• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejarah perkembangan islam pasca kemerde

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejarah perkembangan islam pasca kemerde"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Apabila diperhatikan dengan seksama diketahui bahwa kekuatan yang mendorong lahirnya kemerdekaan Indonesia itu mempunyai aspek rohaniah dan aspek jasmaniah. Keduanya berhubungan sangat erat sehingga merupakan perpaduan kekuatan yang mewujudkan eksistensi. Secara ideologis kekuatan rohani ini adalah gabungan dari berbagai ide baik merupakan asas keyakinan yang tertuang pada keimana terdahap alam semesta yang rahmanya secara merata pada setiap bangsa. Di samping itu, bertolak belakang atas kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mampu menyelaraskan dirinya terhadap sesama dan alam semesta yang diyakini memberikan unsur-unsur kehidupan.1

Butir-butir Pancasila terdapat pada setiap individu dan golongan dari masyarakat Indonesia terutama kamun Muslim yang melandaskan keyakinan pada tauhid. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, memerintahkan agar menggalang persatuan, memberikan pengarahan agar setiap persoalan hidup harus diselesaikan dengan asas pemusyawaratan dan hidup tolong menolong di antara sesama manusia agar nikmat yang dilimpahkan kepada Allah SWT dapat dirasakan secara merata.2

Pengalaman di masa lampau jelas menggambarkan bahwa suatu pemikiran akan berkembang secara fleksibel apabila ia berakar dan mampu menjawab persoalan nyata yang dihadapi masyarakat. Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan perkembangan wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh di masa lalu.3

B. Rumusan Masalah

1 M. Abdul Karim, MA., Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005), hlm. 46-47.

2 Ibid, hlm. 48.

(2)

1. Bagaimana perkembangan Islam di Indonesia pada masa pasca kemerdekaan? 2. Apa saja dampak perkembangan Islam di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui perkembangan Islam di Indonesia pada masa pasca kemerdekaan. 2. Mengetahui dampak perkembangan Islam di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Setelah kemerdekaan, dalam berbagai lembaga politik, seperti Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemedekaan (BPUPKI), umat Islam hanya mewakili 25%, sedangkan dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) hanya 12%. Hanya dalam Panitia Sembilan umat Islam lebih dominan.4 Di masa sebelumnya telah dilahirkan beberapa organisasi massa Islam, seperti Muhammadiyah 1908, Serekat Dagang Islam 1911 (kemudian Sarekat Islam 1912), Nahdatul Ulama 1926, dan lain-lain.

Sebenarnya dalam konsep “Piagam Jakarta” yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945 terdapat jaminan untuk menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluk Islam tetapi satu hari setelah kemerdekaan (tanggal 18 Agustus 1945) konsep tersebut dicoret dan diganti hanya dengan kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa. Suatu kalimat yang sangat netral, punya banyak makna, menguntungkan bagi non muslim dan kelompok nasionalis, tetapi cukup merugikan dalam politik bagi umat Islam. Oleh karena alasan bahwa Indonesia sedang berjuang untuk menegakkan kemerdekaannya, umat Islam tidak keberatan dengan adanya pencoretan tersebut tetapi akan berjuang untuk mengembalikannya pada wakttu dan kondisi sudah lebih baik.5

Yang sedikit agak melegakan hati umat Islam adalah keputusan KNIP (Komite Nasional Indoesia Pusat) yang bersidang pada 25-27 November 1945

4 Taufik Abdullah, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam jilid 5: Asia Tenggara, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 432-434.

(3)

yang dipimpin oleh Sultan Syahrir antara lain, membahas usul agar dalam soal-soal keagamaan Indonesia digarap oleh satu kementerian tersendiri dan tidak lagi diperlakukan sebagai tanggungjawab Kementerian Pendidikan.6 Sebagai bukti bahwa Indonesia memang bukan negara sekuler maka pada 3 Januari 1946 dibentuk Kementerian Agama. Kementerian ini mengakomodir kepentingan umat Islam. Hal ini tampak jelas dari kenyataan bahwa Kementerian Agama mengelola beberapa aspek kehidupan beragama, seperti:7

1. Pendidikan Agama (Madrasah dan Perguruan Tinggi) 2. Pengadilan Agama

3. Perjalanan Haji

4. Urusan Agama (pencatatan nikah, talak, rujuk, pembinaan masjid, zakat, waqaf, infak, shadaqah)

Perjuangan melalui Pemilihan Umum pada 15 Desember 1955 yang melahirkan Lembaga Konstiuante yang dilantik pada 10 November 1956. Ternyata perolehan kursi umat Islam hanya 230 kursi sedangkan partai-partai lainnya 286 kursi.8 Usaha-usaha partai Islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara dalam konstituane mengalami jalan buntu. Demikian juga Pancasila yang oleh umat Islam dipandang sebagai milik kaum non-muslim.9 Jika pada awal kemerdekaan Soekarno berjanji memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk memperjuangkan ideologi Islam, Soekarno justru menegaskan bahwa Indonesia adalah negara nasional dan bukan negara Islam.10 Akhirnya pada 10 Okober 1956, ketika sidang Majelis Konstituante dibuka di Bandung, Demokrasi Parlementer diganti dengan Demokrasi Terpimpin.11

6 Endang Saifudin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Bandung: Pustaka, 1983), hlm. 60.

7 Saifullah, SA., Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 35.

8 Taufik Abdullah, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam jilid 5: Asia Tenggara, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 439-441.

9 Endang Saifudin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Bandung: Pustaka, 1983), hlm. 60.

10 Saifullah, SA., Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 34.

(4)

Dari aspek politik, partai Masyumi (Madjlis Sjura Muslim Indonesia) yang dilahirkan pada Kongres Umat Islam di Yogyakarta pada 7 November 1945, pernah menjadi partai politik yang sangat kuat dengan 49 kursi di Parlemen dari 236 orang anggota parlemen bahkan memenangkan perolehan suara hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Masyumi pernah masuk dalam kabinet, seperti Kabinet Natsir (1950-1951), Kabinet Sukiman (1951-1952) dan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956). Karena ada konflik internal, partai ini kehilangan sebagian sebagian kekuatannya yaitu dengan keluarnya NU (April 1952 Muktamar NU di Palembang) dan PSII (Partai Sarikat Islam Indoneisa).12 Perpecahan ini adalah dampak dari Masyumi berdiri dengan kepengurusan partai yang terdiri dari dua bilik, Majelis Syuro (Dewan Partai) dan Dewan Eksekutif Partai. Dewan Partai berfungsi sebagai penasehat partai, beranggotakan para ulama atau kiai dari pesantren. Dewan Eksklusif berfungsi menangani masalah politik praktis, anggotanya terdiri dari cendikiawan berpendidikan Barat. Dewan Partai menganggap orang berpendidikan Barat dalam Dewan Esekutif kurang mengerti agama sementara Dewan Eksekutif menganggap kaum ulama tidak paham tentang masalah politik. Dalam praktik, kaum ulama jabatannya hanya Menteri Agama sedangkan kelompok intelektual dapat menjadi Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, Menteri Penerangan dan lain-lain. Kondisi ini melahirkan kecemburuan.13 Masyumi mengalami keruntuhan setelah dibubarkan oleh Soekarno dengan dikeluarkannya Penpres No. 200 tahun 1960 dan tanggal 13 September 1960 pemimpin Pusat Masyumi menyatakan pembubaran partai.14 Kekuatan politik Islam jatuh, sekalipun NU dan PSII serta PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) tampil mewakili kepentingan politik Muslim.15 Wakil-wakil dari partai Muslim itu ikut duduk dalam DPRGR maupun dalam kabinet. NU mengikuti semua gagasan Soekarno. PNI yang diharapkan Soekarno dapat

12 M. Abdul Karim, MA., Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005), hlm. 77-78.

13 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 63-64.

14 M. Abdul Karim, MA., Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005), hlm. 77-78.

(5)

mengikuti kemauannya, ternyata tidak maka Soekarno lebih beralih mencari dukungan PKI. Akhinya PKI dapat memanfaatkan Soekarno untuk mencapai tujuan Partai Komunis. PKI menggunakan taktik mengiring konflik yang sasaran utamanya adalah para pemilik tanah dari kalangan Islam dan PNI. PKI melancarkan landreform. Gerakan ini menimbulkan tekanan kepada pemilik tanah yang mayoritas kaum agama dan priyayi. Tahun 1964, PKI melancarkan aksi merebut tanah perkebunan, tanah wakaf, melakukan penggrebegan dan penganiayaan. Tahun 1965, terjadi pemberontakan anatara orang PKI dengan kaum santri sehingga menimbulkan kekacauan. Di tingkat nasional, terjadi inflasi besar-besaran sehingga terjadi kebangkrutan. Konfrontasi dengan Malaysia membuat Indonesia dikucilkan oleh negara kapitalis. Indonesia keluar dari PBB. Akhibatnya terputuslan bantuan dari organisasi yang bernaung di bawah PBB, seperti IMF, World Bank, dan lain-lain.16

Partai-partai ini sebagaimana partai lain mulai menyesuaikan diri dengan keinginan Soekarno yang mendapat dukungan dari dua pihak yang bermusuhan yaitu ABRI dan PKI. Langkah akomodatif NU dan partai Islam lain selalu disandarkan pada agama, seperti Al-Qur’an yang digunakan sebagai rujukan. NU memberi gelar kepada Soekarno, Waliy al-Amr al-Dharuri bi al-Syaukah. Untuk menyenangkan hati Soekarno, IAIN memberi gelar doktor kehormatan dalam ilmu ushuluddin dengan promotor KH. Saifuddin Zuhri, pimpinan NU yang telah diberi peran oleh Soekarno dalam pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Langkah akomodatif partai-partai Islam ini bertujuan agar nasibnya berbeda dengan Masyumi yang tokoh-tokohnya diintimidasi oleh golongan pro-Soekarno.17 Betapapun NU mengikuti kehendak Soekarno tetapi NU dapat menandingi PKI. Kalau PKI membuat Lerka, NU membuat Lembaga Seni Budaya Muslim (Lesbumi). PKI mempunyai Barisan Tani di desa-desa, NU mempunyai Persatuan Tani NU (Pertanu). Dalam perburuhan, PKI mempunyai Sobsi, NU punya Serikat Buruh Muslimin Indonesia (Serbumusi). Barisan Ansor Serbaguna (Banser)

16 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 72-74.

(6)

dibentuk untuk mengimbangi aktivitas Pemuda Rakyat PKI yang tidak segan-segan melakukan kekerasan terhadap umat Islam. Sejumalh organisasi khusus, organisasi pelajar dan mahasiswa seperti IPNU, PMII juga untuk mengimbangi kekuatan PKI. NU, PSII dan Perti mendirikan organisasi Islam seperti HMI, PII, Pemuda Muhammadiyah serta IMM, sementara Gabungan Serikat Buruh Indonesia (Gasbindo) mendapat tekanan dari Soekarno dan dituntut untuk dibubarkan.18

Walaupun partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian terhadap kebijaksanaan Soekarno, tetapi secara keseluruhan peranan partai Islam mengalami kemerosotan. Tidak ada jabatan menteri penting yang diserahkan kepada Islam. Satu-satunya kepentingan Islam yang diluluskan adalah keputusan MPRS 1960 yang memberlakukan pengajaran agama di universitas.19

Untuk memperjuangkan Islam dan melawan hegemoni kekuatan Soekarno, terjadi beberapa perlawanan, mulai dari yang inkonstitusional (seperti pemberontakan DI/ TII di Jawa Barat di bawah pimpinan Kartosuwirjo, DI di Aceh pmpinan Daud Beureueh, DI/ TII Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Kahar Muzakkar, PRRI di Sumatera Tengah, PERMESTA di Sulawesi Selatan.20

Dalam kondisi politik dan ekonomi tidak menentu, tersiar kabar Soekarno sakit. D.N. Aidit telah menyusun suatu rencana melakukan tindakan kekerasan. Sasarannya adalah para pemimpin pusat Angkatan Darat dengan menciptakan desas-desus bahwa di kalangan AD telah dibentuk Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta terhadap Soekarno. PKI harus bergerak cepat. Pada tanggal 30 September 1965 malam, dibawah komando Syam, Ketua Biro Khusu CC PKI, Kolonel Untung dan pasukannya melakukan penculikan dan pembunuhan

18 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 73.

(7)

sejumlah Jendral AD di Jakara, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Peristiwa ini kidenal dengan G30S PKI. Namun peristiwa dengan cepat dapat dilumpuhkan.21

Peristiwa ini telah mengembangkan kerjasama yang baik antara kelompok tentara dan kelompok Islam melawan PKI. Sejak awal diketahui adanya pemberontakan G30S PKI, Pemuda Muhammadiyah yang sedang mengikuti kursus kader di Jakarta, membentuk Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam). Tanggal 1 Oktober 1965 diadakan pertemuan antara HMI, Pemuda Muhammadiyah, PKI, PII dan PMKRI. Dalam pertemuan berhasil disepakati untuk mengadakan kerjasama mengahdapi kemungkinan perebutan kekuasaan yang terjadi akibat perebutan kekuasaan G30S. Muhammadiyah mendorong umat Islam untuk melakukan jihad melawan PKI. Tanggal 9-11 November 1965, Muhammadiyah mengadakan sidang kilat dan mengeluarkan fatwa penumpasan G30S PKI adalah ibadah yang hukumnya wajib ‘ain. Di daerah-daerah, pemuda Ansor merupakan kekuatan yang besar dalam menumpas PKI. Terjadinya peristiwa G30S merupakan titik klimaks dari pertentangan ideologi yang sangat tajam di zaman Demokrasi Terpimpin. 22 Soekarno menulis Surat Perintah Sebelas Maret kepada pimpinan AD, Soeharto. Dengan berbekal surat itu Soeharto mengambil tindakan yaitu mebubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966, menangkap sejumlah menteri yang diduga berindikasi PKI, dan pendukung-pendukung PKI disingkirkan.23

Setelah kejatuhan Soekarno, muncul Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto. Tumbangnya Orde Lama memberikan harapan baru kepada kaum Muslimin. Namun, umat Islam merasa meskipun musuh bebuyutannya komunis telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang diharapkan. Pada 1966 umat Islam melahirkan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) setelah gagal memperjuangkan rehabilitasi Masyumi. Era ini ditandai dengan gencarnya gerakan pembaruan pemikiran Islam yang dipelopori oleh angkatan muda Islam,

21 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 74.

(8)

seperti HMI, PII dan GPII. Gerakan ini muncul sebagai reaksi mulai kerasnya tekanan terhadap politik Islam dan karena kesadaran bahwa arena perjuangan Islam tidak hanya sebatas arena politik tetapi diperluas hingga ranah sosial budaya. Pada masa ini juga muncul Majelis Ulama Indonesia (MUI) mulai dari tingkat Pusat hingga Kabupaten/ Kota juga Ikatan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibidani oleh BJ Habibie yang menyebar sampai daerah-daerah.24

Pada masa ini terjadi penyederhanaan partai yang dikelompokkan menjadi:

1. Kelompok nasionalis (PNI, IPKI, Murba)

2. Kelompok spiritual (NU, Parmusi, PSII, Perti, Parkindo dan Katholik) 3. Golongan Karya

Kelompok spiritual menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan kelompok nasionalis Partai Demokrasi Indonesia (PDI).25

Walaupun mendapat tekanan dalam Orde Baru, politik Islam muncul dalam bentuk Partai Persatuan Pembangunan (yang merupakan fusi dari partai-partai: Permusi, NU, PSII, PERTI) dan di Era Reforamasi berkembang dan bertambah dengan Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan beberapa partai kecil lainnya.26

Orde Baru memang sejak semula mencanangkan pembaharuan sistem politik. Pada tanggal 26 November 1996, dengan sebuah amanat dari presiden disampaikan kepada DPRGR: RUU Kepertaian, RUU Pemilu dan RUU Susunan MPR, DPR dan DPRD. Yang kedua dan yang ketiga ditetapkan 22 November 1969. Sedang yang pertama berhenti. Pada 9 Maret 1970, fraksi-fraksi parpol di dalam PPP dan PDI (5 Februari 1973). Pada 14 Agustus 1975 RUU Kepartaian disahkan. Penataan kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas

24 Saifullah, SA., MA., Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 37.

25 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 78.

(9)

tunggal, Pancasila, untuk semua parpol yaitu Golkar dan organisasi lainnya, tidak ada asas ciri, tidak ada ideologi Islam oleh karena itu tidak ada lagi partai Islam.27

Menjelang Pancasila diputuskan pada Sidang Umum MPR 1983 sebagai satu-satunya asas bagi kekuatan politik, banyak kalangan yang melontarkan suara-suara kontra. Suara itu semakin tajam ketika Pancasila bukan saja diputuskan sebagai satu-satunya asas bagi kekuatan politik tetapi juga terhadap organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi keagamaan di Indonesia. Sangat wajar kalau suara kontra iu banyak yang berasal dari umat Islam mengingat laar belakang sejarah yang pernah dilaluinya. Hanya PPP, fusi dari empat partai Islam Permusi, NU, PSII, Perti yang masih mempunyai ideologi Islam. Dengan pengasastunggalan, sebagian umat Islam menganggap penyalur aspirasi politik Islam hilang.28

Untuk merumuskan situasi baru sekaligus memasyarakatkan kebijaksanaan tersebut, beberapa kalangan menyelenggarakan forum-forum berkenaan dengan aspirasi politik Islam. Kesimpulan dari kegiatan-kegiatan itu menyatakan bahwa aspirasi keagamaan dalam kehidupan politik di Indonesia tetap akan tersalurkan. 29

Pada masa Orde Baru, umat Islam berhasil menggalang persatuan, sehingga pada Pemilu 1971 perolehan kursi partai mendapat 94 kursi. Pemilu tahun 1977, PPP meraih 99 kursi. Namun, ketika menghadapi pembagian kursi di DPR/ MPR, sikap politik yang berbeda, pembagian unsur pmpinan komisi di DPR, masalah daftar calon anggota DPR dalam pemilu, menimbulkan ketegangan. Akibatnya pada pemulu ketiga tahun 1982 perolehan kursi PPP menurun. Pembagian kursi 1982 NU merasa dirugikan, maka dalam Muktamar ke-24 di Situbondo tahun 1984 NU menyatakan kembali ke Khattitahnya yaitu NU merarik diri dari gelanggang politik kembali ke organisasi sosial. Keluarnya

27 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 270.

(10)

NU dan PPP merupakan pukulan berat sehingga tahun 1987 PPP mengalami kemerosotan yang luar biasa.30

Menjelang diberlakukannya asas tunggal, semula umat Islam banyak yang cemas karena UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan mewajibkan semua ormas mencantumkan asas tunggal yang berarti dilarang mencantumkan asas lain sebagai ciri khas atau identitas sendiri. Dengan demikian, PPP harus menghapus asas Islamnya dan menjadi partai nasionalis tanpa ciri Islam. Sementara, sikap NU sejak dini menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Kalangan Muhammadiyah lebih berhati-hati. Berdasarkan pertimbangan dari golongan umat Islam yang ikut merumuskan Mukkadimah UUD 1945 maka umat Islam menerima Pancasila sambil berusaha mengisinya dengan nilai-nilai Islam.31

Sesudah asas tunggal diterima oleh umat Islam, pada awal Orde Baru pemerintah mengumumkan monopoli pengelolaan perjalanan haji Indonesia. Menganai pelaksanaan hukum Islam. Misalnya, RUU Perkawinan, ketika diajukan pada 7 September 1968 ke DPR mendapat tanggapan keras dan akhirnya dibekukan sempai pemilu tahun 1971. Para penganut agama Hindu dan Budha melaksanakan perkawinan dengan caranya sendiri. Kawin dengan cara Islam di KUA adalah keterpaksaan. Pada tahun 1973, Pemerintah melalui Menteri Kehakiman menyampaikan RUU tetapi masih mendapat tanggapan keras terutama masalah poligami, kedudukan wanita, perceraian, kawin campur, dan perjanjian perkawinan. Pembahasan di DPR mengalami kemacetan lantaran fraksi ABRI di DPR ingin mempertahankan RUU yang dinilai oleh kalangan Islam tidak cocok untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Wakil-wakil Islam berusaha agar syariat Islam ditegakkan dalam UU Perkawinan, baik melalui usaha legislatif atau melalui kerjasama PPP sampai dengan kekuatan sosial politik Islam serta pendekatan langsung dengan presiden. Pendekatan ini menghasilkan RUU baru yang disepakati oleh fraksi PPP dan ABRI.32 Pada tahun 1969, Soeharto

30 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 78-79.

31 Ibid, hlm. 80-81.

(11)

membenuk Lembaga Pusat dakwah Islam Indonesia (LDII) untuk memberi wadah kegiatan dan guna menekan kelompok militan dan reformis Islam.33

Di samping itu, sejak dekade 1970-an banyak bermunculan intelektual muda Muslim yang meskipun sering kontroversial, melontarkan ide-ide segar untuk masa depan umat. Kebanyakan mereka adalah intelektual Muslim berpendidikan umum. Ini adalah buah dari kegiatan organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti HMI, PMII, IMM dan lain-lain.34

Demikian juga dengan kebijaksanaan pemerintah mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975. Bahkan, MUI bisa dikatakan sebagai suatu forum pemersatu umat Islam Indonesia. Aspirasi-aspirasi umat termasuk aspirasi politik mungkin bisa tersalurkan dengan lembaga ini.35 Demikian juga dengan kebijaksanaan pemerintah mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975. Bahkan, MUI bisa dikatakan sebagai suatu forum pemersatu umat Islam Indonesia. Aspirasi-aspirasi umat termasuk aspirasi politik mungkin bisa tersalurkan dengan lembaga ini.36

Pada tahun 1973 di Saudi Arabia berdiri Islamic Develpement Bank (IDB). Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut mendatangani kesepakatan pendiriannya. Upaya merealisasikan Bank Islam ternyata juga mendapat tanggapan dai Majlis Ulama Indonesia (MUI), sehingga pada akhirnya dapat mendirikan Bank Muamalah Indonesia (BMI). Berdirinya BMI mendapat respon yang baik dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (IMCI) sehingga menjalin kerjasama dengan mendirikan PT. Manajemen Musyarakah Indonesia (MMI), dari kerjasama ini berhasil mendirikan Bank Perkreditan Syari’ah.37

33 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 84-85.

34 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 274.

35 Ibid, hlm. 274. 36 Ibid, hlm. 274.

(12)

Partai politik pemerintah, Golkar merekayasa Pemilu 1971 dan meraih 63% suara. Golkar menarik pendukung dari mantan pendukung komunis, PNI, Masyumi dan NU. Pada Pemilu 1977 Golkar semakin kokoh dominasinya. Sepanjang periode ini, Soeharto memberikan pengawasan ketat terhadap pergerakan dan partai politik Muslim. Pihak militer yang diberi hak istimewa dalam bidang kekuasaan menentang rehabilitasi Masyumi, penerapan kembali Piagam Jakarta, dan pemberlakuan hukum Islam. Soeharto kemudian mengizinkan pembentukan Parmusi dengan syarat seluruh mantan pimpinan Masyumi tidak dilibatkan dalam pimpinan eksekutif partai. NU lebih memusatkan perhatian pada praktik keagamaan daripada oposisi politik, selalu bekerjasama dengan pemerintah melalui Departemen Agama dan MUI.38

Dalam masalah ekonomi, pemerintah membuat Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sodaqah) dengan harapan pemanfaatannya dapat dikoordinasi menjadi berskala besar dan produktif, dapat pula menjadi modal bagi pengembangan ekonomi umat. NU mendirikan Bank Nusuma dan Muhammadiyah mendirikan Bank Matahari. Beridiri juga bank tanpa bunga seperti Bank Muamalah. Kehidupan dan syiar Islam semakin semarak. Masjid-masjid didirikan. Pengajian dan diskusi agama diadakan di hotel-hotel berbintang. Yayasan Islam di bawah Soeharto mendirikan Masjid Pancasila sejak tahun 1982-1991 sebanyak 449 unit. Jamaah haji semakin semarak. Ulama kampus yang dahulu berpusat di IAIN, kini mucul di universitas lain. Berdiri ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) tahun 1990 yang anggota-anggotanya dari semua unsur dan tingkat komitmen terhadap Islam serta memiliki pusat straegis. Muncul pula keputusan-keputusan politik: UU Sistem Pendidikan Nasional, UU Peradilan Agama 1989, KHI tahun 1991 dan tahun yang sama dengan instruksi presiden mengenai kewajiban setiap produk makanan untuk mencantumkan labeb halal atau tidak untuk melindungi masyarakat Muslim. Dengan pemberian fasilias, umat Islam semakin berkembang

(13)

dan asyik dalam bidang sosial keagamaan saja, tetapi tidak diberi kesempatan pada bidang politik.39

Departemen Agama yang dibentuk sebagai konsesi bagi umat Islam banyak berjasa dalam membentuk dan mendorong kebangkitan Islam. Empat belas IAIN induk dengan sekian banyak cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah dan mubalig dalam kuantitas besar. Bahkan, Departemen Agama secara terus-menerus mengembangkan dan meningkatkan mutu IAIN. Ditambah lagi peranan departemen ini dalam membina madrasah dan pesantren yang ada di seluruh Indonesia.40 Malalui Departemen Agama, kiai mempunyai pengaruh besar dalam unsur keluarga berbagai urusan desa, urusan keagamaan, dan pemerintahan. 41

Indikasi kebangkitan Islam juga terlihat di perguruan tinggi. Sebagian besar perguruan tinggi mempunyai masjid atau mushola. Selama Ramadhan, organisasi kemahasiswaan di kampus menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat dan kegiatan-kegiatan ramadhan lainnya, seperti aktivitas sosial keagamaan, puitisasi Al-Qur’an, drama dan pagelaran seni islami lainnya, disamping terawih, tadarus dan kuliah-kuliah keagamaan. Kegiatan yang sama juga berlangsung di masjid yang diselenggarakan oleh remaja-remaja suatu organisasi pemuda oleh kalangan muda. Bahkan karang taruna juga ada yang melakukan kegiatan yang sama. Sebagai indikasi kebangkitan pelajar dan mahasiswa banyak yang memakai busana muslim baik di sekolah dan perguruan tinggi maupun di tempat umum lainnya.42

Pada Pemilu 1992 banyak pesantren dan kyai NU menyatakan dukungan dan sedia dicalonkan oleh Partai Golkar (partai penguasa). Tradisi, pikiran, ajaran dari ulama-ulama klasik (abad ke-8 M sampai abad ke-13 M) tetap dipelihara,

39 Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991), hlm. 466. 40 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 274.

41 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Bagian Ketiga, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 348.

(14)

bahkan dijadikanrujukan utama setelah Al- Qur’an. Mereka tidak mempersoalkan apakah bentuk negara Islam atau bukan, bagi mereka pemerintah yang zalim lebih baik ketimbang tidak ada pemerintahan. Mereka berupaya menjaga harmonitas stabilitas sambil melakukan perbaikan sesuai dengan kaidah fiqh “menghindari kerusakan lebih baik daripada menciptakan kebaikan”.43

Setelah pernyataan mundur 11 menteri serta penolakan sejumlah tokoh menjadi anggota Komite Reformasi yang akan dibentuk Soeharto maka pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto resmi mengundurkan diri dan melantik BJ Habibie menjadi Presiden RI.44

Jatuhnya pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan korup membawa harapan munculnya pemerintahan pasca Orde Baru yang demokratis. Hal ini tercermin dari kebebasan mendirikan parai politik. Tercatat ada 48 partai baru yang mengikuti Pemilu 1999, termasuk partai-partai Islam. Kampanye tahun 1999 diwarnai dengan menghamburnya para kiai untuk membela partai politiknya masing-masing sesuai dengan basis keulamaan mereka. Ulama NU terdapat pada partai PKB yang merupakan partai yang direstui PBNU. Ulama Muhammadiyah ada yang bergabung dengan PAN. Sedangkan PBB ingin membangkitkan kembali perjuangan Masyumi. Para mahasiswa dan halaqah-halaqah kampus turut mendirikan partai Islam, yaiu PKS yang menarik sebagian ulama yang merupakan alumnus Timur Tengah. Belakangan, PKB dan PAN menyatakan diri sebagai partai yang berasaskan Pancasila dan bersifat nasionalis tetapi basisnya adalah massa Islam. Memang Pemilu 1999 telah membawa ulama ikut berperan kembali dalam pemerintahan, sehingga beberapa ulama menjadi anggota legislatif. Pemilu ini telah membawa K.H Abdurrahman Wahid menjadi Presiden. Peran ulama berpolitik sangat menonjol karen Gus Dur selalu mengikutsertakan ulama dalam mengambil keputusan. Sayangnya kedudukan yang terhormat harus berakhir

43 Idris Thaha (Ed.), Pergulatan Partai Politik di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 30.

44 M. Zaenal Muttaqin, Mengapa Kita Harus Memilih Amien Rais sebagai Presiden,

(15)

dengan singkat oleh MPR yang waktu itu ketuanya adalah Amien Rais dan jabatan presiden diserahkan kepada Megawati. 45

Sampai pada Pamilu pada 5 Juli 2004, peran ulama dalam politik terus berlanjut. Namun, dalam tubuh partai PKB timbul kegoncangan ketika dua orang elit ulama partai itu (K.H Hasyim Muzadi dan Gus Solahuddin adik kandung Gus Dur) sama-sama dicalonkan oleh dua partai nasionalis PDIP dan Golkar untuk menjadi Calon Wakin Presiden Megawati dan Wiranto. Maka, timbul ketegangan antara PKB dan PBNU. Hal ini memperlemah persatuan Islam.46

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Perdebatan kaum abangan dengan kaum santri telah banyak menyita banyak energi yang mengebabkan hubungan tidak harmonis dan terus berlangsung sampai masa kepemimpinan Soekarno, sehingga harus membubarkan sebagian partai-partai. Setelah Rezim Soekarno jatuh, tiga partai yakni NU, PSI, Perti terus bertahan sampai masa Orde Baru berdiri, namun umur mereka tidak panjang, karena watak Negara Orba yang anti demokrasi. Sehingga partai Islam digabungkan menjadi satu yang bertambahdengan Parmusi yaitu menjadi PPP. Tetapi setelah Reformasi banyak partai-partai Islam bermunculan.

Pada masa Soeharto, Ia mengharapkan berdirinya Majelis Ulama Indonesia. Dalam tahun 1975 usaha-usaha dimulai untuk mendirikan majelis ulama yang baru. Majelis-majelis ulama di tiap ibukota profinsi dibentuk.

Setelah Indonesia ikut menandatangani Islamic Develpement Bank (IDB) di Saudi Arabia, mendapat tanggapan dari MUI sehingga MUI juga mendirikan lembaga perbankan yang di namai Bank Muamalah Indonesia (BMI). Pemerintah

45 Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 89-91.

(16)

membuat Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sodaqah) dengan harapan pemanfaatannya dapat dikoordinasi menjadi berskala besar dan produktif, dapat pula menjadi modal bagi pengembangan ekonomi umat.

Wewenang untuk melakukan pembinaan terhadap Pesanteren dan Madrasah oleh pemerintah kemudian diserahkan kepada Departemen Agama. Departemen Agama mengelola beberapa aspek kehidupan beragama, seperti pendidikan Agama (Madrasah dan Perguruan Tinggi), Pengadilan Agama, perjalanan haji, Urusan Agama (pencatatan nikah, talak, rujuk, pembinaan masjid, zakat, waqaf, infak, shadaqah). Setelah kemerdekaan, pendidikan mengalami kemajuan dalan bidang pendidikan. Tetapi pada dasarnya Madrasah masih bertumpu pada pesantren dalam sistem pengajarannya. pada awal Orde Baru pemerintah mengumumkan monopoli pengelolaan perjalanan haji Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 2002, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam jilid 5: Asia Tenggara, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Anshari, Endang Saifudin, 1983, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Bandung: Pustaka.

Lapidus, Ira M., 1999, Sejarah Sosial Umat Islam, Bagian Ketiga, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(17)

Muttaqin, M. Zaenal, 2014, Mengapa Kita Harus Memilih Amien Rais sebagai Presiden, Jakarta: Hanif Press.

Noer, Deliar, 1987, Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, Jakarta: Grafiti Press.

SA., Saifullah, 2010, Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sunanto, Musyrifah, 2012, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Thaha, Idris (Ed.), 2004, Pergulatan Partai Politik di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Yatim, Badri, 2011, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Yusuf, Mundzirin, dkk, 2006, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Yogyakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Mengatasi siswa yang mengalami kecemasan dalam pemilihan karier kelas XI Multimedia SMK Taman Siswa Kudus Tahun Ajaran 2013/ 2014 dengan mendiskripsikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan data tahun 2015 pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aceh Besar memiliki kecendrungan masuk ke daerah efisiensi dengan

16 Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang diajarkan strategi scaffolding dalam penyajian problem solving

Hal seperti itu dapat terjadi karena kebiasaan guru dalam menyajikan pembelajaran terlalu mengacu pada target pencapain kurikulum sehingga mengabaikan hal yang nampaknya sepele

Penerimaan diri ibu dari anak autis adalah sikap positif yang.. dimiliki oleh seorang ibu dalam menerima keadaan diri

PEI.,AKSANAAN PERATURAN DAERAH TINGKAT I BENGKULU NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG PENERIMAAN SUMBANGAN DARI PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I

09 Agustus 2016 14:08 © 2006-2016 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ( LKPP ) Pertanyaan Peserta. Dokumen Bab

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis data-data keuangan yang ada sehingga dapat dihitung jumlah unit yang harus terjual dengan