• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

9

Dalam Kurikulum 2013 Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami

konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: 1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna; 2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi; 3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; 4) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain; 5) Meningkatkan minat dalam belajar; 6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

(2)

Dalam sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen penting pendidikan, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan tersebut dapat dikatakan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.

Dalam kurikulum 2013 pembelajarannya disampaikan dalam bentuk tematik bukan lagi pada mata pelajaran dan pembelajaranya tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Indikator pencapaian tujuan pembelajaran secara terstandar dalam kurikulum 2013 diberikan melalui kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang sekaligus memberikan ruang lingkup pembelajarannya.

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal dan ciri dari suatu mata pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran

(3)

dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.

Indikator pencapaian tujuan pembelajaran secara terstandar dalam kurikulum 2013 diberikan melalui kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang sekaligus memberikan ruang lingkup pembelajarannya secara rinci disajikan melalui tabel. di bawah ini.

Tabel 2.1

Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarPembelajaran Kelas IV Semester II Tema Lingkungan Tempat Tinggalku

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,

IPS

3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya.

3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya.

(4)

sekolah, dan tempat bermain.

3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata.

IPA

3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

IPS

4.3 Menceritakan manusia dalam

hubungannya dengan lingkungan

geografis tempat tinggalnya

Bahasa Indonesia

4.1 Mengamati, mengolah, dan

menyajikan teks laporan hasil

pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis

dengan memilih dan memilah

kosakata baku.

(5)

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KI 3 bertujuan untuk memahami pengetahuan yang faktual, ruang lingkupnya meliputi mengamati dan menannya. Dalam kegiatan pembelajaran siswa diminta mengamati gambar yang disajikan oleh guru, siswa akan menemukan beberapa hal yang belum ia ketahui dan hal baru ia lihat. Setelah itu siswa akan menuliskan tentang apa yang diamatinya, ditemukan dan ingin

4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan

pemanfaatannya oleh masyarakat.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

IPS

4.3 Menceritakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya

Bahasa Indonesia

4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis

dengan memilih dan memilah kosakata baku.

IPA

4.6 Menyajikan laporan tentang

sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat.

(6)

diketahui. Hal ini akan memancing siswa untuk menanyakan apa yang ia rasa belum diketahuinya. Guru akan memberikan penjelaskan secara singkat tentang kenampakan alam kemudian memberikan siswa kesempatan mencari jawabanya. Oleh sebab itu siswa akan mencari dan mendapatkan jawaban dari apa yang ingin diketahuinya.

Pada KI 4 bertujuan untuk menyajikan pengetahuan yang faktual dalam bahasa yang jelas dan sistematis. Ruang lingkupnya meliputi mengamati teks laporan dan mengolah hasil laporan kemudian menyajikan hasil laporan. Kegiatan pembelajaranya yaitu menceritakan tentang hubungan manusia dengan lingkungannya. Mengamati tentang gaya, gerak energi panas, bunyi dan cahaya, kemudian mengolah apa saja yang diperoleh dari pengamatanya dan melaporkan hasilnya. Dalam pembelajaran ini siswa diarahkan untuk mengamati teks yang berisi laporan pembelajaran dari pengamatan tersebut siswa akan mengolah laporan lebih terperinci. Kemudian siswa melaporkan hasil pengolahan laporan dengan bahasa yang baik dan benar serta secara sistematis. Dari laporan tersebut siswa akan tahu tentang apa yang dia pelajari.

Tingkat kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan kriteria; 1) Tingkat perkembangan peserta didik; 2) Kualifikasi kompetensi Indonesia; 3) Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan dan keterpaduan antar jenjang yang relevan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah).

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal dan ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1

(7)

2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2

3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3 dan

4. Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Setiap tingkat kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses

pembelajaran dan penilaian. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan

penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; 2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru - peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif guru peserta didik masyarakat -lingkungan alam, sumber/ media lainnya);

3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains;

5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis

(8)

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran sekolah yang ditunjukkan dengan skor sesuai dengan hasil tes pada mata pelajaran tertentu. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Menurut Peraturan Menteri pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Dasar dan Menengah menyatakan bahwa Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment) atau pelayanan konseling. Selain itu hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Kalau demikian hasil belajar peserta didik dilakukan melalui pengukuran dengan disertai pengumpulan data hasil pengukuran sebagai informasi. Pengukuran

(9)

adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Kemudian penilaian memiliki beberapa fungsi diantaranya:

Fungsi assesmen atau penilaian dalam pembelajaran menurut Hasan & Zainul (dalam Wardani Naniek Sulistya 2012: 55) adalah:

1. Asesmen formatif.

Penilaian yang dilaksakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuanya untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap pokok bahasan tertentu.

2. Asesmen sumatif.

Peniaian yang dilakukan pada akhir suatu program tertentu, (catur wulan, semester, atau tahun ajaran), tujuanya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama stu program yg secara khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.

3. Asesmen penempatan.

Penilaian yang ditunjukkan untuk menempatkan peserta didik sesuai bakat, minat dan kemampuanya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatakan peserta didik pada kerja kelompokdan pemilihan kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat, kesanggupan, kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek khusus yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

4. Asesmen diagsnotik

Penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya. Penilaian ini dilakukan untuk keperluan memberi bimbingan mengajar dan pengajaran remidial. Aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang melatar-belakangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik serta berbagai kondisi khusus peserta didik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi

(10)

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah.

Masing-masing penilaian yang dimungkinkan digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran.

2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir

(11)

semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK

meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan

Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

10.Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.

11.Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporannya.

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

(12)

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Dan Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui posisi kemampuan peserta didik dibandingkan dengan temannya dikelas tersebut. PAN ini berasumsi bahwa kemampuan peserta didik itu berbeda beda dan dapat digambarkan menurut distribusi norma. Dan dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Ruang lingkup penilaian. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang, sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk

pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi

muatan/kompetensi program dan proses.

Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar

(13)

yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi matapelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program dan proses.

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

1. Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri dan penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan.

a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

(14)

c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan. Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

4. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

a. substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

b. konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan

c. penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Hasil belajar dapat diketahui apabila ada pengukuran. Pengukuran menurut Wardani Nanik Sulistya, dkk (2012, 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa.

(15)

Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar seperti yang telah diuraikan di atas.

Teknik penilaian dibedakan menjadi 2 yakni tes dan non tes.

Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi, dkk: 2009). Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya 2012: 142). jenis-jenis tes adalah sebagai berikut:

1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

a. Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.

b. Tes lisan. Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

c. Tes unjuk kerja. Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

a. Tes Esei (Essay-type Test). Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes Jawaban Pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam

(16)

bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

c. Tes Objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

Non Tes. Berbeda dengan teknik tes yang digunakan untuk menilai ranah koqnitif teknik non tes lazim digunakan dalam menilai ranah afektif dan psikomotorik. Macam-macam teknik non tes adalah sebagai berikut:

1. Observasi. Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara. Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi

mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

3. Angket. Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).

4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja). Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola dan lain sebagainya.

5. Task Analysis (Analisis Tugas). Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

6. Checklists dan Rating Scales. Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur yang sulit dilakukan dengan teknik lain

(17)

dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif tergantung format yang dipergunakan.

7. Portofolio. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat perkembangan belajar dan prestasi siswa.

8. Komposisi dan Presentasi. Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.

9. Proyek Individu dan Kelompok

Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes)

2.1.3 Model Pembelajaran GI

Group Investigation (GI) adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. GI Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboraturium untuk belajar tentang kehidupan didunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Menurut Winaputera (1992:39) model GI atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang study dan berbagai tingkat usia. Pada dasaranya model ini dibuat untuk membimbing para siswa mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai cakarwala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.

Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, memebantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber belajar yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.

Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang bebeda. Jadi tanggung jawab guru adalah

(18)

memotifasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.

Menurut Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan metode Group investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih. Sesuai dengan pengertian-pengertian tersebut maka dapat diketahui maka pembelajaran dengan metode Group investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan tentu akan membangkitkan semangat serta motivasi siswa untuk belajar.

GI yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan “Model ini didasari oleh proses demokratis dan pengambilan keputusan secara berkelompok. Guru berperan membantu siswa menyusun rencana, melaksanakan rencana dan mengatur kelompok serta berfungsi sebagai konselor akademik” (Suprihadi Saputro, 2000: 129).

Menurut Miftahul Huda (2011:16) GI sebagai metode investigasi kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong siswa untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit”. Dalam model GI siswa memiliki pilihan penuh untuk merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi tugas dengan proyek yang berbeda-beda.

Berdasarkan pada pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran GI merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran dilakukan melalui berkelompok untuk menginvestigasi suatu masalah dan melaporkan hasil investigasi. Mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan

(19)

evaluasi. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk memperlancar jalannya proses kelompok, sehingga sebelum melakukan

investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan

berkomunikasi kepada siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nur Asma (2006: 61) bahwa “keberhasilan pelaksanaan Investigasi Kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lain yang dilakukan sebelumnya”.

1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran GI

Killen (Aunurrahman, 2010: 152) memaparkan ciri esensial investigasi kelompok adalah sebagai berikut.

a.Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru.

b.Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.

c.Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan.

d.Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar. 2. Tahap-tahap Pelaksanaan GI

Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai brikut : a) Tahap pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifkasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 siswa. Pada tahap ini : 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang

(20)

mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 siswa berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

b) Tahap perencanaan (planing)

Tahap planing atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang : 1) Apa yang mereka pelajari? 2) Bagaimana mereka belajar? 3) Siapa dan melakukan apa? 4) Untuk apa mereka menyelidiki topik tersebut?

c) Tahap penyelidikan (Investigation)

Tahap investigation, yaitu pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan simpulan terkait dengan masalah-masalah yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya : a) siswa menemukan sifat-sifat pembuktian sifat cahaya; b) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumpulan informasi terkait dengan topik bahasan yang di selidiki. d) Tahap pengorganisasian (Organizing)

Yaitu persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam prakteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

e) Tahap presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1) penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, 2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, 3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan

(21)

mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Misalnya: a) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, b) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, c) siswa mencatat topic yang disajikan oleh penyaji. f) Tahap evaluasi (Evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, 1) kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai pekerjaan yang telah mereka lakuakan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaan yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa misalnya : siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, siswa mengabungkan tiap topik yang di investigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30). Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Model Group Investigation

a. Mengidentifikasi topik

Membagi siswa ke dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.

b. Merencanakan tugas.

Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.

(22)

Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.

d. Mempersiapkan tugas akhir.

Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.

e. Mempresentasikan tugas akhir.

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti dan menyimaknya.

f.

Evaluasi.

Pada tahap ini siswa mengerjakan Soal ulangan yang mencakup mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.

Menurut Kiranawati (2007:23) langkah-langkah penerapan Group

Investigation (GI) adalah sebagai berikut: 1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.

3. Implementasi

Melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

(23)

Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Jadi langkah-langkah Group Investigsi adalah:

a. Membentuk kelompok

b. Merencanakan investigasi c. Melakukan investigasi d. Melakukan presentasi e. Menanggapi hasil presentasi

f. Menyimpulkan

g. Evaluasi

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan pemahaman gaya magnet pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Wanaraja Wanarasa Banjarnegara tahun ajaran 2010/2011.” menyimpulkan bahwa penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil belajar

(24)

siswa Peningkatan ini terlihat dari hasil pra tindakan sebesar 64,89 dan setelah dilakukan tindakan maka pad siklus I mencapai 67,32 dan pada siklus II menjadi 70,08. Kelebihan penelitian ini siswa antusias mengikuti pembelajaran, model pembelajaran memotivasi siswa belajar, hasil belajar siswa meningkat. Kekurangan masih belum sepenuhnya memanfaatkan alat peraga. Kurang memberikan kesempatan siswa. Solusinya membuat alat peraga sebagai alat bantu media pembelajaran. Lebih memberikan kesempatan pada siswa.

Winoto (2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model Group Investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang” menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2

Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan model Group

Investigation terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat pada guru/guru mendominasi. Dengan digunakannya pembelajaran dengan Group Investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada siklus I hasil belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93 %. Sedangkan pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 64,03%. Kelebihan penelitian ini meningkatkan hasil belajar siswa, memberi pengalaman baru pada siswa, dan memfokuskan siswa dalam pembelajaran. Kelemahan penjelasan tentang penggunaan model GI masih kurang, kurang memberikan perhatian pada siswa yang kemampuan rendah dan pembagian waktu presentasi masih kurang. Solusinya membagi waktu pada setiap kegatan yang dilakukan. Penjelasan lebih memberikan pemahaman pada siswa. Memberikan perhatian padasiswa yang keampuan rendah.

Rahayu, Murti (2011) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Group Investigation Bagi Siswa Kelas IV SD N Soso 03 Gandusari Kabupaten Blitar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model grup investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat dari peningkatan perolehan pra tindakan sampai pada siklus kedua yang mencapai

(25)

peningkatan sebesar 13% dari 16 siswa yang tuntas 14 siswa dan belum tuntas 2 siswa. Kelebihan model group investigation adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang sulit untuk diterapkan, namun peneliti mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal. Kelemahan sayang sekali masih ada 2 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran menggunakan grup investigation. Cara mengatasi kelemahan tersebut dengan lebih memaksimalkan pembelajaran ini, karena 2 siswa yang belum tuntas ini sangat disorot oleh pembaca.

Budiyono, Gendot (2011) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Group Investigation Dipadu Dengan Game Puzzle Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso”. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa penerapan metode GI yang dipadu game puzzle, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus 1 73,63% dengan kriteria baik dan pada siklus 2 sebesar 89,57% dengan criteria sangat baik sehingga terjadi peningkatan sebesar 15,94%. Kelebihan selain dapat meningkatkan hasil belajar, model pembelajaran GI juga dapat meningkatkan aktivitas siswa. Kelemahan model pembelajaran GI menuntut siswa untuk berfikir aktif dan kritis, kalau ada siswa yang tidak aktif maka akan menghambat tujuan pembelajaran. Cara mengatasi kelemahan yaitu dengan melakukan pemantauan secara menyeluruh supaya para siswa tetap aktif dalam masing-masing kelompoknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endarini Sudaromono (2011) dengan judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Pada Mata Pelajaran IPA Di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga Seester 1 Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran GI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 77% dan pada siklus II dengan presentase 89%. Peningkatan aktivitas siswa memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar yaitu pada ulangan harian siswa dengan nilai rata-rata mencapai 88. Kelebihan model GI bisa masuk ke dalam beberapa mata pelajaran sehingga siswa dapat berlatih berfikir unuk memecahkan suatu masalah.

(26)

Kekurangan model pembelajaran GI sangat komplek sehingga siswa harus berkonsentrasi penuh melakukan investigasi terhadap topik yang sudah dipilih. Cara mengatasi kelemahan yaitu dengan melatih kemampuan berfikir kritis siswa sejak dini.

2.3 Kerangka Berfikir

Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari perilaku koqnitif , afektif dan psikomotorik. Dalam proses pembelajaran tema lingkungan tempat tinggalku dikelas IV SDN Jatijajar 02 Bergas Semarang. Guru menjelaskan mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia dan IPA hanya sebatas produk bukan proses. Guru masih menggunakan metode ceramah dan melakukan sedikit melakukan percobaan-percobaan. Guru mendominasi pembelajaran akibatnya siswa menjadi pasif. Sehingga hasil belajar siswa pada pelajaran tema lingkungan tempat tinggalku masih dibawah KKM<90. Dalam membahas tema lingkungan tempat tinggalku tidak cukup hanya menekankan pada produk tetapi yang terpenting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu pengetahuan yang baru. Dari proses pembelajaran diharapkan ada kerjasama antar siswa dengan temannya dalam kelompok. Dengan adanya kerjasama yang efektif diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi. Oleh karena itu dalam pembelajaran tema lingkungan tempat tinggalku, perlu dilakukan adanya percobaan atau praktikum dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada disekitar yaitu menggunakan model pembelajaran GI dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini diterapkan karena dapat meningkatkan hasil belajar dan memancing siswa untuk bereksplorasi maupun memecahkan masalah. Dalam hal ini guru diharapkan lebih mengoptimalkan tindakan sehingga dapat menggunakan model pembelajaran GI untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar di atas KKM ≥ 90.

Langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran GI adalah

1. Siswa di bawah arahan guru membentuk beberapa kelompok yang

heterogen.

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan siswa merencanakan

(27)

3. Masing-masing kelompok melakukan investigasi bersama kelompoknya. 4. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok

atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya melalui presentasi.

5. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi. 6. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan

konsep dan memberikan kesimpulan. 7. Evaluasi

(28)

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar Tematik Melalui model GI

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Tematik

: Lingkungan Tempat Tinggalku

1. Membentuk kelomok @ 4 orang

Hasil belajar < KKM 90

6. Menyimpulkan

Hasil Belajar Belajar Pembelajaran Tematik dengan model GI

Skor Tes Tes Formatif 2. Merencankan investigasi GI Unjuk kerja

Apakah kondisi alam berdampak terhadap kegiatan masyarakat

3. Melakukan investigasi -kondisi alam

-kegiatan masyarakat -dampak

4. Melakukan presentasi hasil investigasi kondisi alam dan kegiatan masyarakat

5. Menanggapi hasil presentasi

Unjuk kerja

Unjuk kerja Unjuk kerja

Unjuk kerja

(29)

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar tema tempat tinggalku sub tema lingkungan tempat tinggalku diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran GI siswa kelas IV SDN Jatijajar 02 Bergas Semarang semester II tahun 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Cermin cekung dengan Cermin cekung dengan fokus f dan fokus f dan jari jari R, m jari jari R, membentuk bayangan da embentuk bayangan dari sebuah benda ri sebuah benda yang berada

Jika ketentuan umum memuat batasan pengertian atau definisi, singkatan atau akronim lebih dari satu, maka masing-masing uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab

Industri properti sebagai salah satu kegiatan di sektor riil perkembangannya sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro, di antaranya pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan suku

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian korelasi yaitu penelitian yang meneliti tentang hubungan antara 2 variabel atau lebih yang diteliti

Di setiap proyek konstruksi, usaha meminimalkan limbah konstruksi di lapangan masih kurang dalam penanganannya, hal ini dapat diamati pada setiap

Kegiatan Inti Pertemuan II ±50 menit 1 Guru menunjukkan beberapa gambar tentang siklus air 2 Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa mengenai komponen komponen yang berperan

Berdasarkan analisis dengan algoritma EM dengan menggunakan bantuan software Weka 3.8, diketahui bahwa bahwa tahap iterasi yang dilakukan dengan 2 kelompok adalah