PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Jesus Christ yang memberkatiku sepanjang waktu
Bapak dan ibuku tercinta,
Seluruh keluarga besarku,
Serta saudara – saudari dan sahabat – sahabatku,
Terima kasih atas segala kasih sayang, doa, dukungan dan penyertaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Angelina Desy, Natalia, 2011. Hasil Belajar Siswa dalam Uji Coba Pembelajaran Matematika yang Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif di Kelas IV SD Kanisius Kadirojo. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif, yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif. Subjek penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo. Pengumpulan data berlangsung pada tanggal 4 maret 2011 – 12 maret 2011, berlangsung selama empat kali pertemuan. Pada pertemuan pertama sampai pertemuan ke tiga pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan ke empat diadakan ulangan harian materi penjumlahan pecahan. Pengumpulan data penelitian diperoleh dengan cara merekam kegiatan pembelajaran dengan alat bantu handycam. Analisis data dilakukan dengan prosedur: (i) reduksi data yang meliputi transkipsi data rekaman video dan penentuan topik-topik data, (ii) kategorisasi data, dan (iii) penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini terbagi atas dua bagian yaitu hasil belajar matematika siswa dan hasil belajar nilai kemanusiaan siswa. (1) Hasil belajar matematika siswa yang tampak dalam pembelajaran selama tiga kali pertemuan berupa kemampuan nilai matematika yang ditunjukkan siswa adalah: (a) Kemampuan menyatakan pecahan: (i) Kemampuan menyatakan bagian warna ke dalam bentuk pecahan, (ii) kemampuan menuliskan bentuk pecahan dari suatu bilangan desimal, (iii) Kemampuan menentukan nilai tempat pada bilangan pecahan desimal, (b) kemampuan menjumlahkan pecahan: (i) menjumlahkan pecahan biasa dengan penyebut yang sama, (ii) menjumlahkan pecahan biasa dengan penyebut yang berbeda, (iii) mengurutkan langkah – langkah menjumlahkan pecahan campuran, (iv) menjumlahkan pecahan campuran dengan penyebut yang sama, (v) menjumlahkan pecahan campuran dengan penyebut yang berbeda, (vi) kemampuan menjumlahkan pecahan desimal. (2) Hasil belajar matematika siswa yang tampak dari evaluasi pembelajaran adalah: sebanyak 23 siswa dari 33 siswa yang nilainya sudah mencapai KKM dengan kata lain sebanyak 70% siswa yang nilainya sudah memenuhi standar KKM. (3) Hasil belajar nilai kemanusiaan yang tampak dalam pembelajaran adalah: (a) kemampuan bekerjasama dengan guru dan teman, (b) kemampuan menghargai perbedaan, (c) kemampuan untuk bertanggung jawab: (i) kemampuan menunjukkan sikap tanggung jawab, (ii) kesadaran akan tanggung jawab dalam disiplin sekolah. (4) Hasil belajar nilai kemanusiaan siswa yang tampak dari observasi guru adalah: (a) nilai kemanusiaan menghargai perbedaan, (b) nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
kemanusiaan tolong menolong, (c) nilai kemanusiaan tanggung jawab, (d) nilai kemanusiaan kerjasama, (e) nilai kemanusiaan menghormati perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Angelina Desy, Natalia, 2011. Student Results in Trial-Based Mathematics Learning Paradigm Reflective Pedagogy at SD Kanisius Kadirojo Class IV. Thesis Studies Program Mathematics Education, Faculty of Teacher Training and Science Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aimed to: find out the results of student learning in math-based learning Reflective Pedagogical Paradigm. This research is a type of qualitative descriptive study. The data collected is qualitative, relating to student learning outcomes in mathematics-based learning Reflective Pedagogical Paradigm. The subject of this study is the students' fourth grade Kadirojo Canisius. Data collection took place on 4 March 2011-12 March 2011, lasted for four sessions. At the first meeting until the meeting of the third implementation of learning activities. At a meeting held to four daily tests summing fractions of material. Collecting research data obtained by recording the activity of learning with the tools handycam. Data analysis was performed with the procedure: (i) reduction of data that includes data transkipsi videotape and determining the topics of data, (ii) categorization of data, and (iii) inferences. The results of this study is divided into two parts, namely mathematics student learning outcomes and student learning outcomes of humanitarian values. (1) The results of studying mathematics students who appear in the learning during the three meetings of the ability of students' math scores shown are: (a) Ability to express fractions: (i) the ability to express the colors in the form of fractions, (ii) the ability to write a fraction of a decimal number, (iii) The ability to determine place value in decimal fractions, (b) the ability to add up fractions: (i) adding fractions with common denominators the same, (ii) summing the ordinary fractions with different denominators, (iii) sort the step - step adding the mixture fraction, (iv) adding the mixture fraction with the same denominator, (v) adding the mixture fraction with different denominators, (vi) the ability to add up the decimal fractions. (2) The results of studying mathematics students who appear from the evaluation of learning is: as many as 23 students from 33 students whose value has reached KKM with the other words as much as 70% of students who already meet the standard value KKM. (3) The results of studying human values that appear in the study were: (a) the ability to cooperate with teachers and friends, (b) the ability to appreciate differences, (c) the ability to be responsible: (i) the ability to demonstrate an attitude of responsibility, (ii) awareness of responsibility in school discipline. (4) The students learn the value of humanity is evident from observations of teachers are: (a) the value of humanity to appreciate the difference, (b) the value of humanity please help, (c) the value of humanitarian responsibility, (d) human values of cooperation, (e) value respect human differences.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus atas segala rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan
judul: Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Yang Berbasis
Paradigma Pedagogi Reflektif. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dengan penyusunan Tugas
Akhir ini penulis diharapkan mampu mempunyai daya analisa yang tajam serta
membantu memperdalam ilmu yang telah diperoleh selama masa studi.
Penulis menyadari bahwa selama masa studi di Program Studi Pendidikan
Matematika, sejak awal studi sampai dengan penyelesaian Tugas Akhir ini
melibatkan banyak pihak. Untuk itu atas segala saran, bimbingan, dukungan,
penyertaan, doa, bantuan dan peran serta dari berbagai pihak khususnya warga
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada kesempatan ini dengan penuh
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
2. Bapak Dr. Susento, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, dorongan dan dukungan kepada penulis dengan penuh perhatian,
kesabaran dan dengan segala kesungguhan hati selama penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Bapak dan Ibu dosen penguji yang telah memberikan nasehat, saran dan kritik
kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Seluruh dosen JPMIPA dan MIPA yang telah memberi dukungan dan ilmu
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun skripsi ini.
5. Bapak Sunarjo, Bapak Sugeng, Ibu Heny dan Mas Agus selaku staf
Sekretariat JPMIPA atas segala bantuan dan kerjasamanya sampai penulis
dapat menyelesaikan masa studi dan penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Th.Supartinah , selaku Kepala Sekolah di SD Kanisius Kadirojo yang
telah memberikan kesempatan, kerja sama dan dukungan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
7. Ibu Lestari Puji Utami, selaku guru matematika kelas IV SD Kanisius
Kadirojo yang telah memberikan kesempatan, kerja sama dan dukungan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Segenap Guru dan Karyawan SD Kanisius Kadirojo atas bantuan dan
kerjasamanya selama penulis mengadakan penelitian di sekolah.
9. Para siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo yang telah memberikan bantuan
dan kerjasamanya kepada penulis selama penelitian berlangsung.
10.Orang Tuaku Bapak Yosef Adam dan Ibu Oliva Sunta yang selalu
memberikan kasih sayang, cinta, doa dan dukungannya dengan penuh
kesabaran dan kerendahan hati.
11.Seluruh keluarga besarku dan sahabat – sahabatku yang telah memberikan
segala kasih sayang, cinta, doa, dukungan, semangat dan bantuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR DIAGRAM ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Batasan Istilah ... 5
E. Deskripsi Judul ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Sistematika Penulisan ... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika ... 9
B. Hasil Belajar Menurut Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 11
C. Materi Penjumlahan Pecahan ... 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 23
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
D. Metode Pengumpulan Data ... 24
E. Metode Analisis Data ... 25
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 28
1. Tahap Ujicoba ... 29
2. Tahap Penelitian Utama ... 30
B. Analisis Data ... 33
1. Transkripsi Rekaman Video ... 34
2. Penentuan Topik-Topik Data ... 34
3. Penentuan Kategori-Kategori Data ... 37
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Tampak Dalam Pembelajaran .... 42
1. Kemampuan Menyatakan Pecahan ... 43
2. Kemampuan Menjumlahkan Pecahan ... 48
B. Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Subjek Siswa Dalam Pembelajaran ... 59
1. Kemampuan Bekerjasama Dengan Teman ... 60
2. Kemampuan Menghargai Perbedaan ... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3. Kemampuan untuk Bertanggung Jawab ... 62
C. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Tampak Dari Ulangan Harian... ... 63
D. Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Siswa dari Hasil Observasi Guru... ... 65
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Belajar Menurut Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 70
B. Hasil Belajar Siswa ... 72
1. Hasil Belajar Matematika Subjek yang Tampak Dalam Pembelajaran.. ... 72
2. Hasil Belajar Matematika Subjek yang Tampak Dari Hasil Evaluasi.. ... 73
3. Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan yang Tampak Dalam Pembelajaran... ... 73
4. Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan yang Tampak Dari Hasil Observasi Guru... ... 74
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN ... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Topik Data hasil belajar Matematika Subjek pada Pertemuan I
Tabel 4.2 Topik Data Hasil Belajar Matematika Subjek pada Pertemuan II
Tabel 4.3 Topik Data hasil belajar Matematika Subjek pada Pertemuan III
Tabel 4.4 Topik Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Subjek pada Pertemuan I
Tabel 4.5 Topik Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Subjek pada Pertemuan II
Tabel 4.6 Topik Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Subjek pada Pertemuan III
Tabel 4.7 Kategori Data Hasil Belajar Berupa Kemampuan Matematika Subjek
Tabel 4.8 Kategori Data Hasil Belajar Berupa nilai kemanusiaan Subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Pohon 1. Kategori dan Subkategori Data Hasil Belajar Berupa Kemampuan Matematika Subjek
Diagram Pohon 2. Kategori dan Subkategori Data Hasil Belajar Berupa Nilai kemanusiaan Subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 80
Lampiran 2. Transkripsi Data ... 87
Lampiran 3. Jawaban Ulangan Harian Siswa ... 170
Lampiran 4. Daftar Nilai Akademik Siswa ... 175
Lampiran 5. Daftar Nilai Evaluasi Kemanusiaan ... 177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan adalah pilihan sekaligus orientasi
pengembangan peradaban bangsa sebagai investasi masa depan pembangunan
bangsa berjangka panjang. Orientasi ini mutlak dilakukan oleh karena pendidikan
diyakini sebagai sarana utama pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan
peningkatan kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada,
pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,
pemerintah selalu merevisi kurikulum yang sudah ada selaras dengan
perkembangan jaman, demikian pula dengan model pembelajaran yang diterapkan
selalu mengalami perkembangan.
Paradigma pedagogi reflektif merupakan suatu pola pikir pendidikan atau
pembelajaran yang mengintegrasikan pengembangan keilmuan dan
pengembangan nilai kemanusiaan dalam suatu proses yang terpadu, yang
dirancang sedemikian rupa sehingga nilai kemanusian ditumbuhkan dari
kesadaran dan kehendak siswa sendiri. Pembelajaran bidang studi disesuaikan
dengan konteks siswa dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan
melalui dinamika pengalaman refleksi, aksi dan disertai evaluasi. Maksudnya
dengan pengalaman tersebut, siswa mengalami sendiri nilai kemanusiaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
diperjuangkan. Dengan refleksi, siswa menyadari sendiri maknanya. Dengan aksi,
siswa mengubah pola sikap yang bermuara pada perubahan perilaku dari
kemauannya sendiri (NN, tanpa tahun).
Sesuai dinamika PPR, pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan
dengan (a) memperhatikan konteks siswa (akademis, spiritual, psikis, fisik,
budaya, ekonomis, dll.) ; (b) mengajak siswa masuk ke dalam pengalaman belajar,
baik langsung maupun tidak langsung. Belajar di sini bukan hanya menyangkut
aktivitas otak atau pikiran (kognitif), tetapi juga melibatkan seluruh pribadi,
perasaan, dan kemauan (afektif). Belajar perlu melibatkan dimensi afektif dengan
mencoba merasakan dan mengalami kebenaran yang diperolehnya; (c) mengajak
siswa berefleksi untuk menemukan maksud, tujuan, nilai, makna, dan manfaat
dari pengalaman belajar. Refleksi ini amat penting karena akan meningkatkan
perkembangan dalam bidang emosi, pengetahuan, rasa sosial, kerohanian, dsb. ;
(d) melaksanakan apa yang disadari dalam refleksi sebagai baik, benar, dan
bermanfaat dalam perbuatan nyata. Aksi menunjukkan pertumbuhan batin seorang
siswa berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan, kemudian
dimanifestasikan secara lahiriah dalam perbuatan; (e) melaksanakan evaluasi (tes)
untuk mengukur/melihat keberhasilan akademis siswa dalam belajar. Kecuali
bidang akademik, yang perlu dievaluasi adalah perkembangan kepribadian siswa.
Dalam dinamika PPR, refleksi memegang peranan amat penting. Tidak ada
suatu pertumbuhan atau perkembangan tanpa refleksi. Tetapi refleksi saja belum
cukup. Karena dalam refleksi, kita baru sampai kesadaran batin tentang nilai :
baik-buruk, benar-salah dan berguna-tidak berguna. Refleksi itu harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
ditindaklanjuti dengan aksi, yaitu usaha untuk sungguh-sungguh melaksanakan
dalam perbuatan/tindakan nyata apa yang disadari sebagai baik dan bermanfaat.
Refleksi tanpa dibarengi oleh aksi, akan mandul dan tidak membawa perubahan
hidup ke arah yang lebih baik. Kalau dipersiapkan dengan matang dan kita
laksanakan dengan sungguh-sungguh, pembelajaran berpola PPR akan menjadi
pembelajaran penuh makna dan bermanfaat sebagai pemandu ke arah hidup yang
lebih baik.
Salah satu diantara banyak sekolah yang telah mengupayakan Pola PPR
dalam proses pembelajaran adalah SD Kanisius Kadirojo. Sekolah dasar yang
terletak di kalasan, Kabupaten Sleman Yogyakarta tersebut baru mengupayakan
Pembelajaran berpola PPR. Yayasan Kanisius yang ada di Yogyakarta sudah
mengupayakan pembelajaran berpola PPR sejak Tahun 2008. Para guru
memperoleh sosialisasi tentang PPR dari berbagai sumber. Beberapa memperoleh
sosialisasi dari penggerak PPR sendiri, yaitu Romo J. Subagyo, SJ yang
berkedudukan di Semarang. Sebagian guru lainnya memperoleh sosialisasi dari
tim PPR yang dikirim oleh Romo J. Subagyo, SJ ke Yayasan Kanisius Cabang
Surakarta. Sebagian lagi lainnya memperoleh sosialisasi dari kepala sekolah dan
guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah (Susento, 2010).
Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran di SD Kanisius Kadirojo yang
baru mencoba untuk mengupayakan Pembelajaran berpola PPR. Peniliti terlibat
sebagai salah satu asisten penelitian Dr. Susento, M.S selaku dosen pendidikan
matematika Sanata Dharma yang akan meneliti bagaimana pembelajaran berpola
PPR di SD Kanisius Kadirojo. Dari pengamatan tersebut, peneliti ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mengetahui bagaimanakah hasil belajar siswa pada saat mengikuti pembelajaran
yang Berparadigma Pedagogi Reflektif di SD Kanisius Kadirojo dan sejauh mana
kesesuaian antara hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo tersebut
dengan prinsip-prinsip pembelajaran menurut PPR. Penelitian ini difokuskan pada
materi Pecahan dalam proses pembelajaran kelas IV di SD Kanisius Kadirojo.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk berusaha mengungkapkan
bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang berbasis
paradigma pedagogi reflektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti
mengajukan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika yang berbasis paradigma pedagogi reflektif di
kelas IV SD Kanisius Kadirojo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari perumusan masalah tersebut adalah untuk mendeskripsikan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang berbasis paradigma
pedagogi reflektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Batasan Istilah
Istilah-istilah dalam pertanyaan dan tujuan didefinisikan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa adalah hasil belajar siswa dari pembelajaran dengan
pendekatan paradigma pedagogi reflektif yang berlangsung setelah proses
pembelajaran.
2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang
diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga
dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembelajaran matematika dilaksanakan di kelas IV SD yang dilakukan sebanyak
tiga kali pertemuan dan dilaksanakan di dalam kelas yaitu berupa kegiatan
pembelajaran dengan topik Pecahan pada siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo,
yang dibimbing oleh guru bidang studi yang bersangkutan.
4. Paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir pendidikan atau pembelajaran
yang mengintegrasikan pengembangan keilmuan dan pengembangan nilai
kemanusiaan dalam suatu proses yang terpadu, yang dirancang sedemikian rupa
sehingga nilai kemanusian ditumbuhkan dari kesadaran dan kehendak siswa
sendiri. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa dan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan melalui dinamika pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
refleksi, aksi dan disertai evaluasi. Maksudnya dengan pengalaman tersebut, siswa
mengalami sendiri nilai kemanusiaan yang diperjuangkan. Dengan refleksi, siswa
menyadari sendiri maknanya. Dengan aksi, siswa mengubah pola sikap yang
bermuara pada perubahan perilaku dari kemauannya sendiri.
5. Siswa adalah subyek penelitian ini, yang menerima pembelajaran dengan
pendekatan pedagogi reflektif.
E. Deskripsi Judul
Penelitian ini berjudul “Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Matematika yang Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif”.
Penelitian ini mendeskripsikan hasil belajar siswa yang berlangsung setelah
proses pembelajaran matematika yang berbasis paradigma pedagogi reflektif.
Penelitian ini dilakukan dalam pembelajaran di dalam kelas, dengan materi
pembelajaran Pecahan. Pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan
dengan rincian: 3 kali pertemuan membahas teori, latihan soal dan evaluasi nilai
kemanusiaan, 1 kali pertemuan dilakukan untuk ulangan harian. Pembahasan teori
dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, sedangkan proses
evaluasi akademik dan evaluasi nilai kemanusiaan dilakukan dengan ulangan
harian, refleksi dan aksi. Adapun dalam proses pembelajaran di SD Kanisius
Kadirojo, Guru menerapkan pendekatan pembelajaran berpola PPR, yang meliputi
kegiatan yang terkait dengan konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti sebagai calon guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri sebagai
seorang calon guru, yaitu peneliti dapat mengetahui rangkaian hasil belajar siswa
kelas IV SD dalam mengikuti pembelajaran matematika berparadigma pedagogi
reflektif pada materi Pecahan. Sehingga nantinya dapat mempersiapkan metode
pembelajaran atau cara mengajar baru yang dapat diterapkan untuk menghadapi
tindakan siswa SD yang mengikuti pembelajaran matematika berpola PPR.
2. Bagi guru bidang studi matematika
Dengan adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan guru dapat
mempertimbangkan dan membuat metode pengajaran yang sesuai dengan PPR,
sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran berikutnya untuk menciptakan
aktivitas siswa dalam pembelajaran yang lebih baik.
3. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa pendidikan matematika, yaitu dapat mengetahui gambaran umum hasil
belajar siswa kelas IV SD dalam mengikuti pembelajaran matematika
berparadigma pedagogi reflektif. Sehingga apabila akan mengadakan penelitian
lanjutan tentang hal yang serupa bisa menjadi acuan atau sebagai bahan
pertimbangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
G. Sistematika Penulisan
Pada penulisan ini dibagi menjadi 7 bab. Bab I berisi tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan istilah, deskripsi
judul dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang landasan teori. Sedangkan
Bab III berisi tentang uraian metode penelitian yang meliputi jenis penelitian,
subyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode pengumpulan data,
instrumen pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab IV berupa analisis data penelitian yang di dalamnya berisi tentang
pelaksanaan penelitian, transkrip rekaman video, topik data, dan kategori data.
Bab V merupakan hasil penelitian, berisi tentang uraian hasil penelitian. Bab VI
berisi tentang pembahasan, sedangkan Bab VII berisi tentang kesimpulan dan
saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana hasil belajar
siswa , pada materi Penjumlahan Pecahan di kelas IV SD Kanisius Kadirojo.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka landasan teori yang akan dipakai dalam
penelitian ini meliputi: (i) Pembelajaran Matematika (ii) Hasil Belajar Menurut
Paradigma Pedagogi Reflektif, (iii) Materi Penjumlahan Pecahan.
A. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian pembelajaran matematika
Pengertian dari pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta
didik (siswa) yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
siswa, serta antara siswa dengan siswa. Dengan demikian pembelajaran
matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran
matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswanya, yang di dalamnya
terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang
amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara
siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004:2
dalam skripsi MM. Yunika N. , 2009).
Dalam bahasa latin, kata matematika berasal dari kata manthanein atau
mathema yang artinya belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan dalam bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu
kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam
matematika bersifat konsisten (Depdiknas, 2003).
Pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan yang menekankan
pada eksplorasi matematika, model berfikir yang matematik, dan pemberian
tantangan atau masalah yang berkaitan dengan matematika. Sebagai akibatnya
peserta didik melalui pengalamannya dapat membedakan pola-pola dan struktur
matematika, peserta didik dapat berfikir secara rasional dan sistematik. (Artanti cit
Hudoyo, 2007 dalam skripsi MM. Yunika N. , 2009).
2. Tujuan pembelajaran matematika
Tujuan dari pembelajaran matematika yaitu (Depdiknas, 2003) :
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, dan perbedaan.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan pendugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
B. Hasil Belajar Menurut Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Menurut Subagyo (2005a:2), Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah
pola pikir pendidikan atau pembelajaran yang mengintegrasikan pengembangan
keilmuan dan pengembangan nilai kemanusiaan dalam satu proses yang terpadu,
yang dirancang demikian sehingga nilai kemanusiaan ditumbuhkan dari kesadaran
dan kehendak siswa sendiri melalui refleksinya dan aksinya. Artinya: dengan
pengalaman, siswa mengalami sendiri nilai kemanusiaan yang diperjuangkan.
Dengan refleksi, siswa menyadari sendiri maknanya. Dengan aksi, siswa
mengubah pola sikap yang bermuara pada perubahan perilaku dari kemauan siswa
sendiri.
Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa, dan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan diusahakan melalui dinamika pengalaman,
refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran dikawal dengan evaluasi (Subagyo,
2005b:1-2). PPR yang merupakan pola pikir pendidikan yang mengintegrasikan
pengembangan intelektual dan nilai kemanusiaan dalam satu proses terpadu, maka
unsur konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi merupakan satu kesatuan
yang utuh.
Dinamika pembelajaran berpola PPR meliputi 5 unsur, yaitu (i) konteks,
(ii) pengalaman, (iii) refleksi, (iv) aksi, dan (v) evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1) Konteks
Pola konteks di sini maksudnya, guru harus mengetahui dan mengenal
para siswanya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Dalam Subagyo (2005a: 2-3) disebutkan bahwa konteks yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1) Bahan pengajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa (juga dengan
minat dan bakat siswa). Dalam pola pikir PPR, penguasaan siswa akan
kompetensinya lebih penting dari banyaknya materi. Kualitas lebih
penting dari kuantitas. Lebih penting apa yang dikuasai siswa dari apa
yang diajarkan guru.
2) Kurikulum atau silabus seharusnya merupakan suatu kebulatan, supaya
pemahaman siswa menjadi utuh. Pembelajaran yang tepat seharusnya
mendukung kebulatan dan keutuhan perkembangan akademik siswa.
3) Nilai kemanusiaan yang diperjuangkan perlu juga disesuaikan dengan
konteks siswa, misalnya apakah sesuai dengan taraf perkembangan
pribadi, sesuai dengan agama, etnis, visi atau misi sekolah.
2) Pengalaman
Pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui
pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu
(Subagyo, 2005a: 3). Pengalaman nilai yang ingin dikembangkan dapat berupa
pengalaman langsung dan juga dapat berupa pengalaman secara tidak langsung.
Penerapan pengalaman langsung, misalnya guru ingin mengembangkan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
persaudaraan dan kerjasama dalam diri para siswa, maka guru memfasilitasi para
siswa dengan kegiatan kerja kelompok. Penerapan pengalaman tidak langsung
biasanya diterapkan jika keadaan tersebut sulit dijangkau, misalnya saja guru
ingin memberi pengalaman ketidakadilan, guru memfasilitasi siswa dengan
memberikan gambar–gambar atau cerita–cerita tentang ketidakadilan. Siswa
diberi kesempatan untuk mendalami peristiwa tersebut dengan membayangkan
dan merasakan peristiwa tersebut.
3) Refleksi
Dari hasil pengalaman yang diperoleh siswa, guru mengajak siswa untuk
melihat kembali pengalaman yang telah diperoleh tersebut. Melihat kembali
pengalaman yang diperoleh disebut refleksi. Menurut Subagyo (2005a: 3), dalam
pola pikir PPR, refleksi merupakan tahap dimana siswa menjadi sadar sendiri
mengenai kebaikan, keenakan, manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan.
Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan
kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang
diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak.
Untuk membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di
dalam pengalaman, guru memfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain:
mengajukan pertanyaan terbuka/divergen; memberi tugas kepada siswa untuk
mengkomunikasikan pendapat/ perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, atau
gambar; mengajak siswa berdiskusi. Menurut Fr.Th. Ambar Prihastomo,SJ (dalam
Subagyo, 2005c: 38), dalam paradigma pedagogi reflektif, siswa sendiri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
berefleksi sedang guru dapat membantu dengan pertanyaan reflektif (bukan
menceramahkan refleksinya sendiri).
4) Aksi
Tindak lanjut dari hasil pengalaman yang sudah direfleksi adalah sebuah
aksi. Kegiatan aksi ini merupakan niatan atau sikap atau perbuatan yang ingin
dilakukan siswa atas kemauan mereka sendiri terkait dengan nilai kemanusiaan
yang ingin diperjuangkan. Menurut Subagyo (2005a:3), perkembangan nilai
kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut
sampai pada bersikap dan berbuat dari kemauannya sendiri. Sikap dan niat adalah
aksi batin, sedangkan perbuatan merupakan aksi lahir. Untuk membantu siswa
menumbuhkan niat, sikap, dan perbuatan, guru memfasilitasi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada nilai yang ingin diperjuangkan.
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penentuan hasil belajar dari para siswa. Guru
perlu mengadakan evaluasi, untuk masalah akademik dapat dilakukan seperti
biasa. Guru seharusnya juga mengadakan evaluasi perubahan pola sikap dan
perilaku (Subagyo, 2005c: 38).
Menurut Subagyo (2005a: 4), evaluasi perkembangan nilai kemanusiaan
tidak dapat dilakukan dengan tes, tetapi dengan observasi. Guru mengobservasi
perbuatan siswa yang spontan, yang menunjukan perkembangan nilai
kemanusiaan. Guru mencatat anekdot (peristiwa yang cukup mencolok). Perlunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
observasi karena ciri khas nilai kemanusiaan adalah kebebasan, siswa berbuat dari
kemauannya sendiri.
Tahap evaluasi pada PPR meliputi evaluasi kompetensi akademik dan
evaluasi nilai kemanusiaan. Guru melakukan evaluasi tidak hanya saat akhir
materi, namun pada setiap kegiatan belajar mengajar guru dapat melakukan
evaluasi, baik evaluasi kompetensi maupun evaluasi perkembangan nilai
kemanusiaan yang sedang diterapkan. Keistimewaan PPR adalah sifatnya yang
fleksibel, PPR dapat digunakan berdampingan dengan kurikulum ’94, KBK,
KTSP atau kurikulum lain manapun (Subagyo 2005a: 4). Karena bersifat fleksibel
maka evaluasi akademik dalam PPR dapat disesuaikan dengan kurikulum yang
sedang berlaku.
Secara singkat: pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang
mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai – nilai
kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa dan
pengembangan nilai – nilai kemanusiaan diusahakan melalui dinamika
pengalaman, refleksi dan aksi. Proses pembelajaran dikawal dengan evaluasi. Ada
6 kata penting yang bisa dipakai untuk mencirikan pembelajaran berpola PPR.
Secara praktis pembelajaran berpola PPR dapat dibandingkan dengan RP berpola
KBK sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
5. Strategi pembelajaran/ skenario: a. Pendahuluan : . . .
5. Strategi pembelajaran/ skenario: a. Introduksi :
- Materi pembelajaran : . . . - Agar kerjasama menjadi
pengalaman persaudaraan b. Kegiatan inti :
- Mengolah materi pembelajaran
- Latihan soal : kerjasama sekaligus pengalaman
10. Evaluasi PPR : dampak pada siswa, guru, dan OR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dari skema pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran biasa dengan
sedikit modifikasi. Bila langkah skema pembelajaran (no. 5) dicermati, perbedaan
KBK dan PPR terdapat dalam cara mengolah latihan soal. Pada pembelajaran
berpola PPR kerjasama dalam belajar bidang studi direkayasa menjadi
pengalaman persaudaraan, yang direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi.
PPR tidak membuat kurikulum baru, mata pelajaran baru, bahkan tidak minta jam
tambahan. Inilah yang disebut dengan “integrasi”.
Yang dituntut PPR, pertama, adalah menyesuaikan materi dan cara belajar
siswa dengan konteks siswa. Materi pembelajaran yang terlalu sukar bagi siswa
atau cara belajar yang tak bisa diikuti siswa akan gagal diserap siswa. Demikian
juga tidak berhasil dalam PPR. “konteks siswa” perlu diperhatikan.
Kunci keberhasilan PPR adalah menjadikan bidang studi sehingga kerjasama
tersebut menjadi latihan atau pengalaman bersaudara, saling bertanggungjawab
dan saling menghargai. Guru memfasilitasi dengan seperangkat tatacara
bekerjasama sehingga kerjasama menjadi latihan atau pengalaman bersaudara,
saling bertanggung jawab dan saling menghargai. Siswa mengalami sendiri
persaudaraan. Kemudian guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa
merefleksikan pengalamannya, sehingga ia menjadi sadar sendiri akan baiknya,
manfaat, dan makna persaudaraan. Selanjutnya guru memfasilitasi dengan
pertanyaan agar siswa ber – “aksi” : membentuk niat yang diharapkan akan
ditindaklanjuti dengan perbuatan. Siswa berniat dan berbuat dari kemauannya
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Berikut ini merupakan diagram PPR menurut Purwono (2008):
Diagram 1 Dinamika pembelajaran dalam PPR
2. Prinsip–prinsip evaluasi hasil belajar menurut PPR
Dari penjelasan tentang PPR di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip–
prinsip evaluasi hasil belajar menurut PPR, yaitu:
a. Evaluasi hasil belajar dalam PPR mencakup hasil belajar akademik dan
hasil belajar nilai kemanusiaan
b. Evaluasi hasil belajar kompetensi akademik dilaksanakan sesuai
pedoman kurikulum yang sedang berlaku;
c. Evaluasi hasil belajar nilai–nilai kemanusiaan diperoleh dengan
menggunakan metode observasi (Subagyo, 2005a: 4);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
d. Evaluasi hasil belajar nilai–nilai kemanusiaan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari 5 unsur dinamika pembelajaran PPR yang
berurutan.
C. Materi Penjumlahan Pecahan
1. Pecahan
a. Pengertian pecahan
Menurut Kamus Matematika ”pecahan adalah (1) hasil dari pembagian, (2)
suatu perbandingan, suatu pecahan dapat ditulis dimana a dan b adalah
bilangan bulat, a disebut pembilang dan b disebut penyebut, (3) suatu bilangan
yang dibandingkan dengan 1” (Roy Holands, 1984 : 56 dalam skripsi Naila
Maulida 2009).
b. Pengertian Bilangan Pecahan
Menurut Soewito (1993 : 152) dalam skripsi Naila Maulida 2009, bilangan
pecahan adalah bilangan yang lambangnya terdiri dari pasangan berurutan
bilangan bulat a dan b, dengan b ≠ 0 yang merupakan penyelesaian persamaan
bx = a, ditulis atau a : b. Sedangkan menurut Nugroho.W (2008: 1) dalam
skripsi Naila Maulida 2009, Bilangan pecahan terdiri atas dua bagian yaitu
bilangan sebagai pembilang dan sebagai penyebut, pembilang adalah bilangan
yang berada di bagian atas suatu pecahan yang menunjukkan berapa besar
bagian yang digunakan. Penyebut adalah bilangan yang berada di bagian
bawah suatu pecahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian bilangan pecahan adalah bilangan yang menyatakan sebagian dari
suatu keseluruhan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan
cacah a dan b, ditulis dengan syarat bilangan b ≠ 0
Macam-macam pecahan :
1. Pecahan Biasa
Pecahan biasa adalah pecahan baik pembilang dan penyebutnya berupa
integer atau bilangan bulat.
Misal :
Pecahan campuran adalah suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan cacah
(bilangan bulat) dan pecahan biasa.
Misal : 1 2 1
,3/2.
3. Pecahan Desimal
Pecahan desimal adalah pecahan yang penyebutnya pangkat dari10.
Misal:
Persen adalah pecahan yang penyebutnya 100 atau peratusan.
Misalnya :
100 1
= 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Lima sifat operasi berhitung
Sistem bilangan rasional memenuhi kelima sifat operasi hitung berikut ini :
- Misalkan a, b dan c adalah bilangan real maka akan selalu berlaku :
a + (b + c) = (a + b) + c (sifat asosiatif penjumlahan)
- Misalkan a, b dan c adalah bilangan real maka akan selalu berlaku :
a x (b x c) = (a x b) x c (sifat asosiatif perkalian)
- Misalkan a, b dan c adalah bilangan real maka akan selalu berlaku :
a + b = b + a (sifat komutatif penjumlahan)
- Misalkan a, b dan c adalah bilangan real maka akan selalu berlaku :
a x b = b x a ( sifat komutatif perkalian )
- Misalkan a, b dan c adalah bilangan real maka akan selalu berlaku :
a x (b + c) = a x b + a x c (sifat distributif kiri perkalian terhadap
penjumlahan)
(a + b) x c = a x c + b x c ( sifat distributif kanan perkalian terhadap
penjumlahan)
c. Penjumlahan Pecahan Biasa
a. Penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama
Dengan syarat
b. Penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut berbeda
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dengan syarat
d. Penjumlahan Pecahan Campuran
Karena pecahan campuran adalah penjumlahan dari bilangan bulat dan
pecahan, untuk menjumlahkan pecahan campuran berlaku aturan :
a. Jumlahkan bagian yang berupa bilangan bulat
b. Jumlahkan bagian yang berupa pecahan dan sederhanakan, jika perlu
c. Jika jumlah dari bagian yang berupa pecahan adalah pecahan yang belum
sederhana, sederhanakan pecahan tersebut dan jumlahkan hasilnya dengan
hasil penjumlahan dari langkah pertama.
e. Penjumlahan Pecahan Desimal
Untuk menghitung penjumlahan pecahan desimal, yang perlu diperhatikan
adalah nilai tempat dan nilai angka pada tiap angka pecahan desimal.
penyelesaian penjumlahan pecahan decimal dengan cara bersusun harus
memperhatikan letak tanda koma dan harus lurus. Misalnya tanda koma lurus
dengan tanda koma, puluhan lurus dengan puluhan, satuan lurus dengan
satuan, persepuluhan lurus dengan persepuluhan, perseratusan lurus dengan
perseratusan, dst.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian, subyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode
pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan metode analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian digunakan untuk mendeskripsikan rangkaian hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang berbasis paradigma pedagogi
reflektif, yang terjadi pada siswa dalam keadaan yang sebenarnya.
B. Subyek Penelitian
Subyek yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo pada semester satu tahun ajaran 2010/2011
dengan pendekatan pedagogi reflektif. Gejala-gejala yang diamati adalah hasil
belajar siswa yang terjadi setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada jam pelajaran matematika di sekolah dan
dilaksanakan di dalam ruangan kelas IV SD Kanisius Kadirojo Kalasan.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
D. Metode Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara observasi langsung dan
observasi tidak langsung. Observasi langsung dilakukan dengan mengamati
kegiatan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan observasi
tidak langsung dilakukan dengan mengamati hasil perekaman kegiatan
pembelajaran yang telah direkam dengan menggunakan alat perekam ‘handy-cam’
secara menyeluruh. Pengamatan data hasil belajar berupa nilai kemanusiaan yang
tampak pada pembelajaran matematika pertemuan I – III dilakukan oleh peneliti.
Peneliti melakukan pengamatan mengenai nilai kemanusiaan apa saja yang sudah
tampak pada siswa dengan melihat kesiapan siswa dalam membangun niat untuk
mengamalkan nilai kemanusiaan tersebut sesuai dengan nilai – nilai kemanusiaan
yang dikembangkan dalam RPP (lihat lampiran RPP). RPP yang digunakan
adalah RPP yang dibuat oleh guru dan sudah dikonsultasikan pada dosen
pembimbing. Kesiapan siswa untuk membangun niat tampak pada saat guru dan
siswa melaksanakan refleksi bersama mengenai nilai kemanusiaan (lihat
transkripsi data pada lampiran halaman 87 - 169). Hasil belajar berupa nilai
kemanusiaan yang tampak pada observasi guru dilakukan oleh guru bidang studi
matematika kelas IV SD Kanisius Kadirojo dengan mengamati tingkah laku siswa
selama pembelajaran berlangsung. Observasi nilai – nilai kemanusiaan dilakukan
guru dengan memperhatikan perilaku siswa selama tiga pertemuan, dengan cara
mencantumkan tanda (+) jika nilai kemanusiaan yang dikembangkan sudah
tampak pada perilaku siswa, dan mencantumkan tanda (–) jika nilai kemanusiaan
yang dikembangkan tidak tampak pada perilaku siswa (lihat lampiran nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kemanusiaan halaman 179). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan selama empat
kali pertemuan, tiap pertemuan berlangsung maksimal selama 2 jam pelajaran.
Pada tiap-tiap pertemuan diamati hasil belajar siswa selama pembelajaran di
dalam kelas. Materi pembelajaran adalah penjumlahan pecahan di kelas IV SD
Kanisius Kadirojo Kalasan semester dua.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa rekaman video dan
lembar kerja siswa (LKS). Data-data yang dikumpulkan pada penelitian ini
meliputi data pelaksanaan pembelajaran yang berbasis paradigma pedagogi
reflektif, dan data pengamatan hasil belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung. Data tentang pelaksanaan pembelajaran tersebut dikumpulkan
melalui sebuah proses perekaman dengan menggunakan alat perekam ‘
handy-cam’. Data pelaksanaan pembelajaran tersebut berupa video yang kemudian
disajikan kembali dalam bentuk transkripsi yang berguna untuk mempermudah
peneliti mengamati hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.
Sedangkan data pengamatan hasil belajar dikumpulkan melalui sebuah proses
pengamatan secara langsung dan tidak langsung dengan mengamati hasil evaluasi
belajar siswa.
E. Metode Analisis Data
Kegiatan analisis data meliputi tiga langkah, yaitu reduksi data,
kategorisasi data, dan penarikan kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
a. Reduksi data adalah proses membandingkan bagian-bagian data untuk
menghasilkan topik-topik data. Reduksi data dapat dirinci menjadi beberapa
kegiatan yaitu:
1. Transkripsi
Transkripsi adalah penyalinan atau penyajian kembali sesuatu yang
tampak dan terdengar dalam hasil rekaman video berupa dalam bentuk
narasi tertulis.
2. Penentuan topik-topik data
Topik data adalah deskripsi secara ringkas mengenai bagian data yang
mengandung makna tertentu yang diteliti. Sebelum menentukan
topik-topik data peneliti menentukan makna-makna apa saja yang terkandung
dalam penelitian. Berdasarkan makna-makna tersebut peneliti
membandingkan bagian-bagian data tertentu pada hasil transkripsi sesuai
makna yang terkandung di dalamnya dan membuat suatu rangkuman
bagian data, yang selanjutnya disebut topik-topik data.
3. Penentuan kategori data
Penentuan kategori data merupakan proses membandingkan topik-topik
data satu sama lain untuk menghasilkan kategori-kategori data. Kategori
data adalah gagasan abstrak yang mewakili makna tertentu yang
terkandung dalam sekelompok topik data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan fenomena yang
diteliti dengan cara menemukan dan mensintesakan hubungan-hubungan
di antara kategori-kategori data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pelaksanaan penelitian dan hasil
analisis data dari pembelajaran penjumlahan pecahan di kelas IV SD Kanisius
Kadirojo oleh siswa dan guru. Pelaksanaan penelitian berisi tentang pelaksanaan
penelitian akan dipaparkan dalam subbab A. Sedangkan hasil analisis data
meliputi (i) transkripsi, (ii) penentuan topik-topik data, (iii) penentuan kategori
data, dan (iv) diagram pohon akan dipaparkan dalam subbab B
A. Pelaksanaan penelitian
Uji coba penelitian dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 9
Februari 2011, 11 Februari 2011, dan 12 Februari 2011.
Penelitian dilaksanakan dalam kelas dan dilaksanakan sebanyak empat
kali pertemuan, yaitu pada tanggal 4 maret 2011, 9 maret 2011, 11 maret 2011,
dan 12 maret 2011. Pemberian materi diberikan sebanyak tiga kali pertemuan dan
pada pertemuan ke empat diadakan evaluasi (lihat lampiran RPP halaman 80).
Pada masing-masing pelaksanaan pembelajaran dilakukan proses perekaman dan
pengamatan dengan menggunakan handycam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
1. Tahap Uji Coba
Uji coba penelitian dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 9
Februari 2011, 11 Februari 2011, dan 12 Februari 2011. Tahap uji coba ini
dilakukan untuk berlatih mengumpulkan data dan melakukan sosialisasi dengan
guru dan siswa. Hasil uji coba tersebut digunakan untuk mengevaluasi diri.
Pengambilan data menggunakan satu buah handy-cam. Pada pertemuan
pertama sampai pertemuan ketiga materi pelajaran yang sedang dibahas adalah
mengenai materi mengurutkan pecahan dengan penyebut yang sama dan
mengurutkan pecahan dengan penyebut berbeda.
Selain melakukan uji coba pengambilan data, peneliti juga melakukan
sosialisasi pada subjek siswa dan subjek guru. Sosialisasi ini berguna agar kelak
saat melakukan penelitian sebenarnya subjek guru dan subjek siswa sudah
terbiasa dan tidak merasa canggung saat diambil datanya. Pada tahap uji coba,
subjek guru dan subjek siswa tampak tidak terganggu dengan pengambilan data
yang dilakukan. Sosialisasi dilakukan saat kegitan belajar mengajar di dalam
kelas dan juga pada saat istirahat.
Dari hasil uji coba selama tiga hari tersebut didapatkan beberapa
kekurangan yang harus diperbaiki, sehingga saat pengambilan data sebenarnya
data yang diperoleh dapat maksimal. Kekurangan yang didapatkan antara lain:
dalam pengambilan data, memori handycam yang digunakan tidak cukup untuk
merekam kegiatan pembelajaran selama dua jam pelajaran, sehingga ada
beberapa data yang hilang dan tidak terekam oleh kamera. Dari hasil evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tersebut diharapkan pada pengambilan data sebenarnya kekurangan tersebut
dapat diperbaiki.
2. Tahap Penelitian Utama
a. Pertemuan pertama
Pertemuan yang pertama dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Maret
2011, jam ke 1-2 yaitu pukul 07.00 – 09.00 WIB. Pembelajaran dilaksanakan di
ruang kelas IV SD Kanisius Kadirojo Kalasan.
Pada pertemuan pertama, jumlah siswa yang hadir adalah 33. Tujuan dari
pembelajaran ini adalah agar siswa dapat memahami materi penjumlahan
pecahan, khususnya yaitu penjumlahan pecahan biasa.
Kegiatan pendahuluan diisi dengan mengingat kembali materi pada
pertemuan sebelumnya yaitu mengenai pengurangan pecahan. Guru menanyakan
beberapa pertanyaan pada siswa yang berkaitan dengan materi pengurangan
pecahan. Pada kurikulum, materi penjumlahan seharusnya dipelajari siswa
terlebih dahulu sebelum mempelajari materi pengurangan pecahan. Namun guru
mengubah urutan materi yang diajarkan, dikarenakan pada saat pelaksanaan
penelitian ada pihak lain yang melaksanakan penelitian pada materi pengurangan
pecahan.
Kegiatan inti diisi dengan tugas kelompok untuk mengerjakan LKS.
Mula-mula guru memberi pengantar berupa cerita yang berhubungan dengan pecahan.
Selanjutnya siswa diminta membentuk kelompok yang beranggotakan empat
orang. Guru meminta siswa mengerjakan LKS yang berisi soal-soal mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penjumlahan pecahan biasa. Setelah kerja kelompok selesai, subjek mengajak
seluruh siswa untuk membahas hasil kerja kelompok bersama-sama. Setelah itu
guru memberikan tugas individu berupa latihan soal penjumlahan pecahan biasa.
Sebagai penutup, guru membimbing siswa dalam kegiatan refleksi dan aksi
mengenai kerja sama dan menerima perbedaan.
b. Pertemuan kedua
Pertemuan yang kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2011,
jam ke 1-2 yaitu pukul 07.00 – 08.30 WIB. Pembelajaran dilaksanakan di ruang
kelas IV SD Kanisius Kadirojo.
Pada pertemuan kedua, jumlah siswa yang hadir adalah 33. Tujuan dari
pembelajaran ini adalah agar siswa dapat memahami materi penjumlahan pecahan
khususnya mengenai penjumlahan pecahan campuran.
Kegiatan pendahuluan diisi dengan membahas contoh-contoh soal
penjumlahan pecahan campuran baik yang berupa masalah kontekstual atau pun
soal matematis. Guru membahas contoh-contoh soal ini untuk menanamkan
pemahaman mengenai penjumlahan pecahan campuran pada diri siswa.
Pembahasan contoh dilakukan dengan melibatkan siswa baik dengan menunjuk
siswa untuk menuliskan jawaban mereka di papan tulis mau pun dengan tanya
jawab dalam memeriksa jawaban yang sedang dibahas.
Kegiatan inti diisi dengan latihan soal. Subjek meminta siswa mengerjakan
latihan soal mengenai penjumlahan pecahan campuran yang diambil dari buku
paket matematika. Latihan soal ini dikerjakan secara individu. Subjek berkeliling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
kelas untuk mengawasi siswa dalam mengerjakan soal latihan. Subjek kemudian
membahas latihan soal secara bersama-sama dengan siswa. Setelah itu subjek
memberikan PR berupa soal-soal penjumlahan pecahan campuran.
Sebagai penutup, subjek membimbing siswa dalam kegiatan refleksi dan
aksi mengenai menerima perbedaan.
c. Pertemuan ketiga
Pertemuan yang ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2011,
jam ke 1-2 yaitu pukul 07.00 – 08.30 WIB. Pembelajaran dilaksanakan di ruang
kelas IV SD Kanisius Kadirojo.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa dapat memahami materi
penjumlahan pecahan khususnya mengenai penjumlahan pecahan desimal.
Pada bagian pendahuluan guru mengajak siswa mengingat materi yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai penjumlahan pecahan
campuran. Hal ini dilakukan dengan membahas PR berupa soal mengenai
penjumlahan pecahan campuran. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan tanya
jawab singkat mengenai penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan
penjumlahan pecahan dengan penyebut berbeda.
Bagian inti meliputi kegiatan membahas contoh-contoh soal penjumlahan
pecahan desimal baik yang berupa masalah kontekstual atau pun soal matematis.
Guru membahas contoh-contoh soal ini untuk menanamkan pemahaman
mengenai penjumlahan pecahan desimal pada diri siswa. Pembahasan contoh
dilakukan dengan melibatkan siswa baik dengan menunjuk siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menuliskan jawaban mereka di papan tulis mau pun dengan tanya jawab dalam
memeriksa jawaban yang sedang dibahas.
Setelah selesai membahas contoh-contoh soal guru meminta siswa
mengerjakan tugas individu mengerjakan soal-soal penjumlahan pecahan desimal.
Guru meminta siswa mengerjakan latihan soal mengenai penjumlahan pecahan
desimal yang diambil dari buku paket matematika. Latihan soal ini dikerjakan
secara individu. Guru berkeliling kelas untuk mengawasi siswa dalam
mengerjakan soal latihan. Guru kemudian membahas latihan soal secara
bersama-sama dengan siswa. Setelah itu subjek memberikan PR berupa soal-soal
penjumlahan pecahan desimal.
Sebagai penutup, guru membimbing siswa dalam kegiatan refleksi dan aksi
mengenai tanggung jawab.
d. Pertemuan keempat
Pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2011. Kegiatan
pada pertemuan keempat ini adalah melaksanakan ulangan harian. Subjek
melakukan evaluasi yaitu ulangan, untuk mengetahui tingkat pemahaman yang
diperoleh para siswa. Ulangan yang diberikan berupa tes tertulis, yang mencakup
satu kompetensi dasar yaitu menjumlahkan pecahan.
B. Analisis Data
Setelah melakukan penelitian yang berlangsung selama empat pertemuan,
peneliti mendapatkan data-data yang diperlukan dan mulai melakukan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
analisis data. Proses analisis data dilaksanakan melalui beberapa langkah, yaitu
transkripsi, penentuan topik-topik data, dan penentuan kategori-kategori data.
1. Transkripsi Rekaman Video
Transkripsi adalah proses penyajian kembali suatu kejadian ke dalam bentuk
narasi tertulis. Pada setiap pembelajaran semua situasi kondisi pembelajaran
ditulis sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tanpa ada penambahan atau
pengurangan.
Transkripsi proses pembelajaran terdiri dari empat bagian, yang dibagi
berdasarkan banyaknya pertemuan dalam pelaksanaan penelitian :
a. Transkripsi data pada pertemuan I terdapat pada lampiran II
b. Transkripsi data pada pertemuan II terdapat pada lampiran II
c. Transkripsi data pada pertemuan III terdapat pada lampiran II
2. Penentuan Topik-Topik Data
Topik data adalah rangkuman dari bagian transkrip data yang mengandung
makna tertentu yang diteliti. Dalam penelitian ini, topik datanya dibagi menjadi
dua bagian yaitu topik data hasil belajar matematika siswa dan topik data hasil
belajar nilai kemanusiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
8. Subjek mampu menjawab soal latihan 19 nomor satu sampai lima pada buku paket mengenai penjumlahan dua pecahan campuran berpenyebut sama, yang menghasilkan pecahan campuran juga.
II: 242 - 258
9. Subjek mampu menjawab soal latihan mengenai penjumlahan dua pecahan campuran yang berbeda penyebut, yang menghasilkan pecahan campuran juga.
II: 165 – 356
Tabel 4.3 Tabel Topik Data hasil belajar Matematika Subjek pada Pertemuan III
No Topik Data Kemampuan Bagian Data
1. Subjek mampu menjawab pertanyaan mengenai penjumlahan pecahan campuran yang berbeda penyebut dengan menuliskan jawabannya di papan tulis.
III: 11 – 34
2. Subjek dapat menyimpulkan cara mengerjakan pecahan berbeda penyebut, yaitu dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.
III: 43 – 48
3. Subjek dapat menyimpulkan cara mengerjakan pecahan yang penyebutnya sama,yaitu tinggal menjumlahkan pembilangnya.
III: 47 – 48
4. Subjek mampu menjawab soal dari G mengenai penjumlahan dua bilangan desimal
III: 63 – 70
5. Subjek mampu menyatakan nilai tempat bilangan desimal pada soal latihan mengenai penjumlahan dua bilangan desimal yang dikerjakan dengan cara bersusun.
III: 73 – 137
6. Subjek mampu menjawab soal latihan penjumlahan dua bilangan desimal dengan cara bersusun, dengan memperhatikan aturan nilai tempat.
III: 153 - 168
7. Subjek mampu menjawab dua soal latihan dari G mengenai penjumlahan dua bilangan desimal.
III: 246 – 320
b. Topik Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Siswa
Topik data hasil belajar nilai kemanusiaan siswa disajikan pada tabel-tabel
topik data dimulai dari tabel 4.4 sampai dengan tabel 4.6.
Tabel 4.4Tabel Topik Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Subjek pada Pertemuan I
No Topik Data Kemampuan Bagian Data
1. Subjek mampu menyadari makna dari aksi bersalaman dengan
menyatakan bahwa bersalaman dapat membuat keadaan menjadi lebih tertib, rukun satu sama lain dan dapat mempererat persahabatan.
I: 422 - 427
2. Subjek mampu menyadari bahwa perbedaan pendapat dapat disatukan. I: 439 – 444 3. Subjek mampu menyadari makna bekerjasama dan bersedia untuk
bekerjasama dengan teman, contohnya dalam bekerja kelompok dan dalam hal piket di kelas.
I: 431 – 450
Tabel 4.5 Tabel Topik Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Subjek pada Pertemuan II
No Topik Data Bagian Data
1. Subjek mampu menyadari bahwa jika tidak mengerjakan tugas adalah suatu sikap yang tidak bertanggung jawab.
II:167 – 170
2. Subjek bersedia menghormati teman dengan berteman tanpa membeda-bedakan gender.
II: 391 - 402
3. Subjek bersedia menghargai perbedaan dengan tidak membeda – II: 403 - 406
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
bedakan berteman dengan perempuan atau dengan laki – laki.
Tabel 4.6 Tabel Topik Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Subjek pada Pertemuan III
No Topik Data Kemampuan Bagian Data
1. Subjek dapat menyadari makna dari aturan yang ditetapkan dalam mengerjakan soal, yaitu dalam kehidupan sehari – hari harus mengikuti aturan yang ada supaya menjadi anak yang baik dan mengikuti tata tertib.
III: 465 – 470
2. Subjek mau bekerjasama dengan teman dalam belajar untuk
mempersiapkan ulangan harian esok hari.
III: 531 – 532
3. Penentuan Kategori-Kategori Data
Kategorisasi data merupakan proses membandingkan topik–topik data
yang mewakili makna tertentu yang terkandung dalam sekelompok topik data.
Proses membandingkan topik-topik data satu dengan yang lain dapat
menghasilkan kategori-kategori data. Penentuan kategori data dalam hal ini adalah
menetukan gagasan yang mewakili hal yang sama dalam sekelompok topik data.
Berikut ini disajikan kategori data hasil belajar matematika siswa dan hasil belajar
nilai kemanusiaan siswa pada penjumlahan pecahan, dalam bentuk:
a. Tabel kategori data
b. Diagram pohon kategori data
a. Tabel Kategori Data
1. Kategori Data Hasil Belajar Matematika Siswa
Kategori data hasil belajar matematika siswa disajikan dalam tabel 4.7.
Hasil kategorisasi data ini berdasarkan topik-topik data dalam tabel 4.1 sampai
dengan tabel 4.3.
Berikut ini tabel kategori data hasil belajar matematika siswa
Tabel 4. 7 Kategori Data Hasil Belajar Berupa Kemampuan Matematika Subjek
No Kategori dan Subkategori Topik Data
1. Kategori : kemampuan menyatakan pecahan
Subkategori :
a. Kemampuan menyatakan bagian warna ke dalam bentuk pecahan
P1HB : 1
b. Kemampuan menuliskan bentuk pecahan dari suatu
bilangan desimal
P2HB : 1
c. Kemampuan menentukan nilai tempat pada bilangan pecahan desimal
P3HB: 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Kategori: kemampuan menjumlahkan pecahan Subkategori:
a. Kemampuan menjumlahkan pecahan biasa dengan penyebut yang sama
P1HB : 5
b. Kemampuan menjumlahkan pecahan biasa dengan penyebut yang berbeda
P1HB : 2,4,6
c. kemampuan mengurutkan langkah – langkah menjumlahkan pecahan campuran
P2HB: 3 P3HB: 2,3
d. Kemampuan menjumlahkan Pecahan campuran dengan
penyebut yang sama
P1HB : 2,4 P2HB: 2,7,8
e. Kemampuan menjumlahkan Pecahan campuran dengan
penyebut yang berbeda
P2HB: 5,6,7,9 P3HB: 1
f. Kemampuan menjumlahkan Pecahan desimal P3HB: 4,6,7
3. Kategori: kemampuan mencari KPK P1HB: 3
P2HB: 4
2. Kategori Data Hasil Belajar Nilai Kemanusiaan Siswa
Kategori data hasil belajar nilai kemanusiaan siswa disajikan dalam tabel
4.8. Hasil kategorisasi data ini berdasarkan topik-topik data dalam tabel 4.4
sampai dengan tabel 4.6.
Tabel 4. 8 Kategori Data Hasil Belajar Berupa nilai kemanusiaan Subjek
No Kategori dan Subkategori Topik Data
1 Kemampuan bekerja sama dengan guru dan teman P1HB: 3
2 Kemampuan menghargai perbedaan P1HB: 2
P2HB: 2 P3HB: 1 3 Kemampuan untuk bertanggung jawab
a. Kemampuan menunjukkan sikap tanggung jawab P2HB: 1
b. Kesadaran akan tanggung jawab dalam disiplin sekolah P3HB: 2