• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar dan lingkungan belajar terhadap minat siswa SMA dalam memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi : studi kasus SMA N 1 Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi belajar dan lingkungan belajar terhadap minat siswa SMA dalam memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi : studi kasus SMA N 1 Sleman - USD Repository"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI

GURU, PRESTASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR

TERHADAP MINAT SISWA SMA DALAM MEMILIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN DI

PERGURUAN TINGGI

Studi Kasus SMA N 1 Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh: Melania Desi Kurniawati

061334039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI

GURU, PRESTASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR

TERHADAP MINAT SISWA SMA DALAM MEMILIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN DI

PERGURUAN TINGGI

Studi Kasus SMA N 1 Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh:

Melania Desi Kurniawati

061334039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan sebagai ucapan syukur dan

terimakasih kepada:

Tuhan Yesus “ yang selalu menyertai, memberikan jalan terang

dan menuntun tiap langkahku ”

Orangtuaku dan Keluargaku “ yang selalu memberikan dorongan

dan semangat “

Sahabat-sahabatku “ kalian yang menjadi motivasiku untuk

berjuang meraih cita-cita “

Almamaterku – Universitas Sanata Dharma - “ tempat aku

(6)

MOTTO

Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan. Tidak ada penghalang

keberhasilan bila sikap kita tepat, dan tidak ada yang bisa menolong bila sikap

kita salah.

-Mario Teguh-

Mengelih tidak bisa dijadikan strategi, setiap orang memiliki waktu yang terbatas

dan waktu yang kita habiskan untuk mengeluh tidak mungkin membantu dalam

mencapai tujuan serta membuat kita lebih bahagia.

-Randy Pausch-

Orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan yang dihadapi,

tetapi orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan yang ada.

Jangan menyesali kegagalan yang sudah terjadi karena Tuhan Yesus

merencanakan keberhasilan lain yang lebih baik bagi umat-Nya.

If you want something you never had, you must be willing to do something you

we never done.

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

HUBUNGAN

ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESI GURU,

PRESTASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MINAT

SISWA SMA DALAM MELANJUTKAN STUDI KE FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

DI PERGURUAN TINGGI

Studi Kasus Di SMA N 1 Sleman

Melania Desi Kurniawati

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan persepsi siswa

tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi, (2) hubungan prestasi belajar

dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Perguruan Tinggi, (3) hubungan lingkungan belajar dengan minat

siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Perguruan Tinggi.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA N 1 Sleman,

Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Populasi adalah siswa-siswi SMA N 1 Sleman

yang berjumlah 720 siswa. Sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas XII SMA N 1

Sleman yang berjumlah 173 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai

November 2010. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode

purposive sampling

. Teknik analisis data penelitian menggunakan korelasi

product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif antara

persepsi siswa tentang profesi guru dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan

studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (

thitung

=5,561 >

tabel

t

=1,960), (2) tidak ada hubungan positif antara prestasi belajar dengan minat

siswa SMA dalam melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Perguruan Tinggi (

thitung

=1,071 <

t

tabel

=1,960), dan (3) ada hubungan yang positif

antara lingkungan belajar dengan minat siswa SMA dalam melanjutkan studi ke

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi (

thitung

=17,358 >

tabel

(10)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’ PERCEPTION TOWARDS

TEACHERS’ PROFESSIONAL, LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING

ENVIRONMENT FACTOR AND THE INTEREST OF STUDENTS IN

CONTINUING STUDY TO THE FACULTY OF TEACHER TRAINING

COLLEGE IN HIGHER EDUCATION

A Case Study at One State Senior High School in Sleman

Melania Desi Kurniawati

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2011

This study aims to know: (1) the relationship between the perceptions of

students torwards teachers’ proffession and the interest of senior high school students

in continuing their studies to the faculty of teacher training college in higher

education; (2) the relationship between learning achievement and high school

students’ interest in continuing their studies to the faculty of teacher training college

in higher education; and (3) the relationship between learning environment and the

interest of high school students in continuing their studies to the faculty of teacher

training college in higher education.

It is a case study research at one state senior high school in Sleman,

Yogyakarta in 2010/2011 acedemic period. The population was 720 students of one

state senior high school in Sleman. The samples were 173 students. This research

was done from October to November 2010. Gathering samples of the research was

done by using purposive sampling method. Technique of data analysis was

product-moments correlation.

Result of the study indicates that: (1) there is positive, significant relationship

between students’ perceptions towards teaching profession and high school students’

interest in continuing their studies to the faculty of teacher training in higher

education (

t

count

= 5,561 >

t

table

= 1,960); (2) there is no relationship between learning

achievement and high school students’ interest in continuing their studies to the

faculty of teacher training collage in the education (

t

count

= 1,071 <

t

table

= 1,960 ), and;

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Identifikasi Masalah ... 4

C.

Batasan Masalah ... 4

D.

Rumusan Masalah ... 4

E.

Tujuan Penelitian ... 5

F.

manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Tinjauan Teoritik ... 7

B.

Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

C.

Kerangka Berfikir ... 32

D.

Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 37

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

(17)

D.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 38

E.

Populasi dan Sampel ...………...…... 42

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 43

G.

Teknik Pengujian Instrumen ... 44

H.

Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A.

Identitas Sekolah ………. 52

B.

Sejarah SMA N 1 Sleman ……….…….……. 52

C.

Kondisi Sekolah SMA N 1 Sleman ... 55

D.

Sarana dan Prasarana ………..……….... 56

E.

Kemitraan ……….…….…. 56

F.

Program Kerja ……….…… 56

G.

Visi dan Misi SMA N 1 Sleman ... 57

H.

Organisasi Sekolah ... 59

I.

Sumber Daya Manusia ……….……….……. 67

J.

Siswa Satuan Pendidikan SMA N 1 Sleman ……….. 68

K.

Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA N 1 Sleman ... 68

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data ……….…….. 70

B.

Analisis Data ……….………….….….. 79

(18)

BAB VI PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 94

B.

Keterbatasan Penelitian ………...………. 95

C.

Saran ... 95

Daftar pustaka ... 97

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru ... 38

Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Prestasi Belajar ... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Lingkungan Belajar ……... 40

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuisioner Variabel Minat Memilih FKIP... 41

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi

Guru... 45

Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar ... 45

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Minat Melanjutkan Studi ke

FKIP….………..……….... 46

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas ………... 47

Tabel 4.1 Daftar Nama Kepala Sekolah ... 54

Tabel 5.1 Deskripsi Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru …………... 71

Tabel 5.2 Crosstabs Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru Dengan Minat Melanjutkan

Studi ke FKIP ……….…... 72

Tabel 5.3 Deskripsi Prestasi Belajar ………... 73

Tabel 5.4 Crosstabs Prestasi Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi ke FKIP …. 74

Tabel 5.5 Deskripsi Lingkungan Belajar ………..……….… 75

Tabel 5.6 Crosstabs Lingkungan Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi ke FKIP

……… 76

(20)

Tabel 5.8 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas ………..………. 79

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner ... 99

Lampiran II Data Penelitian

A. Data Uji Validitas dan Reliabilitas... 131

B. Data Penelitian ... 134

Lampiran III Penilaian Acuan Patokan Tipe II

A. Variabel Penelitian Persepsi ... 160

B. Variabel Penelitaian Lingkungan Belajar ... 161

C. Variabel Penelitian Minat ………...……… 162

Lampiran IV Perhitungan SPSS ... 163

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Program pendidikan yang

dimaksud adalah pendidikan formal, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai

jenjang perguruan tinggi. Semakin majunya teknologi menuntut semakin

tingginya kualitas tenaga kerja dalam dunia kerja, dimana kualitas tenaga kerja

yang tinggi salah satunya diperoleh dengan pendidikan. Berdasarkan alasan

tersebut, saat ini sebagian orang tua berusaha untuk menyekolahkan anaknya

sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Banyaknya jumlah fakultas yang ditawarkan di perguruan tinggi

semakin membuat siswa SMA mengalami kebingungan dalam menentukan

fakultas yang tepat bagi dirinya. Dalam kondisi seperti ini anak SMA tetap

dituntut untuk mempertimbangkan pilihannya secara matang agar kelak tidak

mengalami penyesalan karena salah dalam memilih fakultas.

Sesuai dengan pendapat W.S. Winkel (1984: 81), apabila siswa hendak

mengambil keputusan mengenai sekolah lanjutan, mereka harus

mempertimbangkan dua hal, yaitu:

1. Kemampuan intelektual, bakat khusus, arah, minat, cita-cita hidup, dan

kemampuan finansial.

(23)

Selain pendapat di atas, berikut ini merupakan cara memilih fakultas di

perguruan tinggi agar siswa SMA tidak mengalami kesalahan dalam memilih

fakultas yaitu (suarapelajarindonesia.wordpress.com) :

1. Menyesuaikan cita-cita, minat dan bakat

Sesuaikan jurusan yang ingin diambil dengan minat dan bakat.

Mengembangkan bakat yang sudah ada disertai dengan rasa suka dan

cita-cita pada suatu jurusan studi akan menjadi pilihan yang tepat.

2. Informasi yang sempurna

Mencari informasi yang banyak sebagai bahan pertimbangan untuk

memilih fakultas. Semua informasi yang didapat dirangkum dan dijadikan

bahan untuk membantu memilih fakultas.

3. Lokasi dan biaya

Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilih fakultas tidak akan

menjadi masalah. Sebaliknya, bagi masyarakat golongan menengah ke

bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas jelas bahwa untuk memutuskan

pilihan melanjutkan pendidikan, terutama di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan hendaknya mempunyai pandangan tentang profesi guru apa lagi

citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah-ubah dari waktu ke

waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi

(penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk

kerja para guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan

(24)

profesionalisasi dan spesialisasi (Samana, 1994:13).

Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen diharapkan mampu

meningkatkan minat mahasiswa untuk bekerja menjadi pendidik/guru.

Pertimbangan profesionalitas guru mengindikasikan perlunya ditetapkan

Undang-Undang Guru yang memberikan perlindungan hukum, profesi, dan

keselamatan kerja. Undang-Undang Guru merupakan jaminan atas pekerjaan

dan jabatan guru sebagai suatu profesi yang hanya boleh diemban oleh

seorang yang memenuhi persyaratan kompetensi dan kualifikasi tertentu.

Berawal dari persepsi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan

siswa lebih termotivasi untuk menjadi seorang guru. Sikap positif siswa

terhadap profesi guru akan mempengaruhi minat siswa dalam memilih

fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa memilih fakultas

keguruan di perguruan tinggi tidak hanya berasal dari siswa tetapi juga berasal

dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi persepsi siswa

tentang profesi guru dan prestasi belajar, sedangkan faktor yang berasal dari

luar diri siswa adalah lingkungan belajar. Berdasarkan pada uraian di atas,

penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Hubungan antara

Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru, Prestasi Belajar dan Lingkungan Belajar

terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu

(25)

B. Indentifikasi Masalah

Dari uraian di atas peneliti dapat mengidentifikasi berbagai faktor yang

memiliki hubungan dengan minat siswa SMA dalam memilih Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Faktor-faktor yang

memiliki hubungan dengan minat siswa memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Perguruan Tinggi antara lain: persepsi siswa tentang profesi

guru, prestasi belajar, lingkungan belajar.

C. Batasan Masalah

Dari berbagai faktor yang diduga memiliki hubungan dengan minat

siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Perguruan Tinggi seperti diuraikan dalam identifikasi masalah, yang akan

dikaji dalam penelitian ini dibatasi hanya pada faktor persepsi siswa tentang

profesi guru, prestasi belajar dan lingkungan belajar.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang profesi guru terhadap

minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

di Perguruan Tinggi?

2. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar tehadap minat siswa SMA

dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan

(26)

3. Apakah ada hubungan antara lingkungan belajar tehadap minat siswa

SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Perguruan Tinggi?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang

profesi guru terhadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar terhadap

minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

di Perguruan Tinggi.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan belajar

tehadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Perguruan Tinggi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

beberapa pihak antara lain:

1. Bagi Sekolah (SMA)

Penelitian ini diharapkan mampu digunakan pihak sekolah untuk

membantu siswa dalam mempertimbangkan pemilihan fakultas di

(27)

2. Bagi calon peneliti

Dapat menambah wawasan tentang minat siswa SMA memilih fakultas di

perguruan tinggi dan juga sebagai sarana menerapkan disiplin ilmu yang

telah diterima di kampus.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi universitas,

(28)

BAB II

A. Tinjauan Teoritik

1. Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru a.1 Pengertian Persepsi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, persepsi diartikan

sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan dapat

pula diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui pancainderanya.

Persepsi pada dasarnya adalah proses kognitif yang dialami

oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang

lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan, dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan suatu penafsiran

yang unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar

terhadap situasi (Thoha, 2005:141).

Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk

membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan

ciri-ciri fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk

(Winkel, 1986:161). Menurut Bimo Walgito (1994:53), persepsi

merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu

merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu

(29)

mengadakan persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi, yaitu:

a. Adanya obyek yang dipersepsikan

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat

indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung

mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai

reseptor.

b. Alat indera atau reseptor

Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus, dan ada pula

syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang

diterima reseptor ke pusat susunan syaraf otak sebagai pusat

kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan

syaraf motoris.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu

diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah

pertama sebagai sesuatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi, maka untuk

mengadakan persepsi ada syarat yang bersifat fisik atau kealaman,

(30)

a.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi :

Menurut Bimo (1994:76), persepsi lebih bersifat psikologis

daripada merupakan proses penginderaan, maka ada beberapa faktor

yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

1. Perhatian yang selektif

Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang

tertentu, sehingga obyek-obyek atau gejala lain tidak akan tampil

ke muka sebagai obyek pengamat.

2. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih

menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang besar di antara

yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang

intensitas rangsangnnya paling kuat.

3. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda

dibandingkan orang yang bukan seniman. Anak pada golongan

ekonomi rendah menganggap satu keping uang logam bernilai

besar dibanding dengan anak orang kaya.

4. Pengalaman terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi

bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.

(31)

membandingkan pengalaman masa lalu dengan kenyataan yang

dihadapi. Hal ini dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih

alternatif yang dipandang tepat dalam menentukan keputusan dan

sekaligus menentukan tindakan serta prilaku yang memungkinkan

untuk bertindak. Persepsi dapat digambarkan sebagai aktivitas

psikologis dalam bentuk interprestasi terhadap stimulus yang

berbentuk sebagai pengindraan sensorik, mengetahui, memikirkan

seleksi terhadap alternatif dan membuat pertimbangan.

Dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu (M.

Muhandar Solaeman, 1992:16):

1. Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan

dari luar intensitas dan jenisnya dapat banyak dan sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti penting bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi

oleh banyak faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai

yang dianut, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan sebagainya.

Dan interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang

untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang diterimanya

yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi

sederhana.

3. Interpretasi dan reaksi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

(32)

Dari pendapat diatas dapat dikatakan, persepsi seseorang

akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor luar (stimulus) dan

faktor dalam(personal). Kedua faktor itu secara bersama-sama akan

menentukan persepsi seseorang terhadap obyek yang diamati.

Adapun yang disebut faktor dalam adalah hal-hal yang berasal dari

dalam diri seseorang antara lain cipta, rasa, karsa dan jenis kelamin.

Sedang faktor luar meliputi pengalaman, lingkungan dan

kepercayaan. (Depdikbud, 2003:26).

b. Profesi Guru

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1983 pasal

27 ayat 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud guru ialah tenaga

pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat

dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan

jenjang pendidikan menengah. Guru merupakan faktor penting dalam

terselenggaranya proses belajar mengajar di sekolah. Tanggung jawab

guru tidak hanya di sekolah saja, tetapi tanggung jawab guru meliputi

tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara.

Menurut Zanti Arbi, peran guru dalam pelajaran belum dapat

digantikan oleh mesin pengajar, alat perekam, komputer dan lain-lain

yang diciptakan manusia karena alat-alat tersebut tidak dapat

(33)

seperti siap, sistem nilai, perasaan, kebiasaan dan unsur-unsur lain

yang ingin dicapai. (Samana, 1994:129).

Tugas-tugas pokok guru (Chomaidi, 1982:54):

1. Tugas profesional, yaitu sehubungan dengan profesinya yang meliputi tugas mendidik, mengajar dan melatih.

2. Tugas manusiawi, tugasnya sebagai manusia dalam hal ini guru bertugas mewujudkan dirinya ialah merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya. Melakukannya auto identifikasi dan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya dalam keseluruhan kemanusiaan. Guru berfungsi sebagai orang tua kedua dari siswanya.

3. Tugas kemasyarakatan, yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan tugas warga negara. Dalam hal ini guru membimbing siswa agar menjadi warga negara yang baik, sesuai dengan Pancasila dan UUD 45 dan GBHN. Disini guru berfungsi sebagai pencipta masa depan dan pengarah kemajuan.

Sedang 10 kompetensi yang harus dimiliki guru (Walgito, 1994:120):

1. Menguasai bahan.

2. Mengelola proses belajar mengajar. 3. Penggunaan media atau sumber belajar. 4. Pengelolaan kelas

5. Menguasai landasan-landasan kependidikan. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar.

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.

9. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah

10.Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengajaran.

Profesi atau jabatan guru sebagai tenaga pengajar merupakan

tanggung jawab moral yang berat. Guru dituntut dapat memberikan

bekal kemampuan dasar kepada muridnya, sehingga mereka mampu

(34)

dan umat manusia sehingga memiliki bekal baik pengetahuan maupun

keterampilan (PP No. 28 1992).

Guru sebagai pendidik pada lembaga pendidikan formal

memiliki peranan yang besar, yaitu sebagai (Samana, 1994:6):

1. Alat dalam melestarikan nilai-nilai yang terpuji dalam masyarakat, nilai-nilai yang dikehendaki untuk dipertahankan.

2. Pengembangan nilai-nilai baru yang dianggap serasi oleh masyarakat dalam menghadapi tantangan perkembangan ilmu, teknologi dan modernisasi.

3. Pembentukan tenaga pembangunan yang ahli dan trampil serta dapat meningkatkan produktivitas kualitas dan efisiensi kerja, merupakan jembatan masa kini dan masa akan datang karena pendidikan adalah kegiatan yang bersifat futuristik.

4. Pembentukan pribadi-pribadi yang memiliki kepercayaan diri, disiplin dan tanggung jawab, serta mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada mampu melaksanakan hubungan manusiawi dan menjadi warga negara yang baik.

Sehubungan dengan empat fungsi diatas, guru sebagai orang

yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pengajaran

disekolah, perlu merasa bahwa dirinya selalu dituntut rasa tanggung

jawab akademis maupun tanggung jawab moral (Winkel, 1988 : 57).

Willi Toisota dalam prasarannya pada lokakarya Dasa Warsa

IKIP Yogyakarta seperti yang dikutip oleh Chomaidi mengemukakan

bahwa guru-guru di Indonesia dalam menjalankan tugas mengajarnya

akan berperan dalam tiga lingkungan, yaitu (Willi Toisota, 1982:7):

1. Lingkungan sekolah, peran yang diharapkan padanya adalah

mengajar, karena ia berhubungan dengan muridnya. Dan sebagai

administrator atau organisator pendidikan, karena ia berhubungan

(35)

2. Lingkungan masyarakat, peran yang diharapkannya adalah sebagai

inovator pendidikan tempat guru berhubungan dengan orang tua

murid, dan peran sebagai pimpinan pembangunan masyarakat

disekitarnya, tempat ia berhubungan dengan masyarakat pada

umumnya.

3. Lingkungan masyarakat dunia, peran yang diharapkan padanya

adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ketertiban dan

perdamaian, karena guru merupakan bagian penduduk dunia.

Selanjutnya Willi menjelaskan supaya guru dalam menjalankan

peran yang diharapkan dalam tiga lingkungan tersebut, kepadanya

perlu diberi kompetensi yang sesuai dengan tugasnya yang meliputi

(Chomaidi dkk, 1982:9):

1. Kompetensi mata pelajaran (subject matter competency).

2. Kompetensi kepemimpinan (leadership competency).

3. Kompetensi hubungan antar manusia (human relations

competency).

Jadi profesi guru merupakan profesi yang menuntut tanggung

jawab yang kompleks, baik terhadap tanggung jawab pendidikan,

moral maupun tanggung jawab sosial. Mengingat betapa berat peranan

guru, tugas guru dan persyaratannya untuk menjadi guru yang

profesional maka seorang guru dituntut mempunyai kompetensi dan

(36)

c. Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru

Pengertian persepsi siswa terhadap profesi guru adalah proses

pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan

profesi guru melalui panca indera siswa. Apakah persepsi tersebut

positif ataukah negatif. Dari persepsi inilah, maka menimbulkan reaksi

bagi siswa : pemahaman, tanggapan, penilaian, kesan siswa selama dia

belajar dalam lingkungan pendidikan.

Guru, bagi siswa merupakan faktor penentu kesuksesan dalam

proses belajar mengajar, fungsi guru sebagai pengajar atau pendidik

dalam setiap proses pengajaran di sekolah. Dengan kecakapan

keterampilan dari guru yang baik, tujuan pengajaran atau tujuan

instruksional akan tercapai. Kemampuan guru merupakan prasyarat

untuk keberhasilan suatu strategi mengajar. Kehadiran guru

memengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian

tingkah laku siswa.

Di dalam kegiatan belajar mengajar yang menjadi subyek

berkepentigan adalah guru dan siwa. Untuk itu diperlukan adanya

hubungan resiprokal yaitu yang bersifat pengajaran. Dalam situasi

instruksional, para siswa tersebut menjalani tahapan kegiatan belajar

melalui interaksi dengan kegiatan mengajar yang dilakukan guru.

Iteraksi akan memberikan reaksi emosional pada guru sehingga

membentuk penilaian atau interpretasi oleh oang-orang yang saling

(37)

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Sebelum membahas pengertian prestasi belajar terlebih dahulu

akan dibahas mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh para

ahli, karena antara belajar dan prestasi belajar mempunyai hubungan

yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pengertian belajar

menurut para ahli adalah seperti berikut ini :

Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selanjutnya Winkel (1996:53), belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu

bersifat relatif konstant.

b. Prestasi Belajar

Winkel (1989:100), prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan

siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan

dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah

materi pelajaran tertentu. Prestasi merupakan kemampuan nyata

seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu

(38)

maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini

menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan

oleh seseorang. Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia

mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang

diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama

masa tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau

usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur

dengan alat atau tes tertentu.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu :

1) Faktor dari dalam

Kondisi psikologi yaitu beberapa faktor psikologi yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah :

a) Kecerdasan

Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan yang

tinggi maka belajar yang dilakukannya akan semakin

mudah dan cepat. Sebaliknya bila individu itu mempunyai

kecerdasan yang rendah maka belajarnya akan lambat dan

(39)

b) Bakat

Setiap individu memiliki bakat yang berbeda. Bakat

merupakan kemampuan anak yang dibawa sejak lahir.

c) Minat

Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap

sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan

belajar siswa lebih mudah dan cepat.

d) Motivasi belajar

Motivasi merupakan salah satu faktor internal yang

mempengaruhi prestasi. Setiap siswa memiliki motivasi

yang berbeda dalam belajar.

e) Emosi

Emosi merupakan kondisi psikologi individu untuk

melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah belajar. Kondisi

psikologi siswa yang mempengaruhi belajar antara lain:

perasaan senang, kemarahan, kecemasan, dll.

2) Faktor dari luar

a) Lingkungan alami, yaitu faktor yang mempengaruhi dalam

proses belajar mengajar, misalnya :

(1) Keadaan udara, Apabila udara terlalu lembab atau

(40)

(2) Waktu belajar, misalnya pembagian waktu siswa untuk

belajar dalam satu hari diatur dengan baik dalam

pembagian waktu belajar dan bermain.

(3) Cuaca yang nyaman, bagi siswa membantu siswa untuk

lebih nyaman dalam belajar.

b) Lingkungan sosial

Kehadiran orang lain pada saat sedang belajar akan

menganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang

mempengaruhi belajar siswa dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

(1) lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh

anggota keluarga

(2) lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu teman sebaya,

teman lain kelas, guru, kepala sekolah, serta karyawan

lainnya

(3) lingkungan sosial dalam masyarakat yang terdiri atas

seluruh anggota masyarakat.

Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi yaitu :

1. faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri.

Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat, dan sebagainya.

2. faktor external, ialah faktor yang datang dari luar diri si anak.

(41)

sebagainya. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan

keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi.

3. Lingkungan

a. Lingkungan Keluarga

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai

dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan

Loeber (1984) seperti dikutip oleh Syah (1995:138) mengatakan

bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.

Menurut Roestiyah (1982:163), faktor-faktor yang datang dari

keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan

menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut

menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik

anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim,

menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga,

(42)

menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi

yang mendalam pada anak.

c. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.

Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib

memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin

kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi

guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang

mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan,

kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila

keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak,

sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong

semangat anak untuk belajar.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan

keluarga memberikan sumbangan yang penting dalam membangun

(43)

keluarga dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang

ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka

lingkungan keluarga yang baik akan berperan dalam segala sesuatu

yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

b. Lingkungan Sekolah

Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang

membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal

pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar

maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.

Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam

kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang

mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak

perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (Winkel,

1989:ix).

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan

pentingnya pendidikan. Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja

melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.

Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah

materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah

yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang

(44)

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,

menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga

siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif

dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja.

Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja.

Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru,

yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar,

dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Hubungan antara murid.

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka

tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling

bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan

hubungan masing-masing individu tidak tampak.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu

memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa

kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang

tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam

itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang

(45)

berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam

menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan

siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan

dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk

sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya

belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di

perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan

sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun

kualitetnya.

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar

mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu

mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan

yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara

individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan

pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung

dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam

(46)

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan

penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah

siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk

sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat

dipertanggungjawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi

terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil

mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di

mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung

jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi.

Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk

mengembangkan motivasi yang kuat.

j. Metode belajar.

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini

perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan

efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu

untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau

terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian

siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.

(47)

waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup

istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah.

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan

untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu

banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah,

sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang

lain.

c. Lingkungan Masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Ini berarti siswa adalah bagian dari

warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dan

berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan

tersebut terjadi dengan teman sebaya, orang yang lebih tua maupun

orang yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu

bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi

perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk.

Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu

dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Keberadaan media massa dan televisi, serta banyak bacaan

berupa buku-buku, novel, majalah, koran, sehingga kurang dapat

dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik

(48)

belajar. Dengan demikian, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi

yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat

mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan

rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan hal ini

yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.

Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.

Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan

pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan

yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab

sendiri seorang pelajar.

Syah (1995:44) mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok

masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan

ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti

sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang

subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Anak-anak di lingkungan

brutal memang tak mempunyai alas an untuk tidak menjadi brutal,

lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak

berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan

berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada

kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya. Sementara itu di

masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi

(49)

Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang

anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh

untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika

mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya

mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu, anak akan berusaha

belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila

teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat

mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar

ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.

4. Minat

a. Pengertian Minat

Menurut Winkel (1996:24), minat adalah kecenderungan yang

menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu

dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya

Slameto (1995:57), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang

diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa

sayang. Kemudian Sardiman (1992:76), minat adalah suatu kondisi

yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara

situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

(50)

b. Faktor yang Menimbulkan Minat

Faktor yang menimbulkan minat menurut Crow and Crow (1982):

1) Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan

untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda. Dorongan ini

dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu

mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang

menantang.

2) Faktor motif sosial, yaitu minat dalam upaya mengembangkan diri

dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh

hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya

hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.

3) Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan

emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas

dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat

menghilangkan minat seseorang.

5. Perguruan Tinggi

Menurut (Taliziduhu, 1987:10), perguruan tinggi adalah pola

proses interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara

khusus sebagai bagian atau komponen sistem belajar mengajar secara

keseluruhan di dalam masyarakat. Sedangkan sesuai dengan

undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(51)

a. Akademi

Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

kejuruan yang lingkungannya bisa dikenal dengan pendidikan

professional.

b. Sekolah tinggi

Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang

pendidikan kejuruan yang hanya terdiri dari satu fakultas dan dapat

berdiri dari satu atau lebih jurusan.

c. Institut

Institut adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang

pendidikan kejuruan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi atau seni.

Institut dapat terdiri dari sejumlah fakultas dan dapat terdiri dari satu

atau lebih jurusan.

d. Universitas

Universitas adalah perguruan tinggi yang melaksanakan program

pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejuruan dalam berbagai

bidang pengetahuan, teknologi, dan seni yang terdiri dari banyak

(52)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eko

Kuntoro dalam studi kasus siswa kelas XII SMA N 3 Bantul Yogyakarta

“Hubungan antara motivasi belajar, lingkungan belajar dan prestasi belajar

terhadap minat siswa melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Perguruan Tinggi”, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan positif antara motivasi belajar, lingkungan belajar, dan prestasi

belajar dengan minat siswa melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu peneliti dalam hal ini akan

mencoba menambah variabel lain yaitu persepsi siswa tentang profesi guru.

Dengan demikian, peneliti akan meneliti hubungan antara persepsi siswa

tentang profesi guru, prestasi belajar, dan lingkungan belajar dengan minat

siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

(53)

C. Kerangka Berfikir

1. Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Profesi Guru terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi

Persepsi seseorang akan tumbuh dan berkembang karena pengaruh

interaksi belajar. Melalui belajar seseorang akan membandingkan

pengalaman masa lalu dengan kenyataan yang dihadapi. Hal ini dapat

dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih alternatif yang dipandang

tepat dalam menentukan keputusan dan sekaligus menentukan tindakan

serta prilaku yang memungkinkan untuk bertindak.

Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh kerjasama antara faktor

luar (stimulus) dan faktor dalam (personal). Kedua faktor itu secara

bersama-sama akan menentukan persepsi seseorang terhadap obyek yang

diamati. Adapun yang disebut faktor dalam adalah hal-hal yang berasal

dari dalam diri seseorang antara lain cipta, rasa, karsa dan jenis kelamin.

Sedang faktor luar meliputi pengalaman, lingkungan dan kepercayaan.

(Depdikbud, 2003 : 26).

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa persepsi adalah

pendapat atau tanggapan terhadap stimulus yang didapat dengan melalui

proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam yang ada

dalam diri seseorang. Dengan demikian persepsi siswa tentang profesi

guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan

(54)

persepsi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan siswa lebih

termotivasi untuk menjadi seorang guru.

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi

Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki

seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi

belajar siswa tampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran

yang tercermin dalam rata-rata nilai rapornya. Tinggi rendahnya prestasi

belajar siswa berhubungan dengan kepercayaan diri, harapan, dan

cita-citanya. Prestasi belajar yang tinggi akan menjadi daya dorong siswa

untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan siswa

memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjalani pendidikan di

perguruan tinggi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bukti bahwa

prestasi belajar memberikan sumbangan positif terhadap minat siswa

melanjutkan studi ke perguruan tinggi (Budiarti, 2001:82).

Perbedaan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat

mempengaruhi cara pandang siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Siswa

yang memiliki prestasi tinggi cenderung mempunyai pengetahuan dan

kemampuan yang lebih baik dari pada siswa yang berprestasi belajar

rendah. Siswa yang berprestasi belajar tinggi cenderung memiliki gairah

yang tinggi dalam belajar, sehingga siswa tersebut lebih berani untuk

(55)

Eko (2004:85), dalam penelitiannya, menyatakan bahwa ada

hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan minat

memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi.

Dengan prestasi belajar yang tinggi siswa semakin percaya diri bisa

menempuh studi dengan baik. Dengan demikian prestasi belajar yang

tinggi dapat menumbuhkan minat siswa untuk melanjutkan studi ke

perguruan tinggi.

3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar terhadap Minat Siswa SMA dalam Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi

Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang

melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi

pengaruh pada perkembangan siswa (Winkel, 2004:108). Lingkungan

belajar ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat, dimana ketiga lingkungan ini pengaruhnya sangat

kuat terhadap prestasi belajar siswa.

Petterson dan Loeber (1984) seperti dikutip oleh Syah (1995:138)

mengatakan bahwa lingkungan sosial yang dominan mempengaruhi

kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Lingkungan

keluarga yang baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di

rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik. Hal

(56)

yang memiliki pandangan yang positif terhadap fakultas keguruan, maka

juga akan mendorong minat siswa untuk memilih fakultas keguruan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya terdiri dari

gedung saja, melainkan sarana dan prasarana lain yang menunjang

pendidikan. Lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang

memadai akan mendukung siswa belajar secara optimal, sehingga dapat

mencapai prestasi belajar (Ewaldina, 2000:19). Penjelasan ini menjadi

dasar bagi penulis untuk menduga bahwa lingkungan sekolah yang

menyediakan informasi mengenai fakultas keguruan, maka akan

menimbulkan minat siswa memilih fakultas keguruan.

Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa menjalin

hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Dalam

menjalin hubungan dengan anggota masyarakat tersebut perlu dijaga agar

tidak mendapatkan teman bergaul yang kurang baik. Jika tidak berhati-hati

dalam bergaul, anak dapat melupakan tugasnya sebagai pelajar. Ini akan

berdampak pada prestasi belajar yang rendah. Sebaliknya, bagi siswa yang

tinggal di lingkungan masyarakat yang anak-anaknya baik dan rajin dapat

memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah

(1997:137), bahwa kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal anak akan

mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Terkait dengan minat dalam

memilih fakultas keguruan penulis menduga bahwa lingkungan

masyarakat yang memiliki pandangan yang positif terhadap profesi guru,

(57)

Dengan pengaruh positif yang kuat dari lingkungan belajar akan

berpengaruh baik terhadap prestasi siswa. Keadaan lingkungan belajar

siswa yang sebagian besar masyarakatnya berpendidikan akan

mempengaruhi dan memotivasi siswa untuk selalu menempuh jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Anggota masyarakat yang berpendidikan

pasti juga akan memberikan bimbingan dan dorongan bagi anggota

masyarakat lain termotivasi untuk selalu berkembang dalam pendidikan.

Dengan adanya dukungan lingkungan belajar yang mendukung akan

mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi..

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang profesi guru terhadap

minat siswa SMA memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Perguruan Tinggi.

2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar tehadap minat siswa SMA

memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.

3. Ada hubungan positif antara lingkungan belajar tehadap minat siswa SMA

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan berupa studi kasus, yaitu

penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka

kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sleman. Sehingga kesimpulan dari

penelitian ini hanya berlaku di sekolah tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMA N 1 Sleman Yogyakarta yang

terletak di Jalan Magelang KM.14 Medari, Sleman.

2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2010.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian adalah siswa dan siswi kelas XII IPS di SMA N 1

Sleman.

2. Objek Penelitian adalah persepsi siswa tentang profesi guru, prestasi

belajar, lingkungan belajar , minat siswa SMA melanjutkan studi ke

(59)

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel penelitian

Variabel Penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3

variabel bebas (Independen Variable), yang meliputi persepsi siswa

tentang profesi guru (X 1), prestasi belajar (X 2), lingkungan belajar

(X 3). Variabel terikat (Dependent Variable) adalah minat siswa SMA

memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.

2. Pengukuran Variabel bebas (Independent Variable)

a. Persepsi siswa tentang profesi guru

Pengukuran variabel persepsi siswa tentang profesi guru

menggunakan 5 kategori penilaian yaitu:

1) Sangat Setuju (SS)

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru

Dimensi Indikator

Pernyataan positif (no item dalam

kuisioner)

Pernyataan negatif (no item dalam kuisioner) Tugas

Guru

1. Tugas profesional 2. Tugas manusiawi 3. Tugas kemasyarakatan

1,2 3,4 5,6,7,8,9

Peranan Guru

1. Guru sebagai pengajar 2. Guru sebagai pendidik

(60)

b. Prestasi Belajar

Pengukuran mengenai prestasi belajar dengan menggunakan

nilai raport kelas XII IPA dan IPS semester genap tahun ajaran

2009-2010. Prestasi belajar siswa dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu

tinggi dan rendah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.

2) Skor yang dicapai responden selanjutnya digolongkan dalam

kategori tinggi dan rendah berdasarkan acuan kurve normal dan

diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pengukuran Variabel Prestasi Belajar

Kategori Syarat pengukuran

Tinggi Lebih dari mean

Rendah Kurang /sama dengan mean

Mean dicari dengan rumus sebagai berikut (Hadi, 1998:41):

Mean =

Keterangan:

(61)

c. Lingkungan Belajar

Pengukuran variabel lingkungan belajar dengan menggunakan 5

kategori penilaian yaitu:

1) Sangat Setuju (SS)

2) Setuju (S)

3) Ragu-Ragu (RR)

4) Tidak Setuju (TS)

5) Sangat Tidak Setuju (STS)

Tabel. 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Lingkungan Belajar

Dimensi Indikator

1. Dukungan keluarga untuk memilih fakultas keguruan.

2. Latar belakang keluarga yang mendorong memilih fakultas keguruan.

1, 2

3,4

Lingkungan Sekolah

1. Interaksi guru dan murid yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.

2. Hubungan antar murid yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.

3. Fasilitas pendidikan yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.

4. Kondisi guru yang mendorong untuk masuk fakultas keguruan.

5

1. Hubungan dengan masyarakat yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.

2. Kegiatan di masyarakat yang mendukung untuk masuk fakultas keguruan.

9,10

(62)

d. Minat Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi

Pengukuran variabel Minat Memilih Fakultas Keguruan di

Perguruan Tinggi dengan menggunakan 5 kategori penilaian yaitu:

1) Sangat Setuju (SS)

2) Setuju (S)

3) Ragu-Ragu (RR)

4) Tidak Setuju (TS)

5) Sangat Tidak Setuju (STS)

Tabel. 3.4

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Minat Memilih Fakultas Keguruan di Perguruan Tinggi Tertarik 1. Ketertarikan untuk memilih fakultas

keguruan.

2. Ketertarikan untuk memilih karier menjadi guru.

3. Ketertarikan untuk membaca buku tentang fakultas keguruan.

4. Ketertarikan untuk membaca artikel mengenai fakultas keguruan.

5. Ketertarikan memilih fakultas keguruan karena dorongan sekitar.

1

2

4

5

3

Memperhatikan 1. Perhatian terhadap fakultas keguruan. 2. Mencari informasi tentang fakultas

keguruan.

3. perhatian terhadap dorongan dari teman

4. Perhatian terhadap dorongan dari guru.

(63)

Senang 1. Menyenangi sesuatu yang dipilih. 2. Perasaan senang yang berasal dari

keluarga.

3. Perasaan senang karena peluang kerja yang lebih besar.

13 14

15

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut sekaran (Zulganef, 2008:133) pengertian populasi

sebagai keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal-hal yang

menarik bagi peneliti untuk ditelaah. Menurut Sudjana (2002:6),

populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil

menghitung maupun pengukuran, kuantitafif maupun kualitatif, dari

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan

jelas.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek

dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 150). Mengacu dari ketiga pengertian

tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA N

1 SLEMAN.

2. Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi

yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan

(64)

menyebutkan, sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi

dengan menggunakan cara-cara tertentu. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling, penelitian yang dilakukan

dengan pertimbangan tertentu.

Sampel yang akan diteliti seluruh siswa kelas XII IPA dan IPS

di SMA N 1 SLEMAN atau sejumlah 173 responden. Alasan

penggunaan sampel seluruh siswa kelas XII adalah karena mereka

pada waktunya akan melaksanakan pemilihan fakultas di perguruan

tinggi. Dengan demikian, kondisi ini sangat relevan dengan topik

penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk menjawabnya (Sugiono, 2007:199).

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Muhadi,

(65)

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen

yang valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi,

2006:168).

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini

menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson

dengan taraf signifikansi 5% (Sugiono, 2007:248).

r =

(

) (

)

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y

Y = skor total item

X = skor item

n = jumlah responden

Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi

dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran menunjukkan r

hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r

hitung < r tabel item tersebut dinyatakan tidak valid.

Berikut ini merupakan rangkuman dari hasil uji validitas

(66)

dan lingkungan terhadap minat siswa SMA memilih fakultas keguruan

dan ilmu pendidikan di perguruan tinggi yang dilakukan sebelum

penelitian.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas item Variabel Persepsi Siswa Tentang Profesi Guru

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas item Variabel Lingkungan Belajar

No. Butir soal

r

hitung

r

tabel Keterangan

butir1 0.708 0, 361 Valid

No item soal

r

hitung

r

tabel Keterangan

(67)

butir10 0.486 0, 361 Valid

butir11 0.483 0, 361 Valid

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas item Variabel Minat Siswa

No. Butir soal

r

hitung

r

tabel Keterangan

butir1 0.871 0, 361 Valid

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan adalah

valid. Pengambilan kesimpulan ini dengan membandingkan antara

rhitung dengan rtabel. Jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan α =

5% diperoleh rtabel sebesar 0,361. Berdasarkan hasil perhitungan rhitung

lebih besar daripada rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh

item pertanyaan mengenai persepsi siswa tentang profesi guru,

(68)

2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Instumen yang reliabel adalah instumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan

data yang sama (Sugiono, 2007:172). Pengujian reliabilitas instrumen

dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach dengan taraf

signifikansi 5%. rumus :

11

k = banyak butir pertanyaan

2

Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila nilai koefisien

Alpha Cronbach > 0,6 (Nunally dalam Imam Ghozali, 2007:42).

Sebaliknya, jika koefisien Alpha Cronbach < 0,6 maka penelitian

dikatakan belum reliabel.

Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

r

hitung Kriteria

Reliabilitas

Status

Persepsi Siswa tentang Profesi Guru

0,803 0, 6 Reliabel

Gambar

Tabel 5.9 Rangkuman Hasil Uji Linieritas …………………………………..…...... 80
Tabel. 3.1
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Prestasi Belajar
Tabel. 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sudah tergolong patuh dalam melakukan

Tabel ini digunakan untuk menyimpan data-data dari mata kuliah yang.. diambil mahasiswa, beserta

Berdasarkan ketentuan yang berlaku kepada BUMN dan BUMD dapat diberikan Hak Guna Bangunan selama maksimum 30 tahun atau bagi BUMN/BUMD tertentu dimungkinkan

Secara umum sika`p mahasiswa FPEB terhadap aspek pendidikan perkoperasian berada pada kategori positif, yang diartikan sebagai sikap positif.. Hal ini menunjukan

Adanya faktor-faktor atau dapat disebut variabel yang terdapat pada masalah di atas akan dianalisis menggunakan analisis faktor untuk menyelidiki faktor-faktor

Maka dapat penulis simpulkan bahwa, Sekaten adalah sebuah upacara keagamaan tradisi keraton Yogyakarta yang dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut dari tanggal 6 hingga

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan2. memberikan kesempatan kepada peserta didik

Saat mengestimasi menggunakan metode OLS jika terdapat pencilan pada himpunan data maka metode OLS tidak efektif untuk menghasilkan model persamaan regresi linear