• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE REQUEST UNTUK MENGOPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TENTANG SAINS SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN METODE REQUEST UNTUK MENGOPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TENTANG SAINS SISWA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN METODE REQUEST UNTUK

MENGOPTIMALISASI KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

TENTANG SAINS SISWA KELAS IV

Indah Apriliyanti

1

, Ernalis

2

, Winti Ananthia

3

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia

Apriliy.08@gmail.com

Abstrak. Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dan guru menggunakan metode yang

konvensional. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode ReQuest dan

mengoptimalisasi dengan model Saintifik Proses dalam pembelajaran membaca pemahaman sains. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengoptimalisasi aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman

sains dengan menggunakan metode ReQuest. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa

kelas IV SD Negeri Ujungberung 3 Kota Bandung dengan jumlah siswa 45 orang. Penelitian ini menggunakan metode PTK model John Elliot yang dilakukan pada tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman penilaian, observasi, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Temuan penelitian pada siklus kesatu dalam aktivitas, kemampuan siswa membuat pertanyaan, membuat prediksi, dan menguji prediksi masih rendah. Hasil belajar siswa dalam menceritakan kembali masih rendah. Siklus kedua, aktivitas siswa membuat pertanyaan, membuat prediksi, dan menguji prediksi meningkat, kegiatan membaca yang dilakukan lebih baik. Hasil belajar siswa dalam menceritakan kembali mengalami kemajuan. Pada siklus ketiga, aktivitas siswa dalam membuat pertanyaan, membuat prediksi, dan menguji prediksi meningkat secara optimal. Hasil belajar siswa dalam menceritakan kembali meningkat secara optimal. Simpulan penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode ReQuest dan modifikasi model Saintifik Proses aktivitas

dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains meningkat secara optimal. Hal ini terlihat pada peningkatan nilai aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman pada setiap siklus. Nilai aktivitas siklus pertama 54,9, siklus kedua 75,9, dan siklus ketiga 89. Nilai hasil belajar siklus pertama 51, siklus kedua 64,1, dan siklus ketiga 74,1.

Kata Kunci : Metode ReQuest, Membaca Pemahaman, Wacana Sains

Mahasiswa1Penulis Penanggung Jawab

Pembimbing2Penulis Penanggung Jawab

(2)

THE USING OF REQUEST METHOD TO OPTIMALYZE

THE ABILITY OF THE STUDENT IN READING

COMPREHENSION OF SCIENCE OF CLASS FOUR

Indah Apriliyanti

1

, Ernalis

2

, Winti Ananthia

3

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia

Apriliy.08@gmail.com

Abstract. This research is formed the background of low of the student’s ability in reading comprehension lesson and the teacher uses conventional method. This research has been done by ReQuest method with maximize the exiting potential using Scientific model. The process of reading comprehension lesson of sciences. This research is done with the purpose to optimalize the student’s activity and the studying result of the students in reading comprehension lesson using ReQuest method. This research has been done to the students of class four SD Negeri Ujungberung 3 Bandung City within 45 students. This research use class research action method with John Elliot model with three cycle and each cycle consist of three action. The instrument which is used are evaluation guided, observation, field not, interview, and documentation. The finding of research in the first cycle in the ability of student’s activity in making questions, prediction, and prediction test are still low. The studying result of the students in retell the text is still low. In the second cycle the student’s activity in making questions, prediction, and prediction test increase, the reading activity is getting better the studying result of the student’s in retell the text is getting development. In the third cycle the student’s activity in making questions, prediction, and prediction test increase optimum. The studying result of the students in retell the text is getting better from the cycle before. The conclusion of this research is using ReQuest method and modification Scientific model. The process of studying result and the student’s activity in reading comprehension lesson of sciences increase optimum. It seems in raising of studying result and student’s activity grade in reading comprehension lesson in each cycle. The activity grade in the first cycle 54,9, the second cycle 75,9, and the third cycle 89. The studying result in the first cycle 51, the second cycle 64,1, and the third cycle 74,1.

Key Words : ReQuest Method, Reading Comprehension, Sciences Text

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan beroleh di mana saja baik lingkup formal, nonformal maupun informal. Pendidikan formal biasanya berkaitan dengan proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, terjadi interaksi dan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Agar terjadi komunikasi yang baik, anak dapat menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di sekolah dasar. Pentingnya mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah untuk

mengembangkan kemampuan dan keterampilan berbahasa pada anak. Keterampilan berbahasa yang harus dikuasai anak adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Kurikulum KTSP mengharapkan agar mampu menciptakan mutu pendidikan semakin berkualitas, salah satunya adalah dengan adanya mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diramu dengan empat kompetensi. Menurut Marocco, dkk.

(dalam Abidin, 2014, hlm. 8) bahwa kompetensi yang harus dimiliki di dalam maupun di luar proses pembelajaran di

(3)

antaranya, memiliki tingkat pemahaman yang tinggi, berfikir kritis, berkomunikasi, dan berkolaborasi antar peserta didik. Begitu juga degan pembelajaran membaca pemahaman di sekolah dasar. Menurut Hodgson (dalam Tarigan, 2008, hlm. 7) bahwa membaca merupakan serangkaian proses berupa aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk beroleh pesan dari penulis melalui bahasa tulis. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru hendaknya memperhatikan prosedur pembelajaran membaca. Menurut Abidin (2012b, hlm. 18) bahwa proses pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan harus memperhatikan tiga tahapan yakni tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca. Pembelajaran membaca menuntut agar menciptakan peserta didik mampu memahami isi wacana yang telah dibaca. Peran guru sangat penting dalam membimbing peserta didik agar mampu memperoleh pemahaman dan informasi dengan baik. Pendidik juga hendaknya membimbing dan memotivasi agar kegiatan membaca terlaksana dengan efektif, efisien, dan menyenangkan.

Kenyataan yang terdapat di lapangan adalah terdapat beberapa guru yang kurang memperhatikan pembelajaran membaca yang dilaksanakan di sekolah dasar. Kegiatan membaca pemahaman yang dilakukan hanya sebatas membaca tanpa memperhatikan pemahamannya terhadap isi wacana. Dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa dituntut untuk memiliki pemahaman terhadap isi wacana yang telah dibaca. Sejalan dengan pendapat Blanton, dkk. (dalam Rahim, 2011, hlm. 11) bahwa terdapat sembilan tujuan membaca, salah satunya memperoleh informasi jika tujuan membacanya adalah membuat laporan tertulis maupun lisan.

Begitu juga pembelajaran membaca yang dilakukan di salah satu SD di Kota Bandung, kondisi pembelajaran membaca masih kurang diperhatikan oleh pendidik, khususnya pembelajaran membaca

pemahaman. Pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan hanya sebatas membaca wacana pada buku paket dan menjawab pertanyaan. Hal tersebut juga terlihat pada penggunaan metode yang masih konvensional sehingga tidak dapat memantau pemahaman peserta didik terhadap isi wacana yang dibaca.

Pembelajaran membaca bertujuan untuk mengembangkan empat keterampilan berbahasa, salah satunya membaca pemahaman. Pendidik hendaknya menggunakan metode yang tepat sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan. Sebagai alternatif untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik dalam membaca pemahaman sains, peneliti menggunakan metode ReQuest dan modifikasi dengan model saintifik proses dalam pembelajaran membaca pemahaman sains. Abidin (2012b, hlm. 84) mengemukakan bahwa tujuan metode

ReQuest adalah dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyusun pertanyaan dan mengembangkan perilaku peserta didik untuk bertanya mengenai isi wacana, membangun dan mengembangkan cara membaca yang baik, memperoleh tujuan membaca dan keterampilan membaca secara rasional. Dalam metode

ReQuest terdapat tiga tahapan yakni

prabaca, membaca, dan pascabaca. Tahap prabaca bertujuan untuk melatih siswa dalam mengembangkan perilaku bertanya. Tahap membaca bertujuan melatih siswa untuk membaca dalam hati dan memahami isi wacana. Tahap pascabaca bertujuan agar siswa mampu menceritakan kembali isi wacana yang telah dibaca.

Adapun model saintifik proses yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam membuat prediksi dan menceritakan kembali isi wacana. Menurut Trilling dan Fadel (dalam Abidin, 2014, hlm. 145) bahwa terdapat enam sintaks model saintifik proses yakni mengajukan pertanyaan,

(4)

menguji pertanyaan, membuat hipotesis, melaksanakan penelitian atau eksperimen, menganalisis data dan membuat kesimpulan, dan mencipta dan mengomunikasikan laporan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian (1) bagaimana mengoptimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains di kelas IV SD Ujungberung 3 menggunakan metode

ReQuest ? dan (2) bagaimana

meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains di kelas IV SD Negeri Ujungberung 3 menggunakan metode

ReQuest ? Tujuan penelitian ini adalah (1)

menggambarkan pengoptimalan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains di kelas IV SD Negeri Ujungberung 3 dengan menggunakan metode ReQuest dan (2) meningkatkan kemampuan hasil belajar membaca siswa kelas IV SD Negeri Ujungberung 3 melalui pembelajaran membaca pemahaman sains dengan menggunakan metode ReQuest.

METODE

Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus dengan melakukan tindakan-tindakan agar mencapai perbaikan yang diinginkan. Sesuai dengan pendapat Kunandar (2012, hlm. 41) bahwa penelitian tindakan kelas idealnya merupakan metode penelitian yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.

Penelitian tindakan kelas secara khusus dilakukan untuk megoptimalkan kemampuan membaca pemahaman sains siswa sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan perbaikan agar proses pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan sesuai dengan harapan. Karena

masalah yang diteliti tidak bisa dilakukan hanya dengan satu kali tindakan sehingga harus dilakukan secara berulang-ulang dengan beberapa tindakan.

Desain yang digunakan adalah menggunakan model penelitian yang digunakan oleh John Elliot. Langkah-langkahnya adalah ide awal, temuan analisis, perencanaan umum, implementasi siklus dan tindakan, monitoring implementasi dan efeknya, penjelasan kegagalan implementasi, dan revisi perencanaan umum dan perbaikan perencanaan.

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ujungberung 3 yang beralamat di Jalan Cigending No.3, Kelurahan Cigending, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan pada kelas IV dengan jumlah siswa 45 orang, 27 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

Instrumen yang digunakan penilaian membaca, pedoman observasi dan catatan lapangan, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Catatan lapangan digunakan untuk menemukan informasi esensial yang terjadi selama penelitian baik dari guru maupun siswa. Wawancara digunakan oleh guru untuk mewawancarai siswa. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa gambar sebagai bukti visual selama proses pembelajaran.

Analisis data yang digunakan dalam bentuk kualitatif, kuantitatif, triangulasi, dan standar keberhasilan siklus. Data yang diperoleh dalam analisis kualitatif adalah hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan yang dilakukan selama proses pembelajaran dan disusun dalam bentuk deskripsi. Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan kemajuan siswa selama proses pembelajaran membaca pemahaman. Triangulasi digunakan sebagai jaminan dalam menentukan kevalidan penelitian,

(5)

peneliti menguji data dengan triangulasi teknik. Standar keberhasilan juga ditentukan oleh rata-rata kelas mencapai KKM yaitu dengan nilai 70.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti melaksanakan penelitian ini sebanyak tiga siklus dengan tiga tindakan pada setiap siklusnya. Temuan penelitian ini dipaparkan dalam bentuk deskripsi yang memuat seluruh proses pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan refleksi dari setiap pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan. Penjelasan dan pemaparan tersebut bertujuan memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains dan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman sains.

Berdasarkan temuan penelitian, diperoleh hasil dari setiap pemberian tindakan yang dilakukan selama penelitian yang dipaparkan sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran membaca pemahaman sains dengan menggunakan metode ReQuest dan modifikasi dengan model Saintifik Proses dapat meningkat secara optimal. Aktivitas yang diukur pada siklus I, II, dan III adalah membuat pertanyaan, membuat prediksi, dan menguji prediksi. Adapun nilai rata-rata aktivitas setiap indikator yang ditunjukkan pada grafik sebagai berikut.

Grafik 4.10

Niai Rata-rata Indikator Aktivitas Membaca Pemahaman Sains

Siklus I, II, dan III

Grafik di atas, menunjukkan nilai rata-rata aktivitas membaca pemahaman sains siklus pertama adalah 54,9, pada siklus kedua adalah 75,9, dan pada siklus

ketiga adalah 89. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada setiap siklusnya mengalami peningkatan secara optimal.

Nilai rata-rata pada indikator membuat pertanyaan siklus kesatu adalah 4,97. Nilai rata-rata pada indikator membuat prediksi adalah 3,92. Pada indikator menguji prediksi nilai rata-ratanya adalah 3,78. Pada siklus kedua, nilai rata-rata indikator membuat pertanyaan adalah 6,42. Pada indikator membuat prediksi nilai rata-ratanya adalah 5,1. Nilai rata-rata pada indikator menguji prediksi adalah 4,98.

Pada siklus ketiga, nilai rata-rata indikator membuat pertanyaan adalah 6,8. Pada indikator membuat prediksi, nilai rata-ratanya adalah 6,54. Nilai rata-rata ada indikator menguji prediksi adalah 6,48.

Adapun nilai rerata kelas yang diperoleh dari tiga LKP dalam aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains setiap siklusnya mengalami peningkatan, dapat dilihat dari grafik sebagai berikut.

Grafik 4.11

Nilai Rerata Kelas pada Aktivitas Membaca Pemahaman Sains

Siklus I, II, dan III

Berdasarkan grafik di atas, nilai rerata kelas dari jumlah nilai LKP siswa setiap siklus dalam aktivitas pada siklus kesatu adalah 53, siklus kedua adalah 67, dan siklus ketiga adalah 80.

Berdasarkan deskripsi di atas, nilai rata-rata aktivitas membaca pemahaman sains pada setiap siklusnya meningkat. Pada siklus kesatu, nilai rata-rata aktivitas tertinggi adalah pada indikator membuat pertanyaan dan membuat prediksi, sedangkan nilai rata-rata terendah

0 2 4 6 8

Siklus I Siklus II Siklus III

N il a i r a ta -r a ta

Nilai Rata-rata Indikator Aktivitas Membaca Pemahaman Sains Siklus I, II, dan III

Membuat pertanyaan Membuat prediksi Menguji prediksi 0 20 40 60 80

Siklus I Siklus II Siklus III

N il ai r at a -r at a

Nilai Rerata Kelas pada Aktivitas Siswa dalam Membaca Pemahaman Sains

(6)

diperoleh pada indikator menguji prediksi. Pada kegiatan mengembangkan perilaku bertanya, siswa masih malu untuk mengajukan pertanyaan sehingga pertanyaan yang dibuat ada lembar kerja proses tidak sesuai dengan isi wacana. Dalam hal ini, perlu bagi peneliti untuk mengembangkan perilaku bertanya pada siswa dengan berbagai jenis pertanyaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Moore (dalam Rahim, 2011, hlm. 11) bahwa jenis pertanyaan yang dapat dikembangkan pada siswa salah satunya adalah jenis pertanyaan mengenai pemahaman yang berfungsi untuk memperoleh informasi dan memahami informasi yang diperoleh dari bacaan. Sedangkan nilai rata-rata terendah adalah pada indikator menguji prediksi. Pada kegiatan penelitian sederhana untuk membuat prediksi, situasi pembelajaran tidak kondusif sehingga berpengaruh terhadap prediksi yang dibuat oleh siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Trilling dan Fadel (dalam Abidin, 2014, hlm. 145) bahwa salah satu tahapan model Saintifik Proses adalah membuat hipotesis atau jawaban sementara yang berfungsi untuk membangun pengetahuan awal siswa.

Ketika diberikan keseluruhan wacana, siswa melakukan kegiatan membaca pemahaman dengan membaca nyaring. Hal tersebut mengakibatkan suasana kelas menjadi tidak kondusif karena menggangggu siswa lain yang melakukan membaca di dalam hati. Hal ini sejalan dengan pendapat Tampubolon (2008, hlm. 11) bahwa ketidakefisienan dalam membaca disebabkan karena membaca dengan suara nyaring sehingga mengakibatkan susah untuk berkonsentrasi sewaktu membaca. Prediksi yang diperbaiki siswa kurang logis dan kurang tepat. Memperbaiki prediksi dalam hal ini merupakan menganalisis hal-hal pokok yang diperoleh selama melakukan penelitian sederhana. Hal ini sejalan dengan pendapat Trilling dan Fadel (dalam Abidin, 2014, hlm. 145) bahwa salah satu tahapan model Saintifik Proses adalah

menganalisis data dengan cara membandingkan hasil analisis dengan teori atau materi ajar.

Pada siklus kedua, nilai rata-rata aktivitas siswa dalam membaca pemahaman mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada nilai rata-rata setiap indikatornya mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada indikator membuat pertanyaan dan indikator membuat prediksi merupakan nilai rata-rata tertinggi. Sedangkan nilai rata-rata terkecil adalah pada indikator menguji prediksi. Hal ini menujukkan bahwa pada indikator membuat pertanyaan, pertanyaan yang dibuat oleh siswa juga sudah lebih baik dari siklus sebelumnya. Namun pada kegiatan tanya jawab, peneliti tidak menyamakan persepsi terhadap jawaban atau pendapat siswa sehingga siswa merasa takut salah dalam menjawab pertanyaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusyan (dalam Sagala, 2006, hlm. 55) bahwa apabila persepsi individu terhadap objek, benda, situasi, dan rangsangan disekitarnya keliru atau salah, maka belajar selanjutnya merupakan akumulasi dari kesalahan yang pernah dilakukan. Pada kegiatan penelitian sederhana, situasi pembelajaran lebih kondusif dibandingkan dengan siklus pertama sehingga berpengaruh terhadap prediksi yang dibuat oleh siswa. Hal ini senada dengan pendapat Rachman (1999, hlm. 166) bahwa menciptakan situasi lingkungan kelas yang kondusif merupakan hal yang sangat penting untuk membantu perkembangan pendidikan peserta didik.

Pada kegiatan membaca di siklus kedua ini, sebagian besar siswa mampu melakukan kegiatan membaca dengan membaca di dalam hati. Dengan membaca di dalam hati, siswa akan lebih mudah dalam memahami isi wacana. Hal ini sejalan dengan pendapat Blanton, dkk. (dalam Rahim, 2011, hlm. 11) bahwa salah satu tujuan membaca adalah menyempurnakan membaca nyaring dengan tujuan agar pembaca bukan hanya

(7)

memfungsikan alat indranya pada pengelihatan, ingatan, dan pendengaran saja namun lebih mendalam pada pemahaman terhadap isi wacana. Kemampuan siswa membaca di dalam hati akan berpengaruh dalam mengerjakan lembar kerja proses uji prediksi. Hal ini sependapat dengan McLaughlin dan Allen (dalam Rahim, 2008, hlm. 3) menyatakan bahwa terdapat sembilan prinsip membaca pemahaman salah satunya, membaca merupakan proses untuk menemukan sendiri makna yang terdapat dalam wacana dan berinteraksi dengan memberikan respon terhadap isi wacana.

Pada siklus ketiga, nilai rata-rata aktivitas siswa dalam membaca pemahaman merupakan nilai tertinggi. Hal ini terlihat pada kenaikan nilai rata-rata pada setiap indikatornya. Nilai rata-rata aktivitas pada indikator membuat pertanyaan dan membuat prediksi merupakan nilai rata-rata tertinggi. Sedangkan nilai rata-rata indikator menguji prediksi adalah nilai rata-rata terendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada kegiatan mengembangkan perilaku bertanya, peneliti tidak lupa untuk menyamakan persepsi sehingga siswa lebih berani dalam mengajukan jawaban atau pendapat. Pertanyaan yang dibuat oleh siswa sudah tepat sesuai dengan isi wacana. Hal ini sependapat dengan Rusyan (dalam Sagala, 2006, hlm. 55) bahwa “pembentukan persepsi yang tepat terhadap rangsangan sensoris merupakan dasar dari proses belajar mengajar yang tepat”.

Pada siklus ketiga ini, prediksi yang dibuat siswa sudah lebih baik dari siklus sebelumnya. Dalam kegiatan membaca, siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan dengan membaca di dalam hati sehingga siswa akan mudah memahami isi wacana. Hal ini sejalan dengan pendapat Dalman (2013, hlm. 67) bahwa membaca dalam hati merupakan seluruh kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan huruf yang terdapat dalam wacana. Selain itu, menurut Tarigan (2008, hlm. 36)

bahwa salah satu bagian dari membaca intensif adalah membaca telaah isi yang di dalamnya terdapat membaca pemahaman. 2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains dengan menggunakan metode ReQuest dan modifikasi dengan model Saintifik Proses dapat meningkat secara optimal. Nilai rata-rata setiap indikator hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains pada setiap siklus ditunjukkan pada grafik sebagai berikut.

Grafik 4. 12

Nilai Rata-rata Indikator Hasil Membaca Pemahaman Sains

Siklus I, II, dan III

Berdasarkan grafik di atas, nilai rata-rata menceritakan kembali isi wacana pada siklus kesatu adalah 51. Nilai rata-rata menceritakan kembali pada siklus kedua adalah 58,3. Sedangkan nilai rata-rata menceritakan kembali pada siklus ketiga adalah 68,6. Peningkatan juga ditunjukkan pada nilai rata-rata pada masing-masing indikator disetiap siklusnya.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains pada siklus kesatu indikator ketepatan isi adalah 1,93. Nilai rata-rata pada indikator kelengkapan isi adalah 1,58. Sedangkan nilai rata-rata pada indikator bahasa adalah 2,2.

Pada siklus kedua, nilai rata-rata indikator ketepatan isi adalah 2,52. Nilai rata-rata indikator kelengkapan isi adalah 1,94. Pada indikator bahasa nilai rata-ratanya adalah 2,56.

Pada siklus ketiga, nilai rata-rata indikator ketepatan isi adalah 2,9. Nilai rata-rata indikator kelengkapan isi adalah

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Siklus I Siklus II Siklus III

N il ai r at a -r at a

Nilai Rata-rata Indikator Hasil Membaca Pemahaman Sains

Siklus I, II, dan III

Ketepatan isi Kelengkapan isi

(8)

2,39. Nilai rata-rata indikator bahasa adalah 2,95.

Adapun nilai rerata kelas pada hasil belajar siswa dalam membaca pemahaman sains setiap siklus ditunjukkan dalam grafik sebagai berikut.

Grafik 4.13

Nilai Rerata pada Hasil Membaca Pemahaman Sains

Siklus I, II, dan III

Berdasarkan grafik di atas, hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains yang diperoleh dari menceritakan kembali pada sikus kesatu adalah 47,7, siklus kedua adalah 57,4, dan siklus ketiga adalah 69.

Berdasarkan uraian di atas, nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam membaca pemahaman sains paling kecil adalah pada siklus kesatu. Hal ini disebabkan nilai rata-rata setiap tindakan masih rendah. Pada siklus pertama, nilai rata-rata pada indikator kelengkapan isi merupakan nilai rata-rata yang paling kecil di antara indikator ketepatan isi dan bahasa. Dalam menceritakan kembali, hanya sebagain kecil isi wacana yang dipahami oleh siswa sehingga dalam menceritakan kembali isi kurang lengkap dan tidak sesuai porsi yang diberikan pada lembar kerja proses. Hal tersebut disebabkan pada saat melakukan kegiatan membaca, siswa kurang teliti dalam memahami isi wacana. Hal ini sejalan dengan pendapat Blanton, dkk. (dalam Rahim, 2011, hlm. 11) bahwa salah satu tujuan membaca adalah memperoleh informasi jika tujuan membacanya adalah membuat laporan tertulis maupun lisan. Selain itu, menurut Dalman (2013, hlm. 13) bahwa salah satu tujuan membaca adalah menilai kebenaran gagasan

pengarang atau penulis dengan cara membaca secara teliti seluruh isi bahan bacaan.

Pada siklus kedua, nilai rata-rata yang peling kecil adalah indikator kelengkapan isi. Meskipun memperoleh nilai rata-rata paling kecil, kelengkapan isi siswa dalam menceritakan kembali sudah lebih baik dari siklus sebelumnya. Pada indikator bahasa, siswa masih menggunakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana sehingga pada lembar kerja proses menceritakan kembali kalimatnya sama dengan isi wacana yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadley (dalam Abidin, 2012b, hlm. 64) bahwa salah satu prosedur pembelajaran membaca adalah tahap pascabaca dapat dilakukan dengan menulis rangkuman, membuat versi lain dari jenis wacana yang diberikan, dan menceritakan kembali isi wacana secara lisan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan membaca siswa mampu memahami isi wacana yang telah dibaca dan menceritakan kembali melalui tulisan.

Pada siklus ketiga, indikator ketepatan isi, kelengkapan isi, dan bahasa mengalami peningkatan secara optimal. Hal ini dapat ditunjukkan kemampuan siswa dalam menceritakan kembali sudah tepat sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pada indikator ketepatan isi, siswa mampu menceritakan kembali sesuai dengan isi wacana yang diberikan. Pada indikator bahasa, dalam kegiatan menceritakan kembali siswa mampu menggunakan bahasanya sendiri.

Pada dasarnya kemampuan siswa dalam menceritakan kembali dihasilkan dari kegiatan membaca. Dengan kegiatan membaca, siswa mampu memahami isi wacana sehingga memperoleh informasi dan menuangkan dalam bentuk tulisan. Hal ini senada dengan pendapat Arifin (2013, hlm. 12) bahwa hasil belajar merupakan suatu hal yang meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Artinya setelah melakukan kegiatan membaca,

0 20 40 60 80

Siklus I Siklus II Siklus III

N il a i r a ta -r a ta

Nilai Rata-rata Hasil Membaca Pemahaman Sains Siklus I, II, dan III

(9)

siswa akan mengalami pembentukan watak yaitu memahami isi wacana yang telah dibaca dan memberikan respon terhadap wacana tersebut. Selain mampu untuk memahami isi wacana, siswa mampu menerapkan infomasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan penggunaan metode

ReQuest yang dimodifikasi dengan model

Saintifik Proses dalam mengoptimalisasi aktivitas dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Menurut penelitian yang dilakukan Ruwanti (2014) bahwa penerapan metode ReQuest dapat meningkatkan aktivitas dan hasil membaca pemahaman sains. Namun, pada penelitian tersebut, peneliti memiliki kelemahaman yakni membuat prediksi. Penelitian yang dilakukan Yuniarti, dkk. (2012) bahwa penerapan strategi ReQuest dapat meningkatkan prestasi siswa dalam membaca pemahaman dapat dilihat dari peningkatan rata-rata pada pre test dan post test. Strategi ReQuest dapat dijadikan sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan membaca dan kegiatan membaca yang dilakukan bermakna sehingga tidak akan menimbulkan kebosanan dalam melakukan kegiatan membaca. Wacana yang diberikan adalah teks naratif.

Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan di atas, menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti belum berhasil secara optimal lagi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa kelemahan baik dalam aktivitas pembelajaran maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Dalam aktivitas yang dilakukan selam proses pembelajaran kelemahaman terletak pada kemampuan siswa dalam memperbaiki prediksi. Pengondisian siswa yang kurang kondusif

ketika kegiatan penelitian sederhana. Selama proses pembelajaran membaca pemahaman sains yang dilakuakan menimbulkan kebosanan siswa dalam kegiatan menulis atau mengerjakan lembar kerja proses karena tugas yang diberikan terlalu banyak. Kelemahan hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains, siswa masih merasa kesulitan dalam menceritakan kembali isi wacana yang telah dibaca. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada indikator kelengkapan isi adalah nilai rata-rata terkecil di antara indikator lainnya. Selama proses pembelajaran siswa merasa jenuh dalam kegiatan membaca, namun siswa sangat antusias dalam kegiatan penelitian sederhana dan membuat prediksi.

KESIMPULAN

Berdasarkan kajian pustaka, temuan penelitian, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis mengembangkan simpulan sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran membaca pemahaman sains di kelas IV SD Ujungberung 3 menggunakan metode ReQuest meningkat. Aktivitas siswa dalam membaca pemahaman sains mengalami peningkatan secara optimal dengan modifikasi antara metode ReQuest dan model Saintifik Proses. Hal ini dapat terlihat pada setiap indikator aktivitas siswa, baik membuat pertanyaan, membuat prediksi, dan menguji prediksi mengalami peningkatan secara optimal. Pada tahap prabaca, siswa sudah aktif dalam mengajukan pertanyaan. Selain itu, siswa juga mampu membuat pertanyaan sesuai dengan jumlah yang ditentukan dan pertanyaan yang dibuat oleh siswa sudah sesuai dengan isi pada penggalan wacana yang diterima. Siswa Mampu melaksanakan kegiatan penelitian sederhana secara kolaboratif. Berdasarkan kegiatan penelitian sederhana, siswa mampu membuat prediksi sesuai dengan jumlah yang ditentukan, logis, dan tepat

(10)

sesuai dengan isi wacana yang akan diterima pada tahap membaca. Pada tahap membaca, siswa sudah mampu melakukan kegiatan membaca secara efektif yaitu dengan membaca di dalam hati keseluruhan isi wacana. Dari kegiatan membaca tersebut, siswa mampu memperbaiki prediksi atau menguji prediksi yang telah dibuat pada tahap prabaca secara logis dan tepat.

2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains di kelas IV SD Negeri Ujungberung 3 menggunakan metode ReQuest mengalami peningkatan secara optimal. Peningkatan secara optimal pada hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains dilakukan dengan modifikasi antara metode ReQuest dan model Saintifik Proses. Berdasarkan hasil belajar siswa yang diperoleh dalam menceritakan kembali isi wacana mengalami peningkatan secara optimal pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata hasil membaca pemahaman sains pada siklus pertama adalah 51. Pada siklus kedua mengalami peningkatan sebesar 13,19 sehingga nilai rata-rata hasil membaca pemahaman sains diperoleh 64,19. Pada siklus ketiga mengalami peningkatan secara optimal 9,91 sehingga nilai rata-rata hasil membaca pemahaman sains yang diperoleh siswa adalah 74,1. Selain itu, peningkatan dapat dilihat pada kenaikan nilai rerata kelas dari hasil penjumlahan LKP setiap tindakan. Pada siklus pertama nilai rerata kelasnya adalah 47,7. Pada siklus kedua mengalami peningkatan 9,7 sehingga nilai rata-rata kelas menjadi 57,4. Pada siklus ketiga mengalami peningkatan secara optimal sebesar 11,6 sehingga nilai rata-rata menjadi 69. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami isi wacana semakin meningkat karena pada setiap siklusnya baik nilai rerata kelas dan nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains mengalami peningkatan secara optimal. Nilai rerata kelas dan nilai rata-rata pada

hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sains telah mencapai KKM yaitu 70.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012b). Pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. Bandung : PT Refika Aditama.

Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung : PT Refika Aditama.

Afirin, Z. (2013). Evaluasi pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Dalman. (2013). Keterampilan membaca.

Jakarta : Raja Grafindo Persada. Kunandar. (2012). Langkah mudah

penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Rachman, M. (1999). Manajemen kelas. Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahim, F. (2011). Pengajaran membaca di

Sekolah Dasar. Edisi Kedua. Jakarta:

Bumi Aksara.

Ruwanti, I. (2014). Penggunaan metode

ReQuest untuk meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman

sains siswa SD kelas IV. (Skripsi).

Program Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Sagala, S. (2006). Konsep dan makna

pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Tampubolon. (2008). Kemampuan

membaca. Bandung : Angkasa

Bandung.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : Angkasa.

Yuniarti, dkk. (2014). The Use of Reciprocal Questioning (REQUEST)

Strategy in Teaching Reading

Comprehension, 3(2), hlm. 1-7.

[Online]. Diakses dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jp dpb/article/view/464

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan perlakuan pada konsentrasi 0 mg/l (D), 6,25 mg/l (C), 12,5 mg/l (B), dan 18,75 mg/l

Nilai relasional yang terkandung dalam fitur-fitur gramatika tersebut digunakan oleh seluruh partisipan seminar (moderator, pemrasaran, pembanding utama, dan

Dari hasil analisis dikemukakan bahwa hipotesis ini memiliki pengaruh antara variabel pendidikan agama Islam (X) terhadap variabel pembentukan akhlak peserta didik

Sanksi adat bagi pelaku pezina yaitu (1)Sanksi Adat Massa (2)Dibuang dari daerah atau kampung (3)Dikeluarkan dari kampung bersama dengan keluarganya (4)Denda. Implikasi dari

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang

Kegiatan ini termasuk inti layanan HIV (misalnya skrining HIV) yang harus dipastikan terjangkau klien program TB, serta juga layanan yang harus ditawarkan oleh program HIV

dapat mengembangkan ketrampilan interpersonal anak dengan nilai-nilai budaya Jawa dan pengaruh Islam. Kohesivitas dalam keluarga dengan nilai budaya Jawa dan pengaruh

Simpulan akhir yang penulis dapatkan terkait tentang kepentingan Indonesia menandatangani nota kesepahaman penanggulangan penyalahgunaan narkoba tahun 2013 yaitu