• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Program StudiBimbingandanKonselingSTKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program StudiBimbingandanKonselingSTKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa Program StudiBimbingandanKonselingSTKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program StudiBimbingandanKonselingSTKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENGUBAH PERSEPSI PESERTA DIDIKTENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING ( Studi Eksperimen pada Peserta Didik Kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang)

Septia Ningsih1, Helma2,Citra Imelda Usman2

1

Mahasiswa Program StudiBimbingandanKonselingSTKIP PGRI Sumatera Barat

2

Dosen Program StudiBimbingandanKonselingSTKIP PGRI Sumatera Barat septianingsih269@gmail.com

ABSTRACT

This research was motivated by the phenomenon that has happen is there are some students of X MIPA 1 class that assume that guidance and counseling service has just given for trouble student in that school. This research is conducted to reveal the effectiveness of information service in changing students’ perception toward guidance and counseling. The type of this research is quasi experiment by using one group pre and posttest design. The sample of the research is 30 students. The data was collected by using questionaire and analyzed through interval formula and ttest. The result of the

research shows that: Students’ perception toward guidance and counseling service 1) Before the information service given, in less criterion 2) After the information service given, in good enough criterion 3) The effectiveness of information service on changing students’ perception. Based on research finding is recommended to principal and coundselor in other to socialize the service and program more for the students.

Keywords: Perception, guidance and counseling, information service PENDAHULUAN

Setiap manusia memiliki masalah dalam hidupnya, tidak terkecuali peserta didik. Banyak permasalahan yang dialaminya, baik mereka sadari maupun tidak mereka sadari. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.” Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.

Potensi tersebut tidak akan berkembang secara optimal jika peserta didik tidak menyadarinya dan memiliki permasalahan dalam hidupnya.

Menurut Tohirin (2013:3) Individu yang sedang dalam proses perkembangan apalagi ia adalah seorang peserta didik, tentu banyak masalah yang dihadapinya baik masalah pribadi, sosial maupun akademik dan masalah-masalah lainnya. Tidak semua peserta didik mampu melihat dan mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Adakalanya individu (peserta didik) tidak mampu menerima dirinya sendiri. Hal ini tentu saja akan

(2)

2 menghambat berkembangnya potensi yang dimilikinya secara optimal. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Tohirin (2013:20) menjelaskan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku”. Sedangkan “Konseling merupakan kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien”. Menurut Hikmawati (2011:19) pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/ madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok dan/

atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

Tohirin (2013:35) menjelaskan “Individu atau peserta didik yang dibimbing merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan”. Oleh sebab itu, merujuk kepada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan Bimbingan dan Konseling adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing. Dengan perkataan lain agar individu dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai lingkungannya. Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan selama ini oleh guru BK akan memunculkan persepsi peserta didik tentang BK.

Menurut Walgito (2010:99) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses tersebut tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut

(3)

3 diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Berdasarkan stimulus yang didapatkan oleh peserta didik, apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar tentang Bimbingan dan Konseling akan menghasilkan sebuah persepsi tentang Bimbingan dan konseling.

Kekurangan informasi tentang bimbingan dan konseling serta pelayanan bimbingan dan konseling yang kurang menyeluruh dapat menyebabkan peserta didik memiliki persepsi yang salah tentang bimbingan dan konseling. Kekurangan Informasi tersebut dapat dipenuhi melalui pemberian layanan informasi. Winkel, 1991 (Tohirin, 2013:142) menjelaskan bahwa “Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan”.

Berangkat dari teori bahwa persepsi berasal dari proses pengindraan atau stimulus yang diperoleh dari lingkungan, untuk mengubah persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 tersebut, maka peserta didik akan diberikan stimulus. Stimulus dapat diberikan berupa layanan informasi. Halen (2005:77) menyatakan bahwa layanan informasi adalah layanan dalam

bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi yang berguna bagi peserta didik. Melalui layanan informasi, peserta didik kelas X MIPA 1 akan mendapatkan informasi tentang BK secara menyeluruh. Dengan demikian, stimulus yang didapat oleh peserta didik kelas X MIPA 1 tersebut dapat mengubah persepsi peserta didik tentang BK sebelumnya.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 25 juli - 17 Desember 2016, Ada peserta didik kelas X MIPA 1 yang tidak mau menceritakan masalahnya karena takut apa yang disampaikannya tidak dirahasiakan oleh guru BK. Ada peserta didik kelas X MIPA 1 yang tidak mau mengikuti bimbingan kelompok ke ruang BK karena khawatir akan diejek temannya. Ada peserta didik kelas X MIPA 1 datang ke ruang BK untuk melakukan konseling secara terpaksa karena takut akan dilaporkan kepada wakil kesiswaan. Ada peserta didik kelas X MIPA 1 yang merasa cemas jika dipanggil oleh guru BK untuk mendapatkan layanan secara individual akan diberi hukuman oleh guru BK. Saat berada di ruang BK peserta didik kelas X

(4)

4 MIPA 1 akan bertanya kepada guru BK yang memanggilnya tentang kesalahan apa yang telah dilakukannya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru BK pada tanggal 20 Januari 2017, beberapa orang peserta didik kelas X MIPA 1 takut dan tidak mau datang jika dipanggil ke ruang BK. Peserta didik berfikir jika dipanggil ke ruang BK berarti mereka melakukan kesalahan dan akan dipanggil orang tuanya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu peserta didik kelas X MIPA 1 pada tanggal 20 Januari 2017, peserta didik mengatakan dari apa yang mereka perhatikan dan rasakan selama ini, peserta didik menganggap bahwa BK hanya diberikan kepada peserta didik yang bermasalah saja. Layanan BK diberikan pada peserta didik yang melanggar aturan seperti peserta didik yang sering cabut, tidak masuk atau terlambat. Dari pemaparan tersebut, Peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Efektivitas Layanan Informasi dalam Mengubah Persepsi Peserta Didik tentang Bimbingan dan Konseling pada Peserta Didik kela X MIPA 1 di SMA N 5 Padang”.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang:

1. Persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK sebelum diberikan layanan informasi.

a. Persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK sebelum diberikan layanan informasi dilihat dari sub variabel kognitif.

b. Persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK sebelum diberikan layanan informasi dilihat dari sub variabel afektif.

c. Persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK sebelum diberikan layanan informasi dilihat dari sub variabel behavioral/konatif. 2. Persepsi peserta didik kelas X MIPA

1 di SMA N 5 Padang tentang BK sesudah diberikan layanan informasi.

a. Persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK sesudah diberikan layanan informasi dilihat dari sub variabel kognitif.

(5)

5 b. Persepsi peserta didik kelas X

MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK sesudah diberikan layanan informasi dilihat dari sub variabel afektif.

c. Persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK sesudah diberikan layanan informasi dilihat dari sub variabel behavioral/kognitif. 3. Efektivitas layanan informasi dalam

mengubah persepsi peserta didik X MIPA 1 tentang Bimbingan dan Konseling.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keefektifan layanan informasi dalam mengubah persepsi peserta didik tentang Bimbingan dan Konseling pada peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Marliani (2013:46) penelitian eksperimen dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka hubungan sebab-akibat, dengan cara memberikan perlakuan tertentu kepada subjek penelitian untuk diobservasi/ diobservasi efek perlakuan

tersebut dengan mengendalikan variabel yang tidak dikehendaki. Agar penelitian ini lebih terarah dengan tujuan penelitian, maka desain penelitian ini adalah desain perlakuan ulang (One

Group Pre and Posttest Design).

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni Tahun 2017. Adapun tempat atau lokasi untuk melaksanakan penelitian adalah SMA Negeri 5 Padang. Populasi dalam penelitian ini adalahpeserta didik kelas X MIPA 1 di SMA Negeri 5 Padangberjumlah 30 orang yang terdiridari 14 orang laki-lakidan 16 orang perempuan. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah total sampling, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh peserta didik kelas X MIPA 1 yang berjumlah 30 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2012:85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Sugiyono (2014:142) angket yaitu merupakan serangkaian atau daftar

(6)

6 pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diberikan untuk diisi oleh responden secara tertulis.

Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk isian tertutup, dimana jawaban dari pernyataan yang diajukan telah disediakan dan responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban, berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jika pernyataan positif, maka masing-masing skor jawaban responden adalah 5,4,3,2,1. Sedangkan jika pernyataan negatif, maka masing-masing skor jawaban responden adalah 1,2,3,4,5.

Menurut Sriferina (2015:42) Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang telah terkumpul melalui angket kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian.

b. Membuat tabel pengolahan berdasarkan pertanyaan penelitian. c. Mencari dan menghitung jumlah

serta memasukkan data ke tabel pengolahan data dengan menggunakan program Microsoft

Exel 2007.

d. Setelah data diolah maka data dikategorikan dengan menggunakan interval skor, dengan rumus sebagai berikut:

Interval Skor = Skor tinggi ideal – skor rendah ideal

Alternatif jawaban

e. Setelah mendapatkan interval maka

data tersebut dikategorikan. Mendeskripsikan persepsi peserta didik sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen. Untuk mendeskripsikan data penelitian, digunakan kriteria yang telah ditentukan.

f. Menghitung presentase masing-masing frekuensi yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan teknik analisis presentase yang dikemukakan oleh Yusuf (2005:65) sebagai berikut: P

Keterangan:

P = Presentase f = Frekuensi N = Jumlah sampel 100 = Jumlah angka mutlak g. Melakukan uji hipotesis tentang

perbedaan yang signifikan persepsi peserta didik antara sebelum dan sesudah diberikan layanan informasidengan menggunakan ttest pada program SPSS versi 20.00. h. Menarik kesimpulan hasil penelitian

(7)

7 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan adanya perubahan persepsi peserta didik tentang bimbingan dan konseling sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang bimbingan dan konseling mengalami perubahan ke arah yang lebih baik yang digambarkan sebagai berikut: a. Persepsi Peserta Didik Kelas X

MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK Sebelum Diberikan Layanan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang Bimbingan dan Konseling yaitu 83,33% dari peserta didik berada pada kriteria kurang baik.

Menurut Rakhmat, 1998 (Marliani, 2010:188), “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Hal tersebut diperkuat oleh Marliani (2010:193) menjelaskan pembentukan persepsi adalah pemaknaan yang diawali oleh adanya stimulus, lalu berinteraksi dengan interpretasi. Setiap interpretasi

yang muncul didasarkan pada hasil seleksi dan relasi dengan berbagai pandangan dari pengalaman yang telah dirasakan sebelumnya.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

1. Dilihat dari Sub Variabel Kognitif Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang Bimbingan dan Konseling dilihat dari sub variabel kognitif berada pada kategori kurang baik.

Mercer dan Clayton (2012:5) menyatakan Komponen kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan serta keyakinan tentang suatu objek. Keyakinan itu muncul karena adanya suatu bentuk yang telah terpolakan dalam pikiran individu. Keyakinan itu juga datang dari apa yang pernah individu lihat dan ketahui sehingga membentuk suatu ide atau gagasan tentang karakteristik objek yang dipersepsi.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta

(8)

8 didik dilihat dari komponen kognitif didasarkan pada pengetahuan, pandangan dan keyakinan tentang objek yang dipersepsi. Keyakinan itu muncul dari apa yang pernah individu lihat dan ketahui sehingga membentuk suatu ideatau gagasan tentang karakteristik objek yang dipersepsi.

2. Dilihat dari Sub Variabel Afektif Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang Bimbingan dan Konseling dilihat dari sub variabel afektif berada pada kategori cukup baik.

Mercer dan Clayton (2012:5) menjelaskan bahwa komponen afektif merupakan komponen yang berkaitan dengan perasaan-perasaan individu dalam menafsirkan stimulus sehingga stimulus tersebut disadari. Aspek afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif dari individu terhadap objek persepsi, berisi perasaan memihak atau tidak memihak, mendukung atau tidak mendukung serta rasa senang atau tidak senang. Komponen ini bergantung pada nilai-nilai atau sistem nilai-nilai yang dimiliki.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek afektif merupakan perasaan yang menyangkut

terhadap suatu objek yang dipersepsi. Perasaan itu muncul karena pandangan dari pengalaman yang dirasakannya selama ini.

3. Dilihat dari Sub Variabel Behavioral/konatif

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang Bimbingan dan Konselingdilihat dari sub variabel behavioral berada pada kategori kurang baik.

Sobur (2003:447) menjelaskan dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Mercer dan Clayton (2012:5) menyatakan bahwa komponen behavioral/konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek yang dipersepsi. Komponen behavioral/konatif meliputi perilaku yang tidak hanya dilihat secara langsung, tetapi juga perilaku berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang berisi kecendrungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu objek yang dipersepsi.

Pemaparan di atas dapat dipahami bahwa Aspek behavioral/konatif meliputi perilaku yang tidak hanya

(9)

9 dilihat secara langsung, tetapi juga perilaku berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang berisi kecendrungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu objek yang dipersepsi.

b. Persepsi Peserta Didik Kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK Sesudah Diberikan Layanan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang Bimbingan dan Konseling yaitu 56,67% dari peserta didik berada pada kriteria cukup baik artinya peserta didik sudah mengalami perubahan terhadap persepsi yang tidak tepat tentang bimbingan dan konseling setelah diberikan layanan informasi.

Halen (2005:77) menjelaskan bahwa layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna. Layanan informasi memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dibutuhkan.

Tohirin (2013:147) menjelaskan bahwa tahapan pelaksanaan layanan informasi yang pertama kali dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan akan informasi bagi calon peserta layanan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Dimana informasi tersebut adalah informasi yang mereka butuhkan.

1. Dilihat dari Sub Variabel Kognitif Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang Bimbingan dan Konseling sesudah diberikan layanan informasi dilihat dari sub variabel kognitif berada pada kategori cukup baik.

Mercer dan Clayton (2012:5) menyatakan Komponen kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan serta keyakinan tentang suatu objek. Keyakinan itu muncul karena adanya suatu bentuk yang telah terpolakan dalam pikiran individu. Keyakinan itu juga datang dari apa yang pernah individu lihat dan ketahui sehingga membentuk suatu ide atau gagasan tentang karakteristik objek yang dipersepsi. Komponen kognitif persepsi dapat diubah dengan memberikan pengetahuan yang memadai. Pengetahuan tersebut diberikan melalui layanan informasi.

(10)

10 Prayitno (2001:83) menyatakan bahwa “Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien)”.

Winkel, 1991 (Tohirin, 2013:142) menjelaskan bahwa “Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan”. Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangannya.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa komponen kognitif persepsi merupakan komponen yang didasari oleh pengetahuan, pandangan dan keyakinan tentang objek yang dipersepsi. pengetahuan tersebut diperluas dengan layanan informasi. Layanan informasi merupakan layanan yang membekali peserta didik dengan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik.

2. Dilihat dari Sub Afektif

Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang Bimbingan dan Konseling yaitu rata-rata posttest peserta didik dilihat dari sub variabel afektif berada pada kategori baik.

Marliani (2010:193) menjelaskan pembentukan persepsi adalah pemaknaan yang diawali oleh adanya stimulus, lalu berinteraksi dengan interpretasi. Setiap interpretasi yang muncul didasarkan pada hasil seleksi dan relasi dengan berbagai pandangan dari pengalaman yang telah dirasakan sebelumnya. Pandangan dari berbagai pengalaman akan menimbulkan perasaan senang atau tidak senang seorang individu terhadap sesuatu. Hal ini akan menimbulkan permasalahan bagi individu tersebut dalam kehidupannya. Interpretasi dari hasil pengindraan individu dapat diubah dengan memberikan informasi yang memadai tentang sesuatu yang dipersepsi.

Layanan informasi memiliki banyak tujuan yang akan membantu peserta didik mengentaskan permasalahannya. Halen (2005:77) menjelaskan bahwa “Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai

(11)

11 pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai peserta didik, anggota keluarga dan masyarakat”

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pemaknaan yang diawali oleh adanya stimulus, lalu berinteraksi dengan interpretasi. Setiap interpretasi yang muncul didasarkan pada hasil seleksi dan relasi dengan berbagai pandangan dari pengalaman yang telah dirasakan sebelumnya. Pandangan dari berbagai pengalaman akan menimbulkan perasaan senang atau tidak senang seorang individu terhadap sesuatu. Pengetahuan yang kurang dapat dilengkapi dengan pemberian informasi melalui layanan informasi. Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal.

3. Dilihat dari Sub Variabel Behavioral/konatif

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata posttest peserta didik pada kelas X MIPA 1 memiliki persepsi tentang bimbingan dan konseling pada kategori baik dari sub variabel behavioral.

Mercer dan Clayton (2012:5) menyatakan bahwa komponen behavioral/konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek yang dipersepsi. Komponen behavioral/konatif meliputi perilaku yang tidak hanya dilihat secara langsung, tetapi juga perilaku berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang berisi kecendrungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu objek yang dipersepsi.

Sobur (2003:447) menjelaskan dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya. Proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

Pengubahan persepsi dapat dilakukan dengan pemberian informasi yang memadai tentang objek yang dipersepsi. Prayitno dan Amti (2004:260) menjelaskan salah satu dari tiga tujuan pemberian layanan informasi adalah membantu individu dalam pengambilan keputusan dan bertindak.

(12)

12 Pembahasan di atas dapat tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang sesuatu. Proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai, sehingga untuk mengubah persepsi tersebut individu diberikan informasi yang memadai. Salah satu tujuan dari layanan informasi adalah untuk membantu individu dalam mengambil keputusan dan bertindak serta memenuhi kekurangan informasi yang dibutuhkan.

c. Efektivitas Layanan Informasi dalam Mengubah Persepsi Peserta Didik X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang BK

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan melalui program SPSS dapat diketahui bahwa adanya perubahan persepsi peserta didik X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang bimbingan dan konseling secara umum. Hal ini terlihat meningkatnya rata-rata persepsi peserta didik dari rata-rata persepsi peserta didik sebelum diberikan layanan informasi yaitu 115,7000 menjadi rata-rata persepsi peserta didik sebelum diberikan layanan informasi yaitu 177,0333.

Berdasarkan tabel Paired Samples Test, dilakukan uji hipotesis apabila -thitung lebih kecil dari -ttabel(16,877 <

-2,045) maka Ho ditolak Ha diterima. Hal

ini membuktikan adanya perbedaan yang signifikan persepsi peserta didik tentang BK sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi. Dapat disimpulkan bahwa adanya efektivitas layanan informasi dalam mengubah persepsi peserta didik kelas X MIPA 1 di SMA N 5 Padang tentang bimbingan dan konseling.

Sobur (2003:447) menjelaskan dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya. Sobur (2003:447) menyatakan bahwa dalam proses persepsi, terdapat tiga tahapan utama, yaitu:

a. Seleksia dalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada

(13)

13 kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. c. Interpretasi dan persepsi kemudian

diterjemahkan dalam bentuk tingkahlaku sebagai reaksi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

Tohirin (2013:143) menjelaskan layanan informasi bertujuan agar individu (peserta didik) mengetahui dan menguasai informasi yang selajutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan perkembangan dirinya. Selain itu, apabila merujuk pada fungsi pemahaman, layanan informasi bertujuan agar individu memahami berbagai informasi dengan seluk beluknya. Penguasaan berbagai informasi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya masalah, pemecahan masalah, untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu serta memungkinkan individu membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.

Pembahasan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses persepsi terdapat

interpretasi. Interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan member tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Informasi yang menyeluruh diberikan melalui layanan informasi. Layanan informasi adalah layanan yang diberikan untuk memenuhi kekurangan informasi peserta didik.

KESIMPULAN

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: Persepsi peserta didik tentang bimbingan dan konseling (1) Sebelum diberikan layanan informasi berada pada criteria kurang baik (2) Sesudah diberikan layanan informasi berada pada criteria cukup baik (3) Efektifnya layanan informasi dalam mengubah persepsi peserta didik tentang bimbingan dan konseling dilihat dari perbedaan hasil pretest dan posttest.

DAFTAR PUSTAKA

Halen. 2005. Bimbingan dan Konseling.

Ciputat: Ciputat Press.

Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan

Konseling. Jakarta: Rajawali Pers.

Marliani, Rosleny. 2010. Psikologi

Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Marliani, Rosleny. 2013. Psikologi

Eksperimen. Bandung: Pustaka

Setia.

Mercer, Jenny dan Clayton, Debbie. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

(14)

14 Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan

Pengawasan Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan

dan Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum:

dalam Lintas Sejarah.

Bandung:Pustaka Setia.

Sriferina, Olivia. 2015. Teknik Relaksasi

dalam Mengurangi Kecemasan

Berbicara di depan Kelas (Studi

Eksperimen pada Peserta Didik kelas X-8 di SMA N 5 Padang.

Skripsi tidak diterbitkan. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&K.

Bandung: Alfabeta.

Tohirin. 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003). 2011. Jakarta: Sinar Grafika. Walgito, Bimo. 2010. Pengantar

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi kepribadian yang harus guru Pendidikan kewarganegaraan berbasis penguatan pendidikan karakter yaitu memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan norma agama,

Perubahan yang terjadi di desa Pancur tidak sesuai harapan, banyak masyarakat yang tidak mau mencoba untuk membudidayakan jamur Tiram, dan ada sebagian manyarakat

Pada penelitian Wijaya dkk melakukan penelitian perancangan aplikasi pemesanan catering menggunakan metode HCD dan menghasilkan rancangan desain dengan nilai

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan hubungan antara konsentrasi kalkon dengan arus puncak terhadap larutan standar Co(II) 10 μg/L dan Ni(II) 50 μg/L dengan potensial

 Elemen Utama Kawasan yang akan dikembangkan, misal : Koridor (jalan, sungai dll), Ruang Terbuka (Open space, RTH dll), Persimpangan (Intersection) dll sesuai

Pengalaman hidup baik yang positif maupun yang negatif dapat mempengaruhi sistem spiritualitas seseorang. Sebaliknya dapat dipengaruhi juga oleh bagaimana seseorang mengartikan

Jika salah satu arus dalam alat penukar panas merupakan fluida proses yang dikondensasikan sedangkan fluida yang lain merupakan refrigerant atau fluida

algoritma firefly dan PSO adalah metode cerdas, ketepatan dalam mencari nilai settling time dan overshoot pada respon frekuensi lebih akurat firefly. Sedangkan bila hanya