• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNI RSUD JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNI RSUD JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KARYATULISILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:

KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNIRSUD JOMBANG

OLEH:

WINDI YANUARTI NINGSIH NIM : 141210043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:

KURANG DARIKEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNI RSUD JOMBANG

OLEH:

WINDI YANUARTI NINGSIH NIM : 141210043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

ii

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:

KURANG DARIKEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNI RSUD JOMBANG

DiajukansebagaisalahsatusyaratmendapatkangelarAhliMadyaKeperawatan(A.Md. Kep) Pada Program Studi Diploma III

KeperawatanSekolahTinggiIlmuKesehatanInsanCendekia MedikaJombang

OLEH:

WINDI YANUARTI NINGSIH NIM. 141210023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(4)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

NIM

Tempat, tanggal lahir Institusi

: : : :

WINDI YANUARTI NINGSIH 141210043

Mojokerto, 01 Januari 1996

Program Studi Diploma III Keperawatan

Menyatakan bahwaKarya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul"Asuhan KeperawatanPada Klien Thypoid Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di Ruang Seruni RSUD Jombang" adalah bukan Karya Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Jombang,16 Mei 2017 Yang Menyatakan

(5)

iv

MOTTO

“Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik maka kamu akan menjadi orang yang terbaik”

PERSEMBAHAN

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas karunia serta kemudahan yang telah diberikan, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Saya persembahkan karya tulis ini untuk orang tua yang selalu senantiasa merawat, membesarkan dan memberikan saya banyak pendidikan mulai dari hal terkecil sampai sekarang, terimakasih bapak dan ibu karena selalu memanjatkan doa disetiap sujudmu sehingga karya tulis ini terselesaikan.

Terima kasih juga untuk keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi dukungan, suport, serta selalu berbagi pengalaman.

Serta teman-teman DIII Keperawatan yang selama 3 tahun penuh dengan canda tawa sudah pernah kita rasakan serta support dari kalian semua.

(6)
(7)
(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto, 01 Januari 1996 dari pasangan Bapak Saekan dan ibu yang bernama Sukenik, penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Jetis 4, tahun 2011 penulis lulus dari SMPN 2 Jetis, tahun 2014 penulis lulus dari SMKN 1 Sooko. Pada tahun 2014 lulus seleksi masuk STIKes“Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur Reguler. Penulis memilih Program Studi Diploma III keperawatan dari lima program studi yang ada di STIKes ICMe Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 16 Mei 2017

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada Klien Thypoid Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh” ini dengan sebaik-baiknya.Karya Tulis Ilmiahini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi Diploma III Keperawatan Stikes Insan Cendekia Medika Jombang.

Terima kasih yang tak terhingga dan sebesar - besarnya saya sampaikan kepada Imam Fatoni, SKM.,MM selaku Pembimbing Utama yang telah dengan sabar dan penuh perhatian memberikan motivasi, bimbingan dan saran untuk penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Terima kasihkepada Dwi Harianto, S.Kep.,Ns selaku pembimbing kedua yang telah menyediakan waktu dengan penuh kesabaran memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis sejak awal hingga akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan.

(10)

ix

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya dan semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan.

(11)

x

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:

KURANGDARIKEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNI RSUD JOMBANG

Oleh:

WINDI YANUARTI NINGSIH

Demam thypoid merupakan penyakit endemik dan masih menjadi masalah kesehatan yang penting di berbagai negara, terutama negara berkembang termasuk negara Indonesia yang disebabkan oleh Salmonella thypi.Demam thypoid dapat ditularkan melalui secret dan saluran pernapasan dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.

Desain penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus.Partisipan yang digunakan adalah 2 klien dengan yang didiagnosa medik mengalami thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian diruang seruni RSUD Jombang berdasarkan pengkajian diketahui bahwa ibu An. R mengeluhkan anaknya tidak mau makan dan hanya mau minum susu yang didukung dengan data obyektif lidah kotor, konjungtiva pucat, sering mual dan muntah sedangkan ibu An. D mengatakan bahwa anaknya hanya mau makan sekitar 3 sendok dengan data obyektif tampak muntah setiap kali makan, lidah kotor. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh disusun berdasarkan kriteria NIC NOC tahun 2015 yang meliputi monitor nutrisi dan terapi nutrisi. Implementasi pada An. R dan An. D dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 hari.

Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari maka hasil evaluasi akhir pada An. R dan An. D masalah sebagian teratasi, sehingga memerlukan implementasi lanjutan karena masalah belum teratasi sepenuhnya.

(12)

xi

ABSTRACT

NURSING CARE TO THYPOID PATIENT WITH NUTRITION DISPROPORTION PROBLEM : LESS THAN BODY NEED

IN SERUNI ROOM OF RSUD JOMBANG

By:

WINDI YANUARTI NINGSIH

Thypoid fever is endemic disease and still become important health problem in many countries, especially in developing country including Indonesia that caused by Salmonella Thypi. Thypoid fever can be spreaded by secret and respiratory tract in vary time period.

Research design is descriptive by using Case study method. Participants used are 2 clients that medically diagnosed get suffer thypoid with nutrition disproportion problem: less than body need. Data collected by interview, observation and documentation.

Research result in seruni room of RSUD Jombang based on assessment known that Mrs R complain her child doesn’t want to eat and just want to drink milk that supported by objective data of dirty tongue, pale conjunctiva, often Nausea and vomiting while Mrs D says her child just want to eat about 3 spoons by objective data looks vomiting when eating, dirty tongue. Nursing diagnosis appointed is nutrition disproportion: less than body need. Nursing intervention made to nutrition disproportion: less than body need arranged by NIC and NOC criteria in year 2015 including nutrition monitoring and nutrition therapy. Implementation to Mrs R anMrs D is developed by the result of intervention assessment that done in 3 days.

After doing implementation for 3 days, final evaluation result to Mrs R an Mrs D known that part of problem handled, so that it needs continously implementation because the problem hasn’t handled all

(13)

xii

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ... xvi

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Thypoid ... 6

2.2. Konsep Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh ... 17

2.3. Konsep Tumbuh Kembang ... 20

2.4 Konsep Asuhan Nutrisi ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 31

3.2. Batasan Batasan Istilah ... 31

3.3. Partisipan ... 32

3.4. Lokasi Penelitian Waktu Penelitian ... 32

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi per Hari………... 20 Tabel 2.3

Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10

Intervensi Keperawatan………... Identitas Kilien…………..……….. Riwayat Penyakit……… Perubahan Pola Kesehatan……….. Pemeriksaan Fisik………... Pemeriksaan Diagnostik……….. Terapi………... Analisa Data………... Intervensi Keperawatan………... Implementasi Keperawatan………. Evaluasi Keperawatan……….

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Jadwal Kegiatan laporan Karya Tulis Ilmiah Lembar Permohonan Responden

Lembar Persetujuan Responden

Surat Pre Survei Data dari STIKes ICMe Jombang Surat Penelitian dari STIKes ICMe Jombang Lembar Disposisi

Surat Balasan penelitian Lembar Konsultasi

(17)

xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

%

Capillary Refill Time Diabetes Melitus

Milimeter Merkuri Hydrargyrum Benzylaminopurine

Glosarium

North American Nursing Diagnosis Association Nursing Interventions Classification

Nursing Outcomes Classification Rumah Sakit Umum Daerah Tinggi Badan

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini demam thypoid merupakan penyakit endemik dan masih menjadi masalah kesehatan yang penting di berbagai negara, terutama negara berkembang termasuk negara Indonesia seperti daerah tropis dan subtropis.Salmonella thypi mampu hidup dalam tubuh manusia, karena manusia sebagai natural reservoir.Manusia dengan demam thypoid biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala umum demam dan gangguan pencernaan.Demam thypoid dapat ditularkan melalui secret dan saluran pernapasan dalam jangka waktu yang sangat bervariasi (Sodikin, 2012).

(19)

orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus demam thypoid (WHO, 2012). Demam thypoid di Indonesia merupakan jenis kasus penyakit yang cukup tinggi sekitar 28-810 kasus per-100.000 penduduk pertahun. Dari survey berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2013 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu 19.596 menjadi 26.606 kasus (Depkes RI, 2013). Dan berdasarkan Badan Kesehatan kabupaten Jombang pada tahun 2012 diketahui jumlah penderita demam thypoid sejumlah 6.122 orang serta di ruang seruni RSUD Jombang tahun 2014 terdapat 125 kasus dan pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai April terdapat 94 kasus. Pada tahun 2016 terdapat 437 kasus dan pada tahun 2017 sampai bulan januari terdapat 27 kasus.

Penderitaterjadi penurunan nafsu makan karena merasa mual, muntah, lidahnya kotor dan rasa pahit waktu makan. Hal ini menyebabkan asupan makanan tidak adekuat, sedangkan kebutuhan gizi pada penderita penyakit infeksi demam thypoid cenderung meningkat, sehingga akan berpengaruh terhadap perubahan status gizi (Sudoyo & Aru, 2009).

(20)

terjadi peningkatan asam lambung, maka mengakibatkan mual, muntah dan anoreksia yang berdampak pada penurunan nafsu makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang. Maka dapat terjadi lemah atau lemas dan bahkan dapat mengganggu aktivitas secara mandiri (Rampengan, 2008)

Penanganan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada demam thypoid adalah dengan cara diberikan bubur saring yang bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan. Menurut (Suntoso dan Angela 2009).Melakukan pendidikan kesehatan tentang diet pasien dan menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.Terapi nutrisi, monitor nutrisi, manajemen berat badan dan bantuan peningkatan berat badan (Bulechek, 2015).Tujuan diet adalah untuk memberikan makanan yang tidak memberatkan kerja lambung dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebih.

1.2 Batasan Masalah

Asuhan keperawatan pada anak thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di ruang Seruni RSUD Jombang.

1.3Rumusan Masalah

(21)

1.4 Tujuan Penulisan 1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan upaya penyelesaian masalah pada kasus pasien demam thypoidyang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.

2) Menentukan prioritas diagnose keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.

3) Merencanakan tindakan keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.

4) Melaksanakan perencanaan tindakan keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.

5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:

1.5.1Manfaat Teoritis

(22)

1.5.2Manfaat Praktis

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Demam Thypoid

2.1.1. Definisi

Demam thypoidadalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih satu minggu, biasanya terjadi gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011).

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan yang biasanya banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun. Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.kematian demam thypoid pada anak lebih rendah bila di banding dengan dewasa (Dewi, 2011).

2.1.2. Klasifikasi demam thypoid menurut WHO (2003): 1. Demam thypoid akut non komplikasi

Penderita dikarakterisasi dengan demam berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa dan diare pada anak), sakit kepala, malaise, dan anoreksia. Saat periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya resespot pada dada, abdomen dan punggung.

2. Demam thypoid dengan komplikasi

Keadaan penderita demam thypoid mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan

(24)

keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi dan usus.

3. Keadaan karier

Keadaan karier thypoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier typhoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses.

2.1.3. Etiologi

(Rasmilah 2012) mengatakan sumber penularan utama demam thypoid adalah penderita itu sendiri dan karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan.

Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu) 60oC selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan, dan khlorinisasi (Harahap, 2011).

Salmonella typhi mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu: 1) Antigen O (Antigen Somatik), terletak pada lapisan luar dari tubuh

kuman. Mempunyai struktur kimia lipopolisakarida/endotoksin, tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. 2) Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau

(25)

3) Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis (Harahap, 2011). Selain itu, Salmonella typhi juga dapat menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin (Putra, 2012). Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Harahap, 2011).

2.1.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih bervariasi bila dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila hanya berpegang pada gejala atau tanda klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam thypoid pada anak, terutama pada penderita yang lebih muda, seperti pada thypoid kongenital ataupun thypoid pada bayi. Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7-20 hari, dengan masa inkubasi terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari.Dikatakan bahwa masa inkubasi mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umum atau status gizi serta status imunologis penderita.

Secara garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan: 1) Demam satu minggu atau lebih

(26)

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi.Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.Pada minggu kedua, gejala atau tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.

2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik

(Arif Mansjoer, 2003) mengatakan biakan darah yang positif memastikan demam thypoid, sedangkan biakan darah negatif tidak menyingkirkan demamthypoid.Peningkatan titer uji widal tes 4 kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam thypoid.Reaksi widal tes tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid.

Widal Tes

1) Widal tes merupakan reaksi serologis yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa demam thypoid. Dasar widal tes adalah reaksi aglutinasi antara antigen salmonella thypi dengan antibodi yang terdapat pada serum penderita (Rampengan, 2008). 2) Pemeriksaan widal tes

Metode yang dikenal menurut (Rampengan, 2008), yaitu: a) Widal cara tabung (konvensional)

(27)

Nilai sensitifitas, spesifisitas serta reaksi widal tes sangat bervariasi dari satu laboratorium dengan laboratorium lainnya.Disebut tidak sensitif karena adanya sejumlah penderita dengan hasil biakan positif tetapi tidak pernah dideteksi adanya antibodi dengan tes ini, sehingga sulit untuk memperlihatkan kenaikan titer yang berarti.Widal sebaiknya tidak dilakukan hanya satu kali saja melainkan perlu satu seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati nilai standart setempat.

2.1.6. Patofisiologi

(28)

Gambar 2.1 WOC demam thypoid

Bakteri Salmonella thypi

Masuk ke saluran cerna melalui makanan dan minuman

Peradangan pada saluran cerna

Sebagian dimusnahkan asam lambung

Merangsang pelepasan zat pirogen dan leukosit Peningkatan produksi asam

lambung

Zat pirogen beredar beredar dalam darah Mual, muntah

Hipotalamus Berat badan

menurun

MK :

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Merespon dengan meningkatkan suhu tubuh

Demam thypoid / typus abdominalis

Inflamasi kuman pada usus halus

Peningkatan suhu tubuh

Sebagian menetap dan sebagian menetap di ileum terminalis

MK:

Hipertermia Perdarahan dan

(29)

2.1.7. Komplikasi

Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam 2 bagian menurut (Rampengan, 2008) yaitu:

1) Komplikasi pada usus halus a) Perdarahan usus

b) Perforasi usus c) Peritonitis

2) Komplikasi di luar usus halus a) Bronkitis

b) Bronkopnemonia c) Ensepalopati d) Kolesistitis e) Meningitis f) Miokarditis g) Karier kronik

2.1.8. Penatalaksanaan

Penanganan demam thypoid menurut (Rampengan, 2008) adalah:

Penderita yang dirawat dengan diagnosis demam thypoid harus dianggap dan dirawat sebagai penderita demam thypoid yang secara garis besar ada 3 bagian, yaitu:

1) Perawatan

(30)

Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, pada penderita dengan kesadaran yang menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi.Untuk lamanya perawatan sampai saat ini sangat bervariasi tidak ada keseragaman, tergantung kondisi penderita adanya komplikasi atau tidak.

2) Diet

Penderita diberi diet yang terdiri dari bubur saring terlebih dahulu kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi.Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas dan kuantitas dapat diberikan dengan aman. Pemberian makanan padat dini banyak memberikan keuntungan, seperti dapat menekan turunnya berat badan selama perawatan, dapat menekan penurunan kadar albumin dalam serum dan dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawatan.

3) Obat-obatan

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%). Sejak adanya obat antimikroba terutama kloramfenikol angka kematian menurun secara drastis (1-4%).

a) Kloramfenikol

(31)

pemberiankloramfenikol tidak terdapat kesamaan dosis. Dosis yang

dianjurkan ialah 50-100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari. Untuk neonates, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari dan bila terpaksa, dosis tidak boleh melebihi 25 mg/kgBB/hari, selama10 hari.

b) Tiamfenikol

Pemberian tiamfenikol, demam turun setelah 5-6 hari.Komplikasi hematologi pada pengguaan tiamfenikol lebih jarang dilaporkan.Dosis oral yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.

c) Kotrimoksasol

Kelebihan kotrimoksasol antara lain dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap kloramfenikol, penyerapan di usus cukup baik. Dosis oral yang dianjurkan adalah 30-40 mg/kgBB/hari sulfametoksazol dan 6-8 mg/kgBB/hari untuk trimetropim, diberikan dalam 2 kali pemberian, selama 10-14 hari.

d) Ampisilin dan Amoksilin

(32)

Pengobatan demam thypoid yang menggunakan obat kombinasi tidak memberikan keuntungan yang lebih baik bila diberikan obat tunggal.

1) Seftriakson

Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari, tunggal atau dibagi dalam 2 dosis IV.

2) Sefotaksim

Dosis yang dianjurkan adalah 150-200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis IV.

3) Siprofloksasin

Dosis yang dianjurkam 2x200-400 mg oral pada anak berumur lebih dari 10 tahun.

4) Kortikosteroid

Diberikan dengan indikasi yang tepat karena dapat menyebabkan perdarahan usus dan relaps. Tetapi, pada kasus berat penggunaan kortikosteroid secara bermakna menurunkan angka kematian.

2.1.9. Pencegahan

Pencegahan menurut (Rampengan, 2008) dapat dibagi atas: 1) Usaha terhadap lingkungan hidup:

a) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat

(33)

ringan yang tidak mengandung zat mineral. b) Pembuangan kotoran manusia yang higienis

Manusia yang sehat dapat terpapar dengan bakteri atau kuman pada kotoran sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit jika lingkungan tidak higienis.

c) Pemberantasan lalat

Lalat merupakan salah satu hewan yang lebih cepat dalam penyebaran

kuman, karena setelah hinggap ditempat kotor lalat dapat terbang dan hinggap di makanan yang akan dikonsumsi.

d) Pengawasan terhadap penjual makanan

Anak-anak yang khususnya harus lebih memperhatikan makanan yang akan dibeli dan dimakan, karena anak-anak belum tau mana makanan yang layak dikonsumsi atau tidak.

2) Usaha terhadap manusia: a) Imunisasi

Vaksin yang terbuat dari salmonella yang dilemahkan dari strain Ty 21a pada pemberian oral memberikan perlindungan 87-95% selama 36 bulan.

b) Menemukan dan mengobati karier

Jika dapat megetahui dan menemui penyebab pembawa penyakit akan lebih mudah untuk mengobati.

(34)

Masyarakat dapat lebih mengenal demam thypoid itu sendiri dan jika terjangkit dapat mengenali tanda gejala sehingga dapat melakukan pencegahan awal.

2.2Konsep Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh

2.2.1. Definisi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup memenuhi kebutuhan metabolik (Springfield, 2015). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito Lynda Juall, 2007).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi menurut (Suardi, 2008), yaitu: 1) Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makan,

haltersebutdapatdisebabkanolehkurangnyainformasisehinggadapat terjadikesalahanpemenuhankebutuhangizi.

2) Kebiasaan

(35)

3) Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang lebih.

4) Usia

Usia 0-10 tahun metabolisme basal bertambah dengan cepat sehubungan dengan faktor tumbuh kembang. Sedangkan setelah usia 20 tahun relatif konstan karena sel-sel sudah tidak bertumbuh secara cepat saat seperti golden age.

5) Jenis kelamin

Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar daripada wanita.

2.2.3. Metode menentukan kekurangan nutrisi (Hidayat Alimul, 2006). 1) Riwayat makanan

Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makan, tipe makanan yang dihindari, makanan yang disukai dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang.

2) Kemampuan makan

Kemampuan untuk mengunyah, menelan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

3) Jumlah asupan dan aktifitas

(36)

4) Penampilan Fisik

Dilihat dari rambut yang tidak kering dan rontok, mata cerah dan tidak ada rasa sakit, mukosa bibir tidak kering, kulit tubuh halus dan tidak bersisik.

5) Pengukuran Antropometrik

Meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan sehingga dapat terlihat pola pertumbuhan dan perkembangan. Dengan menentukan berat badan ideal :

Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan energi seseorang melalui penentuan berat badat ideal dan indeks massa tubuh.

Berat badan ideal (kg) = [Tinggi badan(cm)-100] – [10% (tinggi badan-100)]

Adapun rumus untuk mengukur indeks massa tubuh : Indeks massa tubuh = Berat badan (kg)

Tinggi badan2 (m)

Dengan melakukan pengukuran tersebut kita dapat mengetahui apakah sudah memenuhi keseimbangan energi atau belum.

2.2.4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

(37)

Tabel 2.2 kebutuhan nutrisi per hari.

Lemak (g) Karbohidrat (g)

(Sumber : RISKESDAS 2007 dan 2010).

2.3Konsep Tumbuh Kembang:

2.3.1. Definisi

(38)

pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Intelektual dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, dan yang terakhir secara emosional anaka dapat dilihat dari perilaku social dilingkungan anak.

Masa sekolah, pada masa ini perkembangan anak masih sangat dipengaruhi lingkungan keluarga, sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan berkembangan anaknya terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat. Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.

2.3.2. Tahapan Tumbuh Kembang Anak: 1) Masa Prenatal

Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat. Pada masa fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran. 2) Masa Posnatal

Terdiri atas masa neonatus, bayi, prasekolah, sekolah dan masa remaja. 3) Masa Neonatus (0-28 hari)

(39)

kehidupan yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.

4) Masa Bayi

Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12 bulan), pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat belangsung secara terus-menerus, khususnya dalam peningkatan susunan syaraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.

5) Masa Prasekolah (1-3 tahun)

Berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan kognitif.

6) Masa Sekolah (4-18 tahun)

Lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.

7) Masa Remaja (12-20 tahun)

Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki.Pada umumnya wanita dua lebih cepat untuk masuk tahap remaja atau pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas.

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak: 1) Faktot genetik

(40)

b) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang hidup

c) Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil optimal.

2) Faktor eksternal/lingkungan

Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.

a) Keluarga b) Teman sebaya c) Pengalaman hidup d) Kesehatan

2.4Konsep Asuhan Keperawatan pada Demam Thypoid

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit demam thypoid, maka asuhan keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah berisikan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi.

2.4.1.Pengkajian

Langkah awal pada proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data yang akurat dari pasien untuk mengetahui berbagai permasalahan yang ada. Perawat harus dapat menciptakan hubungan saling membantu, membangun kepercayaan dalam melakukan pengkajian atau melakukan pemeriksaan fisik keperawatan (Hidayat Alimul, 2012).

(41)

anak mulai mengenal lingkungan dan mengkonsumsi makanan serta minuman yang belum diketahui kebersihannya secara jelas.

Riwayat penyakit :

1) Keluhan utama : Pada umumnya klien dengan demam thypoid mengeluh tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, kurang semangat serta nafsu makan berkurang (pada masa inkubasi).

2) Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan atau dialami klien hingga masuk rumah sakit (perjalanan penyakit).

3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah sudah pernah mengalami sakit demam thypoid sebelumnya dan pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama.

a) Riwayat kehamilan dan kelahiran :

Keadaan ibu saat hamil, gizi dan obat-obatan yang pernah dikonsumsi.

b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia. c) Imunisasi

Apakah anak mendapat imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek sampingnya seperti panas dan alergi.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah mengalami demam thypoid.

(42)

Psikososial sangat mempengaruhi terhadap psikologi pasien, dengan timbul gejala-gejala yang di alami.Apakah pasien dapat menerimanya.

1. Pola nutrisi dan metabolisme

Terjadi penurunan nafsu makan karena terjadi gangguan pada usus halus.

2. Pola eliminasi alvi dan urine

Penderita mengalami konstipasi karena tirah baring dan diare.Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan. 3. Pola istirahat tidur

Selama sakit penderita merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasa sakit perutnya mual.

4. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas pasien akan terganggu katena tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan pasien dibantu. 5. Pola kognitif

Apakah pasien mengalami keluhan tentang panca indera. 4) Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran dan keadaan umum

Mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien. 2) Kepala

(43)

3) Mata

Jika hemoglobin rendah maka konjungtiva akan pucat, pupil isokor.

4) Hidung

Tidak ada nyeri tekan, mukosa lembab dan tidak ada pernafasan cuping hidung.

5) Mulut

Mukosa bibir kering, bibir pecah-pecah dan lidah tampak kotor. 6) Toraks dan paru

Tidak ada keluhan sesak nafas, bentuk dada simetris, irama nafas teratur.

7) Abdomen

Di dapat limpa hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen.Perkusi di dapatkan perut kembung serta pada auskultasi pristaltik usus meningkat.

8) Ekstremitas dan persendian

Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, turgor menurun, akral hangat, pasien lemah.

2.4.2.Analisa Data

(44)

untuk menemukan kemungkinan pengkajian ulang atau pengkajian tambahan tentang data yang ada (Hidayat Alimul, 2012).

2.4.3.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawat.Kategori diagnosis keperawatan.

1) Diagnosa keperawatan aktual

Diagnosa keperawatan aktual terdiri pernyataan masalah (problem, P), pernyataan penyebab (Etiologi, E) dan pernyataan tanda dan gejala (symptom, S).

2) Diagnosa keperawatan resiko tinggi

Diagnosis keperawatan ini merupakan keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentang terhadap masalah dibandingkan pihak lain ada situasi yang sama atau hampir sama.

3) Diagnosis keperawatan kemungkinan

(45)

Diagnosayang sering muncul pada demam thypoidmenurut (NANDA, 2015): 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan tidak ada nafsu makan dan mual. 2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

2.4.4Intervensi Keperawatan

Proses penyusunan rencana keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah dan menghilangkan masalah-masalah pasien. Rencana-rencana tersebut bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin muncul.

Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan dan mual.

Tabel 2.3 intervensi : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

Batasan Karakteristik:

1. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal

2. Bising usus hiperaktif 3. Cepat kenyang setelah makan 4. Diare

5. Gangguan sensasi rasa 6. Kehilangan rambut berlebihan 7. Kelemahan otot pengunyah 8. Kelemahan otot untuk

menelan

9. Kerapuhan kapiler 10.Kesalahan informasi 11.Kesalahan persepsi

12.Ketidakmampuan memakan makanan

13.Kram abdomen 14.Kurang informasi

15.Kurang minat pada makanan 16.Membran mukosa pucat 17.Nyeri abdomen

NOC : Status Nutrisi Indikator: 1. Asupan Gizi 2. Asupan Makanan 3. Asupan Cairan 4. Energi

5. Rasio berat badan/tinggi badan 6. Hidrasi

Skala:

1. Sangat menyimpang 2. Banyak menyimpang 3. Cukup menyimpang 4. Sedikit menyimpang 5. Tidak menyimpang

Nafsu makan Indikator:

1. Hasrat/keinginan untuk makan 2. Mencari makanan

3. Menyenangi makanan 4. Merasakan makanan 5. Energi untuk makan

NIC :

Monitor Nutrisi

1. Timbang berat badan pasien 2. Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

3. Monitor adanya penurunan berat badan

4. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah 5. Monitor adanya warna pucat,

kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering 6. Monitor turgor kulit 7. Monitor kulit kering 8. Identifikasi abnormalitas

eliminasi bowel

9. Identifikasi perubahan nafsu makan

10.Monitor adanya mual muntah 11.Monitor diet asupan kalori

Terapi Nutrisi

1. Lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan

(46)

18.Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat 19.Sariawan rongga mulut 20.Tonus otot menurun

6. Intake makanan 7. Intake nutrisi 8. Intake cairan

9. Rangsangan untuk makan

Skala:

1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu

makanan/cairan dan hitung masukan kalori per hari 3. Kaji kebutuhan nutrisi

parenteral

4. Ciptakan lingkungan yang membuat suasana yang menyenangkan

5. Berikan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan

6. Pastikan makanan lunak, lembut dan tidak

mengandung asam sesuai kebutuhan

2.4.5.Implementasi

Merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan (Hidayat Alimul, 2012).

2.4.6.Evaluasi

Tahap akhir dari proses keperawatan dengan menilai sejauh mana rencana dan tindakan perawat yang telah dilakukan. Serta perbandingan keadaan pasien dan kriteria hasil (Nikmatur & Saiful, 2012).

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

(47)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus.Studi kasus yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien demam thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit.Satu unit dapat berarti satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi.Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, fakto-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu.Meskipun yang di teliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam meliputi berbagai aspek (Soekidjo, 2012).

3.2. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahi judul penelitian, maka peneliti sangat perlu memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

(48)

31

pada reaksi dan respons untuk individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual maupun potensial.

3.2.2 Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih satu minggu, biasanya terjadi gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011).

3.2.3 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup memenuhi kebutuhan metabolik (Herdman, 2015) 3.2.4 Masalah: Diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya

dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.

3.3. Partisipan

Partisipan dalam keperawatan adalah pasien dan keluarga. Subyek yang digunakan adalah 2 klien, dalam penelitian ini adalah anak dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama, yaitu klien demam thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1. Lokasi

Studi kasus ini dilaksanakan di ruang Seruni RSUD Jombang. 3.4.2. Waktu

(49)

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2011). Dalam studi kasus ini menggunakan metode pengumpulan data dalam penelitian deskriptif, yaitu :

1) Wawancara

Wawancara berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll.Dalam mencari informasi, peneliti melakukan 2 jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subyek (klien) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga klien).

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indra, tidak terbatas hanya pada apa yang dilihat (Saryono, 2013). Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan.Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

(50)

studi kasus melalui pengamatan.Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh klien.

3) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan, transkip, buku,surat kabar, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumentasi adalah benda mati (Saryono, 2013). Dalam studi kasus ini dokumentasi yang digunakan berupa hasil dari rekam medik, literatur, pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menghasilkan validitas data studi kasus yang tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan dengan:

1) Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan sampai kegiatan studi kasus berakhir dan memperoleh validitas tinggi. Dalam studi kasus ini waktu yang tentukan adalah 3 hari akan tetapi apabila belum mencapai validitas data yang diinginkan maka waktu untuk mendapatkan data studi kasus diperpanjang satu hari, sehingga waktu yang diperlukan dalam studi kasus adalah 4 hari.

(51)

3.7 Analisa data

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu : 1) Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, obsrevasi, dokumentasi) hasil studi di tempat pengambilan studi kasus.Hasil ditulis dalam bentuk catatan, kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan tersruktur).

2) Mereduksi data

(52)

3) Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

3.8 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari : 1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Memberikan bentuk persetujuan antara dan responden studi kasus dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus.

2) Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika studi kasus merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara memberikan atau menempatkan nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus yang akan disajikan.

(53)
(54)

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengumpulan Data

Pengkajian di lakukan di RSUD Jombang JL. KH. Wahchid Hasyim No. 52 Jombang Ruang Seruni, dengan kapasitas ruangan terdiri dari 50tempat tidur yang meliputi 8 tempat tidur HCU, 8 tempat tidur kelas I, 14 tempat tidur kelas II dan 20 tempat tidur untuk kelas III. Disertai fasilitas taman bermain anak-anak untuk klien.

4.1.2 Pengkajian

1.Identiras klien

Tabel 4.1 Identitas Klien

(55)

2. Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyskit

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2

Keluhan Utama

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Imunisasi

Ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu makan. Tidak mau makan hanya minum susu yang terkadang dimuntahkan.

Ibu klien mengatakan awalnya badan anaknya panas sejak pukul 12.00 wib disertai muntah ±5x dan mengatakan perutnya sakit, tetapi hanya dibiarkan di rumah selama 2 hari. Kemudian orang tua klien membawa klien ke RSUD Jombang pada tanggal 18-1-2017 pukul 23.00 wib. Karena panas yang tidak juga normal dan muntah yang tidak kunjung berkurang.

Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti maag. Klien juga tidak mempunyai riwayat operasi maupun alergi terhadap obat ataupun makanan.

Ibu klien mengatakan saat mengandung, beliau selalu memeriksakan

kandungannya ke bidan, serta tidak mempunyai riwayat HT, DM ataupun perdarahan. Klien lahir secara normal dengan BB 3,3 kg.

Ibu klien mengatakan klien sudah mendapatkan imunisasi hepatitis, DPT, BCG, polio dan campak. Sedangkan imunisasi lanjutan hepatitis dan campak belum dilakukan karena dilakukan pada sekolah dasar bekisar usia 7-9 tahun.

Ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu makan. Makan 3-4 sendok dan minum susu terkadang dimuntahkan.

Ibu klien mengatakan awalnya badan anaknya panas naik turun sejak tanggal 15-1-2017, terjadi penurunan nafsu makan dan muntah ±4x dalam tanggal 18-1-2017 pukul 21.10 wib. Karena panas yang tidak juga normal dan muntah yang tidak kunjung berkurang.

Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti maag. Klien juga tidak mempunyai riwayat operasi maupun alergi terhadap obat ataupun makanan.

Ibu klien mengatakan saat mengandung, beliau hanya sekali memeriksakan kandungannya ke bidan dan tidak mempunyai riwayat HT, DM ataupun perdarahan. Klien lahir secara SC dengan BB 2,6 kg.

(56)

Tahap Kognitif

Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

Riwayat Keluarga

Anak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat misal 2+ 3 = 5.

BB/TB : 12kg/96cm Ibu klien mengatakan klien dapat mengangkat kepala pada usia 4 bulan, duduk usia 8 bulan, merangkak usia 8 bulan.Berjalan usia 15 bulan, bisa bicara 13 bulan.

Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit diabetes maupun hipertensi.

Anak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat misal 4+ 5 = 9.

BB/TB : 17kg/102cm Ibu klien mengatakan klien dapat mengangkat kepala pada usia 4 bulan, duduk usia 9 bulan, merangkak usia 9,5 bulan.Berjalan usia 14 bulan, bisa bicara 16 bulan.

Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit diabetes maupun hipertensi.

3. Perubahan Pola Kesehatan

Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2

Pola manajemen kesehatan

Pola nutrisi

Ibu klien mengetahui sedikit banyak bagaimana pola hidup sehat. Ibu klien juga memberikan perubahan makanan yang berbeda setiap harinya. Saat sakit diberi obat-obatan warung.Berhubung penyakit klientak kunjung sembuh akhirnya klien dibawa keluarga berobat ke RSUD Jombang.

Di rumah :Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3x/hari dengan menu nasi, sayur danlauk pauk sesuai keinginan klien, ibu klien juga mengatakan anaknya suka jajan makanan ringan seperti ciki-ciki dan mie. Minum air putih ±600ml/ hari dan minum susu setiap hari. Tetapi sekitar 6 hari yang lalu nafsu makan dan minum

Ibu klien kurang mengetahui bagaimana pola hidup sehat. Ibu klien jarang mengganti menu makanan karena sibuk berdagang. Saatklien sakit, hanya diberi obat-obatan warung atau ke tukang pijat saja.berhubung klien memerlukan perawatan, keluarga klien memutuskan berobat di RSUD Jombang.

Di rumah : Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3x/hari dengan menu nasi, sayur danlauk pauk sesuai selera atau seadanya, ibu klien juga mengatakan anaknya suka jajan makanan ringan seperti ciki-ciki, mie dan juga suka makanan pedas. Minum air putih kurang lebih ±800ml/ hari.

(57)

Pola eliminasi mengatakan klien BAK dirumah kurang lebih 8x /hari, warna kuning jernihdan BAB 1x/ hari, warna kuning dengan konsistensi padat.

Di RS : Ibu klien mengatakan ketika dirumah sakit klien mengatakan BAK 5x/ hari warna kuning jernih dan BAB kurang teratur.

Di rumah :Ibu klien mengatakan klien tidur dengan nyenyak selama 7-9 jam/hari.

Di RS : Ibu klien mengatakan bahwa klien susah tidur, sering terbangun dan rewel.

Di rumah : Ibu klien mengatakan klien mandi 2x/hari, menggosok gigi, ganti pakaian, keramas 3x/minggu dan memotong kuku setiap klien melakukan aktivitas seperti belajar bersama orang tuanya, bermain dengan teman-temanya, bahkan kadang bermain sendiri dengan mainan yang dimilikinya.

Di RS : Ibu klien mengatakan klien lebih sering diam, berbaring juga duduk di tempat tidurnya. Klien kadang bercanda dengan ibunya dan bermain mainan yang dibawakan dari rumah seperti mobil dan robot.

makan dan lidah kotor, saat di rumah sakit hanya minum susu dan makan 3-4 sendok kadang dimuntahkan.

Di rumah : Ibu klien mengatakan klien BAK dirumah kurang lebih 7x /hari, warna kuning jernihdan BAB kurang teratur, warna kuning dengan konsistensi padat.

Di RS : Ibu klien mengatakan ketika dirumah sakit klien mengatakan BAK 4x/ hari warna kuning jernih dan BAB kurang teratur.

Di rumah :Ibu klien mengatakan klien tidur dengan nyenyak selama 7-8 jam/hari.

Di RS : Ibu klien mengatakan klien bisa tidur nyenyak bila suasana ruangan tidak ramai.

Di rumah : Ibu klien mengatakan klien mandi 2x/hari, menggosok gigi, ganti pakaian, keramas 3-4x/minggu dan memotong kuku setiap klien melakukan aktivitas seperti sekolah, bermain dengan teman-temanya seperti kelereng, petak umpet dll.

(58)

4. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

Keadaan umum kulit kepala bersih tapi mudah patah, tidak ada benjolan dan lesi pada kepala, wajah simetris, gerakan pipi normal, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan dapat bergerak normal ke kanan kiri atas dan bawah.

Mata tidak strabismus, alis mata simetris, pupil isokor, reflek cahaya (+), mata cowong, konjungtiva pucat.

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, mukosa lembab, tidak ada lesi, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mukosa kering, bibir pecah-pecah, lidah kotor dan hiperemesis, tidak terdapat caries gigi, tidak ada faringitis.

Daun telinga simetris, bersih, tidak ada nyeri, tidak ada lesi dan benjolan, pendengaran normal.

Bentuk dada simetris, tidak ada keluhan sesak nafas, batuk kadang-kadang, suara nafas vasikuler, dan irama nafas teratur, pernafasan 25x/menit.

Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, CRT < 3 detik.

Bentuk simetris, supel, tidak ada lesi, auskultasi timpani,

Lemah keriting, rambut agak kemerahan dan kulit kepala sedikit kotor, tidak ada benjolan dan lesi pada kepala, wajah simetris, gerakan pipi normal, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan dapat bergerak normal ke kanan kiri atas dan bawah.

Mata tidak strabismus, alis mata simetris, pupil isokor, reflek cahaya (+), mata cowong.

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, mukosa lembab, tidak ada lesi, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mukosa kering, bibir pecah-pecah, lidah kotor dan hiperemesis, terdapat caries gigi sebelah kanan bawah bagian belakang, tidak ada faringitis.

Daun telinga simetris, bersih, tidak ada nyeri, tidak ada lesi dan benjolan, pendengaran normal.

Bentuk dada simetris, tidak ada keluhan sesak nafas, tidak batuk, suara nafas vasikuler, dan irama nafas teratur, pernafasan 23x/menit.

Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, CRT < 3 detik.

(59)

i. Ekstremitas dan pembesaran hepar, terdapat peningkatan bising usus.

Pergerakan sendi bebas tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit kering, akral hangat dan tidak ada lesi.

Klien sering merengek dan rewel. Klien menangis jika akan dilakukan tindakan seperti injeksi.

Hubungan dengan orang lain baik mampu berikteraksi.

Ibu klien mengatakan klien rewel sejak MRS, sering mengajak ibunya ataupun tetangga yang menjenguk untuk pulang dan klien sering meminta mainan baru.

timpani,tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa dan tidak ada pembesaran hepar, terdapat peningkatan bising usus.

Pergerakan sendi bebas tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit kering, akral hangat dan tidak ada lesi.

Klien terlihat diam dan tenang saat akan dilakukan tindakan seperti injeksi.

Hubungan klien dengan orang lain baik mampu berikteraksi.

Ibu klien mengatakan klien tidak rewel dan bisa beradaptasi.

5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Klien 1 Klien 2 Nilai Normal

(60)

6. Terapi

Tabel 4.6 Terapi

Klien 1 Klien 2

Infus D5 ½ NS 1000 cc/24 jam Injeksi Meropenem 3x300 mg (IV) Injeksi Calsan 3x300 mg (IV) Paracetamol 3x15 cc (oral)

Infus D5 ½ NS 1000 cc/24 jam Injeksi Viccilin Sx 3x750 mg (IV) Injeksi Calsan 3x300 mg (IV) Pyrex 3x20 cc (IV)

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah

Klien 1

1. Keadaan umum lemah 2. Klien tampak pucat 3. Mata cowong 4. Konjungtiva pucat 5. Lidah kotor

Penurunan nafsu makan dan mual muntah.

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Klien 2

DS : Ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu makan. Makan 3-4 sendok dan minum susu terkadang dimuntahkan.

DO :

1. Keadaan umum lemah 2. Klien tampak pucat 3. Mata cowong 4. Klien tampak lemas 5. Lidah kotor 6. Kulit muntah saat

makan

Penurunan nafsu makan dan mual muntah.

(61)

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Klien 1 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual muntah.

Klien 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual muntah.

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.8 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi

Klien 1

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuhberhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual.

NOC

Status Nutrisi Indikator: 7. Asupan Gizi 8. Asupan Makanan 9. Asupan Cairan 10.Energi

11.Rasio berat badan/tinggi badan 12.Hidrasi

Skala:

6. Sangat menyimpang 7. Banyak menyimpang 8. Cukup menyimpang 9. Sedikit menyimpang 10.Tidak menyimpang

Nafsu makan Indikator:

10.Hasrat/keinginan untuk makan

11.Mencari makanan 12.Menyenangi makanan 13.Merasakan makanan 14.Energi untuk makan 15.Intake makanan 16.Intake nutrisi 17.Intake cairan

18.Rangsangan untuk makan

Skala:

6. Sangat terganggu 7. Banyak terganggu

NIC

Monitor Nutrisi 12.Timbang berat badan

pasien

13.Monitor adanya penurunan berat badan 14.Monitor kekeringan,

rambut kusam dan mudah patah

15.Monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering

16.Monitor turgor kulit 17.Monitor kulit kering 18.Identifikasi

abnormalitas eliminasi bowel

19.Identifikasi perubahan nafsu makan

20.Monitor adanya mual muntah

Terapi Nutrisi

1. Kaji kebutuhan nutrisi parenteral

2. Ciptakan lingkungan yang membuat suasana yang menyenangkan 3. Berikan perawatan

(62)

8. Cukup terganggu 9. Sedikit terganggu 10.Tidak terganggu

lunak, lembut dan tidak mengandung asam sesuai kebutuhan makan dan mual.

NOC

Status Nutrisi Indikator: 1. Asupan Gizi 2. Asupan Makanan 3. Asupan Cairan 4. Energi

5. Rasio berat badan/tinggi badan 6. Hidrasi

Skala:

1. Sangat menyimpang 2. Banyak menyimpang 3. Cukup menyimpang 4. Sedikit menyimpang 5. Tidak menyimpang

Nafsu makan Indikator:

1. Hasrat/keinginan untuk Makan

2. Mencari makanan 3. Menyenangi makanan 4. Merasakan makanan 5. Energi untuk makan 6. Intake makanan 7. Intake nutrisi 8. Intake cairan

9. Rangsangan untuk makan

Skala:

1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu

NIC

Monitor Nutrisi 1. Timbang berat badan

pasien

2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor kekeringan,

rambut kusam dan mudah patah

4. Monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering

5. Monitor turgor kulit 6. Monitor kulit kering 7. Identifikasi

abnormalitas eliminasi bowel

8. Identifikasi perubahan nafsu makan

9. Monitor adanya mual muntah

Terapi Nutrisi

1. Kaji kebutuhan nutrisi parenteral

2. Ciptakan lingkungan yang membuat suasana yang menyenangkan 3. Berikan perawatan

mulut sebelum makan sesuai kebutuhan 4. Pastikan makanan

(63)

4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Diagnosa

Keperawatan 23-01-2017 24-01-2017 25-01-2017

Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan pada klien dan keluarga klien

(64)

12.15

Klien 2 Implementasi Implementasi Implementasi

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan makan dan mual pada klien dan keluarga klien

(65)
(66)

4.1.7 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.10 Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3

Klien 1 Dx

:Ketidakseimbanga n nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual muntah.

S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan. Tidak mau makan nasi hanya minum susu yang terkadang dimuntahkan.

O :

1. keluarga klien, klien dan perawat dapat bekerja sama dalam proses asuhan keperawatan 2. Berat badan turun 3. Rambut tipis, lurus dan

kemerahan 4. Konjungtiva pucat 5. Turgor kulit kering 6. Klien tidak mengalami

konstipasi atau diare 7. Lidah tampak kotor 8. Klien muntah saat

makan

9. Sudah dilakukan injeksi 10.BAB klien tidak teratur 11.Klien tidak mau makan

hanya minum susu

A: Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S : Ibu klien mengatakan anaknya muntah saat makan dan nafsu makan berkurang.

O :

1.Lidah tampak kotor 2.Rambut tipis, lurus

dan kemerahan 3.Konjungtiva pucat 4.Turgor kulit kering 5.Klien tidak mengalami

konstipasi atau diare 6.Sudah dilakukan

injeksi

7.BAB klien tidak teratur

8.Klien muntah saat makan

9.Klien makan tapi tidak habis satu porsi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

S : Ibu klien mengatakan anaknya muntah saat makan dan nafsu makan berkurang.

O :

1.Lidah tampak kotor 2.Rambut tipis, lurus dan

kemerahan 3.Konjungtiva pucat 4.Turgor kulit kering 5.Klien tidak mengalami

konstipasi atau diare 6.Sudah dilakukan

injeksi

7.BAB klien tidak teratur

8.Klien muntah saat makan

9.Klien makan tapi tidak habis satu porsi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Klien 2 S : Ibu klien mengatakan anaknya makan 3-4 sendok merasa mual dan kemudian muntah saat makan dan nafsu makan berkurang.

O :

1.keluarga klien, klien dan perawat dapat bekerja sama dalam proses asuhan keperawatan 2.Berat badan turun 3.Rambut tebal, keriting

dan kemerahan

4.Konjungtiva non anemis 5.Turgor kulit kering 6.Klien tidak mengalami

konstipasi atau diare 7.Lidah tampak kotor 8.Klien muntah saat

makan

S : Ibu klien mengatakan anaknya merasa mual dan muntah saat makan.

O :

1.Melakukan oral hygiene 2.Rambut tebal,

keriting dan kemerahan 3.Konjungtiva non

anemis

4.Turgor kulit kering 5.Klien tidak

mengalami

konstipasi atau diare 6.Sudah dilakukan

injeksi

7.Lidah tampak kotor 8.Klien muntah saat

makan

9.Klien mau makan

S : Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya baik sudah mau makan nasi dan roti serta minum susu.

O :

1.Melakukan oral hygiene 2. Rambut tebal,

keriting dan kemerahan 3. Turgor kulit kering 4.Klien tidak

mengalami konstipasi atau diare

5.Sudah dilakukan injeksi

6.Lidah tampak kotor 7.Klien mual saat

(67)

9.Sudah dilakukan injeksi 12.BAB klien tidak teratur 13.Klien makan tapi satu

porsi tidak habis

A: Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

tapi satu porsi tidak habis

A: Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

A: Masalah teratasi sebagian

(68)

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan membahas dan menjelaskan kesenjangan yang terjadi antara praktik dan teori pada studi kasus yang dilakukan di RSUD Jombang pada An. R dan An. D sesuai dengan teori yang ada. Pembahasan ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang terjadi dan ditemukan, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan keperawatan:

4.2.1Pengkajian

1. Data Subjektif

Pada data subjektif dari pengkajian antara 2 klien didapatkan keluhan yang sama yaitu penurunan nafsu makan, mual dan muntah disertai lemas, tetapi penurunan nafsu makan klien 1 lebih berat daripada klien 2. Menurut Rampengan (2008) mengatakan bahwa manifestasi klinis thypoid adalah keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, bibir kering, bibir pecah, diare atau konstipasi, lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), abdomen kembung (meteorismus) dan suhu badan yang meningkat, pembesaran hati dan limpa, mungkin disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.

(69)

2. Data Obyektif

Pemeriksaan fisik pada data obyektif antara klien 1 dan klien 2 didapatkan pemeriksaan fisik dengan tanda gejala yang tidak sama yakni pada klien 1 ditemukan TD : 90/50 mmHg, N : 114x/menit, S : 37,4oC, R : 25x/menit, kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, klien hanya mau minum susu dan tidak mau makan sedangkan pada klien 2 TD : 100/70 mmHg, N :100x/menit, S : 37oC, R : 23x/menit, kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, mau makan nasi 3-4 sendok.

Menurut Aden (2010) bahwa pada pengkajian biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus, kemudian dijelaskan Rampengan (2008) bahwa selama sakit klien mengalami merasakan sakit pada perutnya karena mual, muantah, diare atau konstipasi.

Menurut peneliti ditemukan data yang sama klien 1 dan klien 2 masing-masing mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah saat makan diserta badan lemas. Hanya saja klien 2 masih mau makan 3-4 sendok, dibandingkan dengan klien 1 yang hanya mau minum susu saja.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Gambar

Gambar 2.1 WOC Thypoid……………………….  11
Gambar 2.1 WOC demam thypoid
Tabel 2.2 kebutuhan nutrisi per hari.
Tabel 2.3 intervensi : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal penampilan kalau saya sebagai bapak guru ya mulai dari diri saya dengan berpenampilan baik dan potongan rambut yang sesuai, sehingga dengan

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan yang tepat, sahih, benar, valid serta dapat dipercaya

Firewall juga dapat menggunakan informasi koneksi untuk menentukan koneksi apa yang diizinkan oleh kebijakan akses dan menggunakannya untuk menentukan apakah paket

Studi kepustakaan adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan dan mempelajari, serta memahami data yang berupa teks otoritatif (peraturan perundang-undangan,

Karyawan akan mengalami stress jika tuntutan yag didapatkan oleh mereka tidak sebanding dengan hasil yang mereka dapat nantinya atau tuntutan pekerjaan tidak sesuai

Hardiyanto Wibowo SE, M.Si, AK, CA, yang telah memberikan berbagai pertanyaan untuk menguji kelayakan saya sebagai Sarjana Ekonomi;.. Ibu Dini dan Bapak Suparno alias

Studi kasus pada penelitian ini yaitu pasang surut air laut di Kota Semarang. pada tahun 2016 dimulai 1 Januari – 31 Desember dengan

Materi yang disampaikan pada siklus II adalah metode. primal dual yang diselesaikan dengan