HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI
GURU, PRESTASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR
TERHADAP MINAT SISWA SMA DALAM MEMILIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN DI
PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus SMA N 1 SlemanSKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh: Melania Desi Kurniawati
061334039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI
GURU, PRESTASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR
TERHADAP MINAT SISWA SMA DALAM MEMILIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN DI
PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus SMA N 1 Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh:
Melania Desi Kurniawati
061334039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan sebagai ucapan syukur dan
terimakasih kepada:
Tuhan Yesus “ yang selalu menyertai, memberikan jalan terang
dan menuntun tiap langkahku ”
Orangtuaku dan Keluargaku “ yang selalu memberikan dorongan
dan semangat “
Sahabat-sahabatku “ kalian yang menjadi motivasiku untuk
berjuang meraih cita-cita “
Almamaterku – Universitas Sanata Dharma - “ tempat aku
MOTTO
Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan. Tidak ada penghalang
keberhasilan bila sikap kita tepat, dan tidak ada yang bisa menolong bila sikap
kita salah.
-Mario Teguh-
Mengelih tidak bisa dijadikan strategi, setiap orang memiliki waktu yang terbatas
dan waktu yang kita habiskan untuk mengeluh tidak mungkin membantu dalam
mencapai tujuan serta membuat kita lebih bahagia.
-Randy Pausch-
Orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan yang dihadapi,
tetapi orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan yang ada.
Jangan menyesali kegagalan yang sudah terjadi karena Tuhan Yesus
merencanakan keberhasilan lain yang lebih baik bagi umat-Nya.
If you want something you never had, you must be willing to do something you
we never done.
ABSTRAK
HUBUNGAN
ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI GURU,
PRESTASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MINAT
SISWA SMA DALAM MELANJUTKAN STUDI KE FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DI PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus Di SMA N 1 Sleman
Melania Desi Kurniawati
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa
tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi, (2) hubungan prestasi belajar
dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Perguruan Tinggi, (3) hubungan lingkungan belajar dengan minat
siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA N 1 Sleman,
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Populasi adalah siswa-siswi SMA N 1 Sleman
yang berjumlah 720 siswa. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas XII SMA N 1
Sleman yang berjumlah 173 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai
November 2010. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode
purposive sampling
. Teknik analisis data penelitian menggunakan korelasi
product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif antara
persepsi siswa tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan
studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (
thitung=5,561 >
tabel
t
=1,960), (2) tidak ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan minat
siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi (
thitung=1,071 <
t
tabel=1,960), dan (3) ada hubungan yang positif
antara lingkungan belajar dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (
thitung=17,358 >
tabel
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’ PERCEPTION TOWARDS
TEACHERS’ PROFESSIONAL, LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING
ENVIRONMENT FACTOR AND THE INTEREST OF STUDENTS IN
CONTINUING STUDY TO THE FACULTY OF TEACHER TRAINING
COLLEGE IN HIGHER EDUCATION
A Case Study at One State Senior High School in Sleman
Melania Desi Kurniawati
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
This study aims to know: (1) the relationship between the perceptions of
students torwards teachers’ proffession and the interest of senior high school students
in continuing their studies to the faculty of teacher training college in higher
education; (2) the relationship between learning achievement and high school
students’ interest in continuing their studies to the faculty of teacher training college
in higher education; and (3) the relationship between learning environment and the
interest of high school students in continuing their studies to the faculty of teacher
training college in higher education.
It is a case study research at one state senior high school in Sleman,
Yogyakarta in 2010/2011 acedemic period. The population was 720 students of one
state senior high school in Sleman. The samples were 173 students. This research
was done from October to November 2010. Gathering samples of the research was
done by using purposive sampling method. Technique of data analysis was
product-moments correlation.
Result of the study indicates that: (1) there is positive, significant relationship
between students’ perceptions towards teaching profession and high school students’
interest in continuing their studies to the faculty of teacher training in higher
education (
t
count= 5,561 >
t
table= 1,960); (2) there is no relationship between learning
achievement and high school students’ interest in continuing their studies to the
faculty of teacher training collage in the education (
t
count= 1,071 <
t
table= 1,960 ), and;
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 4
C.
Batasan Masalah ... 4
D.
Rumusan Masalah ... 4
E.
Tujuan Penelitian ... 5
F.
manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritik ... 7
B.
Hasil Penelitian yang Relevan ... 31
C.
Kerangka Berfikir ... 32
D.
Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 37
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
D.
Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 38
E.
Populasi dan Sampel ...………...…... 42
F.
Teknik Pengumpulan Data ... 43
G.
Teknik Pengujian Instrumen ... 44
H.
Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A.
Identitas Sekolah ………. 52
B.
Sejarah SMA N 1 Sleman ……….…….……. 52
C.
Kondisi Sekolah SMA N 1 Sleman ... 55
D.
Sarana dan Prasarana ………..……….... 56
E.
Kemitraan ……….…….…. 56
F.
Program Kerja ……….…… 56
G.
Visi dan Misi SMA N 1 Sleman ... 57
H.
Organisasi Sekolah ... 59
I.
Sumber Daya Manusia ……….……….……. 67
J.
Siswa Satuan Pendidikan SMA N 1 Sleman ……….. 68
K.
Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA N 1 Sleman ... 68
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data ……….…….. 70
B.
Analisis Data ……….………….….….. 79
BAB VI PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 94
B.
Keterbatasan Penelitian ………...………. 95
C.
Saran ... 95
Daftar pustaka ... 97
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru ... 38
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Prestasi Belajar ... 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Lingkungan Belajar ……... 40
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Minat Memilih FKIP... 41
Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi
Guru... 45
Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar ... 45
Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Minat Melanjutkan Studi ke
FKIP….………..……….... 46
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas ………... 47
Tabel 4.1 Daftar Nama Kepala Sekolah ... 54
Tabel 5.1 Deskripsi Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru …………... 71
Tabel 5.2 Crosstabs Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru Dengan Minat Melanjutkan
Studi ke FKIP ……….…... 72
Tabel 5.3 Deskripsi Prestasi Belajar ………... 73
Tabel 5.4 Crosstabs Prestasi Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi ke FKIP …. 74
Tabel 5.5 Deskripsi Lingkungan Belajar ………..……….… 75
Tabel 5.6 Crosstabs Lingkungan Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi ke FKIP
……… 76
Tabel 5.8 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas ………..………. 79
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuesioner ... 99
Lampiran II Data Penelitian
A. Data Uji Validitas dan Reliabilitas... 131
B. Data Penelitian ... 134
Lampiran III Penilaian Acuan Patokan Tipe II
A. Variabel Penelitian Persepsi ... 160
B. Variabel Penelitaian Lingkungan Belajar ... 161
C. Variabel Penelitian Minat ………...……… 162
Lampiran IV Perhitungan SPSS ... 163
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Program pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan formal, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai
jenjang perguruan tinggi. Semakin majunya teknologi menuntut semakin
tingginya kualitas tenaga kerja dalam dunia kerja, dimana kualitas tenaga kerja
yang tinggi salah satunya diperoleh dengan pendidikan. Berdasarkan alasan
tersebut, saat ini sebagian orang tua berusaha untuk menyekolahkan anaknya
sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Banyaknya jumlah fakultas yang ditawarkan di perguruan tinggi
semakin membuat siswa SMA mengalami kebingungan dalam menentukan
fakultas yang tepat bagi dirinya. Dalam kondisi seperti ini anak SMA tetap
dituntut untuk mempertimbangkan pilihannya secara matang agar kelak tidak
mengalami penyesalan karena salah dalam memilih fakultas.
Sesuai dengan pendapat W.S. Winkel (1984: 81), apabila siswa hendak
mengambil keputusan mengenai sekolah lanjutan, mereka harus
mempertimbangkan dua hal, yaitu:
1. Kemampuan intelektual, bakat khusus, arah, minat, cita-cita hidup, dan
kemampuan finansial.
Selain pendapat di atas, berikut ini merupakan cara memilih fakultas di
perguruan tinggi agar siswa SMA tidak mengalami kesalahan dalam memilih
fakultas yaitu (suarapelajarindonesia.wordpress.com) :
1. Menyesuaikan cita-cita, minat dan bakat
Sesuaikan jurusan yang ingin diambil dengan minat dan bakat.
Mengembangkan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan
cita-cita pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.
2. Informasi yang sempurna
Mencari informasi yang banyak sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih fakultas. Semua informasi yang didapat dirangkum dan dijadikan
bahan untuk membantu memilih fakultas.
3. Lokasi dan biaya
Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilih fakultas tidak akan
menjadi masalah. Sebaliknya, bagi masyarakat golongan menengah ke
bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas jelas bahwa untuk memutuskan
pilihan melanjutkan pendidikan, terutama di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan hendaknya mempunyai pandangan tentang profesi guru apa lagi
citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi
(penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk
kerja para guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan
profesionalisasi dan spesialisasi (Samana, 1994:13).
Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen diharapkan mampu
meningkatkan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi pendidik/guru.
Pertimbangan profesionalitas guru mengindikasikan perlunya ditetapkan
Undang-Undang Guru yang memberikan perlindungan hukum, profesi, dan
keselamatan kerja. Undang-Undang Guru merupakan jaminan atas pekerjaan
dan jabatan guru sebagai suatu profesi yang hanya boleh diemban oleh
seorang yang memenuhi persyaratan kompetensi dan kualifikasi tertentu.
Berawal dari persepsi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan
siswa lebih termotivasi untuk menjadi seorang guru. Sikap positif siswa
terhadap profesi guru akan mempengaruhi minat siswa dalam memilih
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa memilih fakultas
keguruan di perguruan tinggi tidak hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal
dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi persepsi siswa
tentang profesi guru dan prestasi belajar, sedangkan faktor yang berasal dari
luar diri siswa adalah lingkungan belajar. Berdasarkan pada uraian di atas,
penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Hubungan antara
Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru, Prestasi Belajar dan Lingkungan Belajar
terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu
B. Indentifikasi Masalah
Dari uraian di atas peneliti dapat mengidentifikasi berbagai faktor yang
memiliki hubungan dengan minat siswa SMA dalam memilih Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Faktor-faktor yang
memiliki hubungan dengan minat siswa memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Perguruan Tinggi antara lain: persepsi siswa tentang profesi
guru, prestasi belajar, lingkungan belajar.
C. Batasan Masalah
Dari berbagai faktor yang diduga memiliki hubungan dengan minat
siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi seperti diuraikan dalam identifikasi masalah, yang akan
dikaji dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor persepsi siswa tentang
profesi guru, prestasi belajar dan lingkungan belajar.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang profesi guru terhadap
minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
di Perguruan Tinggi?
2. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar tehadap minat siswa SMA
dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan
3. Apakah ada hubungan antara lingkungan belajar tehadap minat siswa
SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang
profesi guru terhadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar terhadap
minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
di Perguruan Tinggi.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan belajar
tehadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Perguruan Tinggi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
beberapa pihak antara lain:
1. Bagi Sekolah (SMA)
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan pihak sekolah untuk
membantu siswa dalam mempertimbangkan pemilihan fakultas di
2. Bagi calon peneliti
Dapat menambah wawasan tentang minat siswa SMA memilih fakultas di
perguruan tinggi dan juga sebagai sarana menerapkan disiplin ilmu yang
telah diterima di kampus.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi universitas,
BAB II
A. Tinjauan Teoritik
1. Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru a.1 Pengertian Persepsi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan
sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan dapat
pula diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui pancainderanya.
Persepsi pada dasarnya adalah proses kognitif yang dialami
oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan suatu penafsiran
yang unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar
terhadap situasi (Thoha, 2005:141).
Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk
membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan
ciri-ciri fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk
(Winkel, 1986:161). Menurut Bimo Walgito (1994:53), persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu
merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu
mengadakan persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Adanya obyek yang dipersepsikan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat
indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung
mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai
reseptor.
b. Alat indera atau reseptor
Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus, dan ada pula
syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf otak sebagai pusat
kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan
syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu
diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah
pertama sebagai sesuatu persiapan dalam mengadakan persepsi.
Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi, maka untuk
mengadakan persepsi ada syarat yang bersifat fisik atau kealaman,
a.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi :
Menurut Bimo (1994:76), persepsi lebih bersifat psikologis
daripada merupakan proses penginderaan, maka ada beberapa faktor
yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
1. Perhatian yang selektif
Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang
tertentu, sehingga obyek-obyek atau gejala lain tidak akan tampil
ke muka sebagai obyek pengamat.
2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang besar di antara
yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang
intensitas rangsangnnya paling kuat.
3. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda
dibandingkan orang yang bukan seniman. Anak pada golongan
ekonomi rendah menganggap satu keping uang logam bernilai
besar dibanding dengan anak orang kaya.
4. Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.
membandingkan pengalaman masa lalu dengan kenyataan yang
dihadapi. Hal ini dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih
alternatif yang dipandang tepat dalam menentukan keputusan dan
sekaligus menentukan tindakan serta prilaku yang memungkinkan
untuk bertindak. Persepsi dapat digambarkan sebagai aktivitas
psikologis dalam bentuk interprestasi terhadap stimulus yang
berbentuk sebagai pengindraan sensorik, mengetahui, memikirkan
seleksi terhadap alternatif dan membuat pertimbangan.
Dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu (M.
Muhandar Solaeman, 1992:16):
1. Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan
dari luar intensitas dan jenisnya dapat banyak dan sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti penting bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai
yang dianut, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan sebagainya.
Dan interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang
untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang diterimanya
yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi
sederhana.
3. Interpretasi dan reaksi kemudian diterjemahkan dalam bentuk
Dari pendapat diatas dapat dikatakan, persepsi seseorang
akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor luar (stimulus) dan
faktor dalam(personal). Kedua faktor itu secara bersama-sama akan
menentukan persepsi seseorang terhadap obyek yang diamati.
Adapun yang disebut faktor dalam adalah hal-hal yang berasal dari
dalam diri seseorang antara lain cipta, rasa, karsa dan jenis kelamin.
Sedang faktor luar meliputi pengalaman, lingkungan dan
kepercayaan. (Depdikbud, 2003:26).
b. Profesi Guru
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1983 pasal
27 ayat 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud guru ialah tenaga
pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat
dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan
jenjang pendidikan menengah. Guru merupakan faktor penting dalam
terselenggaranya proses belajar mengajar di sekolah. Tanggung jawab
guru tidak hanya di sekolah saja, tetapi tanggung jawab guru meliputi
tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara.
Menurut Zanti Arbi, peran guru dalam pelajaran belum dapat
digantikan oleh mesin pengajar, alat perekam, komputer dan lain-lain
yang diciptakan manusia karena alat-alat tersebut tidak dapat
seperti siap, sistem nilai, perasaan, kebiasaan dan unsur-unsur lain
yang ingin dicapai. (Samana, 1994:129).
Tugas-tugas pokok guru (Chomaidi, 1982:54):
1. Tugas profesional, yaitu sehubungan dengan profesinya yang meliputi tugas mendidik, mengajar dan melatih.
2. Tugas manusiawi, tugasnya sebagai manusia dalam hal ini guru bertugas mewujudkan dirinya ialah merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Melakukannya auto identifikasi dan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya dalam keseluruhan kemanusiaan. Guru berfungsi sebagai orang tua kedua dari siswanya.
3. Tugas kemasyarakatan, yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan tugas warga negara. Dalam hal ini guru membimbing siswa agar menjadi warga negara yang baik, sesuai dengan Pancasila dan UUD 45 dan GBHN. Disini guru berfungsi sebagai pencipta masa depan dan pengarah kemajuan.
Sedang 10 kompetensi yang harus dimiliki guru (Walgito, 1994:120):
1. Menguasai bahan.
2. Mengelola proses belajar mengajar. 3. Penggunaan media atau sumber belajar. 4. Pengelolaan kelas
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
9. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah
10.Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran.
Profesi atau jabatan guru sebagai tenaga pengajar merupakan
tanggung jawab moral yang berat. Guru dituntut dapat memberikan
bekal kemampuan dasar kepada muridnya, sehingga mereka mampu
dan umat manusia sehingga memiliki bekal baik pengetahuan maupun
keterampilan (PP No. 28 1992).
Guru sebagai pendidik pada lembaga pendidikan formal
memiliki peranan yang besar, yaitu sebagai (Samana, 1994:6):
1. Alat dalam melestarikan nilai-nilai yang terpuji dalam masyarakat, nilai-nilai yang dikehendaki untuk dipertahankan.
2. Pengembangan nilai-nilai baru yang dianggap serasi oleh masyarakat dalam menghadapi tantangan perkembangan ilmu, teknologi dan modernisasi.
3. Pembentukan tenaga pembangunan yang ahli dan trampil serta dapat meningkatkan produktivitas kualitas dan efisiensi kerja, merupakan jembatan masa kini dan masa akan datang karena pendidikan adalah kegiatan yang bersifat futuristik.
4. Pembentukan pribadi-pribadi yang memiliki kepercayaan diri, disiplin dan tanggung jawab, serta mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada mampu melaksanakan hubungan manusiawi dan menjadi warga negara yang baik.
Sehubungan dengan empat fungsi diatas, guru sebagai orang
yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pengajaran
disekolah, perlu merasa bahwa dirinya selalu dituntut rasa tanggung
jawab akademis maupun tanggung jawab moral (Winkel, 1988 : 57).
Willi Toisota dalam prasarannya pada lokakarya Dasa Warsa
IKIP Yogyakarta seperti yang dikutip oleh Chomaidi mengemukakan
bahwa guru-guru di Indonesia dalam menjalankan tugas mengajarnya
akan berperan dalam tiga lingkungan, yaitu (Willi Toisota, 1982:7):
1. Lingkungan sekolah, peran yang diharapkan padanya adalah
mengajar, karena ia berhubungan dengan muridnya. Dan sebagai
administrator atau organisator pendidikan, karena ia berhubungan
2. Lingkungan masyarakat, peran yang diharapkannya adalah sebagai
inovator pendidikan tempat guru berhubungan dengan orang tua
murid, dan peran sebagai pimpinan pembangunan masyarakat
disekitarnya, tempat ia berhubungan dengan masyarakat pada
umumnya.
3. Lingkungan masyarakat dunia, peran yang diharapkan padanya
adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ketertiban dan
perdamaian, karena guru merupakan bagian penduduk dunia.
Selanjutnya Willi menjelaskan supaya guru dalam menjalankan
peran yang diharapkan dalam tiga lingkungan tersebut, kepadanya
perlu diberi kompetensi yang sesuai dengan tugasnya yang meliputi
(Chomaidi dkk, 1982:9):
1. Kompetensi mata pelajaran (subject matter competency).
2. Kompetensi kepemimpinan (leadership competency).
3. Kompetensi hubungan antar manusia (human relations
competency).
Jadi profesi guru merupakan profesi yang menuntut tanggung
jawab yang kompleks, baik terhadap tanggung jawab pendidikan,
moral maupun tanggung jawab sosial. Mengingat betapa berat peranan
guru, tugas guru dan persyaratannya untuk menjadi guru yang
profesional maka seorang guru dituntut mempunyai kompetensi dan
c. Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru
Pengertian persepsi siswa terhadap profesi guru adalah proses
pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan
profesi guru melalui panca indera siswa. Apakah persepsi tersebut
positif ataukah negatif. Dari persepsi inilah, maka menimbulkan reaksi
bagi siswa : pemahaman, tanggapan, penilaian, kesan siswa selama dia
belajar dalam lingkungan pendidikan.
Guru, bagi siswa merupakan faktor penentu kesuksesan dalam
proses belajar mengajar, fungsi guru sebagai pengajar atau pendidik
dalam setiap proses pengajaran di sekolah. Dengan kecakapan
keterampilan dari guru yang baik, tujuan pengajaran atau tujuan
instruksional akan tercapai. Kemampuan guru merupakan prasyarat
untuk keberhasilan suatu strategi mengajar. Kehadiran guru
memengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
tingkah laku siswa.
Di dalam kegiatan belajar mengajar yang menjadi subyek
berkepentigan adalah guru dan siwa. Untuk itu diperlukan adanya
hubungan resiprokal yaitu yang bersifat pengajaran. Dalam situasi
instruksional, para siswa tersebut menjalani tahapan kegiatan belajar
melalui interaksi dengan kegiatan mengajar yang dilakukan guru.
Iteraksi akan memberikan reaksi emosional pada guru sehingga
membentuk penilaian atau interpretasi oleh oang-orang yang saling
2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar
Sebelum membahas pengertian prestasi belajar terlebih dahulu
akan dibahas mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh para
ahli, karena antara belajar dan prestasi belajar mempunyai hubungan
yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pengertian belajar
menurut para ahli adalah seperti berikut ini :
Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selanjutnya Winkel (1996:53), belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat relatif konstant.
b. Prestasi Belajar
Winkel (1989:100), prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah
materi pelajaran tertentu. Prestasi merupakan kemampuan nyata
seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu
maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini
menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan
oleh seseorang. Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia
mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang
diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama
masa tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau
usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur
dengan alat atau tes tertentu.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Faktor dari dalam
Kondisi psikologi yaitu beberapa faktor psikologi yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah :
a) Kecerdasan
Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan yang
tinggi maka belajar yang dilakukannya akan semakin
mudah dan cepat. Sebaliknya bila individu itu mempunyai
kecerdasan yang rendah maka belajarnya akan lambat dan
b) Bakat
Setiap individu memiliki bakat yang berbeda. Bakat
merupakan kemampuan anak yang dibawa sejak lahir.
c) Minat
Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap
sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan
belajar siswa lebih mudah dan cepat.
d) Motivasi belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi prestasi. Setiap siswa memiliki motivasi
yang berbeda dalam belajar.
e) Emosi
Emosi merupakan kondisi psikologi individu untuk
melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah belajar. Kondisi
psikologi siswa yang mempengaruhi belajar antara lain:
perasaan senang, kemarahan, kecemasan, dll.
2) Faktor dari luar
a) Lingkungan alami, yaitu faktor yang mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar, misalnya :
(1) Keadaan udara, Apabila udara terlalu lembab atau
(2) Waktu belajar, misalnya pembagian waktu siswa untuk
belajar dalam satu hari diatur dengan baik dalam
pembagian waktu belajar dan bermain.
(3) Cuaca yang nyaman, bagi siswa membantu siswa untuk
lebih nyaman dalam belajar.
b) Lingkungan sosial
Kehadiran orang lain pada saat sedang belajar akan
menganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
(1) lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh
anggota keluarga
(2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu teman sebaya,
teman lain kelas, guru, kepala sekolah, serta karyawan
lainnya
(3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas
seluruh anggota masyarakat.
Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi yaitu :
1. faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri.
Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya.
2. faktor external, ialah faktor yang datang dari luar diri si anak.
sebagainya. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan
keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi.
3. Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga
Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai
dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan
Loeber (1984) seperti dikutip oleh Syah (1995:138) mengatakan
bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.
Menurut Roestiyah (1982:163), faktor-faktor yang datang dari
keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :
a. Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan
menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut
menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik
anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim,
menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga,
menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi
yang mendalam pada anak.
c. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin
kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi
guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang
mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan,
kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila
keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak,
sehingga mereka dapat belajar dengan senang.
e. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan
keluarga memberikan sumbangan yang penting dalam membangun
keluarga dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang
ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka
lingkungan keluarga yang baik akan berperan dalam segala sesuatu
yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.
b. Lingkungan Sekolah
Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang
membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal
pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar
maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.
Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam
kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang
mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak
perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (Winkel,
1989:ix).
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan
pentingnya pendidikan. Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja
melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.
Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah
yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.
Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang
a. Interaksi guru dan murid.
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga
siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif
dalam belajar.
b. Cara penyajian.
Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja.
Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja.
Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru,
yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar,
dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Hubungan antara murid.
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka
tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling
bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan
hubungan masing-masing individu tidak tampak.
d. Standar pelajaran di atas ukuran.
Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu
memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa
kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang
tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam
itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang
berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan
siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan
dapat tercapai.
e. Media pendidikan.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk
sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya
belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di
perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan
sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun
kualitetnya.
f. Kurikulum.
Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar
mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu
mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan
yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara
individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan
pedoman perencanaan yang demikian.
g. Keadaan gedung.
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung
dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam
h. Waktu sekolah.
Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan
penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah
siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk
sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi
terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di
mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin.
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung
jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi.
Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk
mengembangkan motivasi yang kuat.
j. Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini
perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan
efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu
untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau
terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian
siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup
istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k. Tugas rumah.
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan
untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu
banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah,
sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang
lain.
c. Lingkungan Masyarakat
Siswa hidup di masyarakat. Ini berarti siswa adalah bagian dari
warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dan
berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan
tersebut terjadi dengan teman sebaya, orang yang lebih tua maupun
orang yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu
bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi
perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk.
Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu
dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Keberadaan media massa dan televisi, serta banyak bacaan
berupa buku-buku, novel, majalah, koran, sehingga kurang dapat
dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik
belajar. Dengan demikian, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi
yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat
mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan
rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan hal ini
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.
Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.
Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan
pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan
yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab
sendiri seorang pelajar.
Syah (1995:44) mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok
masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan
ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti
sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang
subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Anak-anak di lingkungan
brutal memang tak mempunyai alas an untuk tidak menjadi brutal,
lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak
berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan
berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada
kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya. Sementara itu di
masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi
Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang
anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh
untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika
mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya
mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu, anak akan berusaha
belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila
teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat
mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar
ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.
4. Minat
a. Pengertian Minat
Menurut Winkel (1996:24), minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu
dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya
Slameto (1995:57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa
sayang. Kemudian Sardiman (1992:76), minat adalah suatu kondisi
yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
b. Faktor yang Menimbulkan Minat
Faktor yang menimbulkan minat menurut Crow and Crow (1982):
1) Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda. Dorongan ini
dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu
mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang
menantang.
2) Faktor motif sosial, yaitu minat dalam upaya mengembangkan diri
dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh
hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya
hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.
3) Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan
emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas
dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat
menghilangkan minat seseorang.
5. Perguruan Tinggi
Menurut (Taliziduhu, 1987:10), perguruan tinggi adalah pola
proses interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara
khusus sebagai bagian atau komponen sistem belajar mengajar secara
keseluruhan di dalam masyarakat. Sedangkan sesuai dengan
undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
a. Akademi
Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan yang lingkungannya bisa dikenal dengan pendidikan
professional.
b. Sekolah tinggi
Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang
pendidikan kejuruan yang hanya terdiri dari satu fakultas dan dapat
berdiri dari satu atau lebih jurusan.
c. Institut
Institut adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang
pendidikan kejuruan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi atau seni.
Institut dapat terdiri dari sejumlah fakultas dan dapat terdiri dari satu
atau lebih jurusan.
d. Universitas
Universitas adalah perguruan tinggi yang melaksanakan program
pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejuruan dalam berbagai
bidang pengetahuan, teknologi, dan seni yang terdiri dari banyak
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eko
Kuntoro dalam studi kasus siswa kelas XII SMA N 3 Bantul Yogyakarta
“Hubungan antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan prestasi belajar
terhadap minat siswa melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Perguruan Tinggi”, maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar, dan prestasi
belajar dengan minat siswa melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu peneliti dalam hal ini akan
mencoba menambah variabel lain yaitu persepsi siswa tentang profesi guru.
Dengan demikian, peneliti akan meneliti hubungan antara persepsi siswa
tentang profesi guru, prestasi belajar, dan lingkungan belajar dengan minat
siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
C. Kerangka Berfikir
1. Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Profesi Guru terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Persepsi seseorang akan tumbuh dan berkembang karena pengaruh
interaksi belajar. Melalui belajar seseorang akan membandingkan
pengalaman masa lalu dengan kenyataan yang dihadapi. Hal ini dapat
dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih alternatif yang dipandang
tepat dalam menentukan keputusan dan sekaligus menentukan tindakan
serta prilaku yang memungkinkan untuk bertindak.
Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor
luar (stimulus) dan faktor dalam (personal). Kedua faktor itu secara
bersama-sama akan menentukan persepsi seseorang terhadap obyek yang
diamati. Adapun yang disebut faktor dalam adalah hal-hal yang berasal
dari dalam diri seseorang antara lain cipta, rasa, karsa dan jenis kelamin.
Sedang faktor luar meliputi pengalaman, lingkungan dan kepercayaan.
(Depdikbud, 2003 : 26).
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa persepsi adalah
pendapat atau tanggapan terhadap stimulus yang didapat dengan melalui
proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang ada
dalam diri seseorang. Dengan demikian persepsi siswa tentang profesi
guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan
persepsi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan siswa lebih
termotivasi untuk menjadi seorang guru.
2. Hubungan Antara Prestasi Belajar terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi
belajar siswa tampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran
yang tercermin dalam rata-rata nilai rapornya. Tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa berhubungan dengan kepercayaan diri, harapan, dan
cita-citanya. Prestasi belajar yang tinggi akan menjadi daya dorong siswa
untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan siswa
memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjalani pendidikan di
perguruan tinggi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bukti bahwa
prestasi belajar memberikan sumbangan positif terhadap minat siswa
melanjutkan studi ke perguruan tinggi (Budiarti, 2001:82).
Perbedaan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat
mempengaruhi cara pandang siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Siswa
yang memiliki prestasi tinggi cenderung mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang lebih baik dari pada siswa yang berprestasi belajar
rendah. Siswa yang berprestasi belajar tinggi cenderung memiliki gairah
yang tinggi dalam belajar, sehingga siswa tersebut lebih berani untuk
Eko (2004:85), dalam penelitiannya, menyatakan bahwa ada
hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan minat
memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi.
Dengan prestasi belajar yang tinggi siswa semakin percaya diri bisa
menempuh studi dengan baik. Dengan demikian prestasi belajar yang
tinggi dapat menumbuhkan minat siswa untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi.
3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang
melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi
pengaruh pada perkembangan siswa (Winkel, 2004:108). Lingkungan
belajar ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat, dimana ketiga lingkungan ini pengaruhnya sangat
kuat terhadap prestasi belajar siswa.
Petterson dan Loeber (1984) seperti dikutip oleh Syah (1995:138)
mengatakan bahwa lingkungan sosial yang dominan mempengaruhi
kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Lingkungan
keluarga yang baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di
rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik. Hal
yang memiliki pandangan yang positif terhadap fakultas keguruan, maka
juga akan mendorong minat siswa untuk memilih fakultas keguruan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya terdiri dari
gedung saja, melainkan sarana dan prasarana lain yang menunjang
pendidikan. Lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang
memadai akan mendukung siswa belajar secara optimal, sehingga dapat
mencapai prestasi belajar (Ewaldina, 2000:19). Penjelasan ini menjadi
dasar bagi penulis untuk menduga bahwa lingkungan sekolah yang
menyediakan informasi mengenai fakultas keguruan, maka akan
menimbulkan minat siswa memilih fakultas keguruan.
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa menjalin
hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Dalam
menjalin hubungan dengan anggota masyarakat tersebut perlu dijaga agar
tidak mendapatkan teman bergaul yang kurang baik. Jika tidak berhati-hati
dalam bergaul, anak dapat melupakan tugasnya sebagai pelajar. Ini akan
berdampak pada prestasi belajar yang rendah. Sebaliknya, bagi siswa yang
tinggal di lingkungan masyarakat yang anak-anaknya baik dan rajin dapat
memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah
(1997:137), bahwa kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal anak akan
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Terkait dengan minat dalam
memilih fakultas keguruan penulis menduga bahwa lingkungan
masyarakat yang memiliki pandangan yang positif terhadap profesi guru,
Dengan pengaruh positif yang kuat dari lingkungan belajar akan
berpengaruh baik terhadap prestasi siswa. Keadaan lingkungan belajar
siswa yang sebagian besar masyarakatnya berpendidikan akan
mempengaruhi dan memotivasi siswa untuk selalu menempuh jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Anggota masyarakat yang berpendidikan
pasti juga akan memberikan bimbingan dan dorongan bagi anggota
masyarakat lain termotivasi untuk selalu berkembang dalam pendidikan.
Dengan adanya dukungan lingkungan belajar yang mendukung akan
mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi..
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang profesi guru terhadap
minat siswa SMA memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi.
2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar tehadap minat siswa SMA
memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
3. Ada hubungan positif antara lingkungan belajar tehadap minat siswa SMA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan berupa studi kasus, yaitu
penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka
kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti.
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sleman. Sehingga kesimpulan dari
penelitian ini hanya berlaku di sekolah tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA N 1 Sleman Yogyakarta yang
terletak di Jalan Magelang KM.14 Medari, Sleman.
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian adalah siswa dan siswi kelas XII IPS di SMA N 1
Sleman.
2. Objek Penelitian adalah persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi
belajar, lingkungan belajar , minat siswa SMA melanjutkan studi ke
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel penelitian
Variabel Penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3
variabel bebas (Independen Variable), yang meliputi persepsi siswa
tentang profesi guru (X 1), prestasi belajar (X 2), lingkungan belajar
(X 3). Variabel terikat (Dependent Variable) adalah minat siswa SMA
memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
2. Pengukuran Variabel bebas (Independent Variable)
a. Persepsi siswa tentang profesi guru
Pengukuran variabel persepsi siswa tentang profesi guru
menggunakan 5 kategori penilaian yaitu:
1) Sangat Setuju (SS)
Kisi-kisi Kuesioner Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru
Dimensi Indikator
Pernyataan positif (no item dalam
kuisioner)
Pernyataan negatif (no item dalam kuisioner) Tugas
Guru
1. Tugas profesional 2. Tugas manusiawi 3. Tugas kemasyarakatan
1,2 3,4 5,6,7,8,9
Peranan Guru
1. Guru sebagai pengajar 2. Guru sebagai pendidik
b. Prestasi Belajar
Pengukuran mengenai prestasi belajar dengan menggunakan
nilai raport kelas XII IPA dan IPS semester genap tahun ajaran
2009-2010. Prestasi belajar siswa dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu
tinggi dan rendah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.
2) Skor yang dicapai responden selanjutnya digolongkan dalam
kategori tinggi dan rendah berdasarkan acuan kurve normal dan
diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pengukuran Variabel Prestasi Belajar
Kategori Syarat pengukuran
Tinggi Lebih dari mean
Rendah Kurang /sama dengan mean
Mean dicari dengan rumus sebagai berikut (Hadi, 1998:41):
Mean =
Keterangan:
c. Lingkungan Belajar
Pengukuran variabel lingkungan belajar dengan menggunakan 5
kategori penilaian yaitu:
1) Sangat Setuju (SS)
2) Setuju (S)
3) Ragu-Ragu (RR)
4) Tidak Setuju (TS)
5) Sangat Tidak Setuju (STS)
Tabel. 3.3
Kisi-kisi Kuesioner Variabel Lingkungan Belajar
Dimensi Indikator
1. Dukungan keluarga untuk memilih fakultas keguruan.
2. Latar belakang keluarga yang mendorong memilih fakultas keguruan.
1, 2
3,4
Lingkungan Sekolah
1. Interaksi guru dan murid yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.
2. Hubungan antar murid yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.
3. Fasilitas pendidikan yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.
4. Kondisi guru yang mendorong untuk masuk fakultas keguruan.
5
1. Hubungan dengan masyarakat yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.
2. Kegiatan di masyarakat yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.
9,10
d. Minat Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi
Pengukuran variabel Minat Memilih Fakultas Keguruan di
Perguruan Tinggi dengan menggunakan 5 kategori penilaian yaitu:
1) Sangat Setuju (SS)
2) Setuju (S)
3) Ragu-Ragu (RR)
4) Tidak Setuju (TS)
5) Sangat Tidak Setuju (STS)
Tabel. 3.4
Kisi-kisi Kuesioner Variabel Minat Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi Tertarik 1. Ketertarikan untuk memilih fakultas
keguruan.
2. Ketertarikan untuk memilih karier menjadi guru.
3. Ketertarikan untuk membaca buku tentang fakultas keguruan.
4. Ketertarikan untuk membaca artikel mengenai fakultas keguruan.
5. Ketertarikan memilih fakultas keguruan karena dorongan sekitar.
1
2
4
5
3
Memperhatikan 1. Perhatian terhadap fakultas keguruan. 2. Mencari informasi tentang fakultas
keguruan.
3. perhatian terhadap dorongan dari teman
4. Perhatian terhadap dorongan dari guru.
Senang 1. Menyenangi sesuatu yang dipilih. 2. Perasaan senang yang berasal dari
keluarga.
3. Perasaan senang karena peluang kerja yang lebih besar.
13 14
15
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut sekaran (Zulganef, 2008:133) pengertian populasi
sebagai keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal-hal yang
menarik bagi peneliti untuk ditelaah. Menurut Sudjana (2002:6),
populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung maupun pengukuran, kuantitafif maupun kualitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan
jelas.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek
dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 150). Mengacu dari ketiga pengertian
tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA N
1 SLEMAN.
2. Sampel
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi
yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan
menyebutkan, sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi
dengan menggunakan cara-cara tertentu. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling, penelitian yang dilakukan
dengan pertimbangan tertentu.
Sampel yang akan diteliti seluruh siswa kelas XII IPA dan IPS
di SMA N 1 SLEMAN atau sejumlah 173 responden. Alasan
penggunaan sampel seluruh siswa kelas XII adalah karena mereka
pada waktunya akan melaksanakan pemilihan fakultas di perguruan
tinggi. Dengan demikian, kondisi ini sangat relevan dengan topik
penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk menjawabnya (Sugiono, 2007:199).
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Muhadi,
G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi,
2006:168).
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson
dengan taraf signifikansi 5% (Sugiono, 2007:248).
r =
(
) (
)
r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Y = skor total item
X = skor item
n = jumlah responden
Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi
dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran menunjukkan r
hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r
hitung < r tabel item tersebut dinyatakan tidak valid.
Berikut ini merupakan rangkuman dari hasil uji validitas
dan lingkungan terhadap minat siswa SMA memilih fakultas keguruan
dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi yang dilakukan sebelum
penelitian.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas item Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas item Variabel Lingkungan Belajar
No. Butir soal
r
hitungr
tabel Keteranganbutir1 0.708 0, 361 Valid
No item soal
r
hitungr
tabel Keteranganbutir10 0.486 0, 361 Valid
butir11 0.483 0, 361 Valid
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas item Variabel Minat Siswa
No. Butir soal
r
hitungr
tabel Keteranganbutir1 0.871 0, 361 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan adalah
valid. Pengambilan kesimpulan ini dengan membandingkan antara
rhitung dengan rtabel. Jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan α =
5% diperoleh rtabel sebesar 0,361. Berdasarkan hasil perhitungan rhitung
lebih besar daripada rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
item pertanyaan mengenai persepsi siswa tentang profesi guru,
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Instumen yang reliabel adalah instumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan
data yang sama (Sugiono, 2007:172). Pengujian reliabilitas instrumen
dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach dengan taraf
signifikansi 5%. rumus :
11
k = banyak butir pertanyaan
2
Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai koefisien
Alpha Cronbach > 0,6 (Nunally dalam Imam Ghozali, 2007:42).
Sebaliknya, jika koefisien Alpha Cronbach < 0,6 maka penelitian
dikatakan belum reliabel.
Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
r
hitung Kriteria
Reliabilitas
Status
Persepsi Siswa tentang Profesi Guru
0,803 0, 6 Reliabel