• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Standar Nasional Pendidikan. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Standar Nasional Pendidikan. docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Standar Nasional Pendidikan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Politik dan Kebijakan Pendidikan

Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, M.Ag.

Disusun Oleh : Kelompok 23

Afiq Fikri Almas (13490077)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...1

DAFTAR ISI...2

BAB I: PENDAHULUAN...3

A.Latar Belakang...3

B.Rumusan Masalah...4

C.Tujuan Makalah...4

BAB II: PEMBAHASAN...5

A.Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan ...5

B.Pengertian Standar Nasional Pendidikan ...6

C.Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan ...6

D.Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan ...7

E.Badan Standar Nasional Pendidikan...9

F.Implementasi Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan...10

E.Pro Kontra Standarisasi Pendidikan...11

E.Hasil Analisis Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan...14

BAB III: PENUTUP... 16

Kesimpulan... 16

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu bidang pembangunan nasional Indonesia, sektor pendidikanpun diatur dalam perundang-undangan yang tersusun sistematis. Secara umum, penyelenggaraan proses pendidikan di Indonesia tercantum dalam Bab XIII pasal 31 ayat 1: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.”

Masalah yang muncul dari undang-undang di atas adalah bagaimana secara manajerial proses dan sistem pengajaran tersebut dapat dilaksanakan di seluruh wilayah nusantara dengan merata dan seragam. Dengan berbagai ragam latar belakang dan budaya yang ada di Indonesia maka untuk mencapai sebuah proses yang berjalan atau yang disebut dengan pendidikan pastinya mempunyai tujuan, dipandanglah perlu adanya acuan dasar yang dapat menjadi panutan bagi setiap daerah. Bahkan malah dapat dipandang sebagai dasar penyeragaman pengajaran di Indonesia1.

Oleh karena itu, kemudian munculah undang-undang yang membahas lebih dalam tentang tujuan pendidikan dengan penyeragaman tersebut yang kemudian disebut dengan standarisasi pendidikan nasioal. Rumusan tujuan pendidikan tersebut mendapat legal formal dengan adanya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dimana implementasinya dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang sekarang diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kebijakan pemerintah yang dikeluarkan tentang standar nasional pendidikan ini tidak semerta-merta dapat diterima oleh kalangan

(4)

masyarakat Indonesia. Akan tetap memunculkan pro dan kontra yang memprovokasi masing-masing diantara keduanya.

Oleh karena dalam makalah ini pemakalah mencoba memaparkan sedikit terkait latar belakang lahirnya kebijakan Standar Nasional Pendidikan, pentingnya standar nasional pendidikan, perlunya Standar Nasional Pendidikan untuk mutu pendidikan di Indonesia, dan pro kontra terhadap Standar Nasional Pendidikan. Yang kemudian dirangkum dalam pembahasan makalah yang berjudul “Kebijakan Standar Nasional Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan di atas pemakalah merumuskan beberapa masalah yang disebutkan sebagai berikut:

1. Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan 2. Pengertian Standar Nasional Pendidikan.

3. Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan 4. Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan 5. Badan Standar Nasional Pendidikan

6. Implementasi Kebijakan tentang Standarisasi Nasional Pendidikan 7. Pro Kontra Standarisasi Pendidikan

8. Hasil Analisis Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan penulisan yang dimaksud dari pembahasan tentang makalah ini adalah:

1. Mengetahui Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan

2. Mengetahui Pengertian Standar Nasional Pendidikan.

3. Mempelajari Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan 4. Memahami Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan 5. Mengetahui Badan Standar Nasional Pendidikan

6. Mengetahui Implementasi Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan 7. Memahami Pro Kontra Standarisasi Pendidikan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan

Pada tahun 1989 bangsa Indonesia telah berhasil merumuskan undang-undang organic mengenai pendidikan. Undang-undang-undang nomer 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional itu, merupakan produk hokum, yang bermaksud mengatur aspek kehidupan yang disebut pendidikan di lingkungan masyarakat atau bangsa dan negara Indonesia. Kehadiran undang-undang tersebut sudah cukup lama ditunggu kehadirannya oleh rakyat Indonesia, karena peranannya yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Penantian itu sampai juga pada titik akhirnya dengan disyahkannya undang-undang tersebut pada tanggal 27 maret 1989, dan dicantumkan di dalam Lembaran Negara Republik Indonesi nomer 6.2

Kemudian dari itu munculah UU nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (sistem pendidikan nasional), yang didalamnya terdapat pasal 1 ayat 17 menyebutkan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari beberapa ketentuan-ketentuan pasal per pasal tersebut di dalamnya, maka terbentuk Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dibentuk sebagai standar minimum pendidikan.

Demi tercapainya mutu atau kualitas pendidikan yang baik maka delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh kemendiknas dengan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 sekarang diganti menjadi Peraturan Pemerintah no 32 tahun 2013 yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan

(6)

standar penilaian pendidikan perlu diterapkan dan dilaksanakan secara hati-hati dan berdaya guna bagi mutu pendidikan secara merata.3

B. Pengertian Standar Nasional Pendidikan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian standar adalah sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran, takaran, dan timbangan. Sedangkan pengertian dari istilah standarisasi adalah penyeseuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) dengan pedoman yang telah ditetapkan.4

Sedangkan pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negeri.

Sedangkan arti dari pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar pancasila dan undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Dengan demikian dalam PP No.19 tahun 2005 pengertian dari standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia.5

C. Tujuan dan Fungsi Standar Nasional Pendidikan

Dalam peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 bab II fungsi dan tujuan diadakannya Standar nasional pendidikan adalah :

3 Soedijarto, “Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita”, (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2008), hlm. 474

4 W.J.S Poerwadarminta, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1982), hlm. 964.

(7)

standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.”6

“standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.”

Ada pula pakar serta peneliti yang betul-betul mempercayai dan yakin bahwa Standarisasi pendidikan adalah suatu hal yang perlu, Karena Standar nasional pendidikan mempunyai fungsi diantaranya sebagai berikut:

1. Standar nasional pendidikan berfungsi untuk pengukuran kualitas pendidikan. Standar tersebut tentunya bukan merupakan ukuran yang statis, tetapi semakin lama semakin ditingkatkan.

2. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai pemetaan masalah pendidikan.

3. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai penyusunan strategi dan rencana pengembangan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara nasional seperti ujian nasional.7

4. Standar nasional pendidikan juga sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan bukannya bertujuan untuk memasung proses pemberdayaan peserta didik tetapi yang bertujuan memacu inisiatif belajar yang kreatif.

D. Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan

Ruang lingkup SNP meliputi (PP 32/2013 pasal 2 ayat 1)8:

1. Standar Kompetensi Lulusan

Adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP 32/2013 pasal 1 ayat 5).

Juklak baru : Permendikbud no. 54 Tahun 2013.

6 Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

hlm. 62.

7 Kunandar, Antara Standar Nasional Pendidikan dengan ujian Nasional,

http://Ruangpikirmultiply.com/jurnal/item/45, diakses tanggal 2 Maret 2016.

(8)

2. Standar isi

Adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (pasal 1 ayat 6)

Juklak baru : Permendikbud no. 64 Tahun 2013

3. Standar Proses

Adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (pasal 1 ayat 7)

Juklak baru : Permendikbud no. 65 Tahun 2013

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (pasal 1 ayat 8).

Juklak lama : Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana

Adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (pasal 1 ayat 9).

Juklak lama: Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan

Adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan,dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (pasal 1 ayat 10).

Juklak lama: Standar Pengelolaan

7. Standar Pembiayaan

(9)

Juklak lama : Standar Pembiayaan Pendidikan

8. Standar Penilaian Pendidikan

Adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar Peserta Didik (pasal 1 ayat 12)

Juklak baru: Permendikbud no. 66 Tahun 2013

E. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Selain dari pada pembahasan diatas, pada bab XI peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 juga terdapat penjelasan tentang badan standar nasional pendidikan (BSNP).

Badan standar nasional pendidikan (BNSP) adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan dan amanah dari UU sistem pendidikan nasional misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan.9

Dalam rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan pencapaian standar nasional pendidikan, dengan peraturan pemerintah telah membentuk badan standar nasional (BNSP). Badan tersebut berkedudukan di ibu kota wilayah negara republik indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan Nasional. Badan ini menjalankan tugas dan fungsinya secara mandiri dan profesional. BNSP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih oleh dan dari anggota atas dasar suara terbanyak. Keanggotaan pada BSNP ini berjumlah gasal.

Sesuai dengan peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005, jumlah anggota BNSP paling sedikit berjumlah 11 (sebelas) orang dan palinf banyak 15 (lima belas) orang. Anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli bidang psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum dan manajemen pendidikan yang memiliki wawasan,pengalaman dan komitmen untuk peningkatan mutupendidikan. Keanggotaan BNSP diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Pendidikan Nasional untuk masa bakti 4 (empat) tahun. Kewenangan yang dimiliki oleh BNSP sebagaimana diatur dalam PP 19 tahun 2005 mencakup:10

9http://www.BNSP.Indonesia.org, diakses tanggal 2 Maret 2016

(10)

1. Mengembangkan standar nasional pendidikan, 2. Menyelenggarakan ujian nasional

3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan

4. Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

F. Implementasi Kebijakan tentang Standarisasi Nasional Pendidikan

Dengan adanya kebijakan tentang Standarisasi Nasional Pendidikan yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai berbagai pemenuhan standar yang harus dijalankan dalam sistem pendidikan, dapat diketahui bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia telah direncanakan secara jelas dan terarah. Maka untuk mengetahui perkembangan penerapannya, dapat dilihat dari implementasi yang ada dari kebijakan ini sendiri.

Dengan melihat hasil jurnal penelitian mengenai implementasi kebijakan Standar Nasional Pendidikan melalui evaluasi-evaluasi. Dapat diketahui tentang perbandingan sekolah tertinggi dan terendah sekolah SMP program SSN. Perbandingan sekolah pada 10% sampel yang memiliki nilai paling tinggi dan rendah. Dengan demikian terdapat 4 sekolah yang memiliki nilai paling rendah. Jumlah nilai paling tinggi adalah 232, 234 (2 sekolah), dan 241 sedangkan nilai paling rendah adalah 170, 171, 175, dan 181.11

Tinggi rendahnya nilai adalah akibat adanya pembinaan dalam rangka implementasi SNP. Pembinaan dapat berasal dari pusat maupun daerah. Dengan studi tersebut menemukan bahwa 84,1% (37 sekolah) sampel menyatakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan, sedangkan siswa 15,9% (7 sekolahan) tidak merespon. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap tujuh SNP, maka telah tercapai sebesar 52,27% sekolah atau lebih dari separuh sekolah yang ada.

(11)

Dilihat dari standar isi, telah tercapai 59,09% sekolah. Gambaran ini merupakan kondisi yang kondusif bagi tercapainya mutu pendidikan dengan melaksanakan kurikulum yang ada dengan sesuai dan tepat.

Dilihat dari standar proses, telah tercapai 72,73% sekolah. Hal ini terlihat sekolah sudah memiliki RPP dengan pembelajaran yang kondusif dari usaha kepala sekolah yang melakukan pemantauan dan evaluasi pembelajaran. Gambaran sarana prasarana telah memadai dengan tercapai 63,64% sekolah. Hal ini terliahat prasarana seperti luas tanah dan daya listrik memadai, terdapat ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang lain-lain.

Dilihat dari standar pengelolaan, telah tercapai sebesar 70,45% sekolah. Dengan memiliki visi misi tujuan serta penerapan masing-masing sesuai dengan perencanaanya.

Dilihat dari standar penilaian juga tercapai sebesar 52,27% sekolah. Hal ini terlihat dari rancangan dan kriteria penilaian yang dilakukan oleh guru seperi tes pengamatan, penugasan terstruktur, tugas mandiri, LKS, portofolio, analisis, dan remidial.

Sehingga secara garis besar, dapat dinilai pelaksanaan Standarisasi Nasional pendidikan telah dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya, dan dalam hal ini penerapan segala kegiatan dilakukan oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan dengan bentuk-bentuk agenda yang telah dijelaskan diatas.

G. Pro Kontra Standarisasi Pendidikan

(12)

maupun nilai-nilai negative dari standarisasi. Maksudnya tidak lain ialah agar kita berhati-hati di dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan dengan menggunakan standarisasi pendidikan.

1. Pro

Pada umumnya kelompok yang mempercayai standarisasi pendidikan akan meningkatkan proses belajar peseta didik tetapi dengan kondisi tertentu. Kelompok ini menyutujui adanya standarisasi pendidikan apabila standar tersebut memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:12

a. Standar yang akan dilaksanakan merefleksikan kebijakan atau wisdom dari orang tua dan guru. Hal ini berarti standar tidak ditentukan dari suatu lembaga di luar stakeholder terutama dalam pendidikan yaitu orang tua dan guru.

b. Penyusunan dan penetapan standar isi atau kurikulum haruslah secara berhati-hati. Penyusunannya harus mengikutsertakan para ahli kurikulum oleh sebab penyusunan kurikulum pendidikan telah mengalami berbagai kemajuan. Kurikulum tidak dapat disusun oleh sembarang orang, oleh para amatir atau politisi, tetapi oleh para pakar-pakar spesialis kurikulum sehingga standar yang telah ditentukan mendapatkan kerangka yang jelas dan terarah di dalam kurikulum.

c. Standar yang telah ditentukan hendaknya dapat dilaksanakan oleh guru professional.

d. Kemajuan akademik di sekolah tidak dapat semata-mata melalui tes akhir atau ujian akhir.

e. Standar haruslah memberikan kesempatan yang sama untuk semua peserta didik. Apabila standar mengadakan diskriminasi peserta didik maka standar tersebut merupakan suatu

(13)

pemerkosaan yang biadab terhadap hakikat manusia yang sama.

Selain alasan di atas ada juga alasan dari para pakar yang setuju terhadap standarisasi pendidikan yaitu sebagai berikut:13

a. Standarisasi berfungsi sebagai penuntun bagi guru di dalam mengadakan perubahan global.

b. Standarisasi berisi suatu kewajiban moral untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik.

c. Standarisasi yang bersifat nasional akan menghindari keinginan-keinginan pribadi dan guru.

d. Adanya standar nasional mencegah kontrol lokal yang berlebihan.

e. Standarisasi pendidikan dirasakan suatu kebutuhan karena tuntunan masyarakat yang berubah dengan cepat.

f. Standarisasi pendidikan akan memberikan akuntabilitas pendidikan.

2. Kontra

Dewasa ini standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi oleh keputusan-keputusan bisnis dan politik. Hal ini terbukti ketika pergantian seorang pemimpin maka akan mengalami perubahan juga dalam menetapkan kebijakan-kebijakannya contohnya perubahan PP no 19 tahun 2005 diganti menjadi PP no 32 tahun 2013 sesuai dengan bergantinya tonggak kepemimpinan dalam pemegang kebijakan sampai pada bergantinya kurikulum.

Standarisasi telah menentukan suatu tujuan yang terletak di luar proses pendidikan itu sendiri. Apalagi standar ditentukan oleh birokrasi yang tidak mengenal apa yang terjadi di dalam praksis pendidikan di sekolah. Selain itu standarisasi pendidikan yang di atur dalam PP no 19 tahun 2005 sekarang PP no 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan menekankan perlunya masyarakat pendidikan merujuk

(14)

pada perangkat standar mutu sebagai acuan formal dan baku dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan. Walupun konsep dasar dari ketentuan itu secara oprasional masih tidak jelas. PP no 19 tahun 20005 sekarang PP no 32 tahun 2013 memberikan ketentuan kriteria minimal tentang system pendidikan yang berlaku nasional. Ini berarti bahwa setiap satuan pendidikan harus sedikit-dikitnya memenuhi standar minimal tersebut untuk dapat dinilai berkualitas. Konsekuensinya setiap satuan pendidikan yang tidak memenuhi standar itu adalah lemabag sub standar tidak berkualitas.14 Sehingga

hal ini memberikan pemahaman bahwa akan terciptanya diskriminasi dan pembedaan sedangkan dalam tujuan awal pendidikan nasional adalah untuk memberikan pemerataan dalam pendidikan tanpa ada diskriminasi.

Selain alasan-alasan di atas kelompok yang kontra terhadap standarisasi pendidikan juga menyebutkan bahwa keberhasilan suatu pendidikan tidak dilihat hanya dari ujian akhir sebagai bahan evaluasi nasional. Namun pada PP no 32 tahun 2013 ada perubahan terkait ujian akir nasional bahwa untuk tingkat sekolah dasar baik SD maupun MI sudah dihapuskan.

H. Hasil Analisis Kebijakan Standarisasi Nasional Pendidikan

1. Kelebihan

Meliahat dari analisis implementasi tentang kebijakan Standar Nasional Pendidikan diatas, bahwa karakteristik yang digambarkan meliputi status sekolah, letak geografis, besar sekolah, prestasi, latar belakang orang tua, dan profil sekolah merupakan sekolah yang relatif baik. Seluruh karakteristik yang dimiliki SMP sampel menunjukan gambaran baik seperti sebagian besar sekolah negeri.

2. Kelemahan

Berbicara mengenai kelebihan pasti tidak jauh dengan adanya kekurangan. Sebaik apapun pengelolaan mengenai SNP namun tetap ada kendala atau kelemahan

(15)

dalam menjalankan implementasi tersebut. Pada prinsipnya terdapat kelemahan atau kendala seperti : masih ada yang tidak peduli terhadap SNP, terdapat kesenjangan target sasaran program SSN antara perkotaan dan di pedesaan, tidak berubahnya SKL.

3. Solusi

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Latar belakang dari Kebijakan Standar Nasional Pendidikan adalah UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS kemudian memunculkan PP No 19 Tahun 2005 yang sekarang diganti dengan PP No 32 Tahun 2013 tentang SNP. SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia. Fungsinya sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Ruang lingkupnya meliputi: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.

SNP dalan prosesnya memiliki badan tersendiri yaitu Badan standar nasional pendidikan (BNSP) atau lembaga yang dibentuk berdasarkan dan amanah dari UU sistem pendidikan nasional dengan misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan. BSN menilai pelaksanaan Standarisasi Nasional pendidikan telah dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya sampai saat ini. Walaupun begitu, tetap menimbulkan pro dan kontra dalam kebijakan SNP, sala satu alas an kelompok pro adalah standarisasi berfungsi sebagai penuntun bagi guru di dalam mengadakan perubahan global, sedangkan orang yang kontra memaparkan bahwa standarisasi pendidikan banyak dipengaruhi oleh keputusan-keputusan bisnis dan politik.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arifi, Ahmad. 2010. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.

Nawawi, Hadari & Mimi Martini. 1994. Kebijakan Pendidikan di Indonesia: Ditinjau dari sudut hokum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Poerwadarminta. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai

Pustaka.

Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Surakhmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional Strategi dan Tragedi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Utra Umbara.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Kunandar. Antara Standar Nasional Pendidikan dengan ujian Nasional.

http://Ruangpikirmultiply.com/jurnal/item/45,

Badan Standar Nasional Pendidikan. http://www.BNSP.Indonesia.org,

Referensi

Dokumen terkait

Di sektor jasa, waktu pengurusan perizinan usaha menjadi lebih lama yaitu dari 9 sampai 18 hari kerja tahun 2010 menjadi 10 sampai 25 hari kerja tahun 2014..

Analisis terhadap parameter perairan fisika, kimia muara sungai Way Belau menunjukkan masih memiliki kondisi kualitas air yang memenuhi standar baku mutu untuk biota

Karena Obat Herbal De Nature di podo jodo spesialis kelamin insyaAllah bisa membantu menjadi perantara kesembuhan kemaluan yang keluar nanah atau gonore alias

1 Dari sumber lain disebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi subyek yang alamiah (natural setting)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak ada perbedaan signifikan antara perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa baik dari inovasi produk maupun inovasi

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen Kabupaten Soppeng yang mengacu pada analisis gender, data tersebut diantaranya data

(2) Penerapan SKKNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disusun dalam kemasan kualifikasi nasional, okupasi atau jabatan nasional, klaster kompetensi

hasil belajar sejarah adalah suatu penilaian akhir dari proses pembelajaran seiarah. Hasil belajar sejarah dapat ditinjau