• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang Untuk menjamin penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap benturan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. Latar Belakang Untuk menjamin penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap benturan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Untuk menjamin penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap benturan antara kepentingan perseorangan atau badan hukum perdata dengan pejabat atau badan Tata Usaha Negara yang berbeda yang menjadi sengketa, saluran hukum merupakan salah satu jalan terbaik, sehingga peran Peradilan Tata Usaha Negara sangat penting sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR-RI No. IV/MPR/1978 jo TAP MPRI-RI No. II/MPR/1983.

Dengan demikian Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk dalam rangka memberikan perlindungan kepada rakyat pencari keadilan yang merasa kepentingan hukumnya dirugikan akibat suatu keputusan Tata Usaha Negara oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara.

Pengadilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap suatu sengketa.

Dari sejumlah sengketa/perkara yang masuk ternyata tidak sedikit yang di dalamnya tersangkut kepentingan pihak/orang lain selain penggugat dan tergugat, yang harus dipertimbangkan oleh hakim untuk memutus persengketaan yang ada. Pihak/orang lain yang mempunyai relevansi terhadap objek sengketa

(2)

yang digugat itu lazim disebut pihak intervenient (pihak ketiga yang berkepentingan).

Untuk mencegah kerugian yang fatal bagi pihak ketiga maka dalam proses pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara dimungkinkan pihak ketiga itu untuk ikut serta atau diikutsertakan dalam proses pemeriksaan suatu sengketa yang sedang berjalan atau setidak-tidaknya keterangan dan penjelasan dari pihak ketiga itu harus dimintakan oleh Hakim sebagai saksi. Dimungkinkan bagi orang atau badan hukum perdata di luar pihak yang sedang bersengketa untuk ikut serta atau diikutsertakan sebagai pihak dalam proses pemeriksaan perkara yang sedang berjalan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam pasal 83 Undang-undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Dengan masuknya pihak ketiga dalam suaatu sengketa yang diperoleh maka ia dapat mempertahankan hak-haknya sehingga diperoleh suatu putusan yang objektif dan adil, khususnya bagi pihak yang bersengketa tersebut.

Untuk lebih memahami bagaimana tata cara masuknya pihak ketiga intervenient maka haruslah dipahami mengenai hukum acara yang berlaku di Peradilan Tata Usaha Negara.

(3)

B.

Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Bagaimana Peradilan Tata Usaha Negara di dalam menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara ?

- Bagaimana pihak ketiga yang berkepentingan dapat diikutsertakan di Peradilan Tata Usaha Negara ?

- Bagaimana prosedur serta akibat hukum masuknya pihak ketiga dalam sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pihak ketiga yang berkepentingan dapat diikutkan di Peradilan Tata Usaha Negara di dalam menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara .

2. Untuk mengetahui bagaimana pihak ketiga yang berkepentingan dapat diikutkan di Peradilan Tata Usaha Negara .

3. Untuk mengetahui proses serta akibat hukum masuknya pihak ketiga dalam sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung.

D. Manfaat Penelitian

(4)

1. Secara teoritis agar dapat dipahami bahwa secara yuridis pihak ketiga yang kepentingannya terkait dengan perkara yang sedang berlangsung, secara hukum dapat diikutsertakan untuk membela kepentingannya, bagaimana prosedur serta akibat hukumnya.

2. Secara praktis untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak yang mempunyai perhatian tentang topik penelitian ini, terutama mahasiswa Fakultas Hukum memperoleh masukan-masukan tentang intervenient dalam proses peradilan di Pengadilan Tata Usaha Negara.

E. Tinjauan Pustaka

1. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara, bermasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pihak ketiga yang berkepentingan maksudnya pihak lain di luar penggugat

dan tergugat yang mempunyai kepentingan terhadap suatu objek sengketa yang ditetapkan penggugat intervensi atau tergugat intervensi dalam suatu perkara/sengketa Tata Usaha Negara yang sedang ditangani pengadilan Tata Usaha Negara.

Di dalam UU No. 5 Tahun 1986 tidak ada dirumuskan mengenai pengertian/definisi istilah “intervenient” atau “intervensi” ini. Namun

(5)

demikian, dalam skripsi ini penulis mencoba mengetengahkan mengenai intervensi (intervenient) tersebut.

Sesuai perkembangan arus informasi dan komunikasi, maka penggunaan istilah “intervensi” ini mengalami konotasi meluas sesuai dengan bidang ilmu yang menggunakannya. Namun pada prinsipnya pengertian dasarnya tidaklah dihilangkan/eliminir.

Dalam Hukum Acara Perdata pengertian intervenient ini dijelaskan dengan suatu suatu contoh kasus yaitu :

Dalam jual beli rumah dan tanah, A selaku penggugat dalam pokok perkara menggugat B, oleh karena B telah menjual rumah dan tanah kepadanya, akan tetapi tidak mau menyerahkan bangunan rumah dan tanahnya yang telah ia jual kepadanya. Mendengar tentang adanya gugatan itu, C yang juga merasa telah membeli rumah dan tanah tersebut dari B, datang ke persidangan, lalu dengan lisan atau tertulis mengemukakan kehendaknya untuk mencampuri perkara tersebut sebagai pihak ketiga. Ia, pihak ketiga ini disebut pihak intervenient. Apabila intervensi dikabulkan maka perdebatan menjadi perdebatan segi tiga. 1

Pengertian Intervenient dalam Hukum Acara Perdata seagaimana dijelaskan dengan contoh di atas, tentu sekali mempunyai persamaan dengan pengertian intervenient dalam Hukum Acara Perdata sebagaimana dijelaskan

1

R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1982, hal. 71.

(6)

contoh di atas, tentu sekali mempunyai persamaan dengan pengertian intervenient dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu masuknya pihak lain/ketiga dalam suatu perkara antara penggugat dan tergugat. Perbedaannya adalah : dalam Hukum Acara Peradilan TUN pihak ketiga dimaksud adalah hanya orang atau Badan Hukum Perdata saja, sednagkan dalam Hukum Acara Perdata, pihak intervenient itu tidak dibatasi, siapa saja pun boleh sebagai pihak intervensi termasuk abdan hukum publik.

Dalam proses pemriksaan sengketa TUN di Peradilan TUN dimungkinkan adanya pihak ketiga intervenient yaitu orang atau badan hukum perdata untuk ikut serta atau diikutsertakan dalam proses pemeriksaan satu sengketa yang sedang berjalan.

Ny. Retnowulan Sutanto, SH dan Iskandar Oeriokartawinata, SH dalam bukunya berjudul “Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek “mengemukakan bahwa intervensi dalam bahsa Belanda disebut pula “Tussenkomst”.2

Tussenkomst atau intervensi diartikan sebagai pencampuran piihak ketiga atas kemauan sendiri yang ikut dalam proses, dimana pihak keiga ini

2

Retnowulan Sutanstio, dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Penerbit Alumni, Bandung, 1983, Hal. 50.

(7)

tidak memihak baik kepada penggugat maupun tergugat, melainkan hanya memperjuangkan kepentingan sendiri.3

1) Atas prakarsa sendiri

Selain tussenkomst atau intervensi, di dalam hukum acara perdata dalam prakteknya dikenal lagi adanya pihak ketiga yang berkepentingan dalam suatu , di dalam hukum acara perdata dalam prakteknya dikenal lagi adanya pihak ketiga yang berkepentingan dalam suatu Peradilan Umum c.q. Pengadilan Negeri, yaitu dalam :

- Vrijwaring atau penjaminan terjadi apabila di dalam suatu perkara yang sedang diperiksa oleh pengadilan, di luar pihak yang berperkara, ada pihak ketiga yang ditarik masuk dalam perkara tersebut.

- Voeging, yaitu penggabungan pihak ketiga yang merasa berkepentingan lalu mengajukan permohonan kepada Majelis agar diperkenankan mencampuri proses tersebut dan menyatakan ingin menggabungkan diri kepada salah satu pihak (penggugat atau tergugat). Dalam Bahasa Belanda hal ini disebut Voeging Van Partijen.

Dalam Hukum Acara Peradilan TUN, mengenai tussenkomst, voeging dan vrijwaring dalam hukum acara perdata ini, dikenal hanya satu istilah saja yaitu “intervenient atau intervensi”.

3. Pasal 83 mengatur kemungkinan masuknya pihak ketiga dalam proses, motivasi masuknya pihak ketiga dapat dibagi dalam 3 kategori yakni :

3

(8)

Dalam hal pihak ketiga ingin mempertahankan dan membela hak dan kepentingannya agar tidak dirugikan oleh putusan pengadilan yang sedang berjalan, sebagai pihak yang mandiri dan berdiri di tengah-tengah antara pihak penggugat dan pihak tergugat. Cara masuknya pihak ketiga dalam proses perkaran ini, dalam proses perdata disebut

“tusserkomst” (mencampuri).

Karena ikut sertanya dalam proses atas prakarsanya sendiri, maka ia harus mengajukan permohonan dengan mengemukakan alasan-alasan serta hal yang dituntut, sesuai dengan ketentuan pasal 56.

2) Atas permintaan salah satu pihak

Masuknya pihak ketiga dalam proses perkara atas permohonan salah satu pihak, guna memperkuat kedudukan salah satu pihak atau agar pihak ketiga selama proses tersebut bergabung dengan dirinya untuk memperkuat posisi hukum dalam sengketa. Cara ini dalam acara perdata disebut ”voeging” (ikutserta).

3) Atas prakarsa hakim yang memeriksa

Masuknya pihak ketiga dalam proses perkara yang sedang berjalan atas prakarsa hakim yang memeriksa perkara. Masuknya pihak ketiga dalam proses baik atas prakarsa sendiri, maupun atas prakarsa hakim ditarik masuk dalam proses, ditempatkan pada pihak penggugat, dan tidak diberikan kepada tergugat.

(9)

F.

Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang faktual dan relevan bagi kelengkapan dan kesempurnaan penyusunan skripsi ini digunakan :

1. Library Research (penelitian kepustakaan) yakni dengan melakukan study melalui kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari melalui buku-buku literatur, perundang-undangan, makalah, artikel-artikel yang mempunyai relevansi dengan materi yang terkait dengan topik tulisan ini. 2. Field Research (penelitian lapangan) yakni dengan mengadakan penelitian

langsung ke lapangan yaitu ke Pengadilan Tata Usaha Negara Medan di Jalan Listrik No. 10 Medan serta melakukan observasi serta interview dengan Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut.

G.

Gambaran Isi

Skripsi ini disusun dan dibagi dalam 5 (lima) bab dan tiap bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab. Untuk lebih jelasnya sistematika penyusunan dan pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini digambarkan tentang materi pokok bahasan yang akan diuraikan dengan mengawali uraian latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta tinjauan pusataka, metode penelitian dan gambaran isi.

(10)

Bab II Peranan Peradilan Tata Usaha Negara Dalam Menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara

Dalam bab ini diuraikan tentang landasan hukum Peradilan Tata Usaha Negara, ciri-ciri dan sifat hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara, subjek dan objek sengketa Tata Usaha Negara serta tahap proses pemeriksaaan sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara.

Bab III Tinjauan Tentang Pihak Ketiga Yang Berkepentingan di Peradilan Tata Usaha Negara

Dalam bab ini diuraikan tentang dasar hukum keikutsertaan pihak ketiga dalam sengketa Tata Usaha Negara, kriteria pihak ketiga yang berkepentingan, syarat masuknya pihak ketiga dalam proses sengketa Tata Usaha Negara.

Bab IV Prosedur Serta Akibat Hukum Intervensi Dalam Perkara Tata Usaha Negara

Dalam bab ini diuraikan tentang prosedur masuknya pihak ketiga dalam sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung, akibat hukum ikutsertanya pihak ketiga dalam sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung, hambatan-hambatan di dalam proses masuknya pihak ketiga serta upaya-upaya hukum yang ditempuh pihak ketiga yang tidak diikutsertakan dalam proses persidangan.

(11)

Bab V Penutup

Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh pembahasan atas permasalahan dan hasl penelitian yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta menguraikan beberapa saran-saran yang diharapkan bermanfaat terkait permasalahan yang dibahas.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Gambaran karakteristik responden berdasarkan demografinya meliputi usia, jenis kelamin, baban kerja, penghasilan per bulan, lama pengalaman kerja,

Logo jenis ini terdiri dari nama perusahaan atau produk dengan gaya tipografis yang berkarakter kuat, tersusun dari bentuk-bentuk grafis seperti oval, kotak, atau

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 85 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian Tugas Dinas Perizinan Kota Yogyakarta;. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 20 tahun 2014

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku pariwisata dan pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat dalam mengambil kebijakan yang dianggap

Komponen DSS Subsystems: Data management Dikelola oleh DBMS Model management Dikelola oleh MBMS User interface. Knowledge Management and organizational

Distribusi senyawaan golongan hopana dan oleanana dapat dilihat pada m/z 191 untuk fraksi saturat bercabang dan siklik, Gambar 4.16 - 4.19 merupakan parsial

Persentase hidup spermatozoa ayam Kampung setelah pengenceran pada perlakuan jenis krioprotektan DMF (84,81%) hasilnya sama baik dibandingkan dengan DMA (78,50%) dan

Data Science for Modern Manufacturing Global Trends: Big Data Analytics for the Industrial Internet of Things.. Li