• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Komprehensif Prinsip dan Karakter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Komprehensif Prinsip dan Karakter"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

DISUSUN UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM LINGKUNGAN

Disusun Oleh : Nama : Azizah Imamatun Nisa NIM : E0014058

Kelas : H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Jalan Ir. Sutami 36 A, Surakarta, 57126

Telp. (0271) 646994 Fax. (0271) 646655 2016

KAJIAN KOMPREHENSIF PRINSIP DAN KARAKTER HUKUM LINGKUNGAN

Azizah Imamatun Nisa zizijee@gmail.com

(2)

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada hakikatnya adalah penerapan prinsip-prinsip ekologi dalam kegiatan manusia terhadap dan atau yang berdimensi lingkungan hidup. Seperti diketahui, bahwa masalah lingkungan hidup adalah masalah ekologi, khususnya ekologi manusia, yang intinya terletak pada interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Hukum Lingkungan sebagai salah satu sarana penunjang dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam arti modern, merupakan hukum yang berorientasi dan berguru pada ekologi, sehingga sifat dan hakikatnya lebih mengikuti sifat dan hakikat lingkungan hidup itu sendiri. Tujuannya adalah mencapai keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan sosial budaya. Hukum lingkungan yang pada hakikatnya adalah sarana penunjang bagi pengelolaan lingkungan hidup, maka di samping berguru pada ekologi juga dituntut agar respon secara dinamis terhadap masalah lingkungan yang dihadapi. Masalah lingkungan sendiri berfokus pada penyerasian antara pemanfaatan dan pemeliharaan dalam interaksi manusia dengan lingkungannya hidupnya yang menghadapkan pada dua sisi, yakni risiko dan kualitas lingkungan. Kata Kunci : prinsip, karakter, hukum lingkungan

Metode Penulisan

Metode penulisan dalam artikel ini saya menggunakan metode penulisan secara deskriptif. Penulisan secara deskriptif adalah sesuatu penulisan yang menggambarkan suatu permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, sehingga dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tidak hanya berdasarkan fakta tetapi penulis bisa memasukan opini untuk memperjelas masalah yang digambarkan dalam artikel ini.

Pendahuluan

(3)

terutama untuk memberi arah dan tuntunan bagi pengembangan hukum lingkungan, dan untuk menyesuaikan diri pada pada karakter atau sifat masalah lingkungan hidup itu sendiri, sehingga dapat berfungsi sebagai sarana penunjang PPLH yang efektif.

Hukum lingkungan sebagai salah satu sistem hukum harus dipandang dan ditempatkan sebagai “subsistem” dan satu kesatuan dari sistem hukum hukum nasional secara keseluruhan. Oleh karena itu, prinsip utama yang harus mendasari hukum lingkungan (termasuk peraturan perundang-undangan mengenai PPLH) adalah pemikiran dasar yang terkandung dalam UUD 1495 sebagai kaidah dasar yang melandasi PPLH Indonesia dan kebijaksanaan nasional PPLH itu sendiri. Hal ini dapat dipahami, oleh karena hukum lingkungan pada hakikatnya adalah sarana penunjang bagi PPLH.

Sebagai sarana penunjang (instrument yuridis) PPLH, hukum lingkungan berakar, tumbuh dan berkembangan sesuai dan mengikuti masalah lingkungan hidup yang dihadapi. Masalah lingkungan hidup yang dihadapi dalam konteks PPLH pada hakikatnya adalah masalah ekologi, khususnya ekologi manusia, yakni masalah yang timbul dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, hukum lingkungan harus berguru pada ekologi dengan pendekatan holistik yang dianutnya. Hal ini dapat dipahami karena masalah lingkungan hidup bersifat multi kompleks, multi aspek, multi disipliner, antar dan lintas sektoral. Salah satu aspek penting dalam kajian dan penerapan hukum lingkungan ialah nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, terutama dalam penegakan hukumnya, yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat setempat.

Pembahasan

(4)

yang buruk, yang meliputi prinsip tentang political morality dan political orgazation yang membenarkan pengaturan secara konstitusional, prinsip yang membenarkan metoda melakukan penafsiran menurut undang-undang, dan prinsip tentang hak asasi manusia yang substantif untuk membenarkan isi keputusan pengadilan. Pemahaman sementara yang dapat diperoleh dari 5 pandangan ini ialah bahwa prinsip Hukum Lingkungan adalah prinsip-prinsip hukum tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik dalam konteks nasional, regional maupun internasional. Atas dasar ini, maka prinsip Hukum Lingkungan bagi Indonesia harus digali dari dasar konstitusional yang melandasi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.

(5)

merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia. Deklarasi, konvensi dan pemikiran mengenai Hukum Lingkungan dari luar hendaknya diartikan dan ditafsirkan dalam kerangka amanat konstitusi tersebut, sesuai dengan kondisi yang dihadapi dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hardjasoemantri memandang bahwa dalam rangka pengaturan tata kegunaan dan penggunaan dihadapi secara nyata. Seperti diketahui bahwa AUPB itu mencakup antara lain: asas kepastian hukum; asas keseimbangan; asas kesamaan; asas bertindak cermat; asas keadilan atau kewajaran; asas menanggapi harapan yang ditimbulkan.

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik merupakan asas-asas umum yang hidup dalam masyarakat berkaitan dengan etika-etika pemerintahan yang dipandang baik yang kemudian dikaitkan dengan konsep clean governmet dan mendorong ke arah good governance, yang disebut sebagai prinsip untuk terciptanya pemerintahan yang baik. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik merupakan aturan hukum yang tidak tertulis yang mengikat penguasa dalam melaksanakan fungsinya. Ia merupakan norma-norma hukum kebiasaan yang tidak tertulis yang harus menjadi pedoman bagi penguasa dalam menafsirkan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk peraturan dasar yang menjadi sumber kewenangan yang akan digunakan dalam menetapkan suatu kebijaksanaan.

(6)

ekologi, sehingga sifat dan hakikatnya lebih mengikuti sifat dan hakikat lingkungan hidup itu sendiri. Tujuannya adalah mencapai keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan sosial budaya. Hukum lingkungan yang pada hakikatnya adalah sarana penunjang bagi pengelolaan lingkungan hidup, maka di samping berguru pada ekologi juga dituntut agar respon secara dinamis terhadap masalah lingkungan yang dihadapi. Masalah lingkungan sendiri berfokus pada penyerasian antara pemanfaatan dan pemeliharaan dalam interaksi manusia dengan lingkungannya hidupnya yang menghadapkan pada dua sisi, yakni risiko dan kualitas lingkungan. Hukum lingkungan sebagai sarana penunjang pengelolaan lingkungan hidup, dituntut pula untuk menjangkau atau berakar pada pokok masalah lingkungan secara substansial, baik sebagai social engineering maupun sebagai pengikut perubahan sosial yang dinamis. Melepaskan diri dari akar masalah, akan menghadirkan ketidakefektifan hukum, bahkan dapat menimbulkan kekacauan. Dalam kajian-kajian lingkungan hidup, upaya demikian disebut pembangunan berkelanjutan atau berwawasan lingkungan yang merupakan peletak dasar hukum lingkungan di Indonesia. Hukum Lingkungan harus merupakan hukum yang berwawasan lingkungan sebagai ciri utama hukum lingkungan modern. Di sinilah kaitannya dengan hukum lingkungan yang berorientasi pada perilaku berwawasan lingkungan dalam berbagai aspek kegiatan manusia (Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009). Ketika manusia mulai memasuki kehidupan dalam dunianya, ia pun menatap lingkungan hidupnya. Ia mengenal hal-hal yang ada di luar dirinya seperti matahari, bulan dan bintang dengan segala hukum-hukumnya, terbit, terbenam, siang dan malam, dsb. Manusia mendapat pengetahuan tentang lingkungan hidupnya, dan benda-benda alam dalam lingkup indra kehidupannya.

(7)

memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup (Pasal 68 dan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009). Ditegaskan pula bahwa “setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat” (Pasal 65 ayat (1)) dan “setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup...” (Pasal 67). Dalam konteks pelaksanaannya, “Pemerintah tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat” (Pasal 2 dan Pasal 3 jo Pasal 70). Ketentuan-ketentuan tersebut, antara lain mengamanatkan bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup wajib diperhatikan secara rasional potensi, aspirasi, dan kebutuhan serta nilai- nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

Hukum lingkungan pada dasarnya dibangun dan dikembangkan untuk mewujudkan keserasian hubungan antar manusia dan lingkungngan hidupnya, baik lingkungan hidup fisik maupun lingkungan hidup sosial budaya dalam dan menurut kondisi sosioekosistem. Oleh karena itu ia harus berguru pada ekologi dan berakar pada pokok masalah lingkungan hidup, yakni interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Dikemukakan bahwa hanya prinsip 22 (jo 17 dan 21) dari Deklarasi Stockholm yang merupakan prinsip Hukum Lingkungan, yakni bahwa negara-negara akan bekerja sama dalam mengembangkan mengenai tanggung jawab hukum dan ganti kerugian atas pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang brsifat lintas wilayah negara. Prinsip Hukum Lingkungan yang perlu dikembangkan antara lain adalah tentang tanggung jawab negara, tentang perlindungan kepentingan umum; dan tentang eksploitasi Sumber Daya Alam. Dari beberapa literatur, diperoleh petunjuk bahwa prinsip-prinsip kebijaksanaan LH itu mencakup:

a. Prinsip penanggulangan pada tempatnya yang memberikan prioritas pada penanganan masalah lingkungan hidup secara preventif yang dikaitkan dengan perizinan bagi berbagai kegiatan;

b. Prinsip sarana praktis yang terbaik/sarana teknis yang terbaik; c. Prinsip pencemar membayar;

(8)

e. Prinsip perbedaan regional yang menekankan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan sesuai dengan kenyataan tentang adanya ketidaksamaan wilayah. Situasi dan kondisi lingkungan hidup berbeda menurut daerahnya, sehingga dibutuhkan kebijaksanaan lingkungan hidup yang sesuai dan ditujukan kepada daerah setempat; f. Prinsip beban pembuktian terbalik yang menekankan bahwa barang siapa

yang melakukan kegiatan wajib membuktikan bahwa ia tidak merugikan lingkungan hidup atau memang merugikan.

Simpulan dan Saran

Prinsip hukum lingkungan bertitik tolak pada amanat UUD 1945, kebijaksanaan PPLH nasional, dan dengan penyesuaian pada perkembangan global-internasional yang juga merupakan faktor penting dalam PPLH. Dengan demikian, “prinsip HL” yang harus dikembangkan adalah: Prinsip tanggung jawab Negara, hak atas LH adalah bagian dari HAM, prinsip konservasi; Prinsip keterkaitan, berkelanjutan, pemerataan, Sekurity dan Risiko Lingkungan, Pendidikan dan komunikasi yang berwawasan lingkungan; dan prinsip Kerja sama nternasional. Juga perlu dikembangkan: Prinsip penanggulangan pada tempatnya (“principle of abatement at the suorce”); Prinsip sarana praktis/teknis yang terbaik (“the best practicable means/technical means”); Prinsip pencenar membayar (“The polluter pays principle”); Prinsip cegat-tangkal (“stand-still-principle”); Prinsip perbedaan regional (“principle of regional differentiation”); dan prinsip beban pembuktian terbalik; serta prinsip-prinsip umum pemerintahan yang baik.

(9)

kebenaran dan keadilan substansial (tongeng) sebagai suatu kesatuan subsistem yang utuh berdasar dan berpuncak pada Sulapa’ Eppa’e (sistem hubungan empat dimensi). Dalam konteks kekinian, konsep “Sulapa’ Eppa’e” ini harus dimaknai dan ditambah dengan dimensi hukum, ilmu dan teknologi sehingga bermakna sistem hubungan tujuh dimensi. Dengan demikian, dalam penegakan hukum lingkungan, juga mutlak digunakannya pendekatan multi aspek dan multi disipliner, baik berkaitan dengan perusakan maupun dengan pencemaran lingkungan hidup.

Demikian uraian singkat ini, semoga ada manfaatnya, terutama bagi pengembangan hukum lingkungan yang responsif dan pada gilirannya bermanfaat 21

bagi Pengelolaan Lingkungan Hidup, setidaknya upaya ini mengendung nilai ibadah. Amin.

Daftar Pustaka  Buku

1. Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

2. M. Husein, Harun. 1992. Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya. Jakarta: Bumi Aksara.

3. Akib, Muhammad. 2014. Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasional. Jakarta: Raja Grafindo.

4. Akib, Muhammad. 2012. Politik Hukum Lingkungan Dinamika dan Refleksinya dalam Produk Hukum Otonomi Daerah. Jakarta: Rajawali Press. 5. Samekto, Adi dan Hidayat, Arief. 2007. Kajian Kritis Penegakan Hukum

Lingkungan di Era Otonomi Daerah. Semarang: Badan Percetakan UNDIP. 6. Hamzah, Andi. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika. 7. Amsyari, Fuad. 1981. Prinsip-Prinsip Masalah Pengelolaan Lingkungan.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

(10)

9. Mohammad, Askin. 2008. Hukum Lingkungan. Jakarta: Penerbit Yayasan Peduli Energi Indonesia (YPEI).

10. Absori. 2001. Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era Perdagangan Bebas. Surakarta: Muhammidyah University Press.

11. Arifin, Syamsul. 2004. Upaya Penegakan Hukum Lingkungan dalam Mewujudkan Pembanguna Berwawasan Lingkungan di Sumatera Utara. Medan: Pustaka Media Bangsa.

12.Danusaputro, St. Munadjat. 1981. Hukum Lingkungan. Bandung: Bina Cipta. 13.Hardjosoemantri, Koesnadi. 1986. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

14.Sunarso, Siswanto. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Rineka Cipta.

15.Supriadi, 2005. Hukum Lingkungan Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. 16.Abdurrahman, 1986. Pengantar Hukum Lingkungan. Bandung: Alumni

Bandung.

17.Zain, Alam Setia. 1995. Hukum Lingkungan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 18.Suratmo, F. Gunawan. 1990. AMDAL. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

19.Manik. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.

20.Hardjosoemantri, Koesnadi. 1991. Hukum Perlindungan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

21.M. Hamdan. 2000. Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup. Bandung: CV. Mandar Maju.

(11)

23.Usman, Rahmadi. 1993. Pokok-Pokok Hukum Lingkungan Nasional. Jakarta: Aka Press.

24.Soemarwoto. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

25.Iskandar, Untung. 1999. Kerja Sama Internasional Menuju Pengelolaan Hutan Lestari. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

26.Keraf, A. Sonny, 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 27.Kusumaatmadja, Mochtar. 1975. Pengaturan Hukum Masalah Lingkungan

Hidup Manusia: Beberapa Pikiran dan Saran. Bandung: Bina Cipta.

28.Danusaputro, St. Munadjat. 1984. Bina Mulia Hukum dan Lingkungan. Bandung: Bina Cipta.

29.Hadrjasoemantri, Keosnadi. 1999. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

30.Soemarwoto, Otto. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

31.Wijoyo, Suparto. 2005. Hukum Lingkungan: Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Di Daerah. Surabaya: Airlangga University Press.

32.Rahmadi, Takdir. 2011. Hukum Lingkungan Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

33.Tobing, M.L. 1983. Ikhtisar Hukum Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(12)

35.Suryabrata, Sumadi., 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

36.Husin, Sukanda. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

37.Soemartono, R.M. Gatot P. 1996. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

 Internet

1. Helwan Kasra, “Hukum Lingkungan”, diakses dari, https://helone.wordpress.com/2008/06/16/halo-dunia/, pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 16.42.

 Jurnal Ilmiah

1. Absori, Deklarasi Pembangunan Berkelanjutan Dan Implikasinya Di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum. Volume 9 No.1 Tahun 2005.

2. Absori. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan Di Era Reformasi. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8 No.2.

3. Absori. 2004. Peran Serta Masyarakat Dalam Penegakan AMDAL. Jurnal Yurisprudence, Volume1 No.2.

4. Fakrullah, Zudan Arif. 2005. Penegakan Hukum Sebagai Peluang Menciptakan Keadilan. Jurnal Jurisprudence, Volume 2 No. 1.

(13)

6. Sutrisno. 2011. Politik Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 18 No. 3.

7. Deviani, Eka. 2012. Penegakan Hukum Lingkungan terhadap AMDAL Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 6 No. 1.

8. Yudistiro. 2011. Kegagalan dalam Penegakan Hukum Lingkungan Hidup. Jurnal Yudisial, Volume 4 No.2.

9. S. Atalim. 2011. Perusakan Lingkungan Hidup dan Kepentingan Masyarakat dari Perspektif Hukum Progresif. Jurnal Yudisial, Volume 4 No.2.

10. Kusuma Dewi, Dahlia dan Tarigan, Pendastaren. 2014. Izin Lingkungan dalam Kaitannya dengan Penegakan Administrasi Lingkungan dan Pidana Lingkungan Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 2 No. 1.

11. R.B Budi Prastowo. 2006. Tindak Pidana Lingkungan Sebagai Tindak Pidana Ekonomi Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia.. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 24 No.1.

12. Akhmad Sukris Sarmadi. 2010. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Pembangunan Dan Industrialisasi. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 No.2. 13. Indonesian Center For Enviromental Law. 2014. Demokrasi Lingkungan.

Jurnal Hukum Lingkungan, Volume 1 No.1.

14. Maret Priyanta. 2012. Penerapan Tindak Pidana Lingkungan Bagi Korporasi Dalam Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 11 No.3.

15. Deni Bram. 2011. Pertanggungjawaban Negara Terhadap Pencemaran Transnasional. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 18 No.2.

(14)

17. Melissa Justine Renjaan. 2013. Studi Kearifan Lokal Sasi Kelapa Pada Masyarakat Adat Di Desa Ngilngof Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Ilmu Lingkungan, Volume 11 No.1.

18. Akbar Kurnia Putra. 2015. Transboundary Haze Pollution Dalam Perspektif Hukum Lingkungan Internasional. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 No.3. 19. Leonardo Simanjuntak. 2008. Analisis Kebijakan Lingkungan. Jurnal

Konstitusi, Volume 2 No. 2.

Referensi

Dokumen terkait

2 Beberapa hal penting yang dapat disampaikan berkaitan dengan tujuan, antara lain: a Memahami sejauh mana kondisi penerapan sistem pengendalian dan pengelolaan risiko pada

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada h u r u f a, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Penetapan Penerima Bantuan Paket Sembako Pada Saat Darurat

Sebuah contoh perhitungan disajikan untuk menunjukan bagaimana model bekerja dan didapatkan hasil jika penjual sebagai pemimpin dalam model permainan ini akan mendapatkan

Pada penelitian ini penulis meneliti tentang bagaimana kompetensi profesional guru PAI alumni IAIN Antasari di Palangka Raya dan STAIN Palangka Raya, dalam

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor dan Retribusi ( Lembaran Daerah Kabupaten Hulu

Model Student Facilitator and Explaining adalah rangkai penyajian materi ajar yang diawali dengan menjelaskannya dengan didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan

Saya senang kantor bisa memberikan fasilitas ini kepada kita yang rumahnya jauh dari kantor” ujar Latief yang telah lebih dari 30 tahun melayani di Wahana Visi Indonesia.

α -predikat yang dihasilkan diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada himpunan bersangkutan.. α -predikat yang dihasilkan diperoleh dengan