KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN
INTEGRITAS JARINGAN
(Studi Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang)
OLEH:
NOVI EKO SAPUTRO NIM 151210024
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN
(Studi Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Program Study Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia medika Jombang
OLEH:
NOVI EKO SAPUTRO NIM 151210024
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ngawi dari keluarga Bapak Purnomo dan Ibu Astuti Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari TK Dharma wanita, tahun 2009 penulis lulus dari SDN KAUMAN 1, tahun 2012 penulis lulus dari SMPN 1 WIDODAREN dan tahun 2015 penulis lulus dari SMK KESEHATAN BAKTI INDONESIA MEDIKA NGAWI, tahun 2015 penulis lulus seleksi masuk STIKes ”Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur PMDK gelombang 1. Penulis
memilih program Studi D3 Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “ICME” Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 08 Februari 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul "Asuhan Keperawatan Klien Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan” ini dapat selesai tepat pada waktunya
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii
LEMBAR SURAT PERNYATAAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit Apendisitis ... 7
2.1.1 Definisi ... 7
2.1.2 Etiologi ... 8
2.1.3 Manifestasi Klinik ... 9
2.1.4Pathways ... 11
2.1.5 Komplikasi ... 12
2.1.6 Penatalaksanaan Apendisitis ... 14
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ... 16
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik ... 17
2.2 Konsep Dasar keruskan intergritas jaringan ... 17
2.2.1 Definisi ... 17
2.2.2 Batasan Karakteristik ... 17
2.2.3 Faktor Yang Berhubungan ... 17
2.2.4 Definisi Jaringan ... 18
2.2.5 Klarifikasi Jaringan Tubuh ... 18
2.2.6 Fungsi Jaringan Tubuh ... 22
2.3 Konsep AsuhanKeperawatan Apendisitis ... 23
2.3.1 Pengkajian ... 23
2.3.4 Diagnosa Keperawatan ... 29
2.3.5 Intervensi ... 30
2.3.7 Evaluasi ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... ... 36
3.2 Batasan Istilah ... 36
3.3 Partisipan ... 37
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
3.4.1 Lokasi ... 37
3.4.2 Waktu Penelitian ... 37
3.5 Pengumpulan Data ... 37
3.6 Uji Keabsahan Data... 41
3.7 Analisa Data ... 42
3.8 Etik Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... ... 50
4.2 Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Saran ... 77
5.2 Kesimpulan ... 78
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ... 30
Tabel 4.1 ... 50
Tabel 4.2 ... 51
Tabel 4.3 ... 52
Tabel 4.4 ... 53
Tabel 4.5 ... 55
Tabel 4.6 ... 57
Tabel 4.7 ... 58
Tabel 4.8 ... 61
Tabel 4.9 ... 62
Tabel 4.10 ... 62
Tabel 4.11 ... 63
Tabel 4.12 ... 64
Tabel 4.13 ... 64
Tabel 4.14 ... 65
Tabel 4.15 ... 65
Tabel 4.16 ... 66
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
DAFTAR SINGKATAN
Lambang
1. % : Persentase 2. 0 : Derajad 3. / : Atau 4. & : Dan 5. > : Lebih dari Singkatan
1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 2. ICMe : Insan Cendekia Medika
3. WHO : World Health Organization
4. RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah 5. DINKES ːDinas Kesehatan
6. NIC ːNursing Interventions Classification 7. NOC ːNursing Outcomes Classifications 8. PMN : polymorphonuclear
9. IV : Intra Vena
10.
USG : Ultrasonografi11. CT-Scan : CT Scanning and Radiation Safety
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Nrimo Ing Pandum” “Prasaja Ing Dumadi.”
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur alhamdulillah kepada ALLAH SWT. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Aku persembahkan karya tulis ini untuk seseorang yang selalu senantiasa merawatku, membesarkanku, memberikanku banyak pendidikan mulai dari tidak mengerti sampai umurku sekarang terimakasih bapak dan ibu karena selalu memanjatkan doa disetiap sujudmu sehingga karya tulis ini terselesaikan.
Terima kasih juga buat sahabatku “encok group” yang selalu memberi
dukungan, suport, serta selalu berbagi pengalaman denganku.
Serta teman-teman D3 Keperawatan yang aku cintai sudah menjadi teman-teman yang luar biasa selama 3 tahun ini, tawa, canda, tangis sudah pernah kita rasakan aku pasti akan rindu dengan kalian semua.
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OPERASI APENDISITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN
INTERGRITAS JARINGAN
DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG
Oleh :
Novi Eko Saputro
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya
Berdasarkan survey data yang di dapatkan dari Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang periode bulan Januari sampai Desember 2018 mencapai 352 kasus apendisitis.
Desain penelitian menggunakan metode studi kasus Penelitian ini mengeksplorasi 2 klien dengan masalah Asuhan Keperawatan pada Klien Post Operasi Apendisitis dengan masalah keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan.
Berdasarkan hasil evaluasi terakhir disimpulkan bahwa pada klien 1 dan klien 2 masalah yang timbul dapat teratasi sebagian. Saran yang diberikan kepada profesi perawat untuk memberikan Asuhan Keperawatan yang optimal.
ABSTRACT
NURSING TO CLIENTS POST OPERATION OFAPPENDICITIS WITH PROBLEM IMPAIRED TISSUE INTEGRITY
IN THE MAWAR ROOM OF JOMBANG GENERAL HOSPITAL
By :
Novi Eko Saputro
Appendicitis is an inflammation caused by infection of the appendix or worm uk (appendix). The appendix is actually a caecum. This infection can lead to acute inflammation, requiring immediate surgical action to prevent generally dangerous complications.
Based on survey data obtained from the Rose Room of Jombang General Hospital period January to December 2018 reached 352 cases of appendicitis.
Design research using case study method This study explores 2 clients with Nursing Care issues on Post Client Operation Appendicitis with nursing problems Network Intergrity Damage.
Based on the results of the last evaluation concluded that the client 1 and client 2 problems that arise can be partially resolved. Advice given to the nurse profession to provide optimal Nursing Care.
Keywords: Post Operation Appendicitis, Post Operation Appendicitis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. ( Wim de Jong et al, 2010). Beberapa literatur menyebutkan bahwa tindakan apendiktomi ini dapat timbul berbagai masalah keperawatan, salah satu diantaranya kerusakan intergritas jaringan. Kerusakan intergritas jaringan disebabkan oleh luka operasi atau insisi yang menyebabkan rusaknya jaringan tubuh dan putusnya ujung-ujung syaraf (Sjamsuhidajat & De Jong 2011).
dari (Depkes, 2016), kasus appendisitis pada tahun 2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien appendisitis sebanyak 75.601 orang. Dinkes Jawa Timur menyebutkan pada tahun 2017 jumlah kasus apendisitis di Jawa Timur sebanyak 5.980 penderita dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian (Dinas kesehatan, 2017)
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfosit, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium (Mansjoer, 2009).
pengobatan terhadap apendisitis dapat dilakukan dengan cara operasi. Operasi apendiks dilakukan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang apendiks. Adapun respon yang timbul setelah tindakan apendiktomy untuk kerusakan jaringan dan rusaknya ujung – ujung syaraf yang memyebabkan timbul masalah keperawatan kerusakan intergritas jaringan (Aribowo, H & Andrifiliana, 2011).
Kerusakan intergritas jaringan akibat efek operasi apendiktomy yaitu salah satu masalah keperawatan yang muncul pada klien post operasi apendisitis dapat diatasi oleh tugas perawat dengan cara memantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari dengan mencegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak lembab, dan tidak kusut. Melakukan perawatan luka secara aseptik 2 kali sehari dan monitor karakteristik luka meliputi warna, ukuran, bau dan pengeluaran pada luka. Perawat harus selalu mempertahankan teknik steril dalam perawatan luka klien (Sjamsuhidajat & De Jong 2011).
Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang penyakit apendiksitis mengenai pemberian “Asuhan keperawatan pada klien Post Operasi Apendisitis dengan masalah keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan” di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi Asuhan Keperawatan Klien Post Operasi Apendisitis dengan masalah keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang tahun 2018.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Klien Post Operasi Apendisitis dengan masalah keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang tahun 2018?
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Post Operasi Apendisitis dengan masalah keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang tahun 2018.
1.4.2 Tujuan Khusus
Observasi pada studi kasus ini juga mempunyai beberapa tujuan khusus, diantaranya :
2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi Apendisitis di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.
3. Merumuskan intervensi keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi Apendisitis di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi Apendisitis di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.
5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami Post Operasi Apendisitis di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan dapat menambah informasi tentang asuhan keperawatan pada klien post operasi apendisitis, sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus masalah keperawatan kerusakan intergritas jaringan di lapangan dan dalam teori.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi klien dan keluarga
operasi apendisitis dan teknik steril dalam perawatan luka klien dengan post operasi apendisitis.
2. Bagi perawat
Hasil penelitian ini dapat di gunakan dalam pengkajian sampai evaluasi keperawatan dengan teliti yang mengacu pada fokus permasalahan yang tepat sehingga dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara tepat khususnya pada klien post operasi apendisitis.
3. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, terutama kajian pada klien dengan post operasi apendisitis.
4. Bagi penelitian selanjutnya
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR APENDISITIS
2.1.1 Definisi Apendisitis
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis
dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. (Brunner&Suddarth, 2014). Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al, 2010). Peradangan
apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ, dimana patogenis utamanya diduga karena obstruksi pada lumen yang disebabkan oleh fekalit (feses keras yang terutama disebabkan oleh serat) (Wim de Jong et al, 2010).
Jadi, dari referensi diatas yang di maksud dengan apendisitis
merupakan suatu peradangan pada bagian usus (Caecum) yang disebabkan karena ada obstruksi yang mengharuskan dilakukannya tindakan bedah.
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi usus tercemar dan usus meradang timbulah kuman-kuman yang dapat memperparah keadaan tadi (Saydam Gozali, 2011).
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. berbagai hal sebagai faktor pencetusnya:
1. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing askaris.
2. Penyebab lain penyebab apendiks karena parasit seperti E. hystolitica. 3. Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan
yang rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menarik bagian intrasekal, yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi penyumbatan sehingga meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon (R Tsamsuhidajat & Wim De jong, 2010).
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi yaitu:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya fekolit dalam lumen appendiks c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya. 2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus..
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4) Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendiks yang terlalu panjang b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Krismanuel,H., 2012). Jadi, berdasarkan referensi diatas yang menyebabkan terjadinya apendisitis yaitu disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan tinggi serat.
2.1.3 Manisfestasi Klinis
1. Nyeri visceral epigastrium. 2. Nafsu makan menurun.
3. Dalam beberapa jam nyeri pindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney. 4. Kadang tidak terjadi nyeri tapi konstipasi.
5. Pada anak biasanya rewel, nafsu makan turun karena focus pada nyerinya, muntah-muntah, lemah, latergik, pada bayi 80-90% apendisitis terjadi perforasi (Tsamsuhidajat & Wong de jong, 2010). Manisfestasi klinis lainya adalah:
1. Nyeri dikuadran kanan bawah disertai dengan demam ringan, dan terkadang muntah kehilangan nafsu makan kerap dijumpai konstipasi dapat terjadi.
2. Pada titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilicus dan spina anterior ileum), terasa nyeri tekan local dan kekakuan otot bagian bawah rektus kanan.
3. Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan nyeri tekan, spasme otot dan adanya diare atau konstipasi.
4. Jika apendiks pecah, nyeri lebih menyebar abdomen menjadi lebih
terdistensi akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk. (Brunner & Suddarth, 2014).
2.1.4 Pathways
Gambar 2.1 Patofisiologi appendektomy
Sumber : Mansjoer (2009) Invasi & Multiplikasi
Peradangan Jaringan Apendisitis
Meningkatkan tekanan intraluminal
Menghambat aliran limfe
Ulserasi pada dinding mukosa
Gangren dan perforasi
appendektomy
Luka post op
Luka insisi
Kerusakan jaringan
Ujung syaraf putus
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi keterlambatan penanganan. Faktor keterlambatan dapat terjadi dari pasien ataupun tenaga medis. Faktor penderita dapat berasal dari pengetahuan dan biaya. Faktor tenaga medis dapat berupa kesalahan dalam mendiagnosa, keterlambatan mengangani maslah dan keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit dan penangggulangan. Hal ini dapat memacu meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi yang sering adalah terjadi pada anak kecil dan orang tua.
Komplikasi 93% lebih sering terjadi pada anak kecil dibawah usia 2 tahun dan 40-75%% terjadi pada orang tua. Pada anak-anak dinding
apendiks masih sangat tips, omentum lebh pendek, dan belum berkembang secara sempurna sehingga mudah terjadi apendisitis. Sedangkan pada orang tua, terjadi gangguan pada pembuluh darah.Adapun jenis omplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritontis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. (Mansjoer, 2009)
Komplikasi menurut (Brunner&Suddarth, 2014):
1) Komplikasi utama adalah perforasi apendiks yang dapat menyebabkan peritonitis pembentukan abses (tertampungnya materi purulen), atau flebilitis portal.
2) Perforasi biasanya terjadi setelah 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala yang muncul antara lain: Demam 37,7’C, nyeri tekan atau
Berdasarkan penjelasan diatas, hal yang bisa mengakibatkan keparahan/komplikasi penyakit apendisitis dikarenakan dua hal yaitu faktor ketidaktahuan masyarakat dan keterlambatan tenaga medis dalam menentukan tindakan sehingga dapat menyebabkan abses, perforasi dan peritonitis.
2.1.6 Penatalaksaan Apendisitis
1. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose
apendisitis telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
2) Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pemebedahan dilakukan.
3) Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
4) Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses apendiks
dilakukan drainage. (Brunner & Suddarth, 2014). 2. Penatalaksanaan Keperawatan
2) Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan laksatif. 3) Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik sesuai program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.
4) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-tanda obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder (Brunner & Suddarth, 2014).
3. Penatalaksaan Keperawatan
Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah
apendiktomi. Keterlambatan dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopi sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada wanita. (Rahayuningsih dan Dermawan, 2010).
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling), rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
2) Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut. 3) Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di
angkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.
5) Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000-18.000/mm3. jika terjadi peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks telah mengalami perforasi (pecah).
3. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).
2) Ultrasonografi USG 3) CT-Scan.
kanan bawah akan terjadi blumbeng sign, lalu dengan memeriksa laboratorium dengan melihat peningkatan leukosit dan pemeriksaan USG.
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. SDP; Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat sampai 75%,
2. Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
3. Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material apendiks (fekalit), ileus terlokalisir. (Doengoes, Marilynn E, 2014).
2.2 Konsep dasar keruskan intergritas jaringan
2.2.1 Definisi
Kerusakan jaringan membrane mukosa, kornea, integument, atau subkutan ( Herman, 2015).
2.2.2 Batasan karakteristik
1. Kerusakan jaringan (mis., kornea, membrane mukosa, kornea, integument, atau subkutan)
2. Kerusakan jaringan
2.2.3 Faktor yang berhubungan
1. Gangguan sirkulasi 2. Iritan kimia
3. Defisit cairan 4. Kelebihan cairan
7. Faktor mekanik (mis., tekanan, koyakan/robekan, friksi) 8. Factor nutrisi (mis., kekurangan atau kelebihan)
9. Radiasi 10.Suhu ekstrim
2.2.4 Definisi jaringan
Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, jaringan hamper dimiliki oleh makhluk hidup bersel banyak (multisluler). Setiap makhluk hidup berasal dari perkembangbiakan yang di bagi menjadi dua macam yaitu secara kawin (generatif) dan perkembangbiakan secara tidak kawin (vegetatif), perkembangbiakan secara kawin terjadi percampuran antara sel ovum dan spermamembentuk satu sel zigot. Zigot membelah terus-menerus sehingga terbentuk embrio, dan embrio berkembang menjadi individu baru. Sel zigot membelah berkali-kali, mula-mula membentuk sel yang seragam (blastula). Sel-sel tersebut belum mempunyai fungsi khusus (Pratiwi, D.A. 2014).
2.2.5 Klasifikasi jaringan tubuh
1. Jaringan Penguat
selubung organ dan melindungi jaringan atau organ tubuh (Pratiwi, D.A, 2014)
Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan ikat dibedakan menjadi dua (Tsamsuhidajat & Wim De jong, 2010) :
1) Jaringan ikat longgat
Ciri – ciri sel – selnya jarang dan sebagian jaringannya tersusun atas matriks yang mengandung serabut kolagen dan serabut elastic. Jaringan ikat longgar terdapat di sekitar organ – organ, pembuluh darah dan saraf. Fungsinya untuk membungkus organ – organ tubuh, pembuluh darah dan saraf.
2) Jaringan ikat padat
Nama lainnya jaringan ikat serabut putih, karena terbuat dari serabut kolagen yang berwarna putih. Jaringan ini terdapat pada selaput urat, selaput pembungkus otot, fasia, ligamen dan tendon. Fasia adalah jaringan ikat berbentuk lembaran yang menyelimuti otot.Ligamen adalah jaringan ikat yang berperan sebagai penghubung antar tulang.Tendon adalah ujung otot yang melekat pada tulang. Fungsinya untuk menghubungkan berbagai organ tubuh seperti otot dengan tulang-tulang, tulang dengan tulang, juga memberikan perlindungan terhadap organ tubuh.
2. Jaringan Tulang Rawan (Kartilago)
atau pembentuk sel-sel tulang rawan. Fungsinya untuk menyokong kerangka tubuh.
Ada 3 macam jaringan tulang rawan :
1) Kartilago hialin matriksnya bening kebiruan. Terdapat pada permukaan tulang sendi, cincin tulang rawan pada batang tenggorok dan cabang batang tenggorok, ujung tulang rusuk yang melekat pada tulang dada dan pada ujung tulang panjang. Kartilago hialin merupakan bagian terbesar dari kerangka embrio juga membantu pergerakan persendian, menguatkan saluran pernafasan, memberi kemungkinan pertumbuhan memanjang tulang pipa dan memberi kemungkinan tulang rusuk bergerak saat bernafas.
2) Kartilago fibrosa matriksnya berwarna gelap dan keruh. Jaringan ini terdapat pada perekatan ligamen-ligamen tertentu pada tulang, persendian tulang pinggang, pada calmam antar ruas tulang belakang dan pada pertautan antar tulang kemaluan kiri dan kanan. Fungsi utama untuk memberikan proteksi dan penyokong.
3) Kartilago elastic matriksnya berwarna keruh kekuning-kuningan. Jaringan ini terdapat pada dawn telinga, epiglottis, pembuluh eustakius dan laring.
3. Jaringan Tulang
Tulang merupakan komponen utama dari kerangka tubuh dan berperan untuk melindungi alat-alat tubuh dan tempat melekatnya otot kerangka. Tulang dapat dibagi menjadi 2 macam :
1) Tulang keras, bila matriks tulang rapat dan padat. Contoh : tulang pipa 2) Tulang spons, bila matriksnya berongga. Contoh : tulang pendek. 4. Jaringan Darah
Jaringan darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan.
Bagian-bagian dari jaringan darah adalah :
1) Sel darah dibagi menjadi sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk mengangkut oksigen dan sel darah putih (lekosit) berfungsi untuk melawan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
2) Keping-keping darah (trombosit)Berfungsi dalam proses pembekuan darah.
3) Plasma darah
Komponen terbesar adalah air, berperan mengangkut sari makanan, hormon, zat sisa hasil metabolisms, antibodi dan lain-lain.
5. Jaringan Limfe/Getah Bening
lemak, garam mineral dan zat-zat lain dari jaringan ke sistem pembuluh darah.
2.2.6 Fungsi jaringan tubuh
Ada empat kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan, termasuk manusiadan organisme multiseluler tingkat rendah seperti artropoda: jaringan epitelium, jaringan pengikat, jaringan penyokong, dan jaringan saraf (Tsamsuhidajat & Wim De jong,2010). 1. Jaringan epitelium.
Jaringan yang disusun oleh lapisan sel yang melapisi permukaan organ seperti permukaankulit. Jaringan ini berfungsi untuk melindungi organ yang dilapisinya, sebagai organ sekresidan penyerapan.
Jaringan epitel terdiri dari 3 macam:
1) Eksotelium: epitel yang membungkus bagian luar tubuh 2) Endotelium: epitel yang melapisi organ dalam tubuh 3) Mesotelium: epitel yang membatasi rongga tubuh Fungsi jaringan epitelium yakni:
1) Absorpsi, misalnya pada usus yang menyerap sari-sari makanan 2) Sekresi, contohnya testis yang mensekresikan sperma
3) Ekskresi, kulit yang mengeluarkan keringat
4) Transportasi, mengatur tekanan osmosis dalam tubuh 5) Proteksi, kulit melindungi jaringan tubuh di bawahnya
8) Alat gerak, selaput kaki pada kulit katak membantu dalam pergerakan
9) Mengatur suhu tubuh, kulit mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat jika tubuh kepanasan
2. Jaringan pengikat sesuai namanya, jaringan pengikat berfungsi untuk mengikat jaringan dan alat tubuh. Contoh jaringan ini adalah jaringan darah.
3. Jaringan otot jaringan otot terbagi atas tiga kategori yang berbeda yaitu otot licin yang dapat ditemukan di organ tubuh bagian dalam, otot lurik yang dapat ditemukan pada rangka tubuh, dan otot jantung yang dapat ditemukan di jantung.
4. Jaringan saraf adalah jaringan yang berfungsi untuk mengatur aktivitas otot dan organ serta menerima dan meneruskan rangsangan. 5. Jaringan penyokong adalah jaringan yang terdiri dari jaringan tulang
rawan dan jaringan tulang yang berfungsi untuk memberi bentuk tubuh,melindungi tubuh,dan menguatkan bentuk tubuh.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Apendisitis
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian fokus pada klien post operasi appendiktomi menurut Bararah dan Jauhar (2013) antara lain:
1. Identitas
Identitas klien post operasi appendiktomi yang menjadi pengkajian dasar meliputi: nama, umur, jenis kelamin, no rekam medis.
2.Keluhan utama
Berisi keluhan utama pasien saat dikaji, klien post operasi appendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi.
3.Riwayat penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang ditemukan saat pengkajian yaitu diuraikan dari masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST (Provokatif, Quality, Region, Severitys cale and Time).
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh kepada penyakit apendisitis yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama seperti klien menderita penyakit apendisitis, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga.
4. Riwayat psikologis
Secara umum klien dengan post appendisitis tidak mengalami penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan harga diri).
5. Riwayat Sosial
Klien dengan post operasi appendiktomi tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi harus dibandingkan hubungan sosial klien antara sebelum dan sesudah menjalani operasi.
6. Riwayat Spiritual
7. Kebiasaan sehari-hari
Klien yang menjalani operasi pengangkatan apendiks pada umumnya mengalami kesulitan dalam beraktivitas karena nyeri yang akut dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri. Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien juga dapat mengalami penurunan haluaran urin karena adanya pembatasan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu maupun tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.
8. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum
Klien post appendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai berat tergantung periode akut rasa nyeri. Tanda vital (tensi darah, suhu tubuh, respirasi, nadi) umumnya stabil kecuali akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan
(swelling), rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
b. Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri
(Blumbeng Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendsitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat tingi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.
e. Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
3) Sistem Pernafasan
Klien post appendiktomi akan mengalami penurunan atau peningkatan frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal, sesuai rentang yang dapat ditoleransi oleh klien.
4) Sistem Kardiovaskuler
5) Sistem Pencernaan
Adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat dipalpasi. Klien post appendiktomi biasanya mengeluh mual muntah, konstipasi pada awitan awal post operasi dan penurunan bising usus. Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi.
6) Sistem Perkemihan
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urin, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intake oral selama periode awal post appendiktomi. Output urin akan berlangsung normal seiring dengan peningkatan intake oral.
7) Sistem Muskuloskeletal
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan. Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
8) Sistem Integumen
Selanjutnya akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas sayatan operasi disertai kemerahan. Turgor kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
9) Sistem Persarafan
10)Sistem Pendengaran
Pengkajian yang dilakukan meliputi: bentuk dan kesimetrisan telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
11)Sistem Endokrin
Klien post appendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi endokrin. Akan tetapi petap perlu dikaji keadekuatan fungsi endokrin (tiroid dan lain-lain).
12) Pemeriksaan Laboratorium
Di lihat dari kenaikan leukosit 10.000-18.000/mm3, bila lebih maka sudah terjadi perforasi. Normalnya Tidak terjadinya peningkatan leukosit melebihi batas normal.
13) Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan USG
Normal: Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc. Burney.
b. Foto polos
Normal: Tidak tampak ada kelainan pada organ.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa Apendiktomi dengan menggunakan pendekatan (NANDA, 2015) adalah
2.3.3 Intervensi Asuhan Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan robekan luka operasi.
Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi (NANDA, 2015), (NOC, NIC, 2013) NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Hasil
a. Tissue integrity : skin and mucous
1. Anjurkan pasien
untuk memakai
pakaian longgar 2. Jaga kulit agar tetap
kering dan bersih 3. Mobilisasi pasien
setap 2 jam sekali 4. leskan lotion atau
8. Ajarkan keluarga
tentang luka dan perawatan luka 9. Cegah kontaminasi
feses dan urin
10.Lakukan tekhik
perawatan luka
dengan prinsip steril 11.Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada luka
12.Hindari kerutan
pada tempat
tidurMandikan pasien dengan air hangat.
b. Perawatan daerah
1. Jelaskan prosedur
2. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
hewan peliharaan hewan
dan penjamu yang
membahayakan (immune compornised)
8. Skrining semua
penyakit menular
9. Pertahankan asepsis
untuk pasen beresiko
10. Pertahankan
teknik-teknik isolasi yang sesuai 11. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area (yang mengalami) edema 12. Periksa kulit dan selaput
lendir adanya kemerahan kehangatan ekstrim atau drainase
13. Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka 14. Dapatkan kultur yang
diperlukan
15. Tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup 16. Anjurkan asupan cairan
dengan tepat 17. Anjurkan istirahat
18. Pantau adanya perubahan
tingkat energy dan
malaise
19. Anjurkan pernapasan
dalam dan batuk, dengan
20. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
21. Anjurkan istirahat
22. Pantau adanya perubahan
tingkat energy dan
malaise
23. Anjurkan pernapasan
dalam dan batuk, dengan tepat
24. Berikan agen imunisasi dengan tepat
diresepkan
26. Jaga penggunaan
antibiotic dengan
bijaksana
27. Jangan mencoba
pengobatan antibiotic untuk infeksi-infeksi virus
28. Kurangi buah-buahan
segar,sayur-sayuran,dan merica dalam diet pasien dengan neutropenia 29. Singkirkan bunga-bunga
segar dan
tanaman-tanaman dari area
pasien,dengan tepat
30. Berikan ruang
pribadi,yang diperlukan 31. Pastikan keamanan air
dengan mengajukan
hiperkronilasi dan
pemanasan lebih,dengan tepat
32. Lapor dugaan infeksi pada personil pengendali infeksi
33. Lapor kultur positif pada
personil pengendali
infeksi
2.3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen.
2.3.5 Evaluasi keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Tehnik Pelaksanaan SOAP
1. S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan.
2. O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
3. A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan metode studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif. Sangat penting untuk mengetahui variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian. Rancangan suatu studi kasus bergantung pada keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor penelitian waktu. Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara terperinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah pengkajian secara terperinci meskipun jumlah respondenya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam, 2015).
Penelitian ini adalah penelitian untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan pada Klien Post Operasi Apendisitis dengan masalah keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan di RSUD Jombang.
3.2 Batasan Istilah
apabila diperlukan, ditambahkan informasi kualitatif sebagai ciri dari batasan yang dibuat oleh penulis.
3.3 Partisipan
Partisipan pada kasus ini adalah 2 klien Post Operasi Apendisitis dengan masalah keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan.
Dengan kriteria subjek:
1. Klien Post Operasi Apendisitis dengan keadaan sadar. 2. Klien yang kooperatif.
3. Klien mengalami Kerusakan Integritas Jaringan.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi
Lokasi studi kasus ini rencananya akan dilaksanakan di RSUD Jombang Jalan KH. Wahid Hasyim No. 52 Kepanjen, Kec. Jombang, Kab. Jombang, Provinsi Jawa Timur.
3.4.2 Waktu Penelitian
Waktu ditetapkan yaitu sejak pertama klien MRS sampai klien pulang, atau klien yang di rawat minimal 3 hari. Jika selama 3 hari klien sudah pulang, maka perlu penggantian klien lainnya yang mempunyai kasus sama.
3.5 Pengumpulan Data
data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpul data (jika diperlukan), memperhatikan prinsip-prinsip validitas dan rehabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan ( Nursalam, 2015 ).
1. Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan informasi dari klien. Wawancara ini juga dapat disebut sebagai riwayat keperawatan. Jika wawancara tidak dilakukan ketika klien masuk keperawatan fasilitas kesehatan, wawancara ini dapat disebut sebagai wawancara saat masuk. Ketika seoranng dokter mengumpulkan informasi ini maka disebut sebagai riwayat medis. Pada beberapa area, perawat terdaftar mengkaji riwayat keperawatan, dengan dibantu oleh mahasiswa keperawatan. Mengkaji data dan bekerja sama dengan tim untuk memformulasi diagnosis keperawatan dan merencanakan asuhan.
Setiap fasilitas memiliki format kesehatannya sendiri untuk dilengkapi bersama dengan klien dan tim kesehatan lainnya. Format dapat disusun menurut kebutuhan khusus pasien atau sesuai dengan sistem tubuh. Asuhan jangka panjang, layanan kesehatan dirumah dapat menggunakan format sesuai dengan kebutuhan khusus klien. Menggunakan wawancara dan mendokumentasikan informasi kedalam catatan perkembangan keperawatan.
yang maksimal, dapat direncanakan wawancara sebelum bertemu klien. Memberitahu klien bahwa tujuan wawancara adalah untuk merencanakan asuhan yang efektif yang akan memenuhi kebutuhan klien.
Ketika mengumpulkan informasi, semua metode komunikasi harus dilakukan. Pengumpulan data dan pengkajian adalah pertanyaan terbuka, pertanyaan terperinci, ketrampilan observasi dan taktil. Klien memiliki hak untuk menolak menjawab pertanyaan yang menurut mereka terlalu pribadi. Pada beberapa kasus, mungkin perlu dibicarakan dengan anggota keluarga karena kebanyakan dari pasien biasanya bingung untuk berespon. Harus melindungi kerahasiaan pasien, jangan pernah mengungkapkan informasi yang sebelumnya tidak diketahui anggota keluarga tanpa persetujuan dari klien sendiri.
Komponen riwayat keperawatan, riwayat kesehatan yang lengkap dapat membantu untuk mengembangkan rencana asuhan yang efektif untuk klien (Caroline dkk, 2014)
2. Observasi dan pemeriksaan fisik a. Observasi
Observasi adalah perangkat pengkajian yang berstandar pada penggunaan lima indra (penglihatan, sentuhan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan) untuk mencari informasi mengenai klien (Caroline dkk, 2014)
1) Observasi visual
contoh yang harus dipertimbangkan adalah gerakan tubuh, penampilan umum, tata krama, ekspresi wajah, gaya berpakaian, komunikasi nonverbal, tampilan seta kebersihan. Untuk mengumpulkan data subjektif, seperti ketika memperhatikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh klien. Observasi visual juga dapat mengumpulkan data objektif. 2) Observasi taktil
Sensasi sentuhan memberi informasi penting mengenai klien. Misalnya sentuhan atau palpasi.
3) Observasi Auditori
Mendengarkan klien dan keluarga secara aktif ketika sedang berinteraksi dengan perawat dan tim kesehatan lain. Perawat juga dapat mengumpulkan data dengan cara auskultasi. 4) Observasi Olfaktori atau Gustatori
Indra penciuman mengidentifikasikan bau yang mungkin spesifik dengan kondisi atau status kesehatan klien. Observasi olfaktorius mencakup mencatat bau badan, nafas yang buruk atau asidosis metabolik.
b. Pemeriksaan fisik
c. Studi dokumentasi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, hasil laboratorium, status pasien dan lembar observasi yang dibuat.
3.6Uji Keabsahan Data
Menurut Saryono dan Anggraeni (2010) dalam penelitian kualitatif ada 4 cara untuk mencapai keabsahan data, yaitu: kreadibility (kepercayaan);
dependility (ketergantungan); konfermability (kepastian). Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam antara lain :
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulakn sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kreadibilitas ialah:
1) Memperpanjang cara observasi agar cukup waktu untuk mengenal respondens, lingkungan, kegiatan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal ini sekaligus untuk mengecek informasi, guna untuk dapat diterima sebagai orang dalam.
2) Pengamatan terus-menerus, agar penelitian dapat melihat sesuatu secara cermat, terinci dan mendalam sehingga dapat membedakan mana yang bermakna dan mana yang tidak bermakna.
4) Peer debriefing dengan cara membicarakan masalah penelitian dengan orang lain, dan tanya jawab dengan teman sejawat.
2. Ketergantungan (dependility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan mengintrepretasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pelacakan audit.
3.7 Analisa Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
oleh peneliti dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan data tergantung dari desain penelitiaan . Langkah-langkah pengumpulan data tergantung dari desain dan tehnik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2011). Proses pengumpulan data studi kasus ini terdapat tiga tahapan yaitu :
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan aau implementasi dan evaluasi.
2. Merekduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian Data
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis denga perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
3.8Etik Penelitian
Menurut Nursalam ( 2015 ) menyatakan bahwa secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai, hak-hak subjek, dan prinsip keadilan. Selanjutnya diuraikan sebagai berikut :
1. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Tanpa nama (anonymity)
Memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Penelitian di lakukan di Ruang Paviliun Mawar RSUD Jombang JL. KH. Wahchid Hasyim No. 52 Jombang Ruang Paviliun Mawar, dengan kapasitas 24 tempat tidur dengan 2 dokter spesialis, 14 tenaga medis, dan 5 tenaga non medis.
4.1.2 Pengkajian
1) Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
2) Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Klien Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
RIWAYAT
Klien dioperasi pada tanggal 19 April 2017 pukul 11.00 WIB, operasi apendektomi dengan anestesi spinal. Saat dikaji klien mengeluh nyeri pada luka post op, ditusuk-tusuk, skala 6, terus – menerus, pada pengkajian PQRST, P (provokatif (timing) : terus-menerus. Badan lemas, panas, sakit apabila balik ke sebalah kanan.
Klien mengatakan pernah berobat ke Rumah Sakit ± 10 tahun yang lalu karena pernah menderita penyakit menular.
Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang sama seperti klien.
Klien mengatakan berusaha sabar menghadapi penyakit yang di derita, dan berharap penyakitnya bisa segera sembuh. dirawat, jahitan terlepas dan dijahit ulang pada tanggal 23 April 2018. pada pengkajian
PQRST P
(Provocative/palliative) : klien mengatakan nyeri disebabkan karena luka operasi Q (Quality) : nyerinya timbul bila klien bergerak dan beraktivitas, R (Region) : daerah perut kuadran kanan bawah, S (Severity) : nyeri akut dengan skala 6 (sedang), T (Timing) klien mengatakan
nyeri tidak menentu
waktunya
Klien merasa mual serta tidak enak makan.
Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang sama seperti klien.
Keluarga klien mengatakan bahwa klien menerima dengan ikhlas dan sabar atas cobaan yang diberikan oleh Allah, dan berharap agar
segera diberikan
kesembuhan.
Klien mengatakan bahwa
sebelumnya mempunyai
3) Perubahan pola kesehatan (pendekatan Gordon/pendekatan system) Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan Klien Post Operasi Apendisitis Dengan
Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2
Klien mengatakan, ketika sakit sering periksa ke dokter dekat rumah
Di Rumah : Klien
mengatakan nafsu makan baik, makan 3x/hari dengan menu nasi, lauk pauk dan tidak terlalu suka sayur, minum air putih kurang lebih 1500ml/hari suka minum teh.
Di Rumah Sakit : Pada saat pengkajian keluarga klien mengatakan nafsu makan berkurang, makan kurang lebih 5-6 sendok, minum air putih kurang lebih 500 ml/hari. Diit : bubur halus
Di Rumah : Klien
mengatakan BAK 5x/hari, warna kuning jernih, volume normal dan BAB 1x/hari warna kuning
kecoklatan dengan
konsistensi padat sering kontipasi
Di Rumah Sakit : klien mengatakan BAK kurang lebih 3x/hari, BAB hanya 1x dan belum BAB ±2 hari.
Di Rumah : klien
mengatakan tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam dengan perlengkapan dan penerangan yang baik. Di Rumah Sakit : klien mengatakan sering tidur ± 3, pada malam hari dan sering
bangun karena kurang
nyaman dengan keadaanya.
Klien mengatakan saat merasa tidak enak badan, klien langsung priksa ke mantri dekat rumah
Di rumah : Klien
mengatakan makan 3x/hari dengan menu nasi lauk pauk dan tidak suka sayur, minum air putih kurang lebih 1500 ml/hari, suka meminum kopi.
Di Rumah Sakit : klien mengatakan nafsu makan menurun makan 2x/hari habis ½ porsi. Minum air putih ± 500 ml/hari. Diit : bubur halus
Di Rumah : Klien
mengatakan BAK 6x/hari warna kuning jernih, volume normal dan BAB 1x/hari warna kuning
kecoklatan dengan
konsistensi padat sering kontipasi
Di Rumah Sakit : klien mengatakan BAK kurang lebih 4x/hari, selama 2 hari
BAB hanya 1x warna
Pola aktivitas Di Rumah : klien
mengatakan, klien
melakukan semua aktivitas secara mandiri.
Di Rumah Sakit : klien melakukan, semua aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarganya.
Di Rumah : klien
mengatakan melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Di Rumah Sakit : klien melakukan semua aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarganya.
Sumber : Data Primer (2018)
4) Pemeriksaan Fisik (Pendekatan head to toe/pendekatan system)
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Klien Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan Pemeriksaan head to toe
Kepala
Inspeksi : tampak kotor Palpasi : tidak ada benjolan pernafasan cuping hidung, tidak ada secret.
Inspeksi : bicara cedal, bibir kering, terlihat karies, bau mulut
Palpasi : tidak ada nyeri
Inspeksi : tampak kotor Palpasi : tidak ada benjolan
konjungtiva merah muda, sclera putih, pupil isokor.
Inspeksi : simetris, fungsi penciumsn baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret.
Inspeksi : bibir kering, bau mulut
Telinga
pendengaran baik, lubang telinga bersih.
Inspeksi : tidak ada pembesaran limfe dan tyroid Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak terdapat tarikan otot bantu nafas tidak ada pembesaran hepar Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 12x/menit
Inspeksi : tidak ada gangguan pada ektermitas.
pendengaran baik, lubang telinga bersih.
Inspeksi : tidak ada pembesaran limfe dan tyroid Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak terdapat tarikan otot bantu nafas tidak ada pembesaran hepar Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 10x/menit
Inspeksi : tidak ada gangguan pada ektermitas Kekuatan tonus otot karena keterbatasan gerak
Di Rumah klien selalu beribadah dengan rutin dan mengikuti pengajin atau kegiatan keagamaan yang ada dalam masyarakat.
5) Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Klien 1
1. Laboratorium : Terlampir
2. Rongsen : Tidak tampak kelainan yang spesifik tak tampak bayangan ontras masuk kedalam rongga appendix ccum normal.
3. Pemeriksaan USG : Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc. Burney.
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik Klien Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
ELEKTROLIT
1. Laboratorium : Terlampir
2. Rongsen : Non filling appendix, Sugestif Appendicitis Chonis 3. Pemeriksaan USG : Tidak tampak ada peradangan pada bagian Mc. Burney.
Pemeriksaan klien 2 Hasil Hasil Normal
SERUM
Injeksi : Ranitidin 2x25 gram Cetorolak 2x30 gram
Pelastin 2x1 gram Klien 2 :
Infus : RL 20 tpm
Injeksi : Ranitidin 2x25 gram Cetorolak 2x30 gram
Pelastin 2x1 gram Antrain 3x1 gr
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.6 Analisa Data Klien Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subjectif : Klien 1 g. Respirasi : 24 x/menit h. Pola nafas teratur i. Cemas dan gelisah j. Nafsu makan turun
DATA ETIOLOGI MASALAH g. Respirasi : 20 x/menit h. Pola nafas teratur i. Cemas dan gelisah
Appendektomy
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur pembedahan
4.1.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.7 Intervensi keperawatan klien post operasi apendisitis dengan masalah keperawatan kerusakan intergritas jaringan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan
prosedur pembedahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan intergritas jaringan kembali normal. a. Tissue integrity: skin and
muccous
b. Wound healing: Primary and secondary intention. Kriteria Hasil :
a. Perfusi jaringan normal b. Tidak ada tanda-tanda
infeksi
c. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
a. Pressure ulcer prevention wound care 3. Mobilisasi pasien setap
2 jam sekali 6. Monitor status nutrisi
pasien
7. Observasi luka
8. Ajarkan keluarga
terjadinya cedere
e. Menunjukan proses
penyembuhan luka
perawatan luka
9. Lakukan tekhik
perawatan luka dengan prinsip steril
10.Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
b. Perawatan daerah sayatan
1. Periksa daerah
3. Bersihkan daerah
sekitar sayatan
5. Monitor sayatan
untuk tanda dan
10. Arahkan pasien
local
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi 3. Batasi jumlah
pengunjung,yang sesuai
4. Skrining semua pengunjung terkait penyakit menular 5. Pertahankan asepsis
untuk pasen beresiko 6. Pertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai
7. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area (yang mengalami) edema/ luka
8. Periksa kulit dan selaput lendir adanya kemerahan
kehangatan ekstrim atau drainase 9. Periksa kondisi setiap
sayatan bedah atau luka
10. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup 11. Anjurkan istirahat 12. Pantau adanya
4.1.6 Implementasi
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan Pada Klien 1 Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
Rabu, 24 April
Membina hubunga saling percaya agar memudahkan perawat klien.
Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian longgar
Menjaga kulit agar tetap kering dan bersih
Memobilisasi pasien setap 2 jam sekali
Monitoring status nutrisi pasien
Mengobservasi luka
Mengajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
Melakukan tekhik perawatan luka dengan prinsip steril
Monitoring proses penyembuhan di daerah sayatan
Membersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang tepat
Menggunakan kapas steril untuk pembersihan jahitan benang luka yang efisiensi, luka dalam dan sempit, 1atau luka berkantong
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Pada Klien 2 Post Operasi Apendisitis Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
Hari/tanggal Waktu Inplementasi Paraf
Klien 2
Membina hubunga saling percaya agar memudahkan perawat klien.
Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian longgar
Menjaga kulit agar tetap kering dan bersih
Memobilisasi pasien setap 2 jam sekali
Monitoring status nutrisi pasien
Mengobservasi luka
Mengajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
Melakukan tekhik perawatan luka dengan prinsip steril
Monitoring proses penyembuhan di daerah sayatan
Membersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang tepat
Menggunakan kapas steril untuk pembersihan jahitan benang luka yang efisiensi, luka dalam dan sempit, 1atau luka berkantong
Memberikan plester untuk menutup Memberikan salep antiseptic Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
Kamis, 25 April
Memberikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
09.15
Melakukan tekhik perawatan luka dengan prinsip steril
Membersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang tepat
Memperiksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak atau tanda tanda dehiscense atau eviserase
Monitoring sayatan untuk tanda dan gejala infeksi
Menganjurakan pasin untuk istirahat Membatasi jumlah pengunjung,yang sesuai
Menskrining semua pengunjung terkait penyakit menular
Mempertahankan asepsis untuk pasin beresiko Mempertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai Mengobservasi TTV Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
Kamis, 25 April
Memberikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
Mengajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
Melakukan tekhik perawatan luka dengan prinsip steril
Membersihkan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang tepat
10.25
Monitoring sayatan untuk tanda dan gejala infeksi
Menganjurakan pasin untuk istirahat Membatasi jumlah pengunjung,yang sesuai
Menskrining semua pengunjung terkait penyakit menular
Mempertahankan asepsis untuk pasin beresiko Mempertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai Mengobservasi TTV Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf
Jumat, 26 April
Monitoring adanya tanda dan gejala infeksi sistematik dan local
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Memberikan perawatan kulit yang tepat untuk area (yang mengalami) edema/ luka
Memperiksa kulit dan selaput lendir adanya kemerahan kehangatan ekstrim atau drainase Memperiksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka Meningkatkan asupan nutrisi yang cukup
Mengobservasi TTV Keperawatan Kerusakan Intergritas Jaringan
Hari/tanggal Waktu Implementasi Paraf