• Tidak ada hasil yang ditemukan

MPLEMENTASI DAN REDESAIN BUKU AJAR KIMIA MENGGUNAKAN BATIK SEBAGAI KONTEKS PEMBELAJARAN UNTUK MENIGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MPLEMENTASI DAN REDESAIN BUKU AJAR KIMIA MENGGUNAKAN BATIK SEBAGAI KONTEKS PEMBELAJARAN UNTUK MENIGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Rany Dara Erlinda, 2013

E.Manfaat Penelitian ……….

F. Penjelasan Istilah ………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………

A.Literasi Sains...

B.Pembelajaran Berbasis Literasi Sains...…………

C.Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal...

D.Buku Ajar...

E. Cara Pengembangan Buku Ajar...

F. Deskripsi Materi Konteks Batik pada Konten Benzen dan

(2)

Turunannya serta Makromolekul dan Lipid ……..……….

1. Tinjauan Konteks Utama………

2. Tinjauan Konten Kimia……….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………

A. Metode Penelitian ………... A.Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Buku Ajar Kimia….. B.Capaian Literasi Sains Siswa Menggunakan Buku Ajar Kimia...

C.Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Buku Ajar Kimia……... D.Perbaikan Buku Ajar “Materi Kimia dalam Batik”...

(3)

Rany Dara Erlinda, 2013

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

DAFTAR TABEL

Halaman

Keterkaitan Jenis Instrumen Penelitian dengan Perolehan Data.... 46

Tafsiran Kategori Kemampuan ………... 47

Kriteria Peningkatan Gain Ternormalisasi... 48

Distribusi Skor Kategori Tanggapan... 50

Data Hasil Observasi Pertemuan Ke-1... 52

Data Hasil Observasi Pertemuan Ke-2... 53

Data Hasil Observasi Pertemuan Ke-3... 54

Hasil Tanggapan Siswa... 66

Contoh Perbaikan Buku Ajar dari Aspek konteks... 70

Contoh Tahap Kontak dan Kuriositi yang ditambahkan... 71

(4)

DAFTAR GAMBAR

struktur benzen dengan bulatan di tengah cincin...

Hidroksibenzena (fenol)…………...………

Struktur Antasena...……….. (a) struktur naftalena, (b) struktur naftol...………

(1) N,N-dimetil-p-(fenilazo)-anilin, (2) p-hidroksiazobenzena...

Struktur D-glukosa...

Struktur umum Trigliserida...

Alur Penelitian...

Grafik Perbandingan Prosentase Rerata Nilai Pretest, Posttest,

dan Peningkatan Penggunaan Aspek Konten, Konteks, dan

Proses...

Grafik Perbandingan Prosentase Rerata Nilai Pretest, Posttest,

dan Pningkatan Penggunakaan Aspek Sikap...

Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Konten...

Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Konteks...

Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Proses...

(5)

Rany Dara Erlinda, 2013

Tabel Validasi Indikator dan Tujuan, serta Soal Instrumen....

Lampiran 1.1 Validasi Indikator ...

Lampiran 1.2 Validasi Indikator Sesudah Revisi...

Lampiran 1.3 Validasi Indikator Kompetensi...

Lampiran 1.4 Validasi Soal...

Lampiran 1.5 Validasi Soal Sesudah Revisi...

Lampiran 1.6 RPP Pretemuan Ke-1...

Lampiran 1.7 RPP Pertemuan Ke-2...

Lampiran 1.8 RPP Pertemuan Ke-3...

Instrumen Penelitian…………....………...

Lampiran 2.1 Soal Pretest-Posttest...

Lampiran 2.2 Lembar Observasi Ke-1...

Lampiran 2.3 Lembar Observasi Ke-2...

Lampiran 2.4 Lembar Observasi Ke-3...

Lampiran 2.5 Angket...

Pengolahan Data Penelitian…………..………... Lampiran 3.1 Hasil Pembelajaran dan Angket...

Lampiran 3.2 Hasil Observasi ...

Lampiran 3.3 Uji Reliabilitas ...

Buku Ajar “Materi Kimia dalam Batik” Oleh Fauzan (2011) Buku Ajar “Materi Kimia dalam Batik” Hasil Perbaikan...

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan

Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literat terhadap sains. Literat terhadap

sains ini penting dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan cara mereka dapat

memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain

yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi

dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan. Literate terhadap sains ini

dikenal dengan literasi sains.

Literasi sains berkaitan dengan kapasitas siswa dalam memahami

informasi proses terjadinya ilmu pengetahuan dan fakta yang ada dalam

kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan masa yang akan datang, serta

kemampuan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

kompetensi seperti itu, peserta didik akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di

masyarakat yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan

teknologi. Selain itu, para peserta didik dapat berguna bagi dirinya sendiri dan

masyarakat. Kompetensi itulah yang dimaksud sebagai literasi sains menurut

Programme for International Students Assesment-Organization for Economic Co-Operation and Development) (PISA-OECD).

PISA-OECD merupakan salah satu bentuk studi lintas negara yang

(8)

sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu

ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan

bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam. Dalam pembelajaran

sains yang diterapkan di sekolah selama ini, siswa beranggapan bahwa sains

merupakan pelajaran yang terpisah dari tempat mereka berada (Hoolbrook, 2005).

Hal ini membuat siswa mengalami kesulitan untuk dapat mengidentifikasi isu-isu

ilmiah serta menganalisis bukti-bukti ilmiah untuk memecahkan masalah dalam

kehidupannya.

Kenyataan tersebut terlihat dari hasil studi PISA, dimana Indonesia ikut

berpartisipasi sejak tahun 2000 sampai 2009. Pertama, tahun 2000, diikuti oleh 41

negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD,

2003). Kedua, tahun 2003 diikuti oleh 40 negara, Indonesia berada pada urutan

ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2004). Ketiga, tahun 2006, diikuti oleh 57

negara, Indonesia berada pada urutan ke-53 pada kemampuan sains (OECD,

2007). Keempat, tahun 2009 yang diikuti oleh 65 negara. Berdasarkan skor

rata-rata yang diperoleh Indonesia yakni sebesar 383, menempatkan Indonesia pada

rangking ke-57 dari 65 negara partisipan.

Dari data di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia berada

pada level yang sangat rendah dalam sains. Rendahnya literasi sains siswa ini

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya apabila dilihat dari buku ajar

yang digunakan selama ini hanya berisikan pengetahuan sains dari aspek kognitif

(9)

penerapan keterampilan menggunakan pengetahuan sains untuk memahami proses

sains dan mengatasi masalah-masalah sains.

Faktor lain juga dapat disebabkan karena praktek pembelajaran sains di

Indonesia yang umumnya cenderung menempatkan materi subjek terlebih dahulu,

baru kemudian ditunjukkan dengan sedikit aplikasinya, praktek pembelajaran

tersebut lebih menekankan pada pencapaian aspek kognitif semata dan akhirnya

proses pembelajarannya kurang bermakna, serta lebih cenderung pada aspek

hafalan dan tidak kontekstual, hal ini dapat menyebabkan pembelajaran yang

monoton. Oleh sebab itu tidak heran apabila siswa beranggapan bahwa kimia

merupakan ilmu yang susah mereka kuasai, dimana selama belajar kimia mereka

menganggap kimia itu ilmu yang abstrak dan tidak ada hubungannya dalam

kehidupan mereka. Lebih jelasnya lagi, siswa menjadi tidak literate terhadap

kimia.

Penyelesaian terhadap masalah ini membutuhkan pandangan baru dalam

pembelajaran sains, yakni pembelajaran sains yang didasarkan pada situasi-situasi

sosial, kemudian dikembangkan konsep pembelajaran konseptual yang membuat

siswa dapat mengapresiasikan sains secara relevan, sehingga dapat menunjukkan

kepedulian terhadap kehidupan masyarakat, dan pembelajaran akan berdampak

lebih baik terhadap para siswa (Hoolbrook, 1998). Kurikulum hendaknya

mempersiapkan siswa untuk mengenali potensi daerahnya masing-masing

sehingga mereka dapat bekerja yang sesuai dengan kebutuhan lokal karena sifat

pendidikannya yang mengarah pada kecakapan hidup dalam timbangan kearifan

(10)

pendidikan sains dalam konteks budaya perlu dilakukan, agar budaya sebagai

kearifan lokal tidak punah.

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam dan

sumber daya manusia. Melimpah ruahya potensi itu menghasilkan kearifan lokal

ataupun kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh suatu daerah seperti batik

yang tiada lain merupakan suatu kearifan lokal yang juga selaras dengan kearifan

global. Terlebih lagi, batik menjadi budaya Indonesia yang sangat popular

akhir-akhir ini. Siswa perlu diperkenalkan pada proses pembuatan batik, khususnya

batik tulis.

Secara umum proses pembuatan batik tulis terdiri atas empat tahap,

yaitu tahap pengolahan kain dan pembuatan motif pada kain batik pada umumnya

terkait dengan materi makromolekul, tahap pemberian lilin pada kain batik pada

umumnya terkait dengan materi lipid, tahap pewarnaan pada kain batik pada

umumnya terkait dengan materi benzena dan turunannya, serta tahap pelepasan

lilin pada kain batik terkait dengan materi lipid.

Proses pembuatan batik tulis ini diharapkan dapat menjadi kegiatan

pembelajaran yang menarik bagi siswa, khususnya pada mata pelajaran kimia

mengenai materi pokok benzena dan turunannya serta makromolekul dan lipid

dengan tujuan utama untuk meningkatkan literasi sains siswa. Upaya mengangkat

batik dalam sains kimia diharapkan menjadi inovasi yang dapat memberikan

sumbangan dalam memecahkan masalah literasi sains siswa di Indonesia. Batik

adalah bukti kreatif anak bangsa sebagai hasil kearifan lokal yang tetap

(11)

literat terhadap sains, tetapi juga menjadi bangga serta arif terhadap kebudayaan

sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada, telah dihasilkan buku ajar

berbasis kearifan lokal, yang dapat mengkaitkan pengetahuan sains dengan

fenomena-fenomena yang terjadi. Untuk mendapatkan buku ajar berbasis kearifan

lokal yang memiliki keterbacaan lebih baik dari sebelumnya, maka dilakukan

pengembangan buku ajar kimia menggunakan konteks pembelajaran batik untuk

meningkatkan literasi sains siswa SMA. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti

mengangkat judul penelitian „Implementasi dan Redesain Buku Ajar Kimia

Menggunakan Batik Sebagai Konteks Pembelajaran untuk Meningkatkan Literasi

Sains Siswa SMA‟.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan

masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana menghasilkan buku ajar

kimia menggunakan konteks pembelajaran batik yang dapat meningkatkan literasi

sains siswa SMA?”. Untuk lebih memperjelas langkah-langkah pemecahan

masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan tersebut diuraikan menjadi

sub-sub masalah berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan buku ajar “Materi

Kimia dalam Batik”?

2. Bagaimana capaian literasi sains siswa menggunakan buku ajar “Materi

(12)

3. Bagaimana tanggapan siswa setelah pembelajaran menggunakan buku ajar

“Materi Kimia dalam Batik”?

4. Bagaimana memperbaiki buku ajar “Materi Kimia dalam Batik” berdasarkan

hasil penelitian?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas, maka

penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran merupakan buku ajar kimia

yang dibuat oleh Fauzan (2011)

2. Konteks pembelajaran batik yang dikaji dibatasi pada langkah-langkah

pembuatan batik tulis (batik tulis merupakan kearifan lokal Indonesia).

3. Konten pembelajaran yang dikaji dibatasi pada materi pokok benzena dan

turunannya serta makromolekul dan lipid yang terdapat pada materi pokok

mata pelajaran kimia SMA kelas XII.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah diperolehnya perbaikan buku

ajar yang dapat meningkatkan literasi sains siswa SMA berdasarkan hasil

penelitian skala terbatas yang meliputi informasi tentang keterlaksanaan

pembelajaran, peningkatan literasi sains siswa, dan tanggapan siswa terhadap

(13)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian dan produk dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ketertarikan bagi siswa terhadap

ilmu kimia sehingga memudahkannya dalam memahami dan

mengaplikasikan ilmu kimia serta meningkatkan literasi sains siswa.

2. Bagi Guru

Tersedianya bahan ajar berorientasi kearifan lokal yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran.

3. Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan

pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Bagi Peneliti lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, masukan dan bahan

pertimbangan untuk penelitian yang selanjutnya, baik berupa pengembangan

penelitian ataupun pada konteks materi yang berbeda.

F. Penjelasan Istilah

Sebagai upaya menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah

yang terdapat dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan penjelasan

(14)

1. Buku ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis

terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Depdiknas, 2008). Buku ajar

berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.

2. Batik dikenal erat kaitannya dengan kebudayaan Indonesia. Batik merupakan

kerajinan yang bernilai seni tinggi yang telah menjadi bagian dari budaya

Indonesia.

3. Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk

mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian, prosedur penelitian,

instrumen penelitian dan teknik pengolahan data.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pra experiment

one-group prestest postest design. Metode pra eksperimen adalah suatu metode penelitian yang didalamnya peneliti menyelidiki pengaruh suatu perlakuan

(treatment) terhadap sekelompok subyek.

Secara umum, desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Ilustrasi Desain Pra-eksperimen (one group pretest-posttest design)

Keterangan:

O : Pretest

X : Perlakuan

O : Posttest

Penelitian ini dilakukan pada satu kelas. Sebelum diberikan perlakuan (X)

pada kelas tersebut, terlebih dahulu diberikan pretest (O) kemudian diberikan

perlakuan (X) berupa kegiatan belajar mengajar menggunakan buku ajar “Materi

Kimia dalam Batik” . Selanjutnya diberikan posttest (O) pada kelas tersebut untuk

mengetahui pengaruh dari penggunaan buku ajar tersebut terhadap penguasaan

literasi sains siswa.

(16)

B. Alur Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan terlihat pada alur penelitian pada

gambar di bawah ini:

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.1, tahap-tahap yang ditempuh Telaah Buku Ajar

 Tes Tertulis Literasi Sains

 Lembar Observasi

 Angket

Validasi Instrumen Perbaikan

Pretest

Penerapan Pembelajaran Menggunakan Buku Ajar Kimia “Materi Kimia dalam Batik”

(17)

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan diawali dengan pembuatan RPP dan instrumen penelitian.

RPP yang dibuat sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran STL yang

dikemukakan oleh Nentwig, et al. (2002) yang disesuaikan dengan kriteria

pembelajaran STL menurut Holbrook (2005). Instrumen penelitian berupa tes

tertulis divalidasi oleh 2 orang dosen validator. Adapun instrumen penelitian yang

berupa angket dan lembar observasi hanya divalidasi oleh dosen pembimbing.

Setelah itu revisi dilakukan berdasarkan pengarahan dari validator. Lampiran RPP

halaman 128, dan hasil validasi instrumen penelitian tes tertulis ditunjukkan pada

lampiran 1 halaman 82.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan implementasi penggunaan buku ajar

kimia di sekolah. Adapun tahapan pelaksanaannya antara lain :

a. Siswa mengerjakan soal pretest sebagai acuan awal dalam menentukan

seberapa besar peranan pembelajaran menggunakan buku ajar

b. Pembelajaran dilakukan berdasarkan tahap pembelajaran yang telah disusun

dalam RPP.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh beberapa

observer, untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran di kelas

berdasarkan tahapan-tahapan literasi sains menggunakan buku ajar

d. Siswa mengerjakan soal postest untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

(18)

e. Siswa mengisi angket terhadap siswa tentang penggunaan buku ajar yang

dikembangkan

3. Tahap Penyelesaian

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan selanjutnya dilakukan pengumpulan

data, pengolahan data keseluruhan kemudian dianalisis dan dibahas tentang

kelemahan dari buku ajar sebelumnya. Selanjutnya dilakukan perbaikan Buku

Ajar berdasarkan pertimbangan hasil analisis terkait kecermatan isi, ketepatan

cakupan, serta hasil analisis tentang capaian literasi sains. Terakhir dirumuskan

tentang kesimpulan dan saran.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah buku ajar kimia dengan konteks batik untuk

memperkaya konten pada materi benzen dan turunannya, serta makromolekul dan

lipid yang ditulis oleh Fauzan (2011).

D. Instrumen Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian digunakan instrumen penelitian,

yaitu tes tertulis literasi sains sebagai instrumen utama untuk mengetahui capaian

literasi sains siswa dan angket tanggapan siswa serta lembar observasi sebagai

data pendukung. Rincian masing-masing instrumen tersebut sebagai berikut:

1. Tes Tertulis

Perangkat tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan

(19)

pada konsep benzena dan turunannya serta makromolekul dan lipid. Siswa

diberikan tes sebelum dan sesudah pembelajaran, lalu dibandingkan

pemahaman konsepnya. Sebelum soal-soal yang disusun digunakan dalam

penelitian, dilakukan terlebih dahulu analisis soal yang berkaitan dengan

validitas, reliabilitas.

2. Angket

Angket merupakan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data

pendukung, dengan menguji tanggapan siswa setelah pembelajaran

menggunakan buku ajar. Angket yang diberikan pada responden berupa

seperangkat pernyataan tertulis.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan salah satu sumber data yang diperoleh

selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini bertujuan untuk

mengetahui keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran literasi sains dan

bagaimana hubungan antara guru, siswa dan materi pada saat pembelajaran.

Ketiga instrumen penelitian yang telah dijelaskan di atas, masing – masing

memiliki keterkaitan dengan perolehan data yang akan digunakan dalam

(20)

Tabel 3.1. Keterkaitan Jenis Instrumen Penelitian dengan Perolehan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui

instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif berupa

hasil belajar dalam bentuk skor atau nilai dan merupakan data utama, serta data

hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan angket tanggapan

siswa.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi analisis data hasil obervasi, pretes dan

postes, serta angket. Data hasil observasi pembelajaran berupa keterlaksanaan

siswa dalam mengiktui tahapan-tahapan pembelajaran literasi sains dan aktivitas

yang terjadi selama pembelajaran. Setiap siswa dianalisis dalam mengikuti

(21)

pembelajaran secara umum dicari nilai persentase untuk setiap tahapan

pembelajaran yang dilakukan siswa dengan menggunakan rumus berikut ini.

% Keterlaksanaan =Jumlah siswa yang melakukan tahapan pembelajaran

Jumlah seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran x 100%.

Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui hasil

belajar berupa penguasaan konten, konteks, proses dan sikap yang dimiliki siswa

sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan buku ajar pembelajaran

benzena dan turunannya serta makromolekul dan lipid menggunakan konteks

kearifan lokal batik. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest. Penskoran

tes tertulis diambil berdasarkan jawaban yang benar. Jawaban yang benar

diberi nilai satu dan jawaban yang salah diberi nilai nol.

b. Mengubah nilai pretest dan posttest ke dalam bentuk persentase (%) dengan

cara:

c. Menghitung rata-rata nilai siswa secara keseluruhan.

d. Menilai tingkat penguasaan semua aspek literasi sains siswa berdasarkan

kategori kemampuan berikut:

Tabel 3.2. Tafsiran Kategori Kemampuan (Arikunto,2010)

Nilai (%) Kategori kemampuan

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

Nilai siswa (%)

=

(22)

e. Menentukan capaian literasi sains siswa dengan cara menghitung Gain

ternormalisasi (Normalized Gain) pada keseluruhan literasi sains dan tiap

aspek (konten, konteks, proses dan sikap) untuk keseluruhan siswa dengan

menggunakan rumus:

(Hake, 1998)

Nilai <G> dibuat dalam bentuk persen (%). Kriteria peningkatan gain

ternormalisasi menurut Hake (1998) dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3.3. Kriteria Peningkatan Gain Ternormalisasi (<G>)

Gain Ternormalisasi Kriteria <G> <G> < 0,3 <G> rendah 0,3 <G> 0,7 <G> sedang <G> > 0,7 <G> tinggi

f. Melakukan analisis secara deskriptif tentang fenomena yang terjadi pada

penelitian untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains siswa

secara menyeluruh.

g. Melakukan analisis secara deskriptif pada setiap aspek literasi sains (konten,

konteks, proses, dan sikap) tentang fenomena yang terjadi pada penelitian

untuk mengetahui peningkatan penguasaan literasi sains untuk setiap aspek.

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2010).

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

(23)

Angket yang digunakan memuat pernyataan-pernyataan berbentuk skala

bertingkat dituliskan dalam format skala Likert, yaitu pernyataan sikap yang

direspon guru dengan menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam

beberapa tingkatan, misalnya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),

dan sangat tidak setuju (STS) dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada pilihan

yang dianggap sesuai.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dapat diberi skor,

misalnya:

1. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

2. Setuju diberi skor (STS) 3

3. Tidak Setuju diberi skor (TS) 2

4. Sangat tidak setuju diberi skor (STS) 1 ( Arikunto, 2006)

Teknik pengumpulan data angket, dengan menganalisis data interval dengan

menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban responden.

Dimisalkan siswa yang memberikan taggapan SS berjumlah a orang, yang

memberikan tanggapan S berjumlah b orang, yang memberikan taggapan TS

berjumlah c orang, yang memberikan tanggapan STS berjumlah d orang, sebagai

berikut:

 Jumlah skor untuk a orang yang menjawab SS = a x 4 = q

 Jumlah skor untuk b orang yang menjawab S = b x 3 = r

 Jumlah skor untuk c orang yang menjawab TS = b x 2 = t

 Jumlah skor untuk d orang yang menjawab STS = d x 1 = u +

(24)

Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 4 x jumlah total orang = P.

Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut:

STS TS S SS

Kategori tanggapan siswa menurut Arikunto (2009) dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.4. Distribusi Skor Kategori Tanggapan

Prosentase Kategori

75%≤x≤100% Baik

50%≤x<75% Cukup Baik

0%≤x<50% Kurang

(25)

Rany Dara Erlinda, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan, di antaranya:

1. Keterlaksanaan pembelajaran konsep benzen dan turunannya, serta

makromolekul dan lipid menggunakan buku ajar kimia “Materi Kimia dalam

Batik” yang dibuat oleh Fauzan (2011) untuk pertemuan pertama, kedua dan

ketiga berturut – turut adalah 82,1%, 85,4%, dan 89,9% dengan rata – rata

85,8% yang termasuk dalam kategori baik.

2. Peningkatan literasi sains siswa melalui pembelajaran menggunakan buku

ajar kimia “Materi Kimia dalam Batik” yang dibuat oleh Fauzan (2011)

adalah sedang (nilai <G> = 0,33). Untuk aspek konten nilai <G> sebesar

0,35, aspek konteks sebesar 0,36, dan aspek proses sebesar 0,28.

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan buku ajar kimia

“Materi Kimia dalam Batik” adalah baik dengan prosentase rata – rata sebesar

83%.

4. Langkah – langkah dalam memperbaiki buku ajar “Materi Kimia dalam

Batik” yang dibuat oleh Fauzan (2011) berupa perbaikan untuk memadukan

konten dan konteks, penyesuaian tahapan pembahasan dalam buku ajar

(26)

materi di dalam buku ajar agar lebih lengkap dan jelas, penambahan beberapa

pertanyaan dan gambar untuk melengkapi kemasan buku ajar.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran

diantaranya:

1. Berdasarkan hasil uji reliabilitas sebesar 0,38 yang termasuk dalam kriteria

reliabilitas rendah, peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki

intrumen penelitian (soal tes) yang dikembangkan menjadi instrumen yang

lebih baik

2. Berdasarkan data peningkatan literasi sains yang diperoleh, diharapkan

peneliti selanjutnya dapat mengimplementasikan buku ajar yang telah

diperbaiki sehingga dapat diperoleh informasi mengenai peningkatan literasi

(27)

Rany Dara Erlinda, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C., Karim S., Tri K. (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktik

Pendidikan Guru. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Arikunto.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Keunggulan dan

Kearifan Lokal. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Pendidikan Menengah Umum.

Fauzan, A. (2011). Materi Kimia dalam Batik. Bandung: Tidak diterbitkan

Fessenden & Fessenden. (1982). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil

PISA Nasional tahun 2006. Puspendik.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement methods in introductory mechanics courses. Dalam Journal of Physics Education Research [online]. Tersedia: http://physics, indiana.edu/~hake [12 Juni 2012].

Hayat, B dan Suhendra Y.(2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.

UNESCO.

Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical

Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1),

(28)

Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie

im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

OECD. (2003), PISA 2000 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science.

OECD. (2004), PISA 2003 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science.

OECD. (2007), PISA 2006 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science.

OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in

reading, mathematics and science. [online]. Tersedia : http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 Agustus 2012]

OECD (2010), PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do –

Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I)

[online]. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en [ 20 Juli 2012].

Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Dalam Jurnal Filsafat [Online], Jilid 37, Nomor 2:111-120. Tersedia: http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2009/02. [5 Agustus 2011].

S.Hamidin, Aep. (2010). Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Jakarta: PT. BUKU KITA

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa

(29)

Rany Dara Erlinda, 2013

Toharudin, U. (2010). Kajian Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi

Literasi Sains Untuk Pendidikan Dasar. Bandung :Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia.

Utami, Budi. Dkk. (2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XII Program Ilmu

Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Tulis

Ilmiah. Bandung: UPI.

William H. DuBay. (2004) . The Principles of Readability. Research.

Gambar

Tabel Validasi Indikator dan Tujuan, serta Soal Instrumen....
Gambar 3.1  Ilustrasi Desain Pra-eksperimen (one group pretest-posttest design)
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Tabel 3.1. Keterkaitan Jenis Instrumen Penelitian dengan Perolehan Data
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat literasi sains bulcu ajar Biologi SMA kelas X di Aceh Barat untuk aspek sains sebagai cara berpikir, buku x mengandung 31 item indikator atau 2,5% dan termasuk

Penelitan ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan buku ajar Biologi pencemaran lingkungan berbasis literasi sains kelas X SMA/MA; (2) mengetahui tanggapan guru bidang

Penelitian yang berjudul desain pembelajaran interaksi antar-molekul menggunakan konteks printer inkjet untuk mencapai literasi sains siswa SMA dilakukan untuk memperoleh

Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan bahan ajar dengan konteks capung dalam upaya melatihkan siswa SD kelas empat terhadap kemampuan literasi sains.. Metode

PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI STRUKTUR ATOM DAN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS WAYANG KULIT UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI PESERTA DIDIK. disetujui

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan buku ajar materi perubahan lingkungan berbasis collaborative learning kelas X SMA untuk melatihkan literasi sains

Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan bahan ajar dengan konteks capung dalam upaya melatihkan siswa SD kelas empat terhadap kemampuan literasi sains.. Metode

Buku-buku ajar yang ada selama ini juga lebih menitikberatkan pada konten daripada konteks, hal ini berlawanan dengan yang disarankan oleh PISA untuk meningkatkan