iv
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WEWENANG UNTUK MEMBATALKAN AKAD MURABAHAH YANG BERTENTANGAN DENGAN FATWA MUI
NOMOR 04/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG MURABAHAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG
PERBANKAN SYARIAH
YUDI SUTRIADI SUGANDI 110110070363
ABSTRAK
Bank dan lembaga keuangan merupakan lembaga berbadan hukum yang berperan penting dalam perekonomian di indonesia. Dalam perkembangannya sistem perbankan di Indonesia disebut dengan sistem Perbankan ganda, yaitu beroprasinya sistem Perbankan Konvensional dan sistem Perbankan Syariah. Perbankan Syariah, khususnya dalam Akad Murabahah bagi nasabah merupakan alternatif pendanaan yang memberikan keuntungan pada nasabah dalam hal pengadaan barang. Akad Murabahah diatur dalam Fatwa MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah. adanya kasus antara PT. Atriumasta dengan Bank Syariah Mandiri mengenai Akad Murabahah nomor 53 Tahun 2005 yang telah dibatalkan demi hukum karena bertentangan dengan Fatwa MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah menimbulkan pertanyaan mengenai kedudukan Fatwa MUI sehingga dapat membatalkan suatu perjanjian. Permasalahan lain yang timbul dari kasus tersebut juga mengenai forum yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dari Akad Murabahah yang bertentangan dengan Fatwa MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif dengan mengumpulkan bahan-bahan baik dari peraturan perundangan, maupun data dari Majelis Umum Indonesia dan sumber-sumber terkait lainnya. Data tersebut kemudian digunakan untuk menggambarkan suatu objek permasalahan yang berupa sinkronisasi fakta-fakta yang terjadi dengan pengaturan dan teori yang berlaku.