• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pertama Ibu Hamil ( K-1 ) Ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pertama Ibu Hamil ( K-1 ) Ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 - Repository utu"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Ruliana.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pertama Ibu Hamil ( K-1 ) Ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013. Dibawah bimbingan Firdaus, SKM.,MKM dan Zahari,SKM.,MARS.

Kunjungan ibu hamil pada trimester I ke pelayanan antenatal merupakan waktu yang penting bagi ibu maupun janin untuk mengetahui adanya gangguan kehamilan Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil trimester I ke pelayanan antenatal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan ibu dan janin. Faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan pertama ke pelayanan antenatal adalah social ekonomi, pendidikan, pendapatan, dan dukungan professional tenaga kesehatan.

Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional untuk melihat hubungan antara hubungan umur kehamilan, pendidikan, paritas, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan terhadap kunjungan pertama ibu hamil (K1), porpusive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria peneliti yaitu Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Beutong dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang dilakukan pada bulan Pebruari 2013, data primer dari wawawancara dan data skunder yaitu dari puskesmas, dinas kesehatan dan referensi yang berkaitan dengan penelitian, pengolahan data secara komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel serta narasi. Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013, Hasil penelitian menunjukkan tidak ada kecenderungan hubungan antara umur kehamilan ibu hamil dengan kunjungan K-1 (ρ value = 0,892), Tidak ada kecenderungan hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,107, Tidak ada kecenderungan hubungan antara paritas ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil(ρ value = 0,128), Ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,004), Ada kecenderungan hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,004), Tidak ada kecenderungan hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,171).

Untuk meningkatkan kunjungan pertama ibu hamil diharapkan pada saat pelaksanaan posyandu selalu diberi penyuluhan pada ibu hamil agar selalu memeriksakan kehamilanya agar dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil.

(2)

1 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan pperhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin ( Kemkes, 2010).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah pendarahan, infeksi dan eklamsia. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain adalah anemia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “Empat Terlalu” yaitu terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering

hamil dan terlalu banyak anak. Faktor lainnya adalah “Tiga Terlambat” yaitu

terlambat mengenal resiko dan komplikasi yang menyebabkan terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kemudian terlambat dalam mencapai sarana kesehatan dan mendapat pelayanan di sarana kesehatan (Saifuddin,2002).

(3)

antenatal sering terlambat yang disebabkan beberapa factor. Menurut Chanlender (2002) dalam Deswani (2005) faktor tersebut antara lain psikososial (dukungan suami, keluarga, teman atau tetangga, penghasilan, kesulitan datang ke pelayanan antenatal, penerimaan terhadap kehamilan, dukungan profesional dan perilaku beresiko serta pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal), dan demografi ibu hamil (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan).

Kunjungan ibu hamil pada trimester I ke pelayanan antenatal merupakan waktu yang penting bagi ibu maupun janin untuk mengetahui adanya gangguan kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan Deswani (2003) di Jakarta menunjukkan bahwa ibu hamil yang terlambat melakukan kunjungan pertama ke pelayanan antenatal adalah wanita dengan pendidikan rendah dan dukungan professional kurang.

Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil trimester I ke pelayanan antenatal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan ibu dan janin. Faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan pertama ke pelayanan antenatal adalah social ekonomi, pendidikan, pendapatan, dan dukungan professional tenaga kesehatan.

(4)

hidup pada tahun 2007. Upaya kesehatan masyarakat mengalami peningkatan capaian, seperti cakupan rawat jalan sudah mencapai 15,26% pada tahun 2008. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat dari 77,23% pada tahun 2007 menjadi 80,36% pada tahun 2008. Cakupan K1 selama tahun 2004 sampai 2009 terus mengalami peningkatan dari 88,09% pada tahun 2004 menjadi 94,51% pada tahun 2009 sedangkan cakupan K4 pada tahun 2004 sampai 2008 cenderung meningkat namun pada tahun 2009 sedikit menurun dari 86,04% pada tahun 2008 menjadi 85,45% pada tahun 2009. Dari data diatas dapat dilihat kesenjangan yang terjadi antara K1 dan K4. Pada tahun 2004 terjadi selisih antara K1 dan K4 sebesar 11% kemudian tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008 6,6% (Kemkes, 2010). Perhatian perlu diberikan pada cakupan kunjungan bayi yang mengalami penurunan, perlu peningkatan mobilisasi ibu hamil untuk bersalin dan upaya peningkatan kualitas Posyandu menjadi Posyandu Mandiri (Kemkes, 2010).

(5)

Data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya kunjungan K1 sebesar 82,75% pada tahun 2010 dan 91,7% pada tahun 2011. Untuk Puskesmas Beutong 86,80% pada tahun 2010 dan 74,10% pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 12,70% pada tahun 2011 (Dinas Kesehatan Nagan Raya, 2012).

Berdasarkan wawancara awal kepada beberapa ibu hamil pada umumnya mereka melakukan pemeriksaan tertunda atau tidak melakukan pemeriksaan sama sekali karena menganggap tidak ada keluhan selama ini sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan, selain itu ada ibu – ibu tidak tahu akan pentingnya pemeriksaan selama kehamilan terutama pada 3 bulan pertama. Pengalaman pertama pada partus pertama, dimana pada pengalaman pertama hamil tidak menimbulkan masalah maka ibu merasa pada kehamilan selanjutnya tidak menimbulkan masalah jadi tidak perlu periksa kehamilan.

Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik melakukan pembuktian melalui penelitian tentang kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

(6)

pemeriksaan selama kehamilan terutama pada 3 bulan pertama. Pengalaman pertama pada partus pertama, dimana pada pengalaman pertama hamil tidak menimbulkan masalah maka ibu merasa pada kehamilan selanjutnya tidak menimbulkan masalah jadi tidak perlu periksa kehamilan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013. 1.3.2.Tujuan khusus

1.4.2.1. Untuk mengetahui hubungan umur kehamilan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

1.4.2.2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013. 1..2.3.3. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kunjungan pertama ibu

hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013. 1.4.2.4 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kunjungan pertama ibu

hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013. 1.4.2.6 Untuk mengetahui hubungan pekerjaan bumil dengan kunjungan pertama

ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.

(7)

Beutong tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis

1.5.1.1 Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis untuk dapat mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat.

1.5.1.2 Menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan kesehatan khususnya yang menyangkut dengan mutu pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

1.5.2.Manfaat aplikatif

1.5.2.1 Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah serta dapat membandingkan tiori-tiori yang telah dipelajari dengan kenyataan dilapangan.

1.5.1.2 Sebagai bahan masukan atau informasi bagi petugas kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak.

(8)

7 2.1.Ante Natal Care (ANC)

2.1.1 Pengertianante natal care (ANC)

Kunjungan pertama atau pemeriksaan dini kehamilan adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali atau kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu (Depkes R.I, 1995). Kunjungan pertama ibu hamil adalah kesempatan bagi dokter untuk mengenali faktor resiko ibu dan janin (Arief Mansjoer, 2001).

Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang memuaskan.

(9)

2.1.2 Tujuanante natal care (ANC)

Menurut Manuaba (1996), tujuan pemeriksaan dini kehamilan adalah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intra uterin sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, nifas dan laktasi serta mempunyai pengetahuan tentang bayi. Sedangkan menurut Arief Mansjoer,dkk ( 2001) tujuan pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan.

Hasil akhir kehamilan yang diharapkan adalah kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Tujuan perawatan antenatal lebih dari itu, bukan hanya kelangsungan hidup tetapi juga kualitas hidup yang baik.

Umur kehamilan seorang ibu turut menentukan kunjunganya ke pelayanan kesehatan. Di mana hal ini sesuai dengan alasan mereka yang terkait dengan budaya masyarakat setempat yang masih banyak melakukan persalinan dengan bantuan dukun. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan lagi tetapi kedukun yang ada di desa tersebut hingga menolong persalinanya ( Martini, 2005).

(10)

kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat menimbulkan kecacatan dan abortus, pada periode ini juga terjadi ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pada ibu hamil sehingga memerlukan dukungan dari petugas kesehatan.

Tujuan khusus dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah : Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan , persalinan dan nifas, mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin dan menurunkan angka morbiditas ibu dan anak serta memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari- hari dan keluarga berencana , tentang kehamilan , persalinan , nifas dan laktasi (mochtar 1995).

2.1.3. Jadwal pemeriksaan kehamilan

World Health Organitation(WHO) menganjurkan pemeriksaan antenatal minimal 4 kali dengan 2 kali pada trisemester ketiga ( rumus 1-1: 2-1 ; 3-2 ). Ingat 4 kali adalah yang minimal, berarti bahwa tambah sering pemeriksaan antenatal dilakukan tambah baik. Jadwal yang ideal adalah sekali sebelum sampai kehamilan 28 minggu, Dua minggu sekali sampai kehamilan 28 minggu dan seminggu sekali sampai melahirkan.

(11)

sesudah kehamilan 9 bulan dan Periksa khusus bila ada keluhan – keluhan ( Mokhtar, 1995).

Setiap kehamilan dan persalinan mengandung resiko, namun derajat bahaya atau resikonya berbeda-beda untuk ibu dan anak. Yang dimaksud dengan resiko adalah kemungkinan seorang wanita mengalami kesakitan/ kamatian akibat kehamilan dan persalinan , wanita dengan resiko tinggi lebih mungkin mengalami kesakitan / kematian akibat kehamilan dan persalinan.

Resiko untuk Ibu hamil adalah Resiko Rendah adalah : Usia diatas 20 tahun, tidak ada gejala-gejala hipertensi dan tidak ada kelainan/penyakit, Resiko sedang adalah : Riwayat obstetri kurang baik : abortus berulang, lahir mati, keadaan kurang gizi dan tinggi badan kurang dari 145 cm, preeklamsi ringan, kelainan letak : lintang, sumsang, penambahan berat badan kurang : kurang 6 kg, febris, kehamilan kembar, dan resiko tinggi adalah Riwayat obtetrik buruk (kelahiran mati berulang, prematurias berulang, pendarahan post pastum), Anemia berat, Pre eklamsi berat, Bekas bedah Ceasar, pendarahan ante pastum, penyakit berat : penyakit jantung, diabetes, ginjal, hepatitis, hidrosetalus, hidramnion.

(12)

2.1.4. Pelayanan kunjungan ibu hamil K-1 dan K-4

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandingan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil pada masa kehamilan. Pemeriksaan umum pada ibu hamil yang datang pertama kali, dilakukan penilaian keadaan umum, status gizi, dan tanda vital (Arief Mansjoer dkk, 2001).

Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 adalah cakupan pelayanan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimister pertama kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Dinkes Aceh, 2011).

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. oleh karena itu, setiap wanita memerlukan empat kali kunjungan selama priode antenatal.

Kunjungan pertama ke pelayanan antenatal trisemester I merupakan waktu yang penting bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat menimbulkan kecatacatan dan abortius, pada periode ini juga terjadi ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pada ibu hamil sehingga memerlukan dukungan dari petugas kesehatan ( May, 1994 dalam Deswani (2004).

(13)

Ibu diberi tahutentang kehamilannya perencanaan tempat bersalin juga perawatan bayi dan menyusui, informasi yang dapat diberikan seperti:

a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal

b. Kebersihan pribadi khususnya daerah genetalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.

c. Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.

d. Pemakaian obat harus dikonsultasikan dulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.

e. Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaanya. Suami pun perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil (Arief Mansjoer.dkk, 2001).

Pada kehamilan pada trisemester I umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan ingin muntah, dengan kenaikan berat badan normal yaitu antara 0,7–1,4 kg (Mellyna, 2006).

Pada trisemester II kehamilan telah terbentuk organ tubuh, ari – ari sudah sempurna, sudah mulai bisa mendengar suara dari luar, pada kehamilan pada trisemester II umunya nafsu makan ibu pulih kembali, dengan kenaikan berat badan normal yaitu antara 6,7–7,4 kg.

Pada trisemester III kehamilan janin mulai menghisap jari, struktur tubuh mulai sempurna dan kuat tidak ada kerutan di wajah hilang. Pada kehamilan pada trisemester I umunya nafsu makan sangat baik, dengan kenaikan berat badan normal yaitu antara 12,7–13,4 kg.

(14)

TABEL 2.1

INFORMASI DAN PENTINGNYA KUNJUNGAN ANTENATAL

Kunjungan Waktu Informasi Penting

Trisemester I Sebelum minggu ke

14

Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil

Mendekteksi masalah dan menanganinya

Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

Sama seperti di atas ditambah kewaspadaan khusus mengenati preeklampsia

Sama seperti di atas ditambah palpalasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda

Trisemester memerlukan kelahiran di Rumah Sakit

(15)

Indikator K-1 mewujudkan akses pada kesehatan ibu hamil kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia estándar minimal yang ditetapkan untuk pelayanan kehamilan adalah 1 kali pada trimester 1 dan 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3. Stándar ini terpenuhi dan bermakna terhadap kualitas pelayanan yang diberikan (Dinkes Aceh, 2011).

Kunjungan ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai estándar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pelayanan yang dianjurkan pada trimester ketiga sebanyak 2 kali (Dinkes Aceh, 2011). Pelayanan kunjungan ibu hamil K-4 yang diberikan mencakup minimal (Dinkes Aceh, 2011):

1. Timbang badan dan ukur tinggi badan 2. Ukur tekanan darah

3. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toxoid 4. Pengukuran tinggi pundus uteri

5. Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan)

6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling

7. Test laboratorium sederhana (Hb, protein urine dan atau berdasarkan indikasi (Hbsag, sifilis, HIV, malaria, TBC).

(16)

puskesmas dan jaringannya akan di rujuk ke fasilitas yang lebih tinggi yaitu rumah sakit. Walaupun terjadi peningkatan yang bermakna terhadap kunjungan K-4 secara Provinsi namun belum mencapai target yang ditetapkan 90% (Dinkes Aceh, 2011).

2.1.5. Kehamilan dan perubahan fisik ibu hamil

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi: Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu, kehamilan terimester kedua : 14-28 minggu dan kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu (Arief Mansjoer dkk, 2001).

Menurut suririnah (2004) terjadi Perubahan pada tubuh ibu hamil di trimester pertama ( 0–12 minggu) kehamilan yaitu:

1. Pembesaran Payudara

(17)

gelap, dan karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit payudara anda (Suririnah, 2004).

2. Sering buang air kecil

Anda akan merasa lebih sering ingin buang air kecil, ini karena adanya pertumbuhan rahim yang menekan kandung kencing anda dan perubahan hormonal Ingat jangan mengurangi pemasukan cairan / minum anda untuk mengatasi problem ini karena anda butuh cairan lebih pada saat hamil ini. Dan tetap jaga kebersihan anda (Suririnah, 2004).

3. Konstipasi

Anda mungkin akan merasa kesulitan untuk buang air besar, hal ini karena peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, juga Tablet Zat Besi (iron) yang diberikan oleh dokter biasanya memyebabkan masalah konstipasi ini selain itu zat besi tablet akan menyebabkan warna feses anda kehitaman, jangan kuatir. Atasilah dengan banyak minum air, makanan yang berserat tinggi (sayuran dan buahan) serta olahraga (Suririnah, 2004).

4. Morning sickness/mual muntah

(18)

hanya sedikit saja meningkat berat badannya dan ini tidak mempengaruhi perkembangan bayi anda. Dan jangan kuatir biasanya keluhan mual-muntah akan menghilang pada akhir trimester pertama. Hubungi dokter anda bila mual-muntah menjadi sangat hebat, sehingga anda tidak dapat makan atau minum apapun juga dan dapat menimbulkan kekurangan cairan/dehidrasi. (Hiperemesis gravidarum) (Suririnah, 2004).

5. Merasa lelah

Anda akan merasa lelah, hal ini karena tubuh anda bekerja secara aktif untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan ini. Juga peningkatan hormonal dapat mempengaruhi pola tidur anda. Carilah waktu untuk beristirahat sedapat mungkin (Suririnah, 2004).

6. Sakit kepala

Anda mungkin akan merasa sakit kepala yang lebih sering daripada biasa, hal ini mungkin karena rasa mual, kelelahan, lapar, tekanan darah rendah, dan dapat juga karena perasaan tegang atau bahkan depresi. Atasilah dengan beristirahat, dan makanan dengan makan sedikit tapi sering biasanya dapat menolong, relaks. Bila sakit kepala semakin terasa berat secepatnya hubungi dokter anda. (pada kehamilan lanjut sakit kepala dapat menjadi tanda pre-eklampsia , yang biasanya disertai dengan peningkatan tekanan darah dan kaki-tangan bengkak) (Suririnah, 2004).

7. Pusing

(19)

untuk beradaptasi. Bila rasa pusing tetap timbul ketika anda sedang duduk, ini biasanya karena menurunnya level gula darah anda. Makanlah sedikit- sedikit tapi sering. Bila anda sering merasa seperti ingin pingsan periksalah ke dokter anda kemungkinan anda anemia (Suririnah, 2004).

8. Kram Perut

Pada trimester awal ini, anda mungkin mengalami kram perut atau kram seperti menstruasi atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul sebentar dan tidak menetap. Hal ini sering terjadi dan kemungkinan karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligament merenggang untuk menyokong rahim. Yang harus diingat apabila kram perut yang timbul disertai perdarahan vagina, hubungi dokter anda segera, karena kedua tanda ini berhubungan dengan keguguran (Suririnah, 2004).

9. Meludah

Jangan merasa malu bila anda merasa air ludah anda menjadi agak berlebih, hal ini biasa terjadi pada kehamilan biasanya pada ibu hamil yang mengalami morning sickness. Ini biasanya timbul pada trimester pertama tapi jarang terjadi (Suririnah, 2004).

10. Emosional

(20)

beradaptasi terhadap perubahan hormonal ini sehingga membuat hidup lebih indah buat anda.

11. Peningkatan berat badan

Pada akhir trimester pertama ini anda akan kesulitan untuk memasang kancing rok/celana panjang anda. Hal ini bukan berarti adanya peningkatan berat badan yang banyak tapi karena rahim anda berkembang dan memerlukan ruang dan ini semua karena pengaruh dari hormone estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan hormone progesterone yang menyebabkan tubuh menahan air. Memasuki trimester teakhir ini anda akan mulai mengunjungi dokter anda 2 minggu sekali, sibuk mencari nama untuk si kecil, dan kurang waktu tidur karena perut yang makin membesar (Suririnah, 2004).

Menurut Arief Mansjoer,dkk ( 2001) tanda pasti kehamilan adalah : 1. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin 2. Pada auscultasi terdengar bunyi jantung janin

3. Dengan ultrasonografi (USG) atauscanningdapat dilihat gambaran janin 4. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin (tidak dilakukan lagi

sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.

2.2 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pertama Ibu hamil.

(21)

mengambil keputusan memanfaatkan pelayanan antenatal yaitu, predisposing (umur, preparitas , jarak kehamilan, pendidikan, pengetahuan dan sikap), enabling (pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayar, ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan dan jarak tempuh ke pelayanan kesehatan) dan need(riwayat, keluhan, persepsi sehat, kondisi ibu dan rencana pengobatan). Faktor yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu untuk datang ke pelayanan antenatal pada trimester I adalah sosio-demogrsfi, psykososial dan personal.

Tembok tebal antara tenaga medis dan proses kehamilan dan persalinan yang sehat disusun oleh berbagai faktor yang saling terkait mulai dari tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, kondisi geografis dan transportasi. ekonomi menjadi biang keladi penyebab kematian ibu melahirkan di samping factor tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan akan kesehatan serta layanannya. Simak lagi data dari WHO tahun 2002. Pada wanita yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi, maka sebanyak 89,2 persen kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan. Kondisi ini sangat timpang pada wanita dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu hanya 21,3 persen.

(22)

kondisi tersebut akan memperlambat ibu melahirkan mencapai fasilitas kesehatan. Point yang menentukan berhasil tidaknya upaya penyelamatan nyawa ibu. Tak hanya kondisi geografis, budaya yang berlaku di masyarakat setempat cukup membuat tenaga terlatih sulit melakukan fungsinya. Alih-alih memilih bidan, ada sebagian golongan masyarakat memilih dukun bayi sebagai penolong kelahiran. Meski ditempatkan bidan, tapi masyarakatnya tidak mau meminta pertolongan. (Syahlan, 1996).

2.2.1. Dukungan Profesional

Dukungan profesional petugas kesehatan terhadap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal berupa pemberian motivasi dan perilaku yang simpatik khususnya pada kelompok ibu enggan pendidikan rendah dan penghasilan keluarga yang rendah ( Murray, 2001 dalam Deswani, 2004). Menurut pendapat Redder dalam Martini (2005) yang menyatakan bahwa perilaku yang kurang simpatik petugas kesehatan adalah bentuk dukungan yang kurang profesional berupa pelayanan yang tergesa –gesa, pelayanan tidak maksimal, dan komunikasi yang kurang.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait dengan budaya masyarakat setempat. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan ( Martini, 2004).

(23)

2.2.2. Pendidikan

Keluarga yang berpendidikan tinggi akan dapat tanggap terhadap perubahan kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya. Mereka yang berpendidikan tinggi akan segera mencari mencari bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan keluarga. Berpendidikan rendah pada umumnya menerima dengan pasrah bila gangguan kesehatan menimpa diri dan anggotanya. Mereka akan meminta bantuan bila masalah kesehatannya sudah berat, kondisi tingkat pendidikan menentukan tingkat partisipasinya didalam turut serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat (Syahlan,1996).

Masih menurut Syahlan, tingkat kesuburan yang tinggi mencerminkan kehidupan wanita yang tidak punya pilihan atau mampu menentukan nasibnya sendiri, keadaan itu dan juga kematian itu akan dipengaruhi secara dramatis oleh pendidikan.

Menurut Depkes, (1998), pendidikan berpengaruh pada cara berfikir, tindakan dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin baik pengetahuanya tentang kesehatan.

(24)

2.2.3 Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi ( lebih dari 3 ) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas , lebih tinggi kematian meternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian kematian pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Depkes,1995).

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami atau anak yang dilahirkan hidup atau mati oleh ibu. Paritas dapat digolongkan menjadi (tiga) yaitu pri nipara golongan ibu dengan paritas O, multipara yaitu golongan ibu paritas 1–5 , dan grandemultipara yaitu golongan ibu dengan paritas lebih dari 5 begitu juga dengan bayi yang dilahirkan dengan berat badan < 2.500 gr. (Manuba, IBG, 1998).

Grandemultipara, yaitu ibu dari jumlah kehamilan dan persalinan lebih dari 6 (enam) kali lebih banyak terdapat. Resiko kematian maternal dari golongan ini adalah 8 (delapan) kali lebih tinggi dari lainnya (Mochtar, R, 1998).

(25)

Paritas berkaitan dengan keterlambatan kunjungan K1 sebagaimana pendapat Deswani (2003) dimana erat kaitan dengan masalah personal yaitu pada kehamilan pertama sang ibu tidak ada masalah pada kehamilan pertama walupun tidak mendapatkan pelayanan antenatal dan merasa sehat sehingga hal ini kurang menimbulkan perhatian pada masalah kehamilan berikutnya.

2.2.4. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan ibu hamil dalam menjaga kehamilannya. Dengan adanya pengetahuan yang cukup pada ibu hamil diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap perawatan kehamilan agar tidak terjadi adanya kelainan dalam kehamilan sehingga nantinya akan memudahkan ibu dalam persalinan.

Menurut Depkes ( 1991) dalam Deswani ( 2003) salah satu faktor yang menghambat kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal adalah pengetahuan, karena ketidak tahuan akan pentinganya pemerawatan kehamilan dan gejala 0 gejala pada kehamilan membuat ibu tidak memeriksakan kehamilan, karena semua kelainan dianggapa lumrah jika seseorang sedang hamil. Demikian juga pendapat yang dikemukakan oleh Wibowo (1992) dalam Deswani ( 2003) faktor yang mempengaruhi ibu mengambil keputusan memanfaatkan pelayanan antenatal yaitu ialah satunya adalah pengetahuan.

2.2.5. Umur Kehamilan

(26)

kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan lagi tetapi kedukun yang ada di desa tersebut hingga menolong persalinanya ( Martini, 2004) Factor yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu untuk datang ke pelayanan antenatal pada trisemester I adalah sosio-demografi, psikososial dan personal ( Chandler, 2002 dalam Deswani, 2004) Kunjungan pertama ke pelayanan natenatal trisemester I merupakan waktu yang penting bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat menimbulkan kecatacatan dan abortius, pada periode ini jiga terjadi ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pad ibi hamil sehingga memerlukan dukungan dari petugas kesehatan ( May, 1994 dalam Deswani (2004).

2.2.6. Pekerjaan.

Jenis pekerjaan orang tua erat kaitanya dengan tingkat pengahasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan dengan penghasilan yang rendah, akan berdampak pada kurangnya pemamfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena kurangnya daya beli obat maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan kesehatan ( Notoatmodjo, 2003).

(27)

Deswani, 2003

waktu unutk berkunjung ke pelayanan kesehatan sedang ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktunya untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan.

2.3. Kerangka Teoritis

(28)

2.4 Kerangka Konsep

Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal oleh ibu menurut Syahlan (1996), Deswani (2003), Chandler (2002) dan Wibowo (2002) dapat dipengaruhi oleh yaitu umur kehamilan, pendidikan, paritas, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan.Untuk lebih jelas kerangka konsepsional dapat dilihat pada skema berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.

Kerangka Konsep Penelitian Umur kehamilan

Pendidikan

Paritas

Kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal Pengetahuan

Pekerjaan

(29)

28 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat Analitik dengan design cross sectional dimana penulis ingin mendapatkan hubungan umur kehamilan, pendidikan, paritas, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan yang mempengaruhi kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya pada Bulan Februari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong sebanyak 43 ibu hamil yang umur kehamilan nya dibawah 3 bulan.

3.3.2 Sampel

(30)

pengambilan sampel dengan teknikaccidental sampelyaitu mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia artinya setiap ada yang datang di puskesmas dijadikan sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Data diperoleh melalui teknik wawancara dengan responden menggunakan kuisioner yang telah disusun oleh peneliti tentang umur kehamilan, pendidikan, paritas, dan dukungan petugas kesehatan.

3.4.2 Data skunder

Sebagai data pendukung diperoleh dari dokumen yang tersedia Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, dari petugas kesehatan, profil kesehatan Kabupaten Nagan Raya serta dari profil kesehatan Provinsi Aceh dan literatur–literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Keterangan

Variabel Indefenden

1. Umur ibu hamil Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Usia responden pada saat dilakukan penelitian

(31)

Cara ukur

Frekuensi persalinan yang pernah dialami oleh ibu hamil

Wawancara

Pemahaman ibu terhadap kehamilan yang mencakup pengertian kehamilan, pemeriksaan kehamilan dan intensitas pemeriksaan

Kegiatan ibu selain dirumah yang dilakukan sebagai aktivitas sehari – hari dalam usaha memperoleh upah atau gaji. kesehatan untuk memeriksa keadaan kesehatan ibu dan janin pada kunjungan pertama tiga bulan pertama

(32)

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Formulir hasil pencatatan a. Terlambat

b. Tidak terlambat Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran Variabel 3.6.1. Umur ibu hamil

Resti : Jika responden berumur kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun

Non Resti : Jika responden berumur 20-35 tahun

3.6.2. Tingkat Pendidikan (Untuk mengukur tingkat pendidikan menurut dapat dibedakan menjadi)( Diknas, 2004)

Tinggi : Tamat perguruan tinggi/Akademi Menengah : Tamat SMU/Sederajat

Dasar : Tamat SD/SMP

3.6.3. Paritas ( Manuaba, 1996)

Primipara : Kehamilan pertama

Multipara : Kehamilan 2 yang kedua sampai ke lima Grandemultipara : Kehamilan yang ke yang lebih dari 5 kali. 3.6.4. Tingkat pengetahuan

Baik : Jika responden dapat menjawab dengan benar ≥ 70 %

pertanyaan yang diajukan melaui kuesioner

(33)

3.6.5.Dukungan Petugas Kesehatan

Mendukung : Bila responden mempunyai nilai skor ≥ 70 % dari

pertanyan yang diajukan Kurang

mendukung

: Bila responden mempunyai nilai skor < 70 % dari pertanyaan yang diajukan.

3.6.6. Kunjungan pertama ibu hamil K1 ke pelayanan antenatal - Terlambat : - Tidak terlambat :

Terlambat : Bila responden melakukan pemeriksaan kehamilan terlambat > dari usia 3 bulan kehamilan.

Tidak terlambat : Bila melakukan pemeriksaan kehamilan sebelum dari usia 3 bulan kehamilan.

3.7 Teknik Analisa Data 3.7.1 Analisa univariat

Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependent maupun variabel independent. Untuk analisa ini semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi dengan skala ordinal.

3.7.2 Analisa bivariat

(34)

digunakan dalam uji ini adalah pada alpha (α) sebesar 5 % (0,05) dan Convident

Interval (CI ) 95% dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Bila hasil perhitungan didapatkan nilai p > 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji.

2. Bila hasil perhitungan didapatkan nilai p < 0,05, maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji.

(35)

34 4.1.Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Beutong merupakan salah satu puskesmas perawatan dalam Kabupaten Nagan Raya yang berada 33 km dari ibu kota Kabupaten Nagan Raya, puskesmas tersebut terletak di Desa Lhok Seumot (Padang Makmur) Kecamatan Beutong. Kecamatan Beutong memiliki luas wilayah 1.323.06 km dengan batas-batas:

1. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Seunagan Timur 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues

3. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darul Makmur

Wilayah kerja Puskesmas Beutong terdiri dari 28 desa yang terletak dalam Kecamatan Beutong, jumlah penduduk di dalam wilayah kerja Puskesmas Beutong sebanyak 12.824 jiwa terbagi dalam 3.830 kepala keluarga, dalam hal melayani masyarakat Puskesmas Beutong dibantu oleh lima puskesmas pembantu, 6 buah polindes dan 28 posyandu, berikut ini adalah puskesmas pembantu :

1. Pustu Meunasah Pante 2. Pustu Pulo Raga

(36)

Puskesmas Rawat Inap Beutong memiliki fasilitas pelayanan pasien antara lain:

1. Ruang pemeriksa pasien 2. Ruang rawat inap 3. Ruang imunisasi

4. Ruang periksa gigi dan mulut 5. Ruang obat

6. Ruang tata usaha 7. Ruang KIA 8. Ruang gizi 9. Ruang kartu

10. Ruang laboratorium

(37)

4.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 43 responden yang melakukan kunjungan K-1 pada Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong

Kabupaten Nagan Raya dengan alat ukur kuesioner dengan metode wawancara dan pendampingan, maka didapatkan hasil sebagai berikut.

4.2. Analisa Univariat

4.3.1. Kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal

Tabel 4.4. Distribusi Kunjungan Pertama Ibu Hamil (K1) ke Pelayanan Antenatal di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013

No Kunjungan K1 Jumlah %

1

Sumber : Data Primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal yang tidak terlambat sebanyak 21 (48,8%) lebih kecil dibandingkan dengan yang terlambat melakukan kunjungan yaitu sebanyak 22 (52,1%) responden.

4.3.2. Umur ibu hamil

Tabel 4.5. Distribusi Umur Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013

(38)

Berdasarkan tabel diatas menunjukan umur ibu hamil yang resti sebanyak 19 (44,2%) lebih banyak dibandingkan dengan yang umur tidak resti yaitu sebanyak 24 (55,8%) responden.

4.3.3. Pendidikan ibu hamil

Tabel 4.6. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013

Sumber : Data Primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan pendidikan ibu hamil yang berpendidikan tinggi sebanyak 20 (46,5%) lebih besar dibandingkan dengan yang berpendidikan menengah 20,9% dan dasar 32,6%.

4.3.4. Paritas ibu hamil

Tabel 4.7. Distribusi Paritas Ibu Hamil Di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013

Sumber : Data Primer tahun 2013

(39)

4.3.5. Pengetahuan ibu hamil

Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil (K1) ke Pelayanan Antenatal di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013

No Pengetahuan Jumlah %

Sumber : Data Primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan pengetahuan ibu hamil yang baik sebanyak 20 (46,5%) lebih kecil dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang sebanyak 53,5.

4.3.6. Pekerjaan ibu hamil

Tabel 4.9. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil (K1) ke Pelayanan Antenatal di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013

No Pekerjaan Jumlah %

Sumber : Data Primer tahun 2013

(40)

4.3.7. Dukungan Petugas Kesehatan

Tabel 4.10. Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013

No Dukungan Petugas Kesehatan Jumlah %

1

Sumber : Data Primer tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa dilihat dari dukungan petugas kesehatan terhadap ibu hamil yang mendukung sebanyak 48,8% lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mendukung yaitu sebanyak 51,2%.

4.3. Analisa Bivariat

4.4.1. Kecenderungan Hubungan Umur Dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) pada ibu Hamil

Tabel 4.11. Hubungan Umur dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Umur

Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100

Sumber : Data Primer diolah, 2013

(41)

tidak terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 24 responden yang tidak resti yang terlambat memeriksakan kehamilan yaitu 52,2%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,892 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara umur risiko tinggi dengan ibu umur tidak resti (tidak ada hubungan antara umur dengan kunjungan KI). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 1,313, artinya ibu yang resiko tinggi mempunyai peluang 1,313 kali untuk melakukan kunjungan KI tidak terlambat dibandingkan dengan ibu yang tidak risiko tinggi.

4.3.2. Kecenderungan Hubungan Pendidikan Dengan Kunjungan Pertama (K1 ) pada ibu Hamil

Tabel 4.12. Hubungan Pendidikan Dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Pendidikan

Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100

Sumber : Data Primer ( diolah, 2013)

(42)

Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,107 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara pendidikan dengan kunjungan K1.

4.3.3. Hubungan Paritas Dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) pada ibu Hamil

Tabel 4.13. Hubungan Paritas Dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No Paritas

Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100

Sumber : Data Primer diolah, 2013

(43)

4.3.4. Kecenderungan hubungan pengetahuan dengan kunjungan pertama(K1 ) pada ibu hamil

Tabel 4.14. Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No

Jumlah 19 48,8 22 51,2 43 100

Sumber : Data Primer diolah, 2013

Hasil analisis kecenderungan hubungan pengetahuan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 20 responden berpengetahuan baik sebanyak 5 (25%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 23 responden berpengetahuan kurang yang terlambat memeriksakan kehamilan proporsinya lebih banyak yaitu 73,9%.

(44)

4.3.5. Kecenderungan hubungan pekerjaan dengan kunjungan pertama(K1) pada ibu hamil

Tabel 4.15. Hubungan Pekerjaan dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No

Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100

Sumber : Data Primer diolah, 2013

Hasil analisis kecenderungan hubungan pekerjaan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 17 responden yang bekerja sebanyak 4 (23,5%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 26 responden yang tidak bekerja terlambat melakukan kunjungan KI proporsinya lebih banyak yaitu 69,2%.

(45)

4.3.6. Kecenderungan hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan pertama(K1 ) pada ibu hamil

Tabel 4.16. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013

No

Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100

Sumber : Data Primer diolah, 2013

Hasil analisis kecenderungan hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 21 responden yang mendapat dukungan petugas sebanyak 8 (38,1%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 22 responden yang tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan terlambat melakukan kunjungan KI sebesar 63,6%.

(46)

4.5. Pembahasan

4.5.1. Kunjungan pertama (K1) pada ibu hamil berdasarkan umur kehamilan

Hasil analisis kecenderungan hubungan umur dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 19 responden umur resti sebanyak 10 (52,6%) tidak terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 24 responden yang tidak resti yang terlambat memeriksakan kehamilan yaitu 52,2%.

Dari data tersebut terlihat tidak ada kecenderungan hubungan antara umur kehamilan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. Dalam hal ini hasil penelitian diatas berbeda sebagaimana yang diungkapkan Syahlan (1996) dimana umur penting, karena ikut menentukan pragnosa kehamilan kalau umur terlanjur larut atau terlalu muda maka persalinan tampak resikonya, menikah pada usia muda paling rawan dan dapat menimbulkan resiko komplikasi pada kehamilan dan waktu melahirkan.

Akan tetapi ada juga responden yang walaupun berusia kehamilan resti akan tetapi tidak memeriksakan kehamilanya hal ini karena faktor – faktor lain yaitu karena kurangnya pengetahuan sehingga tidak menyadari bahaya dari kehamilanya.

4.5.2. Kunjungan Pertama ( K1 ) pada ibu Hamil berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil

(47)

serta yang berpendidikan dasar lebih banyak yang terlambat melakukan kunjungan K1 sebesar 71,4%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,107 terlihat bahwa tidak ada perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara pendidikan tinggi, menegah dan dasar namun jika dilihat berdasarkan distribusi frekuensi ibu dengan pendidikan tinggi cenderung lebih banyak tidak terlambat 65,0% melakukan kunjungan K-1. Hasil penelitian ini juga berbanding terbalik seperti pernyataan Depkes, (1998), pendidikan berpengaruh pada cara berfikir, tindakan dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin baik pengetahuanya tentang kesehatan, keluarga yang berpendidikan tinggi akan dapat tanggap terhadap perubahan kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya. Mereka yang berpendidikan tinggi akan segera mencari mencari bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit pelayanan kesehatan keluarga. Berpendidikan rendah pada umumnya menerima dengan pasrah bila gangguan kesehatan menimpa diri dan anggotanya. Mereka akan meminta bantuan bila masalah kesehatannya sudah berat, kondisi tingkat pendidikan menentukan tingkat partisipasinya didalam turut serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat

4.5.3. Kunjungan Pertama ( K1 ) pada ibu Hamil berdasarkan Paritas

(48)

multipara 64,7% terlambat melakukan kunjungan KI serta grandemultipara hanya satu orang yang terlambat melakukan kunjungan KI 16,7%.

Terlihat tidak ada kecenderungan hubungan antara paritas ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. Pemeriksaan antenatal care karena dengan paritas primipara umumnya jika baru pertama maka akan merasa was–was dan kuatir dengan kesehatan kehamilanya sehingga mereka melakukan pemeriksaan secara rutin. Menurut (Hanifa, 1997). Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (> dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat di tangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan KB.

Akan tetapi ada responden dengan paritas Grandemultipara tidak melakukan pemeriksaan padahal ibu dari jumlah kehamilan dan persalinan lebih dari 6 (enam) kali lebih banyak terdapat Resiko kematian maternal dari golongan ini adalah 6 (delapan) responden, hal ini karena kemungkinan usia tua sehingga ibu hamil sudah bosan dalam memeriksakan kehamilan.

4.5.4. Kunjungan Pertama ibu hamil berdasarkan pengetahuan

(49)

lebih banyak yaitu 73,9%. Terlihat ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil.

Dengan semakin baiknya pengetahun maka akan melakukan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil hal ini karena dengan pengetahuan yang baik maka akan timbul kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dan bahayanya sehingga mereka melakukan pemeriksaan kehamilan. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan ibu hamil dalam menjaga kehamilannya. Dengan adanya pengetahuan yang cukup pada ibu hamil diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap perawatan kehamilan agar tidak terjadi adanya kelainan dalam kehamilan sehingga nantinya aakan memudahkan ibu dalam persalinan.

4.5.5. Kunjungan Pertama ibu hamil berdasarkan pekerjaan

Dari hasil penelitian antara pekerjaan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 17 responden yang bekerja sebanyak 4 (23,5%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 26 responden yang tidak bekerja terlambat melakukan kunjungan KI proporsinya lebih banyak yaitu 69,2%.

(50)

pengahasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan dengan penghasilan yang rendah, akan berdampak pada kurangnya pemamfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena kurangnya daya beli obat maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.

Akan tetapi ada ibu yang bekerja tidak melakukan kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan hal ini juga di dukung dalam penelitian Deswani (2004) di mana ada hubungan yang signifikan antara ibu yang bekerja dengan yang tidak bekerja terhadap kunjungan ke pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan sedang ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktunya untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan.

4.5.6. Kunjungan Pertama ibu hamil berdasarkan dukungan petugas

Berdasarkan hasil penelitian antara dukungan petugas dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 21 responden yang mendapat dukungan petugas sebanyak 8 (38,1%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 22 responden yang tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan terlambat melakukan kunjungan KI sebesar 63,6%.

(51)

lebih banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan K-1 apabila mendapat dukungan petugas, karena ibu hamil merasa dengan dukungan profesional petugas kesehatan terhadap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal berupa pemberian motivasi dan perilaku yang simpatik khususnya pada kelompok ibu enggan pendidikan rendah dan penghasilan keluarga yang rendah. Redder (1999) yang menyatakan bahwa perilaku yang kurang simpatik petugas kesehatan adalah bentuk dukungan yang kurang profesional berupa pelayanan yang tergesa – gesa, pelayanan tidak maksimal, dan komunikasi yang kurang.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait dengan budaya masyarakat setempat. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan ( Martini, 2004).

(52)

51 5.1. Kesimpulan

1. Tidak ada kecenderungan hubungan antara umur kehamilan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ = 0,892)

2. Tidak ada kecenderungan hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) padaibu hamil (ρ = 0,107)

3. Tidak ada kecenderungan hubungan antara paritas ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil.(ρ = 0,128)

4. Ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil.(ρ = 0,004)

5. Ada kecenderungan hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil.(ρ = 0,004)

6. Tidak ada kecenderungan hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil.(ρ = 0,171)

5.2. SaranSaran

1. Untuk meningkatkan kunjungan pertama ibu hamil diharapkan pada saat pelaksanaan posyandu selalu diberi penyuluhan pada ibu hamil agar selalu memeriksakan kehamilanya agar dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil.

(53)
(54)

Depkes.RI, 1998. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta.

Deswani, Keterlambatan Kunjungan Pertama Ibu Hamil Trisemester I Kepelayanan Kesehatan, Jurnal Madya, Poltekkes Depkes Jakarta Vol.1, No.2, Desember 2005

Dinkes Kabupaten Nagan Raya, 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Suka Makmue.

Dinkes Aceh, 2011. Profil Kesehatan Kabupaten ,Banda Aceh.

FKM-UTU ,2011, Standar Prosedural dan Manual Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar,Meulaboh.

.

Kemkes RI, 2010. Kinerja Satu Tahun Kementerian Kesehatan republik Indonesia tahun 2009-2010, Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1996. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Genekologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga jilid 2 Cetakan Keenam Februari 2004. Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI, Jakarta

Martini, Rus, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Ibu Hamil Di Desa Ginanjar Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, Jurnal Madya, Poltekkes Depkes Jakarta Vol.1, No.2, Desember 2005

Mellyana,Panduan Menjaga Kehamilan Sehat, Puspa Swara, Jakarta, 2006 Mochtar Rustam,Sinopsis Obsetri. Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1995.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. Saifuddin, 2002. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Singarimbun Masri, Efendi Sofian, 1989.Metode penelitian Survey,LP3ES, Jakarta. Syahlan, JH, 1996. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan,

Jakarta.

Gambar

TABEL 2.1INFORMASI DAN PENTINGNYA KUNJUNGAN ANTENATAL
Gambar 1Kerangka Teoritis
Gambar 2.Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Handphone biasa disebut telepon genggam atau yang sering dikenal dengan nama ponsel merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama

Nyanyian itu telah lama hidup dan berkembang di dalam masyarakat Kulawi hingga saat ini dan seakan menjadi satu-satunya kesenian yang diketahui masyarakat luas di

Grammatical competence is the knowledge of the language code (grammatical rules, vocabulary, pronunciation, spelling, etc), sociolinguistic competence is the mastery

ini, penulis melakukan pengujian aplikasi secara mandiri dengan melakukan percobaan masuk ke Animasi yang penulis rancang dan berperan sebagai pengguna dan

Since writing skill is important in English language teaching, it needs a lot of practice, guidance and feedback to improve the student’s writing ability.. They

Sesudah barang-barang dimasukan ke dalam rumah dan sudah dirapikan, aku berjalan- jalan mengelilingi rumah baruku bersama adikku, hanya ada satu ruangan yang tidak dapat kami

SISTEM PENGENALAN UCAPAN HURUF VOKAL MENGGUNAKAN METODE LINEAR PREDICTIVE CODING (LPC) DAN JARINGAN. SARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur-galur murni padi berumur sangat genjah (90- 104 HSS) melalui kultur antera F 1 hasil persilangan indica / japonica dan indica