• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw - Test Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

YANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD

AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

PUTRA ARIEF PERDANA

NIM 111 11 183

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

YANG TERKANDUNG DALAM BUKU MUHAMMAD

AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

PUTRA ARIEF PERDANA

NIM 111 11 183

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

“Yakinlah terhadap doamu,

Allah akan mengabulkan doa yang dilandasi keyakinan”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-NYA

saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan karya ini saya

persembahkan kepada:

 Ayahanda Khozin dan ibunda Siti Zakat Rodiah tercinta yang penuh

kasih sayang dan tetesan air mata serta doa yang tulus nan suci

dalam mendidik putranya ini. Ananda harapkan dapat terus

menyongsong masa depan untuk menghadapi tantangan hidup, rasa

terima kasih tidak dapat ananda ucapkan walaupun dengan kata-kata

yang paling manis sekalipun.

 Kepada orangtua saya yang kedua, kakak-kakakku. Terima kasih

banyak selama ini telah setia menemaniku dengan iringan doa yang

tulus nan suci, memberikan semangat kepadaku dalam

menyelesaikan skripsi dari awal sampai akhir.

 Adik-adikku Ananda Putri Sabilla dan Putri Ayu Firnanda, terima

kasih atas motivasinya selama ini.

 Teruntuk teman-teman PAI E Exclusive angakatan 2011 khususnya

sahabat-sahabatku yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan

melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terimakasih banyak

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai-nilai Pendidikan karakter yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan PAI.

4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing akademik yang membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

(9)
(10)

x

ABSTRAK

Perdana, Putra Arief. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag.

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Buku Muhammad Al-Fatih 1453. Dengan modal keadaan sosial budaya dan kekayaan yang dimiliki Indonesia dapat hidup dengan makmur tanpa harus ada kejahatan, korupsi hingga tawuran antar pelajar, sikap anak yang kurang menghormati orang tua dan kasus-kasus lainnya. Berangkat dari berbagai persoalan di atas, sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan pendidikan karakter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung pada buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung pada buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik pendidikan karakter masa kini.

Kajian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif, analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Kajian Pustaka ... 5

F. Metode Penelitian ... 7

1. Jenis dan pendekatan penelitian ... 9

(12)

xii

3. Sumber Data ... 10

4. Metode Analisis Data ... 10

G. Penegasan Istilah ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II BIOGRAFI PENULIS DAN ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 A. Biografi penulis ... 16

1. Latar belakang penulis ... 16

2. Karya-karya penulis ... 21

3. Tujuan penulisan buku ... 23

B. Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453 ... 24

C. Sinopsis Buku Muhammad Al-Fatih 1453 ... 26

BAB III PENDIDIKAN KARAKTER A.Deskripsi Pendidikan Karakter... 35

B. Tujuan Pendidikan Karakter... 37

C.Fungsi Pendidikan Karakter... 38

D.Media Pendidikan Karakter... 38

E. Macam-macam Pendidikan Karakter... 39

1. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Esa ... 40

(13)

xiii

3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan sesama.46 4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Hubunganya dengan

lingkungan ... 48

5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan kebangsaan ... 49

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 A.pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 ... 51

B. relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 dengan praktek pendidikan karakter masa kini ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

C. Kritik ... 84

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah komponen penting yang erat dan tidak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Kualitas sebuah bangsa dan peradaban ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Ia menjadi bagian penting sebab dengan pendidikan, manusia mampu mengembangkan nalar berfikirnya sekaligus meningkatkan taraf hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis lainnya.

Melihat kenyataan yang ada dalam kehidupan sekarang, banyak kasus-kasus yang menunjukkan menurunnya moral bangsa. Dengan modal keadaan sosial budaya dan kekayaan yang dimiliki Indonesia dapat hidup dengan makmur tanpa harus ada kejahatan, korupsi hingga tawuran antar pelajar, sikap anak yang kurang menghormati orang tua dan kasus-kasus lainnya.

Berangkat dari berbagai persoalan di atas, sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dengan pendidikan karakter, diharapkan pendidikan karakter tersebut mampu mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlakul karimah dengan cara menyelipkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran.

(16)

2

merupakan karya seni yang dituntut mampu menciptakan hiburan dan pelajaran. Seperti halnya dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 di dalamnya berisi tentang sejarah salah seorang pahlawan Islam yang bernama Muhammad Al-Fatih ketika menaklukkan kota Konstantinopel dengan latar kejadian pada tahun 1453 M. Buku ini menyuguhkan kata-kata yang inspiratif dengan banyak hikmah dan pelajaran. Buku ini ditulis karena kesedihan penulis melihat buku-buku sejarah atau biografi kaum Muslim sangat minim. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra dapat mengkombinasikan sisi pendidikan atau pengajaran dengan hiburan.

Untuk mengoptimalkan penanaman nilai-nilai pendidikan, khususnya nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah buku, di sini penulis mendiskripsikan teks-teks dari buku Muhammad Al-Fatih 1453. Buku ini termasuk buku sejarah yang ditulis secara sistematis, mengalir, mudah dan enak dibaca dengan isi dan argumen yang sangat inspiratif dan penuh dengan nilai-nilai pendidikan dan moral. Salah satu contohnya yaitu pada bagian cerita “The Secret of Victory” Menceritakan kisah yang mengandung nilai religius, toleransi, dan tanggung jawab dalam menghadapi kesulitan dan kesempitan. Seperti terdapat dalam penggalan berikut:

“Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses maka sabda Rasulullah

(17)

3

Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran.” (Siauw, 2013:239)

Pada penggalan cerita di atas, pembaca diajak untuk meneladani sikap selalu ingat Allah dalam situasi apapun, mendidik diri untuk bersikap disiplin dan tanggung jawab serta mencoba memahami bahwa semua yang terjadi atas kehendak Allah. Bahwasannya kemenangan bukan terletak pada kekuatan fisik, apalagi karena strategi perang, tetapi satu-satunya kunci kemenangan yaitu sikap religius dengan melakukan ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat.

Dengan melihat isi dari buku Muhammmad Al-Fatih 1453 yang mengandung banyak pelajaran di samping kelebihan dan kekurangannya, maka penulis mencoba mengangkatnya sebagai objek penelitian dengan judul

“NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG

DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y. SIAUW”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013:302).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

4

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik pendidikan karakter masa kini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.

2. Untuk menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw dengan praktik

pendidikan karakter masa kini.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritik

(19)

5

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu yang berguna kepada masyarakat umum terutama para pendidik serta memberi masukan bagi masyarakat Muslim untuk lebih mengenal sejarah Islam, antara lain: a. Dapat menambah khazanah pengetahuan sejarah Islam.

b. Dapat memotivasi umat Islam untuk meniru dan meneladani semangat perjuangan Muhammad Al-Fatih.

c. Memberikan tauladan pendidikan karakter melalui buku sejarah.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka sangat berguna bagi pembahasan skripsi ini. Untuk mengkaji skripsi ini, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap penelitian-penelitian sebelumnya. Diantaranya adalah sebagai berikut:

(20)

6

subjek penelitian, penulis mengkaji buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.

Kedua, skripsi yang berjudul Penerapan Pendidikan Karakter Di SMPIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011/ 2012 yang ditulis oleh Wahid Tri Mustofa, Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 2012. Skripsi ini meneliti tentang upaya untuk mengetahui sejauh mana aplikasi penerapan pendidikan karakter di salah satu sekolah menengah yaitu SMPIT Nurul Islam Tengaran kabupaten Semarang yang diterapkan melalui lingkungan sekolah dan ma’had, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan kegiatan ekstra kurikuler serta melalui program-program reguler ma’had dengan sebaran nilai karakter yang merata di keempat ruang lingkup pendidikan karakter yang meliputi olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga. Adapun persamaan skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Sedangkan perbedaanya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw.

(21)

7

bagaimana relevansinya dengan mata pelajaran Aqidah Akhlak pada tingkat MI. Adapun persamaan dari skripsi tersebut dengan skripsi penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam buku atau novel. Sementara perbedaanya terdapan dalam subjek penelitian, penulis menggunakan buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix y. Siauw.

Keempat, skripsi yang berjudul Nilai-nilai pendidikan Karakter Dalam

Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere- Liye dan Relevansinya dengan Pembelajaran Fiqih di MI yang ditulis oleh Siti Saadatul Mujahidah, program studi pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013. Skripsi ini meneliti tentang pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam Novel Hafalan Shalat Delisa dan Relevansinya dengan Pembelajaran Fiqih di MI. Adapun persamaan dalam skripsi tersebut dengan skripsi penulis yaitu sama-sama meneliti tentang kandungan nilai karakter dalam sebuah buku atau novel. Sementara perbedaanya terletak pada subjek penelitian yang penulis gunakan yaitu buku Muhammad Al-Fatih karya Felix Y, Siauw.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

(22)

8

kepustakaan merupakan langkah yang penting di mana setelah seorang peneliti menetapkan topik peneliti, sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainya yang sesuai (internet, koran dll). Bila telah diperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian (Syukur, 2014: 59-60).

b. Jenis Pendekatan. Menurut Abram (2006:76) ada empat macam pendekatan terhadap karya sastra yaitu terdiri dari: Pertama, pendekatan mimetik yaitu pendekatan yang dalam mengkaji sastra berupaya memahami karya sastra dengan realitas dan kenyataan. Kedua, pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam memandang dan mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Ketiga, pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Keempat, pendekatan obyektif adalah pendekatan yang memfokuskan

(23)

9

berorientasi pragmatik banyak mengandung aspek guna (usefull) dan nilai karya bagi penikmatnya.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Metode deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang (Mahmud, 2011:100-101)

(24)

10

3. Sumber Data

Sumber data adalah subjek tempat asal data dapat diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau orang. (Mahmud, 2011:151)

Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu:

a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu buku Muhammad Al-Fatih 1453karya Felix Y. Siauw

b. Sumber Data Sekunder, buku Muhammad Al-Fatih sang penakluk karya Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, buku Muhammad Al-Fatih penakluk Konstantinopel karya Syaikh Ramzi Al-Munyami, buku Pendidikan Karakter karya Heri Gunawan, dan buku Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Budaya karya Dr. Haedar Nashir.

4. Metode Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis isi (content analysis). Ricard Budd (1967) mengemukakan bahwa analisis isi adalah

(25)

11

G. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Nilai

Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif di dalam masyarakat (Muhaimin, 1993:109-110).

Nilai dapat dikatakan sebagai harga atau kualitas yang melekat pada jiwa dan tindakan manusia. Dalam kehidupan seseorang tidak akan pernah terlepas dari nilai, baik nilai yang tersurat maupun yang tersirat.

2. Karakter

Karakter secara kebahasaan ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat atau watak (Departemen Pendidikan Nasional, 1997:444).

(26)

12

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat (Darmayanti, 2014: 11).

Karakter telah menjadi bahasa Indonesia, yang semula dari bahasa Inggris (character) dan lebih jauh lagi dari bahasa Yunani (charassein) yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Sehingga dalam makna terminologi, karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang satu dengan yang lain.

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, dan berbagai hal terkait lainya. (Gunawan, 2014:23-24)

4. Buku Muhammad Al-Fatih 1453

(27)

13

menaklukkan benteng Konstantinopel. Jadi buku Muhammad Al-Ftih 1453 adalah salah satu karya Felix Y. Siauw di antara berbagai karya lainya yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa menjadi landasan dalam menginspirasi generasi selanjutnya.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan akan dibahas: A. Latar belakang masalah

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Kajian Pustaka F. Penegasan Istilah G. Metode penelitian

(28)

14 2. Metode pengumpulan Data 3. Sumber Data

4. Metode Analisis Data H. Sistematika penulisan

BAB II BIOGRAFI PENULIS DAN ANATOMI BUKU MUHAMMAD

AL-FATIH 1453

Dalam bab ini akan dibahas: A. Biografi penulis

1. Latar belakang penulis 2. Karya-karya penulis 3. Tujuan penulisan buku

B . Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453 C. Sinopsis buku Muhammad Al-Fatih 1453

BAB III PENDIDIKAN KARAKTER

Dalam bab ini akan dibahas: F. Deskripsi Pendidikan Karakter

G.Tujuan Pendidikan Karakter H.Fungsi Pendidikan Karakter I. Media Pendidikan Karakter

J. Macam-macam Pendidikan Karakter

(29)

15

2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri

3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan sesama

4. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Hubunganya dengan lingkungan

5. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubunganya dengan kebangsaan

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU

MUHAMMAD AL-FATIH 1453

Dalam bab ini akan dibahas:

C.Pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 D.relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad

Al-Fatih 1453 dengan praktek pendidikan karakter masa kini

BAB V PENUTUP

(30)

16

BAB II

BIOGRAFI PENULIS

ANATOMI BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453

A. Biografi Penulis

1. Latar Belakang Penulis

Biografi penulis dilihat dari dua sudut pandang, pertama konteks internal dan kedua konteks eksternal. Pertama konteks internal, nama Felix Yanwar Siauw adalah seorang etnis Tionghoa. Lahir di Palembang Sumatera Selatan pada tanggal 31 Januari 1984, seorang muallaf warga negara Indonesia yang beragama Islam. Jenjang pendidikan di SD Xaverius II Palembang 1989-1995, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Xaverius Maria Palembang 1995-1998, dan SMA Xaverius 1 Palembang, setelah menyelesaikan pendidikan tingkat atas SMA Xaverius 1 Palembang pada 2001, penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor IPB. Felix siauw mulai mengenal Islam pada tahun 2002, saat masih berkuliah semester 3 di IPB. Awal masuk Islam saya menemukan bahwa, teori saya semua agama itu sama hancur sama sekali dengan adanya realitas baru yang saya dapatkan. Lewat pertemuan saya dengan seorang ustadz muda aktivis gerakan da’wah Islam internasional, perkenalan saya dengan Al-Qur’an dimulai.

(31)

17

dipertemukanlah saya dengan ustadz muda ini untuk berdiskusi lebih lanjut, namanya Ustadz Fatih Karim.

Setelah bertemu dan berkenalan dengan ustadz muda ini, saya lalu bercerita tentang pengalaman hidup saya termasuk ketiga pertanyaan hidup saya yang paling besar. Kami lalu berdiskusi dan mencapai suatu kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta. Adanya Tuhan, atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan dinafikkan bila kita benar-benar memperhatikan sekeliling kita. Tapi saya lalu bertanya pada ustadz muda itu:

“Saya yakin Tuhan itu ada, dan saya berasal dari-Nya, tapi masalahnya

ada 5 agama yang mengklaim mereka punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah lalu yang bisa kita percaya?!”. Ustadz muda itu berkata: “Apapun diciptakan pasti mempunyai petunjuk

tentang caranya bekerja”. lalu dia menambahkan:

“Begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang paling benar dan bisa membuktikan diri kalau ia datang dari Sang

Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa”. lalu diapun membacakan suatu

ayat dalam al-Qur’an: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (TQS al-Baqarah [2]:2).

Ketika saya membaca ayat ini saya terpesona dengan ketegasan dan kejelasan serta ketinggian makna daripada kitab itu. Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu?. Seolah membaca pikiran saya, ustadz itu melanjutkan:

(32)

18

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah [2]: 23).

“Waktu itu saya membeku, pikiran saya bergejolak, seolah seperti jerami kering yang terbakar api. Dalam hati saya berkata, Mungkin inilah kebenaran yang selama ini saya cari!”.

Tetapi waktu itu ada beberapa keraguan yang menyelimuti diri saya, belum mau mengakui bahwa memang Al-Qur’an adalah suatu kitab yang sangat istimewa, yang tiada seorangpun yang bisa mendatangkan yang semacamnya. Lalu saya bertanya lagi:

“Lalu mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi

pesakitan, hina dan menghinakan dirinya sendiri?”.

Dengan tersenyum dan penuh ketenangan ustadz muda itu menjawab: “Islam tidak sama dengan Muslim. Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak ada satupun yang tidak bisa dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Muslim akan mulia, tinggi juga hebat. Dengan satu syarat, mereka mengambil Islam secara kaffah (sempurna) dalam kehidupan mereka” “Jadi maksud ustadz, Muslim yang sekarang tidak atau belum menerapkan Islam secara sempurna?” sata menyimpulkan. “Ya, itulah kenyataan yang bisa anda lihat” tegas ustadz muda itu.

(33)

19

Islam selama ini. Saat itu saya sadar betul kelebihan dan kebenaran Islam. Hanya saja selama ini saya membenci Islam karena saya hanya melihat Muslimnya bukan Islam. Hanya melihat sebagian dari Islam bukan keseluruhan.

Akhirnya ketiga pertanyaan besar saya selama ini terjawab dengan sempurna. Bahwa saya berasal dari Sang Pencipta dan itu adalah Allah SWT. Saya hidup untuk beribadah (secara luas) kepada-Nya karena itulah perintah-Nya yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dijamin datang dari-Nya karena tak ada seorangpun manusia yang mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah hidup ini berakhir, kepada Allah saya akan kembali dan membawa perbuatan ibadah saya selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai dengan aturan yang diturunkan oleh Allah. Setelah yakin dan memastikan untuk jujur pada hasil pemikiran saya. Saya memutuskan, “Baik, kalau begitu saya akan masuk Islam”

(34)

20

Kedua konteks eksternal, pada awalnya Ustadz Felix lahir dan tumbuh dewasa di lingkungan Non-Muslim. Saya tahu, saya akan menemui banyak sekali tantangan ketika saya memutuskan hal ini. Mengetahui anaknya masuk Islam, sudah pasti kedua orang tua Felix syok dan marah. Namun, kemarahan keduanya hanya ditunjukkan dalam bentuk rasa kekecewaan. Kalau sampai pada pengusiran memang tidak terjadi seperti yang dialami mualaf lainnya. Rasa kecewa tersebut ditunjukkan oleh kedua orang tuanya dengan kata-kata pedas. “Kamu ini kemasukan setan atau jin. Kamu itu seperti mutiara yang menceburkan

diri ke dalam lumpur”. Lalu saya katakan, “Lumpurnya yang mana dan mutiaranya yang mana”. Namun, dengan berbagai upaya yang Felix lakukan selama tiga tahun, kini kedua orang tuanya sudah bisa menerima pilihan hidupnya itu. Meski dalam beberapa hal, baik ayah maupun ibunya, masih belum bisa menerima perbedaan tersebut. Saya memiliki lingkungan yang tendensius kepada Islam dan saya yakin keputusan ini tidak akan membuat mereka senang. Tapi bagaimana lagi, apakah saya harus mempertahankan perasaan dan kebohongan dengan mengorbankan

kebenaran yang saya cari selama ini.

(http://sisiuk.com/2014/12/27/biodata-dan-biografi-singkat-ustadz-felix-siauw/) (Diakses pada Selasa, 16 Februari 2016, pukul 23:00)

(35)

21

hidup dan beraktivitas dengan mulia. Al-Qur’an dan As-Sunnah selalu menjadi landasannya dalam menginspirasi aktivitasnya maupun mengubah performa setiap individu yang mengikuti program-programnya. Aktif mendakwahkan dan memperjuangkan Islam di kampus IPB dan bergabung dalam Tim Dakwah Kampus BKIM IPB, Felix juga diamanahi menjadi ketua lembaga dakwah Fakultas Pertanian, Elsifa. Sekarang, Felix berkonsentrasi membangun generasi islami sebagai Islamic Inspirator. Secara aktif, dia mengisi kajian-kajian Islam di

perkantoran, pesantren dan masjid. Alhamdulillah, Program-program penulis telah dibagikan hampir di seluruh Indonesia (Siauw, 2013:319).

2. Karya-Karya Penulis

Di bawah ini adalah beberapa buku-buku karya Felix Y. Siauw:

a. Udah Putusin Aja

Buku Udah Putusin Aja berisi tentang nasehat untuk para remaja untuk tidak menjalin hubungan (pacaran) jika memang belum saatnya membutuhkan pasangan hidup. Banyak hal yang diceritakan dalam buku ini seperti banyaknya akibat negatif jika berpacaran. Buku ini sangat sarat akan nasehat islami yang cocok untuk para remaja yang sekarang ini banyak yang salah langkah.

b. Yuk Berhijab

(36)

22

Muslim mempunyai banyak manfaat yang kadang banyak orang tidak mengetahuinya. Buku ini berisi nasehat-nasehat agar wanita Muslim selalu mengunakan hijab. Sama dengan buku karya Felix Siauw yang lain, buku ini juga memiliki bahasa yang enak di baca.

c. Beyond The Inspiration

Buku ini sangat memberi inspirasi kepada remaja Muslim untuk mengejar impian. Dalam buku ini diceritakan tentang kejayaan Islam yang pernah menguasai dunia. Dari sejarah yang sangat inspiratif tersebut Ustadz Felix Siauw ingin menyampaikannya kepada seluruh remaja Islam agar terus bersemangat untuk membangun kejayaan Islam seperti kejayaan yang dulu pernah di raih.

d. Master Your Habits

Seperti judulnya buku ini memang berisi tentang bagaimana seorang Muslim harusnya memiliki kepribadian yang islami. Banyak sekali orang Islam tapi tidak mengerti tentang kebiasaan yang baik. Di buku ini anda dapat belajar bagaiman bisa memulai membangun kebiasaan yang baik dan islami. Buku ini layak dibaca bagi orang yang inggin mengubah kebiasaan dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Buku ini sangat di sarankan di baca untuk semua orang yang ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya.

e. Muhammad Al-Fatih 1453

(37)

23

membawa harum nama Islam. Nama besar dia juga masih diingat orang sampai saat ini. Buku ini becerita mengenai banyak petempuran dan Muhammad Al-Fatih adalah seorang pemuda yang bisa menguatkan kejayaan Islam. Maka dari itu buku ini bisa menjadi inspirasi agar semuanya dapat membawa nama besar Islam. (http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016)

3. Tujuan Penulisan Buku

Sekarang ini banyak sekali buku yang beredar di pasaran dengan berbagai genre yang diminati oleh masyarakat. Buku yang beredar sekarang ini banyak didominasi oleh penulis lama maupun baru yang mempunyai bakat dalam menulis. Felix Siauw atau orang banyak menyebutnya dengan Ustadz Felix juga merupakan penulis yang mempunyai bakat yang bagus. Banyak orang yang belum mengetahui siapa Felix Siauw dikarenakan dia memang jarang muncul ke publik. Sebagai penulis dia lebih banyak fokus ke dunia yang berbau islami. Sebagai seorang Ustadz dia juga inggin mengajarkan sesuatu kepada masyarakat umum. Dia tidak ingin bukunya hanya menjadi sebuah karya yang tidak bermakna, maka dari itu buku Felix Siauw juga banyak berisi nasehat yang baik.

(38)

24

menjalankan hal tersebut lewat bukunya. Memang buku karya dia sangat kental dengan nilai-nilai Islam, dia banyak mengambil intisari dari banyak sumber Islam seperti Al-Quran dan Hadist menjadi nasehat-nasehat yang sangat ringan akan tetapi memiliki nilai pembelajaran yang tinggi pada orang yang membaca buku karya sang Ustadz. Kaidah-kaidah Islam yang dia masukkan dibukunya memang sangat diharapkan mampu menjadi sebuah nasehat yang bisa disampaikan dengan mudah ke segala penjuru.

Sebagai seorang Ustadz dia pasti mengetahui bahwa dengan menulis buku maka akan mempermudah dia menyampaikan nasehat dan motivasi islami yang baik kepada masyarakat, akan tetapi gaya menulis Ustadz Felix Siauw memang lebih condong untuk menarik pembaca usia remaja. Dia memilih remaja sebagai target karena sekarang ini moral remaja sangat turun jauh diakibatkan oleh banyak faktor. Maka dari itu harapan dia dengan buku tersebut dibaca oleh remaja akan membuat mereka mendapat nasehat yang baik dan sesuai dengan kaidah islami. Para remaja sekarang ini memang sudah seperti kehilangan nilai-nilai islami dikarenakan mungkin mereka kurang mendapatkan pembelajaran islami. (http://www.daftar.co/buku-felix-siauw/ 07:40, 28/1/2016)

B. Anatomi buku Muhammad Al-Fatih 1453

(39)

25

mengingat Konstantinopel adalah kota imperium terbesar di zamannya dengan pertahanan luar biasa kokoh. Gabungan keyakinan utuh seorang Muslim, kebulatan tekad, usaha keras tak kenal menyerah, strategi perang jitu dan kesabaranlah yang menjadikan seorang Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkannya. 29 Mei 1453.

Membaca buku setebal 318 halaman ini tak ubahnya seperti membaca sebuah novel yang menawan bahkan nyaris tak ingat bahwa sebenarnya buku ini adalah buku shiroh. Gaya bahasa runtut, mengalir serta penggambaran latar tempat dan waktu yang kuat sepanjang tujuh belas bab membuat pembaca seperti hanyut dalam setiap kisah yang diceritakan, mengikuti kejadian demi kejadian tanpa merasa bosan. Banyaknya ilustrasi yang ada pada buku bersampul kuning ini dan merujuk pada referensi yang sedemikian banyak seperti disebutkan dalam daftar pustaka menjadikan buku ini begitu kaya. Begitu indah.

(40)

26

Felix Siauw, seorang mualaf, meracik kata demi kata dengan piawai. Pemilihan kata yang digunakan tak sekedar enak untuk dibaca tetapi lebih dari itu, kata-kata yang digunakannya menyebarkan semangat (ghirah) keislaman yang tinggi. Bacalah dan rasakanlah kekuatan kata demi kata, dan ditutup dengan epilog yang amat indah.

(https://petapemikiran.wordpress.com/2012/06/29/review-buku-muhammad-al-fatih-1453/ 08:24, 28/01/2016)

C. Sinopsis Buku Muhammad Al-Fatih 1453

(41)

27

mengelilingi kota dengan sempurna, baik wilayah laut maupun daratanya. Nyali seseorang yang ingin menaklukkan ini pasti akan ciut takkala melihat benteng dengan struktur tembok dua lapis dengan dua tingkatan, yang diperkuat dengan parit dalam di bagian depanya.

Sejumlah pasukan yang besar sedang berbaris rapi dari kota Edirne. Pasukan infanteri berbaris dengan tombak-tombak mereka yang menutupi sinar matahari, menjadikan pasukan itu berada dalam bayangan sepanjang waktu. Di belakangnya derap kaki kuda mengebulkan debu-debu yang menjadi saksi bisu keperkasaan ksatria penunggangnya. Serta ayat-ayat Al-Qur’an yang dilantangkan oleh para ulama dibelakang mereka

(42)

28

Keinginan kaum Muslim menguasai Konstantinopel lebih mulia dari hanya sekedar penghargaan, kekuasaan apalagi materi. Konstantinopel lebih daripada itu, ia adalah sebuah kota yang dijanjikan kepada kaum Muslim oleh Rasulullah Muhammad SAW. oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II bukanlah ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Ekspedisi ini adalah puncak dari kekerasan niatnya atas Konstantinopel, nama yang telah memenuhi benaknya selama 23 tahun lamanya. Nama yang juga akan menghantarkan menjadi panglima terbaik yang sempat diisyaratkan oleh Muhammad Rasulullah SAW. Bagi kaum Muslim nama Konstantinopel berarti kemuliaan yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam bisyarah mereka. Ramai dari kaum Muslim akan menyiapkan jiwa dan harta mereka untuk menjadi pasukan yang membebaskanya. Mental kaum Muslim pun telah dari awal dididik untuk menjadi seorang ksatria yang mempunyai tugas untuk mengelola dunia dan seisinya. Konstantinopel adalah penantian 825 tahun dan para syuhada telah menyirami tanah itu dengan darah suci mereka untuk menumbuhkan kemenangan di tanah itu maka tidak heran apabila janji Allah dan Rasul ini menjadi suatu sumber energi yang tidak terbatas, menyalakan api pengorbanan dan jihad fii sabilillah dalam setiap masa dan setiap kepemimpinan.

Buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini disusun dalam 17 bab. Secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

(43)

29

menaklukan dua peradaban adidaya dunia masa itu, Persia dan Romawi. Bagi sahabat Nabi Muhammad, visi Muhammad SAW adalah misi mereka, tujuan mereka untuk menaklukkan Persia dan Roma bukan tujuan yang arogan dan tanpa perhitungan, melainkan tujuan yang bervisi akhirat. Kegagalan dua ekpedisi besar oleh dua Khalifah, tentu bukan kegagalan yang sia-sia. Kegagalan ini adalah usaha terbaik dari kaum Muslim untuk meraih bisyarah Rasulullah SAW. Jasad Abu Ayyub telah ditaman di bawah tembok Konstantinopel, siap menjadi saksi derap kaki kuda pasukan pembebas Konstantinopel. Maslamah dan pasukannya juga telah membuktikan bahwa Konstantinopel bukan tanpa tanding. Kegagalan ini mempunyai sebuah makna lain bagi kaum Muslim setelahnya. Sebuah pijakan besar untuk menancapkan bendera Islam di puncak tertinggi Konstantinopel.

Bab 2 berjudul Emergence of Ghazi State (munculnya kebesaran Ghazi) kaum Turki sendiri tidak berniat mengambil alih kekuasaan, mereka dilahirkan dalam tradisi ksatria dan puas mengambil posisi sebagai ksatria pembela khilafah Islam. Mereka bersumpah setia kepada khalifah sebagai suatu pasukan khusus yang mereka menyebutnya sebagai ghazi. Dalam kebudayaan Turki, ghazi menjadi gelar dan kebanggaan seorang laki-laki Muslim, bisa disamakan sebagai pemimpin suatu kaum, yang juga menandakan identitas mereka.

(44)

30

panglima penakluk Konstantinopel dan kelak akan menjadi ahlu bisyarah yang membuktikan ucapan Rasulullah SAW lahir di Edirne, 8

tahun setelah pengepungan Konstantinopel oleh ayahnya Murad II. Mehmed II lahir pada 29 Maret 1432. Dikatakan bahwa ketika menunggu proses kelahirannya, Murad II menenangkan dirinya dengan membaca Al-Qur’an dan lahirlah anaknya saat bacaanya sampai pada surat Al-Fath, surat yang berisi janji-janji Allah akan kemenangan kaum Muslim.

Bab 4 berjudul Bogaz-Kesen (nama dari benteng baru yang dibuat Sultan Mehmed) yang berisikan tentang pembuatan benteng baru oleh sultan Mehmed sebagai pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang kaisar Byzantium yang terletak di Selat Bosphorus. Sebuah bangunan yang sangat istimewa pada zamanya, sejarawan berkebangsaan Yunani, Kristovoulos mengatakan bahwa ia, lebih mirip kota kecil daripada benteng. Benteng ini diberi nama Bogazkesen, bogas dalam bahasa Turki berarti Selat atau tenggorokan, kesen artinya pemotong jadi bisa juga Bogazkesen diartikan sebagai pemotong tenggorokan, yaitu pemotong selat sesuai dengan maksut pembuatanya.

(45)

31

mereka menembus kota lewat tembok bagian lautan, bukan tembok bagian darat. Praktis tembok bagian darat Konstantinopel menyandang gelar perfect, semua yang pernah berusaha menaklukkan Konstantinopel dipaksa bertekuk lutut dan mengakui keunggulan sistem pertahanan Konstantinopel, sampai Mehmed II mencoba menaklukkan pada 1453.

Bab 6 berjudul Arms of Hope (harapan oleh senjata) yang berisi harapan sultan Mehmed kepada meriam barunya namun keimanan Islam telah mengajarkan kepadanya bahwa hanya Allah sumber kemenangan pasukannya, agar mereka tidak bergantung selain kepada Allah Swt. Sultan memerintahkan agar moncong meriamnya diukir dengan kalimat “Tolong Ya Allah! Sang Sultan Muhammad Khan bin Murad”

(46)

32

Konstantinopel hanya dapat ditaklukkan dengan pemimpin dan pasukan yang terbaik.

Bab 8 berjudul Numberless as Grains of Sands (terhitung sebagai butir pasir) berisi, perhitungan-perhitungan dan taktik Sultan Mehmed dalam menaklukkan Konstantinopel serta awal perjalanan Sultan Mehmed dan pasukanya menuju Konstantinopel pada tangal 23 Maret 1453.

Bab 9 berjudul A Test of Faith (ujian iman) berisi, ujian besar muncul dalam penaklukkan agung ini. Setelah kelelahan akibat serangan selama 6 jam tanpa berhasil menembus tembok Konstantinopel, kekalahan ini bukan hanya kekalahan korban jiwa namun kerugian moril lebih besar dan lebih berbahaya.

Bab 10 berjudul Cul-de-Sac (jalan buntu) berisi, penyerbuan Konstantinopel yang dilakukan pertama kalinya dari darat dan lautan secara terpadu. Tetapi keadaan belum berpihak dari pasukan laut Sultan Mehmed “terpaku. Tak berucap sepatah kata pun, ia berbalik lalu

meninggalkan lautan dengan kudanya”, penuh dengan kegalauan

kegalauan dan kegetiran.

(47)

33

Bab 12 berjudul Unwavering Resolution (resolusi yang tak tergoyahkan) berisi pertempuran pada bulan Mei 1453 yang dilakukan dengan sengit walaupun tidak dengan besar-besaran. Mehmed memerintahkan agar serangan berkala baik dari daratan maupun lautan dengan konsisten tetap dilakukan untuk menjaga semangat tempur pasukan, sekaligus hal ini tentu sangat melelahkan bagi pasukan bertahan yang dipaksa untuk bersiaga sepanjang waktu.

Bab 13 berjudul The Sign of Crescent (tanda bulan sabit) berisi ketakutan pasukan dan penduduk Byzantium mendapat pertanda langit itu. mereka bertanya “bukankah salib adalah lambang Utsmani yang

sering kita lihat dalam bendera mereka?”, bagi kaum Muslim

fenomena alam ini juga dijadikan sebuah pertanda baik dan bergembira karenanya. Bulan sabit di dalam kebudayaan Utsmani memang sebuah simbol penting yang telah lama melekat pada ingatan mereka.

Bab 14 berjudul The Secret of Victory (rahasia kemenangan) berisi, rahasia penting kemenangan pasukan Muslim. Bahwasanya kemenangan bukan terletak pada kekuatan fisik, apalagi karena strategi perang. Satu-satunya kunci kemenangan, yaitu ketaatan kepada syariat Allah dan menjauhi maksiat. Sultan betul-betul yakin bahwa kemaksiatan salah seorang prajurit saja bisa berakibat fatal bagi pengepungan ini.

(48)

34

keluarga Palaiologis selama 194 tahun. Konstantinopel telah kalah dan jatuh sebelum matahari nampak di ufuk sebelah timur oleh tentara Muslim.

Bab 16 berjudul Full of Islam (penuh Islam) berisi, segala sesuatu yang ada di dalam Konstantinopel telah dijadikan Islam oleh Mehmed, seperti halnya gereja Hagia Sophia yang dijadikan masjid kota, keadilan Islam yang dirasakan hampir seluruh warga Konstantinopel, dan semua kemegahan berpadu menjadi satu di kota baru kaum Muslim, Konstantinopel telah menjadi duta Islam bagi dunia

(49)

35

BAB III

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Deskripsi Pendidikan Karakter

Karakter adalah suatu hal yang unik hanya ada pada individual atau pun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter merupakan landasan dari kesadaran budaya, kecerdasan budaya dan merupakan pula perekat budaya. Sedangkan nilai dari sebuah karakter digali dan dikembangkan melalui budaya masyarakat itu sendiri. Terdapat empat modal strategis yaitu sumber daya manusia, modal cultural, modal kelembagaan, serta sumber daya pengetahuan. Keempat modal tersebut penting bagi penciptaan pola pikir yang memiliki keunggulan kompetitif sebagai suatu bangsa (Narwanti, 2011:27).

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa antara pendidikan dan pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan. Pelaksanaan pendidikan karakter dan penerapannya dalam dunia pendidikan Islam sangatlah diperlukan. Pendidikan karakter disebut pendidikan akhlak, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai dan sikap yang didasari pada pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan menjadikan manusia yang utuh atau insan kamil.

(50)

36

perbincangan mengenai pendidikan karakter telah ada pula sebelum kemerdekaan atau sebelum terbentuknya Republik Indonesia.

Pada tahun 2000-an, pendidikan karakter mulai marak dibicarakan lagi. Pendidikan karakter merupakan suatu istilah yang pada tahun-tahun terakhir ini cukup sering dilekatkan dengan Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ismadi, 2014: 1-2).

Menurut Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis, karakter bangsa Indonesia yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri, tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipoktit, lemah kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Karakter lemah tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut sudah ada sejak Indonesia masih dijajah bangsa asing beratus-ratus tahun yang lalu. Karakter tersebut akhirnya mengkristalisasi pada masyarakat Indonesia. Bahkan ketika bangsa ini sudah merdekapun karakter tersebut masih melekat (Listyarti, 2012: 4-5).

(51)

37

seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Apa sajakah 18 nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan berkarakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

B. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Menurut presiden Susilo Bambang Yudhoyono lima hal dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Gerakan tersebut dihadapkan mencintai manusia Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Lima hal dasar tersebut adalah:

1. Manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan.

2. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi.

(52)

38

4. Harus bisa memperkuat semangat. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu ada.

5. Manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanag airnya.

C. Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berfungsi: pertama, mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Kedua, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Ketiga, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Di antara fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik, ini bagi peserta didik yang telah mamiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.

2. Perbaikan, memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.

3. Penyaring, untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

D. Media Pendidikan Karakter

(53)

39

pemerintah, dunia usaha, dan media masa. Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama bagi seorang individu, melalui pendengaran, penglihatan, serta pengamatan. Disinilah peran orangtua untuk turut membangun karakter positif bagi anak.

Sekolah, sebagai organisasi pendidikan formal, membantu seorang individu belajar dan berkembang. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Melalui sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian siswa sesuai nilai dan norma, mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong partisipasi demokrasi masyarakat.

Media massa terdiri atas media cetak, dan media elektronik. Media massa memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran media massa sangat mempengarui tindakan dan sikap angota masyarakat terutama anak-anak. Nilai-nilai dan norma yang disampaikan akan tertanam dalam diri anak melalui penglihatan maupun pendengaran yang dilihat dalam acara. Oleh karena itu, media massa bisa menjadi media yang efektif dan strategis untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif.

E. Macam-macam Pendidikan Karakter

(54)

40

dengan diri sendiri, (3) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama, (4) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, dan (5) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan. Rincian nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan

Yang Maha Esa.

Pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa yaitu religius. Religius merupakan sarana ibadah yang mendekatkan manusia dengan hal di luar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia dalam mempertahankan moralnya.

Religius

(55)

41

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Diri

Sendiri.

Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri terdapat delapan karakter diantaranya sebagai berikut: jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca.

a. Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Listyarti, 2012: 6). Jujur merupakan sifat dan sikap yang paling berharga bagi seseorang. Dengan berkata jujur tentu merupakan hal luar biasa yang berani menegaskan yang sebenarnya.

Kesadaran akan pentingnya jujur dalam hidup harus ditumbuhkan sejak kecil. Pendidikan dari keluarga dan sekolah harus mementingkan kejujuran seorang anak. Sebisa mungkin diupayakan agar anak senantiasa senang berbuat jujur.

(56)

42

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan (Listyarti, 2012: 8). Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tindakan yang dilakukannya baik yang disengaja maupun tidak, dan sudah menjadi kodrat manusia dibebani suatu tanggung jawab karena ia menyadari akibat baik dan buruk perbuatannya. Maka seseorang harus bertanggung jawab terhadap apa yang sudah diberikan atau dibebankan kepadanya, dan melaksanakan kewajibannya itu dengan baik dan benar.

Manusia bertanggung jawab terhadap tindakan mereka. Manusia menanggung akibat dari perbuatannya dan mengukurnya pada berbagai norma, di antaranya adalah nurani sendiri dan standar nilai setiap pribadi. Norma-norma nilai ini dapat dibentuk dengan berbagai macam cara.

c. Disiplin

(57)

43

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang, karena berfungsi sebagai alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seseorang menuju kesuksesannya.

d. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Listyarti, 2012: 6). Kegiatan yang dikerjakan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah dan selalu mengutamakan kepuasan hasil pada setiap kegiatan yang dilakukan. Bekerja keras mempunyai sifat yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai, dapat memanfaatkan waktu secara optimal sehingga terkadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapi dengan semangat yang tinggi untu meraih hasil yang baik dan maksimal.

e. Kreatif

(58)

44

memecahkan masalah dengan cara yang baru sehingga dapat menciptakan ide-ide yang dapat berkembang.

f. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Listyarti, 2012: 6). Kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah di ambil.

Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik akan membentuk kepribadian dalam hal ini adalah kemandiriannya. Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya.

g. Rasa Ingin Tahu

(59)

45

sempurna diciptakan Tuhan di muka bumi ini. Karena dianugerahkan dengan berbagai alat indera dan akal pikiran. Sudah menjadi kodrat dari manusia memiliki rasa ingin tahu, menyebabkan manusia selalu berfikir dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Manusia merupakan makhluk yang dapat dan akan selalu berfikir. Mereka akan selalu memiliki hasrat rasa ingin tahu.

Rasa ingin tahu merupakan naluri alami, rasa ingin tahu menganugerahkan manfaat kelangsungan hidup manusia. Semua orang pemikir besar, para jenius, adalah orang-orang dengan karakter penuh rasa ingin tahu. Nilai rasa ingin tahu ini merupakan cerminan keaktifan seseorang dalam mempelajari sesuatu untuk menambah pengetahuan atau pemahaman seseorang.

h. Gemar Membaca

(60)

46

3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan

Sesama.

Nilai pendidikan karakter yang hubungannya dengan sesama, terdapat empat karakter yaitu: menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat. Penjabarannya adalah sebagai berikut.

a. Menghargai Prestasi

Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan, karena dengan menghargai prestasi dapat memotivasi diri sendiri dan orang lain agar dapat maju dan berkembang.

Menghargai prestasi adalah menghargai karya orang lain dan menghormati hasil usaha, ciptaan, dan pemikiran. Karena dengan sikap seperti itu kehidupan akan berjalan dengan tenteram dan damai, sehingga setiap orang akan menyadari pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai.

b. Demokratis

(61)

47

merupakan bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

c. Peduli Sosial

Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Listyarti, 2012: 7). Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang senantiasa mengadakan hubungan dengan sesamanya. Kerja sama antara orang lain dapat terbina dengan baik apabila masing-masing pihak memiliki kepedulian sosial. Oleh karena itu sikap ini sangat dianjurkan dalam Islam. Sebagai makhluk sosial sudah menjadi kewajibannya untuk memberi bantuan dan perhatian pada orang lain.

d. Bersahabat

Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena sahabat merupakan seseorang yang selalu menemani dan membantu dalam keadaan apapun, sahabat juga termasuk teman dekat yang selalu menemani disaat seseorang senang ataupun susah.

4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan

(62)

48

Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan terdapat dua karakter, yaitu: peduli lingkungan, dan toleransi. Penjabarannya adalah sebagai berikut.

a. Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Listyarti, 2012: 7). Peduli lingkungan merupakan suatu sikap peduli terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan.

b. Toleransi

(63)

49

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan

Kebangsaan.

Nilai pendidikan karakter yang berhubungkan dengan kebangsaan terdapat tiga karakter, yaitu: semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai. Penjabaranya adalah sebagai berikut.

a. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Listyarti, 2012: 7). Nilai ini sangat menjunjung tinggi rasa semangat kebangsaan serta menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Semangat kebangsaan dapat dikatakan sebagai sebuah situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang kepada negara atas nama sebuah bangsa, memperjuangkan kepentingan bangsanya dan mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya.

b. Cinta Tanah Air

(64)

50

rela berkorban untuk tanah air dan membela dari segala macam ancaman dan gangguan yang datang dari bangsa manapun.

c. Cinta Damai

(65)

51

BAB IV

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453

A. Pendidikan Karakter Dalam Buku Muhammad Al-Fatih 1453.

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini terdapat dialog percakapan langsung dan juga deskripsi cerita. Karena percakapan dan cerita ini berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca berulang-ulang.

Kalimat-kalimat dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 merupakan kumpulan sejarah dan ide yang dituangkan oleh pengarang. Namun, terkadang pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda oleh pembaca. Sebab itu, kalimat-kalimat yang lebih jelas akan lebih mudah dipahami oleh pembaca, dan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang pun dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan dibalik deskripsi cerita, maka penulis dalam skripsi ini menyampaikannya dalam bentuk potongan paragraf atau kalimat.

(66)

52

Adapun nilai-nilai pendidikan karakter terbagi dalam lima cakupan yaitu nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama, nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y. Siauw, dijabarkan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan

Yang Maha Esa

Religius

Religius atau ketaatan beribadah, yaitu pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran agamanya (Zuchdi, 2013: 26). Seseorang yang melaksanakan ibadah dengan taat, segala perkataan dan perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter religius adalah sebagai berikut:

(67)

53

berjama’ah. Mehmed juga selalu menjaga shalat malamnya sebagai mahkota dirinya dan menjadikan shalat rawatib sebagai pedangnya. Tidah sekalipun Mehmed pernah melewatkan shalat malam dan shalat rawatib semasa baligh

hingga ia meninggal.” (Siauw, 2013: 49-50).

“Selain itu, Sultan juga seringkali shalat berjama’ah dengan pasukanya, memberikan taushiyah dan mengingatkan akan kemuliaan pasukan yang dapat menaklukkan Konstantinopel, untuk menjaga kadar keimanan dan semangat mereka. Sultan juga menempatkan ulama di setiap barak tentaranya, untuk memastikan keikhlasan niat mereka dan kedekatan mereka kepada Zat yang Maha Kemenangan.” (Siauw, 2013: 107). Kutipan cerita di atas menggambarkan seorang Sultan Mehmed yang sangat religius yang selalu mendekatkan dirinya hanya kepada Allah SWT, tidak pernah melalaikan shalatnya yang selalu dikerjakannya dengan berjama’ah, dan selalu menjaga shalat

malamnya serta shalat rawatib, Sultan Mehmed merupakan satu-satunya panglima yang selalu menyibukkan dirinya bertaqarrud kepada Allah SWT Yang Maha Memenangkan dan Yang Maha Menolong. Sultan juga selalu menjaga ibadah para pasukan perangnya dalam penaklukkan Konstantinopel agar menjadi pasukan yang dimuliakan oleh Allah SWT, itu merupakan pendidikan karakter yang patut dijadikan sebagai contoh. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 21.

(68)

54

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Hubungannya dengan Diri

Sendiri

a. Jujur

Jujur adalah menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan, berani karena benar, dapat dipercaya, dan tidak curang (Samani dan Hariyanto, 2013: 51). Segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan harus sama dengan informasi dan fenomena yang terjadi. Kutipan cerita yang menggambarkan tentang nilai pendidikan karakter jujur adalah sebagai berikut:

“Terlepas banyak penulis Barat yang mendiskreditkan pasukan

Muslim Utsmani kerena kebencian mereka dan mengingkari bahwa keberhasilan Utsmani juga didukung oleh nilai keluhuran Islam yang ada pada tentaranya. Namun, tidak sedikit juga penulis Barat yang jujur mengakui kekuatan tentara Muslim, sebagaimana yang disampaikan oleh pengembara Prancis, Bertrandon de la Broquiera yang bertemu tentara Muslim pada 1430-an: mereka sangat rajin, terbiasa bangun lebih awal dan sederhana, ketika perintah sudah diberikan mereka patuh berbaris rapi dalam keheningan. Saya harus mengakui bahwa dalam semua pengalaman saya yang beragam, saya selalu mengenal orang-orang Turki sebagai orang yang jujur dan loyal serta ketika mereka dibutuhkan untuk menunjukkan keberanian, mereka tidak pernah gagal

melekukanya.” (Siauw, 2013: 116).

Referensi

Dokumen terkait