• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Model model Cooperative Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Model model Cooperative Learning"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MODEL-MODEL

COOPERATIVE LEARNING

DALAM BELAJAR PAUD

Dosen Pembimbing: HERMANSYAH, M.Pd.

Disusun Oleh ATINA PITDUNYA PUTRI AYU ANDIRA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAYASAN NURUL ISLAM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul: Model-model Cooperative Learning dalam Belajar PAUD. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’at nya di dunia hingga yaumul akhir.

Semoga dengan tugas makalah ini dapat membuka wawasan tentang pendidikan anak usia dini. Segala kritik dan saran yang positif kami harapkan dari pembaca makalah ini.

Akhir kata terimakasih atas perhatiannya dan kami mohon maaf apabila terdapat salah kata selama dalam penulisan makalah .

Bungo, 13 Oktober 2017

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 1 C. Tujuan Penulisan... 2 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Cooperative Learning... 3 B. Tipe-tipe Model Cooperative Learning... 4 C. Prinsip, Prosedur dan Strategi Pembelajaran Kooperatif... 6 D. Signifikansi Cooperative Learning bagi Pendidikan Anak Usia Dini.. 7 E. Implikasi-implikasi Umum Cooperative Learning Terhadap Praktik

Pendidikan AUD

... ... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan... 10 B. Saran... 11 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan.

Pada pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada masih banyak menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah dalam menyampaikan materi. Sehingga dengan metode ini siswa hanya akan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang pasif.

Oleh karena itu, guru perlu mengetahui serta memahami suatu model pembelajaran lain yang sesuai digunakan pada kurikulum yang ada sekarang ini. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaran cooperative learning yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian model cooperative learning? 2. Apa saja tipe-tipe Model cooperative learning?

3. Bagaimana prinsip, prosedur dan strategi pembelajaran kooperatif?

4. Bagaimana signifikansi cooperative learning bagi pendidikan anak usia dini?

(5)

2

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian model cooperative learning. 2. Untuk mengetahui tipe-tipe Model cooperative learning.

3. Untuk mengetahui prinsip, prosedur dan strategi pembelajaran kooperatif. 4. Untuk mengetahui signifikansi cooperative learning bagi pendidikan anak

usia dini.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Cooperative Learning

Model cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun secara kelompok. Model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.

Model dapat di artikan sebagai contoh dalam bentuk kecil dari sesuatu yang akan dibuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa model adalah pola dari sesuatu yang akan dibuat atau contoh dari sesuatu yang akan dibuat, dan di artikan juga sebagai barang tiruan yang kecil dengan bentuk persis seperti aslinya.1 Dengan demikian, model berarti bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.2 Pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.3

Model pembelajaran ini memandang bahwa Keberhasilan belajar bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,

1 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Situbondo: Gitamedia Press, tt), hlm. 535

2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, Cet. ke-3, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 58

(7)

4

melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang struktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman anak didik akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.4

B. Tipe-tipe Model Cooperative Learning

Bentuk-bentuk model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) ini cukup banyak, di antaranya yakni sebagai berikut:

1. Model Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together atau disebut juga penomoran berpikir bersama merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruh pola interaksi siswa. Numbered Head Together (NHT) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Slavin, sebagaimana yang dikutip oleh Miftahul Huda, model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.5

2. Model Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)

CIRC adalah sebuah program komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Siswa bekerja dalam tim belajar kooperatif beranggota empat orang. Mereka terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu dengan yang lain, membuat prediksi tentang bagaimana cerita naratif akan muncul. Saling membuatkan ikhtisar satu dengan yang lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan berlatih pengerjaan serta

4 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning analisis model pembelajaran

IPS, cet.ke-4 ,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.4

5 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan

(8)

5

perbendaharaan kata. Mereka juga bekerjasama untuk memahami ide pokok dan keterampilan pemahaman yang lain. Dalam pelajaran ilmu-ilmu sastra, siswa terlibat menulis draf, saling merivisi dan mengedit pekerjaan satu dengan yang lain, dan mempersiapkan publikasi buku tim. Tiga penelitian tentang program CIRS telah menemukan pengaruh positif terhadap keterampilan membaca siswa, termasuk skor dalam tes bahasa dan membaca dalam buku.6

3. Model Belajar Bersama (Learning Together)

Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh David Johnshon dan Roger Johnshon dimana dalam model ini melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang heterogen yang menangani tugas tertentu. Kelompok-kelompok itu menyerahkan satu hasil kelompok dan menerima pujian dan ganjaran berdasarkan hasil kelompok tersebut. Pendekatan mereka menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerjasama tim sebelum siswa mulai bekerja sama dan melakukan diskusi terjadwal di dalam kelompok tentang seberapa jauh mereka berhasil bekerja sama.7

4. Model Think Pair and Share (TPS)

Model Think Pair 6and Share (TPS) atau berpikir berpasangan dan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa8. Strategi ini memperkenalkan gagasan

tentang waktu ‘tunggu atau berfikir’ (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan.9

6 Umi Mahmudah, Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa

Arab, (Malang: UIN Malang, 2008), hlm. 84-85 7Ibid., hlm. 86-87

8 Rinda Purwaningsih, Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair And Share (Tps) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2013/2014 (SKRIPSI), (Tulungagung: Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2014), hlm. 32-33

(9)

6

C. Prinsip, Prosedur dan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson, ada lima untuk dasar dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yaitu sebagai berikut:

5. Prinsip ketergantungan positif; yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergatung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

6. Tanggung jawab perseorangan; yaitu keberhasilan kelompok sangat tergatung dari masing-masing anggota kelompoknya.

7. Interaksi tatap muka; yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

8. Partisipasi dan komunikasi; yaitu melatih siswa untuk dapat berpatisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajar.

9. Evaluasi proses kelompok; yaitu mewujudkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.10

Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh prosedur pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:

1. Penjelasan materi; tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalahpemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran;

2. Belajar kelompok; tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuknya;

3. Penilaian; penilaian dalam pembelajaran kooperatif ini bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok.11

10 Rusman, Op.Cit., hlm. 212

(10)

7

Strategi belajar kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu:12

1. Adanya peserta didik dalam kelompok;

2. Adanya aturan main;

3. Adanya upaya belajar dalam kelompok;

4. Tatap muka;

5. Evaluasi proses kelompok.

D. Signifikansi Cooperative Learning bagi Pendidikan Anak Usia Dini

Pembelajaran kooperatif menjadi sarana efektif bagi guru untuk membentuk lingkungan yang kondusif bagi terciptanya interaksi antaranak dan memberikan dukungan serta latihan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan keterampilan sosio-emosional mereka di kehidupan nyata. Pembelajaran kooperatif dalam pendidikan anak-anak juga bermanfaat bagi perkembangan sikap-sikap positif mereka terhadap sekolah, pemmbelajaran dan teman-temannya, serta memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk mempelajari perilaku orang lain, mengembangkan keterampilan berbahasa dan memecahkan masalah.13

Menurut para teoritikus pendidikan seperti Piaget dan Vygotsky, keterampilan sosio-emosional anak-anak akan meningkat ketika mereka berintekrasi dengan teman-temannya. Hal ini diperkuat dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa teori konstruktivis sosial-nya Vygotsky pada hakikatnya menekankan pentingnya pendidikan dan kedekatan orang dewasa terhadap upaya pendewasaan karakter anak-anak.14

12Ibid., hlm. 176-177

13 Miftahul Huda, Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur dan Model

(11)

8

E. Implikasi-implikasi Umum Cooperative Learning Terhadap Praktik Pendidikan AUD

1. Ukuran Kelompok

Salah satu ciri pembelajaran kooperatif yang baik adalah jika siswa merasa tertantang untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama. Sebagian besar aktifitas kooperatif yang dideskripsikan dalam buku-buku melibatkan empat atau lebih siswa dalam satu kelompok. Akan tetapi, ukuran kelompok seperti ini tentu saja terlalu besar bagi anak-anak TK. Memang, satu kelompok yang terdiri dari empat atau lima anak tetap bisa efektif asalkan aktivitas kooperatif yang dilaksanakan bersifat terbuka dan tidak terlalu terstruktur, seperti bermain balok, bermain drama, atau melukis mural. Untuk permainan-permainan seperti ini, beberapa siswa bisa dilibatkan pada waktu yang bersamaan karena ada banyak hal yang bisa dilakukan, ada banyak cara yang bisa mereka terapkan, dan ada banyak tindakan yang bisa dipraktikikan satu siswa untuk menghalangi tindakan siswa yang lain.15

2. Kuantitas Dukungan Guru

Apapun aktifitas kooperatif yang dilaksanakan dan kepada siapapun aktivitas tersebut diterapkan, guru tetap perlu menjelaskan tujuan dan tugas pembelajaran sejelas mungkin kepada anak-anak, dan menunjukkan contoh konkret perilaku-perilaku yang dapat membantu mereka mencapai tujuan dan menyelesaikan tugas tersebut. karena anak-anak umumnya tidak terlalu memiliki kompetensi sosio-emosional yang dibutuhkan untuk bisa bekerja sama secara efektif, maka guru perlu menyusun aktifitas-aktivitas kooperatif secara hati-hati dan memberikan dukungan yang memadai bagi mereka yang merasa kesulitan berinteraksi dengan teman sekelasnya.16

Akan tetapi, meskipun aktivitas pembelajaran disusun secara hati-hati, beberapa anak pasti ada yang gagal bekerja sama dengan pasangannya. Untuk persoalan seperti ini, guru perlu memberikan instruksi

(12)

9

langsung kepada mereka tentang kompetensi-kompetensi dasar yang dibutuhkan. Dengan demikian, selain memberikan instruksi langsung tentang kompetensi-kompetensi dasar yang dibutuhkan untuk bekerja sama secara efektif, guru juga perlu memberikan dukungan dan instruksi secara personal kepada mereka yang sangat bermasalah dalam membangun relasi individual.17

3. Keterampilan Sosial

Pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk siswa SD, SMP, dan SMA umumnya fokus pada bagaimana mengajarkan peran-peran seperti ‘pemimpin’ dan ‘fasilitator’ atau perilaku-perilaku tertentu yang mendukung efektivitas kerja kelompok seperti ‘memberi pujian’. Sementara itu, meminta anak-anak TK memberi pujian kepada teman-temannya atau bertindak sebagai ‘pemimpin’ dalam kelompoknya lebih sering mengacaukan daripada memfasilitasi kerja sama mereka. Anak-anak bisa dikatakan bekerja menurut kompetensi sosio-emosional, misalnya ketika mereka tidak menangis saat sedang bingung, menyimak pembicaraan temannya, mengucapkan salam kepada temannya dengan cara yang santun, menjaga perilakunya tetap terkendali meskipun mereka tengah bersemangat, merangkai kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya kepada temannya, atau bahkan mengetahui apa yang sedang mereka rasakan.18

Agar kompetensi-kompetensi ini dapat terus meningkat, guru perlu: (1) menciptakan lingkungan yang menantang sekaligus menghibur dan (2) selalu siap, ketika dibutuhkan, untuk memfasilitasi interaksi anak-anak atau mengajarkan keterampilan sosial pada mereka.19

(13)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Cooperative Learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Bentuk-bentuk model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) ini cukup banyak, di antaranya yakni sebagai berikut:

1. Model Numbered Head Together (NHT)

2. Model Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC) 3. Model Belajar Bersama (Learning Together)

4. Model Think Pair and Share (TPS)

Terdapat 4 hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Adanya peserta didik dalam kelompok;

2. Adanya aturan main;

3. Adanya upaya belajar dalam kelompok;

4. Tatap muka;

5. Evaluasi proses kelompok.

(14)

11

Pembelajaran kooperatif menjadi sarana efektif bagi guru untuk membentuk lingkungan yang kondusif bagi terciptanya interaksi antaranak dan memberikan dukungan serta latihan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan keterampilan sosio-emosional mereka di kehidupan nyata.

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami uraikan tentang model-model

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Etin Solihatin dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning analisis model pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Miftahul Huda. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_________ (2014). Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rinda Purwaningsih. (2014). Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair And Share (Tps) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV MI Thoriqul Huda Kromasan Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2013/2014

(SKRIPSI). Tulungagung: Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tim Prima Pena. (tt). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Situbondo: Gitamedia Press.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pembelajaran kooperatif dilakukan dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan

mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam cooperative learning siswa sebagai anggota kelompok dapat saling

untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar Cooperative.. Learning yang akan

Slavin (1984) mengatakan bahwa kooperatif learning adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif

Kooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif

Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang efektif untuk melatih siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara

Slavin (2010) mengemukakan bahwa model cooperative learning merupakan pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif