Rany Dara Erlinda, 2013
E.Manfaat Penelitian ……….
F. Penjelasan Istilah ………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………
A.Literasi Sains...
B.Pembelajaran Berbasis Literasi Sains...…………
C.Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal...
D.Buku Ajar...
E. Cara Pengembangan Buku Ajar...
F. Deskripsi Materi Konteks Batik pada Konten Benzen dan
Turunannya serta Makromolekul dan Lipid ……..……….
1. Tinjauan Konteks Utama………
2. Tinjauan Konten Kimia……….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………
A. Metode Penelitian ………... A.Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Buku Ajar Kimia….. B.Capaian Literasi Sains Siswa Menggunakan Buku Ajar Kimia...
C.Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Buku Ajar Kimia……... D.Perbaikan Buku Ajar “Materi Kimia dalam Batik”...
Rany Dara Erlinda, 2013
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
DAFTAR TABEL
Halaman
Keterkaitan Jenis Instrumen Penelitian dengan Perolehan Data.... 46
Tafsiran Kategori Kemampuan ………... 47
Kriteria Peningkatan Gain Ternormalisasi... 48
Distribusi Skor Kategori Tanggapan... 50
Data Hasil Observasi Pertemuan Ke-1... 52
Data Hasil Observasi Pertemuan Ke-2... 53
Data Hasil Observasi Pertemuan Ke-3... 54
Hasil Tanggapan Siswa... 66
Contoh Perbaikan Buku Ajar dari Aspek konteks... 70
Contoh Tahap Kontak dan Kuriositi yang ditambahkan... 71
DAFTAR GAMBAR
struktur benzen dengan bulatan di tengah cincin...
Hidroksibenzena (fenol)…………...………
Struktur Antasena...……….. (a) struktur naftalena, (b) struktur naftol...………
(1) N,N-dimetil-p-(fenilazo)-anilin, (2) p-hidroksiazobenzena...
Struktur D-glukosa...
Struktur umum Trigliserida...
Alur Penelitian...
Grafik Perbandingan Prosentase Rerata Nilai Pretest, Posttest,
dan Peningkatan Penggunaan Aspek Konten, Konteks, dan
Proses...
Grafik Perbandingan Prosentase Rerata Nilai Pretest, Posttest,
dan Pningkatan Penggunakaan Aspek Sikap...
Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Konten...
Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Konteks...
Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Proses...
Rany Dara Erlinda, 2013
Tabel Validasi Indikator dan Tujuan, serta Soal Instrumen....
Lampiran 1.1 Validasi Indikator ...
Lampiran 1.2 Validasi Indikator Sesudah Revisi...
Lampiran 1.3 Validasi Indikator Kompetensi...
Lampiran 1.4 Validasi Soal...
Lampiran 1.5 Validasi Soal Sesudah Revisi...
Lampiran 1.6 RPP Pretemuan Ke-1...
Lampiran 1.7 RPP Pertemuan Ke-2...
Lampiran 1.8 RPP Pertemuan Ke-3...
Instrumen Penelitian…………....………...
Lampiran 2.1 Soal Pretest-Posttest...
Lampiran 2.2 Lembar Observasi Ke-1...
Lampiran 2.3 Lembar Observasi Ke-2...
Lampiran 2.4 Lembar Observasi Ke-3...
Lampiran 2.5 Angket...
Pengolahan Data Penelitian…………..………... Lampiran 3.1 Hasil Pembelajaran dan Angket...
Lampiran 3.2 Hasil Observasi ...
Lampiran 3.3 Uji Reliabilitas ...
Buku Ajar “Materi Kimia dalam Batik” Oleh Fauzan (2011) Buku Ajar “Materi Kimia dalam Batik” Hasil Perbaikan...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi
kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan
Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literat terhadap sains. Literat terhadap
sains ini penting dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan cara mereka dapat
memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain
yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi
dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan. Literate terhadap sains ini
dikenal dengan literasi sains.
Literasi sains berkaitan dengan kapasitas siswa dalam memahami
informasi proses terjadinya ilmu pengetahuan dan fakta yang ada dalam
kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan masa yang akan datang, serta
kemampuan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
kompetensi seperti itu, peserta didik akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di
masyarakat yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan
teknologi. Selain itu, para peserta didik dapat berguna bagi dirinya sendiri dan
masyarakat. Kompetensi itulah yang dimaksud sebagai literasi sains menurut
Programme for International Students Assesment-Organization for Economic Co-Operation and Development) (PISA-OECD).
PISA-OECD merupakan salah satu bentuk studi lintas negara yang
sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam. Dalam pembelajaran
sains yang diterapkan di sekolah selama ini, siswa beranggapan bahwa sains
merupakan pelajaran yang terpisah dari tempat mereka berada (Hoolbrook, 2005).
Hal ini membuat siswa mengalami kesulitan untuk dapat mengidentifikasi isu-isu
ilmiah serta menganalisis bukti-bukti ilmiah untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya.
Kenyataan tersebut terlihat dari hasil studi PISA, dimana Indonesia ikut
berpartisipasi sejak tahun 2000 sampai 2009. Pertama, tahun 2000, diikuti oleh 41
negara, Indonesia berada pada urutan ke-38 pada kemampuan sains (OECD,
2003). Kedua, tahun 2003 diikuti oleh 40 negara, Indonesia berada pada urutan
ke-38 pada kemampuan sains (OECD, 2004). Ketiga, tahun 2006, diikuti oleh 57
negara, Indonesia berada pada urutan ke-53 pada kemampuan sains (OECD,
2007). Keempat, tahun 2009 yang diikuti oleh 65 negara. Berdasarkan skor
rata-rata yang diperoleh Indonesia yakni sebesar 383, menempatkan Indonesia pada
rangking ke-57 dari 65 negara partisipan.
Dari data di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia berada
pada level yang sangat rendah dalam sains. Rendahnya literasi sains siswa ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya apabila dilihat dari buku ajar
yang digunakan selama ini hanya berisikan pengetahuan sains dari aspek kognitif
penerapan keterampilan menggunakan pengetahuan sains untuk memahami proses
sains dan mengatasi masalah-masalah sains.
Faktor lain juga dapat disebabkan karena praktek pembelajaran sains di
Indonesia yang umumnya cenderung menempatkan materi subjek terlebih dahulu,
baru kemudian ditunjukkan dengan sedikit aplikasinya, praktek pembelajaran
tersebut lebih menekankan pada pencapaian aspek kognitif semata dan akhirnya
proses pembelajarannya kurang bermakna, serta lebih cenderung pada aspek
hafalan dan tidak kontekstual, hal ini dapat menyebabkan pembelajaran yang
monoton. Oleh sebab itu tidak heran apabila siswa beranggapan bahwa kimia
merupakan ilmu yang susah mereka kuasai, dimana selama belajar kimia mereka
menganggap kimia itu ilmu yang abstrak dan tidak ada hubungannya dalam
kehidupan mereka. Lebih jelasnya lagi, siswa menjadi tidak literate terhadap
kimia.
Penyelesaian terhadap masalah ini membutuhkan pandangan baru dalam
pembelajaran sains, yakni pembelajaran sains yang didasarkan pada situasi-situasi
sosial, kemudian dikembangkan konsep pembelajaran konseptual yang membuat
siswa dapat mengapresiasikan sains secara relevan, sehingga dapat menunjukkan
kepedulian terhadap kehidupan masyarakat, dan pembelajaran akan berdampak
lebih baik terhadap para siswa (Hoolbrook, 1998). Kurikulum hendaknya
mempersiapkan siswa untuk mengenali potensi daerahnya masing-masing
sehingga mereka dapat bekerja yang sesuai dengan kebutuhan lokal karena sifat
pendidikannya yang mengarah pada kecakapan hidup dalam timbangan kearifan
pendidikan sains dalam konteks budaya perlu dilakukan, agar budaya sebagai
kearifan lokal tidak punah.
Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Melimpah ruahya potensi itu menghasilkan kearifan lokal
ataupun kebudayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh suatu daerah seperti batik
yang tiada lain merupakan suatu kearifan lokal yang juga selaras dengan kearifan
global. Terlebih lagi, batik menjadi budaya Indonesia yang sangat popular
akhir-akhir ini. Siswa perlu diperkenalkan pada proses pembuatan batik, khususnya
batik tulis.
Secara umum proses pembuatan batik tulis terdiri atas empat tahap,
yaitu tahap pengolahan kain dan pembuatan motif pada kain batik pada umumnya
terkait dengan materi makromolekul, tahap pemberian lilin pada kain batik pada
umumnya terkait dengan materi lipid, tahap pewarnaan pada kain batik pada
umumnya terkait dengan materi benzena dan turunannya, serta tahap pelepasan
lilin pada kain batik terkait dengan materi lipid.
Proses pembuatan batik tulis ini diharapkan dapat menjadi kegiatan
pembelajaran yang menarik bagi siswa, khususnya pada mata pelajaran kimia
mengenai materi pokok benzena dan turunannya serta makromolekul dan lipid
dengan tujuan utama untuk meningkatkan literasi sains siswa. Upaya mengangkat
batik dalam sains kimia diharapkan menjadi inovasi yang dapat memberikan
sumbangan dalam memecahkan masalah literasi sains siswa di Indonesia. Batik
adalah bukti kreatif anak bangsa sebagai hasil kearifan lokal yang tetap
literat terhadap sains, tetapi juga menjadi bangga serta arif terhadap kebudayaan
sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada, telah dihasilkan buku ajar
berbasis kearifan lokal, yang dapat mengkaitkan pengetahuan sains dengan
fenomena-fenomena yang terjadi. Untuk mendapatkan buku ajar berbasis kearifan
lokal yang memiliki keterbacaan lebih baik dari sebelumnya, maka dilakukan
pengembangan buku ajar kimia menggunakan konteks pembelajaran batik untuk
meningkatkan literasi sains siswa SMA. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
mengangkat judul penelitian „Implementasi dan Redesain Buku Ajar Kimia
Menggunakan Batik Sebagai Konteks Pembelajaran untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa SMA‟.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan
masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana menghasilkan buku ajar
kimia menggunakan konteks pembelajaran batik yang dapat meningkatkan literasi
sains siswa SMA?”. Untuk lebih memperjelas langkah-langkah pemecahan
masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan tersebut diuraikan menjadi
sub-sub masalah berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan buku ajar “Materi
Kimia dalam Batik”?
2. Bagaimana capaian literasi sains siswa menggunakan buku ajar “Materi
3. Bagaimana tanggapan siswa setelah pembelajaran menggunakan buku ajar
“Materi Kimia dalam Batik”?
4. Bagaimana memperbaiki buku ajar “Materi Kimia dalam Batik” berdasarkan
hasil penelitian?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas, maka
penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran merupakan buku ajar kimia
yang dibuat oleh Fauzan (2011)
2. Konteks pembelajaran batik yang dikaji dibatasi pada langkah-langkah
pembuatan batik tulis (batik tulis merupakan kearifan lokal Indonesia).
3. Konten pembelajaran yang dikaji dibatasi pada materi pokok benzena dan
turunannya serta makromolekul dan lipid yang terdapat pada materi pokok
mata pelajaran kimia SMA kelas XII.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah diperolehnya perbaikan buku
ajar yang dapat meningkatkan literasi sains siswa SMA berdasarkan hasil
penelitian skala terbatas yang meliputi informasi tentang keterlaksanaan
pembelajaran, peningkatan literasi sains siswa, dan tanggapan siswa terhadap
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian dan produk dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ketertarikan bagi siswa terhadap
ilmu kimia sehingga memudahkannya dalam memahami dan
mengaplikasikan ilmu kimia serta meningkatkan literasi sains siswa.
2. Bagi Guru
Tersedianya bahan ajar berorientasi kearifan lokal yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran.
3. Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan
pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Bagi Peneliti lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, masukan dan bahan
pertimbangan untuk penelitian yang selanjutnya, baik berupa pengembangan
penelitian ataupun pada konteks materi yang berbeda.
F. Penjelasan Istilah
Sebagai upaya menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah
yang terdapat dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan penjelasan
1. Buku ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis
terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Depdiknas, 2008). Buku ajar
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.
2. Batik dikenal erat kaitannya dengan kebudayaan Indonesia. Batik merupakan
kerajinan yang bernilai seni tinggi yang telah menjadi bagian dari budaya
Indonesia.
3. Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk
mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian, prosedur penelitian,
instrumen penelitian dan teknik pengolahan data.
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pra experiment
one-group prestest postest design. Metode pra eksperimen adalah suatu metode penelitian yang didalamnya peneliti menyelidiki pengaruh suatu perlakuan
(treatment) terhadap sekelompok subyek.
Secara umum, desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Ilustrasi Desain Pra-eksperimen (one group pretest-posttest design)
Keterangan:
O : Pretest
X : Perlakuan
O : Posttest
Penelitian ini dilakukan pada satu kelas. Sebelum diberikan perlakuan (X)
pada kelas tersebut, terlebih dahulu diberikan pretest (O) kemudian diberikan
perlakuan (X) berupa kegiatan belajar mengajar menggunakan buku ajar “Materi
Kimia dalam Batik” . Selanjutnya diberikan posttest (O) pada kelas tersebut untuk
mengetahui pengaruh dari penggunaan buku ajar tersebut terhadap penguasaan
literasi sains siswa.
B. Alur Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan terlihat pada alur penelitian pada
gambar di bawah ini:
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.1, tahap-tahap yang ditempuh Telaah Buku Ajar
Tes Tertulis Literasi Sains
Lembar Observasi
Angket
Validasi Instrumen Perbaikan
Pretest
Penerapan Pembelajaran Menggunakan Buku Ajar Kimia “Materi Kimia dalam Batik”
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pembuatan RPP dan instrumen penelitian.
RPP yang dibuat sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran STL yang
dikemukakan oleh Nentwig, et al. (2002) yang disesuaikan dengan kriteria
pembelajaran STL menurut Holbrook (2005). Instrumen penelitian berupa tes
tertulis divalidasi oleh 2 orang dosen validator. Adapun instrumen penelitian yang
berupa angket dan lembar observasi hanya divalidasi oleh dosen pembimbing.
Setelah itu revisi dilakukan berdasarkan pengarahan dari validator. Lampiran RPP
halaman 128, dan hasil validasi instrumen penelitian tes tertulis ditunjukkan pada
lampiran 1 halaman 82.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan implementasi penggunaan buku ajar
kimia di sekolah. Adapun tahapan pelaksanaannya antara lain :
a. Siswa mengerjakan soal pretest sebagai acuan awal dalam menentukan
seberapa besar peranan pembelajaran menggunakan buku ajar
b. Pembelajaran dilakukan berdasarkan tahap pembelajaran yang telah disusun
dalam RPP.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh beberapa
observer, untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran di kelas
berdasarkan tahapan-tahapan literasi sains menggunakan buku ajar
d. Siswa mengerjakan soal postest untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
e. Siswa mengisi angket terhadap siswa tentang penggunaan buku ajar yang
dikembangkan
3. Tahap Penyelesaian
Setelah seluruh tahapan dilaksanakan selanjutnya dilakukan pengumpulan
data, pengolahan data keseluruhan kemudian dianalisis dan dibahas tentang
kelemahan dari buku ajar sebelumnya. Selanjutnya dilakukan perbaikan Buku
Ajar berdasarkan pertimbangan hasil analisis terkait kecermatan isi, ketepatan
cakupan, serta hasil analisis tentang capaian literasi sains. Terakhir dirumuskan
tentang kesimpulan dan saran.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah buku ajar kimia dengan konteks batik untuk
memperkaya konten pada materi benzen dan turunannya, serta makromolekul dan
lipid yang ditulis oleh Fauzan (2011).
D. Instrumen Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian digunakan instrumen penelitian,
yaitu tes tertulis literasi sains sebagai instrumen utama untuk mengetahui capaian
literasi sains siswa dan angket tanggapan siswa serta lembar observasi sebagai
data pendukung. Rincian masing-masing instrumen tersebut sebagai berikut:
1. Tes Tertulis
Perangkat tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan
pada konsep benzena dan turunannya serta makromolekul dan lipid. Siswa
diberikan tes sebelum dan sesudah pembelajaran, lalu dibandingkan
pemahaman konsepnya. Sebelum soal-soal yang disusun digunakan dalam
penelitian, dilakukan terlebih dahulu analisis soal yang berkaitan dengan
validitas, reliabilitas.
2. Angket
Angket merupakan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data
pendukung, dengan menguji tanggapan siswa setelah pembelajaran
menggunakan buku ajar. Angket yang diberikan pada responden berupa
seperangkat pernyataan tertulis.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan salah satu sumber data yang diperoleh
selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini bertujuan untuk
mengetahui keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran literasi sains dan
bagaimana hubungan antara guru, siswa dan materi pada saat pembelajaran.
Ketiga instrumen penelitian yang telah dijelaskan di atas, masing – masing
memiliki keterkaitan dengan perolehan data yang akan digunakan dalam
Tabel 3.1. Keterkaitan Jenis Instrumen Penelitian dengan Perolehan Data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui
instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif berupa
hasil belajar dalam bentuk skor atau nilai dan merupakan data utama, serta data
hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan angket tanggapan
siswa.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis data hasil obervasi, pretes dan
postes, serta angket. Data hasil observasi pembelajaran berupa keterlaksanaan
siswa dalam mengiktui tahapan-tahapan pembelajaran literasi sains dan aktivitas
yang terjadi selama pembelajaran. Setiap siswa dianalisis dalam mengikuti
pembelajaran secara umum dicari nilai persentase untuk setiap tahapan
pembelajaran yang dilakukan siswa dengan menggunakan rumus berikut ini.
% Keterlaksanaan =Jumlah siswa yang melakukan tahapan pembelajaran
Jumlah seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran x 100%.
Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar berupa penguasaan konten, konteks, proses dan sikap yang dimiliki siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan buku ajar pembelajaran
benzena dan turunannya serta makromolekul dan lipid menggunakan konteks
kearifan lokal batik. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretest dan posttest. Penskoran
tes tertulis diambil berdasarkan jawaban yang benar. Jawaban yang benar
diberi nilai satu dan jawaban yang salah diberi nilai nol.
b. Mengubah nilai pretest dan posttest ke dalam bentuk persentase (%) dengan
cara:
c. Menghitung rata-rata nilai siswa secara keseluruhan.
d. Menilai tingkat penguasaan semua aspek literasi sains siswa berdasarkan
kategori kemampuan berikut:
Tabel 3.2. Tafsiran Kategori Kemampuan (Arikunto,2010)
Nilai (%) Kategori kemampuan
81 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat Kurang
Nilai siswa (%)
=
e. Menentukan capaian literasi sains siswa dengan cara menghitung Gain
ternormalisasi (Normalized Gain) pada keseluruhan literasi sains dan tiap
aspek (konten, konteks, proses dan sikap) untuk keseluruhan siswa dengan
menggunakan rumus:
(Hake, 1998)
Nilai <G> dibuat dalam bentuk persen (%). Kriteria peningkatan gain
ternormalisasi menurut Hake (1998) dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.3. Kriteria Peningkatan Gain Ternormalisasi (<G>)
Gain Ternormalisasi Kriteria <G> <G> < 0,3 <G> rendah 0,3 <G> 0,7 <G> sedang <G> > 0,7 <G> tinggi
f. Melakukan analisis secara deskriptif tentang fenomena yang terjadi pada
penelitian untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains siswa
secara menyeluruh.
g. Melakukan analisis secara deskriptif pada setiap aspek literasi sains (konten,
konteks, proses, dan sikap) tentang fenomena yang terjadi pada penelitian
untuk mengetahui peningkatan penguasaan literasi sains untuk setiap aspek.
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2010).
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
Angket yang digunakan memuat pernyataan-pernyataan berbentuk skala
bertingkat dituliskan dalam format skala Likert, yaitu pernyataan sikap yang
direspon guru dengan menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam
beberapa tingkatan, misalnya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS) dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada pilihan
yang dianggap sesuai.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dapat diberi skor,
misalnya:
1. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4
2. Setuju diberi skor (STS) 3
3. Tidak Setuju diberi skor (TS) 2
4. Sangat tidak setuju diberi skor (STS) 1 ( Arikunto, 2006)
Teknik pengumpulan data angket, dengan menganalisis data interval dengan
menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban responden.
Dimisalkan siswa yang memberikan taggapan SS berjumlah a orang, yang
memberikan tanggapan S berjumlah b orang, yang memberikan taggapan TS
berjumlah c orang, yang memberikan tanggapan STS berjumlah d orang, sebagai
berikut:
Jumlah skor untuk a orang yang menjawab SS = a x 4 = q
Jumlah skor untuk b orang yang menjawab S = b x 3 = r
Jumlah skor untuk c orang yang menjawab TS = b x 2 = t
Jumlah skor untuk d orang yang menjawab STS = d x 1 = u +
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 4 x jumlah total orang = P.
Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut:
STS TS S SS
Kategori tanggapan siswa menurut Arikunto (2009) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.4. Distribusi Skor Kategori Tanggapan
Prosentase Kategori
75%≤x≤100% Baik
50%≤x<75% Cukup Baik
0%≤x<50% Kurang
Rany Dara Erlinda, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, di antaranya:
1. Keterlaksanaan pembelajaran konsep benzen dan turunannya, serta
makromolekul dan lipid menggunakan buku ajar kimia “Materi Kimia dalam
Batik” yang dibuat oleh Fauzan (2011) untuk pertemuan pertama, kedua dan
ketiga berturut – turut adalah 82,1%, 85,4%, dan 89,9% dengan rata – rata
85,8% yang termasuk dalam kategori baik.
2. Peningkatan literasi sains siswa melalui pembelajaran menggunakan buku
ajar kimia “Materi Kimia dalam Batik” yang dibuat oleh Fauzan (2011)
adalah sedang (nilai <G> = 0,33). Untuk aspek konten nilai <G> sebesar
0,35, aspek konteks sebesar 0,36, dan aspek proses sebesar 0,28.
3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan buku ajar kimia
“Materi Kimia dalam Batik” adalah baik dengan prosentase rata – rata sebesar
83%.
4. Langkah – langkah dalam memperbaiki buku ajar “Materi Kimia dalam
Batik” yang dibuat oleh Fauzan (2011) berupa perbaikan untuk memadukan
konten dan konteks, penyesuaian tahapan pembahasan dalam buku ajar
materi di dalam buku ajar agar lebih lengkap dan jelas, penambahan beberapa
pertanyaan dan gambar untuk melengkapi kemasan buku ajar.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran
diantaranya:
1. Berdasarkan hasil uji reliabilitas sebesar 0,38 yang termasuk dalam kriteria
reliabilitas rendah, peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki
intrumen penelitian (soal tes) yang dikembangkan menjadi instrumen yang
lebih baik
2. Berdasarkan data peningkatan literasi sains yang diperoleh, diharapkan
peneliti selanjutnya dapat mengimplementasikan buku ajar yang telah
diperbaiki sehingga dapat diperoleh informasi mengenai peningkatan literasi
Rany Dara Erlinda, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, C., Karim S., Tri K. (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktik
Pendidikan Guru. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Arikunto.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Depdiknas. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Keunggulan dan
Kearifan Lokal. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.
Fauzan, A. (2011). Materi Kimia dalam Batik. Bandung: Tidak diterbitkan
Fessenden & Fessenden. (1982). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil
PISA Nasional tahun 2006. Puspendik.
Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement methods in introductory mechanics courses. Dalam Journal of Physics Education Research [online]. Tersedia: http://physics, indiana.edu/~hake [12 Juni 2012].
Hayat, B dan Suhendra Y.(2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.
UNESCO.
Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical
Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1),
Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie
im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.
OECD. (2003), PISA 2000 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science.
OECD. (2004), PISA 2003 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science.
OECD. (2007), PISA 2006 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science.
OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in
reading, mathematics and science. [online]. Tersedia : http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 Agustus 2012]
OECD (2010), PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do –
Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I)
[online]. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en [ 20 Juli 2012].
Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Dalam Jurnal Filsafat [Online], Jilid 37, Nomor 2:111-120. Tersedia: http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2009/02. [5 Agustus 2011].
S.Hamidin, Aep. (2010). Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Jakarta: PT. BUKU KITA
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa
Rany Dara Erlinda, 2013
Toharudin, U. (2010). Kajian Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi
Literasi Sains Untuk Pendidikan Dasar. Bandung :Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Utami, Budi. Dkk. (2009). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XII Program Ilmu
Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah. Bandung: UPI.
William H. DuBay. (2004) . The Principles of Readability. Research.