• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CUSTOMER BASED BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG MELALUI KEMAUAN MEMBELI HARGA PREMIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH CUSTOMER BASED BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG MELALUI KEMAUAN MEMBELI HARGA PREMIUM"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CUSTOMER BASED BRAND

EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN ULANG MELALUI KEMAUAN

MEMBELI HARGA PREMIUM

Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Konsumen Waralaba KFC

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh:

Margaretta Wisnu Mayasari

NIM: 032214073

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH

CUSTOMER BASED BRAND EQUITY

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG

MELALUI KEMAUAN MEMBELI

HARGA PREMIUM

Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Konsumen Waralaba KFC

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh:

Margaretta Wisnu Mayasari NIM: 032214073

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

Anda dapat memperoleh segala sesuatu yang Anda impikan jika Anda mempunyai keberanian untuk memimpikannya, kecerdasan untuk membuat

rencana yang realistis, dan kemauan untuk melihat rencana itu sampai berhasil.

Sidney A.Friedman

Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan adalah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia hari ini.

Samuel Taylor Coleridge

(6)
(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Bapak, Ibu, Mbak Netti-Mas Danang,

Mbak Esti-Mas Momo dan Aning

F. X. Kia Wisang Soge tercinta

Sahabat-sahabat terbaikku

(8)

vii ABSTRAK

PENGARUH CUSTOMER BASED BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG MELALUI KEMAUAN

MEMBELI HARGA PREMIUM

Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Konsumen Waralaba KFC

Margaretta Wisnu Mayasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan menganalisis 1.) pengaruh Cutomer Based Brand Equity Kentucky Fried Chicken (CBBE KFC) terhadap kemauan membeli harga premium, 2). pengaruh kemauan membeli harga premium terhadap keputusan membeli ulang produk KFC. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa universitas Sanata Dharma Yogyakarta konsumen produk KFC. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling. Data diperoleh dengan teknik kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Presentase, Uji Validitas, Uji Reliabilitas, dan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1). CBBE KFC berpengaruh secara signifikan terhadap kemauan membeli harga premium. 2). Kemauan membeli harga premium berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk KFC.

(9)

viii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CUSTOMER BASED BRAND EQUITY TO THE REPURCHASE DECISION THROUGH THE WILLINGNESS TO

BUY PREMIUM PRICE

A Case Study on Sanata Dharma University Students, Who Consume Kentucky Fried Chicken (KFC) Franchise Products

Margaretta Wisnu Mayasari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The goal of the research were: to know and analyze 1.) the influence of Kentucky Fried Chicken’s Customer Based Brand Equity (KFC’s CBBE) toward the willingness to buy premium price, 2). the influence of the willingness to buy premium price toward the repurchase decision of KFC’s products. The population in the reseach was Sanata Dharma University Yogyakarta students who consume KFC products. There were 100 respondents as the sample in the reseach. The adopted sampling technique was purposive sampling. Data were obtained using questionnaires. The adopted data analysis techniques were Percentage Analysis, Validity Test, Reliability Test, and Structural Equation Modelling (SEM) Analysis. The research found that: 1). KFC’s CBBE significantly influenced the willingness to buy premium price. 2). The willingness to pay premium price significantly influenced the repurchase decision of KFC’s products.

(10)
(11)

x

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Customer Based Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian Ulang melalui Kemauan Membeli Harga Premium”, dapat terlaksana hingga

selesai dengan baik dan benar.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., Q.I.A., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Ibu Ike Janita Dewi,

S.E., M.B.A., Ph.D. selaku Wakil Dekan.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah berkenan

membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam

(12)

xi

4. Bapak Drs. L. Bambang Harnoto, M.Si., selaku Pembimbing II. Terima

kasih atas bimbingan dan pengarahan dengan penuh ketulusan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi hingga selesai.

5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Mrican,

Yogyakarta yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan

dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi ini.

6. Segenap Staf dan Karyawan Kesekretariatan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan dalam pengurusan segala

sesuatu tentang perkuliahan.

7. Segenap Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta

yang selama ini memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

8. Semua mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner.

9. Kedua orang tua saya yang saya hormati dan sayangi yang selalu

mendoakan tiada henti dan mendukung saya, serta keluarga saya yang

memberikan motivasi dan kasih sayang, Mbak Netti dan Mas Danang,

Mbak Esti dan Mas Momo, dan si kecil Aning.

10. F. X. Kia Wisang Soge yang dengan penuh dukungan dan kesabaran yang

luar biasa, memotivasi tiada henti dan membantu dalam menyelesaikan

(13)

xii

11. Mira, makasih ya sudah mau menjadi teman seperjuangan dan inspiratorku

dalam berbagai hal. Lina dan Dita atas kasih persahabatan dan yang kalian

berikan.

12. Semua sahabat dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis membuka diri terhadap saran dan kritik yang dapat menjadikan skripsi ini

menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Penulis

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D.Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A.PENGERTIAN PEMASARAN ... 7

1. Manajemen Pemasaran ... 7

2. Konsep Pemasaran ... 8

3. Strategi Pemasaran ... 9

B. Pengertian Produk ... 11

1. Definisi Produk ... 11

2. Tingkat Produk ... 12

(15)

xiv

4. Klasifikasi Barang Konsumen ... 13

C.Pengertian Merek ... 14

1. Definisi Merek ... 14

2. Peran Merek ... 15

D.CBBE (Customer-Based Brand Equity) ... 16

1. Definisi CBBE ... 16

2. Bagian-Bagian Inti CBBE ... 17

3. Kemauan untuk Membeli Harga Premium ... 19

4. Keputusan Pembelian Ulang ... 19

5. Model Konseptual CBBE ... 20

E.Pengambilan Keputusan ... 21

1. Definisi Pengambilan Keputusan ... 21

2. Tingkat Pengambilan Keputusan Konsumen ... 21

3. Komponen Keputusan ... 23

4. Proses Keputusan Pembelian ... 24

F. Penelitian Sebelumnya ... 25

G.Kerangaka Konseptual Penelitian ... 27

H.Rumusan Hipotesis ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

A.Jenis Penelitian ... 29

B.Subjek dan Objek Penelitian ... 29

C.Lokasi Penelitian ... 30

D.Waktu Penelitian ... 30

E.Variabel Penelitian ... 30

F. Populasi dan Sampel ... 31

G.Teknik Pengambilan Sampel ... 32

H.Sumber Data ... 32

I. Teknik Pengumpulan Data ... 33

J. Teknik Pengujian Instrumen ... 35

1. Pengujian Validitas Instrumen ... 35

(16)

xv

K.Teknik Analisis Data ... 37

1. Alat Analisis Data ... 37

2. Langkah Pemodelan SEM ... 38

3. Asumsi – Asumsi dalam SEM ... 41

4. Uji Goodness of Fit ... 42

5. Regression Weight ... 44

6. Standardized Regression Weight ... 45

BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 46

A.Profil KFC ... 46

1. Sejarah Singkat Berdirinya KFC ... 46

2. Perkembangan KFC di Indonesia ... 47

B.Struktur Organisasi ... 49

C.Pembagian Tugas ... 50

D.Marketing Mix di KFC ... 51

E.Pesaing Perusahaan ... 54

F. Kegiatan Operasional Perusahaan ... 54

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 56

A.Analisis Profil Konsumen ... 56

1. Profil Responden Berdasarkan Usia ... 57

2. Profil Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 57

3. Profil Responden Berdasarkan Uang Saku ... 58

4. Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian ... 58

B.Pengujian Instrumen Penelitian ... 59

1. Uji Validitas ... 59

2. Uji Reliabilitas ... 60

C.Pengujian Model ... 60

1. Ukuran Sampel ... 61

2. Uji Normalitas Data ... 62

3. Uji Outlier... 62

4. Uji Goodness of Fit ... 63

(17)

xvi

a. Pengujian Hipotesis Pertama ... 67

b. Pengujian Hipotesis Kedua ... 68

6. Standardized Regression Weight ... 69

D.Persepsi Responden ... 70

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A.Kesimpulan ... 72

1. Analisis Karakteristik Responden ... 72

2. Hasil Pengujian SEM... 73

B.Saran ... 74

C.Keterbatasan ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 78

 

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel III.1 : Kriteria Goodness of Fit... 44

Tabel V.1 : Profil Responden Berdasarkan Usia ... 57

Tabel V.1 : Profil Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 57

Tabel V.1 : Profil Responden Berdasarkan Uang Saku ... 58

Tabel V.1 : Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian ... 58

Tabel V.5 : Hasil Pengujian Reliabilitas ... 60

Tabel V.6 : Measurement Model – Goodness of Fit Awal ... 64

Tabel V.7 : Measurement Model – Goodness of Fit Termodifikasi ... 66

Tabel V.8 : Regression Weight... 67

Tabel V.8 : Standardized Regression Weight ... 69

Tabel V.10: Persepsi Responden ... 71

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 : Model Konseptual CBBE ... 20

Gambar II.2 : Kerengka Konseptual Penelitian ... 27

Gambar III.1 : Path Diagram ... 40

Gambar IV.1 : Struktur Organisasi Restoran KFC ... 49

Gambar V.1 : Model Awal SEM ... 63

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. 1 : Permohonan Pengisian Kuesioner... 79

Lampiran I. 2 : Kuesioner ... 80

Lampiran II. 1 : Rekapitulasi Data Penelitian CBBE KFC ... 88

Lampiran II. 2 : Rekapitulasi Kemauan Membeli Harga Premium ... 91

Lampiran II. 3 : Rekapitulasi Data Keputusan Pembelian Ulang ... 94

Lampiran III. 1 : Tabel Uji Validitas ... 97

Lampiran III.2 : Tabel Uji Reliabilitas ... 99

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan, pakaian dan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer

manusia. Dari ketiga hal tersebut makanan menjadi hal yang paling krusial,

karena tanpanya manusia tidak dapat hidup. Saat ini, bila berbicara tentang

makanan, kita akan menemukan banyak sekali ragam dan variasi makanan,

baik dari segi cita rasa, kemasan, cara penyajian sampai cara penjualannya.

Makanan bisa dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara pengolahan

dan cita rasanya, yakni tradisional dan modern. Keduanya memiliki

keunggulan, kelemahan dan pangsa pasar masing-masing. Indonesia

merupakan contoh bagus dimana kedua jenis makanan tersebut eksis dan tetap

diminati.

Dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan, masyarakat sangat

terpengaruh oleh gaya hidup mereka. Bagi orang-orang yang sangat sibuk dan

tidak bisa menyiapkan sendiri makanan mereka, makanan yang disiapkan dan

disajikan secara cepat (fast food) tentu akan sangat menghemat waktu. Fast

food ini pada mulanya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan kaum pekerja,

namun seiring dengan berlalunya waktu, terjadi perubahan kebiasaan dan

permintaan dalam masyarakat. Makan di restoran fast food segera berubah

dari sebuah pemenuhan kebutuhan menjadi trend.

Fast food menjadi suatu trend tersendiri di masyarakat Indonesia,

(22)

memandang bahwa makan di restoran fast food merupakan sebuah prestise.

Tak ayal lagi, restoran-restoran dan gerai-gerai fast food pun tumbuh dan

berkembang dengan pesat. KFC, Mc.D (Mac Donald), Texas Chicken,

Wendys, dan A&W adalah beberapa pemegang lisensi merk dagang

(franchisor) internasional waralaba fast food terkenal di Indonesia.

Hal yang menarik perhatian adalah adanya fakta bahwa meski harga

yang ditawarkan oleh para franchisor tersebut lebih tinggi daripada

harga-harga produk sejenis di pasaran lokal, permintaan dari konsumen masih tetap

tinggi. Hal ini sejalan dengan konsep CBBE dimana jika suatu merek

memiliki nilai lebih dibandingkan pesaingnya, maka pelanggan menjadi tidak

sensitif terhadap tingginya harga.

Dalam studi yang dilakukan oleh Netemeyer bersama tujuh rekannya

mengenai pengukuran terhadap 16 merek berbeda di enam kategori produk,

menunjukkan bahwa “Aspek-aspek inti CBBE (Customer-Based Brand

Equity) yaitu perceived quality, perceived value for the cost dan brand

uniqueness merupakan anteseden langsung potensial bagi kesediaan untuk

membayar harga premium bagi merek spesifik, dan kesediaan membayar

harga premium tersebut merupakan anteseden langsung potensial bagi

perilaku pembelian merek” (Netemeyer, et al., 2004:209-224).

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang pengaruh CBBE produk KFC berdasarkan kesan kualitas (perceived

quality), kesan nilai merek dari sebuah harga (perceived brand value for the

(23)

premium. Untuk itu penulis mengambil judul “Pengaruh Customer-Based

Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian Ulang Melalui Kemauan

Membeli Harga Premium”. Studi kasus pada Mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Konsumen KFC.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah CBBE KFC berpengaruh terhadap kemauan membeli harga

premium?

2. Apakah kemauan membeli harga premium berpengaruh terhadap

keputusan pembelian ulang produk KFC?

C. Batasan Masalah

1. Pembahasan tentang model CBBE dalam penelitian ini menggunakan

model CBBE hasil dari penelitian Netemeyer bersama tujuh rekannya

(Netemeyer, et al., 2004:209-224), yang menyatakan bahwa CBBE terdiri

dari tiga variabel : PQ (perceived quality), PVC (perceived brand value for

the cost), dan BU (brand uniqueness). Ketiga variabel tersebut merupakan

anteseden langsung potensial bagi kesediaan untuk membayar harga

premium suatu merek, dan kesediaan membayar harga premium tersebut

(24)

2. Penelitian ini dilakukan hanya terhadap waralaba fast food KFC.

3. Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh CBBE KFC terhadap

kemauan membeli harga premium.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kemauan membeli harga

premium terhadap keputusan pembelian ulang produk KFC.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perkembangan Pemasaran di Restoran Fast Food

Untuk mengetahui apakah pemasar telah mampu menciptakan suatu

CBBE (ekuitas merek berbasis pelanggan), yang dapat mempengaruhi

konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produknya, dan

sebagai masukan apabila dalam penelitian ditemukan hal yang baru dan

bermanfaat bagi kemajuan industri.

2. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan tentang konsep-konsep pemasaran khususnya

mengenai CBBE, serta dapat menerapkan hal-hal yang telah dipelajari

(25)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi

kepustakaan Universitas Sanata Dharma dan dapat digunakan sebagai

masukan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

pada khususnya.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Dalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori pengertian

pemasaran, pengertian produk, pengertian merek, CBBE

(Customer Based Brand Equity), pengambilan keputusan, review

penelitian sebelumnya, kerangka konseptual penelitian dan

rumusan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini mengemukakan mengenai jenis penelitian, subyek

dan obyek penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, variabel

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,

sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengujian

(26)

Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisikan tentang gambaran umum perusahaan yang

meliputi profil KFC, sejarah dan perkembangannya di Indonesia,

stuktur organisasi, pembagian tugas, bauran pemasaran

(marketing mix) di KFC, pesaing perusahaan dan kegiatan

operasional perusahaan.

Bab V : Analisis Data

Bab ini mengemukakan tentang analisis data-data yang telah

dikumpulkan berdasarkan teknik analisis data yang sudah

ditentukan serta pembahasannya.

Bab VI : Kesimpulan, Saran, Keterbatasan Penelitian

Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan,

saran yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait serta

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan hal yang paling utama selain hal yang penting

dalam bisnis, karena pemasaran sangat mempengaruhi tingkat penjualan

perusahaan. Beberapa definisi mengenai pemasaran dari para ahli:

Permasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai (Kotler, 2001:1).

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran (Boyd, et al., 1997:5).

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu

bahwa: pemasaran adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan langganan melalui proses pertukaran dan

pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan atau dengan kata lain

pemasaran adalah kegiatan perusahaan dalam membuat rencana, menentukan

harga, promosi, serta mendistribusikan barang dan jasa.

1. Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran di dalam perusahaan sangat penting bagi

perusahaan. Para Manajer Pemasaran dalam perusahaan harus dapat

melaksanakan dengan baik fungsi-fungsi manajemen itu sendiri, yang

meliputi perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan

(28)

(actuating) dan pengawasan (controlling). Arti dari manajemen pemasaran

itu sendiri adalah:

Proses menganalisis, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan program-program yang mencakup pengkonsepan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari produk, jasa, dan gagasan yang dirancang untuk menciptakan dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan (Boyd, et al., 1997:18).

Proses perencanaan, pelaksanaan dan perwujudan, pemberian harga promosi dan saluran distribusi dari barang dan jasa serta gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan pelanggan dan organisasi (Kotler dan Armstrong, 2001:8).

2. Konsep Pemasaran

Pihak pemasar atau perusahaan juga harus memahami mengenai

pentingnya konsep pemasaran, karena hal itu yang menjadi dasar dalam

penerapannya. Arti dari konsep pemasaran adalah sebuah filsafat yang

menyatakan bauran pemasaran, kebutuhan konsumen merupakan syarat

ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Swastha dan

Handoko, 1998:17).

Sebelum melaksanakan konsep pemasaran, suatu perusahaan harus

bisa mengidentifikasi konsumen sasaran dan jenis keputusan pembelian

yang melibatkan partisipasi dari pihak-pihak yang berperan sebagai

pemrakarsa (initiator), pengaruh (buyer) dan pemakai (user).

Ada 3 pokok dasar dalam konsep pemasaran, yaitu:

a. Perencanaan dan operasinya berorientasi pada kebutuhan dan

(29)

b. Semua aktivitas pemasaran dilaksanakan secara terkoordinasi atau

terpadu (integrated marketing).

c. Tujuan akhirnya memenuhi atau mencapai tujuan perusahaan dan

berusaha memberikan kepuasan semaksimal mungkin pada pelanggan.

3. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah rencana yang memungkinkan perusahaan

mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya untuk mencapai tujuan

pemasaran dan perusahaan.

Isi dari strategi pemasaran adalah:

a. Seleksi dan evaluasi pasar sasaran.

Pasar sasaran adalah kelompok orang yang dijadikan subjek atau

sasaran usaha-usaha pemasaran perusahaan. Dalam penentuan pasar

sasaran perusahaan mempertimbangkan pengaruh pasar sasaran

terhadap tingkat penjualan perusahaan, biaya dan laba.

Pada saat menyeleksi pasar sasaran, manajer pemasaran biasanya

mempertimbangkan dua hal, yaitu:

1). Melakukan pendekatan pasar total: menentukan bauran pemasaran

tunggal untuk semua pasar produk tertentu.

2). Melakukan pendekatan segmentasi pasar: suatu proses membagi

pasar menjadi beberapa segmen tertentu dan mengarahkan bauran

(30)

b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel-variabel

proses pemasaran yang dapat dikendalikan oleh manajer untuk

menjalankan strategi pemasaran dalam upaya mencapai tujuan

perusahaan di dalam pasar sasaran tertentu.

Proses pemasaran adalah proses tentang bagaimana pengusaha

dapat mempengaruhi konsumen agar para konsumen tersebut menjadi

tahu, senang, lalu membeli produk yang ditawarkan dan akhirnya

konsumen menjadi puas, sehingga mereka akan selalu membeli produk

perusahaan tersebut. Untuk keperluan itu, perusahaan dapat melakukan

tindakan-tindakan yang terdiri dari 4 macam, yaitu tindakan mengenai:

1). Produk

Dengan mendesain produk yang ditawarkannya sedemikian rupa,

sebuah perusahaan bisa menarik perhatian konsumen untuk

membeli produknya.

2). Harga

Perusahaan dapat menetapkan harga yang rendah serta pemberian

discount atau potongan harga, mencantumkan harga obral, cuci

gudang, dan sebagainya. Cara penetapan harga semacam ini akan

menarik perhatian konsumen serta mendorong mereka untuk

segera melakukan transaksi pembelian supaya kesempatan terbatas

yang ditawarkan oleh harga obral tersebut tak terlewatkan,

(31)

3). Distribusi atau penempatan produk

Penempatan produk yang dekat dengan konsumen akan

mempermudah mereka untuk mendapatkan produk tertentu.

Produk dengan frekuensi pembelian tinggi, misalnya kebutuhan

sehari-hari, akan lebih tepat jika ditempatkan dekat dengan

konsumen.

4). Promosi

Kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk tertentu pada

konsumen juga memegang peranan penting, tujuannya adalah

supaya konsumen menjadi kenal dan tahu produk tertentu. Bagi

konsumen yang sudah kenal dan tahu diharapkan semakin

menyenangi sebuah produk, ataupun bagi konsumen yang mulai

lupa dengan keberadaan suatu produk, mereka diingatkan kembali

tentangnya.

B. Pengertian Produk

1. Definisi Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dirasakan, yang dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang,

(32)

2. Tingkat Produk

Dalam merencanakan tawaran pasarnya, pemasar perlu memikirkan secara

mendalam lima tingkat produk. Masing-masing tingkat menambahkan lebih

banyak nilai pelanggan, dan kelimanya membentuk hierarki nilai pelanggan

(customer value hierarchy). Kelima tingkat tersebut adalah:

a. Manfaat inti (core benefit): layanan atau manfaat mendasar yang

sesungguhnya dibeli pelanggan.

b. Produk dasar (basic product).

c. Produk yang diharapkan (expected product): beberapa atribut dan

kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika membeli suatu produk.

d. Produk yang ditingkatkan (augmented product): produk yang melampaui

harapan pelanggan.

e. Calon produk (potential product): meliputi segala kemungkinan

perubahan dan peningkatan yang akan dialami produk atau tawaran

tertentu pada masa mendatang.

3. Hierarki Produk

Masing–masing produk berkaitan dengan produk-produk tertentu

lainnya. Hierarki produk ini membentang mulai dari kebutuhan dasar

hingga barang-barang khusus yang memuaskan kebutuhan tersebut. Kita

dapat mengidentifikasikan enam tingkat hierarki produk.

a. Keluarga kebutuhan (need family): kebutuhan inti yang mendasari

(33)

b. Keluarga produk (product family): semua kelas produk yang dapat

memenuhi kebutuhan inti dengan lumayan efektif.

c. Kelas produk (product class): sekelompok produk dalam keluarga

produk yang diakui mempunyai ikatan fungsional tertentu.

d. Lini produk (product line): sekelompok produk dalam kelas produk

yang saling terkait erat karena produk tersebut melakukan fungsi yang

sama, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dan dipasarkan

melalui saluran yang sama, atau masuk kedalam rentang harga

tertentu.

e. Jenis produk (product type): sekelompok barang dalam lini produk

yang sama-sama memiliki salah satu dari beberapa kemungkinan

bentuk produk tersebut.

f. Barang (item) yang juga disebut unit pencatatan persediaan atau varian

produk: unit tersendiri dalam suatu merek atau produk yang dapat

dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan, atau suatu ciri lain.

4. Klasifikasi Barang Konsumen

Jenis-jenis produk yang dibeli konsumen dapat diklasifikasikan

berdasarkan kebiasaan belanja. Ada empat macam barang kosumen, yaitu:

a. Barang mudah (convenience goods)

Barang mudah adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli

pelanggan dengan cepat dan dengan upaya yang sangat sedikit.

Misalnya barang kebutuhan pokok (sabun, pasta gigi, kosmetik,dan

(34)

b. Barang toko (shopping goods)

Barang toko adalah barang-barang yang biasanya dibandingkan

berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses

pemilihan dan pembeliannya. Contohnya meliputi perabotan rumah

tangga-furniture, pakaian, mobil bekas, dan peralatan rumah tangga

utama.

c. Barang khusus (speciality goods)

Barang khusus mempunyai ciri-ciri atau identifikasi merek yang unik

dan karena itulah cukup banyak pembeli bersedia melakukan upaya

pembelian yang khusus. Contohya meliputi mobil tipe terbaru,

komponen-komponen stereo, peralatan fotografi, dan setelan pria.

d. Barang yang tidak dicari (unsought goods)

Barang yang tidak dicari adalah barang-barang yang tidak diketahui

kosumen atau biasanya mereka tidak terpikir untuk membelinya seperti

asurasi kesehatan, ensiklopedia, barang antik, dll. Barang-barang yang

tidak dicari ini memerlukan iklan dan dukungan penjualan pribadi.

C. Pengertian Merek

1. Definisi Merek

Merek merupakan salah satu identitas dari suatu produk. Kotler (2001: 82)

mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain

(35)

barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk

membedakannya dari barang atau jasa pesaing.

2. Peran Merek

Merek memegang peranan yang sangat penting, salah satunya adalah

menjembatani harapan konsumen pada saat pemasar menjanjikan sesuatu

kepada konsumen. Dengan demikian, melalui merek dapat diketahui

adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan

perusahaan penghasil produk. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang

mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang

sama (Durianto, et al., 2001: 2).

Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti:

a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji

emosi menjadi konsisten dan stabil.

b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat

bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan

budaya.

c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.

Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan

konsumen dan makin banyak brand association.

d. Merek yang kuat akan sanggup mengubah perilaku konsumen.

e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh

konsumen.

(36)

D. CBBE (Customer-Based Brand Equity)

1. Definisi CBBE

a. Rangkuti (dalam Istiyono, et al., 2007:186), mendefinisikan

customer-based brand equity sebagai pengaruh diferensial yang dimiliki oleh

suatu ekuitas merek akibat kesesuaiannya dengan nilai yang dimiliki

pelanggan sehingga merek tersebut dapat memberikan superior

customer value. Suatu merek memiliki cutomer-based brand equity

yang positif apabila ia diidentifikasikan sebagai merek yang memiliki

nilai lebih dibandingkan pesaingnya. Akibatnya adalah pelanggan

lebih mudah menerima brand extension serta tidak sensitif terhadap

kenaikan harga.

b. Aaker (dalam Netemeyer, et al., 2004:210), memandang CBBE

sebagai serangkaian kecenderungan terkait dengan sebuah merek

barang dan simbol yang dapat menambah nilai yang ada pada sebuah

barang atau jasa terhadap para konsumen. Bagian inti CBBE yang

didukung oleh Aaker mencakup kesan kualitas (perceived quality),

kesan nilai merek dari sebuah harga (perceived value for the cost), dan

keunikan merek (brand uniqueness).

c. Keller (dalam Netemeyer, et al., 2004:210), meninjau CBBE sebagai

pengaruh differensial dari pengetahuan tentang merek barang terhadap

tanggapan para konsumen pada pemasaran merek barang tersebut.

CBBE akan muncul ketika para konsumen merasa familiar dengan

(37)

unik dan penting. Asosiasi unik dan penting ini diistilahkan sebagai

asosiasi inti CBBE karena mencakup kepercayaan akan merek barang

dan manfaat yang diterima dari merek barang tersebut.

2. Bagian-Bagian Inti CBBE

Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari bagian-bagian inti CBBE :

a. Kesan Kualitas Merek ( BrandPerceived Quality)

Kesan kualitas diterima sebagai penilaian konsumen dari keseluruhan

keunggulan, penghargaan, atau superioritas sebuah merek barang

dengan alternatif merek lainnya, berkaitan dengan tujuan yang

diharapkan. PQ dianggap sebagai CBBE inti yang terbentuk karena

dihubungkan dengan kemauan untuk membayar harga tinggi, minat

pembelian merek dan pilihan merek (Aaker dalam Netemeyer, R.G., et

al, 2004:210).

b. Kesan Nilai Merek dari Sebuah Harga ( Brand Perceived Value for

The Cost)

Brand Perceived Value for The Cost (PVC) ditegaskan sebagai

penilaian keseluruhan dari konsumen terhadap kegunaan merek yang

berdasarkan pada persepsi atas “apa yang diterima dari suatu produk”

(contohnya; mutu, kepuasan) dengan “apa yang dikorbankankan untuk

memperolehnya” dalam hubungannya dengan merek-merek lain

(misalnya; harga, waktu dan usaha) (Kirman dan Zeithaml dalam

(38)

PVC berada pada sebuah level abstraksi yang lebih tinggi daripada

keuntungan (yaitu apa yang saya dapatkan) dapat bersifat fungsional,

pengalaman, atau simbolis dan dapat mencakup kesan kualitas (PQ)

(Hoolbork dan Corfman dalam Netemeyer, R.G., et al, 2004:211).

c. Keunikan Merek (Brand Uniqueness)

Keunikan didefinisikan sebagai level dimana para konsumen

merasa bahwa merek tersebut berbeda dari merek-merek saingannya

atau bagaimana merek tersebut dipandang cukup berbeda dari para

pesaingnya. Jika suatu merek dianggap unik dari pesaingnya, maka

merek tersebut tidak akan kesulitan untuk menerapkan harga yang

lebih tinggi daripada merek-merek lainnya. Maka, keunikan merek

dianggap sebagai bagian CBBE inti (Aaker., et al dalam Netemeyer,

R.G., et al, 2004: 211).

Penilaian dari keunikan sebuah merek dapat disimpulkan

melalui berbedanya tanggapan periklanan atau dari pengalaman

langsung merek tersebut. Terlepas dari bagaimana keunikan tersebut

dibentuk, jika suatu merek dianggap unik, maka merek tersebut dapat

menempatkan harga tinggi di pasar. Aspek-aspek yang unik dari suatu

merek berakibat pada pilihan dan kemauan untuk membayar harga

sebuah merek spesifik dengan lebih tinggi.

Lebih lanjut, keunikan biasanya dikaitkan dengan penilaian PQ

dan PVC dimana para konsumen dapat menyimpulkan bahwa

(39)

begitu terbentuk menyiratkan bahwa PQ, PVC, dan BU memang

saling terkait.

3. Kemauan untuk Membeli Harga Premium (Willingness to Pay a Price

Premium)

Kemauan untuk membeli harga premium ditegaskan sebagai jumlah biaya

yaitu harga, waktu dan usaha yang dikeluarkan oleh konsumen dengan rela

untuk membayar merek pilihannya dengan harga yang lebih tinggi

daripada merek-merek lainnya yang memiliki ukuran atau kuantitas yang

sama. Kemauan tersebut merupakan salah satu dari petunjuk loyalitas

merek yang paling kuat dan pengukuran kesimpulan paling masuk akal

dari keseluruhan persamaan suatu merek barang (Aaker dalam Netemeyer,

R.G., et al, 2004: 211).

4. Keputusan Pembelian Ulang

Konsumen yang punya pengalaman membeli produk suatu merek

mempunyai kecenderungan untuk mengingat apa yang ia alami dan

mengukur seberapa besar kepuasaan yang ia dapatkan dari merek tersebut.

Konsumen tersebut juga akan membandingkan dengan pengalamannya

membeli dan mengkonsumsi produk sejenis dari merek lain. Perbandingan

tersebut akan menentukan apakah ia akan membeli ulang produk pertama

atau produk lain yang sejenis. Bahkan, ketika produk yang ia pilih lebih

mahal dan memerlukan pengorbanan waktu dan usaha tertentu, konsumen

tersebut akan rela karena pilihannya merupakan sebuah prestise yang

(40)

5. Model Konseptual CBBE Menurut Netemeyer, et al., (2004)

Core CBBE

Gambar II.1

Model Konseptual CBBE menurut Netemayer., et al.

Gambar di atas menunjukkan sebuah jaringan nomologis dimana

bagian-bagian CBBE inti merupakan peramal (predictor) paling utama

dari variabel-variabel tanggapan merek dari maksud pembelian dan

kebiasaan memilih merek barang (seperti yang ditunjukkan oleh garis

penuh pada gambar). Juga ditegaskan bahwa kemauan untuk membayar

harga tinggi berfungsi sebagai penghubung kunci antara variabel-variabel

tanggapan merek dan keunikan merek barang serta bagian CBBE inti

lainnya.

Related Brand Associations 1. Brand Awareness

2. Brand Familiarity 3. Brand Popularity

4. Organizational Association 5. Brand-image Consistency

Brand Purchase Intention

Brand Purchase Brand Uniqueness

Brand Response Variables

Perceived Brand Equity

Perceived Brand Value for the cost

(41)

Lima asosiasi merek barang terkait juga tercantum dalam gambar

II.1. Brand awareness, brand familiarity, brand popularity, organizational

association, dan brand-image consistency adalah asosiasi merek barang

yang dipandang sebagai bagian-bagian CBBE inti terkait (seperti yang

ditunjukkan oleh garis putus-putus) (Netemeyer,R.G.,et al, 2004: 210).

E. Pengambilan Keputusan

1. Definisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses penilaian dan pemilihan dari

berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu,

dengan menetapkan suatu pilihan yang diambil dianggap paling

menguntungkan (Amirullah, 2002:61).

2. Tingkat Pengambilan Keputusan Konsumen

Berdasarkan pola hubungan antara jenis usaha (masalah) yang paling

tinggi dan usaha yang paling rendah, maka kita dapat membedakan tiga

tingkatan pengambilan keputusan konsumen, yaitu:

a. Pengambilan keputusan ekstensif (Extensive Problem Solving)

Pada tingkat ini konsumen sangat membutuhkan banyak informasi

untuk lebih meyakinkan keputusan yang akan diambilnya. Konsumen

dalam hal ini telah memiliki kriteria-kriteria khusus terhadap barang

yang akan dipilihnya. Pengambilan keputusan ekstensif juga

(42)

yang cukup besar. Akhirnya, pengambilan keputusan ini cenderung

membutuhkan waktu yang lama.

b. Limited Pro

Pada tingkat ini konsumen tidak begitu banyak memerlukan informasi,

akan tetapi konsumen tetap perlu mencari-cari informasi untuk lebih

memberikan keyakinannya. Di sini lebih sedikit alternatif yang

dipertimbangkan dan dengan demikian pula dengan proses integrasi

yang dibutuhkan. Konsumen tingkat ini biasanya selalu

membanding-bandingkan merek atau barang dengan menggali terus

informasi-informasi.

c. Routinized response behavior

Karena konsumen telah memiliki banyak pengalaman membeli, maka

informasi biasanya tidak diperlukan lagi. Informasi yang dicari

hanyalah untuk membandingkan saja, walaupun keputusan itu sudah

terpikirkan oleh mereka. Semakin masalah yang akan diputuskan itu

dirasa berada dalam tingkat yang sulit, maka pencarian informasi akan

menjadi sangat menentukan efektivitas keputusan. Juga sebaliknya,

jika masalah itu sifatnya rutin atau terjadi berulang-ulang, maka

informasi itu hanya berperan sebagai pembanding karena pengetahuan

tentang masalah tersebut sudah dimiliki. Atau dengan kata lain, jumlah

upaya yang digunakan dalam pemecahan masalah cenderung menurun

sejalan dengan semakin dikenalnya suatu produk dan semakin

(43)

3. Komponen Keputusan

Komponen-komponen utama yang mempengaruhi keputusan membeli

konsumen dapat digolongkan menjadi tiga macam:

a. Komponen Input

Komponen ini bisa juga disebut sebagai pengaruh eksternal (external

influence), yang dapat diklasifikasikan dalam dua sumber, yaitu:

usaha-usaha pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi), dan

lingkungan sosial-budaya (keluarga, sumber informal, kelas sosial,

budaya dan sub-budaya).

b. Komponen Proses

Komponen ini sudah mengarah pada pengambilan keputusan

konsumen. Selain dipengaruhi oleh pengaruh eksternal, komponen ini

juga melibatkan fakor-faktor seperti motivasi, persepsi, belajar,

kepribadian, dan sikap. Dalam proses pengambilan keputusan,

faktor-faktor itu mengarah pada upaya penemuan masalah, pencarian

informasi, pemilihan dan evaluasi.

c. Komponen Output

Bagian output dari pengambilan keputusan konsumen mengarah pada

dua bentuk kegiatan dan sikap, yaitu perilaku membeli dan evaluasi

pasca pembelian. Hasil akhir dari dua kegiatan itu adalah

(44)

4. Proses Keputusan Pembelian

Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian menurut Kotler dan

Armstrong (2001: 204), adalah sebagai berikut:

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan

internal atau eksternal.

b. Pencarian Informasi

Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari

informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian dibagi menjadi dua

tingkat yaitu seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi

tentang produk, dan tingkat perhatiannya menguat.

c. Evaluasi Alternatif

Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang

terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang

berorientasi kognitif.

d. Keputusan Pembelian

Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat lima

sub-keputusan pembelian, yaitu: keputusan merek, keputusan

pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan

(45)

e. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan

atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk

dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian, tindakan,

dan pemakaian produk. Pada tahap ini konsumen akan dapat

mengambil keputusan untuk kembali membeli produk itu lagi atau

tidak di kesempatan selanjutnya.

F. Penelitian Sebelumnya

Judul : Pengaruh Ekuitas Merek Berbasis Pelanggan (CBBE) Telkomnet

Instan terhadap Minat Pembelian Telkomnet Speedy

(Istiyono.,et al., : 2007).

TELKOM memiliki 5 portofolio produk, yaitu: Fixed Phone, Mobile

Phone, Network & Interconnection, Data & Internet, dan Fixed wireless

Access (Telkom Flexi). Produk unggulan TELKOM di industri internet adalah

Telkomnet Instan dan produk baru Telkomnet Speedy. Tujuan dari peluncuran

produk Telkomnet Speedy adalah untuk mengantisipasi maturity dan declining

dari produk Telkomnet Instan dengan meluncurkan produk-poduk baru yang

diharapkan nanti akan menjadi pemimpin pasar baru pada masanya.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalisis pengaruh CBBE Telkomnet Instan terhadap minat

pembelian Telkomnet Speedy serta untuk mengetahui variabel mana yang

(46)

Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Telkomnet Instan di

Makasar, karena responden di Makasar memiliki kesempatan untuk

menggunakan ISP lain. Pertimbangan penulis dalam menyeleksi responden

adalah: pelanggan Telkomnet Instan merupakan responden yang telah

menggunakan Telkomnet Instan selama 3bulan ke atas sehingga sudah cukup

memiliki pengalaman dan dianggap sudah dapat mengetahui perceived brand

quality, perceived brand value for the cost dan brand uniqueness dari

Telkomnet Instan. Kedua, pelanggan Telkomnet Instan yang memiliki tagihan

internet sebesar Rp 200.000 ke atas merupakan pelanggan yang cocok untuk

migrasi ke Telkomnet Speedy.

Penentuan pelanggan dilakukan dengan mengambil data dari mesin

authentication username dan password saat pelanggan akses ke Telkomnet

Instan, dengan mengambil nomor telepon pelanggan yang terdapat di mesin

authentication tersebut.

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan cara

wawancara. Teknik ini merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh

informasi melalui cara berkomunikasi secara langsung dengan responden.

Dalam hal ini wawancara dilakukan melalui telepon. Data yang terkumpul

dianalisis menggunakan analisis jalur (Path analysis). Test validitas instrumen

diterapkan dengan Korelasi Pearson dan test Reliabilitas instrumen

menggunakan Spearman Brown formula.

Kesimpulan secara menyeluruh dari hasil penelitian yaitu bahwa,

(47)

merek Telkomnet Speedy dengan pengaruh total sebesar 40,47%. Pengaruh

terbesar diperoleh dari variabel antara kesediaan membayar harga premium

sebesar 14,49%. Sedangkan pengaruh tidak langsung kepada minat pembelian

Telkomnet Speedy adalah dari variabel kesan nilai merek dari sebuah harga

(PVC) signifikan sebesar 9,01%, kesan keunikan merek Telkomnet Instan (U)

signifikan sebesar 8,46%. Sedangkan pengaruh variabel kesan kualitas merek

(PQ) berpengaruh tidak signifikan sebesar 8,62%.

G. Kerangka Konseptual Penelitian

Berikut ini adalah kerangka konseptual penelitian:

Gambar II.2

Kerangka Konseptual Penelitian

“Pengaruh Customer-Based Brand Equity terhadap Keputusan Pembelian Ulang produk KFC Melalui Kemauan Membeli Harga Premium.” CBBE KFC

(X1)

• Kesan Kualitas (PQ)

• Kesan Nilai Merek dari Sebuah Harga (PVC) • Keunikan Merek (BU) Kemauan untuk Membayar Harga Premium (X2)

• Harga • Waktu • Usaha Keputusan Pembelian Ulang (Y)

• Pengalaman terhadap KFC

• Membanding kan dengan Merek lain

(48)

H. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan beberapa teori di atas maka, penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. CBBE KFC berpengaruh terhadap kemauan membeli harga premium.

2. Kemauan membeli harga premium berpengaruh terhadap keputusan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian studi kasus.

Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif,

terinci dan mendalam terhadap gejala tertentu. Menurut Umar (1997:29)

penelitian studi kasus adalah penelitian yang terperinci mengenai suatu objek

tertentu dalam kurun waktu tertentu. Kesimpulan dari penelitian ini hanya

berlaku pada kasus yang bersangkutan, sehingga tidak dapat digeneralisasikan

pada kasus lain.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, konsumen KFC.

2. Objek Penelitian

Obyek penelitian disini meliputi indikator-indikator yang diteliti, yaitu:

CBBE yang terdiri dari kesan kualitas, kesan nilai merek dari sebuah

harga, dan keunikan merek. Kemauan untuk membeli harga premium yang

terdiri dari harga, waktu, dan usaha. Keputusan pembelian ulang yang

terdiri dari: pengalaman dengan merek KFC, membandingkan dengan

merek lain, dan membeli KFC untuk gengsi.

(50)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah konsep abstrak yang dapat diukur. Variabel dari

penelitian ini adalah:

1. Variabel Terukur (Measured Variable)

Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui

penelitian lapangan atau survai. Sering disebut juga indicator variables,

observed variables atau manifest variables yang digambarkan dalam

bentuk segi empat atau bujur sangkar.

Dalam penelitian ini variabel terukurnya adalah: kesan kualitas

(X1.1), kesan nilai merek dari sebuah harga (X1.2), keunikan merek

(X1.3), harga (X2.1), waktu (X2.2), usaha (X2.3), pengalaman terhadap

KFC (Y.1), membandingkan dengan merek lain (Y.2), membeli untuk

gengsi (Y.3).

2. Faktor (Latent Variables)

Faktor adalah sebuah variabel bentukan yang dibentuk melalui

(51)

construct atau unobserved variables yang digambarkan dalam bentuk

diagram lingkar atau oval atau elips.

Dalam penelitian ini latent variablesnya adalah: CBBE KFC (X1),

kemauan untuk membayar harga premium (X2) dan keputusan pembelian

ulang (Y).

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan

waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan diamati (Kuncoro,

2003:70). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, konsumen waralaba fast food KFC.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan

karakteristik populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, maka

kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu, sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili.

Jika sampel kurang representatif, akan mengakibatkan nilai yang dihitung

dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 100

responden, dari mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(52)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling, dimana sampel yang digunakan berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel.

Kriteria-kriteria tersebut yaitu responden merupakan konsumen restoran fast food

KFC, dan responden tersebut telah membeli ulang produk KFC selama paling

lama 2 bulan sebelum saat dilakukan pengambilan data (Sugiyono, 2009 :

77).

H. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan survai lapangan yang

menggunakan semua pengumpulan data orisinal (Kuncoro, 2003:127).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpul data.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data

(Kuncoro, 2003:127). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

(53)

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen

untuk mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk

pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah

dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden (Muhidin dan

Abdurahman, 2007:25).

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti. Instrumen penelitian sudah dibakukan, tetapi kadang kala masih ada

yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan

digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data

kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala

(Sugiyono, 2009:131).

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai

acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat

ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif.

Dengan skala pengukuran, nilai variabel yang diukur dengan

instrumen tertentu misalnya sikap dapat dinyatakan dalam bentuk angka,

sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Skala sikap yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial yang selanjutnya disebut sebagai variabel

(54)

Skala Likert akan menjabarkan variabel yang diukur menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata.

Untuk keperluan analisis kuantitas, maka jawaban itu dapat diberi skor,

misalnya:

1. Sangat setuju/ sangat baik/ sangat positif, diberi skor 5

2. Setuju/ baik/ positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/ netral/ kadang-kadang diberi skor 3

4. Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2

5. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor 1

Untuk membaca nilai skor hasil pengolahan data, berikut ini adalah

batasan-batasan penilaian responden terhadap variabel penelitian:

a) Skala Terendah = 1

b) Skala Tertinggi = 5

Interval = 0,8

Sehingga diperoleh batasan persepsi sebagai berikut:

Nilai 1 – 1,8 = Sangat tidak baik

Nilai 1,81 - 2,6 = Tidak Baik

Nilai 2,61 – 3,4 = Cukup

Nilai 3,41 – 4,2 = Baik

(55)

J. Teknik Pengujian Instrumen

Kegiatan pengujian instrumen penelitian meliputi dua hal, yaitu

pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas diperlukan

sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat ukur agar kecenderungan keliru

dapat diminimalkan (Muhidin dan Abdurahman, 2007: 30-37).

1. Pengujian Validitas Instrumen

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat

mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Ada dua jenis

validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas logis (logical validity)

dan validitas empirik (empirical validity) (Arikunto, 1993:219).

Validitas logis adalah validitas yang dinyatakan berdasarkan hasil

penalaran. Instrumen dinyatakan valid apabila telah dirancang dengan baik

dan mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Jadi tidak perlu diuji. Akan

tetapi, dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis validitas empirik.

Dalam validitas empirik, suatu instrumen penelitian dinyatakan valid jika

sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu melalui sebuah uji coba.

Selanjutnya peneliti menentukan validitas berdasarkan formula

tertentu, yaitu koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson

(56)

Rumus:

rxy =

(

) (

)

(

)

[

]

[

∑ ∑

(

)

]

2 2

2 2

y y

N x x

N

y x xy

N

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi product moment x : Skor atau nilai dari setiap item

y : Skor atau nilai dari setiap pertanyaan atau item

xy : hasil kali skor x dan y untuk setiap responden

N : Jumlah sampel (responden)

Besarnya rxy dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikansi (

α

) = 5%, jika rxy > rtabel maka kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas instrument dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alat ukur, sehingga hasil

suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya

hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama, diperoleh hasil yang relatif sama (Muhidin

dan Abdurahman, 2007:37).

Formula yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument

dalam penelitian ini adalah Koefesien Alfa (

α

) dari Cronbach. Suatu

instrument dapat dinyatakan reliabel jika Cronbach Alpha Coeficient di

(57)

Rumus:

r 11 =

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − • ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

2 2 1 1 t i k k σ σ Di mana:

Rumus Varians =

( )

N N x x

= 2 2 2

σ

r 11 = Reliabilitas instrument/ koefesien alfa k = Banyaknya bulir soal

=

2

i

σ

Jumlah varians bulir

2

i

σ = Varians total

N = Jumlah responden

K. Teknik Analisis Data

1. Alat Analisis Data

Alat analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah SEM

(Structural Equation Modeling) atau Model Persamaan Struktural. SEM

adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan

pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara

simultan (Ferdinand, 2002:6).

Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa

(58)

yang mempengaruhi (independent). Variabel terikat adalah variabel yang

dituju oleh satu atau beberapa anak panah satu arah.

Masing-masing variabel terikat dan variabel bebas dapat berbentuk

faktor (atau konstruk, yang dibangun dari beberapa variabel indikator).

Beberapa konversi yang berlaku dalam diagram SEM, adalah :

a. Variabel terukur (Measured Variable)

Variabel ini disebut juga observed variables, indicator variables atau

manifest variables, digambarkan dalam bentuk segi empat atau bujur

sangkar. Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari

melalui penelitian lapangan, misalnya melalui instrumen survei.

b. Faktor

Faktor adalah sebuah variabel bentukan, yang dibentuk melalui

indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata. Karena merupakan

variabel bentukan, maka disebut latent variables. Nama lain untuk latent

variables adalah construct atau unobserved variables. Faktor atau

konstruk atau variabel laten ini digambarkan dalam bentuk diagram

lingkar atau oval elips.

2. Langkah Pemodelan SEM

Untuk membuat pemodelan SEM diperlukan beberapa langkah, yaitu :

a. Pengembangan Model teoritis

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian

atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis

(59)

komputeriasi program SEM. Oleh karena itu dalam pengembangan

model teoritis harus dilakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui

telaah pustaka guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang

dikembangkannya. Tanpa dasar yang kuat SEM tidak dapat digunakan.

Hal ini disebabkan karena SEM tidak digunakan untuk menghasilkan

sebuah model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis,

melalui data empirik.

b. Pengembangan diagram alur (Path diagram)

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangunnya pada

langkah pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path

diagram tersebut akan mempermudah melihat hubungan-hubungan

kausalitas yang ingin diujinya. Sedemikian jauh, diketahui bahwa

hubungan-hubungan kausal biasanya dinyatakan dalam bentuk

persamaan. Tetapi dalam SEM (termasuk didalamnya operasi program

AMOS) hubungan kausalitas itu cukup digambarkan dalam sebuah path

diagram, dan selanjutnya bahasa program akan mengkonvensi

gambar-gambar persamaan, dan persamaan menjadi estimasi.

Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram alur, yaitu :

1) Konstruk Eksogen ( Independent Variable) :

Konstruk eksogen dalam penelitian ini adalah Core CBBE of KFC

(60)

2) Konstruk Endogen (Dependent Variable):

Konstruk endogen yang pertama dari path diagram di bawah adalah

Kemauan Membeli Harga Premium diukur oleh X2.1, X2.2, X2.3.

Konstruk endogen yang kedua adalah Keputusan Pembelian Ulang

diukur oleh Y.1,Y.2, Y.3.

Gambar III.1

Diagram Alur (Path Diagram)

Keterangan :

X1: CBBE KFC

X2: Kemauan untuk Membayar Harga Premium

Y :Keputusan Pembelian Ulang Kesan Kualitas:

X1.1

Kesan Nilai Merek dari Sebuah Harga: X1.2

Keunikan Merek: X1.3

CBBE KFC (X1)

Harga: X2.1

Usaha: X2.3 Waktu: X2.2

Keputusan Pembelian Ulang (Y)

Pengalaman dengan Merek KFC: (Y.1)

Membandingkan dengan Merek Lain: (Y.2)

Membeli untuk Gengsi: (Y.3)

Kemauan untuk Membayar

Harga

(61)

3. Asumsi – Asumsi dalam SEM

Menurut Ferdinand (2002: 51), asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam

prosedur pengumpulan data dan pengolahan data yang dianalisis dengan

pemodelan SEM adalah :

a. Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang sesuai adalah antara 100-200. Bila ukuran sampel

menjadi terlalu besar misalnya lebih dari 400 maka metode menjadi

“sangat sensitif” sehingga sulit untuk mendapatkan ukuran-ukuran

goodness of fit yang baik. Ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5

kali/observasi untuk setiap parameter (Hair dkk dalam Ferdinand,

2002:48).

b. Normalitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan

SEM. Uji yang digunakan adalah dengan mengamati skewness value

dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik

deskriptif dari hampir semua program statistik.

c. Outliers

Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan

muncul dalam nilai-nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal

(62)

4. Uji Goodness of Fit

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap

berbagai kriteria. Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung

proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang

dijelaskan oleh matrik kovarians populasi yang terestimasikan. Uji ini

dilakukan setelah data yang digunakan telah memenuhi asumsi-asumsi

SEM (Ferdinand, 2002:61) . Uji kesesuaian model meliputi:

a. X2-Chi Square Statistic

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah

likehood ration Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang

baik atau memuaskan bila X2 rendah. Semakin kecil nilai X2, semakin baik model itu.

b. Significance Probability

Probability adalah uji signifikansi terhadap perbedaan matriks

kovarians data dan matrik kovarians yang diestimasi. Nilai probability

yang diharapkan adalah lebih besar atau sama dengan 0,05.

c. RMSEA- The Root Mean Square Error of Approximation

Sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi

chi-square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam

populasi. Nilai RMSEA lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan

indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah

(63)

d. GFI

GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang

nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang

tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

e. AGFI

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Fit index ini dapat diadjust terhadap degrees of freedom yang tersedia untuk menguji

diterima atau tidaknya model. GFI maupun AFGI adalah kriteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah

matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan

sebagai tindakan yang baik good overall model fit (baik) sedangkan

besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup.

f. CMIN/DF

The minimum sampel discrepancy function (CMIN) dibagi dengan

degree of fredom akan menghasilkan indeks CMIN/DF sebagai salah

satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. CMIN/DF

adalah statistic chi-square, x2 dibagi DF sehingga disebut x2 relatif. Nilai x2 relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kurang dari 3.0 adalah adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

g. TLI

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan adalah lebih besar dari atau sama

(64)

h. CFI-Comparative Fit Index

Besaran index ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1 dimana

semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi.

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI lebih besar atau sama dengan

0,9.

Tabel III.1

Kriteria Goodness of Fit

No. Goodness of fit Cut-off Value

a. 2

x -Chi-square Diharapkan kecil b. Significance Probability ≥ 0.05

c. RMSEA ≤ 0.08

d. GFI ≥ 0.90

e. AGFI ≥ 0.90

f. CMIN/DF ≤ 2.00

g. TLI ≥ 0.95

h. CFI ≥ 0.95

Sumber: Ferdinand (2002: 61)

5. Regression Weight (Interprestasi dan Modifikasi Model)

Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan

memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat

pengujian yang dilakukan. Jika sebuah measurement model telah lolos

dalam pengujian, proses pengujian dapat dilakukan dengan structural

model yang ada.

Model yang baik mempunyai nilai C.R. ≥ ± 1,96 untuk taraf

signifikansi 0,05 (5%) atau C.R. ≥ ± 2.58 untuk taraf signifikansi 0,01

(1%). Jika nilai C.R. lebih besar dari 2,58 maka hubungan kausalitasnya

(65)

Dari hasil pengujian model structural tersebut didapatkan tabel

Regression Weight. Nilai C.R. yang ada pada tabel Regression Weight

dapat dipakai sebagai dasar pengujian hipotesis dalam penelitian ini.

Pengambilan keputusan setelah melakukan uji menggunakan nilai

C.R. ≥ ± 2,58, maka:

Jika p≥ 0.01 maka H0 diterima. Jika p < 0,01 maka H0 ditolak.

6. Standardized Regression Weight

Setelah pengujian hipotesis selanjutnya dapat dianalisis seberapa kuat

indikator-indikator dari variabel dalam penelitian ini membentuk variabel

(66)

Gambar

Gambar II.1   : Model Konseptual CBBE ...............................................
Gambar II.1
Gambar II.2
gambar persamaan, dan persamaan menjadi estimasi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan luas lahan yang digunakan oleh petani yang menggunakan bokasi lebih luas (0,778 ha) dibandingkan dengan petani yang menggunakan herbafarm (0,614 ha). Dilain hal,

Teaching Lecturer Faculty Of Health Sciences Muhammadiyah University Of Purwokerto.. Efektivias Jus Tomat Dan Jus Wortel Terhadap Perubahan Tekanan Darah Tinggi Pada

148 2 Berdasarkan masukan sejarah tersebut konsep yang akan digunakan dalam perancangan rumah tinggal ini merujuk pada konsep arsitektur modern yang hijau dengan

[r]

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Melalui pembelajaran online peserta didik mampu menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi dan substitusi dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami implementasi SAP berbasis akrual dalam aspek komitmen pimpinan, kapasitas SDM, dana pemeliharaan,

4.2.1Pengaruh tekanan udara pada lama penembusan plat aluminium dengan ketebalan 0,6