• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PEMBENTUKAN TANAH DI KELAS V SD N 1 KARANGBAWANG - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA DAN PRESTASI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PEMBENTUKAN TANAH DI KELAS V SD N 1 KARANGBAWANG - repository perpustakaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Kerjasama

a. Pengertian Kerjasama

Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu

hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam

belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses

pembelajaran. Kerjasama menurut Johnson (2011: 164) dapat

menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan

cara pandang yang sempit, sehingga akan mungkin untuk menemukan

kekuatan dan kelemahan diri, belajar menghargai orang lain,

mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan

bersama.

Samani dan Hariyanto (2012: 118) mengungkapkan bahwa

sikap kerjasama atau gotong royong adalah tindakan atau sikap mau

bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama demi

keuntungan bersama. Kegiatan yang menguntungkan semua pihak

tersebut tercipta karena adanya kepedulian dan rasa percaya anatra satu

pihak dengan pihak lain.

Menurut pendapat dari Johnson dan Samani maka dapat

disimpulkan bahwa kerjasama yaitu usaha suatu kelompok untuk

(2)

dipecahkan berkaitan dengan tujuan kelompok yang hendak dicapai.

Permasalahan dipecahkan berdasarkan partisipasi individu dan

kelompok.

b. Manfaat Kerjasama

Kerjasama yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran

memiliki beberapa manfaat. Menurut Djamarah (2000: 7) dalam suatu

kerjasama siswa akan menyadari kekurangan dan kelebihan yang

dimilikinya, saling membantu dengan ikhlas dan tanpa ada rasa

minder, serta persaingan yang positif untuk mencapai prestasi belajar

yang optimal. Harsanto (2007: 44) memiliki pandangan bahwa

kerjasama siswa dapat terlihat dari belajar bersama dalam kelompok.

Menurut pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa penerapan sikap kerjasama dalam pembelajaran memiliki

beberapa manfaat bagi siswa. Siswa akan menyadari kekurangan dan

kelebihan yang dimilikinya melalui sikap kerjasama yang diterapkan

dalam pembelajaran, menumbuhkan sifat saling membantu dan

persaingan positif dalam mencapai prestasi belajar.

c. Indikator Kerjasama

Kerjasama mempunyai beberapa Indikator yang harus

diperhatikan. Indikator kerjasama menurut Fitri (2012: 107) yaitu:

1) Menggabungkan tenaga pribadi dan orang lain untuk bekerja demi

mencapai tujuan ilmiah.

a) Menyelesaikan tugas kelompok secara bersama-sama

(3)

c) Menjaga kebersihan sekolah

2) Membagi pekerjaan dengan orang lain dengan satu tujuan

a) Melibatkan seluruh anggota kelompok untuk ikut bekerja dalam

melaksanakan tugas

b) Membentuk piket harian

c) Menjadi petugas upacara secara berkelompok

Menurut Fitri (2012: 108) indikator tentang menggabungkan

tenaga diri pribadi dengan orang lain untuk bekerja demi mencapai

satu tujuan dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu dengan

menyelesaikan tugas kelompok secara bersama-sama saat diberi tugas

oleh guru, karena dengan bekerja sama tugas akan cepat

terselesaikandiluar pembelajaran siswa dapat bekerjasama menjaga

kebersihan lingkungan sekolah. Indikator tentang membagi pekerjaan

dengan orang lain dengan satu tujuan dapat diterapkan dalam

pembelajaran dengan melibatkan setiap anggota dalam kelompok

utnuk bekerja menyelesaikan tugas, apabila dalam kelompom terdapat

ketua, sekretaris dan anggota, maka mereka harus bekerja sesuai

dengan pembagian tugas.

Pembelajaran dengan menggunakan Inkuiri Terbimbing dapat

memupuk sikap kerjasama siswa dan melatih pola pikir siswa. Siswa

dilatih untuk dapat melakukan percobaan sederhana bersama

kelompoknya dan menemukan sesuatu dengan bekerja kelompok

dalam pembelajaran tersebut. Karakter sikap kerjasama dalam hal baik

(4)

Adapun indikator kerjasama yang dipakai dalam penelitian ini

adalah menyelesaikan tugas kelompok secara bersama-sama,

mengoreksi jawaban bersama Antara guru dan siswa dan melibatkan

seluruh anggota kelompok untuk ikut bekerjasama dalam

melaksanakan tugas.

2. Prestasi

a. Pengertian Prestasi

Menurut Arifin (2011: 12) kata prestasi berasal dari bahasa

Belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi

prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement)

berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar

dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang erat hubunganya

dengan keberhasilan guru dalam mengajar, terlebih bagi siswa presses

sangat mempengaruhi kepercayaan diri siswa, karena dengan

berprestasi siswa akan lebih percaya diri.

Prestasi belajar pada umumnya berkenaaan dengan aspek

pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan

watak peserta didik. Prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 137)

adalah hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif,

afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang

diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang

relevan. Arifin (2011: 12-13) berpendapat bahwa prestasi belajar

dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam

(5)

diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap

seluruh materi pelajaran. Menurut beberapa pendapat para ahli, dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator

daya serap (kecerdasan) peserta didik yang menjadi salah satu fokus

utama dalam proses pembelajaran, karena kegiatan belajar merupakan

sebuah proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses tersebut.

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dalam beberapa aspek,

yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dudah dicapai oleh

setiap anak dalam periode tertentu.

b. Fungsi prestasi

Berdasarkan pengertian prestasi menurut para ahli, prestasi

sangat erat hubunganya dengan keberhasilan pembelajaran, karena

prestasi memiliki fungsi sebagai indikator intern dan ekstern dalam

pembelajarn. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2011:12) bahwa

fungsi prestasi belajar (achievement) yaitu:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasi peserta didik

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan

4) Prestasi sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi

pendidikan

5) Prestasi belajar sebagai indikator daya serap (kecerdasan ) peserta

didik.

(6)

Prestasi belajar siwa menurut Hamdani (2011: 138-144)

dipengaruhi oleh beberapa faktor.Faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal.

1.) Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar

menurut Hamdani (2011: 138-144) yaitu:

a) Intelegensi

Tingkat intelegensi sangat menentukan tingkat keberhasilan

belajar siswa.Semakin tinggi tingkat intelegensi siswa, semakin

tinggi pula peluang meraih prestasi yang tinggi.

b) Faktor jasmaniah dan faktor fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat

berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor

jasmaniah, yaitu pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana

mestinya seperti mengalami sakit atau perkembangan yang

tidak sempurna akan mempengaruhi proses belajar siswa.

c) Sikap

Sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal,

orang, atau benda dengan suka, tidak suka, acuh, tidak acuh.

(7)

Minat merupakan suatu kecenderungan untuk selalu

memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.

Minat mempunyai pengaruh besar terhadap belajar.

e) Bakat

Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan

oleh bakat yang dimilikinya. Bakat mempengaruhi

tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

f) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong orang

melakukan sesuatu. Motivasi belajar siswa dapat menentukan

baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar

kesuksesan belajarnya.

2.) Faktor eksternal

Pengaruh lingkungan pda umumnya bersifat positif dan tidak

memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2010: 60),

faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan

keluarga, keadaan, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

3. Ilmu Pengetahun Alam a. Pengertian

Ilmu Pengetahuan Alam merupaka suatu cara mencari tahu

tentang alam. Trianto (2010: 135) menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula

berasal dari bahasa inggris science. Kata science sendiri berasal dari

(8)

sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan nature science (ilmu

pengetahuan alam). Perkembangannya science sering diterjemahkan

sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah

suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistemis, dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta,

tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

IPA merupakan kumpulan teori-teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, yang

lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan

eksperiman serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

terbuka, jujur, dan sebagainya.

b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Donosepoetro ( dalam Trianto 2010: 137) pada

hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang juga sebagai proses, produk,

dan sebagai prosedur Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah

untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk

menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil

proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar

sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi

pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan sebagai metodologi atau

cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya)

(9)

Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya meliputi satu bidang ilmu

dasar. Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa secara umum IPA

meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu, fisika, dan kimia. IPA diajarkan

dari mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum

berbasis kompetensi menurut Depdiknas (2003: 2) adalah sebagai

berikut:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME

2) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang sadar sains dan

tekhnologi,

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Hakikat pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam membentuk siswa untuk dapat

mengembangkan keterampilan proses ilmiahnya untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, Trianto

(2010: 141) menyatakan secara umum IPA dipahami sebagai ilmu

kealaman, yaitu ilmu tentang dunia zat, baik mahluk hidup maupun

benda mati yang diamati. Ilmu pengetahuan alam dipahami sebagai

ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,

perumusan masalah, penyususnan hipotesis, pengujian hipotesis

melalui eksperimen, penarika kesimpulan, serta penemuan teori dan

(10)

gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud

sebagai produk ilmiah yang tersusun atas 3 komponen terpenting

berupa konsep, prinsip, teori yang berlaku secara universal.

Ilmu Pengetahuan Alam mendorong siswa untuk dapat

menerapkan sikap ilmiah dalam proses ilmiah dengan memperhatikan

hakikat IPA tersebut. Menurut Trianto (2010: 141) merujuk pada

hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka nilai-nilai IPA yang

dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis

menurut langkah-langkah metode ilmiah.

2) Keterampilan dan kecakapan dalsm mengadakan pengamatan,

mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan

masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun

dalam kehidupan.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai pendidikan di sekolah

memiliki beberapa tujuan. Trianto (2010: 141) menyatakan sebagai

alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka

pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup

dan bagaimana bersikap;

2) Menanamkan sikap hidup ilmiah

(11)

4) Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta

menghargai para ilmuan penemunya.

5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan.

4. Model pembelajaran Inkuiri terbimbing a. Pengertian inkuiri terbimbing

Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing merupakan strategi

pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

Meidawati (2014: 4) menyatakan bahwa Pembelajaran inkuiri

terbimbing merupakan model pembelajaran inkuiri yang

diorganisasikan lebih terstruktur dimana guru mengendalikan seluruh

proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus

dilakukan oleh siswa. Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang

dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan

yang membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah.

Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalaui

penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa berperan untuk menemukan

sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam proses

pembelajarannya mempunyai suatu prinsip. Meidawati (2014: 5)

menyatakan bahwa prinsip strategi pembelajaran Inkuiri Terbimbing

memberikan stimulasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

membimbing untuk memancing keingintahuan siswa sebelum

(12)

dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan mendiskusikannya

secara kelompok, sehingga siswa tidak hanya mampu untuk

mendapatkan suatu konsep dengan membangun pengetahuannya

sendiri tetapi juga untuk berinteraksi dengan guru melalui

pertanyaan-pertanyaan maupun dengan siswa lain melalui kerja kelompok.

Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam penerapannya

mengharuskan guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga

siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi

rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang

dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak

memonopoli kegiatan.

Inkuiri Terbimbing mendorong siswa agar dapat menemukan

hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan

nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajari

akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah

dilupakan dan siswa terhindar dari cara belajar mengahafal.

Purnamasari (Natalina, 2013: 9 ), menyatakan efektifitas strategi

pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar

siswa tergolong sedang, artinya strategi pembelajaran Inkuiri

Terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(13)

dipelajari sehingga tahan lama dalam ingatan. Memungkinkan siswa

belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak

hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar serta

dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).

b. Sintak-sintak pembelajaran Inkuiri Terbimbing (guide inquiry)

Inkuiri Terbimbing memiliki beberapa fase (sintak) yang harus

diperhatikan saat pembelajaran berlangsung. Menurut Andriani (2011:

3) sintak-sintak pembelajaran Inkuiri Terbimbing, antara lain:

Fase Perilaku Guru dan Siswa

1) Penyajian masalah atau

menghadapkan siswa

pada situasi teka teki

Guru membawa situasi masalah kepada

siswa. Permasalahan yang di ajukan

adalah permasalahan sederhana yang

menimbulkan keheranan. Hal ini

diperlukan untuk memberikan

pengalaman kepada siswa, pada tahap

ini biasanya dengan menunjukkan

contoh fenomena ataupun demonstrasi.

2) Pengumpulan dan

verifikasi data

Guru membimbing siswa

mengumpulkan informasi tentang

peristiwa yang mereka lihat dan mereka

alami pada tahap penyajian masalah .

Siswa mengumpulkan informasi

3) Eksperimen Guru membimbing siswa untuk

(14)

percobaan. Siwa melakukan

eksperimen untuk menguji secara

langsung mengenai hipotesis atau teori

yang sudah diketahui sebelumnya

4) Mengorganisir data dan

merumuskan penjelasan

Guru mengajak siswa merumuskan

penjelasan, kemungkinan besar akan

ditemukan siswa yang mendapatkan

kesulitan dalam mengemukakan

informasi yang diperoleh berbentuk

uraian penjelasan. Siswa – siswa yang

demikian didorong untuk dapat

memberi penjelasan yang tidak begitu

mendetail.

5) Analisis tentang proses

inkuiri

Guru meminta siswa untuk

menganalisis pola-pola penemuan

mereka berupa kesimpulan. Tahap ini

siswa dapat menuliskan kekurangn dan

kelebihan selama kegiatan berlangsung

pada saat kegiatan berlangsung dengan

bantuan guru diperbaiki secara

sistematis.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

1. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing

Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut

Suryobroto (2009: 185), antara lain :

a) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak

persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif

(15)

karena proses pembelajaran dilakukan melalui percobaan

secara langsung yang berdampak pada kognitif siswa.

b) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan

jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan

kadang-kadang kegagalan.

c) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai

dengan kemampuan.

d) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya

kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

e) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi

untuk belajar.

f) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan

kepada merekadan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam

mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam

situasi penemuan yang jawabanya belumdiketahui.

2. Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing

Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing

menurut Suryobroto (2009: 186) adalah sebagai berikut:

a) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara

belajar ini.

b) Pembelajaran

c) Ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu

hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau

(16)

d) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin

mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaandan

pembelajaran secara tradisional jika guru tidakmenguasai

pembelajaran inkuiri.

5. Materi Pembentukan Tanah

Peneilian ini mengambil materi pembentukan tanah pada kelas V

semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dari materi geometri

pada kelas V semester 2 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1.

Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan

( Silabus mata pelajaran IPA kelas V tahun ajaran 2015/2016)

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas

dapat diketahui bahwa materi yang akan dijadikan bahan penelitian adalah

materi pembetukan tanah dengan kompetensi dasar mendeskripsikan

psoses pembentukan dan pelapukan tanah serta mengidentifikasi

jenis-jenis tanah. Materi mengidentifikasi pembentukan tanah mengkaji

mengenai berbagai macam bentuk batuan dan pelapukan (fisika, biologi),

(17)

B. Penelitian yang relevan

Penelitian yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing

pernah dilakukan di SMP Negeri 2 Banyumas oleh Ayu Atinurani yang

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa melalui

implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing. Data hasil analisis menunjukan

bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada prosentase

keterampilan proses siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data tersebut

menyatakan bahwa hasil yang didapat kelas eksperimen jauh lebih baik dari

pada siswa di kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka

diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

sebagai upaya meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Nathalina, Yusuf dan Ermadianti yang

berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 14 Pekanbaru tahun ajaran 2012/2013” mempunyai hasil penelitian

yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa dapat dilihat dari daya serap dan

ketuntasan belajar secara individual, berdasarkan nilai post test dan nilai

ulangan harian pada siklus I. Daya serap siswa pada setiap siklus setelah

penerapan strategi pembelajaran Inkuiri Terbimbing mengalami peningkatan

pada setiap pertemuan. Pada pertemuan I, rata-rata nilai post test yaitu 75.62

(cukup) dan pertemuan II yaitu 81.56 (cukup).

C. Kerangka berpikir

Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung pada kelas V SD

(18)

tercapainya keoptimalan kemampuan siswa dalam berperan aktif dalam

pembelajaran dan diskusi kelompok. Masalah yang terdapat dalam

pembelajaran IPA adalah siswa kurang mampu untuk menyerap materi yang

diajarkan oleh guru dan kurang terdorongnya sikap kerjasama siswa kelas V

SD Negeri 1 Karangbawang khususnya pada mata pelajaran IPA pembentukan

tanah. Alternatif tindakan yang harus dilakukan oleh guru dalam permasalahan

tersebut yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat

mendorong siswa untuk lebih bekerjasama di kegiatan kelompok dalam proses

pembelajaran. Misalnya menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing. Model pembelajaran tersebut diharapkan siswa aakan

berpartisipasi dalam pembelajaran dan diskusi kelompok. Pembelajaran

inkuiri terbimbing memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan

memahami dengan jalan bertanya, observasi, investigasi, analisis, dan

evaluasi, sehingga memungkinkan siswa tidak akan mudah lupa dengan

pengetahuan yang telah didapat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan dasar teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka

berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada mata pelajaran

IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan sikap bekerjasama

siswa kelas V SD N 1 Karangbawang.

2. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada mata pelajaran

IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan prestasi siswa kelas V

(19)

Gambar

Tabel 2.1.

Referensi

Dokumen terkait

Dan kepada semua pihak orang dekat saya, yang tidak menyangkut dalam penulisan skripsi ini, tetapi mereka memberikan dukungan dan motivasi untuk dapat

Dan kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.. Semoga skripsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 rasio yang diteliti, rata-rata kinerja keuangan tahun 2003 hingga 2007 menunjukkan kinerja yang ideal pada rasio ketersediaan dana

Dalam penelitian kompor surya jenis parabola silinder dengan penyimpan panas yang dilakukan dapat diketahui dengan pengambilan data (mengukur variabel) kemudian mengolahnya

Anova H asil Analisa Pengaruh Pupuk Majemuk Pelet Dari Bahan Organik Legum Cover Crop (LCC) Terhadap Variabel Tinggi Tanaman Umur 49 HST (cm) Pada Padi Varietas IR

Demikian ditegaskan ulang dalam ketentuan Pasal 9 ayat (1) Permendikbud No 44 Tahun 2012 yakni “Satuan Pendidikan dasar yang diselenggarakan oleh pemerintah, dan/atau

pada tahapan interaksi matrik hasil didapat dari metode delphi yang didiskusikan kebenaran permintaan konsumen diperoleh bentuk persegi panjang, ukuran 50 gr, bahan pengemas

Didalam submenu Belanja Bansos yang ada pada menu Belanja Tidak Langsung, berisi pilihan untuk input, edit, tampil, dan pencarian. Tampilan submenu Belanja Bansos :.. Tampilan