dan minor seandainya jelas otot-otot tersebut bebas dari tumor, sehingga hanya kelenjar limf level I dan II yang terangkat (Haryono, 2010).

Mastektomi simpel. Seluruh kelenjar payudara diangkat termasuk puting, namun tidak menyertakan kelenjar limf aksila dan otot pektoralis. Mastektomi simpel atau mastektomi total hanya dilakukan bila dipastikan tidak ada penyebaran ke kelenjar aksila (Haryono, 2010).

Breast Conserving Treatment bertujuan untuk membuang massa dan aringan payudara yang mungkin terkena tumor namun dengan semaksimal mungkin menjaga tampilan kosmetik payudara. BCT paling sering dilakukan pada tumor stage Tis, T1, dan T2 yang penampangnya ≤3cm (Haryono, 2010)

b. Radiation therapy

Radiasi berguna untuk menghancurkan sel kanker yang masih tertinggal di payudara, dinding dada, dan area aksila setelah operasi pengangkatan jaringan payudara. Radiasi juga diperlukan setelah mastektomi pada pasien dengan kanker yang berukuran lebih dari 5 cm atau yang telah ditemukan penyebaran sel kanker ke nodus limfatikusnya (American Cancer Society, 2012).

(26)

therapy, dikenal sebagai brachytherapy, menggunakan substansi kimia dalam jarum dan alat lainnya untuk kemudian dimasukan ke dalam jaringan kanker(American Cancer Society, 2012).

c. Terapi Sistemik

Terapi sistemik menggunakan obat anti kanker yang diinjeksikan lewat vena atau lewat mulut. Terapi sistemik meliputi

targeted therapy, chemotherapy, dan hormone therapy, yang semuanya bekerja melalui mekanisme yang berbeda. Contohnya, obat kemoterapi bekerja dengan menyerang sel yang bertumbuh dengan cepat. Obat target yang lebih baru menyerang sel kanker yang lebih spesifik. Terapi hormon bekerja dengan memblok hormon alami yang kadang kala dapat mempercepat pertumbuhan sel kanker itu sendiri (American Cancer Society, 2012).

Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan yaitu CMF (siklofosfamid, metroteksat, dan 5-fluorourasil), FAC (siklofosfamid, adriamisin, 5-fluorourasil), AC (Adriamisin dan siklofosfamid), CEF (siklofosfamid, epirubisin, dan 5-fluorourasil) (Haryono, 2010).

Siklofosfamid bersifat paliatif terhadap karsinoma mama, ovarium, dan paru, serta meghasilkan remisi pada mieloma multipel. Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam tubuh mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid yang merupakan obat aktif (Nafrialdi, 2009).

Metroteksat bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga menghambat sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukan hambatan replikasi dan fungsi sel T dan mungkin juga sel B karena adanya hambatan sintesis DNA. Obat ini bekerja spesifik pada siklus sel (Nafrialdi, 2009).

(27)

analogpirimidin terhalogenisasi yang harus diaktifkan secara metabolisme. Metabolit aktif yang menginhibisi sintesis DNA adalah deoxyribonucleotide5-fluoro-2_deoxyuridine-S_-phosphate (FdUMP). 5- Fluorourasil bersifat toksik secara selektif terhadap sel-sel yang berproliferasi dibandingkan dengan sel yang tidak berproliferasi dan aktif pada fase G1 dan S. Enzim target yang diinhibisi 5-fluorourasil adalah thymidylate synthetase, yang mengkaltalisasi proses-proses proliferasi (Craig, 2010)

Terapi sistemik yang dilakukan setelah operasi disebut terapi adjuvan. Hal ini dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin tertinggal setelah pengangkatan jaringan kanker dalam operasi.Terapi sistemik merupakan pilihan utama bagi wanita yang tidak dapat dioperasi karena penyebaran yang sudah sangat luas (American Cancer Society, 2012).

2.2.7. Pencegahan

Tidak ada cara yang pasti untuk mencegah kanker payudara. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan wanita untuk menurunkan risikonya dan kalaupun kanker tersebut tetap muncul, dapat dideteksi dengan cepat pada stadium awal. Risiko dapat diturunkan dengan memodifikasi faktor risiko yang dapat anda kontrol seperti berat badan, aktifitas fisik, pilihan makanan(American Cancer Society, 2012).

Faktor-faktor risiko tersebut terkait dengan kanker payudara, maka risiko terkena kanker payudara dapat diturunkan melalui memodifikasi faktor-faktor ini.Saat ini, saran terbaik untuk memodifikasi aktifitas fisik dapan pilihan makanan adalah berolahraga dengan teratur, menurunkan berat badan dengan memilih makanan rendah kalori, dan hindari atau batasi alkohol(American Cancer Society, 2012).

(28)

dilakukan dengan berbagai pemeriksaan penunjang yang telah dibahas sebelumnya (American Cancer Society, 2012).

2.3 Umur

Birren and Jenner (1997) membedakan umur menjadi tiga yaitu :

a. Umur Biologis : Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati.

b. Umur Psikologis : Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

c. Umur Sosial : Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Prof.Dr.Ny.Sumiati Ahmad Mohammad membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :

a. Masa bayi : 0 sampai 1 tahun b. Masa Pra sekolah : 1 sampai 6 tahun c. Masa sekolah : 6 sampai 10 tahun d. Masa Puberitas : 10 sampai 20 tahun e. Masa setengah umur (prasenium) : 40 sampai 60 tahun f. Masa lanjut usia (senium) : 65 tahun ke atas Pembagian umur menurut Hurlock (2001) yaitu :

a. Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun. b. Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun c. Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian

Batasan Usia menurut WHO (lanjut usia):

a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun

(29)

d. Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

Menurut Prof.Dr.Koesmanto Setyonegoro pengelompokan lanjut usia sebagai berikut:

a. Usia dewasa muda ( elderly adulhood ), yaitu usia 18 sampai 25 tahun b. Usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas, yaitu usia 25 sampai

60 atau 65 tahun

c. Lanjut usia ( geriatric age), lebih dari 65 atau 75 tahun yang dapat dibagi menjadi:

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Payudara Perempuan
Gambar 2.2 Anatomi Payudara Laki-Laki
Gambar 2.3 Penampang Payudara Pria dan Wanita Potongan Sagital
Gambar 2.4 Kelenjar Payudara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis uji Partial Adjustment Model (PAM) menunjukan bahwa variabel PDB dan Inflansi berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang

Berdasarkan penelitian yang telah dila- kukan tentang perkembangan aerenkim akar kangkung darat dan kangkung air dapat diper- oleh kesimpulan sebagai berikut: proses

This research is aimed to answer the following problem: (1) To know the commissives illocutionary acts performed in English Learning and Teaching process of eleventh

Sumberdaya air khususnya untuk kebutuhan air tawar dapat diperoleh di wilayah tersebut, mengingat pada wilayah tersebut terdapat sumber mata air yang berasal dari

Model-Eliciting Activities (MEAs) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana kegaiatn yang dilakukan siswa diawali dengan menemukan suatu masalah

Kinerja karyawan memiliki peran yang penting dan strategis dalam mendukung pencapaian visi dan misi DJP, maka kinerja karyawan harus selalu mendapat perhatian yang seksama dari

Hasil penelitian ini telah mengidentifikasi adanya hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis, sehingga dapat dijadikan dasar bagi

Berdasarkan data deskripsi penelitian Penerapan disiplin ini memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, hasil dari regresi kinerja karyawan memiliki nilai