• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUHLAJU ALIR DAN TEKANAN TERHADAP WAKTU RETENSI PADA HPLC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUHLAJU ALIR DAN TEKANAN TERHADAP WAKTU RETENSI PADA HPLC"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

RETENSI PADA HPLC

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Jurusan Fisika

Oleh:

Maria Fransiska Putriyani NIM : 073214002

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

TIMEIN HPLC

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirement to Obtain the Sarjana Science

in Physics Department

by:

Maria Fransiska Putriyani NIM : 073214002

PHYSICS STUDY PROGRAM PHYSICS DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE DAN TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

v

P esi m i st i s t a k l ebi h d a r i si k a p t a k a bu r m en d a h u l u i

n a si b.P a d a h a l k i t a t a k k a n p er n a h m en d a h u l u i n a si b.

(A n d r ea H i r a t a – Sa n g P em i m p i )

Ev er y t h i n g i s si m p l er t h a n ca n be i m a gi n ed ,

y et m or e i n t r i ca t e t h a n ca n be com p r eh en d ed .

(6)

vi

Sa y a p er sem ba h k a n k a r y a i n i k ep a d a :

P a p a & M a m a k u t er ci n t a

d a n

(7)
(8)
(9)

ix ABSTRAK

PENGARUH LAJU ALIR DAN TEKANAN TERHADAP WAKTU RETENSI PADA HPLC

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) merupakan suatu teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan komponen tertentu dalam suatu

campuran. Proses Pemisahan pada HPLC merupakan hasil dari interaksi molekul

– molekul sampel dengan fase diam. Molekul – molekul yang terpisah dapat

diidentifikasi berdasarkan waktu retensinya.

Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengukuran waktu retensi

Parasetamol dan Kafein dengan memvariasi laju alir dan tekanan. Nilai laju alir

dan tekanan yang bervariasi mempengaruhi nilai waktu retensi yang

dihasilkan.Semakin tinggi laju alir dan tekanannya, waktu retensinya semakin

singkat. Pada kondisi laju alir, tekanan dan kolom yang sama, waktu retensi yang

dihasilkan berbeda untuk tiap molekul. Waktu retensi yang berbeda menunjukkan

(10)

x

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FLOW RATE ANDPRESSURE FOR RETENTION TIME IN HPLC

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) is a chromatographic

technique that can separate a mixture of compounds. Chromatographic separation

in HPLC is the result of specific interactions between sample molecules with the

stationary phase. Molecules that have been separated can be identified by their

retention time.

In this research, the retention time measurement of Paracetamol and

Caffeine was conducted by varying the flow rate and pressure. The flow rate and

pressure that have variation, influenced the retention time. When the flow rate and

pressure get higher, the retention time will get shorter. At the same condition of

flow rate, pressure, and column, the retention time is different for each molecule.

The different retention time show that Paracetamol and Caffeine have been

(11)
(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………iii

HALAMAN PENGESAHAN ………...iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… viii

ABSTRAK ……… ix

ABSTRACT ……….. x

KATA PENGANTAR ……….. xi

DAFTAR ISI ………...xiii

DAFTAR TABEL ………....xvi

(14)

xiv

BAB I PENDAHULUAN ………...1

A. Latar Belakang ………....1

B. Rumusan Masalah ……….. 4

C. Batasan Masalah ……….4

D. Tujuan Penelitian ………4

E. Manfaat Penelitian ………. 4

F. Sistematika Penulisan ……….5

BAB II DASAR TEORI ……….6

A. Pengukuran ……….6

B. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) ………8

BAB III EKSPERIMEN ………...15

A. Tempat Penelitian ……….15

B. Alat dan Bahan ………. 15

1. Alat – alat ………15

2. Bahan ………..17

C. Metode Eksperimen ………..18

1. Penyiapan fase gerak ………...18

2. Penyiapan sampel ………18

(15)

xv

4. Pengukuran waktu retensimolekulParasetamol dan Kafein dalam

kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan

yang bervariasi pada laju alir tertentu………..20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..21

A. Hasil ………. 21

1. Penyiapan fase gerak ……….. 23

2. Penyiapan sampel ………23

3. Penentuan waktu retensi dari masing – masing molekul……….24

4. Pengukuran waktu retensimolekulParasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu………...27

B. Pembahasan ……….. 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 46

A. Kesimpulan ………...46

B. Saran ………. 46

DAFTAR PUSTAKA ………...47

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 :Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang

bervariasi pada tekanan sebesar 100 bar………..30

Tabel 4.2 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang

bervariasi pada laju alir sebesar 1,45 ml/min………...31

Tabel 4.3 : Tabel hubungan nilai waktu retensi (menit) Parasetamol terhadap laju

alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar)………...41

Tabel 4.4 : Tabel hubungan nilai waktu retensi (menit) Kafein terhadap laju alir

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Skema HPLC………...……….9

Gambar 2.2. Proses pemisahan pada kolom………...10

Gambar 2.3. Grafik pemisahan ………..11

Gambar 3.1. Skema rangkaian alat yang digunakan dalam eksperimen……….17

Gambar 4.1. Grafik waktu retensi Parasetamol………..26

Gambar 4.2. Grafik waktu retensi Kafein………...26

Gambar 4.3. Grafik pemisahan Parasetamol dan Kafein pada laju alir

1 ml/min dan tekanan 100 bar………28

Gambar 4.4. Grafik pemisahan Parasetamol dan Kafein pada laju alir

1,9 ml/min dan tekanan100 bar………..29

Gambar 4.5. Grafik hubungan antara tRdan 1 / v pada tekanan 100 bar………32

Gambar 4.6. Grafik hubungan antara tRdan P pada laju alir 1,45 ml/min…….33

Gambar 4.7. Grafik hubungan waktu retensi (menit) terhadap laju alir fase gerak

(ml/min) dan tekanan (bar) untuk pengukuran Parasetamol pada

panjang gelombang 263 nm dengan menggunakan kolom C-18

yang berukuran panjang 100mm diameter 4,6mm………43

Gambar 4.8. Grafik hubungan waktu retensi (menit) terhadap laju alir fase gerak

(ml/min) dan tekanan (bar) untuk pengukuran Parasetamol pada

panjang gelombang 263 nm dengan menggunakan kolom C-18

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini teknologi semakin berkembang pesat. Seiring dengan

perkembangannya, teknik – teknik yang digunakan dalam suatu penelitian juga

mengalami perubahan pesat. Dalam suatu penelitian, seseorang harus memiliki

pemahaman yang mendalam tentang prinsip – prinsip dan variabel - variabel

fisika pada instrumen yang digunakan. Karena prinsip – prinsip dan variabel –

variabel tersebut akan mempengaruhi hasil eksperimen. Sehingga untuk dapat

melaksanakan suatu eksperimen dengan berhasil diperlukan pengetahuan tentang

berbagai prinsip pengukuran dan instrumentasi [Holman dan Jasjfi, 1984].

Dalam suatu pengukuran ada dua buah hal yang penting yaitu input dan

output. Input dibedakan menjadi tiga bagian yang meliputi input yang diinginkan,

input pengubah dan input pengganggu, sedangkan output dibedakan menjadi

output pengganggu dan output yang diinginkan [Doebelin, 2004]. Nilai input akan

berpengaruh terhadap hasil keluaran outputnya.

Suatu pengukuran dikatakan baik jika tidak merubah medium yang

diukur. Suatu medium yang berubah akan menyebabkan perubahan nilai besaran

yang diukur dari nilai sebenarnya [Doebelin, 2004]. Selain perubahan medium

yang diukur, munculnya gangguan pada instrumen pada saat pengukuran dapat

(19)

Dalam suatu pengukuran dibutuhkan suatu instrumen atau alat ukur.

Masing - masing instrumen memiliki karakteristik tersendiri. Oleh karena itu

dalam suatu pengukuran, instrumen akan diperlakukan sedemikan rupa sehingga

dapat menghasilkan pengukuran yang akurat.

Instrumen yang digunakan dalam suatu pengukuran harus memenuhi

persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut adalah: sensitif, selektif, tidak

mengganggu sampel yang diukur dan memiliki waktu tanggap cepat. Sensitif

menunjukkan bahwa instrumen tersebut mampu mengukur input yang ada.

Selektif menunjukkan bahwa instrumen tersebut mampu membedakan antara

input yang satu dengan yang lain. Sedangkan tidak mengganggu sampel yang

diukur berarti bahwa pengukuran yang dilakukan tidak merubah sampel dan

waktu tanggap yang cepat berarti bahwa pengukuran langsung terjadi saat

instrumen bersentuhan dengan sampel.

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran dua buah molekul tertentu.

Dua buah molekul tersebut terkandung di dalam sebuah sampel. Sehingga untuk

mengukur kedua buah molekul tersebut dibutuhkan suatu alat ukur yang mampu

mengidentifikasi molekul – molekul yang terdapat dalam sebuah sampel. Mampu

mengidentifikasi berarti mampu membedakan antara molekul yang satu dengan

yang lain. Dengan kata lain, alat yang digunakan haruslah memiliki selektivitas

tinggi. Ada beberapa alat yang memenuhi kriteria di atas, contohnya GC

(20)

unsur logam sedangkan HPLC digunakan untuk mengidentifikasi zat – zat secara

luas serta zat – zat yang tidak mudah menguap. Jangkauan pengidentifikasian

HPLC lebih luas dibandingkan dengan GC, karena GC hanya untuk zat – zat yang

mudah menguap. Sehingga dalam penelitian ini dipilih HPLC sebagai alat ukur

yang digunakan.

HPLC merupakan kepanjangan dari High Pressure Liquid Chromatography.HPLC merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase geraknya dialirkan dengan cepat menggunakan bantuan tekanan dan hasilnya

dideteksi oleh detektor [Willard, et. al., 1988]. Kromatografi merupakan teknik

pemisahan, jadi HPLC berfungsi untuk memisahkan komponen – komponen

tertentu yang terdapat dalam suatu campuran. Hasil dari pemisahan yang terjadi

ditunjukkan berupa grafik puncak – puncak. Puncak – puncak tersebut

menunjukkan molekul – molekul yang telah berhasil terpisah.

Suatu proses pemisahan dikatakan baik jika waktu analisis yang

dibutuhkan singkat serta daya pisahnya tinggi [Gritter, et. al., 1991]. Agar

mendapatkan kondisi yang sensitif dan selektif dalam pemisahan maka faktor

-faktor yang mempengaruhi pemisahan diteliti satu per satu. Contoh beberapa

faktor yang mempengaruhi pemisahan yaitu laju alir fase gerak, tekanan, jenis

fase gerak, parameter kolom, dll.

Tulisan ini berisi tentang teori pengukuran, teori yang terkait dengan

prinsip kerja HPLC, metode eksperimen, hasil eksperimen, analisa data dan

kesimpulan. Juga disertakan lampiran untuk melengkapi semua uraian yang telah

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, pokok

permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara kerja HPLC dalam memisahkan molekul – molekul

tertentu.

2. Bagaimana hubungan antara laju alir fase gerak dan tekanan terhadap

waktu retensi pada pemisahan molekul – molekul tertentu dalam suatu

campuran.

C. Batasan Masalah

1. Pemisahan molekul Parasetamol dan Kafeindengan fase gerak Methanol

menggunakan HPLC yang terdapat di Laboratorium Analisa Kimia Fisika

Pusat, Universitas Sanata Dharma.

D. Tujuan Penelitian

1. Dapat memahami cara kerja HPLC dalam memisahkan molekul – molekul.

2. Mendapatkan hubungan antara laju alir, tekanan dan waktu retensi dalam

proses pemisahan menggunakan HPLC untuk mendapatkan hasil

pemisahan yang baik.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai penggunaan sistem HPLC dalam

(22)

2. Memberikan informasi tentang hubungan laju alir,tekanan dan waktu

retensi dalam proses pemisahan menggunakan HPLC.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dituliskan dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Dasar Teori

Bab ini berisi uraian tentang teori kromatografi, serta teori

yang terkait dengan prinsip kerja HPLC secara keseluruhan

yang berguna dalam penelitian yang dilakukan.

BAB III Eksperimen

Bab ini berisi uraian tentang tempat pelaksanaan penelitian,

alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, dan

prosedur penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi uraian tentang hasil dan pembahasan dari

penelitian yang telah dilakukan.

Bab V Penutup

(23)

6 BAB II DASAR TEORI

A. Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan sehari –

hari.Pengukuran dilakukan untuk memberikan informasi dari suatu hal yang

diukur dengan menggunakan sejumlah angka [Rangan, et. al., 1985].Angka

tersebut menunjukkan nilai dari sesuatu yang diukur. Proses suatu pengukuran

dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu memonitoring, mengkontrol, dan

menganalisis [Doebelin, 2004]. Memonitoring meliputi mencatat atau merekam

data, mengkontrol meliputi mengatur beberapa variabel yang berhubungan dengan

pengukuran yang dilakukan, menganalisis meliputi menganalisa data yang telah

didapatkan.

Dalam suatu pengukuran terdapat dua hal yang penting, yaitu input dan

output. Input dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu input yang diinginkan, input

pengubah, dan input pengganggu [Doebelin, 2004]. Input yang diinginkan

merupakan masukan yang ingin diukur. Input pengubah merupakan masukan yang

bisa menyebabkan perubahan dalam hubungan antara input dan output.

Sedangkan input pengganggu merupakan masukan yang dapat mengganggu

pengukuran.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau

(24)

karena itu dalam pengukuran setiap instrumen memiliki perlakuan yang berbeda –

beda. Salah satu hal yang dapat menyebabkan pengukuran menjadi tidak akurat

adalah kurangnya sensitivitas suatu instrumen. Sehingga untuk menghindari

terjadinya pengukuran yang tidak akurat, ada beberapa persyaratan tentang

instrumen yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan sebaiknya

memiliki persyaratan: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel yang diukur,

dan waktu tanggap cepat.

Suatu pengukuran dikatakan ideal bila tidak mengubah kondisi sampel

yang diukur. Pengubahan kondisi sampel akan menyebabkan perubahan nilai

besaran yang diukur dari nilai sebenarnya. Munculnya gangguan pada instrumen

dan masukan yang mengganggu saat pengukuran, dapat membuat hasil

pengukuran tidak akurat dan mengakibatkan timbulnya kesalahan. Untuk

menghindari hal tersebut, gangguan harus dieliminasi [Doebelin,2004].

Kesalahan yang terjadi dalam pengukuran bisa dibedakan menjadi dua,

yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan acak [Morris, 1996]. Kesalahan

sistematik merupakan kesalahan yang terjadi secara tetap pada bagian yang sama,

misalnya selalu menghasilkan nilai kesalahan yang sama. Kesalahan ini terjadi

biasanya disebabkan oleh perubahan karakteristik instrumen. Sedangkan

kesalahan acak merupakan kesalahan yang terjadi secara acak tidak menentu.

Kesalahan ini biasanya terjadi karena adanya gangguan yang berasal dari luar.

Salah satu usaha agar mendapatkan pengukuran yang akurat adalah

(25)

merupakan suatu cara untuk mendapatkan hubungan antara input dan output

dengan cara memvariasikan input yang akan diukur sedangkan input yang lain

dibuat tetap. Instrumen juga berperan penting dalam usaha mendapatkan

pengukuran yang akurat. Syarat suatu instrumen yang baik yaitu: sensitif,

selektif, tidak mengganggu sampel yang diukur dan memiliki waktu tanggap

cepat. Selektif berarti instrumen tersebut mampu mengidentifikasikan antara

komponen yang satu dengan yang lain. Salah satu alat yang memiliki kriteria

tersebut adalah HPLC.

B. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC merupakan salah satu metode kromatografi cair yang fase

geraknya dialirkan dengan cepat menggunakan bantuan tekanan dan hasilnya

dideteksi oleh detektor [Willard, et. al., 1988]. Secara umum HPLC digunakan

untuk mencari besar konsentrasisuatu zat di dalam sampel. Disebut sebagai High Pressure Liquid Chromatography karena pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk memaksimalkan pemisahan antar molekul.

Mekanisme pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan pola

pergerakan antara fase gerak dan fase diam [Kuwana, 1980]. Molekul yang

terlarut dalam fase gerak akan melewati kolom yang merupakan fase diam.

Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak

lebih lambat dibandingkan molekul yang berikatan lemah. Oleh karena itu,

berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan dengan didasarkan pergerakan

(26)

HPLC bekerja sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa

komponen.Komponen – komponen dari HPLC ditunjukkan pada gambar (2.1),

yang terdiri dari wadah fase gerak, pompa, tempat memasukkan sampel (injector port), kolom, detektor, perekam dan penampil data.

Gambar 2.1. Skema HPLC

Pada awalnya fase gerak dipompa masuk oleh pompa, melewatiinjector port, lalu dibawa menuju ke kolom kemudian diteruskan menuju detektor. Sampel

disuntikkan melalui injektor, kemudian terlarutkan oleh fase gerak, yang

kemudian dibawa ke dalam kolom dimana pemisahan berlangsung [Khopkar,

1990]. Pemisahan dapat terjadi karena molekul sampel tertahan oleh fase diam

atau dibawa oleh fase gerak. Hal ini tergantung pada sifat - sifat senyawa tersebut

terhadap kedua fase ini. Setelah terpisah molekul – molekul tersebut bergerak

menuju detektor untuk dideteksi satu per satu, lalu kemudian keluar menuju

(27)

Contoh proses terjadinya pemisahan ditunjukkan pada gambar (2.2),

misalnya ada molekul A dan B yang terdapat dalam suatu sampel, sampel tersebut

dimasukkan ke dalam sistem. Kedua senyawa tersebut akan terdistribusi di antara

fase gerak dan diamnya menurut sifat masing – masing. Komponen yang tertahan

kuat akan berjalan lambat, sebaliknya yang tertahan lemah akan berjalan cepat.

Karena perbedaan mobilitas inilah komponen – komponen sampel akan terpisah –

pisah yang kemudian dapat dideteksi dan dianalisa dengan detektor.

Gambar 2.2. Proses pemisahan pada kolom

Sampel yang terdiri dari molekul A dan B diinjeksikan pada saat t0, sampel mulai

memasuki kolom lalu pada saat t1 sampel mulai terpisah. Pada saat t2 jarak antara

molekul A dan molekul B mulai terlihat, molekul B bergerak lebih cepat

dibandingkan dengan molekul A. Pada saat t3 molekul B telah sampai di detektor

sedangkan molekul A masih berada di dalam kolom. Pasa saat t4 molekul A baru

(28)

dengan dua puncak yang ditunjukkan oleh gambar (2.3). Masing – masing puncak

mewakili molekul tertentu.

Gambar 2.3. Grafik pemisahan

Dilihat dari jenis fase gerak dan fase diamnya ada dua metode

pemisahan pada HPLC, yaitu pemisahan fase normal dan pemisahan fase terbalik.

Pada metode pemisahan fase normal, fase diamnya bersifat polar dan fase

geraknya bersifat non polar. Sedangkan pada metode pemisahan fase terbalik, fase

diamnya bersifat non polar dan fase geraknya bersifat polar.

Terjadinya pemisahan ditandai dengan didapatkannya waktu retensi

yang berbeda antara molekul yang satu dengan yang lain. Dalam proses

pemisahannya HPLC menggunakan laju alir dan tekanan tertentu. Untuk

penelitian analitis pada HPLC, laju alirfase gerak yang digunakan berkisar antara

0.5 – 5 ml/min [Johnson dan Stevenson, 1991].Semakin rendah laju alirnya maka

kemampuan untuk memisahkan komponen – komponen akan semakin tinggi serta

menghemat penggunaan fase gerak dan waktu yang dibutuhkan untuk analisis

(29)

akan semakin lama. Besar waktu retensi suatu molekul dipengaruhi oleh laju alir

fase gerak, tekanan, parameter kolom serta sifat – sifat molekul itu sendiri.

Kolom pada HPLC tersusun atas bagian - bagian penyusun kolom.

Ketika ada suatu molekul tertentu yang melewati kolom maka terjadi interaksi

antara molekul yang lewat dengan bagian – bagian penyusun kolom. Interaksi

yang terjadi dipengaruhi oleh jenis kolom dan molekul yang lewat. Jika jenis

kolomnya tetap maka besar waktu retensi bergantung pada molekul yang lewat.

Besar waktu retensi satu jenis molekul yang melewati kolom pada suatu

tekanan tertentu ditunjukkan oleh persamaan (2.1) di bawah ini [Willard, et. al.,

1988].

Dengan v = kecepatan linear fase gerak (ml/min)

dc = diameter kolom bagian dalam (µm)

ε = faktor porositas kolom

L = panjang kolom (mm)

tR =waktu yang diperlukan oleh molekul untuk melewati kolom

(min)

(30)

Waktu retensi (tR) berbanding lurus terhadap volum kolom (Vcol) serta

faktor porositas kolom (ε) dan berbanding terbalik terhadap kecepatan fase gerak

(v). Kecepatan fase gerak (v) pada persamaan (2.1) dapat disebut juga sebagai

jumlah volume fase gerak per satuan waktu.Besar volum kolom bergantung pada

ukuran kolom.Besar faktor porositas kolom bergantung pada jenis kolom

[Willard, et. al., 1988]. Laju alir berpengaruh terhadap waktu retensi, untuk laju

alir yang tinggi akan didapatkan waktu retensi yang singkat sedangkan untuk laju

alir yang rendah akan didapatkan waktu retensi yang lama.

Dalam proses kerja sistem HPLC digunakan tekanan. Tekanan pada

sistem HPLC dihasilkan oleh pompa.Penurunan tekanan yang terjadi pada kolom

pada suatu laju alir tertentu ditunjukkan oleh persamaan (2.2) [Kuwana, 1980].

Dengan ΔP = penurunan tekanan pada kolom (bar)

Ø = faktor resistan kolom

η = viskositas fase gerak (mbar s)

L = panjang kolom (mm)

v = laju alir fase gerak (mm/min)

dp = diameter bagian - bagianpenyusun kolom (µm)

Penurunan tekanan (ΔP) berbanding lurus terhadap faktor resistan kolom

(31)

berbanding terbalik terhadap kuadrat diameter bagian – bagian penyusun kolom

(32)

15 BAB III EKSPERIMEN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat,

Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan Maguwoharjo Depok Sleman

Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan 1. Alat – alat:

a. Satu unit HPLC, yang terdiri dari:

 Pompa HPLC

Pompa yang digunakan adalah pompa LKB – BROMA tipe 2150.

Pompa ini memiliki 2 buah kepala pompa. Fase gerak selalu

bergerak melalui kedua kepala pompa dalam satu arah. Pompa ini

bertugas memberikan tekanan sehingga mendorong fase gerak

masuk ke dalam kolom. Tekanan tertinggi yang bisa diberikan oleh

pompa ini adalah 400 bar.

 Injektor

Injektor merupakan tempat untuk memasukkan sampel. Sampel

dimasukkan dengan cara disuntikkan. Injektor memiliki tuas

dengan 2 buah kondisi yaitu LOAD dan INJECT. Sampel

(33)

akanbergerak masuk ke dalam kolom ketika tuas berada pada

posisi INJECT. Injektor ini mampu menampung sampel sebanyak

20μl.

 Kolom

Kolom yang digunakan adalah kolom CPTM sphere C-18

(Oktadesil Silica) dengan panjang 100 mm dan diameter sebesar 4,6 mm.

 Detektor

Detektor yang digunakan adalah detektor Spectroflow 757.

Detektor ini berfungsi untuk mendeteksi molekul – molekul yang

telah terpisah. Prinsip kerja detektor ini berdasarkan prinsip

serapan cahaya. Detektor ini mengubah besaran cahaya menjadi

besaran listrik,memiliki sumber lampu deuterium (190 nm – 380

nm) dan tungsten (380 nm – 800 nm).

 Perekam dan penampil data

Untuk merekam dan menampilkan data digunakan recorder BD

Kipp zonen.

(34)

Gambar 3.1.Skema rangkaian alat yang digunakan dalam eksperimen.

b. Perangkat penyiapan larutan

 Pipet skala dan tetes

 Labu ukur

 Beaker glass

 Refrigerator ultrasonic UR 275

 Milipore

 Neraca digital

2. Bahan – bahan : a. Methanol

Methanol berfungsi sebagai fase gerak dan pelarut.

(35)

b. Sampel

Sampel yang digunakan adalah campuran larutanParasetamol dan

Kafein.

C. Metode Eksperimen 1. Penyiapan fase gerak

Fase gerak yang digunakan adalah methanol. Sebelum fase gerak

dimasukkan ke dalam wadah yang akan digunakan, maka terlebih dahulu

wadah tersebut dibilas dengan methanol. Untuk menghindari adanya partikel –

partikel asing maka methanol disaring dengan menggunakan milipore yang

berukuran 0,45 µm. Setelah itu, untuk menghilangkan gelembung –

gelembung udara maka dilakukan degassing pada methanol menggunakan refrigerator ultrasonic UR 275.

2. Penyiapan sampel

Sampelakan dimasukkan dengan cara disuntikkan ke dalam injektor

menggunakan syringe. Langkah pertama adalah pembuatan larutan induk dari

Parasetamol dan Kafein. Bahan standarParasetamol dan Kafein berbentuk

serbuk sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu dalammethanol. Setelah

didapatkan larutan induk Parasetamol dan Kafein maka bisa dilakukan

pengenceran untuk mendapatkan kadar larutan yang diinginkan dengan

(36)

Dengan C1 = kadar larutan induk (ppm)

V1 = volume larutan induk yang diambil (ml)

C2 = kadar yang diinginkan (ppm)

V2 = volume larutan yang diinginkan (ml)

Untuk menghindari adanya partikel – partikel asing maka larutan Parasetamol

dan Kafein tersebut disaring dengan menggunakan milipore yang berukuran

0,45 µm.

3. Penentuan waktu retensi dari masing – masing molekul

Suatu campuran dikatakan terpisah jika molekul - molekul penyusun

campuran tersebut memiliki waktu retensi yang berbeda. Waktu retensi dari

Parasetamol dan Kafein harus diketahui terlebih dahulu. Sebab, waktu retensi

akan menunjukkan identitas suatu molekul pada saat pemisahan.

Sampel yang digunakan dalam eksperimen tahap ini adalah larutan

standar Parasetamol dan Kafein.Kedua larutan tersebut disuntikkan ke dalam

injektor satu per satu.Besar waktu retensi dapat diketahui dengan mengukur

selang waktu yang dibutuhkan oleh molekul mulai pada saat penyuntikan

hingga akhirnya terdeteksi oleh detektor.Hasil yang didapatkan pada

eksperimen ini adalah nilai waktu retensi masing – masing dari molekul

(37)

4. Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu.

Sampel yang digunakan adalah campuran larutan Parasetamol dan

Kafein. Hasil data yang akan didapatkan adalah nilai waktu retensi

Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir bervariasi pada tekanan

tertentu dan tekanan bervariasi pada laju alir tertentu.

Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi

laju alir bervariasi pada tekanan tertentu, dilakukan dengan laju alir fase gerak

0,55 ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min;

1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min pada tekanan 100 bar.

Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk tekanan 125 bar, 150 bar, 175 bar,

200 bar, 225 bar, dan 250 bar.

Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi

tekanan bervariasi pada laju alir tertentu, dilakukan dengan tekanan 100 bar,

125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar, dan 250 bar pada laju alir 0,55

ml/min. Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk laju alir 0,7 ml/min; 0,85

ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75

ml/min; dan 1,9 ml/min.

(38)

21 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) merupakan alat yang bekerja berdasarkan prinsip kromatografi yang berguna untuk memisahkan

komponen –komponen zat yang terdapat di dalam suatu campuran. Salah satu

tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami cara kerja HPLC dalam

memisahkan molekul – molekul.Terjadinya suatu pemisahan ditandai dengan

didapatkannya nilai waktu retensi yang berbeda. Proses pemisahan molekul –

molekul menggunakan HPLC dipengaruhi oleh banyak faktor. Sehingga dalam

penelitian ini dilakukan percobaan mencari pengaruh laju alir dantekananterhadap

waktu retensi.

Proses pemisahan menggunakan HPLC terjadi di dalam kolom. Oleh

karena itu kolom disebut sebagai jantung HPLC. HPLC sebagai sebuah sistem

terdiri dari beberapa komponen seperti yang terlihat pada gambar (2.1), yaitu:

pompa, injektor, kolom, detektor, dan penampil data. Cara kerja sistem HPLC

adalah sebagai berikutfase gerak oleh pompaakan didorong masuk, melewati

injektor, lalu ke kolom, ke detektor, dan akhirnya keluar di pembuangan. Sampel

disuntikkan ke dalam injektor dengan menggunakan syringe. Sampel dan fase

(39)

kemudian bergerak bersama menuju kolom. Pada kolom terjadi pemisahan antar

molekul, setelah terpisah molekul – molekul tersebut akan masuk ke dalam

detektor satu per satu. Detektor akan mendeteksi molekul – molekul tersebut satu

per satu. Setelah terdeteksi molekul tersebut dengan sendirinya akan keluar

menuju pembuangan. Prinsip kerja dari detektor yang digunakan adalah serapan

cahaya oleh molekul penyerap yaitu sampel. Sehingga proses pendeteksian

dilakukan pada satu nilai panjang gelombang analisis. Panjang gelombang analisis

merupakan panjang gelombang dimana kedua zat mengalami serapan yang baik.

Data yang dikeluarkan oleh detektor berupa nilai tegangan. Besarnya nilai

tegangan, menunjukkan besarnya nilai absorbansi.Mekanisme proses pemisahan

ini ditunjukkan pada gambar (2.2).

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran waktu retensi dari

Parasetamol dan Kafein dalamkondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan

tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alirtertentu. Ada beberapa set pada

alat yang dibuat bervariasi, namun ada juga yang dibuat tetap. Set pada alat yang

dibuat tetap adalah:

a. Pompa LKB-Broma 2150

 Lower limit pressure : 000 bar

b. Detektor Spectroflow 757

 Panjang gelombang analisis : 263 nm

 Filter rise time : 1 s

Skema rangkaian HPLC yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada

(40)

Langkah kerja yang telah dilakukan pada penelitian:

1. Penyiapan fase gerak

Fase gerak yang digunakan adalah methanol pro analis, yaitu methanol

yang sudah dibersihkan dari pengotor – pengotor. Walaupun demikian, untuk

memastikan methanol yang digunakan benar – benar bersih maka sebelum

dialirkan masuk ke dalam pompa, terlebih dahulu methanol tetap harus disaring

dengan menggunakan milipore yang berukuran 0.45 µm.Milipore merupakan

penyaring yang terbuat dari sejenis kertas khusus yang memiliki pori –pori

berukuran tertentu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyumbatan

pada saluran – saluran pompa dan kolom, karena jika terjadi penyumbatan akan

mengganggu proses pemisahan yang terjadi.

Setelah dilakukan penyaringan, makaselanjutnya dilakukan degassing

selama 15 menit menggunakan refrigerator ultrasonic UR275.

Degassingmerupakan proses penghilangan gelembung – gelembung udara. Adanya gelembung udara akan menyebabkan timbulnya ruang – ruang kosong

pada larutan. Sehingga gelembung udara harus dihilangkan karena dapat

mengganggu proses pemisahan dan pendeteksian.

2. Penyiapan sampel

Bahan standarParasetamol dan Kafein berbentuk serbuk.Kedua

standartersebutmasing – masing dilarutkan ke dalam methanol, sehingga

(41)

menjadi larutan standar Parasetamol dan Kafein sesuai dengan konsentrasi yang

diinginkan, pengenceran dihitung dengan menggunakan persamaan (3.1).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan campuran antara

larutan Parasetamol danKafein. Sampel yang akan disuntikkan ke dalam HPLC

harus dipastikan bebas dari kotoran. Oleh karena itu sebelum diinjeksikan,

dilakukan penyaringan terlebih dahulu dengan menggunakan milipore yang

berukuran 0,45 µm. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyumbatan pada

saluran – saluran dalam pompa dan kolom.

3. Penentuan waktu retensi dari masing – masing molekul

Waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan molekul mulai pada

saat injeksi sampai terdeteksi oleh detektor. Sehingga dapat dikatakan

bahwawaktu retensi merupakan waktu lamanya sampel berada di dalam kolom.

Waktu retensi merupakan hal yang penting dalam kromatografi, karena

waktu retensi menunjukkan identitas suatu molekul. Jika dua buah molekul

memiliki waktu retensi yang berbeda berarti molekul – molekul tersebut telah

mengalami pemisahan.Molekul yang akan dipisahkan dengan menggunakan

HPLCadalah molekul Parasetamoldan Kafein. Sehingga sebelum melakukan

proses pemisahan, waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein perlu diketahui

terlebih dahulu.

Dalam penentuan waktu retensi Parasetamol dan Kafein, larutan yang

(42)

Parasetamol diinjeksikan ke dalam sistem HPLC, bersamaan dengan itu recorder

dijalankan.Parasetamol kemudian bergerak memasuki kolom.Pada saat berada di

kolom, Parasetamolakan berinteraksi dengan bagian – bagian penyusun kolom.

Parasetamol terus bergerak hingga akhirnya keluar dari kolom.Setelah itu,

Parasetamol terdeteksi oleh detektor.Saat Parasetamol belum terdeteksi oleh

detektor, recorder hanya memunculkan garis lurus.Ketika Parasetamol terdeteksi

oleh detektor, grafik pada recorder membentuk sebuah puncak.Puncak tersebut

menunjukkan molekul Parasetamol yang telah terdeteksi.Proses ini juga berlaku

untuk Kafein. Besar waktu retensi dihitung dengan menggunakan stopwatch.

Stopwatch dijalankan saat larutan diinjeksikan ke dalam injektor dan dihentikan

saat larutan terdeteksi oleh detektor yang ditandai dengan timbulnya puncak pada

grafik

Dari eksperimen yang telah dilakukan didapatkan dua buah grafik yang

masing – masing menunjukkan waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein.Dua

(43)

Gambar 4.1. Grafik waktu retensiParasetamol

(44)

Dari gambar (4.1) dan (4.2)terlihat bahwaParasetamol memiliki waktu

retensi yang lebih singkat dibandingkan dengan Kafein. Waktu retensi

Parasetamol adalah 4,38 menit sedangkan Kafein adalah 7,71 menit. Berdasarkan

hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam pemisahan antara molekul

Parasetamoldan Kafein, Parasetamolakan terdeteksi terlebih dahulu.

4. Pengukuran waktu retensi molekul Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir yang bervariasi pada tekanan tertentu dan tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu.

Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju

alir bervariasi pada tekanan tertentu, dilakukan dengan laju alir fase gerak 0,55

ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45

ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min pada tekanan 100 bar.

Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk tekanan 125 bar, 150 bar, 175 bar,

200 bar, 225 bar, dan 250 bar.

Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi

tekanan bervariasi pada laju alir tertentu, dilakukan dengan tekanan 100 bar, 125

bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar, dan 250 bar pada laju alir 0,55 ml/min.

Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk laju alir 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1

ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9

ml/min.

Sampel yang digunakan merupakan campuran antara larutan

(45)

HPLC.Sampel bergerak memasuki kolom.Pada saat berada di dalam kolom,

sampel berinteraksi dengan bagian – bagian penyusun kolom.Sampel terus

berjalan hingga akhirnya terdeteksi oleh detektor.Grafik yang dihasilkan pada

recorder menunjukkan dua buah puncak.Masing – masing puncak menunjukkan

nilai waktu retensi yang berbeda.Waktu retensi yang berbeda menunjukkan bahwa

sampel mengalami pemisahan menjadiParasetamol dan Kafein.Hasil yang

didapatkan dalam eksperimen ini adalah nilai waktu retensi dari Parasetamol dan

Kafein.Parasetamol dan Kafein dapat diidentifikasi dengan melihat nilai waktu

retensi yang didapatkan.

Dari eksperimen yang telah dilakukan didapatkan beberapa grafik yang

menunjukkan proses pemisahan antara Parasetamol dan Kafein. Grafik – grafik

tersebut ditunjukkan oleh gambar (4.3) dan (4.4)

(46)

Gambar 4.4. Grafik pemisahan Parasetamol dan Kafein pada tekanan 100 bar dan laju alir 1,9 ml/min

Suatu peristiwa pemisahan akan menghasilkan grafik hubungan antara

keluaran detektor dan waktu retensi. Grafik tersebut berupa puncak – puncak.

Puncak – puncak ini menunjukkan molekul – molekul yang telah berhasil

dipisahkan. Satu puncak mewakili satu molekul.

Pada gambar (4.3)dan (4.4) terlihat bahwa masing – masing gambar

memiliki dua puncak.Puncak yang satu menunjukkanParasetamolsedangkan yang

satunya lagi menunjukkan Kafein.Dari Grafik terlihat bahwa

Parasetamolterdeteksi terlebih dahulu dan memiliki waktu retensi yang lebih

(47)

gambar (4.3)dan (4.4) berbeda satu sama lain karena memakai laju alir yang

berbeda.

Hasil nilai waktu retensi dari Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju

alir bervariasi pada tekanan sebesar 100 bar ditunjukkan pada tabel (4.1). Untuk

data nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi laju alir bervariasi

pada tekanan sebesar 125 bar, 150 bar, 175 bar, 200 bar, 225 bar dan 250 bar

dapat dilihat pada lampiran A.

Tabel 4.1 : Tabel nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang

bervariasipada tekanan sebesar 100 bar.

Laju alir (ml/min) tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

0,55 5,36 7,46

Tabel (4.1) menunjukkan data nilai waktu retensi dalam kondisi laju alir yang

bervariasi pada tekanan 100 bar.Semakin tinggi laju alirnya, waktu retensinya

semakin singkat.Perbedaan waktu retensi antara laju alir yang satu dengan laju alir

(48)

Hasil nilai waktu retensi dariParasetamol dan Kafein dalam kondisi

tekanan bervariasi pada laju alir sebesar 1,45ml/min ditunjukkan pada tabel (4.2).

Untuk data nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein dalam kondisi tekanan

bervariasi pada laju alir sebesar 0,55 ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min;1 ml/min;

1,15 ml/min;1,3 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min dan 1,9 ml/min terdapat pada

lampiran B.

Tabel 4.2 : Tabel nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang

bervariasi pada laju alir sebesar 1,45 ml/min.

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

100 3,01 4,45

Berdasarkan tabel (4.2) di atas terlihat bahwa tekanan mempengaruhi

waktu retensi. Semakin tinggitekanannya maka waktu retensinya semakin

singkat.Perbedaan waktu retensi antara tekanan yang satu dengan tekanan yang

lain pada laju alir yang sama untuk tiap molekul sangat kecil.

Dari tabel (4.1) dan (4.2) didapatkan gambar (4.5) dan (4.6).Berdasarkan

tabel data (4.1) maka didapatkan gambar grafik (4.5).Gambar (4.5) merupakan

grafik hubungan antara waktu retensi dan seper laju aliruntuk tekanan sebesar 100

(49)

Gambar 4.5. Grafik hubungan antara tRdan 1 / v pada tekanan sebesar 100 bar

Gambar (4.5) sesuai dengan persamaan (2.1).Pada gambar (4.5) Parasetamol

ditunjukkan oleh grafik yang berwarna biru. Waktu retensi Parasetamolberada

pada rentang antara 1,5 menit hingga 5,5 menituntuk rentang seper laju alir 0,5

bar-1(ml/min)-1 hingga 2 (ml/min)-1. Sedangkan Kafein ditunjukkan oleh grafik

berwarna merah. Waktu retensi Kafein berada pada rentang antara3 menit hingga

(50)

Berdasarkan tabel data (4.2) maka didapatkan gambar grafik (4.6).

Gambar (4.6) merupakan grafik hubungan waktu retensi dan tekanan untuk laju

alir sebesar 1,45 ml/min.

Gambar 4.6. Grafik hubungan antara tRdan P pada laju alir sebesar 1,45

ml/min.

Pada gambar (4.6) Parasetamol ditunjukkan oleh grafik berwarna biru.Waktu

retensi Parasetamol berada pada rentang antara 2 menit hingga 3 menit pada

rentang tekanan dari100 bar hingga 250 bar.Sedangkan Kafein ditunjukkan oleh

grafik berwarna merah. Waktu retensi Kafein berada pada rentang antara 4 menit

(51)

B. Pembahasan

Pengukuran merupakan kegiatan yang sering dilakukan sehari – hari.

Suatu pengukuran yang ideal akan menghasilkan hasil pengukuran yang akurat.

Dalam suatu pengukuran terdapat dua hal yang penting yaitu input dan

output.Input merupakan masukan yang akan diukur sedangkan output merupakan

hasil akhir keluaran yang diinginkan dalam suatu pengukuran. Nilai dari output

yang dikeluarkan bergantung pada input dan instrumen yang digunakan.

Suatu instrumen atau alat ukur berfungsi untuk mengukur suatu besaran

tertentu. Suatu pengukuran yang ideal membutuhkan instrumen yang memenuhi

beberapa persyaratan yaitu: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel yang

diukur dan memiliki waktu tanggap cepat. Pengukuran yang menggunakan

instrumen dengan kriteria seperti di atas diharapkan dapat menghasilkan output

yang akurat.

Dalam eksperimen ini dilakukan pengukuran dua buah molekul yang

terkandung di dalam suatu sampel.Dua buah molekul tersebut yaitu Parasetamol

dan Kafein.Sampel yang digunakan merupakan campuran dari larutan

standarParasetamol dan Kafein.Oleh karena sampel yang digunakan adalah

sampel campuran maka alat ukur yang digunakan haruslah memiliki selektivitas

tinggi, yaitu suatu alat yang mampu mengidentifikasi Parasetamol dan Kafein

yang terdapat dalam suatu sampel.Alat ukur tersebut mampu memisahkan

Parasetamol dan Kafein dalam suatu campuran.Dalam penelitian ini digunakan

(52)

HPLC atauHigh Pressure Liquid Chromatographyadalah salah satu alat yang bekerja berdasarkan prinsip kromatografi.Kromatografi merupakan suatu

teknik pemisahan.Sehingga HPLC berfungsi untuk memisahkan molekul yang

satu dengan yang lain. HPLC berbeda dibandingkan dengan kromatograf

lainnya.Pada HPLC untuk memaksimalkan pemisahan digunakan laju alir

tertentudan tekanan tinggi. Proses pemisahan pada HPLC terjadi di dalam kolom.

Oleh karena itu, kolom merupakan bagian yang paling penting dalam sistem

HPLC.Metode pemisahan yang digunakan bergantung pada jenis fase gerak dan

kolom.

Metode kromatografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kromatografi fase terbalik. Pada metode pemisahan ini, fase gerak yang

digunakan yaitu methanol bersifat polar sedangkan fase diam yaitu kolom C-18

(oktadesil silica) bersifat non polar. Parasetamol dan Kafein yang digunakan pada penelitian ini sebagai sampel merupakan zat yang bersifat polar.Metode

kromatografi fase terbalik sangat baik digunakan untuk memisahkan sampel yang

bersifat polar [Khopkar, 1990].

Mekanisme terjadinya suatu pemisahan pada HPLC didasarkan pada

kompetensi antara fase gerak dan sampel yang berinteraksidengan kolom.Pada

saat ada suatu sampel yang terdiri dari satu jenis molekul yang melewati kolom,

maka akan terjadi interaksi antara molekul yang lewat dengan kolom. Akibat

adanya interaksi tersebut molekul membutuhkan waktu tertentu untuk berjalan

dari ujung kolom hingga keluar dari kolom.Waktu tersebut didefinisikan sebagai

(53)

Kolom tersusun oleh bagian – bagian penyusun kolom.Sehingga

interaksi yang terjadi bergantung pada bagian – bagian penyusun kolom dan

molekul yang melewati kolom. Bagian – bagian penyusun kolom dan jenis kolom

mempengaruhi besar faktor porositas dan faktor resistan kolom. Bila jenis kolom

yang digunakan adalah tetap maka besar waktu retensi bergantung pada molekul

yang melewati kolom.Sehingga bila ada sampel melewati kolom terdiri dari dua

buah molekul maka didapatkan dua buah nilai waktu retensi yang berbeda untuk

tiap molekul.Besar waktu retensi yang berbeda menunjukkan bahwa kedua

molekul tersebut terpisah.

Proses pemisahan yang terjadi dalam penelitian ini adalah antara

Parasetamol dan Kafein. Molekul Parasetamol dan Kafein berinteraksi terhadap

bagian - bagianpenyusun kolom.Akibat interaksi tersebut Kafein tertahan lebih

lama pada kolom dibandingkan dengan Parasetamol.SehinggaParasetamol dan

Kafein terpisah.Contoh proses pemisahan yang terjadi di dalam kolom

ditunjukkan pada gambar (2.2).

Dalam proses pemisahan, waktu retensi memegang peranan penting.

Dua buah molekul yang saling terpisah memiliki waktu retensi yang berbeda satu

sama lain sehinggawaktu retensi menunjukkan identitas suatu molekul pada saat

pemisahan. Penelitian ini diawali dengan menentukan waktu retensi dari

Parasetamol dan Kafein.Masing – masing larutan standar kedua molekul tersebut

disuntikkan ke dalam sistem HPLC secara terpisah.Hasil keluaran detektor berupa

grafik yang ditunjukkan pada gambar (4.1) dan (4.2).Terdeteksinya Parasetamol

(54)

menampilkan terdeteksinya Parasetamol saat 4,38 menit yang ditunjukkan oleh

sebuah puncak. Sedangkan gambar (4.2) menampilkan terdeteksinya Kafein saat

7,71 menit yang juga ditunjukkan dengan sebuah puncak. Dari kedua gambar

grafik tersebut diketahui bahwa Parasetamol memiliki waktu retensi yang lebih

singkat dibandingkan dengan Kafein.

Penelitian selanjutnya dilakukan penentuan waktu retensiParasetamol

dan Kafein yang terdapat dalam suatu campuran.Hasil dari proses ini ditunjukkan

oleh gambar (4.3) dan (4.4). Keduabuah gambar tersebut masing – masing

menghasilkan dua buah puncak, yang menunjukkan Parasetamol dan

Kafein.Gambar (4.3) merupakan grafik penentuan waktu retensi Parasetamol dan

Kafein untuk laju alir 1ml/min, pada keadaan ini didapatkan waktu retensi

Parasetamol adalah 4,6 menit dan Kafein adalah7 menit. Gambar (4.4) merupakan

grafik penentuan waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir 1,9

ml/min, pada keadaan ini didapatkan waktu retensi Parasetamol adalah 2,36 menit

dan Kafein adalah3,86 menit.

Berdasarkan gambar (4.3) dan (4.4) terlihat bahwa Parasetamol dengan

Kafein terpisah.Parasetamol memiliki waktu retensi yang berbeda dari

Kafein.Parasetamolmemiliki waktu retensi yang lebih singkat dibandingkan

dengan Kafein.Semakin tinggi laju alirnya waktu retensinya akan semakin singkat

sehingga dapat disimpulkan bahwa besar laju alir mempengaruhi nilai waktu

retensi.

Selanjutnya dilakukan penelitian tentang pengukuran waktu retensi

(55)

alir 0,55 ml/min; 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3 ml/min;

1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min untuk tekanan 100 bar.

Selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk tekanan 125 bar, 150 bar, 175 bar,

200 bar, 225 bar dan 250 bar, data yang dihasilkan dapat dilihat pada lampiran A.

Sedangkan pengukuran waktu retensi dalam kondisi tekanan yang bervariasi pada

laju alir tertentu, dilakukan pada tekanan 100 bar,125 bar, 150 bar, 175 bar, 200

bar, 225 bar dan 250 bar untuk laju alir 0,55 ml/min. Selanjutnya dilakukan hal

yang sama untuk laju alir 0,7 ml/min; 0,85 ml/min; 1 ml/min; 1,15 ml/min; 1,3

ml/min; 1,45 ml/min; 1,6 ml/min; 1,75 ml/min; dan 1,9 ml/min, data yang

dihasilkan dapat dilihat pada lampiran B.

Contoh data waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk kondisi laju

alir yang bervariasi pada tekanan tertentu adalah tabel (4.1). Pada tabel (4.1)

terlihat bahwa semakin tinggi laju alirnya maka waktu retensi dari kedua molekul

semakin singkat. Hal ini sesuai dengan persamaan (2.1) yaitu waktu retensi

berbanding terbalik terhadap laju alir. Sedangkan contoh data waktu retensi

Parasetamol dan Kafein untuk kondisi tekanan yang bervariasi pada laju alir

tertentu adalah tabel (4.2). Pada tabel (4.2) terlihat bahwa tekanan juga

mempengaruhi waktu retensi, semakin tinggi tekanannya maka waktu retensinya

semakin singkat.

Suatu input yang divariasikan akan berdampak pada output yang

dihasilkan. Hal ini terlihat pada nilai waktu retensi yang dihasilkan.Laju alir dan

tekanan yang besarnya bervariasi akan mengubah nilai waktu retensi, sehingga

(56)

dantekanannya maka waktu retensinya semakin singkat. Berdasarkan tabel – tabel

data yang didapatkan terlihat bahwa waktu retensi lebih dipengaruhi oleh laju alir

dibandingkan dengan tekanan. Perbedaan waktu retensi antara laju alir yang satu

dengan laju alir yang lainpada kondisi tekanan tertentu untuk tiap molekul cukup

besar, sedangkan perbedaan waktu retensi antara tekanan yang satu dengan

tekanan yang lainpada kondisi laju alir tertentu untuk tiap molekul sangat kecil.

Berdasarkan tabel – tabel data yang ada dapat diperoleh grafik

hubungan antara waktu retensi dengan laju alir dan tekanan.Contoh grafik

ditunjukkan pada gambar (4.5) dan (4.6).Pada gambar (4.5) dan (4.6) terdapat

grafik biru yang menunjukkan Parasetamol dan grafik merah yang menunjukkan

Kafein.

Gambar (4.5) menunjukkan hubungan antara antara tR dan 1 / v pada

tekanan sebesar 100 bar. Waktu retensi Parasetamol berada pada rentang antara

1,5 menit hingga 5,5 menit untuk rentang seper laju alir 0,5 bar-1 (ml/min)-1

hingga 2 (ml/min)-1. Waktu retensi Kafein berada pada rentang antara 3 menit

hingga 7,5 menit pada rentang seper laju alir 0,5 (ml/min)-1 hingga 2 (ml/min)-1.

Waktu retensi Parasetamol dan Kafein berbeda.Semakin tinggi laju alir maka

waktu retensi semakin singkat.

Gambar (4.6) menunjukkan hubungan antara tR dan P pada laju alir 1,45

ml/min. Semakin tinggi tekanan maka waktu retensi semakin singkat.Waktu

retensi Parasetamol berada pada rentang antara 2 menit hingga 3 menit pada

(57)

grafik berwarna merah. Waktu retensi Kafein berada pada rentang antara 4 menit

hingga 5 menit pada rentang tekanan dari 100 bar hingga 250 bar.

Gambar (4.5) dan (4.6) merupakan grafik dua dimensi.Kedua buah

grafik tersebut menampilkan hubungan antara waktu retensi dengan laju alir pada

tekanan tertentu dan waktu retensi dengan tekanan pada laju alir tertentu.Grafik

tersebut tidak mampu menampilkan secara langsung hubungan antara waktu

retensi terhadap laju alir dan tekanan.Dikarenakan banyaknya tabel data nilai

waktu retensi Parasetamol dan Kafein yang telah didapatkan sehingga terdapat

kesulitan jika harus melihat semuanya serta tidak praktis.Maka untuk

mempermudah dalam pembacaan data nilai waktu retensi, semua tabel data nilai

waktu retensi Parasetamol dan Kafein digabung kemudian ditampilkan kembali

dalam bentuk tabel matriks.Sehingga didapatkan dua buah tabel data matriks,

(58)

41

Tabel 4.3: Tabel hubungan nilai waktu retensi (menit) Paracetamol terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar) Laju alir (ml/min)

(59)

Tabel (4.3) dan (4.4) menunjukkan hubungan antara waktu

retensiterhadap laju alir dan tekanan untuk masing – masing molekul Parasetamol

dan Kafein.Tabel (4.3) dan (4.4) mempermudah dalam melihat data nilaiwaktu

retensi untuk masing – masing molekul Parasetamol dan Kafein.Tabel tersebut

menunjukkan secara langsung nilai waktu retensi untuk laju alirdantekanan

tertentu.

Berdasarkan tabel (4.3) dan (4.4) dapat diperoleh grafik 3 dimensi yang

menggambarkan hubungan antara waktu retensi terhadap laju alir dan tekanan

untuk masing – masing molekul Parasetamol dan Kafein.Grafik 3 dimensi

tersebut diperoleh dengan mengolah data yang terdapat pada tabel (4.3) dan (4.4)

dengan menggunakan program origin 6.0. Hasilnya adalah dua buah grafik yang

(60)

0 .6

Gambar 4.7.Grafik hubungan waktu retensi (menit) terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar) untuk pengukuran Parasetamol pada

panjang gelombang 263 nm dengan menggunakan kolom C-18 yang berukuran panjang 100mm diameter 4,6mm

0 .6

Gambar 4.8.Grafik hubungan waktu retensi (menit) terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar) untuk pengukuran Kafein pada panjang gelombang 263 nm dengan menggunakan kolom C-18 yang berukuran

(61)

Grafik pada gambar (4.7) dan (4.8) menampilkan semua data nilai waktu

retensi pada laju alir dan tekanan tertentu.Hubungan antara waktu retensi terhadap

laju alir dan tekanan membentuk suatu bidang miring yang bergelombang tidak

beraturan. Pada bidang miring tersebut terdapat warna yang berbeda – beda.

Warna – warna yang berbeda menunjukkan rentang nilai waktu retensi yang

terjadi pada kondisi laju alir dan tekanan tertentu.

Grafik pada gambar (4.7) menampilkan hubungan nilai waktu retensi

(menit) Parasetamol terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar).

Waktu retensi Parasetamol dimulai dari rentang 2 menit hingga 5 menit pada

rentang laju alir fase gerak dari 0,6 ml/min hingga 1,8 ml/min dan tekanan dari

100 bar hingga 250 bar.

Grafik pada gambar (4.8) menampilkan hubungan nilai waktu retensi

(menit) Kafein terhadap laju alir fase gerak (ml/min) dan tekanan (bar). Waktu

retensi Kafein dimulai dari rentang 4 menit hingga 7 menit pada rentang laju alir

fase gerak dari 0,6 ml/min hingga 1,8 ml/min dan tekanan dari 100 bar hingga 250

bar.

Dari gambar (4.7) dan (4.8) serta tabel (4.3) dan (4.4) terlihat bahwa

Semakin tinggi laju alir dan tekanannya maka waktu retensi Parasetamol dan

Kafein semakin singkat.Waktu retensi antara laju alir yang satu dengan yang lain

untuk satu tekanan tertentu berbeda jauh ditandai dengan kemiringan bidang

miring yang curam sedangkan waktu retensi antara tekanan yang satu dengan

(62)

ini dapat dilihat pada gambar (4.7) dan (4.8).Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Laju alir fase gerak lebih berpengaruh pada waktu retensi Parasetamol dan Kafein

dibandingkan dengan tekanan. Perubahan laju alir yang semakin besar

mengakibatkan waktu retensi Parasetamol dan Kafein menjadi semakin singkat.

Gambar (4.7) dan (4.8) menunjukkan nilai waktu retensi masing –

masing untuk Parasetamol dan Kafein pada kondisi laju alir dan tekanan

tertentu.Dari kedua grafik terlihat bahwa waktu retensi Parasetamol dan Kafein

berbeda. Waktu retensi Parasetamol pada laju alir 0,9 ml/min dan tekanan 150 bar

berada pada rentang sekitar 4 menit – 4,5 menit. Sedangkan waktu retensi Kafein

pada laju alir 0,9 ml/min dan tekanan 150 bar berada pada rentang sekitar 6 menit

– 6,7 menit. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada

kondisilaju alir, tekanan, dan kolom yang samadapat menghasilkan waktu retensi

yang berbeda untuk Parasetamol dan Kafein.Waktu retensi yang berbeda

(63)

46 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Telah dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh laju alir dantekanan

terhadap waktu retensi Parasetamol dan Kafein dengan menggunakan HPLC.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. HPLC atau High Pressure Liquid Chromatography merupakan alat yang memiliki selektivitas tinggi dalam pemisahan dua buah molekul.

2. Laju alir fase gerak lebih berpengaruh terhadap waktu retensi

dibandingkan dengan tekanan.

3. Pada kondisi laju alir, tekanan dan kolom yang sama dapat dihasilkan

waktu retensi yang berbeda untuk tiap molekul.

B. Saran

Jika dikemudian hari akan dilakukan penelitian serupa menggunakan

HPLC, maka penulis menyarankan supaya faktor – faktor lain yang

mempengaruhi waktu retensi juga diteliti, misalnya dengan memvariasikan jenis

(64)

47

DAFTAR PUSTAKA

Doebelin, E.O., 2004. Measurement System Application and Design, 5th Ed. New York: McGraw-Hil.

Gritter, R. J., Bobbit, J. M., Schwarting, A. M. 1991. Introduction to Chromatography. Penerjemah : Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB. Holman, J. P., Jasjfi, E. 1984. Metode Pengukuran Teknik, 4th Ed. Jakarta :

Erlangga.

Johnson, E. L., Stevenson, R. 1991.Basic Liquid Chromatography. Penerjemah : Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB.

Khopkar, M. S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Kuwana, T. 1980. Physical Methods in Modern Chemical Analysis,2nd Ed. New York : Academic Press.

Morris, A. S., 1996.The Essenceof Measurement. Britain: TJ Press.

Rangan, C. S., Sarma, G. R., Mani, V. S. V., 1985.Instrumentation Devices and Systems. New Delhi: Tata McGraw - Hill.

(65)

LAMPIRAN A

A. Pengukuran waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk kondisi laju alir bervariasi pada tekanan tertentu.

a. Tabel A.1 :Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang bervariasi

pada tekanan sebesar 125 bar.

Laju alir (ml/min) tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

0,55 5,25 7,31

b. Tabel A.2 :Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang

bervariasi pada tekanan sebesar 150 bar.

Laju alir (ml/min) tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

(66)

c. Tabel A.3 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang

bervariasi pada tekanan sebesar 175 bar

Laju alir (ml/min) tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

0,55 5,21 7,25

d. Tabel A.4 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang

bervariasi pada tekanan sebesar 200 bar

Laju alir (ml/min) tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

(67)

e. Tabel A.5 :Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang bervariasi

pada tekanan sebesar 225 bar.

Laju alir (ml/min) tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

0,55 5,27 7,28

f. Tabel A.6 :Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk laju alir yang

bervariasi pada tekanan sebesar 250 bar.

Laju alir (ml/min) tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

(68)

LAMPIRAN B

B. Pengukuran waktu retensi Parasetamol

dan Kafein dalam kondisi tekanan yang bervariasi pada laju alir tertentu.

a. Tabel B.1 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 0.55 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

100 5,36 7,46

b. Tabel B.2 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 0.7 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

100 5,00 7,17

c. Tabel B.3 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 0.85 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

(69)

d. Tabel B.4 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 1ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

100 4,01 6,22

e. Tabel B.5 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 1.15 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

100 3,31 5,54

f. Tabel B.6 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 1.3 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

(70)

g.Tabel B.7 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 1.6 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

100 2,33 4,21

h.Tabel B.8 : Nilai waktu retensi Parasetamol dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir sebesar 1.75 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

100 2,17 4,03

i. Tabel B.9 : Nilai waktu retensi Parasetamol

dan Kafein untuk tekanan yang bervariasi pada laju alir 1,9 ml/min

Tekanan (P) bar tRParasetamol (menit) tRKafein (menit)

Gambar

Tabel 4.3 : Tabel hubungan nilai waktu retensi (menit) Parasetamol terhadap laju
grafik puncak – puncak. Puncak – puncak
Gambar 2.1. Skema HPLC
Gambar 2.2. Proses pemisahan pada kolom
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terjadinya perbedaan kandungan selulosa pada pakan pellet yang ditambah Indigofera zollingeriana diduga karena berhubungan dengan kandungan NDF pada

Untuk mengerti dinamika per ubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta ubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan yang

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Chandra, 2012 tentang ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks Komersial dengan Tindakan Pencegahan

 Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat kateter

FHM Indonesia mendorong laki-laki untuk menjadi metroseksual yang lebih sadar tubuh (sadar akan fashion , perawatan tubuh, perawatan wajah, dan kesehatan) dan

Mikrokontroler digunakan untuk membaca tegangan yang dihasilkan sensor gas dan mengubah nilai tegangan tersebut menjadi nilai dalam satuan ppm sehingga yang

Data dari FGD dosen dan mahasiswa serta dari jawaban partisipan terhadap pertanyaan terbuka mengenai pelatihan macam apa yang perlu diadakan untuk dosen dan mahasiswa agar

Maka dari penelitian tersebut, penulis dapat mengetahui pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang terkait penagihan pajak restoran yang