• Tidak ada hasil yang ditemukan

maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multiplier effect lainnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multiplier effect lainnya."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BOKS

D

BOKS D

P

P

E

E

R

R

A

A

N

N

S

S

E

E

K

K

T

T

O

O

R

R

K

K

E

E

U

U

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

D

D

A

A

L

L

A

A

M

M

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

P

P

A

A

R

R

I

I

W

W

I

I

S

S

A

A

T

T

A

A

D

D

I

I

B

B

A

A

L

L

I

58

I

Pariwisata di Indonesia dalam dua dekade terakhir ini berkembang cukup pesat setelah melewati masa-masa berat pada tahun 1970-an. Pada waktu itu industri pariwisata tidak mempunyai urgensi untuk dikembangkan seperti yang dicerminkan dengan ketatnya peraturan untuk mendapatkan visa, hak pendaratan pesawat terbang maskapai asing dan investasi dalam fasilitas pariwisata. Perencanaan-perencanaan untuk sektor pariwisata pada waktu itu juga kurang terarah, sehingga akibatnya pariwisata internasional Indonesia berkembang secara lambat.

Pengalaman keberhasilan pertumbuhan dalam bidang pariwisata di negara-negara lain mengakibatkan dilakukannya evaluasi kebijakan-kebijakan di sektor tersebut, diantaranya pemberian izin kepada maskapai asing untuk diperbolehkan mendarat langsung ke Bali, berkembangnya program-program pelatihan dan keterampilan tenaga kerja sektor pariwisata, serta diluncurkannya berbagai paket deregulasi pada Desember 1987 guna mempermudah prosedur investasi yang sebelumnya rumit dalam sektor tersebut (Hill:1996). Sejak saat itulah, pariwisata Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, termasuk pariwisata di Bali. Keindahan alam dan kekayaan budaya yang dimiliki Bali menjadi modal dasar kepariwisataan di Bali. Dua modal tersebut telah terbukti menjadi pilar yang sangat kokoh untuk menunjang pariwisata Bali .

Berkembangnya pariwisata di Bali mengakibatkan terjadinya pergeseran di dalam struktur ekonomi Bali yang sebelumnya didominasi oleh sektor pertanian. Terbukti bahwa perkembangan tersebut telah menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor penggerak utama (leading sector) perekonomian Bali. Hal itu ditunjukkan dengan sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang mencapai rata-rata 30% dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali sedangkan sektor pertanian berada di urutan kedua dengan sumbangan sebesar 20%.

Sebagai sektor penggerak utama, sektor pariwisata menjadi faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi Bali. Dengan demikian jika sektor tersebut mengalami gangguan, maka akan mendistorsi perekonomian secara keseluruhan. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan melihat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2004, ketika sektor PHR tumbuh 1,60% mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 2,72% (qtq). Sebaliknya ketika, pariwisata Bali mengalami gangguan dengan adanya serangan bom Kuta dan Jimbaran pada 1 Oktober 2005, yang selanjutnya diikuti oleh kontraksi pertumbuhan di sektor PHR menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi

(2)

59 maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multipliereffect lainnya.

Perbankan dalam hal ini harus mampu menjadi agen pembangunan (agent of development) melalui fungsi intermediasinya dengan cara meningkatan penyaluran kredit ke sektor pariwisata. Selain itu, sektor pariwisata yang dapat digolongkan sebagai sektor jasa, menuntut kecepatan layanan transaksi baik yang bersifat nasional maupun lintas negara yang juga memerlukan fasilitas perbankan di dalam pelaksanaan sistem pembayaran internasional. Dengan demikian, perbankan mempunyai peran yang sangat penting di dalam mendorong pariwisata di Bali.

Sementara itu, dari sisi kredit menurut sektor ekonomi, penyaluran kredit didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), yang merupakan representasi dari industri pariwisata, diikuti oleh sektor jasa-jasa. Jika dilihat dari data yang ada, penyaluran kredit oleh perbankan ke sektor PHR dan sektor jasa selalu mendapat porsi yang lebih besar diantara 7 sektor ekonomi lainnya, hal ini tidak lain adalah karena kontribusi kedua sektor tersebut mendominasi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali. Pada triwulan I-2006 saja kontribusi sektor PHR mencapai 30,02%, sementara sektor jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 14,84%. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, yaitu mencapai23,65% pada triwulan I-2006, hanya saja penyaluran kredit ke sektor tersebut relatif lebih kecil dibandingkan sektor PHR maupun sektor jasa-jasa.

Namun demikian, meski sektor PHR terlihat mendominasi porsi kredit yang disalurkan perbankan mengandung beberapa masalah, antara lain: (1) jika dicermati lebih seksama, sebagian besar kredit tersebut diperkirakan disalurkan kepada bidang usaha perdagangan, baik wholesaler maupun retailer, sementara untuk bidang usaha hotel maupun restoran hanya sebagian kecil saja. Hal itu disebabkan karena perbankan menilai bidang usaha hotel dan restoran dipengaruhi secara langsung oleh kondisi pariwisata secara keseluruhan. Artinya, jika kinerja pariwisata meningkat, yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, lama tinggal (length of stay), dan tingkat penghunian kamar (occupancy rate), maka perbankan akan meningkatkan penyaluran kreditnya ke bidang usaha hotel dan restoran. Sebaliknya, jika kinerja pariwisata menurun maka penyaluran kredit oleh perbankan juga akan berkurang. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena perbankan menjalankan operasionalnya berdasarkan perhitungan bisnis. Oleh sebab itu, pemerintah dan seluruh stakeholder pariwisata di Bali, termasuk perbankan perlu mengambil langkah konkrit untuk mendorong pengembangan pariwisata di Bali supaya mempunyai daya tarik bagi perbankan untuk senantiasa meningkatkan penyaluran kreditnya ke sektor pariwisata, khususnya yang bergerak di bidang hotel dan restoran.

Sampai saat ini perbankan di Bali, termasuk Bank Indonesia, telah berperan aktif di dalam upaya mendorong pengembangan industri pariwisata di Bali. Namun demikian, karena keterbatasan kemampuan maka hal tersebut mungkin belum sepenuhnya dirasakan oleh pelaku pariwisata Bali. Misalnya saja peran yang dilakukan oleh beberapa bank umum di Bali dengan memberikan kredit murah kepada Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM). Mengingat sebagian besar pelaku usaha pariwisata di Bali masuk klasifikasi UMKM maka penyaluran kredit murah tersebut sangat bermanfaat bagi mereka. . Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Bank Mandiri yang memiliki Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) berupa kredit murah untuk pengusaha mikro. PKBL tersebut sudah banyak dimanfaatkan oleh pengusaha UMKM, diantaranya para pengusaha kerajinan (handicraft).

(3)

60 Hal tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan akses kredit UMKM ke perbankan sekaligus untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit perbankan.

Tidak hanya itu, Bank Indonesia Denpasar juga telah melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kredit perbankan, antara lain :

1. Melakukan berbagai penelitian pola pembiayaan (lending model) komoditi unggulan di Bali, antara lain komoditi salak, sapi potong, rumput laut, kopi arabika, batu permata, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik suatu bidang usaha khususnya terkait dengan pola pembiayaannya. Hasil penelitian tersebut diberikan kepada perbankan untuk dijadikan referensi bagi perbankan dalam menyalurkan kredit kepada komoditi tersebut.

2. Penelitian Baseline Economic Survey (BLS) yang bertujuan untuk melihat potensi dasar perekonomian Bali. Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk memberikan informasi kepada stakeholders mengenai komoditas/produk/jenis usaha yang potensial yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan. Penelitian BLS difokuskan terhadap UMKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah. Data dan informasi dalam BLS meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan umkm. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian BLS tersebut selanjutnya akan didesiminasikan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan ukm (SI-PUK) yang dapat diakses oleh berbagai pihak melalui internet di alamat www.bi.go.id/sipuk.

3. Melaksanakan bantuan teknis (Bantek) kepada sektor riil berupa penyebaran informasi (termasuk pelatihan) dan penelitian yang bertujuan untuk mendorong kinerja sektor riil. Bantek yang telah dilakukan antara lain memfasilitasi pelatihan bagi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) supaya memiliki kompetensi dalam mendampingi UMKM agar dapat mengakses kredit perbankan, sehingga penyaluran kredit kepada UMKM dapat ditingkatkan. 4. Menyelenggarakan Bazaar Intermediasi Perbankan. Bazaar tersebut bertujuan untuk lebih

mendekatkan perbankan dengan sektor riil. Dengan pertemuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan akses kredit bagi sektor riil.

5. Bank Indonesia juga secara aktif melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk mendorong akses kredit perbankan bagi sektor riil, khususnya UMKM. Koordinasi yang telah dilakukan antara lain : (i) koordinasi dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali. Hasil koordinasi tersebut berupa komitmen untuk bekerjasama dalam rangka pengembangan komoditas unggulan subsektor perikanan dan kelautan di Bali, (ii) koordinasi dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) dalam rangka penanggulangan kemiskinan, (iii) koordinasi dengan BKKBN dalam rangka pelaksanaan program pelatihan kepada BSD-P yang bertugas mendampingi UMKM untuk mengakses kredit perbankan, (iv) koordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi Bali dalam rangka pengembangan UMKM sapi potong. Kegiatan tersebut telah ditindaklanjuti dengan mempertemukan dengan pihak perbankan, sehingga diharapkan terjadi komunikasi dua arah, yang pada gilirannya terjadi percepatan pembiayaan

(4)

61 kepada usaha sapi potong sebagai komoditas unggulan di Bali. Bahkan saat ini sudah ada beberapa peternak sapi yang telah mendapat pembiayaan dari perbankan, (v) koordinasi dengan Dinas Perkebunan Provinsi Bali dalam rangka pengembangan UMKM di bidang usaha kopi arabika. Kegiatan tersebut juga telah ditindaklanjuti dengan mempertemukan dengan pihak perbankan, dan (vi) koordinasi dengan dinas teknis, asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, pemda, dan legislatif dalam rangka sharing informasi untuk mencari strategi yang tepat dalam pengembangan UMKM di Bali. Hasil dari pertemuan tersebut, antara lain berupaya memperkuat data base UMKM agar dapat digunakan sebagai informasi perbankan dalam penyaluran kreditnya, dan merekomendasikan perlunya membentuk “Forum Koordinasi Program Pengembangan UMKM Bali“ yang dikoordinir oleh Biro Ekbang Setda Bali.

6. Melakukan beberapa survei rutin, yaitu Survei Konsumen, Survei Pedagang Eceran dan Jasa Pariwisata, Survei Pariwisata. Selain itu, secara rutin juga menyediakan dan mempublikasikan data statistik daerah dan mempublikasikan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) yang berisi perkembangan perekonomian daerah. Publikasi hasil survei, data statistik, dan kajian ekonomi selanjutnya diberikan kepada perbankan dan stakeholderlainnya sebagai bahan informasi dan referensi dalam pengambilan keputusan bisnisnya.

Selain itu, dalam rangka mendorong pariwisata Bali ke depan terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diberikan, yaitu

1. Membentuk skim penjaminan kredit dengan melibatkan Pemda Bali.

Skim penjaminan kredit ini bertujuan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan ke sektor pariwisata maupun sektor UMKM lainnya yang diprioritaskan dalam Arah Kebijakan Umum APBD dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Bali (APBD). Dalam skim tersebut Pemda Bali menyimpan dananya ke perbankan, bisa berupa blocking account dan kemudian diteruskan oleh perbankan kepada sektor UMKM. Namun pelaksanaan skim tersebut harus melibatkan DPRD dalam kaitannya dengan persetujuan anggaran dan lembaga penjaminan untuk menjamin dana yang disalurkan perbankan ke UMKM. Pemda yang telah melakukan skim penjaminan tersebut adalah Pemda Kalimantan Timur dan Jawa Barat. Dengan skim ini diharapkan daya serap kredit perbankan di Bali oleh sektor riil dapat ditingkatkan.

2. Mempermudah transaksi ritel pembayaran internasional.

Wisatawan asing yang berkunjung ke Bali saat ini tidak hanya untuk berlibur dan menikmati keindahan alam, tapi juga untuk berbisnis. Biasanya wisatawan tersebut melakukan transaksi bisnis dengan menggunakan transfer dana antar bank. Hal itu dilakukan karena jika menggunakan fasilitas letter of credit (L/C) biayanya terlalu mahal. Untuk itu perlu dipertimbangkan untuk mempermudah dan mempermurah transaksi internasional tersebut. Pasalnya, transfer dana mengandung risiko moral hazzard, dimana salah satu pihak berpeluang melakukan tidakan wanprestasi.

3. Perlu dibentuk IndonesiaIncorporated untuk mengatasi kendala pemasaran.

Saat ini banyak produk unggulan Indonesia, baik yang berasal dari Bali maupun daerah lainnya menghadapi kendala dalam hal pemasaran produknya di pasar internasional. Biasanya para pengusaha tersebut, khususnya yang tidak mempunyai jaringan bisnis yang kuat, mengandalkan cara-cara konvensional dengan menunggu pembeli dari luar negeri datang. Hal itu menyebabkan pengusaha tidak memperoleh nilai tambah (valueadded) dari produk

(5)

62 yang dijualnya, karena nilai tambah tersebut lebih banyak dinikmati oleh pembeli dari luar negeri. Dengan membentuk Indonesia Incorporated dengan cara mendirikan marketing distribution di luar negeri khusus untuk produk-produk ekspor Indonesia, maka nilai tambah tersebut dapat dinikmati oleh pengusaha tersebut.

4. Meningkatkan koordinasi antar lembaga/dinas daerah.

Koordinasi yang selama ini dilakukan Bank Indonesia, perbankan, dan instansi pemerintah dirasakan memberikan manfaat yang sangat besar bagi masing-masing lembaga. Untuk itu ke depannya perlu terus ditingkatkan koordinasi yang melibatkan lebih banyak lagi lembaga. Dengan koordinasi maka setiap lembaga dapat menyelaraskan program kerjanya untuk mendorong peningkatan kinerja perekonomian, antara lain melalui peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Selain perlu dibentuk” Forum Koordinasi Program Pengembangan UMKM Bali” untuk sharing informasi dan memperkuat data base UMKM yang dapat digunakan untuk referensi perbankan dalam penyaluran kreditnya.

5. Promosi dan keamanan.

Pemerintah beserta seluruh pelaku pariwisata harus secara intensif dan berkesinambungan mengadakan promosi ke luar negeri. Tidak hanya ke negara-negara yang selama ini menjadi negara asal wisman terbesar, seperti Jepang, Australia, ataupun Taiwan, namun perlu melakukan promosi ke pasar yang cukup potensial, seperti ke negara-negara di kawasan Timur Tengah yang menunjukkan tren peningkatan jumlah kunjungan dari tahun ke tahun. Bali juga harus mempunyai slogan atau branding pariwisata yang spesifik sehingga mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara, seperti halnya dengan slogan yang dimiliki pariwisata nasional kita, “UltimateinDiversity”.

Semua pihak juga harus bersama-sama menciptakan iklim yang kondusif, membentuk citra (image) yang positif dan memfilter berkembangnya informasi/issues yang kurang mendukung situasi dan kondisi keamanan dan kenyamanan wisatawan asing maupun domestik yang berkunjung ke Bali.

*) Disarikan dari makalah Ketut Sanjaya Pemimpin Bank Indonesia Denpasar yang disampaikan pada seminar dan diskusi terfokus Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) “Sektor Jasa sebagai Motor Pembangunan Ekonomi Daerah” diselenggarakan di KBI Denpasar pada tanggal 18-19 Mei 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat lamang na ipatupad ang programang K-12 dahil ang Pilipinas na lang ang tangin2 bansa sa Asya na io taon lamang ang panahon ng pag-aaral ng basic education; magkakaroon

Penelitian ini melakukan pengujian antara pengaruh struktur modal yang diukur menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long term

2 dan N-.. Existing condition perairan WGM Wonogiri berada pada tingkat kesuburan eutroik ringan. Kegiatan masyarakat yang paling dominan terhadap peningkatan

The results of this study indicates that the understanding of personality traits as indicators described in the Theory of Planned Behavior, the assessment of

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka pertanyaan penelitian yang ingin diajukan dalam penelitian ini adalah : "Apakah ada hubungan antara tingkat

Pengembangan variabel dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan strategi apa yang cocok untuk diterapkan pada industri kuliner di Kota

Während ALT in der Regel nicht metastasieren und das Risiko für eine Dedifferenzierung auch laut einer Metaanalyse der englischen Literatur der vergangenen 30 Jahre nur

Dari hasil percobaan serbuk U-6Zr dan U-10Zr dapat disimpulkan bahwa perubahan unsur Zr di dalam serbuk paduan U-Zr mempengaruhi sifat termalnya, dalam hal ini