• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENYIDIK POLRI DALAM PENERAPAN DIV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PENYIDIK POLRI DALAM PENERAPAN DIV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENYIDIK POLRI DALAM PENERAPAN DIVERSITERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM(STUDI DI PPA POLRES LOMBOK BARAT)

ROLE OF INDONESIAN POLICE INVESTIGATOR INIMPLEMENTATION OF DIVERSION TO THE CHILD WHOCONFLICT WITH LAW

Selamet Riadi

Magister Ilmu Hukum Universitas MataramEmail : selametriadiyahoocom@gmail.com

Naskah diterima : 25/06/2016; revisi : 05/08/2016; disetujui : 25/08/2016 A�� �����

Reerring to Law No. 11 o 2012 concerning Juvenile Criminal Justice System and IndonesianGovernment Regulation No. 65 o 2012 on Guidelines or

Implementation o Diversion and Treatmento Child Aged under twelve (12) years. Application o Diversion against child who conflict withlaw use concept o restorative justice investigation involving offender and victim as well

as related party with principle o the best interests or the child. At level o investigation o a child who becomecriminal offender, within 1 x 24

hours, investigator must ask consideration to the Correctionaladviser rom BAPAS and proessional social worker to accompany the children during inspectionuntil the application o diversion. Investigator must endeavour diversion within 7 (seven) days aferinvestigation. Diversion agreement At this stage o investigation can be ormed as conciliation with orwithout compensation, handed back to the parent, participating in education or training in

educationalinstitutions and public service. When investigation successully carried Diversion, investigator handsthe results to the District Court or a determination o diversion.

Keywords : Investigator , Diversion , child who conflict with law. A�� ����

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak danPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2012 Tentang Pedoman PelaksanaanDiversi dan Penanganan Anak Yang Belum Berumur 12 (dua belas) Tahun. Dalam penerapanDiversi terhadap anak yang berkonflik dengan hukum penyidik menggunakan konsep

restorative justice dengan melibatkan pelaku dan korban serta

pihak terkait dengan prinsip kepentingan terbaikterhadap anak. Pada tingkat

penyidikan anak yang menjadi pelaku tindak pidana, penyidik dalamwaktu 1x24 jam penyidik wajib meminta pertimbangan kepada Pembimbing KemasyarakatanBAPAS dan Pekerja Sosial profesional untuk melakukan pendampingan saat pemeriksaan sampaidengan penerapan diversi. Penyidik wajib mengupayakan Diversi dalam waktu 7 (tujuh) hari setelahdilakukan penyidikan. Kesepakatan Diversi Pada tahap penyidik dapat berbentuk perdamaiandengan atau tanpa ganti kerugian,

menyerahkan kembali kepada orang tua, keikutsertaan dalampendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan dan pelayanan kemasyarakatan. Apabila berhasildilakukan Diversi penyidik menyerahakan hasil kesepakat Diversi ke pengadilan Negeri untukuntuk dikelurkan penetapan Diversi.

(2)

PENDAHULUAN

Negara Republik Indonesia telahmeratifikasi konvensi hak anak melaluiKeppress No. 36 tahun 1990. Peratifikasianini sebagai upaya negara

untuk memberikanperlindungan terhadap anak. Dari berbagaiisu yang ada dalam konvensi hak anaksalah satunya yang sangat membutuhkanperhatian khusus adalah anak, anakyang memerlukan perlindungan khususdiantaranya anak yang berkonflikdengan hukum. Dalam hukum nasionalperlindungan khusus tindak pidana olehanak telah diatur dalam Undang-undangPerlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 dandiatur juga di dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem

PeradilanPidana Anak yang telah menggantikanUndang-undang No. 3 Tahun 1997 TentangPengadilan Anak yang bertujuan

untuk lebih memberikan perlindungan terhadapanak yang berhadapan dengan hukum(ABH).Anak merupakan aset bangsa,

sebagai bagian dari generasi muda anak berperansangat strategis sebagai successor

suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anakadalah penerus cita-cita

perjuangan bangsa. Peran strategis ini telah disadarioleh masyarakat Internasional untukmelahirkan sebuah konvensi The BeijingRules yang intinya menekankan posisianak sebagai makhluk manusia yang harusmendapatkan perlindungan atas hak-hakyang dimilikinya.Kedudukan anak sebagai generasi mudayang akan meneruskan cita-cita leluhur bangsa. Calon-calon pemimpin bangsa dimasa mendatang sebagai sumber

harapan bagi generasi terdahulu dan mendapatkesempatan seluas luasnya untuk tumbuhdan berkembang dengan wajar baik secararohani maupun secara jasmani dan sosial.Perlindungan anak merupakan usaha dankegiatan lapisan masyarakat dalam berbagaikedudukan dan peranan yang

menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari, jika mereka telahmatang dalam pertumbuhannya baik fisikmaupun mental sehingga nanti tiba saatnyamenggantikan generasi terdahulu.

1

Menurut Maidin Gultom bahwa,

“Perlindungan anak merupakan peker- jaan penting yang harus terus dilaku-kan oleh seluruh unsur negara kita. Ben-tuk-bentuk perlindungan anak inipundilakukan dari segala aspek, mulai padapembinaan pada keluarga, kontrol sosialterhadap pergaulan anak, dan penanga-nan yang tepat melalui peraturan-pera-turan yang baik yang dibuat oleh

sebuahnegara.” 2

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-UndangNo. 23 Tahun 2002 Tentang

PerlindunganAnak menentukan bahwa perlindungananak adalah segala kegiatan untuk menjamindan melindungi anak dan hak-haknya agardapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, sertamendapat perlindungan dari kekerasandan diskriminasi.

3

Perlindungan anak jugadapat diartikan sebagai segala upaya yangditujukan untuk mencegah, rehabilitasi,dan memberdayakan anak yang mengalamitindak

(3)

,eksploitasi, dan penelantaran, agar dapatmenjamin kelangsungan hidup dan tumbuhkembang anak secara wajar, baik fisik,mental dan sosial.

4

Kenakalan anak setiap tahun selalumeningkat, apabila dicermati

dalamperkembangan tindak pidana yangdilakukan oleh anak selama ini, baik dari 1 Maidin Gultom. Perlindungan hukum TerhadapAnak Dalam Sistem Peradilan

Pidana Anak Dindonesia.Bandung: Rafika Aditama. 2008. hlm 332 ibid, hlm 343 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No.23 Tahun2002 Tentang Perlindungan Anak4 Konvensi, Media Advokasi dan Penegakan HakAnak-anak, Volume II No. 2 Medan Lembaga AdvokasiAnak Indonesia, 1998, hlm 3

kualitas maupun modus operandi yangdilakukan, terkadang tindakan pelanggaranyang dilakukan anak dirasakan telahmeresahkan semua pihak

khususnya paraorang tua. meningkatnya perilaku tindakkekerasan yang dilakukan anak seolah-olahtidak berbanding lurus dengan usia pelaku.Oleh karena itu,

berbagai upaya pencegahandan penanggulangan kenakalan anak perlusegera dilakukan.Dewasa ini, upaya pencegahan danpenanggulangan kenakalan anak (politikkriminal anak) dilakukan melaluipenyelenggaraan sistem peradilan anak (Juvenile Justice)

. Sistem peradilan anakadalah merupakan proses rangkaiantindakan represif dari sistem penegakan hukum pidana, dan dalam kasus anakyang berkonflik dengan hukum dimanapenjatuhan pidana nya sangat berbedadengan

orang dewasa, sebagaimana dalam The Declaration of The Right of the Child

yang disahkan Majelis Umum Perserikatan

bangsa-bangsa pada tanggal 20 November1958 dimana dalam mukadimah di alenia3 ditetapkan :

Where as the child by reasonof this physical and mental immaturity,needs special safeguards and care, includingappropriate legal protection, before as well asafter birth .

5

Dari alinea itu dapat dipahami bahwa karena alasan fisik dan

mental yang belum matang dan dewasa, maka anak-anak membutuhkan perlindungan sertaperawatan khusus termasuk

perlindungan hukum sebelum maupun sesudah merekadilahirkan.Terkait dalam memberikan Perlindunganterhadap anak yang berhadapan

dengan hukum (ABH), sistem peradilan anak harus dimaknai secara luas tidak hany adimaknai hanya sekedar penanganan anakyang berhadapan dengan hukum

semata.Tapi didalam sistem peradilan pidanaanak harus juga dimaknai mencangkup 5 Alinia Ketiga Deleration Of The Raight Of TheChild (Proclaimed By General Assembly

Resolustion)1386 (XIV) OF 20 November 1959 )

akar permasalahan (root causes) mengapaanak melakukan perbuatan pidana dan bagaimana upaya pencegahannya.

6

Dalam Hukum Internasional Anakyang berhadapan dengan hukum atauchildren in conflict with the law adalahseseorang yang berusia di bawah 18 tahunyang

berhadapan dengan sistem peradilanpidana dikarenakan yang

(4)

dipergunakan untukmenggambarkan sistem peradilan pidanayang dikontruksikan khusus pada anak.

7

Menurut Undang-undang No. 11Tahun 2012 tentang Sistem PeradilanPidana Anak. Yang dimaksud

dengananak yang berhadapan dengan hukum di bagi menjadi 3 (tiga) golongan, yai tu anakyang berkonflik dengan hukum; anak yangmenjadi korban tindak pidana; dan anakyang menjadi saksi tindak pidana. Sehinggadilihat dari definisi tersebut, terdapat suatumaksud oleh pembuat Undang-undangyang ingin mengelaborasi definisi anakyang berhadapan dengan hukum denganUndang-undang No. 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak didalam Undang-undang tersebut tidak terdapat definisimengenai anak yang berhadapan dengan hukum tetapi

dijelaskan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum ini berhak

atasperlindungan.Kebijakan Legislatif tentang perlindun-gan hukum terhadap anak yang berhadapandengan hukum melalui Diversi dalam sistemperadilan anak adalah dengan membentukperaturan perundang- undangan yang men-gatur tentang Diversi didalam sistem pera-dilan pidana anak. Dengan diundangkanya

6 Wagiati Soetojo, Hukum Pidana Anak, Fafika Adit-ama, Bandung, 2006, Hlm. 187 M. Nasir, Anak Bukan Untuk Dihukum, SinarGrafika, Jakarta, 2013, Hlm. 23

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012tentang Sistem Peradilan Pidana Anak padatanggal 30 Juli Tahun 2012, maka Indonesiasudah secara sah memiliki suatu peraturanyang memberikan perlindungan hukum

ter- hadap anak yang berhadapan dengan hu-kum salah satu metodenya adalah Diversi.

8

Diversi, merupakan pemberian ke-wenangan kepada aparat penegak hukumuntuk mengambil tindakan-tindakan ke- bijakan dalam menangani atau menyele-saikan masalah pelanggaran anak dengantidak mengambil jalan formal antara

lainmenghentikan atau tidak meneruskan ke-pada proses peradilan pidana atau mengem- balikan kepada masyarakat dan bentuk- bentuk kegiatan pelayanan sosial lainnya.

9

Aplikasi diversi sebenarnya untukmemberikan jaminan perlindunganterhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam peradilan pidana anak diIndonesia, dengan mengaplikasikan di dalamsetiap tahap pemeriksaan. Aplikasi

Diversidan pendekatan keadilan Restorativedimaksudkan untuk menghindari anakdari proses peradilan pidana sehingga

dapatmenghindari dari stigmatisasi terhadapanak yang berhadapan dengan hukum.Serta diharapkan anak dapat kembali kedalam lingkungan sosial secara wajar.

10

Keadilan Restorative justice adalah suatuproses dimana semua pihak yang

terlibatdalam suatu tindak pidana tertentu bersamasama mengatasi masalah serta menciptakansuatu kewajiban untuk membuat segalasesuatunya bisa menjadi lebih baik denganmelibatkan korban, pelaku ( anak ) danmasyarakat dalam mencari solusi untukmemperbaiki serta menentramkan hatiyang tidak

(5)

8 Angger Sigit Pramukti & Fuady Primaharsya,Sistem Peradilan Pidana Anak, Pustaka Yustisia, Jog-yarta, 2015. hlm. 689 ibid, hlm. 6810 Ibid, hlm. 611 Ibid, hlm. 9

Dari sudut pandang psikologis, berbagaisikap dan tindakan sewenang-

wenangterhadap anak, membuat mereka menjadianak-anak yang bermasalah sehinggamengganggu proses pertumbuhan/perkembangan secara tidak sehat. Hal initidak terlepas dari semakin kompleksnyamasalah yang dihadapi anak-anak zamansekarang, ditambah lagi faktor-faktorpenunjang untuk terjadinya proses belajarsecara tidak langsung, seperti tayangan-tayangan kekerasan di layar kaca, sampai berita kekerasan serius yang muncul akhir-akhir ini. Sementara pada diri seorang anak,proses imitasilah (meniru) paling dominanmemberikan pengaruh terhadap dirinya.Berdasarkan data yang tercatat dalamstatistik kriminal Direktorat JenderalPemasyarakatan (Ditjenpas) pada tahun2012 terdapat lebih dari 12.566 anakyang disangka sebagai pelaku tindakpidana. Dilihat dari jumlah anak

yang berhadapan dengan hukum dari tahunpertahun cenderung mengalami kenaikan.Pada tahun 2008 berjumlah 1.867,pada tahun 2009 berjumlah 2.023, padatahun 2010 berjumlah 2.356, pada tahun2011 berjumlah 2.726, pada tahun 2012 berjumlah 3.211 tahanan anak di rumahtahanan dan lembaga

pemasyarakatan diseluruh Indonesia. 12

Dari Kasus-kasus kejahatan yangmelibatkan anak sebagai pelaku

tindakkejahatan atau anak yang berkonflikdengan hukum perlu mendapat perhatiankhusus. Mengingat anak adalah individuyang masih labil, maka perlu hukum acarapidana yang khusus anak harus diterapkansecara maksimal mengingat dengan adanyaUndang-undang yang mengatur tentangsistem peradilan pidana anak di Indonesiasehingga dapat memberikan jaminanperlidungan terhadap anak. 12 Http/Ditjenpas.go.id/main/statistik kriminal, diakses pada hari minggu 10 Januari 2016 ,pukul 20.00Wita

Bertitik tolak dari kompleksnyapermasalahan berkaitan denganperlindungan yang harus diberikan kepadaseorang anak yang berkonflik dengan hukum tentu harus ada upaya dari berbagaipihak untuk menyelamatkan anak bangsa.Polisi adalah sebagai garda terdepandalam penegakan hukum memilikitanggung-jawab yang cukup besar untukmensinergikan tugas dan wewenang Polrisebagaimana yang telah diatur dalamUndang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentangKepolisian Negara Republik Indonesiayaitu bahwa Kepolisian Republik Indonesiamemiliki tugas

Memelihara Keamanan danKetertiban Masyarakat, penegakan hukumdan pelindung dan pengayom masyarakat.Kepolisian sebagai penegak hukum yangpertama dalam penanganan terhadap anakyang berkonflik dengan hukum sehinggasalah satu cara yang dapat ditempuh dalampenanganan perkara pidana anak adalahmelalui

pendekatan restorative justice

,yang dilaksanakan dengan cara pengalihan(Diversi). Restorative justice merupakanproses penyelesaian yang dilakukan di luarsistem peradilan pidana (Criminal JusticeSystem)

dengan melibatkan korban, pelaku,keluarga korban dan masyarakat sertapihak-pihak yang berkepentingan dengansuatu tindak pidana yang terjadi untukmencapai kesepakatan dan penyelesaian.Restorative justice dianggap cara berfikir/paradigma baru dalam memandang sebuahtindak kejahatan yang dilakukan

olehseorang.Karena masih tingginya angka

(6)

g mana hal tersebut sudah tidak sesuai dengantujuan dari konvensi hak anak yaitukepentingan terbaik bagi anak oleh karenaitu, Kepolisian Resort Lombok Barat (PolresLobar) khususnya di Unit PerlindunganPerempuan dan Anak (PPA), dituntutmampu melakukan penerapan Diversidengan mengedepankan konsep Restorative Justice dalam menangani perkara tindakpidana anak. Pengalihan proses peradilananak atau yang disebut dengan

Diversi berguna untuk menghindari efek negatifdari proses-proses peradilan pidana,misalnya labelisasi akibat

pernyataan bersalah maupun vonis hukuman. Dalampenerapan Diversi terhadap tindak pidanayang dilakukan oleh anak, sehingga polisikhususnya penyidik anak telah memilikipayung hukum baik berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2012 tentang SistemPeradilan Pidana Anak serta

peraturaninternal kepolisian yaitu Undang-undangNo 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RIperaturan perundang-undangan yangmemberi wewenang untuk

tindakantersebut.Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Undang-undang Sistem Peradilan Anak dijelaskanyaitu; pada tingkat penyidikan,penuntutandan pemeriksaan perkara anak di pengadilannegeri wajib diupayakan Diversi sehinggapenulis berkeinginan untuk meneliti lebih dalam tentang bagaimana penerapanDiversi oleh penyidik polri terhadap anakyang berkonflik dengan hukum berdasarkanperaturan perundang undangan

yang berkaitan dengan perlindungan anak, hal inilah yang ingin dikaji, dibahas, dan disajikan oleh penulis dalam bentuk uraianilmiah (tesis) dengan judul’’ Peran

PenyidikDalam Penerapan Diversi Terhadap AnakYang Berkonflik Dengan

Hukum.”Berdasarkan latar belakang permasalahanyang telah di uraikan di atas maka dapatdirumuskan beberapa permasalahan

dalampenelitian ini yaitu: Bagaimanakah peranpenyidik POLRI dalam penerapan Diversiterhadap anak yang berkonflik dengan hukum? dan Bagaimana penerapan Diversiterhadap anak yang berkonflik

dengan hukum di Unit Pelayanan Perempuan danAnak Polres Lobar?Secara umum penelitian ini bertujuanuntuk menjelaskan mengenai peran

penyidik dalam penerapan Diversi terhadapanak yang melakukan tindak pidanadikaitkan nya dalam sistem peradilanpidana anak menurut ketentuan UUPerlindungan Anak, UU sistem PeradilanPidana anak dan UU Kepolisian RI dengantetap melindungi hak-hak anak sebagaigenerasi penerus terlepas dari apapun bentuk tindak pidana yang dilakukan olehanak. Sedangkan secara khusus, penelitianini bertujuan untuk mengetahui danmenganalisis mengenai peran

penyidikPOLRI dalam penerapan Diversi terhadapanak

yang berkonflik dengan hukum danuntuk menganalisa penerapan Diversiterhadap anak yang berkonflik dengan hukum di Unit Perlindungan Perempuandan Anak Polres Lombok Barat.Dengan berpijak pada judul danpermasalahan yang melandasi penelitianini, maka jenis penelitian yang dilaksanakandalam penulisan tesis ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris yaitusuatu bentuk penelitian lapangan untukmencari keterangan berupa data atauinformasi tentang masalah yang

ditelitidengan menggunakan metode pendekatannormative yaitu penelitian yang mengkaji literatur-literatur dan peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya denganmasalah yang diteliti.

PEMBAHASAN

(7)

Penyidikan, adalah serangkaian tindakanpenyidik selama pemeriksaan

pendahuluan,untuk mencari bukti-bukti tentang tindakpidana. Tindakan ini meliputi pemanggilandan pemeriksaan saksi-saksi, penyitaan barang bukti,

penggeledahan, pemanggilan,pemeriksaan tersangka, melakukanpenangkapan dan penahanan. Penyelidikanadalah serangkaian tindakan penyelidikuntuk mencari dan menemukan suatuperistiwa yang diduga sebagai peristiwapidana guna

menentukan dapat atautidaknya dilakukannya penyidikan dengancara yang diatur dalam Undang-undang (KUHP).

13

Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 TentangSistem Peradilan Pidana Anak disebutkanpengertian anak yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang telah berumur 12( dua belas ) tahun, tetapi belum mencapai18 (delapan belas) tahun, yang didugamelakukan tindak pidana.

14

Dalam melakukan penyidikan terhadapperkara anak, diusahakan dilaksanakanoleh polisi wanita, dalam beberapa hal jikaperlu bantuan dengan polisi pria. Penyidikanak juga harus mempunyai pengetahuanseperti psikologi, sosiologi, harus

jugamencintai anak, berdedikasi dan dapatmenyelami jiwa

anak. Secara umum berdasarkan ketentuanUndang-undang Nomor 11 Tahun 2012 bahwa penyidikan terhadap anak sebagaipelaku tindak pidana hanya dapat dilakukanapabila pelaku tindak pidana telah berusia12 (dua belas ) tahun tetapi belum mencapaiumur 18 (delapan belas) tahun, terhadapanak di bawah umur 12 ( dua belas tahun)ketika anak melakukan tindak pidanapenyidik mengambil keputusan untukmenyerahkan kembali kepada orang tua/wali dan mengikut sertakan dalam programpendidikan, Pembinaan dan pembimbingandi instansi pemerintahDalam Penyidikan terhadap anak

yang berkonflik dengan hukum dilakukanoleh Penyidik Anak, yang

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan KepalaKepolisian RI atau Pejabat yang ditunjukolehnya. Dengan demikian Penyidik Umumtidak dapat melakukan penyidikan atastindak pidana yang dilakukan oleh anak,

13 Pasal 1 ayat (2) Perkap Nomor 14 Tahun 2012Tentang Menajemen Penyidikan Tindak Pidana.14 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun2012 Tentang sistem Peradilan Pidana Anak

kecuali dalam hal tertentu, seperti belumada Penyidik Anak di tempat

tersebut.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11tahun 2012 tentang Sistem Peradilan PidanaAnak penyidikan yang dilakukan olehpenyidik terhadap perkara anak terdapatpersyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:

15

a. Telah Berpengalaman sebagai penyidik b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasid an memahami masalah anakc. Telah mengikuti pelatihan teknistentang peradilan anak.Dalam hal belum terdapat Penyidik anakyang memenuhi persyaratan

sebagaimanadimaksud pada Pasal 26 ayat (3),

tugasPenyidikan dilaksanakan oleh Penyidikyang melakukan tugas penyidikan tindakpidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

16

Penyidikan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum diupayakandalam suasana kekeluargaan, dan

(8)

PembimbingKemasyarakatan setelah tindak pidanadilaporkan atau diadukan sesuai denganUndang-undang No. 11 Tahun 2012.Diperiksa dalam suasana

kekeluargaan, berarti pada waktu memeriksa tersangkaanak, penyidik tidak memakai pakaianseragam/dinas, dan melakukan pendekatansecara efektif, aktif, dan simpatik.Konsep Diversi adalah suatu konsepuntuk pengalihan suatu kasus dari peradilanformal ke peradilan informal denganmenggunakan proses

Restorative justices .

Restorative Justice

merupakan suatu prosesdimana semua yang terlibat dalam suatutindak pidana tertentu bersama-sama dalammengatasi masalah serta menciptakansuatu kewajiban untuk membuat segalasesuatunya menjadi lebih baik dengan

15 Pasal 26 ayat (3) Undang–Undang Nomor 11 Ta- hun 2012 Tentang Sistem Perdilan Pidana Anak.16 Ibid Pasal 26 ayat (4)

melibatkan korban, anak (pelaku) danmasyarakat dalam mencari sebuah solusiuntuk memperbaiki serta menentramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan.Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 11 tahun 2012 ,

dikemukakan bahwa Diversi wajib di upayakan setiaptingkat pemeriksaan, baik itu penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan dipengadilan negeri. Dalam Pasal 7 ayat (2) juga disebutkan mengenai syarat Diverisiadalah tindak pidana yang dilakukan anaktersebut diancam dengan pidana penjarakurang dari 7 (tujuh) tahun serta bukanmerupakan pengulangan tidak pidanaketentuan pidana kurang dari 7 (tujuh)tahun tersebut mengacu pada hukumpidana. Sedangkan pengulangan tindakpidana yang dimaksud dalam Undang-undang No. 11 tahun 2012 tindak pidanayang dilakukan oleh anak, baik itu sejenismaupun tidak sejenis, termasuk juga tindakpidana yang di selesaikan melalui Diversi.Dalam Penerapan diversi, di manamenjadi suatu kewajiban untukdilaksanakan pada tingkat penyidikanadalah tindak pidana yang dilakukan olahanak, umur anak saat melakukan tindakpidana. Ketentuan tersebut merupakanindikator bahwa semakin rendahancaman pidana semakin tinggi prioritasdilakukannya Diversi. Sedangkan umuranak yang dimaksud adalah untuk prioritasdalam pelaksanaan Diversi dan semakinmuda umur anak semakin tinggi prioritaspelaksanaan diversi. Apabila kesepakatanDiversi sudah dicapai, maka harus adapersetujuan dari korban/keluarga korbanDalam sistem peradilan pidana anakpasal 9 ayat (2) kesepakatan deversi harusmendapatkan persetujuan dari korban dan/atau keluarga anak korban serta kesediaananak dan keluarganya/kecuali untuk:

17

17 Ibid Pasal 9 ayat (2)

a. Tidak pidana yang dilakukan adalahtindak pidana pelanggaran. b. Tindak pidana yang dilakukan adalahtindak pidana ringan.c. Tindak pidana yang dilakukan

tidakmenimbulkan korban,ataud. Nilai kerugian korban tidak lebih dariupah minimum provinsi setempat.Keempat hal tersebut diatas meruapkansuatu alrternatif yang berarti apabila adasatu kriteria saja yang terpenuhi maka per-setujuan Diversi tersebut tidak membutuh-kan perper-setujuan. Apabila terdapat kesepak-atan Diversi dalam seperti yang disebutkandiatas, maka kesepakatan tersebut dapat di- lakukan olah penyidik beserta pelaku/kelu-arganya, pembimbing kemasyarakatan dandapat juga melibatkan tokoh masyarakat.Kesepakatan

(9)

dapat berbentuk:a. Pengembalian kerugian dalam hal adakorban. b. Rehabilitasi medis dan psikososial.c. Penyerahan kembali kepada orang tua/walid. Keikutsertaan dalam pendidikan ataupelatihan di lembaga pendidikan ataupelatihan di lembaga pendidikan atauLPKS paling lama 3 ( tiga) bulan.e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga ) bulan.

18

Kesepakatan Diversi antara kedua belah pihak (anak sebagai pelaku dankorban) selain didampingi oleh orang tua/wali anak, pembimbing Kemasyarakatan,Pekerja sosial, Profesional, pada tingkatpenyidikan dapat juga didampingi olehtokoh masyarakat selanjutnya hasilkesepakatan kedua belah pihak dituangkan

18 Pasal 9 & pasal 10 Undang-Undang No. 11 tahun2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

didalam kesepakatan Diversi dan ditandatangani olah para pihak yang

bersangkutan.Kemudian hasil kesepakatan Diversi tersebutdi sampaikan kepada atasan langsung ditingkat pemeriksaan kepolisian (kanit PPAPolda, Polres, Polsek) dalam waktu 3 (tiga) hari sejak tercapainya kesepakatan Diversi,untuk kemudian dikeluarkan Penetapanoleh Ketua Pengadilan Negeri. Penetapanyang dimaksud, harus dikeluarkan dalamwaktu paling lama 3 (tiga) hari. Penetapantersebut kemudian disampaikan kepadaPembimbing Kemasyarakatan, Penyidik,Penuntut dan Hakim. Setelah penerimasurat penetapan tersebut penyidik POLRIkemudian mengeluarkan surat penetapanpenghentian penyidikan.Apabila dalam proses penerapan Diversitidak penghasilan kesepakatan, maka pera-dilan pidana anak tetap dilanjutkan hinggadi tingkat selanjutnya. Pengawasan prosesdiversi

merupakan tanggung jawab daripada atasan langsung penyidik di unit Per- lindungan Perempuan dan Anak, baik itusatker Polda, Polres, Polsek. Selama prosesDiversi berlangsung sampai dengan pelak-sanaan kesepakatan Diversi pembimb-ing Kemasyarakatan wajib melaksanakanpendampingan, pembimbingan dan penga-wasan. Apabila kesepakatan Diversi tidakdilakukan dalam waktu yang telah diten-tukan, Pembimbing Kemasyarakatan wajibsegera melaporkan kepada atasan langsungpenyidik anak di kepolisian dan atasantersebut langsung menindak lanjuti laporantersebut dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah laporan tersebut diterima.

B. Penerapan Diversi di Unit PPA PolresLobar 1. Unit Pelayanan Perempuan danAnak (PPA)

Berdasarkan Pasal 1 butir (9) PeraturanKapolri Nomor 3 Tahun 2008

TentangPembentukan Ruang Pelayanan KhususDan Tata Cara Pemeriksaan Saksi Dan/

Atau Korban Tindak

Pidana, menyebutkan bahwa Unit Pelayanan Perempuan dan Anakyang selanjutnya disingkat UPPA adalahunit yang bertugas memberikan pelayanandalam bentuk perlindungan terhadapperempuan dan anak yang menjadi korbankejahatan dan penegakan hukum terhadapperempuan dan anak yang menjadi pelakutindak

pidana.Tugas Unit Pelayanan Perempuan danAnak diatur dan dijelaskan dalam Pasal 10ayat (2) Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun2008 yang menyebutkan bahwa Tugas

UnitPelayanan Perempuan dan Anak meliputi :1. Penerimaan laporan/pengaduan tentangtindak pidana;2. Membuat laporan polisi;3. Memberi konseling;4.

(10)

hak-hak, dan kewajiban-nya;8. Menjamin kerahasiaan informasi yangdiperoleh;9. Menjamin keamanan dan keselamatankorban;10. Menyalurkankorban ke Lembaga BantuanHukum (LBH) / rumah aman;11. Mengadakan koordinasi dan kerja

samadengan lintas sektoral;12.Memberi tahu perkembangan penanga-nan kasus kepada pelapor;13.Membuat laporan kegiatan sesuai prose-dur.Berdasarkan Pasal 1 butir (2) PeraturanKapolri Nomor 3 Tahun 2008

menyebutkan bahwa Ruang Pelayanan Khusus (RPK)adalah ruangan yang aman dan nyamandiperuntukkan khusus bagi saksi dan/ataukorban tindak pidana termasuk tersangkatindak pidana yang terdiri dari perempuandan anak yang patut

diperlakukan ataumembutuhkan perlakuan secara khusus,dan perkaranya sedang ditangani di kantorpolisi.

2. Pelaksanaan Diversi di Unit PPAPolres Lobar.

Dalam penerapan Diversi fungsi pe-nyidik Reserse kriminal di unit Perlind-ungan Perempuan dan Anak Polres Lobaradalah salah satu fungsi

di kepolisian yangmelakukan penanganan anak yang berha-dapan dengan hukum (ABH) baik prosesPenyelidikan, penyidikan sampai denganpenangkapan dan penahanan merupakansalah satu tugas dan fungsi penyidik.

Dalampenerapan sistem peradilan pidana anaktelah diatur secara tegas bahwa penyidik didalam penanganan anak yang berkonflikdengan hukum penyidik yang menanganipidana anak wajib mengupayakan diversidengan menggunakan konsep Restorative Justice

yaitu penyelesaian perkara pidanadengan cara kekeluargaan antara pelakudengan korban dan keluarga korban. Kepolisian merupakan institusi negarayang pertama kali dalam melakukan prosesperadilan terhadap pelaku maupun korbandalam penegakan hukum baik itu terhadapanak yang berkonflik dengan hukum. Pen-angkapan, penahan, penyelidikan, dan pe-nyidikan merupakan kewenangan kepoli-sian dalam pelaksanaan sistem peradilanpidana anak. Dalam menjalankan

prosespenerapan Diversi dalam peradilan pidanaanak dari penyidikan kepolisian diberikankewenangan yang disebut dengan diskresi

(discretionary power)

. Kewenangan diskresiadalah kewenangan legal yang berikan olehUndang-undang di mana kepolisian berhakuntuk meneruskan atau tidak menerus-kan suatu perkara. Berdasarkan

kewenan-gan ini pula kepolisian dapat mengalihkan (diversion)

terhadap suatu perkara pidanayang dilakukan oleh anak sehingga anak ti-dak perlu berhadapan dengan penyelesaianperadilan pidana secara formal.Secara peraturan perundang-undangandi dalam pelaksanaan peradilan pidana anakpenyidik Polri berpedoman berdasarkanUndang-Undang No. 11 tahun 2012 tentangSistem Peradilan Pidana Anak yang telahmengatur secara detail tentang

pelaksanaanpenerapan Diversi terhadap anak

yang berkonflik dengan hukum. Secara garis besar terdapat tiga bentuk diversi yait udiversi dalam bentuk peringatan; diversiinformal, dan diversi formal

harus berdampak positif kepada korban, keluarga,dan anak. Melihat pada

(11)

diversi.Berdasarakan Hasil Wawancara penulisdengan I Yoman Suardana, SH Kepala UnitPelayanan Perempuan dan Anak (PPA)Lombok Barat menyampaikan:

’’Terhadap anak yang berkonflik dengnhukum atau anak yang diduga melaku-kan tindak pidana dilihat dari jumlahkasus yang dilaporkan dipolres Lombok Barat tidak semua

kasus anak dilimpah-kan atau dilanjutkan ketingkat kejaksaanketika proses penyidikan, terkadang jugadari pihak pelaku maupun pelapor telahmelakukan upaya

perdamaian sepertipada tahun 2015 sebanyak 6 kasus na-mun berkasnya yang disampaikan ke ke- jaksaan hanya 3 kasus itu artinya upayadiversi telah diupayakan didalam

prosespenyidikan.

Biasanya perdamaian dengan cara Restorative Justice

terjadi karena bantuanpihak ketiga seperti tokoh agama atautokoh masyarakat. Perdamaian itu biasanyadisertai dengan ganti rugi yang ditandaidengan surat kesepakatan Diversi antarakorban dan pelaku dengan melibatkanPembimbing Kemasyarakatan dari Bapas.’’

19

Dalam pelaksanaan di lapangan prosesDiversi dengan Restorative Justice

penyidikterkadang dilibatkan dan tidak dilibatkannamun apabila perkara tersebut sudahdiselesaikan secara damai biasanya pihakkorban, pelaku dan tokoh

masyarakatatau pihak-pihak yang terlibat datang keUnit PPA Lombok Barat untuk memintapendapat dan saran namun apabila didalamkasus-kasus tertentu seperti pemerkosaandan pencurian disertai dengan kekerasansampai dengan mengancam jiwa seseorangdimana korban atau orang keluargakorban biasanya tidak bersedia melakukanperdamaian dengan adanya suratpernyataan yang ditandatangani oleh pihakkorban maka dalam kasus seperti ini akandilanjurkan ke tingkat Hasil

penelitian di lapangan bahwadalam penerapan Diversi terhadap anakyang berkonflik dengan hukum di PolresLombok Barat tidak harus ditangani

ataudilaporkan di unit perlindungan perempuandan anak yang ada di Polres tetapi penerapanDiversi juga dilaksanakan di tingkatkesatuan polsek seluruh jajaran yang adadi wilayah hukum Polres Lombok Baratdikarenakan polsek merupakan kesatuan di bawah polres yang berhubungan langsungkepada masyarakat di tingkat

kecamatanmaupun desa sehingga dengan melibatkanperan serta Babinkamtibmas yang ada disetiap desa maupun di kelurahan untukmembantu penyidik dalam Menerapkandiversi ketika anak menjadi pelaku tindakpidana sehingga penerapan Diversicenderung lebih banyak dilakukan di unitPPA tingkat

polsek-polsek.Berdasarkan data tindak pidana yang

di-19 Wawancara Dengan Kepala Unit PerlindunganPerempuan dan Anak Sat. Reskrim Polres LombokBarat, I Yoman Suardana, SH.

lakukan oleh anak di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres LombokBarat.

N O J E N I S T I N D A K P I D A N A TAHUN2 0 1

4 2 0 1 5 2 0 1 6

1 . P e r s e

t u b u h a n

1 1 2 . P e

n g a n i a y a

(12)

3 . P e n c a

b u l a n 1

2 4 . P e r

k o s a a n

1 5 . B e m b a w

a l a r i a n a k

1 6 . P e n c

u r i a n 1

1 J u m l

a h 4

6 2

D I V E R

S I 2

3 2

Dapat dilihat di atas Berdasarkan jumlahdata anak yang berkonflik dengan hukumdi unit perlindungan perempuan dan anakpada tahun 2014 terdapat 4 kasus

padatahun 2015 terdapat 6 kasus dan sedangkanpada

tahun 2016 baru terdapat 2 kasus,dari jumlah data kasus yang di tanganidi Polres lombok Barat. Dalam waktu 3tiga tahun terakhir terdiri dari 12 kasusyang terjadi terdapat 7 (tujuh) kasus yangdapat diterapkan Diversi dengan Konsep

Restorative Justice

dan 5 (lima) kasusdilimpahkan kejaksaan untuk dilanjutkanke tahap penuntutan. Berdasarkan 5 (lima)kasus yang diteruskan ke kejaksaan dapatdikatakan dalam penerapannya Diversiyang dilaksanakan di Polres

Lombok barat masih dikategorikan kurang efektifdan melalui kewenangan diskresi yangdiberikan kepada penyidik polri dalampenerapan Diversi yang di amanatkan olehUndang-undang No. 2 tahun 2002 tentangKepolisian RI masih belum

dipergunakansecara maksimal dalam menangani perkaraanak.Dari jumlah data kasus yang ada beberapa khusus yang ditangani olehpenyidik Polres Lobar tidak dapat dilakukandiversi dikarenakan kasus anak tersebutmenurut penyidik di unit PPA

berdasarkanpertimbangan penyidik kasus tersebut harus teruskan ke kejaksaan sep erti kasuspencabulan dan pemerkosaan Sedangkanuntuk kasus tindak pidana ringan sepertikasus pencurian biasa dan penganiayaanringan sudah dilakukan upaya diversi baik itu dengan cara

Restorative Justice

maupun dengan cara kewenangan Diskresikepolisian berdasarkan Undang-UndangNo. 2 tahun 2002 tentang kepolisian RI.Sebagaimana yang disampaikan olehpenyidik pembantu PPA Polres Lobar, bahwa:

20

” Berhasil tidaknya penerapanDiversi penyidik biasanya melihat dariancaman

(13)

ancaman pidananyadi bawah 7 (tujuh) tahun seperti kasuspenganiayaan ringan atau pencurian biasa lebih besar kemungkinan bisa diupayakandiversi melalui konsep

Restorative Justice

.Namun untuk kasus tertentu sepertiPemerkosaan dan penganiayaan

berat biasanya kasus tersebut dilimpahkan ataudilanjutkan ke kejaksaan. Namun karenamelihat pelakunya masih anak-anaksehingga harus tetap memperhatikan hak- hak anak pada saat penyidikan.Diversi terhadap anak yang berkonflikdengan hukum dapat menghasilkankesepakatan dalam pelaksanaan diversiyaitu:

perdamaian dengan atau tanpa gantikerugian; penyerahan kembali kepada 20 Wawancara dengan penyidik pembantu Unit Per- lindungan Perempuan Dan Anak Polres Lombok Barat,Made Jelantik Oka

rangtua/wali; keikutsertaan dalampendidikan atau pelatihan ke lembagapendidikan, lembaga penyelenggaraankesejahteraan sosial atau lembagakesejahteraan sosial; program pelayananmasyarakat. Oleh karena itu dalam tataranpelaksanaan lembaga pendidikan, lembagakesejahteraan sosial dan program pelayananmasyarakat harus mampu sebagai wadahatau agen perubahan perilaku anak pelakutindak pidana menjadi pribadi yang cerdasdan berkualitas. Namun dalam tataranpraktek masih dipertanyakan, masihminimnya program-program yang memihakkepada anak, dan secara struktur harusdilakukan pembenahan untuk menunjangkepentingan anak tersebut.Dimana pengawasan pelaksanaandiversi di bawah atasan langsung yang bertanggungjawab untuk melakukanmonitoring. Apabila hasil

kesepakatandiversi tidak dijalankan dengan baikpihak pelaku atau keluarganya tidakmenyelesaikan kewajibannya. Dalam halini secara langsung Bapas

menyampaikankepada penyidik harus memproses ke tahappenyidikan formal, Sementara penyidiktelah mengeluarkan surat pemberhentianpenyidikan. Hal ini akan sangat krusialapabila tidak adanya laporan dari Bapaskepada penyidik apakah proses diversi berhasil membuat anak menjadi lebih baik.Dari manfaat diversi yang telah dise- butkan di atas, seharusnya pihak

penyidi-kan dapat lebih mengupayapenyidi-kan diversi.Upaya diversi merupapenyidi-kan amanat Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak,dan upaya diversi juga banyak

manfaatnyakarena dapat mengurangi jumlah perkaraanak yang dilanjutkan pada tahap penuntu-tan. Bahkan penyidik memiliki waktu lebihkarena tidak harus

melakukan peradilan se-cara formal yang telah diupayakan diversidan tidak terjadi penumpukan perkara.Berdasarkan ketentuan perundanganundangan yang terdapat didalam sistem

peradilan pidana anak, kepolisianmempunyai kewenangan dan kebijakantersendiri dalam menentukan apakahkasus anak tersebut dapat diselesaikanmelalui

pengalihan atau tidak Sepertikasus pencabulan dan pemerkosaan

yang biasanya diteruskan ke penuntutan. Apabiladiversi berhasil dilakukan maka penyidikwajib berkoordinasi dengan pembimbingkemasyarakatan (bapas) dalam melakukanpembimbingan terhadap pelaku.

Namun jika diversi tidak berhasil atau kepolisian berdasarkan ketentuan

(14)

peneliti di lapangan,upaya yang dilakukan oleh penyidik di UnitPPA khususnya didalam penerapan Diversiterhadap anak yang berkonflik

dengan hukum dengan konsep Restorative Justicekurang efektif dikarenakan

penyidik yangditugaskan sebagai penyidik-penyidik diUnit Perlindungan Perempuan dan Anak diPolres Lobar secara kemampuan penyidiksendiri masih belum

memahami konsepDiversi serta dari jumlah penyidik yangada masih belum mempunyai sikap sebagaiPenyidik dan sertifikat pelatihan maupunkejuruan mengenai pelaksanaan diversi baikyang dilaksanakan dari internal

kepolisianmaupun dari instansi terkait. sehinggaperan penyidik di dalam penerapannyamasih kurang memberikan perlindunganterhadap anak yang berhadapan dengan hukum karena dari beberapa kasus yang ditangani unit perlindungan perempuan dan

anak (PPA) merupakan permintaan daripihak pelaku dengan korban yang memintapenyidik untuk melakukan perdamaian.

SIMPULAN

1) Proses diversi pada tingkat penyidikan berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 TentangSistem Peradilan Pidana Anak pada

tingkatpenyidikan wajib diupayakan diversidalam pasal 7 ayat (2) juga

disebutkanmengenai syarat diversi adalah tindakpidana yang dilakukan anak tersebutdiancam dengan pidana penjara kurangdari 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakanPengulangan tindak pidana. Pada pasal 8ayat (1) Undang-undang No. 11 tahun2012 dijelaskan dalam proses diversipada tingkat penyidikan dilakukanmelalui musyawarah dengan melibatkanorang tua/wali anak, PembimbingKemasyarakatan dan Pekerja Sosialdengan mengedepankan pendekatan

Restorative Justice

.2) Penerapan diversi di Unit PerlindunganPerempuan dan Anak Polres Lobar

dalam hal ini Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa penanganan tindakpid ana yang dilakukan oleh anak tidaksemua kasus dapat diselesaikan denganproses Diversi melalui pendekatan

restorative justice

hal tersebutdikarenakan penyidik melihat ancamanpidananya tidak memungkinkan untukdilakukan Diversi seperti tindak pidanapemerkosaan dan pencabulan

sehinggapenyidik melanjutkan kasus tersebut ketingkat kejaksaan. Penerapan Diversidengan melibatkan Keluarga Korban,tokoh masyarakat dan

Pembimbingkemasyarakatan dari Bapas. Dari hasilPenelitian dalam penerapan diversi wajibadanya persetujuan dari pihak korbandengan pelaku tetapi dalam praktik di lapangan terkadang dari pihak korbantidak menyetujui upaya diversi danmemintakepada penyidik agar dilanjutkanke proses pidana. Fakta di lapangan jugaterdapat terjadinya ketimpangan dalampenerapan diversi dikarenakan

darikemampuan penyidik sendiri masihkurang memahami konsep diversi sertaditemukan sebagian penyidik yang adadi unit PPA masih belum memiliki sikapsebagai penyidik sebagaimana yang telahdiatur di dalam Pasal 26 ayat (1) Undang-undang No. 11 atau 2012 sistem PeradilanPidana Anak.

DAFTAR PUSTAKA BUKU:

Angger Sigit Pramukti & Fuady Primaharsya,2015. Sistem Peradilan PidanaAnak, Pustaka Yustisia, Jogyarta.Maidin Gultom, 2008. Perlindungan

(15)

Pusaka,Yogyakarta.Wagiati Soetojo, 2006. Hukum PidanaAnak, Fafika Aditama, Bandung.Alinia Ketiga Deleration Of The Raight OfThe Child (Proclaimed By GeneralAssembly

Resolustion) 1386 (XIV)OF 20 November 1959Konvensi, Media Advokasi dan PenegakanHak Anak-anak, Volume II No. 2Medan Lembaga Advokasi AnakIndonesia, 1998PERUNDANG-UNDANGAN:undang Dasar Republik Indonesiatahun 1945.Kitab Undang-undang Hukum Pidana.Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002tentang perlindungan Anak

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan PidanaAnak.Undang-undang Nomor 2 tahun 202 tentang Kepolisian RepublikIndonesiaPerkap Nomor 14 Tahun 2012

Tentang menejemen Penyidikan TindakPidanaPeraturan KAPOLRI 10/2007, 6 Juli 2007 tentang Unit PelayananPerempuan dan Anak (PPA) dan 3/2008 tentang PembentukanRPK dan Tata Cara Pemeriksaan Saksi&/Korban Tindak PidanaWIBSITEHttp/Ditjenpas.go.id/main/statistik kriminal,diakses pada hari minggu 10 Januari 2016 ,pukul 20.00 Wita.WWW.Gusriadi blokspot.com, sistem peradilan Pidana Anak,di aksespada hari selasa 5 januari 2016Ruslan Efendi, Peran, Wewenang dan Kekuasaan, htt;/Ruslan.web.id/archives/269. Diakses pada tanggal 16 Januari 2016 Pukul 23.30.Wita

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa jenis tanaman pesisir yang ditemui di Desa Pasar Banggi antara lain, Lantana cemara, Wedelia biflora, Casuarina equisetifolia, Ipomoea pes-caprae, babandotan

[r]

Melalui media pembelajaran ini para siswa diharapkan dapat lebih memahami materi sistem kerangka manusia dengan cara yang praktis, menarik, dan mudah dimengerti. Kata

merupakan komposisi sonata untuk tiga instrumen, yang terdiri dari dua biola.. dan basso continuo , sedangkan solo sonata merupakan komposisi sonata

Kepala Seksi Bina Satuan Linmas atau Kepala Seksi Bina Potensi Masyarakat membuat nota dinas dan konsep surat pemberitahuan Pembinaan dan Pemberdayaan Satuan Linmas atau

negara yang ideal haruslah mampu menempatkan diri dan berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Peran pemerintah menjadi landasan dasar untuk mencapai tujuan

Fungsi struktur sosial, antara lain sebagai landasan atau wadah dari proses sosial yang berlangsung bagi para anggota masyarakatnya, sebagai pola tata kelakuan yang mengatur hubungan

[r]