• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasa Aksara Sumber kekuatan Alam dan Man

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dasa Aksara Sumber kekuatan Alam dan Man"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 1

Dasa Aksara sumber kekuatan alam

Om Awighnamastu Namo Siddham - Semoga tiada halangan.

Ini merupakan wejangan yang teramat mulia, diceritakan dalam setiap tubuh manusia

terdapat hurup – hurup yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa - dewa dari hurup suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’.

Dasa aksara merupakan sepuluh hurup utama dalam alam ini yang merupakan simbol

dari penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh hurup bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan

menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara (tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara

(satu hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang

terletak didalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung) .

Dan ketahuilah kandaning Sang Hyang Aksara, kawruhake na lungguhe, pasurupe,

hanaring Buwana Alit, ring angga sariranta. 20 akweh ikang aksara, ane dadi bungkahing

sastra, yang kawruhe, away wera, apan mula dahat tutur iki, wenang managa buwana. Iki

luwirnya:

ha na ca ra ka = ada utusan,  da ta sa wa la = pada peperangan,  pa dha ja ya nya = sama saktinya,

ma gab ha tha nga = sama-sama mati.

Disini yang digunakan referensi aksara Jawa. Karena lebih lengkap dan mudah

dipahami. Ke 20 aksara itu menggambarkan suatu proses penciptaan Tuhan, yang dilewatkan

kepada manusia.

Maka penjelasannya sebagai berikut:

ha na ca ra ka = Ada utusan, utusan dari Hyang Widhi, dua orang manusia, laki dan

(2)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 2  da ta saw a la = Membawa pesan atau tugas yang tidak boleh tidak, harus dilaksanakan.

Tugas Dora adalah mempertahankan keris, yang ditipkan Aji Saka kepadanya. Sedangkan

tugas Sembada kembali meminta keris tersebut.

pa da ja ya nya = perintahnya pasti, “Dora kutitip keris ini kepadamu, dan tidak boleh siapapun mengambil kembali, selain aku”, kata Aji Saka. Dan setelah itu, Sembada pun diperintah. “Semada ambilah keris yang kutitipkan pada Dora, jangan pernah kembali tanpa keris tersebut”, kata Aji Saka pula.

ma ga bat ha nga = Itulah alasannya, kenapa kedua utusan itu lalu bertempur. Namanya

juga murid Aji Saka, pastilah bukan manusia sembarangan. Karena sama-sama saktinya,

maka keduanya pun akhirnya sama-sama mengalami kematian.

lebih dalam, dapat diselami artinya sebagai berikut:

 Aji Saka melambangkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.  Dora adalah manusia laki-laki dewasa, dan

 Sembada adalah manusia perempuan dewasa.

 Keris ini adalah symbol purusha = purus; kemaluan laki-laki.

 Saung keris yang dibawa Sembada, sebagai bukti ia utusan Aji Saka, adalah simbol

predana = vagina; kemaluan wanita.

 Bertempur adalah simbol persetubuhan, senggama antara laki-laki dan perempuan.

Sama-sama lelah, karena api asmara yang tadi telah membakar dirinya telah padam,

telah mati.

Karena itulah kerajaan Aji Saka bernama Medang Kemulan, yang berarti Medal

Kemulan atau keluar dari kemaluan lewat pergumulan, persetubuhan.

Dan karena itu pula, bila tiba-tiba ada seorang wanita remaja ataupun dewasa

kedapatan hamil dan tidak ada yang mengaku bertanggung jawab, maka agar anaknya nanti

tidak menjadi anak bebinjat, dia bisa dikawinkan atau dinikahkan dengan sebuah keris. Karena

keris dianggap simbol purusha.

(3)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 3  ha na ca ra ka, unggwanya Wetan (Timur) adalah kawitan atau wiwitan (permulaan)

adanya wujud manusia,

pa dha ja ya nya, unggwanya Kulon (barat) berarti bapak-ibu kelonan (tidur bersama),  da ta sa wa la, unggwanya kidul (selatan) berarti kemaluan bapak ndudul (menerobos

kemaluan ibu), kemudian si ibu menjadi bunting, hamil.

ma ga ba tha nga, unggwanya Lor (utara) artinya lahir, melahirkan anak.

Dengan adanya kelahiran manusia inilah ajaran Kanda Pat menjadi ada. Bila tidak ada

kelahiran ini, maka ajaran Kanda Pat pun takkan pernah ada.

Menurut sastra Kejawen, aksara 20 itu, bila diucapkan secara terbalik, akan menjadi

ilmu penolak yang sangat ampuh. Bisa menolak segala malapetaka. Termasuk menolak tuju,

teluh, teranjana, leak, desti, pepasangan, sesawangan, rerajahan dan sebagainya. Inilah

mantranya :

Nga Tha Ba Ga Ma, Nya Ya Ja Dha Pa. La Wa Sa Ta Da, Ka Ra Ca Na Ha”.

Penjelasannya adalah sebagai berikut :

 Nga Tha Ba Ga Ma = Tidak ada kematian,  Nya Ya Ja Dha Pa = Tidak ada kesaktian,  La Wa Sa Ta Da = Tidak ada peperangan,  Ka Ra Ca Na Ha = Tidak ada utusan.

Lebih jauh penjabaran aksara 20 dalam kaitannya dengan ajaran Kanda Pat Dewa,

adalah begini:

 Ha Na Ca Ra Ka, Dewanya Bhatara Iswara, rupanya putih, senjatanya Bajra,

tunggangannya Gajah.

 Da Ta Sa Wa La, Dewanya Bhatara Brahma rupanya Abang, senjatanya Danda,

tunggangannya Angsa.

 Pa Dha Ja Ya Nya, Dewanya Bhatara Mahadewa, rupanya kuning, senjatanya Nagapasah,

(4)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 4  Ma Ga Ba Tha Nga, Dewanya Bhatara Wisnu, rupanya ireng, senjatanya Cakra,

tunggangannya Garuda.

Dari aksara 20 (dwidasa aksara) inilah kemudian lahir dari Dasaksara, dadi pancaksara,

dadi triaksara, dadi Rwabhineda.

 Sabdaning Pancaksara adalah Na Ma Si Wa Ya. Catatan : Mang, Ang, Ong, Ung, Yang, Sa,

Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya. Semua disebutkan Pancaksara.

 Sabdaning Rwabhineda adalah : Ang Ah, dadi Purusa-Predana, Akasa-Pretiwi,

Lemah-Peteng, dan Urip kelawan Pati.

 Triaksara ring Buwana Alit, Ang ring ati, Ung ring ampru, Mang ring papusuh. Dan juga,

Ang ring bayu, Ung ring sabda dan Mang ring idep. Ang berwujud api, Ung berwujud air,

dan Mang berwujud angin. Ang Dewanya Brahma, Ung Dewanya Wisnu, dan Mang

Dewanya Iswara.

Begini caranya menyatukan ataupun menempatkan sang hyang dasa aksara dalam badan ini.

Yang pertama;

sang hyang sandhi reka yang terletak dalam badan kita ini. Beliau

bertapa-beryoga sehingga beliau menjelma menjadi sang hyang eka jala resi.

Sang hyang eka jala rsi beryoga muncul sang hyang ketu dan sang hyang rau.

Sang hyang rau menciptakan kala (waktu), kegelapan, niat jahat yang

sangat banyak, sedangkan sang hyang ketu menciptakan tiga aksara yang sangat

berguna, diantaranya wreasta (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba,

nga, pa, ja, ya, nya), beserta swalalita dan modre. Sehingga jumlah hurupnya

adalah dua puluh hurup. Aksara modre bersatu dengan sembilan hurup wreasta

yaitu dari ha –wa, yang kemudian disebut dasa sita. Aksara swalelita, bersatu

(5)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 5 Kedelapan belas aksara ini dapat dirangkaikan menjadi suatu kalimat

untuk memudahkan menghapalkannya, yakni: Hana caraka gata mangaba

sawala pada jayanya. Artinya: ada (dua orang) hamba berpengalaman

membawa surat, sama perwiranya.

Tetapi ada pula yang menulis aksara ini sebagai berikut: Hana caraka

dhata sawala pada jayanya magabathanga. Artinya: Ada (dua) prajurit berkelahi,

sama saktinya (akhirnya) keduanya menjadi mayat.

Kedelapan belas aksara ini merupakan wreastra, yakni aksara yang

tampak dan dapat diajarkan kepada siapa saja. Sedangkan aksara yang tidak

tampak yang terdiri atas dua buah aksara disebut swalalita yaitu Ah dan Ang;

merupakan aksara yang tidak boleh diajarkan kepada sembarang orang.

Kedua;

aksara swalalita ini dilengkapi dengan pangangge sastra, yaitu

kelengkapan aksara berupa ardha-candra berbentuk bulan sabit, windu yang

melambangkan matahari berbentuk bulatan dan nada melambangkan bintang

yang dilukis sebagai segi tiga.

Ketiga;

pangangge sastra ini sering dipasangkan dengan aksara huruf hidup: a, i,

u, e, o sehingga dibaca menjadi: ang, eng, ing, ong, dan ung. Suku kata ini

disebut: ang-kara, eng-kara, ing-kara, ong-kara, dan ung-kara. Bentuk seperti ini

disebut modre.

Kelengkapan ketiga aksara swalalita ini sering dihubungkan dengan

kekuatan dan simbol dari dewa, sehingga bentuk windu adalah lambang agni,

Dewa Brahma, sama dengan aksara Ang. Bentuk ardha-candra adalah lambang

air, Dewa Wisnu sama dengan aksara Ung. Dan bentuk nada adalah lambang

(6)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 6 Ketiga aksara ini jika disatukan akan menjadi Ang-Ung-Mang atau A-U-M

yang dibaca Aum atau Om. Di Bali diucapkan Ong. Aksara Ong-kara inilah sumber

dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara, aksara yang maha suci, lambang

Dewa Trimurti.

Kedudukan kedelapan belas aksara Bali tersebut di dalam tubuh manusia atau bhuana

alit adalah sebagai berikut:

 Ha di ubun-ubun  Na di antara kedua alis  Ca di dalam kedua mata  Ra di kedua telinga  Ka di dalam hidung  Da di dalam mulut  Ta di dalam dada

 Sa di tangan (lengan) kanan  Wa di tangan (lengan) kiri  La di hidung

 Ma di dalam dada kanan  Ga di dalam dada kiri  Ba di pusar

 Nga di dalam alat kelamin  Pa di dalam pantat (anus)  Ja di kedua tungkai (kaki)  Ya di tulang belakang  Nya di tulang ekor

Kelengkapan atau pangangge aksara mempunyai kedudukan atau tempat pula di

dalam tubuh manusia, yakni:

(7)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 7  Taling di hidung

 Surang di rambut

 Nania di lengan (tangan)  Wisah di telinga

 Pepet di batok kepala  Cecek di lidah

 Guwung di kulit  Suku di tungkai (kaki)  Carik di persendian  Pamada di alur jantung

ini merupakan maksud/arti dari sastra wreastra, dibaca dari belakang. diantaranya;

 nyaya, berarti sang Hyang Pasupati, tuhan  japa, berarti sang hyang mantra,

 ngaba, berarti Sang Hyang guna,  gama, berarti kekal, abadi,  lawa, berarti manusia

 sata, berarti hewan dan binatang  daka, berarti pendeta, nabi, orang suci  raca, berarti tumbuhan

 naha, berarti moksa, nirvana

ini pertemuan sastra yang delapan belas (wreastra) , bertemu ujung dengan pengkalnya

menjadi dasa aksara, diantaranya;

(8)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 8  da – ba menjadi si

 ta – ga menjadi a  sa – ma menjadi wa  wa – la menjadi i dan ya

begini cara menempatkan sang hyang dasa aksara didalam badan, yang merupakan

linggih (stana) dewata nawasanga di dalam tubuh manusia, diantaranya;  sa ditempatkan di jantung, dewa Iswara.

 ba ditempatkan di hati, dewa Brahma.

 ta ditempatkan di kambung, dewa Mahadewa.  a ditempatkan di empedu, dewa Wisnu.  I ditempatkan di dasar hati, dewa Siwa.

 na ditempatkan di paru - paru, dewa Maheswara.  ma ditempatkan di usus halus, dewa Rudra.  si ditempatkan di ginjal, dewa Sangkara.  wa ditempatkan di pancreas, dewa Sambhu.  ya ditempatkan di ujung hati, Dewa Siwa.

Ada pula yang memberikan ulasan tentang dasa aksara ini bahwa setiap aksara itu

mempunyai arti sendiri-sendiri, yaitu:

 Sa berarti satu  Ba berarti bayu  Ta berarti tatingkah  A berarti awak  I berarti idep

(9)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 9 Dengan pengertian seperti itu, maka arti dari dasa aksara ini adalah orang yang

mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan beyu

kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu

mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.

Dasa aksara tersebut terbentuk dari dua jenis aksara suci, yaitu panca tirta dan panca

brahma.

yang disebut panca tirta, adalah sebagai berikut:

 sang sebagai tirta sanjiwani, untuk pangelukatan (membersihkan).  Bang sebagai tirta kamandalu, untuk pangeleburan (menghancurkan).  Tang merupakan tirta kundalini, utuk pemunah (menghilangkan).  Ang merupakan tirta mahatirta, untuk kasidian (agar sakti).  Ing merupakan tirta pawitra, untuk pangesengan (membakar).

Ini yang dikatakan panca brahma, berada dalam diri manusia. Ini aksaranya;

 Nang disimpan di suara.  Mang disimpan di tenaga  Sing disimpan di hati/perasaan  Wang disimpan di pikiran  Yang disimpan di nafas.

Kemudian balikkan hurup tersebut:

 Yang disimpan di jiwa

 Wang disimpan di guna/aura

 Sing disimpan di pangkal tenggorokan  Mang disimpan di lidah

 Nang disimpan di mulut

Bila Dasa aksara diringkas, aksara yang ada di panca tirtha dipasangkan dengan aksara

panca brahma akan muncul Sang Hyang Panca Aksara. Inilah panca aksara tersebut:

(10)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 10  Ta + Si menjadi Ong

 A + Wa menjadi Ung  I + Ya menjadi Yang

Panca brahma dan panca tirta diringkas menjadi tri aksara (a, u, m). Setelah itu baru

turun arda candra (bulan sabit), windu (lingkaran) dan nada (titik). Baru boleh di ucapkan sang,

bang, tang, ang, ing, nang, mang, sing, wang, yang. Jika panca tirtha digabung dengan panca

brahma ditambah dengan tri aksara dan eka aksara akan terjadi catur dasa aksara.

Catur dasa aksara ini terdiri atas: sa-ba-ta-a-i ditambah na-ma-si-wa-ya, serta digabung

dengan ang-ung-mang dan ong-kara yang erat kaitannya dengan catur-dasa-bayu, suatu

kekuatan yang ada di dalam buana alit dan buana agung, yang memungkinkan manusia dan

dunia hidup dengan wajar.

Ini menyimpan Rwa bhineda (dua sisi dunia), ini suaranya; Ong Ung.

 Ong di hati putih, ung di hati hitam.  Ung di empedu, ong di pankreas.  Ong di dubur, ung di usus.

lafalkan aksara tersebut lalu letakkan dalam tubuh kita dan alam semesta. Ini

rangkuman intisari dari sastra yang berjumlah lima hurup, yang digunakan untuk memuja

tuhan, memanggil, menghaturkan persembahan, memohon anugrah dari tuhan YME,

diantaranya:

 mantra untuk memuja tuhan, Mang Ang Ong Ung Yang.

 mantra untuk memanggil agar tuhan berkenan hadir, Ang Ong Ung Yang Mang  mantra untuk mempersembahan sesajen jamuan dari kita, Ong Ung Yang Mang Ang  mantra untuk memohon anugrah dari tuhan YME, Ung Yang Mang Ang Ong

Ini suara inti sari; ekam evam dwityam Brahman, disebut ONG. Berupa api rwa bhineda Ang, berupa air rwa bineda Ah.

(11)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 11  pengastiti widhi dewa bethara; Ung Mang Ang

 iki pengeraksa jiwa antuk catur aksara; Mang Ang Ung Ong  pengundang bhuta dengen antuk kahuripan; Ang Ung Ong Mang  pemageh bayu ring raga antuk catur resi; Ung Ong Mang Ang  pangemit bayu antuk catur dewati; Ong Mang Ang Ung

Menurut Lontar Kanda Pat, jika manusia dapat menguasai cara penggunaan pangangge sastra atau sastra busana, maka dia dianggap telah menguasai ajaran Durga, dewi kematian

yang ada di kuburan. Seseorang yang mampu mempergunakan wisah, yakni, huruf h, maka

orang tersebut akan mampu melakukan aneluh, membencanai orang lain. Bila dia mampu

mempergunakan aksara wisah dan taling maka dia dapat melakukan tranjana (ilmu sihir). Kalau

dia mampu mempergunakan wisah dan cecek, maka dia akan dapat melaksanakan hanuju,

menunjukkan kekuatannya ke suatu sasaran yang tepat. Seseorang yang dapat memanfaatkan

busana sastra wisah, taling, cecek, dan suku sekaligus maka dia dapat menjadi leak. Dia adalah

seorang leak ahli bathin yang amat besar.

Dia mampu mengendalikan semua kekuatan negatif atau pangiwa yang ada di dunia

ini. Untuk mampu menggunakan aksara pangangge ini yang merupakan gambar dan lambing

yang rumit ini perlu ketekunan dan kemauan keras untuk mempelajarinya. Jika salah

mempelajarinya maka kekuatan aksara ini akan dapat membahayakan jiwa orang yang

mempelajarinya. Tetapi bagi orang yang mampu mempelajarinya dengan baik, maka orang ini

dapat mempergunakan kekuatan aksara ini untuk tujuan baik sehingga menjadi balian

panengen, untuk menyembuhkan orang sakit akibat terkena sihir balian pangiwa. Untuk

mempelajari lebih dalam mengenai aksara pangangge ini dapat dibaca di dalam lontar Tutur

Karakah Durakah, Panglukuhan Dasaksara, Tutur Karakah Saraswati, Tutur Bhuwana Mabah,

Usada Tiwas Punggung, Usada Netra dan lainnya lagi.

Setiap aksara apalagi setelah digabungkan beberapa aksara sehingga menjadi dasa

aksara, panca aksara, catur aksara, tri aksara, dwi aksara, dan eka aksara mempunyai gambar

atau lambang sendiri-sendiri dengan kekuatan bayu atau vayu yang dapat dimanfaatkan untuk

(12)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 12 dengan tujuan utnuk membuat sakit orang lain, sehingga dia disebut balian pangiwa. Hal ini

tentunya tidak dikehendaki oleh umat manusia. berikut ini meditasinya:

 Ong, niatkan menstanakan dirambut (visualisasi ongkara ngadeg)

 Sang, stanakan di Siwadwara (rasakan dewa Iswara Dengan warna Putih)  Bang, stanakan di Kepala (Dewa Brahma, Merah)

 Tang, stanakan di Kening ,selaning lelata (Dewa Mahadewa, Kuning),  Ang, stanakan di wajah (DewaWisnu, Hitam),

 Ing, stanakan di Lidah (Dewa Siwa, Amancawarna),  Nang, stanakan di Tenggorokan (Dewa Mahesora, dadu),  Mang, stanakan di Hati (Dewa Ludra, Jingga),

 Sing, stanakan di Perut (Dewa Sangkara, Hijau),  Wang, stanakan di Nabhi/Pusar (Dewa Sambhu, Biru),  Yang, stanakan di Muladhara (Bhatara Guru, mancawarna)

Barang siapa yang memahami pengetahuan ini akan memiliki kesidian serta kesaktian.

Ajaran ini oleh masyarakat umum dikenal dengan nama, Yoga, Meditasi dan Samadhi. Namanya

berbeda, namun hakekatnya adalah sama saja. Menurut ajaran Yoga di dalam lapisan tubuh

eterik Manusia, terdapat tujuh Cakra utama yang merupakan linggan para Dewa yaitu:

 Cakra Muladara, menjadi linggan Dewa Brahma.  Cakra Swadhisthana, menjadi linggan Dewa Wisnu.  Cakra Manipura, menjadi linggan Dewa Rudra.  Cakra Anahata, menjadi linggan Dewa Iswara.  Cakra Wisuda, menjadi linggan Dewa Maheswara.  Cakra Ajna, menjadi linggan Dewa Mahadewa.  Cakra Sahasara menjadi linggan Dewa Siwa.

Untuk Dewa Sambu dan Dewa Sangkara malingga ring Cakra kembar, yang merupakan

cakra menengah. Dimana Dewa Sambu berada di sebelah kanan, dan Dewa Sangkara di sebelah

(13)

dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 13 Tulang punggung yang dikatakan sebagai poros tubuh. Dari dalam badan halus yang

bersesuaian dengan tulang punggung ini, muncul pusat-pusat kesadaran yang disebut dengan

Cakra. Di dalam tubuh halus (eteris) ada banyak sekali Cakra. Namun hanya ada tujuh cakra

yang dianggap utama, meliputi :

 Cakra Muladara, bersesuaian letaknya dengan pantat.

 Cakra Swadhisthana, bersesuaian letaknya dengan kemaluan.  Cakra Manipura, bersesuaian letaknya dengan pusar.

 Cakra Anahata, bersesuaian letaknya dengan jantung.  Cakra Wisuda, bersesuaian letaknya dengan tenggorokkan.

 Cakra Ajna, bersesuaian letaknya dengan pertengahan kedua alis (selaning lelata).  Cakra Sahasara, bersesuaian letaknya dengan ubun-ubun. Di dalam Sahasara Cakra

inilah Siwa bersemayam. Bukan berarti Siwa yang ditempatkan, tetapi kekuatanNya

yang dimanifestasikan di sini. Tuhan tidak dapat dibatasi di suatu tempat. Tetapi

manifestasinya dapat dipusatkan dimana saja.

Cakra-cakra itu merupakan pusat energy rohani. Cakra ini tidak tampak dengan mata

biasa, karena cakra itu tidak berbadan fisik, melainkan dilapisan badan halus yaitu badan eteris.

Selain itu, dalam anatomi tubuh halus itu, terdapat juga nadi-nadi tempat aliran energi, yang

memiliki hubungan khusus dengan masing-masing cakra itu. Disebut ida atau pinggala. Kedua

nadi ini, terdapat disebelah kanan dan kiri tulang punggung. Disebutkan bahwa, pengetahuan

tertinggi ditutupi oleh maya sehingga pengetahuan tertinggi tetap bersembunyi. Yoga adalah

jalan untuk menyingkapkan maya dan membuka pengetahuan tertinggi itu. Gheranda Samhita

mengatakan, “Tidak ada ikatan yang melebihi kekuatan maya, dan tidak ada kekuatan melebihi Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan itu”. Dia yang tekun berlatih Yoga akan mendapatkan

bermacam-macam siddhi atau kekuatan gaib.

Badan ini adalah sakti, keperluan badan adalah keperluan sakti. Segala yang terlihat

dan berbuat itulah sakti. Seluruh badan dan pekerjaannya adalah penjelmaan sakti itu. Untuk

(14)

bagian-dikumpulkan oleh jro kubayan guwang 14 bagian tubuh tertentu, menyimbolkan adanya upaya membuka mengaktifkan dan

mengharmoniskan cakra. Semua cakra harus terbuka dan berfungsi menghisap dan

memancarkan energy (prana), mengatur, mempertahankan, dan mengelola aspek fisik,

emosional, mental dan kejiwaan. Sejalan dengan itu, semakin pandai seseorang memahami

kedudukan Dewa di dalam dirinya, berarti ia semakin mahir mengatur gerakan cakra di dalam

tubuhnya, sehingga gerakan cakra itu semakin harmonis dan sempurna. Seorang dalam

melakukan olah meditasi, yoga atau Samadhi harus mampu memasukkan energi (prana)

ketubuhnya secara teratur, agar pengembangan batinnya berjalan dengan baik. Dengan

demikian, gerakan cakra semakin harmonis dan sempurna, sehingga menghasilkan energi

(prana) yang semakin besar. Energi (prana) yang dihasilkan itulah merupakan modal untuk

menjadi Manusia Setengah Dewa Sakti Manderaguna.

Demikianlah sastra yang ada di alam ini yang berada juga didalam tubuh kita. Jagalah

kesucian dan keseimbangan dari hurup suci tersebut. Semoga setelah membaca dan meresapi

Referensi

Dokumen terkait

Setelah ditinjau dari semua faktor diatas (dapat dilihat pada Tabel 11.) maka tanah yang dapat mewakili nilai persentase optimum penambahan serbuk kaca adalah tanah dengan campuran

Dari hasil perhitungan dan pengujian terhadap generator tipe aksial fluks 3 fasa kecepatan rendah yang digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga angin yang telah di uji,

Penelitian ini juga akan menganalisa apakah kepuasan kerja dan disiplin kerja merupakan variabel yang memediasi pengaruh motivasi intinsik terhadap kinerja pada Badan

32 Maka dipanggil oleh Jesus akan murid-muridnja, lalu katanja, "Hatiku sangat kasihan akan orang banjak ini, karena sudah tiga hari lamanja mereka itu tinggal bersama-sama

Salah satu cara mengamankan jaringan adalah dengan cara melakukan filtering terhadap akses internet pengguna, oleh karena itu diperlukan kebijakan administrator

Berdasarkan penjelasan diatas, penggunaan regresi linear berganda dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memprediksi bagaimanakah budaya organisasi dan

Bahwa Pimpinan STIESIA dalam Rapat Pleno tanggal 14 September 2012 telah menerima konsep Rencana Strategis (Renstra) Prodi S3 Ilmu Manajemen Tahun 2012-2016, dan sesuai

konsumen dan menyediakan kecepatan dan ketepatan pelayanan. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah yang kecenderungannya naik dari