BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kerjasama
a. Pengertian Kerjasama
Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu
hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam
belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses
pembelajaran. Kerjasama menurut Johnson (2011: 164) dapat
menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan
cara pandang yang sempit, sehingga akan mungkin untuk menemukan
kekuatan dan kelemahan diri, belajar menghargai orang lain,
mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan
bersama.
Samani dan Hariyanto (2012: 118) mengungkapkan bahwa
sikap kerjasama atau gotong royong adalah tindakan atau sikap mau
bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama demi
keuntungan bersama. Kegiatan yang menguntungkan semua pihak
tersebut tercipta karena adanya kepedulian dan rasa percaya anatra satu
pihak dengan pihak lain.
Menurut pendapat dari Johnson dan Samani maka dapat
disimpulkan bahwa kerjasama yaitu usaha suatu kelompok untuk
dipecahkan berkaitan dengan tujuan kelompok yang hendak dicapai.
Permasalahan dipecahkan berdasarkan partisipasi individu dan
kelompok.
b. Manfaat Kerjasama
Kerjasama yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
memiliki beberapa manfaat. Menurut Djamarah (2000: 7) dalam suatu
kerjasama siswa akan menyadari kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya, saling membantu dengan ikhlas dan tanpa ada rasa
minder, serta persaingan yang positif untuk mencapai prestasi belajar
yang optimal. Harsanto (2007: 44) memiliki pandangan bahwa
kerjasama siswa dapat terlihat dari belajar bersama dalam kelompok.
Menurut pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerapan sikap kerjasama dalam pembelajaran memiliki
beberapa manfaat bagi siswa. Siswa akan menyadari kekurangan dan
kelebihan yang dimilikinya melalui sikap kerjasama yang diterapkan
dalam pembelajaran, menumbuhkan sifat saling membantu dan
persaingan positif dalam mencapai prestasi belajar.
c. Indikator Kerjasama
Kerjasama mempunyai beberapa Indikator yang harus
diperhatikan. Indikator kerjasama menurut Fitri (2012: 107) yaitu:
1) Menggabungkan tenaga pribadi dan orang lain untuk bekerja demi
mencapai tujuan ilmiah.
a) Menyelesaikan tugas kelompok secara bersama-sama
c) Menjaga kebersihan sekolah
2) Membagi pekerjaan dengan orang lain dengan satu tujuan
a) Melibatkan seluruh anggota kelompok untuk ikut bekerja dalam
melaksanakan tugas
b) Membentuk piket harian
c) Menjadi petugas upacara secara berkelompok
Menurut Fitri (2012: 108) indikator tentang menggabungkan
tenaga diri pribadi dengan orang lain untuk bekerja demi mencapai
satu tujuan dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu dengan
menyelesaikan tugas kelompok secara bersama-sama saat diberi tugas
oleh guru, karena dengan bekerja sama tugas akan cepat
terselesaikandiluar pembelajaran siswa dapat bekerjasama menjaga
kebersihan lingkungan sekolah. Indikator tentang membagi pekerjaan
dengan orang lain dengan satu tujuan dapat diterapkan dalam
pembelajaran dengan melibatkan setiap anggota dalam kelompok
utnuk bekerja menyelesaikan tugas, apabila dalam kelompom terdapat
ketua, sekretaris dan anggota, maka mereka harus bekerja sesuai
dengan pembagian tugas.
Pembelajaran dengan menggunakan Inkuiri Terbimbing dapat
memupuk sikap kerjasama siswa dan melatih pola pikir siswa. Siswa
dilatih untuk dapat melakukan percobaan sederhana bersama
kelompoknya dan menemukan sesuatu dengan bekerja kelompok
dalam pembelajaran tersebut. Karakter sikap kerjasama dalam hal baik
Adapun indikator kerjasama yang dipakai dalam penelitian ini
adalah menyelesaikan tugas kelompok secara bersama-sama,
mengoreksi jawaban bersama Antara guru dan siswa dan melibatkan
seluruh anggota kelompok untuk ikut bekerjasama dalam
melaksanakan tugas.
2. Prestasi
a. Pengertian Prestasi
Menurut Arifin (2011: 12) kata prestasi berasal dari bahasa
Belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement)
berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar
dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang erat hubunganya
dengan keberhasilan guru dalam mengajar, terlebih bagi siswa presses
sangat mempengaruhi kepercayaan diri siswa, karena dengan
berprestasi siswa akan lebih percaya diri.
Prestasi belajar pada umumnya berkenaaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan
watak peserta didik. Prestasi belajar menurut Hamdani (2011: 137)
adalah hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif,
afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang
diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang
relevan. Arifin (2011: 12-13) berpendapat bahwa prestasi belajar
dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam
diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap
seluruh materi pelajaran. Menurut beberapa pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator
daya serap (kecerdasan) peserta didik yang menjadi salah satu fokus
utama dalam proses pembelajaran, karena kegiatan belajar merupakan
sebuah proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses tersebut.
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dalam beberapa aspek,
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu.
b. Fungsi prestasi
Berdasarkan pengertian prestasi menurut para ahli, prestasi
sangat erat hubunganya dengan keberhasilan pembelajaran, karena
prestasi memiliki fungsi sebagai indikator intern dan ekstern dalam
pembelajarn. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin (2011:12) bahwa
fungsi prestasi belajar (achievement) yaitu:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasi peserta didik
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan
4) Prestasi sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi
pendidikan
5) Prestasi belajar sebagai indikator daya serap (kecerdasan ) peserta
didik.
Prestasi belajar siwa menurut Hamdani (2011: 138-144)
dipengaruhi oleh beberapa faktor.Faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal.
1.) Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar
menurut Hamdani (2011: 138-144) yaitu:
a) Intelegensi
Tingkat intelegensi sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.Semakin tinggi tingkat intelegensi siswa, semakin
tinggi pula peluang meraih prestasi yang tinggi.
b) Faktor jasmaniah dan faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor
jasmaniah, yaitu pancaindra yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya seperti mengalami sakit atau perkembangan yang
tidak sempurna akan mempengaruhi proses belajar siswa.
c) Sikap
Sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal,
orang, atau benda dengan suka, tidak suka, acuh, tidak acuh.
Minat merupakan suatu kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.
Minat mempunyai pengaruh besar terhadap belajar.
e) Bakat
Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan
oleh bakat yang dimilikinya. Bakat mempengaruhi
tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong orang
melakukan sesuatu. Motivasi belajar siswa dapat menentukan
baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
kesuksesan belajarnya.
2.) Faktor eksternal
Pengaruh lingkungan pda umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2010: 60),
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan
keluarga, keadaan, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
3. Ilmu Pengetahun Alam a. Pengertian
Ilmu Pengetahuan Alam merupaka suatu cara mencari tahu
tentang alam. Trianto (2010: 135) menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula
berasal dari bahasa inggris science. Kata science sendiri berasal dari
sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan nature science (ilmu
pengetahuan alam). Perkembangannya science sering diterjemahkan
sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistemis, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta,
tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
IPA merupakan kumpulan teori-teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, yang
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan
eksperiman serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur, dan sebagainya.
b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Donosepoetro ( dalam Trianto 2010: 137) pada
hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang juga sebagai proses, produk,
dan sebagai prosedur Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah
untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk
menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil
proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar
sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi
pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan sebagai metodologi atau
cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya)
Ilmu Pengetahuan Alam tidak hanya meliputi satu bidang ilmu
dasar. Trianto (2010: 136) menyatakan bahwa secara umum IPA
meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu, fisika, dan kimia. IPA diajarkan
dari mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi menurut Depdiknas (2003: 2) adalah sebagai
berikut:
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME
2) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang sadar sains dan
tekhnologi,
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Hakikat pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam membentuk siswa untuk dapat
mengembangkan keterampilan proses ilmiahnya untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, Trianto
(2010: 141) menyatakan secara umum IPA dipahami sebagai ilmu
kealaman, yaitu ilmu tentang dunia zat, baik mahluk hidup maupun
benda mati yang diamati. Ilmu pengetahuan alam dipahami sebagai
ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,
perumusan masalah, penyususnan hipotesis, pengujian hipotesis
melalui eksperimen, penarika kesimpulan, serta penemuan teori dan
gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses
ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud
sebagai produk ilmiah yang tersusun atas 3 komponen terpenting
berupa konsep, prinsip, teori yang berlaku secara universal.
Ilmu Pengetahuan Alam mendorong siswa untuk dapat
menerapkan sikap ilmiah dalam proses ilmiah dengan memperhatikan
hakikat IPA tersebut. Menurut Trianto (2010: 141) merujuk pada
hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka nilai-nilai IPA yang
dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis
menurut langkah-langkah metode ilmiah.
2) Keterampilan dan kecakapan dalsm mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun
dalam kehidupan.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai pendidikan di sekolah
memiliki beberapa tujuan. Trianto (2010: 141) menyatakan sebagai
alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:
1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup
dan bagaimana bersikap;
2) Menanamkan sikap hidup ilmiah
4) Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta
menghargai para ilmuan penemunya.
5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
4. Model pembelajaran Inkuiri terbimbing a. Pengertian inkuiri terbimbing
Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing merupakan strategi
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Meidawati (2014: 4) menyatakan bahwa Pembelajaran inkuiri
terbimbing merupakan model pembelajaran inkuiri yang
diorganisasikan lebih terstruktur dimana guru mengendalikan seluruh
proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus
dilakukan oleh siswa. Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang
dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan
yang membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah.
Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalaui
penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam proses
pembelajarannya mempunyai suatu prinsip. Meidawati (2014: 5)
menyatakan bahwa prinsip strategi pembelajaran Inkuiri Terbimbing
memberikan stimulasi berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
membimbing untuk memancing keingintahuan siswa sebelum
dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan mendiskusikannya
secara kelompok, sehingga siswa tidak hanya mampu untuk
mendapatkan suatu konsep dengan membangun pengetahuannya
sendiri tetapi juga untuk berinteraksi dengan guru melalui
pertanyaan-pertanyaan maupun dengan siswa lain melalui kerja kelompok.
Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam penerapannya
mengharuskan guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga
siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi
rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang
dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak
memonopoli kegiatan.
Inkuiri Terbimbing mendorong siswa agar dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajari
akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah
dilupakan dan siswa terhindar dari cara belajar mengahafal.
Purnamasari (Natalina, 2013: 9 ), menyatakan efektifitas strategi
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar
siswa tergolong sedang, artinya strategi pembelajaran Inkuiri
Terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
dipelajari sehingga tahan lama dalam ingatan. Memungkinkan siswa
belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak
hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar serta
dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).
b. Sintak-sintak pembelajaran Inkuiri Terbimbing (guide inquiry)
Inkuiri Terbimbing memiliki beberapa fase (sintak) yang harus
diperhatikan saat pembelajaran berlangsung. Menurut Andriani (2011:
3) sintak-sintak pembelajaran Inkuiri Terbimbing, antara lain:
Fase Perilaku Guru dan Siswa
1) Penyajian masalah atau
menghadapkan siswa
pada situasi teka teki
Guru membawa situasi masalah kepada
siswa. Permasalahan yang di ajukan
adalah permasalahan sederhana yang
menimbulkan keheranan. Hal ini
diperlukan untuk memberikan
pengalaman kepada siswa, pada tahap
ini biasanya dengan menunjukkan
contoh fenomena ataupun demonstrasi.
2) Pengumpulan dan
verifikasi data
Guru membimbing siswa
mengumpulkan informasi tentang
peristiwa yang mereka lihat dan mereka
alami pada tahap penyajian masalah .
Siswa mengumpulkan informasi
3) Eksperimen Guru membimbing siswa untuk
percobaan. Siwa melakukan
eksperimen untuk menguji secara
langsung mengenai hipotesis atau teori
yang sudah diketahui sebelumnya
4) Mengorganisir data dan
merumuskan penjelasan
Guru mengajak siswa merumuskan
penjelasan, kemungkinan besar akan
ditemukan siswa yang mendapatkan
kesulitan dalam mengemukakan
informasi yang diperoleh berbentuk
uraian penjelasan. Siswa – siswa yang
demikian didorong untuk dapat
memberi penjelasan yang tidak begitu
mendetail.
5) Analisis tentang proses
inkuiri
Guru meminta siswa untuk
menganalisis pola-pola penemuan
mereka berupa kesimpulan. Tahap ini
siswa dapat menuliskan kekurangn dan
kelebihan selama kegiatan berlangsung
pada saat kegiatan berlangsung dengan
bantuan guru diperbaiki secara
sistematis.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
1. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut
Suryobroto (2009: 185), antara lain :
a) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak
persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif
karena proses pembelajaran dilakukan melalui percobaan
secara langsung yang berdampak pada kognitif siswa.
b) Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan
jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan
kadang-kadang kegagalan.
c) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuan.
d) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
e) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi
untuk belajar.
f) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan
kepada merekadan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam
mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam
situasi penemuan yang jawabanya belumdiketahui.
2. Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing
Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing
menurut Suryobroto (2009: 186) adalah sebagai berikut:
a) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara
belajar ini.
b) Pembelajaran
c) Ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu
hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau
d) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin
mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaandan
pembelajaran secara tradisional jika guru tidakmenguasai
pembelajaran inkuiri.
5. Materi Pembentukan Tanah
Peneilian ini mengambil materi pembentukan tanah pada kelas V
semester 2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dari materi geometri
pada kelas V semester 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan
( Silabus mata pelajaran IPA kelas V tahun ajaran 2015/2016)
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas
dapat diketahui bahwa materi yang akan dijadikan bahan penelitian adalah
materi pembetukan tanah dengan kompetensi dasar mendeskripsikan
psoses pembentukan dan pelapukan tanah serta mengidentifikasi
jenis-jenis tanah. Materi mengidentifikasi pembentukan tanah mengkaji
mengenai berbagai macam bentuk batuan dan pelapukan (fisika, biologi),
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yang menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
pernah dilakukan di SMP Negeri 2 Banyumas oleh Ayu Atinurani yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa melalui
implementasi pembelajaran inkuiri terbimbing. Data hasil analisis menunjukan
bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada prosentase
keterampilan proses siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data tersebut
menyatakan bahwa hasil yang didapat kelas eksperimen jauh lebih baik dari
pada siswa di kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka
diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
sebagai upaya meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Nathalina, Yusuf dan Ermadianti yang
berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 14 Pekanbaru tahun ajaran 2012/2013” mempunyai hasil penelitian
yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa dapat dilihat dari daya serap dan
ketuntasan belajar secara individual, berdasarkan nilai post test dan nilai
ulangan harian pada siklus I. Daya serap siswa pada setiap siklus setelah
penerapan strategi pembelajaran Inkuiri Terbimbing mengalami peningkatan
pada setiap pertemuan. Pada pertemuan I, rata-rata nilai post test yaitu 75.62
(cukup) dan pertemuan II yaitu 81.56 (cukup).
C. Kerangka berpikir
Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung pada kelas V SD
tercapainya keoptimalan kemampuan siswa dalam berperan aktif dalam
pembelajaran dan diskusi kelompok. Masalah yang terdapat dalam
pembelajaran IPA adalah siswa kurang mampu untuk menyerap materi yang
diajarkan oleh guru dan kurang terdorongnya sikap kerjasama siswa kelas V
SD Negeri 1 Karangbawang khususnya pada mata pelajaran IPA pembentukan
tanah. Alternatif tindakan yang harus dilakukan oleh guru dalam permasalahan
tersebut yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat
mendorong siswa untuk lebih bekerjasama di kegiatan kelompok dalam proses
pembelajaran. Misalnya menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Model pembelajaran tersebut diharapkan siswa aakan
berpartisipasi dalam pembelajaran dan diskusi kelompok. Pembelajaran
inkuiri terbimbing memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan
memahami dengan jalan bertanya, observasi, investigasi, analisis, dan
evaluasi, sehingga memungkinkan siswa tidak akan mudah lupa dengan
pengetahuan yang telah didapat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dasar teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka
berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada mata pelajaran
IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan sikap bekerjasama
siswa kelas V SD N 1 Karangbawang.
2. Penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada mata pelajaran
IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan prestasi siswa kelas V