• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal PKS Vol. V No. 15, Maret 2006 ; 33 40

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal PKS Vol. V No. 15, Maret 2006 ; 33 40"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal PKS Vol. V No. 15 , Maret 2006 ; 33 – 40

Orang Tua sebagai Pembimbing dan Pendamping Anak Nonton Televisi

(Pengembangan Kepercayaan Diri, Pengaruh, dan Harapan) oleh Salamah *

(dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas PGRI Yogyakarta) Abstrak

Televisi didalam kehidupan keluarga berfungsi sebagai media untuk informasi. Televisi dan kehidupan keluarga tidak dapat dipisahkan sehingga diperlukan kesungguhan dari orang tua untuk menjadikan televisi sebagai media untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan. Ftengaruh orangtua dan televisi terhadap anak-anak besar sekali. Orang tua harus dapat mencari jalan keluar yang tepat apabila ada acara di televisi yang tidak layak ditonton anak.

Faktor keterbukaan harus ada ketika terjadi komunikasi antara orangtua dengan anak-anaknya. Sebagai orang tua dalam kehidupan berkeluarga perlu membudayakan rasa saling percaya, mempengaruhi kebiasaan anak dalam nonton televisi kegiatan sehingga menjadi kegiatan yang positif dan produktif bagi perkembangan dan pertumbuhan kedewasaan anak. Kata Kunci: Orangtua-Pendamping-Anak-Televisi

A. Pendahuluan

Televisi di dalam kehidupan keluarga berfungsi sebagai media untuk informasi, menambah pengetahuan, dan hiburan. Berbagai informasi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri akan diinformasikan dengan berbagai cara lewat televisi. Ada berita-berita yang menyenangkan dan ada pula yang tidak. Ada informasi tentang perang, banjir, kebakaran, pembajakan, perampokan, seks, penyakit yang tidak tersembuhkan dan pembunuhan sadis. Ada film drama, komedi, perang dan sejarah. Ada pula informasi tentang berbagai produk dalam dan luar negeri, mulai dari pakaian, obat-obatan, makanan ataupun minuman. Berbagai pengetahuan tentang ilmu, teknologi, obat-obatan baru, peralatan medis yang canggih dan perkembangannya diberitakan kepada khalayak ramai dan masyarakat dunia lewat televisi. Kekaguman manusia makin bertambah dengan penemuan-penemuan baru di bidang ilmu dan teknologi. Televisi menjadi media hiburan bagi seluruh anggota keluarga, baik yang berusia muda maupun yang tua.

Tontonan yang memukau lewat film, musik, tan, humor dan olahraga membuat orang yang menonton televisi lupa waktu dan lupa makan. Penyiarannya terlalu memukau sehingga kadang-kadang orang lupa bahwa dirinya telah duduk berjam-jam nonton berbagai acara televisi. Namun masih banyak orang tua yang belum melihat televisi di dalam rumah sebagai media untuk memperoleh beragam informasi dan pengetahuan, media untuk peningkatan keakraban, kebersamaan dan media pendidikan. Orang tua mempunyai tanggung jawab besar terhadap adanya pesawat televisi di rumah karena penayangannya ada yang berdampak positif dan negatif bagi perkembangan jiwa anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah sejauh mana para orangtua memiliki kepercayaan (trust), pengaruh (influence) dan harapan-harapan (expectations) di dalam membimbing dan mendampingi anak dan remaja memilih acara di televisi yang layak ditonton.

(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasar Iatar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut, sejauh mana orang tua dapat mengembangkan kepercayaan diri, pengaruh dan harapan untuk dapat menjadi pembimbing anak nonton acara televisi?

C. Pembahasan

1. Televisi dan Kehidupan Keluarga

Televisi dan kehidupan keluarga tidak dapat dipisahkan sehingga diperlukan kesungguhan dari orang tua untuk menjadikan media sebagai sarana memperoleh beragam informasi dan pengetahuan, peningkatan keakaraban hubungan antarpribadi di dalam keluarga, dan sebagai media pendidikan. Orang tua, yang terdiri ayah dan ibu adalah "psikolog-psikolog" yang paling dekat dengan anak-anak. Sebagai psikolog yang terdekat dan yang tahu tentang keberadaan anak-anak, orang tua akan memberikan kebebasan psikologis dan keamanan fisiologis kepada anak-anak ketika nonton acara televisi.

Keamanan fisiologis ketika nonton televisi ditujukan pada tata letak televisi, ukuran televisi, jarak untuk nonton, ruang yang tidak panas, tidak bemyamuk, cahaya yang tidak mengganggu mata dan faktor kebisingan. Orang tua harus memperhatikan semua itu agar kesehatan anak tidak akan terganggu hanya karena nonton berjam-jam di depan televisi. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab orang tua bukan hanya merawat tumbuh kembang anak tetapi juga mengasihinya, sehingga keamanan fisiologis tidak dapat dikesampingkan.

Orangtua sebagai "psikolog" anak-anak di rumah akan memberikan kebebasan psikologis kepada anak-anak dengan memberikan mereka kesempatan dan kebebasan mengekspresikan pendapat sehubungan dengan film atau pertunjukan di televisi. Anak-anak sering mengekspresikan keingintahuannya tentang adegan, misalnya peluk-pelukan dan ciuman. Orangtua tidak perlu merasa segan membicarakannya pada anak-anak. Dengan sikap percaya diri orang tua harus bisa menjawab pertanyaan anak dengan menggunakan berbagai contoh, misalnya hewan piaraan atau tanaman yang mudah dimengerti anak. Disamping itu, orang tua harus siap pula untuk memahami anak dan sudut pandang anak, mengasihi dan menyayangi mereka dengan tulus.

Keaktifan di dalam kehidupan keluarga tidak hanya dengan nonton televisi. Ayah dan ibu harus bekerja agar kebutuhan di dalam keluarga terpenuhi. Masing-masing individu mempunyai tugas dan tanggungjawab yang akan dilakukan baik untuk kegiatan di luar rumah ataupun yang di dalam rumah. Kesibukan ini tentu tidak dapat terganggu dengan adanya pesawat televisi di rumah. Apabila orang tua dapat membagi waktunya dengan baik maka keaktifan lain dapat diselesaikan sambil menemani anak-anak nonton acara di televisi.

Televisi dalam kehidupan keluarga dapat meningkatkan waktu kebersamaan seluruh anggota keluarga dengan nonton bersama-sama. Untuk adegan-adegan lucu ketika anak-anak ditemani orangtua, keakaraban akan terjadi antaranggota keluarga karena sama-sama menikmatinya. Apabila ada tayangan olahraga yang sangat digemari semua anggota keluarga menyaksikan bersama-sama. Hal yang sama terjadi dengan film-film action, luapan kegembiraan orang dewasa berkumandang apabila bintang

(3)

kesayangan mereka menang. Anak-anak lupa bermain di luar rumah ketika film kartun ditayangkan. Hetherington EM., & Parke, RD., dalam buku Child Psychology, A Contemporary Viewpoint, mengatakan bahwa televisi dapat dilihat sebagai enuiromental organizing event di mana kemudahannya dapat mempengaruhi perubahan pola interaksi sosial anak dengan anggota keluarga lainnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa televisi di dalam keluarga dapat merangsang diskusi tentang penayangan program dan iklan-iklan tetapi di sisi lain televisi secara sengaja mengurangi interaksi keluarga karena masing-masing diajak untuk memusatkan perhatian pada acara yangditonton (1989: 452-455).

Orangtua melihat bahwa tugas dan tanggung jawabnya menjadi ringan setelah ada televisi di dalam rumah. Alasan pertama, bahwa program di televisi dapat membuat anak duduk memperhatikan dengan seksama sehingga meringankan beban orangtua, tidak dibuat repot oleh anak-anak. Dalam keadaan seperti itu, televisi menjadi baby sitter. Kedua, orang tua tidak perlu meluangkan waktu untuk bermain dengan anak karena televisi telah menyiapkan program permainan untuk anak-anak. Demikian pula dengan cerita-cerita yang banyak mengisahkan tentang perbuatan kebajikan dan dampaknya. Biasanya anak-anak belum dapat melihat makna dari cerita yang ditayangkan, sehingga bantuan orangtua diperlukan untuk mengarahkan jalan ceritanya.

Ketiga, televisi dilihat oleh orangtua sebagai media mendidik baik bagi anak-anak maupun remaja. Namun tidak semua acara di televisi bersifat mendidik, sehingga dibutuhkan kesediaan orang tua untuk menunjukkan adegan yang patut dan tidak patut ditiru. Kenyataannya televisi menjadi baby sitter bagi orangtua yang sibuk. Ketika pulang dari sekolah anak-anak langsung mencari remote control dan rnulai duduk atau tidur-tiduran di depan pesawat televisi tanpa pengawasan dari orang dewasa. Seringkali orangtua tidak mempunyai waktu untuk membimbing dan mendampingi anak-anak nonton acara televisi sehingga adegan demi adegan diterima anak secara apa adanya. Mereka mulai meniru-niru sikap dan tingkah laku para pemain sambil menggunakan alat-alat yang mirip dengan peralat-alatan yang dipergunakan dalam pertunjukan film di televisi. Anak-anak mulai melihat betapa mudahnya orang merampok bank dan hak milik orang lain dengan kekerasan dan benda tajam. Keadaan seperti itu harus segera ditanggulangi oleh orang-orang yang bertanggung jawab, yaitu orangtua.

2. Keterbukaan

Keterbukaan adalah rasa toleransi yang menunjukkan keadaan seseorang yangsungguh-sungguh (real) jujur {honest), asli [genuine) dan sama (congruent). Orang yang memiliki keterbukaan tidak segan-segan membagi pengalaman hidup kepada orang-orang lain. Anak-anak memeriukan orang-orangtua untuk tempat berlindung dan bertanya. Tanpa bantuan perhatian dan kasih sayang yang sungguh-sungguh dari orangtua, anak-anak tidak akan tumbuh menjadi individu yang memiliki rasa percaya did.

Faktor keterbukaan harus ada ketika terjadi komunikasi sehubungan dengan adegan-adegan di televisi. Orangtua harus siap dengan jawaban-jawaban yang arif dan bijaksana ketika anak-anak akan bertanya atau mengemukakan pendapat mereka. Sikap terus terang dari orangtua akan membantu anak tahu realitas kehidupan yang sebenamya. Apabila ada adegan-adegan menyimpang yang menurut orangtua bertentangan dengan norma dan nilai keluarga maka sepatutnya anak-anak diberikan penjelasan agar mereka mengerti. Kenyataannya, banyak acara di televisi yang betul-betul membingungkan anak dan ketika ditanyakan kepada orangtua, mereka tidak dapat menjelaskannya.

(4)

disiplin, tatatertib, norma serta nilai yang dianut keluarga. Anak-anak perlu mengetahui kesemuanya itu dari kedua orangtuanya sehingga mereka tidak akan dibingungkan oleh tayangan di televisi. Disiplin dapat pula lebih dipertebal dengan mengambil contoh dari adegan televisi yang sesuai dan mudah dimengerti anak-anak. Anak-anak harus percaya pada penjelasan yang diberikan oleh orangtua.

3. Kepercayaan

Salah satu tanggung jawab orangtua di dalam kehidupan berkeluarga adalah memiliki, menanamkan dan membudayakan rasa saling percaya. Kepercayaan akan mempererat hubungan orangtua dengan anak-anak. Begitu pentingnya kepercayaan (trust) antara orangtua dengan anak sehingga dari waktu ke waktu kepercayaan itu harus semakin dipertebal. Dengan memiliki kepercayaan ada keterbukaan yang terjadi antara anggota keluarga, yaitu antara orangtua dengan anak-anak. Dengan saling terbuka masing-masing akan membicarakan berbagai macam pengalaman. Keterbukaan memudahkan terselenggaranya pendidikan di dalam rumah. John Ruskin menulis bahwa "to make your children capable of honesty is the beginning of education".

Kepercayaan (trust) berkembang lewat waktu dan sifatnya menjadi semakin konkrit dan beragam setelah saling mengenal antara sesama anggota keluarga. Orangtua yang akan membimbing dan mendampingi tontonan anak-anak harus mempunyai dasar kepercayaan, yaitu selain percaya pada diri sendiri juga percaya akan kejujuran orang lain termasuk anak-anaknya. Orangtua yang percaya diri tahu bahwa mereka dapat menyediakan waktu untuk mendampingi nonton anak-anaknya. Anak-anak tahu pula bahwa hanya dengan bimbingan dari orangtua mereka akan menjadi tahu tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tayangan di televisi.

Anak-anak akan menaruh kepercayaan pada orangtua yang telah memiliki dan mempraktekkan rasa dan sikap percaya diri yang kokoh. Kondisi tersebut akan tampak lewat interaksinya yang betul-betul bemuansa sikap saling percaya. Dengan sikap itu, hubungan orangtua dengan anak dapat berlangsung dalam suasana akrab, bersahabat, saling menghormati, bertanggungjawab, penuh pengertian, hangat dan empati. Dengan saling percaya, akan ada keterbukaan antara orangtua dengan anak-anak. Orangtua harus terbuka dengan ketidaknyamanan dan kekhawatirannya terhadap tontonan acara-acara di televisi yang dapat mengganggu perkembangan jiwa anak. Keadaan ini harus dinyatakan dan diutarakan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak, kemudian siap sedia untuk memimbing dan mendampingi nonton acara televisi.

Dengan bimbingan dari orangtua anak-anak percaya bahwa mereka akan memperoleh penjelasan-penjelasan yang bermaniaat. Kepercayaan ini tidak dapat disalahgunakan hanya karena orangtua tidak tahu bagaimana memberikan bimbingan yang tepat. Membimbing berarti menuntun sambil memberi penjelasan. Membimbing yang sungguh-sungguh tercermin dari kemampuan orangtua melakukah hal sebagai berikut. (a) Menginformasikan (b) Menjelaskan (c) Membantu (d) Memberikan pengarahan (e) Mendengarkan (f) Menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Hubungan yang terjadi atas dasar kepercayaan membuat anak-anak percaya bahwa bimbingan yang diberikan orangtua adalah benar dan tulus, keadaan ini tidak akan terjadi begitu saja tetapi bertahap lewat keterlibatan dan kornitmen orang tua. Anggota-anggota keluarga yang membangun harapan masa depan yang baik bagi anak-anaknya berlandaskan kepercayaan, akan selalu menepati janji-janji yang dibuat terhadap anaknya. Apabila orangtua berjanji akan mendampingi anak nonton acara televisi maka janji

(5)

tersebut harus ditepati. 4. Pengaruh

Pengaruh (influence) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku dan pemikiran orang lain. Pengaruh orangtua dan pengaruh televisi terhadap anak-anak besar sekali. Apabila tayangan di televisi tidak bermanfaat untuk ditonton anak-anak maka orangtua harus dapat mencari jalan keluamya. Orangtua dapat mempengaruhi kebiasaan anak nonton televisi dengan menyediakan kegiatan produktif karena kadang-kadang banyak waktu anak-anak tersita hanya untuk nonton televisi. Orangtua harus dapat mempengaruhi fisik seperti pakaian, makan, minum, istirahat, tidur dan rasa hangat, rasa aman, cinta., kasih sayang dan afeksi.

Banyak waktu akan tersita apabila orangtua tidak tegas memilih acara televisi. Harapan-harapan orangtua akan sirna apabila anak-anak tidak diajarkan untuk menata disiplin waktu. Orangtua yang menjadi pendamping anak tidak selalu harus dengan nonton televisi tetapi lebih dari itu. Pendamping berarti menemani dekat-dekat baik dalam keadaan gembira maupun sedih. Harapan indah terhadap anak-anak di masa mendatang tidak datang dengan mudah, tidak semua anak ingin didampingi ketika nonton televisi. Ada yang menolak untuk ditemani karena mereka ingin menikmatinya sendiri. Sikap tegas, akrab, kokoh, dan percaya diri dari orang tua dapat membantu menanamkan disiplin dan pengertian tentang pemilihan acara untuk ditonton anak-anak.

Orangtua yang fokus pada pekerjaan dan tanggung jawabnya adalah untuk menyusun strategi bagi harapan untuk anak-anak. Penataan waktu mulai disusun dengan seksama agar tidak tersita hanya dengan bekerja. Anak-anak di dalam masa tumbuh kembang membutuhkan kehadiran orangtua untuk memberikan perhatian, bimbingan dan kasih sayang. Dengan melakukan fokus berarti orangtua melakukan konsentrasi untuk meraih harapan yang dikehendaki terhadap anak-anaknya. Melihat jauh ke depan berarti orangtua mempunyai komitmen untuk melakukan berbagai kegiatan dengan perencanaan yang matang. Rencana yang dibuat adalah proses yang memungkinkan orangtua berpikir tentang kondisi sekarang, apa yang akan dikerjakan kemudian, dan berusaha agar harapan bagi penumbuhan dan pengembangan anak-anaknya secara positif dapat terkabul.

D. Kesimpulan

Televisi di dalam kehidupan keluarga berfungsi sebagai media untuk informasi, menambah pengetahuan, dan hiburan. Tontonan yang memukau lewat tayangan-tayangan yang beraneka ragam membuat orang yang menonton lupa waktu dan juga lupa makan. Sajian yang terlalu memukau kadang-kadang membuat anak-anak lupa bahwa mereka telah duduk berjam-jam nonton berbagai acara di televisi.

Televisi dalam kehidupan keluarga dapat meningkatkan waktu kebersamaan dan keakraban seluruh anggota keluarga, karena mereka sama-sama menikmatinya. Salah satu tanggung jawab orangtua di dalam kehidupan berkeluarga adalah memiliki, menanamkan dan membudayakan jalinan rasa dengan anak-anaknya. Begitu pentingnya kepercayaan [trust) antara orangtua dengan anak-anak sehingga dari waktu kewaktu kepercayaan itu harus semakin dipertebal.

Anak-anak yang menaruh kepercayaan pada orangtua yang memiliki dan mempraktikkan sikap percaya diri yang kokoh, akan tampak lewat interaksi dengan anak-anaknya dalam bentuk sikap saling percaya dan terbuka, dan berlangsung dalam suasana akrab, bersahabat, saling menghormati, bertanggungjawab, penuh pengertian, hangat dan

(6)

empati.

Pengaruh orangtua dan siaran televisi terhadap anak-anak besar sekali. Orangtua harus dapat mencari jalan keluar yang tepat apabila acara di televisi tidak layak untuk anak-anak. Orang tua harus pula dapat mempengaruhi kebiasaan positif anak-anaknya ketika nonton acara di televisi. Pandangan atau penglihatan orangtua harus selalu tertuju jauh ke depan. Orangtua harus dapat melihat bahwa yang dilakukannya di hadapan anak-anak akan dapat mempengaruhi pendewasaan anak. Harapan orangtua akan sirna apabila anak-anak tidak diajarkan untuk menata disiplin waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan kesediaan orangtua untuk membimbing dan mendampingi anak nonton menginformasikan, menjelaskan, membantu, mengarahkan, mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak-anaknya berkaitan dengan tontonan di televisi.

Pustaka Acuan

Hetherington, EM., & Parke, RD. 1989. Child Psychology: a Contemporary Viewpoint. Prentice- Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.

Malts, M. 1970. Psycho -Cybematics. Pocket Books. A Division of Simon & Schuster. New York.

Referensi

Dokumen terkait

Verifikasi melalui simulasi dengan perangkat lunak MATLAB telah menunjukkan bahwa metode yang diusulkan dapat menyinkronisasikan inverter satu fase dengan jaringan yang

Berita Acara Penetapan Nomor : 4S/PAN/XI[{?OLZ tanggal 11 Panitia Pengadaan Barang lJasa Dinas Kesehatan Kota Bandar Anggaran 201,2, dengan ini diumumkan Pemenang

Perusahaan industri khususnya industri pakaian memerlukan pemasaran yang efektif dan stabil, Maka dalam penelitian ini ditujukan untuk membangun sebuah Portal

karena rahmat -Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Skor Glasgow Coma Scale dengan Nilai Leukosit Perifer Pada Pasien Cedera Kepala di

perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;.. pelaksanaan penilaian peserta didik secara

Skripsi yang pertama yaitu karya dari Muhammad Wahyudi Arifin (2009), NIM : 04370029, Jurusan Jinayah Siyasah Universitas IslamNegeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saham-saham dengan rasio excess return to Beta yang rendah tidak akan di masukkan ke dalam portofolio yang optimal. Dengan demikian diperlukan

Persentase putusan pengadilan perkara perdata berkekuatan hukum tetap yang ditindaklanjuti (dieksekusi) 2 Keterjang- kauan pelayanan badan peradilan 5