• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pendahuluan. Terdapat berbagai macam definisi mengenai UMKM. Berdasarkan Undangundang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Pendahuluan. Terdapat berbagai macam definisi mengenai UMKM. Berdasarkan Undangundang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sebuah jenis usaha skala kecil atau bisa juga disebut bentuk ekonomi kreatif yang didesain dengan tujuan untuk membantu membangun perekonomian nasional yang berasaskan kekeluargaan, keadilan, kemandirian, dan kesatuan ekonomi nasional. Terdapat berbagai macam definisi mengenai UMKM. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 (mengatur tentang UMKM) yang menjadi kriteria UMKM adalah usaha yang memiliki keuntungan bersih di bawah Rp 50.000.000,- untuk usaha mikro, memiliki keuntungan bersih maksimal Rp 50.000.000,- untuk usaha kecil dan lebih dari Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- untuk usaha menengah. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yang disebut UMKM adalah usaha yang memiliki tenaga kerja antara 1-4 orang untuk usaha mikro, memiliki tenaga kerja 5-19 untuk usaha kecil, dan memiliki tenaga kerja 20-99 orang untuk usaha menengah. UMKM sendiri terbukti mampu menyokong pertumbuhan perekonomian Indonesia. Supriyanto, direktur neraca produksi BPS mengatakan bahwa pada 2009, UMKM mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia sebesar 53.2 persen PDB (Produk Domestik Bruto).1 Oleh karenanya keberadaan UMKM harus dilindungi dari persaingan usaha yang

1

Dikutip dari SME & Entrepreneurship Magazine.”UMKM Sumbang 53.3 Persen PDB”. Edisi, Senin, 15 November 2010.

(2)

semakin kompetitif dan didukung demi kemajuan serta pertumbuhan UMKM itu sendiri.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah di Indonesia yang perkembangan UMKM-nya cukup pesat. Pada tahun 2012, jumlah UMKM DIY mencapai 56.6 unit, dan pada tahun 2013 jumlah UMKM DIY meningkat menjadi 1.500 unit.2 Cukup pesatnya perkembangan jumlah UMKM DIY ini salah satunya didukung oleh DIY yang notabene sebagai kota pariwisata di Indonesia sehingga sangat memacu bagi perkembangan daya beli masyarakat baik itu dari wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan UMKM DIY. UMKM DIY dinilai mampu meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian DIY. Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop) DIY menyebutkan bahwa tahun 2014 pada triwulan I perekonomian DIY tumbuh sebesar 5.14 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 4.32 persen. Selain itu, UMKM DIY mampu menyerap 90.9 juta jiwa atau sekitar 97.3 persen dari kesempatan kerja pada tahun 2013 lalu.

Terlepas dari semua itu, terdapat juga beberapa persoalan yang dialami oleh UMKM DIY, diantaranya adalah masih minimnya pengetahuan akan sistem manajemen atau pengelolaan oleh UMKM, cukup banyak produk UMKM yang masih belum bersertifikat standar nasional dan/atau belum memiliki HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), persoalan packaging produk, pemasaran, perizinan

2

Disperindagkop DIY, diakses melalui Pusat Layanan Usaha Terpadu Daerah Istimewa Yogyakarta.

(3)

usaha, minimnya penguasaan teknologi dan informasi, dan minimnya modal bagi UMKM dalam mengembangkan usahanya. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh ASEAN Studies Centre, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (ASC FISIPOL UGM) tentang “Strategi Penguatan UKM Jelang MEA 2015”, menyebutkan bahwa masih terdapat 34 persen UMKM DIY yang belum memiliki merek dagang (HAKI), dan terdapat 63 persen yang belum memiliki izin usaha. Selain itu 90 persen dari keseluruhan pelaku UMKM DIY mengatakan bahwa modal yang dimiliki mereka untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya adalah kurang. Kurangnya modal ini disebabkan oleh adanya rasa takut resiko gagal bayar ketika mau/akan mengakses ke lembaga-lembaga permodalan, seperti Koperasi, Ventura, Bank perkreditan, dan sebagainya. Sehingga mereka kecenderungannya hanya mengakumulasikan dari keuntungan penjualan untuk dijadikan sebagai sumber modal. Hal ini bisa menjadi tanggung jawab bagi para pemangku kepentingan terkait untuk lebih mendorong UMKM DIY agar lebih memanfaatkan akses modal demi pengembangan usaha UMKM DIY.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan bentuk integrasi ekonomi di kawasan Association of South East Asian Nation (ASEAN) yang didesain untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing suatu Negara, serta meminimalisir kemiskinan di suatu Negara ASEAN. Adapun para anggotanya terdiri dari Negara-negara yang tergabung dalam anggota ASEAN, diantaranya adalah Singapore, Kamboja, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Malaysia, Filiphina, Brunei Darussalam, dan tak terkecuali Indonesia. MEA

(4)

direncanakan akan diimplementasikan pada akhir tahun 2015 dan dalam pelaksanaannya mengacu pada Blueprint MEA. Blueprint tersebut akan dijadikan sebagai pedoman bagi Negara-negara anggota ASEAN dalam mewujudkan MEA nantinya. Blueprint sendiri memuat empat pilar utama, antara laian: 1) ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; 2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerse; 3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam): dan 4) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen perdekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.3

Dari keempat pilar yang telah dijelaskan di atas, pilar pertama merupakan pilar yang masih menjadi fokus utama bagi Negara-negara ASEAN. Sejalan dengan pilar pertama tersebut, adanya konsep perdagangan bebas baik dari segi arus bebas barang, arus bebas modal, dan arus bebas jasa yang telah ditawarkan oleh MEA, kondisi ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Dari segi peluang, arus bebas barang merupakan elemen penting dalam mewujudkan kekuatan pasar tunggal berbasis produk unggulan. Arus bebas

3 Lihat

(5)

barang ini ditandai dengan keluar-masuknya barang-barang secara bebas di antara Negara-negara kawasan ASEAN yang akan menciptakan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor produk-produk lokal guna memperluas pangsa pasar, meningkatkan produktivitas dan memperkuat daya saing, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memicu semakin munculnya industri-industri kreatif baru, terciptanya lapangan pekerjaan yang berdampak pada penurunan angka pengangguran, dan menguatnya penanaman modal.

Adapun yang menjadi karakteristik arus bebas barang diantaranya adalah penurunan dan penghapusan tarif ekspor-impor barang untuk seluruh produk-produk intra-ASEAN, kecuali produk-produk-produk-produk yang termasuk dalam kategori sensitif sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam persetujuan CEPT-AFTA. Selain itu dibentuk Rules of Origin (ROO) yang merupakan sertifikat keaslian produk-produk ASEAN. Artinya adalah sertifikat ini hanya bisa dimiliki oleh produk-produk yang berasal dari ASEAN. Ada pula penghapusan Non-Tariff

Barriers (NTBs), yaitu menghapuskan seluruh hambatan non tarif untuk

masing-masing Negara anggota ASEAN. Trade facilitation atau dengan kata lain fasilitas perdagangan juga merupakan fasilitas yang diberikan oleh anggota kamunitas ASEAN untuk meningkatkan daya saing ekspor dan mendorong integrasi ekonomi, melalui arus informasi yang simpel, prosedur yang mudah sehingga diharapkan mampu menghemat waktu dan mengurangi biaya transaksi. Customs

Integration (Integrasi Kepabeanan) juga merupakan rencana strategis yang

dilakukan untuk mendorong arus bebas barang. Isi dari Customs Integration tersebut antara lain, pengintegrasian struktur kepabeanan, modernisasi klasifikasi

(6)

tarif, penilaian kepabeanan dan penentuan asal barang serta mengembangkan ASEAN e-customs, kelancaran proses kepabeanan, penguatan kemampuan sumber daya manusia, peningkatan kerjasama dengan organisasi internasional terkait, pengurangan perbedaan sistem kepabeanan di antara Negara-negara ASEAN, dan penerapan teknik pengelolaan resiko dan kontrol audit (PCA). Karakteristik terakhir adalah ASEAN single window (ASW), yang merupakan sistem elektronik untuk mengintegrasikan seluruh informasi yang masuk terkait dengan prosedur ekspor-Impor, kepabeanan, perijinan, dan lain sebagainya yang diproses secara tunggal atau satu pintu melalui penyeragaman data informasi para anggota Negara ASEAN. Melalui ASW maka seluruh data dan informasi terkait setiap anggota Negara ASEAN akan terkoneksi. Dengan demikian, segala prosedur mengenai ekspor-impor akan lebih simpel dan lebih transparan. Demi tercapainya ASW ini maka tiap-tiap Negara anggota ASEAN dianjurkan untuk mempersiapkan Nasional Single Window (NSW) yang bisa diterapkan melalui konsep e-government pemerintah. Di Indonesia sendiri NSW telah diatur dalam Peraturan Presiden nomor 10 tahun 2008. Di mana isi dari NSW tersebut diantaranya adalah penyampaian data dan informasi secara tunggal (submission of

data and information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan

singkron, pembuatan keputusan tunggal untuk pemberian ijin kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision making for customer clearance and release of

cargoes).

Arus bebas modal, memungkinkan adanya transaksi keuangan yang lebih efisien, sebagai salah satu sumber pembiayaan. Oleh karenanya, arus bebas modal

(7)

diharapkan akan semakin bisa mengembangkan dunia usaha, terutama usaha skala UMKM. Namun, tidak semua bidang usaha bebas investasi modal. Tentunya ini dilakukan untuk melindungi produk-produk lokal suatu daerah.4 Selanjutnya adalah arus bebas jasa. Prinsip arus bebas jasa merupakan prinsip di mana antar warga Negara anggota ASEAN bisa keluar-masuk dari satu Negara ke Negara ASEAN lainnya tanpa dikenai hambatan. Sehingga ini menjadi sebuah peluang bagus bagi suatu Negara untuk mengurangi tingkat pengangguran, dengan catatan tenaga kerjanya siap terampil dan memiliki kemampuan atau skill yang bagus. Dengan demikian akan mampu meningkatkan income seseorang.

Selain dari segi peluang, terdapat beberapa tantangan yang harus diwaspadai oleh Indonesia terkait dengan MEA ini. Semakin terbukanya liberalisasi perdagangan barang, jasa dan modal akan menjadi tantangan tersendiri bagi keberlangsungan UMKM DIY. Salah satunya ketika produk-produk UMKM DIY tidak mampu kompeten bersaing dengan produk-produk dari Negara ASEAN lainnya, seperti produk-produk unggulan dari Thailand, Malaysia, Singapore, Vietnam, artinya kualitasnya jauh berbeda maka produk-produk unggulan UMKM DIY akan collapse dengan sendirinya. Tidak menutup kemungkinan, kondisi ini akan dimanfaatkan oleh Negara-negara yang jauh lebih siap dalam hal produk maupun Sumber Daya Manusia (SDM), seperti Singapore, Malaysia, dan

4

Terdapat dua jenis bidang usaha yang dilarang dalam investasi modal. Diantaranya adalah bidang usaha tertutup, yaitu bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal; dan bidang usaha terbuka dengan syarat adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu. Terkait dengan jenis-jenis bidang usaha tertutup dan jenis-jenis bidang usaha terbuka dengan syarat, lihat dalam lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 39 Tahun 2014, tentang “Bidang Usaha yang Terbuka dan Tertutup bagi Penanaman Modal”.

(8)

Thailand. Artinya, Negara-negara tersebut akan menjadi leader (pemimpin) dalam MEA ini. Hal ini tentunya akan menciptakan persoalan tersendiri bagi pertumbuhan perekonomian DIY. Oleh sebab itu adanya MEA ini UMKM dituntut untuk lebih peka menghadapi perubahan-perubahan yang ada sehingga UMKM harus lebih kreatif dan inovatif mengembangkan produk unggulannya.

Berbagai tantangan tersebut bisa diantisipasi dengan meningkatkan pertumbuhan UMKM DIY dan menjaga keberlangsungannya. Mengingat UMKM merupakan industri kreatif yang bisa menyokong pertumbuhan perekonomian DIY. Tidak hanya UMKM yang perlu ditingkatkan, tetapi SDM sangat perlu disiapkan pula. SDM merupakan salah satu faktor penting yang akan sangat membantu dalam tumbuh kembangnya UMKM DIY yang mampu bersaing di ranah global kaitannya dengan MEA. SDM yang berkualitas tersebut akan mampu meningkatkan kualitas produk-produk unggulan lokal agar lebih memiliki cirri khas tersendiri (branded), packaging yang lebih bagus dan menarik untuk meningkatkan nilai tawar dan nilai jual produk.

Oleh karenanya dalam rangka menanggapi persoalan-persoalan tersebut kaitannya dengan UMKM, maka Kementerian Koperasi dan UKM telah mengambil berbagai langkah strategis, salah satunya dengan menghadirkan suatu lembaga yang bernamakan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Koperasi dan UMKM. Lembaga ini berfungsi sebagai rumah sehat bagi UMKM dalam membantu mewujudkan pengembangan UMKM-UMKM yang ada di daerah. Sebagai rumah sehat, PLUT memiliki program-program, seperti konsultasi bisnis, pendidikan, pengembangan SDM pelaku UMKM, pendampingan bisnis,

(9)

pembiayaan, dan pelayanan dalam pemasaran. Sebelumnya, PLUT ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Salah satu pasalnya, yaitu pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa Bupati/Walikota wajib melakukan penyederhanaan (kelembagaan, standar waktu, kepastian biaya, kejelasan prosedur, pengurangan berkas kelengkapan, informasi, dan pembebasan biaya) penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu. Di mana hal tersebut menyangkut pembebasan biaya perizinan bagi UMKM yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan aturan yang berlaku (perda, peraturan bupati), sebagaimana yang tertera pada pasal 2 ayat f.

PLUT sendiri saat ini diluncurkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM di 21 propinsi di Indonesia, salah satunya di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Meski belum secara menyeluruh namun pada tahun 2019 Kementerian Koperasi dan UMKM mentargetkan akan membangun PLUT di seluruh wilayah propinsi di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemerintah pusat dalam mengintervensi UMKM di daerah terkait dengan apa saja yang dibutuhkan oleh UMKM dalam mengembangkan produk unggulannya. PLUT di daerah ini berada di bawah Disperindagkop masing-masing daerah.

Dipilihnya DIY sebagai salah satu tempat berdirinya PLUT dikarenakan DIY merupakan daerah yang cukup pesat perkembangan UMKM-nya sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Selain itu banyak produk-produk UMKM DIY yang masuk dalam Revealed Comparative Advantages (RCA) yang merupakan indeks untuk menunjukkan keunggulan komparatif sebuah produk di

(10)

suatu negara jika dibandingkan dengan keunggulannya di perdagangan dunia. Dalam indeks ini produk Indonesia yang masuk kategori RCA tertinggi adalah sektor sandang (clothing mencapai 2.23 dan textile 2.03 persen) dan sektor makanan (agriculture mencapai 1.57 persen dan food 1.38 persen).5 Di DIY sendiri sebagian besar UMKM-nya bergerak dalam sektor makanan, yaitu mencapai 78.5 persen.6 Sehingga yang menjadi fokus penelitian ini adalah UMKM yang bergerak dalam bidang sandang dan makanan.

Adapun yang menjadi Visi-Misi PLUT DIY dalam membantu menumbuh-kembangkan potensi unggulan UMKM, diantaranya adalah: “Visi, yaitu menjadi pusat terpadu utama yang memampukan koperasi dan UMKM dalam membangun potensi unggalan daerah. Sedangkan untuk Misinya yaitu:

1. Menjadi Pendamping dan Pembina yang dapat memberikan solusi permasalahan pada koperasi dan pengusaha mikro, kecil, dan menengah (centre for problem solving).

2. Menjadi mediator dan sumber informasi yang dapat memberi rujukan yang tepat pada koperasi dan pengusaha mikro, kecil, dan menengah untuk mendapatkan solusi yang spesifik (centre for

referral).

5

Survey ASEAN Studies Centre, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, 2015.

6

(11)

3. Menjadi etalase dan sumber inspirasi yang dapat menghadirkan praktik terbaik dari pengembangan koperasi dan pengusaha mikro, kecil, dan menengah (centre for best practice)”.7

Untuk mewujudkan Visi-Misi tersebut, PLUT DIY didukung oleh beberapa kegiatan, seperti konsultasi bisnis UMKM, pendampingan atau monitoring bisnis, advokasi, promosi dan pemasaran, fasilitas akses pembiayaan, pelatihan bisnis,

networking, dan yang terakhir adalah layanan pustaka entrepreneur. Layanan

konsultasi bisnis UMKM merupakan suatu layanan yang disediakan bagi UMKM-UMKM yang ingin melakukan sharing mengenai usahanya. Pendampingan atau

monitoring bisnis diperuntukkan bagi UMKM-UMKM yang masih memerlukan

pendampingan dalam mengembangkan usahanya. Selanjutnya promosi dan pemasaran dilakukan guna membantu para pelaku UMKM dalam memasarkan produk unggulannya, baik dengan cara mengikutsertakannya dalam pameran produk dan sebagainya. Fasilitas akses pembiayaan diupayakan untuk membantu para pelaku UMKM dalam hal permodalan guna pengembangan usaha melalui kerjasama dengan berbagai lembaga permodalan, seperti koperasi, ventura, dan juga bank-bank yang sudah terintegrasi dengan PLUT DIY. Harapannya adalah UMKM lebih bankable sehingga ini akan mempermudah para pelaku UMKM dalam memperoleh pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya.

Adanya fasilitas pelatihan bisnis yang disediakan oleh PLUT DIY juga akan sangat membantu meningkatkan kinerja maupun keahlian bisnis para pelaku

7 Dikutip dari

(12)

UMKM DIY. Networking atau jaringan juga merupakan salah satu fasilitas pelayanan yang cukup bagus bagi UMKM dalam mengintegrasikan para UMKM agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Dan yang terkahir adalah layanan pustaka

entrepreneur merupakan layanan yang dihadirkan guna menambah atau

meningkatkan literasi mengenai pengembangan UMKM terutama bagi para pelaku UMKM dan masyarakat luas. Harapannya, produk-produk unggulan UMKM akan mampu bersaing dengan produk-produk dari Negara ASEAN lainnya dan tentunya para UMKM diharapkan akan lebih siap menghadapi tantangan-tantangan yang diberikan oleh MEA 2015.

Hadirnya PLUT di DIY ini tentu akan memberikan angin segar bagi para pelaku UMKM DIY dalam rangka menumbuh-kembangkan potensi unggulan lokal agar berdaya saing tinggi. Hal ini dilakukan karena dengan adanya pasar global ASEAN maka produk-produk unggulan lokal akan bersaing secara bebas dengan produk-produk dari luar negeri. Mengingat pasar bebas ASEAN yang bentar lagi akan hadir sehingga ini patut menjadi perhatian serius bagi semua elemen, baik pemerintah, pengusaha/UMKM, maupun masyarakat. Selain membantu dalam menumbuh-kembangkan UMKM, PLUT DIY sendiri bisa menjadi sebuah alat perpanjangan pemerintah dalam mensosialisasikan MEA kepada para pelaku UMKM DIY agar lebih siap menghadapi tantangan persaingan pasar bebas ASEAN. Ini dikarenakan Bagaimana para pelaku UMKM siap menghadapi tantangan dalam MEA ketika mereka sendiri belum mengetahui apa itu MEA. Survey yang dilakukan oleh ASC FISIPOL UGM terhadap UMKM DIY menunjukkan hasil bahwa 69 persen UMKM belum tahu tentang MEA.

(13)

Hanya sekitar 30 persen yang mengetahui/mendengarnya dan 1 persennya tidak menjawab.

Selain itu dari segi teknis masih banyak persoalan yang dihadapi oleh UMKM DIY. Diantaranya adalah packaging produk, pemasaran, masalah HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual), lemahnya sistem manajemen, dan minimnya modal untuk mengembangkan usahanya. Di antara berbagai persoalan tersebut, yang menjadi fokus persoalan UMKM DIY adalah sistem manajemen UMKM yang masih lemah, baik itu dari segi manajemen aset UMKM maupun manajemen sumber daya manusianya. Selain sistem manajemen, pemasaran juga merupakan persoalan lain bagi UMKM. Cukup banyak pelaku UMKM yang akhirnya

collapse tidak melanjutkan bisnisnya dikarenakan sulitnya di pemasaran akan

produk-produknya. Dan dari persoalan HAKI cukup banyak terjadi penjiplakan terhadap produk-produk unggulan UMKM. Hal ini dikarenakan masih banyak UMKM yang belum memiliki HAKI atas produknya. Padahal HAKI merupakan sesuatu yang sangat penting bagi UMKM untuk melindungi produk-produk unggulannya dari penjiplakan, pemalsuan, dan sebagainya. Terkait dengan modal bukanlah suatu persoalan utama bagi UMKM. Jika persoalan-persoalan UMKM sebagaimana yang sudah dijelaskan tersebut tidak segera ditindaklanjuti maka akan sulit bagi UMKM untuk menembus pasar bebas ASEAN dan memanfaatkan peluang-peluang MEA. Masuknya secara bebas produk-produk dari luar ke daerah-daerah yang ada di Indonesia bukan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengambil alih pangsa pasar di daerah-daerah.

(14)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah dynamic governance Pusat Layanan Usaha Terpadu Daerah Istimewa Yogyakarta (PLUT DIY) dalam mempersiapkan UMKM DIY menghadapi tantangan global kaitannya dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan mengidentifikasi sejauh mana dynamic governance PLUT DIY dalam mempersiapkan UMKM DIY menghadapi perubahan eksternal atas tantangan global kaitannya dengan MEA.

2. Mengetahui strategi-strategi yang telah dirancang dan dilakukan PLUT DIY dalam mempersiapakan UMKM DIY menghadapi MEA.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil identifikasi risiko berdasarkan karakteristik sistem yang dibuat, teridentifikasi ada 11 risiko dan karena ada beberapa risiko menjadi agen risiko yang lain, maka

Peneliti mengambil kesimpulan: (1) materi ajar penghitungan volume yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif berdasarkan pendekatan PMRI

Astawan (2008) menyatakan bahwa pada tempe, selain terdapat ketiga jenis isoflavon tersebut, terdapat juga antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur

Nilai ini menunjukkan bahwa 73.8 % variabel bebas Kemudahan dan Manfaat memiliki pengaruh konstribusi sebesar 73.8 % terhadap variabel penerimaan, sedangkan sisanya

Dari tabel di atas dan hasil wawancara peneliti dengan pengurus BAZNAS Kota Palangka Raya dapat disimpulkan bahwa BAZNAS Kota Palangka Raya untuk tahun 2019

Salah satu aspek yang ditekankan dalam setiap pembelajaran praktik keperawatan komunitas adalah kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses pengkajian terkait

Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang Menganiaya (diri sendiri)”, kemudian kepala mereka Jadi