• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DIMODERASI REGULASI DIRI TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN (ANDIKPAS) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS III BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DIMODERASI REGULASI DIRI TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN (ANDIKPAS) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS III BANDUNG."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

No. Skripsi : 454/SKRIPSI/PSI/FIP-UPI.12.2014

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DIMODERASI REGULASI DIRI

TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN (ANDIKPAS)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS III BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Departemen Psikologi

Oleh:

Rini Nuraeni 1000887

(2)

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dimoderasi Regulasi Diri Terhadap Hubungan Interpersonal

pada Anak Didik Pemasyarakatan (ANDIKPAS)

di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Kelas III Bandung

Oleh Rini Nuraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi

©Rini Nuraeni 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DIMODERASI REGULASI DIRI TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN (ANDIKPAS)

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS III BANDUNG

Oleh:

Rini Nuraeni1Herlina2Sri Maslihah3 Email : rinura.nuraini@gmail.com

Departemen Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Rini Nuraeni 1000887. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dimoderasi Regulasi Diri

Terhadap Hubungan Interpersonal pada Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Kelas III Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi. Universitas Pendidikan Indonesia (2014).

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui peranan variabel moderator yaitu regulasi diri dalam memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen (pola asuh orang tua) terhadap variabel dependen (hubungan interpersonal) pada anak didik pemasyarakatan (andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) anak kelas III Bandung. Penelitian kuantitaatif ini menggunakan teknik simple random sampling, dengan jumlah total 53 subjek. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis skala, yaitu skala pola asuh orang tua, regulasi diri, dan hubungan interpersonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan interpersonal pada andikpas di LAPAS anak kelas III Bandung berada pada kategori cenderung negatif. Terdapat beberapa dimensi dalam variabel independen yang memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap hubungan interpersonal, yaitu authoritative, authoritarian, dan permissive-indulgent. Selain itu, jika variabel moderator disejajarkan dengan dimensi dalam variabel independen, maka berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan interpersonal, yaitu authoritarian dan regulasi diri, permissive-indulgent dan regulasi diri, kemudian permissive-rejecting dan regulasi diri. Dimensi yang memiliki pengaruh paling positif dan signifikan adalah authoritative dimana memiliki kontribusi sebesar 35,9%. Sementara itu, dari variabel demografis yang diteliti (usia, pendidikan terakhir, dan asal daerah andikpas) serta latar belakang orang tua andikpas meliputi pendidikan dan pekerjaan, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan terhadap hubungan interpersonal andikpas.

Kata Kunci : pola asuh orang tua, regulasi diri, hubungan interpersonal, andikpas.

THE INFLUENCE OF PARENTING STYLES MODERATED BY SELF REGULATION TOWARD INTERPERSONAL RELATIONSHIPS OF THE CRIMINALS IN JUVENILE

(6)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

by:

Rini Nuraeni1Herlina2Sri Maslihah3 Email : rinura.nuraini@gmail.com

Psychology Department, Faculty of Educational Science, Indonesia University of Education

ABSTRACT

Rini Nuraeni 1000887. The influence of parenting styles moderated by self-regulation

towards interpersonal relationships of the criminals in Juvenile Hall Class III Bandung. Unpublished research paper. Indonesia University of Education (2014).

This study was aimed at investigating the role of moderator variable, which was self regulation in strengthen or weaken the influence of independent variable (perception of parenting styles) toward dependent variable (interpersonal relationships) of the criminals in Juvenile Hall Class III Bandung. Simple random sampling method with 53 subjects was employed as a technique in this quantitative study and three kind of scale, such as parenting styles, self regulation, and interpersonal relation were used as the instruments in this study. The findings obtained show that the interpersonal relationships among the criminals in Juvenile Hall Class III Bandung was in the category that tend to be negative. There were some dimentions on independent variables that had significant and positive influence toward the interpersonal relation, such as authoritative, authoritarian, and permissive-indulgent. Meanwhile, the moderator variable will affect positively and significantly toward the interpersonal relation if it was aligned with the dimention on the independent variable, which were authoritarian and self regulation, permissive-indulgent and self regulation, and permissive-rejecting and self regulation. The most positive and significant influence dimention was authoritative with 35.9% contribution. Then, it was found that there was no significant difference from demographic variable observed (age, last education and criminals’ hometown) and criminals’ parents background included education and profession toward the criminals’ interpersonal relation.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB IILANDASAN TEORI ... 10

2.1 Pola Asuh ... 10

2.1.1 Definisi Pola Asuh ... 10

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Tinggi Rendahnya Parental Warmth dan Parental Control ... 11

2.1.3 Ciri-ciri Pola asuh Berdasarkan Faktor yang Memengaruhinya ... 11

2.1.4 Tipe-tipe Pola asuh... 12

2.2 Persepsi ... 15

2.3 Regulasi Diri ... 15

2.3.1 Definisi Regulasi Diri ... 15

2.3.2 Komponen-komponen Regulasi Diri ... 16

2.3.3Tahapan-tahapan Regulasi Diri ... 17

2.3.4Faktor- faktor yang Memengaruhi Regulasi Diri ... 18

(8)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

2.4.1 Definisi Hubungan Interpersonal ... 19

2.4.2 Aspek-aspek Hubungan Interpersonal ... 20

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Interpersonal... 21

2.5 Perkembangan Remaja ... 23

2.6 Kerangka Pemikiran ... 26

2.7 Penelitian Terkait Anak Didik Pemasyarakatan ... 32

2.8 Asumsi Penelitian ... 32

2.9 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 35

3.1 Populasi dan Sampel ... 35

3.1.1 Populasi ... 35

3.1.2 Sampel ... 35

3.2 Variabel Penelitian ... 36

3.3 Desain Penelitian ... 36

3.4Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 37

3.4.1 Persepsi Anak Tentang Pola Asuh Orang Tua (Variabel Independen) ... 37

3.4.2Regulasi diri (Variabel Moderator) ... 38

3.4.3Hubungan Interpersonal (Variabel Dependen) ... 39

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 41

3.6.1 Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua ... 41

3.6.2 Alat ukur Regulasi Diri ... 42

3.6.3 Alat Ukur Hubungan Interpersonal ... 44

3.7 Proses Pengembangan Istrumen ... 45

3.7.1 Uji Konten (expert judgement) ... 46

3.7.2 Uji Keterbacaan Instrumen ... 46

3.7.3 Uji Validitas Instrumen ... 46

3.7.4 Pemilihan Item yang Valid ... 47

3.7.5 Uji Reliabilitas Instrumen ... 47

3.7.6 Kategorisasi Skala ... 49

(9)

3.9 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 52

3.9.1Tahap Persiapan ... 52

3.9.2Tahap pengumpulan data ... 52

3.9.3Tahap pengolahan data ... 52

3.9.4Tahap pembahasan ... 53

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN... ...54

4.1 Hasil ... 54

4.1.1 Deskripsi Demografis ... 54

4.1.2 Deskripsi Pola Asuh Orang Tua ... 62

4.1.3 Deskripsi Regulasi Diri pada Andikpas di LAPAS ... 64

4.1.4 Deskripsi Hubungan Interpersonal pada Andikpas di LAPAS ... 65

4.1.5 Deskripsi Dimensi pada Hubungan Interpersonal Andikpas ... 66

4.1.6 Cross Tabulasi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Regulasi Diri dan Hubungan Interpersonal ... 69

4.1.7 Hasil Uji Hipotesis ... 71

4.2 Pembahasan... 79

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 87

(10)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung ... 35

Tabel 3.2 Penyekoran Kuesioner Pola Asuh Orang Tua ... 42

Tabel 3.3 Penyekoran Kuesioner Regulasi Diri ... 43

Tabel 3.4 Penyekoran Kuesioner Hubungan Interpersonal ... 45

Tabel 3.5 Hasil Analisis Item Instrumen ... 47

Tabel 3.6 Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 48

Tabel 3.7 Proporsi Skala Pola Asuh Orang Tua ... 50

Tabel 3.8 Skor Maksimal Pola Asuh Orang Tua yang Dipersepsikan ... 50

Tabel 4.1 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Usia Andikpas ... 54

Tabel 4.2 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 55

Tabel 4.3 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Asal Daerah ... 56

Tabel 4.4 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Lama Masa di LAPAS ... 58

Tabel 4.5 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ayah Andikpas... 59

Tabel 4.6 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu Andikpas ... 60

Tabel 4.7 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Pekerjaan Ayah Andikpas... 61

Tabel 4.8 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Pekerjaan Ibu Andikpas ... 62

Tabel 4.9 Deskripsi Andikpas Berdasarkan Proporsi Pola Asuh ... 63

Tabel 4.10 Deskripsi Regulasi Diri pada Andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung ... 64

(11)

Tabel 4.12 Deskripsi Hubungan Interpersonal Andikpas pada Dimensi

Kebutuhan Untuk Inklusi ... 66

Tabel 4.13 Deskripsi Hubungan Interpersonal Andikpas pada Dimensi

Kebutuhan Untuk Kontrol ... 66

Tabel 4.14 Deskripsi Hubungan Interpersonal Andikpas pada Dimensi

Kebutuhan Antarpribadi Untuk Afeksi ... 68

Tabel 4.15 Cross Tabulasi Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Regulasi

Diri dan Hubungan Interpersonal ... 69

Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Pola Asuh Authoritative, Regulasi Diri, dan

Hubungan Interpersonal ... 72

Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Pola Asuh Authoritarian, Regulasi Diri, dan

Hubungan Interpersonal ... 73

Tabel 4.18 Hasil Uji Regresi Pola Asuh Permissive-Indulgent, Regulasi Diri, dan

Hubungan Interpersonal ... 75

Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Pola Asuh Permissive-Rejecting, Regulasi Diri,

dan Hubungan Interpersonal ... 76

Tabel 4.20 Hasil Uji T-Test ... 78

(12)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Subjek Berdasarkan Usia ... 55

Grafik 4.2 Persentase Andikpas Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 56

Grafik 4.3 Frekuensi dan Persentase Andikpas Berdasarkan Asal Daerah... 57

Grafik 4.4 Persentase Andikpas Berdasarkan Lamanya Masa di LAPAS ... 58

Grafik 4.5 Persentase Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ayah Andikpas... 59

Grafik 4.6 Persentase Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu Andikpas ... 60

Grafik 4.7 Presentase Andikpas Berdasarkan Pekerjaan Ayah Andikpas ... 61

Grafik 4.8 Persentase Andikpas Berdasarkan Pekerjaan Ibu Andikpas... 62

Grafik 4.9 Persentase Andikpas Berdasarkan Pola Asuh yang Dipersepsikannya ... 64

Grafik 4.10 Frekuensi dan Presentase Kategori Regulasi Diri pada Andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung ... 65

Grafik 4.11 Frekuensi dan Persentase Kategori Hubungan Interpersonal pada Andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung ... 66

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 31

(14)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-Surat Expert Judgement ... 1

Lampiran 2 Surat Izin Penggunaan Instrumen ... 3

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen ... 5

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ... 7

Lampiran 5 Data Skor dan Kategorisasi Pada Setiap Variabel ... 13

Lampiran 6 Reliabilitas dan Validitas ... 27

Lampiran 7 Analisis Item ... 29

Lampiran 8 Hasil Uji Regresi ... 32

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Berbagai cara yang dilakukan individu untuk bisa menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tertentu tidaklah sama, begitu pun dengan cara dan kapasitas anak jika dihadapkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangannya misalnya kondisi di penjara (Steinberg, 2009). Kondisi dan fasilitas di penjara yang terbatas tidak mendukung perkembangan anak, misalnya aturan yang mengikat di penjara membuat anak tidak bisa beraktivitas sesuai keinginan mereka, akibatnya anak menjadi rentan stres. Berdasarkan wawancara dengan staff pembinaan di LAPAS Anak Kelas III Bandung diketahui bahwa anak yang berkonflik dengan hukum di LAPAS tersebut berada pada kisaran usia 10-21 tahun. Dalam ranah psikologi, individu pada rentang usia tersebut berada pada tahap perkembangan anak hingga remaja. Usia anak berkisar antara 6-12 tahun, sedangkan remaja berkisar 13-21 tahun (Papalia et.al, 2009).

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang dimuat Center For Detention Studies tahun 2013, jumlah narapidana anak sekitar 3497 orang. Terdiri dari

narapidana anak laki-laki 3428 orang, sedangkan narapidana anak wanita 69 orang. Sama halnya seperti narapidana, jumlah tahanan anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak wanita yaitu 2168 orang, sedangkan anak wanita sebanyak 68 orang (Awi, 2013). Tingginya angka kriminalitas yang membuat laki-laki menjadi narapidana dikarenakan mereka lebih berani mengambil risiko dalam berbagai tindakan yang berbahaya, seperti minum minuman keras (Courtney, 1998).

(16)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

Salah satu lembaga pemasyarakatan bagi anak di Jawa Barat adalah LAPAS Anak Kelas III Bandung. LAPAS ini menjadi pusat lembaga pemasyarakatan anak di Jawa Barat. Data terbaru dari LAPAS anak Jawa Barat bahwa terdapat 75 Andikpas, terdiri dari 69 orang narapidana dan 6 orang tahanan. Usia Andikpas yang ada berada pada kisaran 14-21 tahun (Data LAPAS Anak Kelas III Bandung pada September 2014).

Pada tanggal 11 September 2014, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa andikpas yaitu H (17 tahun) dan A (16 tahun), satu orang staff pembinaan T (25 tahun), dan satu orang staff magang A (21 tahun) di LAPAS Anak kelas III Bandung. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, diketahui bahwa Andikpas mengalami permasalahan dalam bersosialisasi saat pertama kali datang ke LAPAS. Mereka yang sudah tinggal lebih lama di LAPAS cenderung bersikap seenaknya pada andikpas yang baru menjadi penghuni LAPAS.

Andikpas berada pada kategori rentang usia remaja dimana pada fase ini remaja laki-laki menjadi cenderung lebih berani dalam mengambil perilaku berisiko, sehingga melakukan behavior problem bahkan tindakan kriminalitas (Steinberg, 2009). Penjara merupakan salah satu tempat dimana terdapat bukti bahwa erat kaitannya hubungan antara kriminalitas dengan laki-laki (Evans & Wallace, 2007). Narapidana laki-laki akan lebih berjuang dalam kehidupan penjara dibandingkan wanita (Bandyopadhay, 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian Stanko di Afrika Selatan, dimana perjuangan narapidana laki-laki dalam penjara ditentukan oleh hirarki, narapidana yang berada pada kategori power-relation yang tinggi akan mengintimidasi narapidana lain. Selain itu, ia juga menemukan bahwa ketakutan, intimidasi, dan perkelahian merupakan cara narapidana bertahan dalam penjara (Stanko, 2001).

(17)

dengan apa yang diungkapkan T (25 tahun) bahwa terdapat konflik yang berasal dari dalam LAPAS, salah satu permasalahan yang terjadi di LAPAS adalah senioritas. Dimana andikpas yang sudah beberapa tahun lebih dulu tinggal di LAPAS akan merasa berkuasa dan bertindak semaunya terhadap andikpas yang baru masuk LAPAS. Hal ini diperkuat dengan temuan Sekigawa (2012), bahwa narapidana juga akan menghadapi berbagai masalah yang tidak hanya berasal dari dalam penjara, misalnya seperti fasilitas yang tidak memadai dan kekerasan, baik oleh narapidana lain atau petugas lapas namun juga permasalahan di luar penjara, misalnya masalah keluarga. Menurut A (22 tahun) kekerasan yang dilakukan petugas dilakukan untuk mendisiplinkan andikpas. Misalnya, ketika andipkas tidak mengikuti aturan yang ditetapkan, maka ada hukuman yang diberikan.

Hubungan interpersonal yang positif dapat menjadi pendukung emosi positif, sebaliknya ketegangan dalam penjara sering membuat hubungan menjadi berbahaya dan menghasilkan hubungan interpersonal negatif (Petersilia, 2003). Kesamaan identitas selaku andikpas dalam lingkungan yang sama untuk waktu yang cukup lama akan menjadi salah satu faktor penentu hubungan interpersonal mereka (Steinberg, 2009). Andikpas yang memiliki hubungan yang positif dengan sesamanya di penjara akan memiliki peluang sukses yang lebih tinggi ketika keluar dari penjara dibandingkan andikpas lain (Zamble & Quinsey, 1997). Tujuan individu melakukan hubungan interpersonal akan berakibat pada kualitas hubungan mereka. Individu yang memiliki kedekatan dengan yang lain akan memiliki keinginan untuk melindungi temannya dari penolakan dan rasa sakit (Murray, et.al., 2006). Individu bertanggungjawab terhadap kebutuhan temannya, percaya pada dukungan temannya, dan mengekspresikan cinta dan fokus pada temannya, dimana mereka menjadi saling ketergantungan (Murray, et.al., 2003).

(18)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

2009). Hal ini diperkuat dengan temuan Parker (1999) bahwa orang tua dengan pola asuh authoritative akan memengaruhi hubungan interpersonal anak, khususnya hubungan anak dengan teman sebayanya yang akan menjadi baik (Parker, 1999). Selain itu, orang tua yang memiliki pola asuh permissive akan menyebabkan anak tidak mampu melakukan hubungan interpersonal dengan teman sebayanya (Wagner, 2009). Pola asuh merupakan interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak selama proses sosialisasi mereka (Ribeiro, 2009).

Pola asuh akan memengaruhi persepsi anak tentang dirinya dan lingkungannya, apa yang individu persepsikan tentang sesuatu akan memengaruhi kecenderungan individu dalam berperilaku (Dijksterhuis & vanKnippenberg, 1998). Menurut Sarwono (2010), informasi yang diterima dari orang tua akan menjadi stimulus awal bagi anak, sehingga dalam proses kognisi anak akan melakukan pemusatan pemikiran atau pemberian atensi untuk memilah atau menyimpan informasi yang diterima. Hal tersebut akan memengaruhi sikap atau kecenderungan anak dalam berperilaku.

Menurut Gordon (2000), dibandingkan dengan pola asuh yang lain, pola asuh autoritatif yang paling sedikit hubungannya dengan perilaku bermasalah dan depresi pada remaja. Keluarga dengan parental warmth yang konsisten dan memiliki wibawa dianggap dapat membantu perkembangan regulasi diri (Bernier et.al., 2010; McCabe et al., 2004), sedangkan tindakan tidak konsisten dan kekerasan yang dilakukan orang tua menjadi salah satu penyebab anak melakukan perilaku bermasalah, perilaku negatif, pencapaian akademik yang kurang, dan meningkatkan internalizing dan externalizing problems (Fletcher et.al., 2008; Wong, 2008).

(19)

memengaruhi persepsi yang terbentuk pada diri anak. Sebagai contoh, ketika orang tua terlibat dalam penggunaan zat terlarang, mereka tidak menyediakan waktu untuk berinteraksi dan memerhatikan kondisi anaknya. Hal tersebut akan mengganggu kondisi perkembangan emosional dan sosial anak, sehingga dapat meningkatkan risiko perilaku bermasalah pada anak (Chatterji & Markowitz, 2001; Conners et.al., 2004).

Pada kasus andikpas H (17 tahun), salah satu penyebab ibunya menjadi TKW karena permasalahan ekonomi keluarga. Menurut Feder et.al., (2009) diketahui bahwa permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor yang signifikan memengaruhi kondisi orang tua dan perilaku anak. Selain itu, menurutnya ketidakmampuan orang tua secara finansial untuk memenuhi kebutuhan anak bisa membuat orang tua mengalami gangguan mental seperti depresi, sehingga menjadi salah satu penyebab anak melakukan perilaku bermasalah. Kemudian hal ini diperkuat temuan Blandon et.al., (2008) bahwa orang tua yang depresi akan menimbulkan persepsi negatif bagi anak tentang lingkungannya, kemudian menghambat pembentukan regulasi diri pada anak dikarenakan ketidakmampuan orang tua untuk melakukan strategi coping.

(20)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Soetikno & Basaria (2014) di LAPAS Anak Pria Tangerang diketahui bahwa ketika melakukan regulasi diri, anak lebih memikirkan sesuatu yang sifatnya konkret dibandingkan sebuah perencanaan. Selain itu, regulasi diri dalam LAPAS juga dapat membantu membina dan meningkatkan kekuatan subjektif yang berkaitan dengan terkendalinya aktivitas anak, sehingga membantu pengendalian dorongan dan kesejahteraan anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Andikpas H (17 tahun) bahwa aturan LAPAS yang mengikat membuat ia menjadi lebih mampu mengontrol emosi negatifnya, sehingga ia mampu mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan kekerasan pada andikpas lain.

Regulasi diri didefinisikan sebagai salah satu proses psikologis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang disesuaikan dengan standar, tujuan, atau nilai mereka (Baumeister, Heatherton, & Tice, 1994; Kuhl & Koole, 2004). Regulasi diri merupakan karakteristik level individu yang dihubungkan dengan kondisi lingkungannya, dibangun sejak masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa yang membentuk perkembangan mereka (Karoly et.al 2005; Posner & Rothbart, 2000).

Menurut Baumeister (2005) dan Heatherton & Vohs (1998) diketahui bahwa perbedaan individu dalam melakukan regulasi diri akan memengaruhi kondisi pertemanan mereka. Orang yang memiliki kemampuan regulasi diri yang tinggi akan membuat lingkungan pertemanannya merasa nyaman sehingga memiliki hubungan interpersonal positif. Faktanya, regulasi diri merupakan hal yang penting dalam hubungan antara individu dengan lingkungannya. Individu memiliki derajat yang bervariasi ketika mereka melakukan regulasi, sebagian orang lebih baik dalam mengatur secara langsung pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan dibandingkan yang lainnya.

(21)

2010; Pronk, et.al., 2010). Berdasarkan penelitian dengan menggunakan self-report juga diketahui bahwa partisipan yang memiliki nilai regulasi diri tinggi memiliki kepuasan dalam hubungan, serta berperilaku positif dalam hubungan interpersonal dari pada mereka yang memiliki nilai rendah (Tangney, et.al., 2004).

Berdasarkan hasil pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa ketika anak melakukan hubungan interpersonal, maka dipengaruhi oleh pola asuh orang tua (Wagner, 2009). Persepsi tentang pola asuh yang diterima anak akan memengaruhi bagaimana kondisi anak dan juga berhubungan dengan masalah pada masa kanak-kanak dan remaja (Brand, et.al., 2009). Selain itu, regulasi diri juga memengaruhi hubungan interpersonal dimana berperan untuk mengatur pikiran, emosi, dan perilaku anak dalam bersosialisasi (Finkel & Campbell, 2001).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada Anak Didik LAPAS (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) anak kelas III Bandung.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Anak Kelas III Bandung?

1.3Tujuan Penelitian

(22)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, tentunya diharapkan penelitian ini mampu memberi manfaat baik secara teori maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan empiris bagi pengembangan ilmu psikologi terutama kajian keilmuan psikologi klinis, forensik, dan perkembangan. Kajian dalam psikologi klinis yaitu tentang proses pengontrolan diri pada anak yang mengalami behavior problem, sehingga terlibat dalam tindakan kriminalitas. Untuk kajian psikologi forensik, situasi LAPAS yang akan memengaruhi kondisi anak. Sementara itu, dalam kajian keilmuan psikologi perkembangan adalah dinamika perkembangan anak selama masa kanak-kanak sampai remaja.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak LAPAS untuk membuat data tentang pola asuh dan memberikan rekomendasi pada orang tua anak. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi salah satu dasar dalam membuat kebijakan di LAPAS yang dapat memengaruhi kondisi psikologis anak.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(23)

BAB II LANDASAN TEORITIS

Pada bab ini, akan dibahas mengenai teori pola asuh yang terdiri dari definisi pola asuh, faktor-faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya parental warmth dan parental control, ciri-ciri pola asuh berdasarkan faktor yang memengaruhinya, dan tipe-tipe pola asuh. Kemudian akan membahas mengenai teori regulasi diri yang terdiri dari definisi regulasi diri, komponen-komponen regulasi diri, tahapan-tahapan dalam regulasi diri, faktor-faktor yang memengaruhi regulasi diri . Selanjutnya, akan dibahas mengenai hubungan interpersonal yang terdiri dari definisi hubungan interpersonal, aspek-aspek hubungan interpersonal, dan faktor-faktor yang memengaruhi hubungan interpersonal. Kemudian, peneliti juga akan membahas perkembangan remaja dan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan tersebut. Selain itu, akan dibahas mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. Kerangka pemikiran membahas mengenai tahapan yang akan ditempuh untuk merumuskan hipotesis dan mengkaji hubungan teoritis antara variabel pola asuh, regulasi diri , dan hubungan interpersonal. Hipotesis penelitian membahas mengenai jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai hubungan antara 3 variabel yaitu pola asuh, regulasi diri , dan hubungan interpersonal.

BAB III METODE PENELITIAN

(24)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10

pola asuh, regulasi diri, dan hubungan interpersonal, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian. Selain itu juga dibahas mengenai proses pengembangan instrumen dan teknik analisis data berupa uji regresi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai penelitian dan pembahasan hasil analisis mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap hubungan interpersonal melalui regulasi diri pada anak di LAPAS Anak Bandung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan individu dalam ruang lingkup tertentu yang akan diteliti peneliti (Cozby & Bates, 2011). Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah narapidana anak laki-laki (usia 12-21 tahun), secara psikologis berada pada kategori remaja. Alasan peneliti memilih remaja laki-laki karena pada periode remaja merupakan periode mencari dan konflik identitas, sehingga remaja cenderung melakukan berbagai tindakan coba-coba yang menyebabkan remaja melakukan problem behavior bahkan tindakan kriminalitas (Erickson, 1950). Selain itu, banyaknya tindakan kriminalitas dilakukan oleh laki-laki dikarenakan laki-laki yang lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita. Adapun jumlah Andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung pada bulan September 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung

Tindak Pidana Narapidana Tahanan

Pembunuhan 7 orang 1 orang

Perlindungan Anak 29 orang 0 orang

Pencurian 10 orang 3 orang

Narkotika 9 orang 1 orang

Lain-lain 14 orang 1 orang

Jumlah 69 Orang 6 Orang

3.1.2 Sampel

(26)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 36

Anak, maka peneliti menggunakan tipe probability sampling. Tipe merupakan teknik penentuan data dimana populasi yang dipilih sudah diketahui jumlahnya (Matthews & Ross, 2010). Untuk tekniknya sendiri, peneliti menggunakan simple random sampling, dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini (Cozby & Bates, 2011).

Sampel yang akan dijadikan dalam penelitian ini adalah andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung sebanyak 53 orang. Alasan peneliti menentukan jumlah 53 dikarenakan jumlah keseluruhan andikpas yang menjadi tahanan pada bulan Oktober 2014 sebanyak 60 orang. Namun, 7 orang andikpas yang menjadi petugas dapur tidak mendapat perizinan dari pihak LAPAS untuk dijadikan sampel penelitian pada saat itu, sehingga peneliti hanya memperoleh 53 andikpas.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola asuh sebagai variabel X, hubungan interpersonal sebagai variabel Y, dan regulasi diri sebagai variabel Z. X berperan sebagai variabel independen, Y berperan sebagai variabel dependen, dan Z berperan sebagai variabel moderator.

3.3 Desain Penelitian

(27)

Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan berikut ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.4Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Menurut Cozby & Bates (2011), definisi konseptual adalah definisi variabel yang digunakan dalam penelitian, sedangkan definisi operasional merupakan bagaimana peneliti akan mendefinisikan variabel secara lebih spesifik untuk diukur atau dimanipulasi. Dalam penghitungan pola asuh terbagi menjadi dua, yaitu pola asuh yang dialami oleh anak berdasarkan dari orang tuanya dan

Hubungan Interpersonal (Y)

Regulasi Diri (X5) Pola Asuh Authoritative (X1)

Pola Asuh Authoritarian (X2) Pola Asuh

Permissive-Indulgent (X3) Pola Asuh

Permissive-Rejecting (X4)

(28)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38

pola asuh yang dipersepsikan oleh anaknya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pola asuh yang dipersepsikan oleh andikpas.

3.4.1 Pola Asuh Orang Tua (Variabel Independen)

Pola asuh dapat dilihat sebagai seperangkat perilaku orang tua dalam proses sosialisasi dengan anak, sehingga memberikan pengaruh pada perkembangan psikologis anak (Baumrind, 1971).

Pengaruh ini dilihat dari 4 dimensi yang diturunkan Baumrind (1971) & Maccoby (1983) yaitu:

a. Authoritative

Authoritative menjelaskan tentang pola orang tua yang

memelihara keseimbangan antara warmth dan control untuk tetap pada posisi tinggi.

b. Authoritarian

Authoritarian menjelaskan tentang pola orang tua dengan

tingginya pengontrolan dan tuntutan, namun tanpa disertai kasih sayang yang tinggi.

c. Permissive-indulgent

Permissive-indulgent merupakan pola orang tua dengan

tingkat pengontrolannya yang rendah bahkan bisa tidak ada. d. Permissive rejecting

Permissive rejecting merupakan pola orang tua yang tidak

terlibat dalam berbagai interaksi anak.

(29)

3.4.2 Regulasi diri (Variabel Moderator)

Regulasi diri adalah kemampuan diri untuk mengontrol perilaku secara efektif untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada dalam lingkungan sosial (Miller, et.al., 2000).

Proses pengontrolan diri ini dipengaruhi oleh 3 aspek yaitu: a. Standards

Standards merupakan sebuah konsep atau ide tentang

bagaimana seharusnya melakukan suatu tindakan atau perilaku.

b. Monitoring

Merupakan proses mengawasi perkembangan perilaku atau respon yang ingin dikontrol oleh individu.

c. Strength

Strength diidentikkan sebagai kapasitas untuk melakukan

perubahan atau tekad yang kuat.

(30)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 40

3.4.3 Hubungan Interpersonal (Variabel Dependen)

Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih dan memiliki ketergantungan satu sama lain serta menggunakan pola interaksi yang konsisten (Sarwono, 2009). Berdasarkan teori yang dikemukakan Schuzt (Sarwono, 2004) tentang Fundamental Interpersonal Relationship Orientation (FIRO) diketahui bahwa terdapat

beberapa aspek yang memengaruhi interaksi individu. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Inklusi

Inklusi atau biasa disebut keikutsertaan. Inklusi merupakan kebutuhan untuk berkontribusi atau berguna bagi kelompok. Pada aspek ini, terdapat kecenderungan individu untuk dijadikan tempat berkonsultasi atau sandaran saat melakukan interaksi dengan orang lain. Bahkan individu bisa melakukan pengucilan pada dirinya sendiri.

b. Kontrol

Kebutuhan pribadi untuk mengendalikan atau berkuasa saat melakukan relasi interpersonal. Dalam aspek ini, individu merepresentasikan diri sebagai pribadi yang memiliki pengaruh dalam penentuan sikap rekan lainnya.

c. Afeksi

(31)

hubungan interpersonal yang terjadi pada andikpas di LAPAS. Semakin tinggi skor hubungan interpersonal, maka menunjukkan kemampuan hubungan interpersonal andikpas di LAPAS yang cenderung positif. Sebaliknya, semakin rendah skor hubungan interpersonal, maka kemampuan subjek dalam menjalin hubungan interpersonal di LAPAS cenderung negatif.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa pemberian kuesioner. Kuesioner yang digunakan merupakan suatu set pernyataan mengenai pola asuh, regulasi diri, dan hubungan interpersonal melalui penurunan konsep teori menjadi indikator (Cozby & Bates, 2011). Bentuk kuesioner yang diberikan adalah pernyataan tertutup. Pemberian kuesioner dilakukan secara langsung kepada subjek penelitian yaitu Andikpas (Anak Didik Pemasyarakatan) Kelas III Bandung. Kuesioner berisi sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh subjek dimana terdiri dari beberapa pilihan. Subjek diharuskan untuk memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan dirinya. Sebelum mengumpulkan data, peneliti akan menjelaskan tentang kerahasiaan data subjek dan instruksi atau tata cara pengisian kuesioner.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

(32)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 42

3.6.1 Alat Ukur Pola Asuh Orang Tua

3.6.1.1 Spesifikasi Instrumen

Untuk mengukur persepsi anak tentang pola asuh orang tua, peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada. Instrumen ini sudah diujikan pada tahun 2010 oleh Damayanti (surat izin penggunaan instrumen terlampir). Instrumen ini terdiri dari 49 item dengan reliabilitas sebesar 0.817 yang berada pada kategori reliabel. Instrumen ini menggunakan likert scale.

3.6.1.2 Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan yang tersedia. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari empat kategori yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (K), atau Tidak Pernah (TP).

3.6.1.3 Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen regulasi diri dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

[image:32.595.240.519.546.713.2]

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.2 Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

(33)

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak Pernah 1 4

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing item pola asuh orang tua yang diperoleh responden. 3) Menentukan proporsi skor masing-masing dimensi

untuk setiap andikpas, kemudian menentukan pola asuh mana yang paling berpengaruh melalui proporsi skor yang paling tinggi untuk masing-masing andikpas.

4) Kemudian melakukan kategorisasi tinggi rendah untuk masing-masing pola asuh melalui nilai P50.

3.6.2 Alat ukur regulasi diri

3.6.2.1 Spesifikasi Instrumen

Dalam mengukur regulasi diri, peneliti memodifikasi instrumen yang sudah ada agar sesuai dengan konteks LAPAS. Instrumen yang sudah ada dibuat Warih Ambarsari pada tahun 2014 (surat izin penggunaan instrumen terlampir). Instrumen ini terdiri dari 20 item dan

memiliki reliabilitas sebesar 0.925 yang berada pada kategori sangat reliabel. Instrumen ini menggunakan likert scale.

3.6.2.2 Pengisian Kuesioner

(34)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS).

3.6.2.3 Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen regulasi diri dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut:

Tabel 3. 3 Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat tidak setuju 1 4

Tidak setuju 2 3

Setuju 3 2

Sangat setuju 4 1

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen regulasi diri yang diperoleh responden. 3) Menentukan P25, P50, dan P75 untuk mengetahui

persentase kumulatifnya, lalu membagi menjadi empat kategori yaitu sangat positif, positif, negatif, dan sangat negatif.

3.6.3 Alat Ukur Hubungan Interpersonal

3.6.3.1 Spesifikasi Instrumen

Untuk mengukur hubungan interpersonal, peneliti mengembangkan instrumen sendiri yang diturunkan langsung dari ketiga aspek hubungan interpersonal teori Fundamental Interpersonal Relation Orientation yang

[image:34.595.227.516.310.393.2]
(35)

0.775 yang berada pada kategori cukup reliabel. Instrumen ini menggunakan likert scale.

3.6.3.2 Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan yang tersedia. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai dengan jawaban yang menjadi jawaban pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari lima kategori yaitu Selalu (SL), Sering (S), Kadang-kadang (K), atau Tidak Pernah (TP).

3.6.3.3 Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen hubungan interpersonal dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

[image:35.595.247.520.608.689.2]

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap pernyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut:

Tabel 3.4 Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban

Nilai Pernyataan

Favorable Unfavorable

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

(36)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 46

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen hubungan interpersonal yang diperoleh responden.

3) Menentukan P25, P50, dan P75 untuk mengetahui persentase kumulatifnya, lalu membagi menjadi empat kategori yaitu sangat positif, positif, negatif, dan sangat negatif. Selain ketiga alat ukur di atas, kuesioner dalam penelitian ini juga akan mencantumkan identitas subjek dan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan faktor demografis dalam penelitian ini. Identitas meliputi nama (inisial), usia, pendidikan terakhir andikpas asal daerah. Kemudian lama subjek dalam penjara, dan status sosial ekonomi andikpas meliputi pekerjaan dan pendidikan orang tua.

3.7 Proses Pengembangan Istrumen

Kegunaan dari uji instrumen adalah untuk mendapatkan instrumen yang layak digunakan dalam penelitian. Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti secara langsung adalah instrumen hubungan interpersonal. Peneliti juga memodifikasi instrumen regulasi diri agar disesuaikan dengan konteks LAPAS. Untuk instrumen pola asuh orang tua, peneliti menggunakan instrumen yang sudah ada karena reliabilitas dan validas instrumen tersebut berada pada kategori tinggi. beberapa tahapan pengembangan instrumen yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

3.7.1 Uji Konten (expert judgement)

(37)

uji konten terhadap alat ukur hubungan interpersonal dan alat ukur regulasi diri.

3.7.2 Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan instrumen dilakukan sebelum uji validitas dan reliabilitas, dan dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas dari kalimat-kalimat yang dipakai dalam instrumen penelitian. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara maksud yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi responden terhadap setiap item kuesioner. Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji keterbacaan terhadap mahasiswa yang pernah magang di LAPAS Anak Kelas III Bandung, siswa SMP dan SMA yang seusia dengan usia andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung.

3.7.3 Uji Validitas Instrumen

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2010). Suatu tes atau instrumen ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Uji validitas instrumen yang terlebih dahulu dilakukan ialah uji validitas isi. Validitas isi dilakukan dengan cara merevisi butir-butir item berdasarkan saran/pendapat para penelaah yang professional (Suryabrata, 2010). Uji validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh dua professional judgement, yaitu Helli Ihsan, S.Ag, M.Si (dosen Psikometri),

(38)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 48

memadai. Peneliti kemudian melakukan uji coba instrumen pada pada 150 responden di LAPAS Anak Tangerang, pada tanggal 18 Oktober 2014.

3.7.4 Pemilihan Item

Setelah melakukan uji konten oleh ahli, peneliti melakukan uji instrumen. Setelah dilakukan uji instrumen, peneliti melakukan pemilihan item kembali melalui korelasi item-total yaitu dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total instrumen. Dalam penelitian ini, uji validitas hanya dilakukan untuk mengukur validitas item saja dengan menggunakan rumus koefisien korelasi dengan bantuan software SPSS Versi 18.0 agar dapat diketahui korelasi item total

[image:38.595.55.575.430.586.2]

kuesioner. Item yang akan dipilih sebagai item final ialah item yang memiliki koefisien korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0.20 (Ihsan, 2013). Berikut ini adalah tabel hasil analisis item dari masing-masing instrumen.

Tabel 3.5

Hasil Analisis Item Instrumen

Nama Instrumen Item Valid Jumlah Item tidak Valid Jumlah

Hubungan Interpersonal pada Andikpas

1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 15, 17,

18, 20, 21, 22, 24. 16

6, 10, 12, 13, 16, 19, 23.

8

Pola Asuh Orang Tua

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51,

52, 53, 54, 55, 56, 57

49 1, 3, 10, 11, 16, 21, 22,

32. 7

Regulasi Diri pada Andikpas

2, 3, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 23, 27, 28, 36, 34,

32, 35.

36

1, 4, 9, 5, 6, 11, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 29, 30,

31, 33.

20

3.7.5 Reliabilitas Instrumen

(39)
[image:39.595.167.465.277.366.2]

konsisten. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan dari program SPSS melalui teknik alpha cronbach yang dihitung menggunakan software SPSS versi 18.0, untuk mengetahui seberapa konsisten tiap-tiap item dalam suatu instrumen. Nilai koefisien α berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai koefisien kehandalannya, semakin baik alat ukurnya. Berikut merupakan kriteria koefisien reliabilitas Alpha Cronbach Guildford.

Tabel 3.6

Koefisien Reliabilitas Instrumen

Nilai Kriteria

<0,200 Tidak Reliabel

0,200 – 0,400 Kurang Reliabel

0,400 – 0,700 Cukup Reliabel

0,700 – 0,900 Reliabel

>0,900 Sangat Reliabel

(Sugiyono, 2012)

3.7.5.1 Reliabilitas Pola Asuh Orang Tua

Hasil uji reliabilitas Instrumen Regulasi Diri pada Andikpas di LAPAS dengan bantuan program SPSS versi 18.00, menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0.925, sedangkan koefisien reliabilitas ketika uji coba ialah 0.916. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas ketika ambil data lebih baik daripada reliabilitas ketika uji coba. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa instrumen ini bersifat sangat reliabel. Instrumen ini memiliki KMO sebesar 0.793 yang berarti dapat dilakukan analisis selanjutnya.

3.7.5.2 Reliabilitas Instrumen Regulasi Diri pada Andikpas di LAPAS

(40)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 50

menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0.817, sedangkan koefisien reliabilitas ketika uji coba ialah 0.843. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas ketika uji coba lebih baik daripada reliabilitas ketika ambil data. Namun, angka koefisien tersebut menunjukkan bahwa instrumen ini bersifat reliabel. Instrumen ini memiliki KMO sebesar 0.820 yang berarti dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

3.7.5.3 Reliabilitas Intrumen Hubungan Interpersonal pada Andikpas

Hasil uji reliabilitas instrumen Hubungan Interpersonal pada Andikpas di LAPAS dengan bantuan program SPSS versi 18.00, menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0.775, sedangkan koefisien reliabilitas ketika uji coba ialah 0.675. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas ketika ambil data lebih baik daripada reliabilitas ketika uji coba. Koefisien tersebut menunjukkan bahwa instrumen ini bersifat reliabel. Instrumen ini memiliki KMO sebesar 0.731 yang berarti dapat dilakukan analisis selanjutnya.

3.7.6 Kategorisasi Skala

(41)

diantara P25 dan P50 maka termasuk kelompok rendah, jika skor subjek sama dengan P50 atau berada diantara P50 dan P75 maka termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan jika skor subjek berada diatas atau sama dengan P75 maka termasuk dalam kelompok sangat tinggi.

Untuk menentukan pola asuh mana yang paling dirasakan oleh andikpas dengan cara menghitung jumlah skor yang diperoleh andikpas untuk masing-masing tipe pola asuh yang dirasakan. Setelah jumlah skor untuk masing-masing pola asuh diperoleh, lalu dilihat tipe pola asuh mana yang jumlah skornya paling besar, maka itulah pola asuh yang dirasakan oleh siswa tersebut. Untuk mengetahui kategorisasi skala pola asuh orang tua yang dirasakan andikpas, maka cara penghitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Proporsi Skala Pola Asuh Orang Tua Proporsi skor Authoritative =

Proporsi skor Authoritarian =

Proporsi skor Permissive-Indulgent =

[image:41.595.107.518.547.610.2]

Proporsi skor Permissive-Rejecting =

Tabel 3.8

Skor Maksimal Pola Asuh Orang Tua yang Dipersepsikan

Tipe-tipe Pola Asuh Jumlah Item Skor Maksimal Item Skor Maksimal

Authoritative 14 4 56

Authoritarian 13 4 52

Permissive-Indifferent 13 4 52

Permissive-Indulgent 9 4 36

3. 8 Teknik Analisis Data

(42)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 52

(MRA) didasarkan pada pengujian statistika yang pernah dilakukan oleh Widhiarso (2009) dan Liana (2009), hasil uji regresi tersebut akan membentuk persamaan:

Y = a1 + bX1+ bX5 + bX1.X5 + e1 Y = a2 + bX2 + bX5 + bX2.X5 + e2 Y = a3 + bX3 + bX5 + bX3.X5 + e3 Y = a4 + bX4 + bX5 + bX4.X5 + e4 Keterangan:

Y = Hubungan interpersonal a = Intercept (konstan) b = Koefisien regresi e1-e4 = residu

X1 = Pola asuh authoritative X2 = Pola asuh authoritarian

X3 = Pola asuh permissive-indulgent X4 = Pola asuh permissive-rejecting X5 = Regulasi Diri

X1.X5 = Pola asuh authoritative dimoderasi regulasi diri X2.X5 = Pola asuh authoritarian dimoderasi regulasi diri X3.X5 = Pola asuh permissive-indulgent dimoderasi regulasi diri

X4.X5 = Pola asuh permissive-rejecting dimoderasi regulasi diri

(43)

interpersonal, maka peneliti melakukan uji koefisien determinasi. Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel terikat terhadap vaiabel bebas. Hasil dari uji ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Untuk mengetahui koefisien determinasi maka digunakan rumus sebagai berikut.

KD = r2 x 100% Keterangan :

KD = Koefisien determinasi

R = Koefsien korelasi atau r square

3.9 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

3.9.1 Tahap Persiapan

a. Merumuskan masalah penelitian

b. Menentukan konstruk psikologis yang akan diukur dalam penelitian

c. Melakukan studi literatur mengenai kajian teoritis serta penelitian yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian d. Menyusun alat ukur

e. Menetapkan populasi dan sampel penelitian f. Membuat surat perizinan penelitian

g. Melakukan perizinan kepada pihak LAPAS untuk melakukan penelitian serta memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

3.9.2 Tahap pengumpulan data

(44)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 54

b. Memohon kesediaan partisipan di LAPAS (yang menjadi sampel penelitian) untuk menjadi responden dalam penelitian.

c. Memberikan informasi tentang kerahasiaan data partisipan. d. Menyebarkan kuesioner penelitian dengan memberi

petunjuk terlebih dahulu mengenai pengisian kuesioner kepada partisipan.

e. Melaksanakan pengambilan data.

f. Memberikan reward kepada partisipan yang telah bersedia menjadi partisipan penelitian.

3.9.3 Tahap pengolahan data

a. Melakukan skoring terhadap data yang telah diperoleh. b. Melakukan analisis data dengan menggunakan bantuan

SPSS 18.00 untuk menguji hipotesis penelitian dan analisis regresi pada penelitian.

3.9.4 Tahap pembahasan

a. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah diolah. b. Menjelaskan penemuan utama dari penelitian.

c. Menjelaskan apakah penemuan dari penelitian yang diperoleh mendukung atau menolak teori yang telah dijelaskan pada BAB II.

(45)
(46)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian peneliti, maka diketahui beberapa hal berikut ini:

1. Pola asuh authoritative memengaruhi hubungan interpersonal secara positif dan signifikan.

2. Pola asuh authoritarian memengaruhi hubungan interpersonal secara positif dan signifikan.

3. Pola asuh authoritarian dan regulasi diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan interpersonal andikpas.

4. Pola asuh permissive-indulgent berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap hubungan interpersonal.

5. Pola asuh permissive-indulgent dan regulasi diri memengaruhi hubungan interpersonal secara signifikan.

6. Pola asuh permissive-rejecting dan regulasi diri secara bersama-sama memengaruhi hubungan interpersonal secara positif dan signifikan..

7. Regulasi diri tidak memoderasi variabel pola asuh orang tua terhadap hubungan interpersonal. Jumlah sampel yang sedikit diduga turut berpengaruh terhadap hasil penelitian dalam penelitian ini.

8. Tidak terdapat perbedaan pengaruh dari variabel demografis yaitu usia andikpas, lama tinggal di LAPAS, asal daerah andikpas, dan latar belakang pendidikan andikpas terhadap hubungan interpersonal di LAPAS. Selain itu, tidak terdapat pula perbedaan pengaruh latar belakang orang tua seperti latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua terhadap andikpas dalam kemampuan hubungan interpersonal.

5.2 Saran

Berikut merupakan saran yang dirumuskan oleh peneliti setelah melakukan pembahasan dari hasil penelitian.

(47)

menghimbau pada orang tua untuk dapat menjaga proporsi kehangatan dan kontrol dalam keluarganya dengan tetap memperhatikan kebutuhan utama anak. Sehingga diharapkan anak dapat merasa nyaman dalam keluarga dan tidak terlibat dalam kriminalitas.

2. Teman sebaya merupakan salah satu significant others pada usia remaja, sehingga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan remaja tersebut. Oleh karena itu, andikpas dapat bersikap tegas untuk menolak ajakan dari teman sebayanya yang akan melakukan kriminalitas.

3. Orang tua andikpas diharapkan dapat memberikan support dengan cara meningkatkan intensitas berkunjung kepada andikpas ketika anak sudah menjadi narapidana, sehingga anak akan merasa tetap diperhatikan oleh keluarga. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan regulasi diri anak. 4. Petugas LAPAS diharapkan untuk melakukan sesi konseling secara berkala

agar dapat melihat perkembangan andikpas, sehingga masing-masing andikpas mempunyai catatan tersendiri. Hal tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program LAPAS yang selama ini dijalankan, juga dijadikan salah satu landasan pengembangan program selanjutnya yang sesuai kebutuhan andikpas.

5. Penelitian ini menggunakan sampel andikpas laki-laki dan ditemukan adanya penemuan yang tidak konsisten tentang beberapa hal seperti faktor demografis pada andikpas laki-laki, maka peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian berdasarkan komparasi antara narapidana laki-laki dan perempuan. Hal tersebut untuk membandingkan faktor demografis dengan gender yang berbeda.

(48)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

89

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Handa S. (2012). Anak Didik Pemasyarakatan. [Online]. Diakses http://penelitihukum.org/tag/definisi-anak-didik-pemasyarakatan/

Affandy, Susianah. (2010). Dari Cianjur Selatan (2): Lumbung TKW itu Daerah Miskin. [Online].

Diakses http://m.kompasiana.com/post/read/324003/2/dari-cianjur-selatan-2-lumbung-tkw-itu-daerah-miskin-html

Awi, M. Lollong. (2013). Darurat Anak Dalam Penjara. [Online]. Diakses http://www.cds.or.id.

Azwar, Saifudin. (2010). ReliabilitasdanValiditas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Bandyopadhyay, Mahuya. 2006. Competing Masculinities in a Prison. London : SAGE

Baron, Robert A. & Branscombe, Nyla R. (2011). Social Psychology. USA: PEARSON

Baumann, N., & Kuhl, J. (2003). Self-infiltration: Confusing assigned tasks and self-selected in memory. Personality and Social Psychology Bulletin, 29, 487-498.

Baumeister, R. F., Heatherton, T. F., & Tice, D. M. (1994). Losing control: How and why people fail at self-regulation. New York: Academic Press.

Baumeister, R.F. & Bushman, B.J. (2014). Social Psychology And Human Nature. USA: Wardsworth, Cengage Learning.

Baumeister, R.F. & Vohs, K.D. (2004). Handbook of Self-Regulation. New York : The Guilford Press

(50)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

90

Baumrind, D. (1971). Current patterns of parental authority. Developmental Psychology Monographs, 4 (1, Part 2).

Baumrind, D. (1997). The discipline encounter: Contemporary issues. Aggression and Violent Behavior, 2(4), 321-335

Bernier, A., Carlson, S. M., & Whipple, N. (2010). From external regulation to self-regulation: Early parenting precursors of young children’s executive functioning. Child Development, 81, 326–339

Biddulph, S. 2000. Manhood. Lane Cove, Australia: Hawthorn.

Blandon, A. Y., et.al. (2008). Individual differences in trajectories of emotion regulation processes: The effects of maternal depressive symptomatology on

children’s physiological regulation. Developmental Psychology, 44, 1110– 1123

Brand, S., et.al. (2009). Perceived parenting styles, personality traits and sleep patterns in adolescents. Journal of Adolescence, 32(5), 1189-1207.

Brody, GH., & Ge, X. (2001). Linking parenting processes and self-regulation to psychological functioning and alcohol use during adolescence. Journal Family Psychology 15:82–94.

BÜYÜKŞAHİN, Ayda. (2005). The Multidimensional Relationship

Questionnaire: A Study of Reliability and Validity. Turkish Journal of Psychiatry 16

Chatterji, P., & Markowitz, S. (2001). The impact of maternal alcohol and illicit

drug use on children’s behavior problems: Evidence from the children of the national longitudinal survey of youth. Journal of Health Economics, 20, 703–731

Conners, N. A. et.al. (2004). Children of mothers with serious substance abuse problems: An accumulation of risks. The American Journal of Drug and Alcohol Abuse, 30, 85–100.

Couper, M. Singer, R. & Tourangeau, R. Social Desirability Effects on Self-Reports of Behavior: Understanding the Effects of Audio-CASI. Survey

(51)

Courtney, W. (1998). College men’s health: An overview and call to action. Journal of , American Journal of Sociology 90(6): 1151–78.

Cozby, Paul C. , & Bates, Scott C. (2011). Methods in Behavioral Research. New York: McGraw Hill.

Dijksterhuis, Ap.& van Knippenberg, Ad. (1998). The Relation Between Perception and Behavior, or How to Win a Game of Trivial Pursuit. Journal of Personality and Social Psychology 4, 865-877

Eisenberg, N., et al. (2005). The relations of behavior problem status to children’s negative emotionality, effortful control, and impulsiv-ity: Concurrent relations and prediction of change. Developmental Psychology 41:193211. Erickson, E. H. (1950).Childhood and society. New York: Norton

Evans, Tony. Wallace, Patti. (2007). A prison Within a Prison?: The Masculinity Narratives Of Male Prisoners. Men and Masculinities 2008 10: 484

Feder, A. et.al. (2009). Children of low-income depressed mothers: Psychiatric disorders and social adjustment. Depression and Anxiety, 26, 513–520 Finkel, E. J., & Campbell, W. K. (2001). Self-control and accommodation in close

relationships” An interdependence analysis. Journal of Personality and Social Psychology, 81, 265-277.

Finkenauer, C, Engels, R.C.M.E., Baumeister, R.F. (2005). Parenting be-havior and adolescent behavioural and emotional problems: The role of self-control. International Journal Behavior Development 29:58–69.

Fletcher, A. C., et.al. (2008). Parenting style as a moderator of associations between maternal disciplinary strategies and child wellbeing. Journal of Family Issues, 29, 1724–1744.

Galambos, N.L., Maggs, J.L. (1991). Out-of-school Care of Young Adolesents and Self-Reported Behavior. Developmental Psychology 27:644–655. Gibson, Ivancevich, Donelly. (1994). Organisasi, Perilaku, Struktur, dan Proses.

Edisi Alih Bahasa. Jakarta: Erlangga

(52)

Rini Nuraeni, 2014

Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak Kelas III Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

92

(Dissertation). Iowa State University. Dissertation Abstracts International,60, (11-A).

Hall, Calvin & Lindzey, Gardner. (1985). Introduction Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons

Heatherton, T. F., & Vohs, K. D. (1998). Why is it so difficult to i

Gambar

Tabel 3.1  Jumlah Andikpas di LAPAS Anak Kelas III Bandung
Gambar 3.1  Desain Penelitian
Tabel 3.2  Penyekoran Kuesioner
Tabel 3. 3  Penyekoran Kuesioner
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya dan diperkuat dengan hasil analisis yang dilakukan guru dalam Penerapan model pembelajaran Picture and Picture

activity of ceria-promoted Ni catalyst supported on powder alumina (96%) was quite close to the equilibrium CO conversion (99.6%) at the same temperature (250 ° C) and CO/S molar

Ada beberapa hal positif yang dapat dilihat dari penggunaan gadget yaitu: mempermudah menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, memberikan berbagai macam informasi diseluruh

pada penelitian ini berdasarkan tabel 9 terdapat data yang tidak sesuai dengan teori dimana pada perilaku pencegahan kategori kurang ada 1 responden (1.3%)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh aromaterapi lemon (cytrus) terhadap penurunan nyeri menstruasi pada mahasiswi keperawatan di Universitas

karena rahmat -Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Skor Glasgow Coma Scale dengan Nilai Leukosit Perifer Pada Pasien Cedera Kepala di

(KUHP Pasal 372) : ―Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang

(4) Dari hasil analisa dan perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dari investasi dana yang ditanamkan dalam bentuk pemberian kredit kepada konsumen,