• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ini adalah KIMIA LINGKUNGAN TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ini adalah KIMIA LINGKUNGAN TANAH"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

TENTANG LINGKUNGAN TANAH

Disusun :

1.

Fadillah Fikri

(0621 13 083)

2.

Rahmawita Sugesti

(0621 13 084)

3.

Rizky Nugraha

(0621 13 082)

4.

Sania Rahmah Dinata

(0621 13 078)

5.

Shendiane Rimandani

(0621 13 116)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah -

Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

Penyusun juga panjatkan kehadiran Allah SWT karena hanya dengan kerido’an – Nya, makalah

dengan judul “MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN TENTANG LINGKUNGAN TANAH” ini

dapat terselesaikan.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kimia Lingkungan di program studi

Kimia Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) pada Universitas Pakuan.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ani Iryani, M.Si. selaku dosen

mata kuliah Kimia Lingkungan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan

serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam

penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari

para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Desember 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 2

C. TUJUAN PENULISAN ... 2

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

A. DEFINISI TANAH ... 3

B. PROSES PEMBENTUKAN TANAH ... 4

C. JENIS-JENIS TANAH... 8

D. PROFIL TANAH ... 12

E. SIFAT-SIFAT TANAH ... 14

F. KANDUNGAN KIMIA DALAM TANAH ... 17

G. MANFAAT TANAH ... 25

BAB III ... 26

PENUTUP ... 26

A. KESIMPULAN ... 26

B. SARAN ... 26

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya.

Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur dan mengandung

banyak unsur hara. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah

Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak

jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya,

penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan

berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan

telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu

diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.

Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan

berkurangnya luas tanah pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan

kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia

atau makhluk hidup lain. Sama halnya dengan kegiatan pertambangan yang menyebabkan

kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan

pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Pada saat penambangan, untuk memperoleh bijih tambang, permukaan

tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan

meninggalkan lahan bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau

reklamasi.

Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan

perhatian yang serius karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut

mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak

tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup. Jika kita ingin

mengetahui tentang pencemaran tanah, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah itu definisi tanah?

2. Bagaimana proses pembentukkan tanah?

3. Apa saja jenis-jenis tanah?

4. Bagaimana membuat profil tanah?

5. Apa sifat-sifat tanah?

6. Apa saja kandungan kimia dalam tanah?

7. Apa manfaat yang dihasilkan dari tanah?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui definisi tanah.

2. Untuk mengetahui proses pembentukkan tanah.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pembuatan profil tanah.

5. Untuk mengetahui sifat-sifat dan karakteristik tiap tanah,

6. Untuk mengetahui kandungan kimia dalam tanah.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI TANAH

Tanah (soil) adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang terdiri dari benda padat (bahan anorganik dan organik) serta air dan udara tanah. Tanah telah dikenal sejak awal

peradaban manusia terutama setelah manusia menggunakan tanah untuk bercocok tanam dalam

upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian tentang tanah mulai lebih jelas setelah para

ahli fisika-kimia dan geologi memberi batasan /definisi tentang tanah. Beberapa definisi tentang

tanah sebagai berikut.

1. BERZELIUS (1803), seorang ahli kimia Swedia mendefiniksikan tanah sebagai “

Laboratorium kimia alam dimana proses dekomposisi dan reaksi sintesis kimia

berlangsung secara terang.” Disini tampak jelas bahwa tanah belum lagi dianggap sebagai alat produksi pertanian melainkan tempat berlangsungnya segala reaksi kimia

yang terjadi di alam.

2. JUSTUS VON LIEBIG (1840) dari Jerman menyebut tanah sebagai tabung reaksi

dimana seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman. Tanah merupakan

gudang persediaan mineral-mineral yang bersifat statis.

3. FALLUO (1871), ahli mineralogi Jerman memandang tanah tidak hanya sebagai

batu-batuan tetapi juga bagian dari petografi (petros = batuan) pertanian. Tanah adalah produk hancuran iklim (weather) yang bercampur dengan bahan organik.

4. DAVY (1913) dari Inggris mendefinisikan tanah sebagai “ Laboratorium yang

menyediakan unsur-unsur hara tanaman.”

5. WERNER (1918) berpendapat bahwa tanah adalah lapisan hitam tipis yang menutupi

bahan padat kering terdiri atas bahan bumi berupa partikel-partikel kecil yang mudah

(7)

6. JOFFE (1949), seorang pakar tanah Amerika Serikat mendefinisikan tanah sebagai

berikut “ Tanah adalah bangunan alam tersusun atas horizon-horizon yang terdiri atas

bahan mineral dan organik, biasanya tak-padu, mempunyai tebal yang berbeda-beda

dan yang berbeda pula dengan bahan induk yang ada di bawahnya dalam hal morfologi,

sifat dan susunan fisik, sifat dan susunan kimia, serta sifat-sifat biologi. ”

7. BREMMER (1958) memberikan definisi tanah sebagai berikut “ Tanah adalah bagian

permukaan kulit bumi yang terjadi oleh pelapukan kimia dan fisik serta kegiatan

berbagai tumbuhan dan hewan. ”

Selain ketujuh definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah

sebagai berikut: Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan

menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang

dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan

unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis

berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan

hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara

integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik

tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman

perkebunan, dan tanaman kehutanan.

Faraksi padat dari jenis tanah produktif terdiri dari kurang lebih 5% bahan organik dan

95% bahan anorganik. Beberapa jenis tanah seperti tanah gambut dapat mengandung bahan

organik 95% dan beberapa tanah lainnya ada yang hanya mengandung 1% bahan organik.

B. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun

pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah

komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai

bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Oleh karena itu, proses

(8)

Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan

atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi

fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya

pelapukan kimiawi.

2. Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air

masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di

lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.

3. Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan

tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadi

pelapukan biologis.

4. Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang relatif besar.

Ada beberapa faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.

Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor

tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor

pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan

tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut.

T = f (i, o, b, t, w)

Keterangan:

T = tanah

f = faktor

i = iklim

o = organisme

b = bahan induk

t = topografi

(9)

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu

dan curah hujan.

a. Suhu/Temperature

Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi

suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan

tanah juga cepat.

b. Curah Hujan

Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,

sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah

menjadi rendah).

2. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:

a. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.

Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan

dan tumbuhan) sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu

kapur yang larut oleh air.

b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan

menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah.

Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme

yang ada di dalam tanah.

c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah

beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk

tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah

berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari

akar-akar dan sisa-sisa rumput.

d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap

sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia

seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara,

(10)

3. Bahan Induk

Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan

batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan

mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi

sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya.

Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir

berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral

bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya.

Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion

Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi

dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang

kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

4. Topografi/Relief

Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:

a. Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah

Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis

karena tererosi sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi

sedimentasi.

b. Sistem Drainase/Pengaliran

Daerah yang drainasenya tidak bagus seperti sering tergenang menyebabkan

tanahnya menjadi asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan

pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral

yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal

mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus

berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan

(11)

Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan

bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah

tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut

sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses

pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol.

Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses

perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua

adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).

Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk

vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk

membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan

melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya

akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah

sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia

mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan

jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga

berbeda-beda.

C

. JENIS-JENIS TANAH

Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena

perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk memahami hubungan

antara jenis tanah, diperlukan pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik

sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari

hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami

dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005).

Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki

tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan

gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing

kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan

(12)

Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang

mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman

semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk

mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.

Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :

 Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,  Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal

terutama bahan induk dan relief,

 Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.

Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah

(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State

Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengan tujuh pendekatan dan sejak

tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan

karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan

ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan

atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi

Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo tersebut adalah

Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols,

Spodosols, Ultisols dam Vertisols.

1. Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang

ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan

planosols.

2. Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.

3. Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah

(13)

4. Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah

aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.

5. Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia.

6. Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah

tanah bog dan tanah gambut.

7. Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang

eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei

humik dan glei humik rendah.

8. Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah

rendzina.

9. Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah

laterik.

10.Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.

11.Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut

dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah

tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.

12.Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis

(14)

Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia

(Sutanto, 2005).

Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang

berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang

pohon di hutan hujan tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari

batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di

dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

4. Tanah Podzolit

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah

hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.

5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi

yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di

sekitar lereng gunung berapi.

6. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,

namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh

: Kalimantan Barat dan Lampung.

7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan

(15)

8. Tanah Gambut / Tanah Organosol

Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang

merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua

dan Sumatera.

D. PROFIL TANAH

Profil merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali

lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai

dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya. Permeabilitas tanah menunjukkan

kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut

ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi

menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian menurunkan laju air larian.

Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah

karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah

dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan

permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi

berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh

lapisan rapat air.

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi

oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil

ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.

Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga

k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka pori.

Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar dari pada

permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung yang bercelah lebih besar

(16)

Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah. Horison-horison tanah

diberi tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai di bawah dengan huruf : O, A dan E, B, C

dan R.

1. Lapisan O. Huruf O menujukkan kata "organik". lapisan ini disebut juga dengan humus.

Lapisan ini didominasi oleh keberadaan material organik dalam jumlah besar yang

berasal dari berbagai tingkat dekomposisi. Lapisan O ini tidak sama dengan lapisan

dedaunan yang berada di atas tanah, yang sesungguhnya bukan bagian dari tanah itu

sendiri.

2. Lapisan A dan E. Lapisan A adalah lapisan atas dari tanah, sehingga diberi huruf A.

Kondisi teknis dari lapisan A mungkin bervariasi, namun seringkali dijelaskan sebagai

lapisan tanah yang relatif lebih dalam dari lapisan O. Lapisan ini memiliki warna yang

lebih gelap dari pada lapisan yang berada di bawahnya dan mengandung banyak

material organik. Dan mungkin lapisan ini lebih ringan dan mengandung lebih sedikit

tanah liat. Lapisan A dikenal sebagai lapisan yang memiliki banyak aktivitas biologi.

Organisme tanah seperti cacing tanah, arthropoda, nematoda, jamur, dan berbagai

spesies bakteri dan bakteri archaea terkonsentrasi di sini, dan seringkali berhubungan

dengan akar tanaman. Lapisan E sebagai perantara lapisan B dan memiliki sifat antara A

dan B.

3. Lapisan B. Lapisan B umunya disebut lapisan tanah bawah, dan mengandung lapisan

mineral yang mirip dengan lapisan mineral tanah liat seperti besi atau aluminium atau

(17)

tanaman menembus lapisan tanah ini, namun lapisan ini sangat miskin material organik.

Lapisan ini umumnya berwarna kecoklatan atau kemerahan akibat tanah liat dan besi

oksida yang terbilas dari lapisan A.

4. Lapisan C. Lapisan C dinamakan karena berada di bawah A dan B. Lapisan ini sedikit

dipengaruhi oleh keberadaan proses pembentukan tanah dari bawah. Lapisan C ini

mungkin mengandung bebatuan yang belum mengalami proses pelapukan. Lapisan C

juga mengandung material induk.

5. Lapisan R. Lapisan R didefinisikan sebagai lapisan yang mengalami sebagian

pelapukan bebatuan menjadi tanah. Berbeda dengan lapisan di atasnya, lapisan ini

sangat padat dan keras dan tidak bisa digali dengan tangan.

E. SIFAT-SIFAT TANAH

1. Sifat kimia tanah

a. Derajat keasaman

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang

dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen

(H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah

tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang

jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah

ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih

banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral

yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari

7 disebut asam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah

umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam

dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup

netral meskipun sebenarnya masih agak asam. Di daerah yang sangat kering

kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam

(18)

b. Kapasitas tukar kation

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat

hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik

atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan

kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai

KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar

kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis

mineral liat, bahan organik dan pengapuran serta pemupukan. Soepardi (1983)

mengemukakan kapasitas tukar kation tanah sangat beragam karena jumlah humus dan

liat serta macam liat yang dijumpai dalam tanah berbeda-beda pula.

Peristiwa pertukaran kation dalam tanah merupakan mekanisme dimana senyawa

anorganik dan logam mikro esensial menjadi tersedia bagi tanaman. Ketika ion-ion

logam hara diserap oleh akar tanaman, ion hidrogen bertukar dengan ion-ion logam.

Proses ini karena adanya leaching dari kalsium, magnesium dan ion logam lainnya dari dalam tanah oleh air yang mengandung asam karbonat cenderung membuat tanah

menjadi asam.

Ca2+ + 2CO2+ 2H2O 2H+ + Ca2+ + 2HCO3

Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah tanah akan cenderung menjadi basa

karena terdapatnya garam-garam seperti Na2CO3 dalam tanah, sifat ini dapat

dihilangkan dengan cara dengan cara menambahkan aluminium dan besi sulfat yang

akan melepaskan asam dalam proses hidrolisis.

2 Fe3+ + 3 SO42- + 6 H2O 2Fe(OH)3 + 6H+ + 3SO4

2-Bisa juga dengan menambahkan belerang. Belerang yaqng ditambahkan ke dalam tanah

dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reksi pembentukan asam sulfat.

(19)

c. Kejenuhan basa

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan

dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah

berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal

alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan

tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan

kation-kation yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid

berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim

1991). Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan

sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman

tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%,

berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan

basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan

membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan

kejenuhan basa 50% (Anonim 1991).

2. Sifat fisika tanah

a. Warna tanah

Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna

tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning,

hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna

yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching).

Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang

tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa.

Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen.

Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi

teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses

kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam

atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada

(20)

hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu

bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa

asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok

tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil

dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki

sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena

memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil

terbatas dan di bawah capaian optimum.

b. Struktur tanah

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi

antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa

padatan, fasa cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur

tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut

sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran

besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah

yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan

mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung

sehingga kekurangan makropori.

F. KANDUNGAN KIMIA DALAM TANAH

1. Kandungan Makro dalam Tanah

a. Kandungan organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan

bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah.

Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan

organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam

ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan

bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2

persen. Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat

(21)

organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain

sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan

KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia,

fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya

pemadatan tanah.

b. Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot

tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).Menurut

Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan

organik halus dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari nitrogen

udara, pupuk, dan air hujan.

Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari

aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya

terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga

membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh

aktifitas jasad renik tanah.

Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau

mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada

lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut

(Hardjowigeno 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan

tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino,

lemak, enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah

dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2,

N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun

bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk

NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami

mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut,

sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang

melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau

(22)

c. Fosfor

Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan

mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH

sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan

merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P,

pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa

immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Menurut Leiwakabessy (1988) di

dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk

fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan

organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam

tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol)

umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman

tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P

(Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada

tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.

d. Kalium

Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap

oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu

menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau

unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan

Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung

penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari

kaliumnya sendiri. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral

yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik

maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah

yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh

serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium

yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk

dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia

(23)

e. Kalsium

Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti

Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,

diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai

endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari

kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan

batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu

aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).

f. Magnesium

Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan

beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang

khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan

akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).

g. Belerang

Belerang dari dalam tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat SO4-. Di

suatu daerah terjadi pencemaran SO2 d iatmosfer, maka belerang dapat diadsorpsi oleh

daun daun tanaman sebagai sulfur oksida. Kandungan SO2 yangcukup tinggi di atmosfer

dapat mematikan tanaman.

2. Kandungan Mikro dalam Tanah

Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi (Fe),

Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B) dan Klor(Cl).

a. Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+)

ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan

organik). Mineral Fe antara lain olivin, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit

(Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk

khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan

adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang

terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih

(24)

mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih

ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim,

dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang

mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas

sebagai berikut:

 Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2O

 Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O

Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme.

Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan

Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan

protein menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kadar asam

amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastik. Penurunan kadar

pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe dan juga akan mengakibatkan

pengurangan aktivitas semua enzim.

b. Mangan (Mn)

Mangan diserap dalam bentuk ion Mn2+ seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap

dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan

lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam

yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk

senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pirolusit (MnO2), manganit

(MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat

dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari

batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral

sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah

(25)

c. Seng (Zn)

Zink diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah alkalis

mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)2. Di samping itu, Zn diserap dalam

bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap

lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn

dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain

sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3

dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat

dekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside

demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga

berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.

Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering

menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering

menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur.

Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek,

daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan

intermedier serta adanya nekrosis.

d. Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk

senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid)

dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik

dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan

asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.

Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit

(Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4),

tetrahidrit [(Cu,Fe).12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3],

adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].

Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin.

Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul

mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid,

(26)

Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,

askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme

protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan

terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi /

kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda

kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan

tangkai daun lemah.

e. Molibden (Mo)

Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan

toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga

berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro

yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah

mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara

lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan

sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat

adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo

membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang

disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan

karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat.

Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat

reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir

menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman,

daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo

dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi

daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya

(27)

f. Boron (B)

Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar

antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron

yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah.

Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa

dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga

banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan

Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin

(H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3 - 4% boron. Mineral tersebut

terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis.

Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit

(Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh

mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).

Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam

nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan

dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan

perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan

terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas

rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.

g. Klor (Cl)

Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan

dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun.

Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang

terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran

hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan

mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena

itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan

masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman,

meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki

penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang

(28)

G. MANFAAT TANAH

1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.

2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara).

3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan

asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan

kesediaan hara).

4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau

tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut,

maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.

5. Penyediaan unsur hara untuk tumbuhan. Ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh

tumbuhan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi

suatu tumbuhan. Jumlah dan jenis unsur hara yang tersedia di tanah dan dibutuhkan oleh

tumbuhan haruslah sesuai dan seimbang.

6. Penyedia makanan untuk biota tanah. Tanah menjadi habitat pengurai yang

menguraikan sisa organisme mati menjadi bahan makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman dan organisme lain.

7. Sumber bahan baku barang kerajinan atau perabot rumah tangga. Kandungan tanah liat

dapat di manfaatkan manusia untuk membuat batu bata, barang-barang seni dan

kerajinan, maupun alat-alat rumah tangga. Tanah liat juga dapat dimanfaatkan salah

satunya sebagai bahan baku genteng penutup atap rumah atau bangunan.

8. Memiliki nilai ekologi, yaitu mampu menyerap dan menimpan air (melindungi tata air),

menekan erosi, serta menjaga kesuburan tanah.

9. Memiliki nilai ekonomis yaitu sebagai aset yang dapat disewakan atau diperjual belikan

(29)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan oraganik dan air yang dapat

mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan

mengandung bahan-bahan padat dan rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah

dibentuk oleh batuan induk dari pelapukan secara fisik, kimia dan biologi. Susunan bahan

organic terdiri dari sisa-sisa biomas tanaman dari berbagai tingkat penguraian atau pembusukan.

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung

kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.

Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas

dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar

hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

B. SARAN

Untuk lebih memahami semua tentang tanah dan pencemaran tanah, disarankan para

pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,

diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari – hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih Dr. M.Si.2004. Kimia Lingkungan. Andi:Yogyakarta. Anonym. 2011. Sumber dan Komponen Bahan Pencemar Tanah(on line).word

Hardjowigeno, Sarwono Frof Dr. Ir. H. M,Sc.2003. Klasifikasi Tanah dan Phetagonesis. Akademika Presindo: Jakarta.

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/11/ pada tanggal 08 Desember 2014

http://uisufp.blogspot.com/2012/09/pengertian-tentang-tanah.html pada tanggal 08 Desember

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk relasi ini menggambarkan adanya hubungan timbal balik yang baik antara petugas atau staf bagian Ekonomi dalam proses perijinan dengan pengusaha, di mana

Desa Di Jawa Barat berbeda dengan manfaat dari Direktori Buku Telepon, akan tetapi secara umum direktori ini bermanfaat bagi masyarakat dalam mencari. informasi mengenai

Para komunikasi, pada mulanya berpendapat bahwa komunikasi tatap muka (face to face communication) atau disebut juga dengan komunikasi interpersonal sebagai bentuk komunikasi

Selanjutnya untuk mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri dari variabel Loyalitas karyawan, Kecerdasan emosional dan Disiplin kerja berpengaruh signifikan

Bedasarkan hasil analisis secara statistik dengan uji Anova bahwa tidak ada perbedaan waktu didih air yang signifikan dengan pemberian konsentrasi perekat yang

data dan informasi tersebut, antara lain: langsung sebagai penari pada waktu itu, mendatangi pustaka daerah Provinsi Sumatra Utara, bahkan mengunjungi dan

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggar- an hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

Berdasarkan tujuan penelitian Marina dan Vassilis (2011) Marina dan Vassilis (2011) tersebut, mereka mencari tersebut, mereka mencari jawaban dari hipotesis bahwa