• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Struktur Berbasis RBI pada Elemen Kritis : Studi Kasus Sebuah Jacket Platform

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisa Struktur Berbasis RBI pada Elemen Kritis : Studi Kasus Sebuah Jacket Platform"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Struktur Berbasis RBI pada Elemen Kritis : Studi Kasus Sebuah Jacket Platform

Suparno

1

, Daniel M. Rosyid

2

, Murdjito

2

.

1)Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, FTK – ITS Surabaya, 2)

FTK-ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail:

Dosen Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS

[email protected] Untuk mengetahui tingkat keamanan operasi, maka

dilakukan penilaian ulang yang seksama dan teliti.

Penilaian ulang pada sebuah jacket platform adalah analisa pushover dan Risk-based Inspection (RBI).

Dalam penelitian ini analisa pushover dilakukan dengan menggunakan software GT Strudl dan diperoleh member yang memiliki RSR terkecil adalah member 297. Pada kondisi design RSR sebesar 2.62, pada tingkat korosi 0.1 inch RSR sebesar 1.96, pada tingkat korosi 0.15 inch RSR sebesar 1.38, dan tingkat korosi 0.2 inch RSR sebesar 1.13. Peluang kegagalan (Pof) member kritis dianalisa dengan metode simulasi monte carlo dengan bantuan software Mc Excel. Dari hasil simulasi diketahui bahwa peningkatan Pof pada member kritis ‘ETB’ jacket platform terjadi pada tingkat korosi 0.15 inch. Sementara dari hasil analisa resiko dengan menggunakan matriks resiko diketahui bahwa resiko tinggi dimulai pada korosi 0.1 inch.

Berdasarkan hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan tingkat korosi memberikan dampak yang signifikan terhadap kekuatan struktur.

Oleh karena itu, mitigasi yang dapat menurunkan resiko adalah dengan menambah CP (Cathodic Protection) untuk menghambat laju korosi atau menghentikan kegiatan operasi pada saat terjadi korosi hingga 0.1 inch. Metode inspeksi yang digunakan berdasarkan RBI adalah Underwater Ultrasonic Straight Beam.

Kata kunci : Pushover, korosi, RBI 1. Pendahuluan

Sebagian besar perairan Laut Indonesia bagian barat, seperti Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa merupakan perairan dangkal, sehingga pada umumnya menggunakan fixed jacket platform untuk mengeksploitasi minyak dan gas bumi. Jacket platform merupakan struktur rangka yang terbuat dari baja silinder berongga dan disatukan dengan pengelasan. Berfungsi untuk menyangga operasi diatasnya (platform), dan menahan beban-beban

lingkungan yang diberikan oleh daerah di mana struktur tersebut diletakkan.

Untuk mengetahui tingkat keamanan operasi secara keseluruhan, maka dibutuhkan studi penilaian ulang yang seksama dan teliti. Beberapa studi penilaian ulang pada sebuah jacket platform adalah analisa pushover dan Risk-based Inspection (RBI) (Chakrabarti, et al, 2005). Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada dua hal yaitu analisa pushover dan analisa resiko berdasarkan RBI pada bagian kritis di ‘ETB’ jacket platform. Tujuan dilakukannya analisa pushover adalah untuk mengetahui besarnya kapasitas struktur untuk menerima beban maksimal.

Sedangkan analisa resiko berdasarkan RBI adalah untuk mengetahui tingkat resiko pada elemen – elemen di sebuah jacket platform.

Penelitian ini akan mengkaji 3 hal, yaitu :

1. Mencari Reserve Strength Ratio (RSR) struktur Jacket ‘ETB’ dari beberapa kondisi korosi.

2. Menentukan bentuk matrik resiko struktur Jacket

‘ETB’

3. Menentukan teknik inspeksi dan tindakan mitigasi yang diperlukan untuk memperkecil resiko.

2. Uraian Penelitian 2.1. Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh sepenuhnya merupakan peninggalan data dari penelitin sebelumnya. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data lingkungan di mana struktur Jacket ETB diletakkan dan data perancangan awal.

Tabel.1 Data Lingkungan Daerah Pemancangan Jacket

‘ETB’

MSL ± 131 ft

Marine Growth Maksimum 40 mm

rata-rata 0.886 in (22.5 mm) gelombang 1 tahunan Hmaks 16,4 ft

Tmaks 7 detik gelombang 100 tahunan Hmaks 27,3 ft Tmaks 9,3 detik

(2)

Tabel.2 Data Struktur Jacket ‘ETB’

Nama Anjungan ‘ETB’ Well Platform Pemilik Pertamina Hulu Energi

Lokasi 005o 58’ 23.93” LU dan 107o 57 '05 .04" BU Lapangan Offshore North West Java (ONWJ)

Jenis Template Platform

Jumlah Riser 1 buah – Dia. 4 inch dan 1 buah – Dia. 8 inch

Jumlah Konduktor

1 buah koduktor pile – Dia. 30 inch 1 buah konduktor inboard – Dia 24 inch 3 buah konduktor outboard – Dia 24 inch Boat Landing 1 buah

Jumlah Deck 1 tingkat Jumlah kaki 3 unit Tahun pemasangan 1993 Umur design 15 tahun Jenis material Baja tipe A36 Yield stress dan

Ultimate stress 36 ksi dan 58-80 ksi

Orientasi Platform 46.3 arah timur dari utara kompas

Gambar.1 Diagram Lokasi ‘ETB’ Jacket Platform (‘ETB’

Inspection Report 2005 & 2006)

Gambar.2 Struktur ‘ETB’ Platform North Face (‘ETB’

Inspection Report 2005 & 2006)

2.2. Pemodelan dengan menggunakan program GT Strudl

GT Strudl adalah salah satu program yang berfungsi untuk merancang dan menganalisa struktur. Dalam pemodelan, semestinya struktur dimodelkan sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk struktur yang sesungguhnya. Namun, di dalam penelitian ini peneliti ,memiliki beberapa pembatasan, seperti tidak memodelkan bangunan dan peralatan yang dioperasikan di atas deck, namun proses pembebanan yang dihasilkan dimodelkan sesuai dengan criteria, tidak memodelkan riser dan conductor karena berdasarkn data perancangan kedua jenis elemen diasumsikan tidak memberikan dampak apapun terhadap struktur (tidak membebani dan tidak mendukung atau ada namun dalam nilai yang dapat diabaikan). Peralatan struktur jacket tidak dimodelkan namun proses pembebanan dimodelkan dalam bentuk beban vertical.

Pada penelitian ini, variasi tingkat korosi pada struktur dimodelkan dengan melakukan beberapa pengurangan terhadap ketebalan member struktur.

Beberapa tingkat variasi korosi diperoleh dengan mengasumsikan kemungkinan terjadinya tingkat korosi tersebut pada struktur. Berikut adalah data ketebalan member-member dari beberapa bagian dan elevasi struktur yang telah disesuaikan dengan tingkat korosinya.

Table.3 Data Ketebalan Member Kritis Dengan Variasi Tingkat Korosi (Dalam Satuan Inch)

member

ID elemen elevasi ketebalan elemen (inch)

t0 t1 t2 t3

187 DB (-)1176 – (-)1596 0.375 0.275 0.225 0.175 188 DB (-)1176 – (-)1596 0.375 0.275 0.225 0.175 189 DB (-)1176 – (-)1596 0.375 0.275 0.225 0.175 190 DB (-)756-(-)1176 0.375 0.275 0.225 0.175 191 DB (-)756-(-)1176 0.375 0.275 0.225 0.175 192 DB (-)756-(-)1176 0.375 0.275 0.225 0.175 193 DB (-)348 - (-)756 0.375 0.275 0.225 0.175 194 DB (-)348-(-)756 0.375 0.275 0.225 0.175 195 DB (-)348-(-)756 0.375 0.275 0.225 0.175

295 JL (-)1176 – (-)1596 0.5 - - 0.3

297 JL (-)1176 – (-)1596 0.5 0.4 0.35 0.3

413 DB +84-(-)347 0.5 - 0.35 0.3

414 DB +84-(-)348 0.5 - - 0.3

Keterangan: t0

t

belum mengalami korosi (data awal)

1

t

asumsi korosi 0.1 in,

2

t

asumsi korosi 0.15 in

3

DB adalah diagonal brace, asumsi korosi 0.2 in.

JL adalah jacket leg.

(3)

Gambar.3 Pemodelan Struktur Jacket ETB.

2.3. Inplace Analysis

Inplace Analysis adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan elastic struktur. pada analisa ini akan diketahui stress rasio (rasio perbandingan antara tegangan actual dengan tegangan ijin). Stress rasio biasanya dinyatakan dalam bentuk UC. Struktur dinyatakan aman untuk dioperasikan apa bila UC < 1.

σ

ac

/ σ

y

Dengan analisa in-place, maka akan diketahui member-member kritis dari berbagai kondisi korosi.

Member kritis adalah member yang menerima beban lebih dari tegangan ijin. Maka member kritis adalah member dengan UC > 1.

< 1 (1)

2.4. Pushover Analysis dan RSR

Setelah mengetahui member-member kritis dari analisa In-place, selanjutnya dilakukan analisa Pushover untuk mengetahui kekuatan cadangan member kritis tersebut. Pushover analysis atau analisa keruntuhan adalah analisa nonlinear dengan pembebanan inkremental untuk menentukan pembebanan yang menyebabkan struktur runtuh dan juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui besarnya kapasitas struktur untuk menerima beban maksimal. RSR didefinisikan sebagai rasio dari beban ultimate lateral struktur anjungan menerima beban lateral lingkungan kondisi 100 tahun.

𝑅𝑆𝑅 = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑺𝒕𝒓𝒖𝒌𝒕𝒖𝒓 𝑪𝒐𝒍𝒍𝒂𝒑𝒔𝒆

𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒊𝒔𝒊 𝒂𝒘𝒂𝒍 (2)

𝑅𝑆𝑅 = 𝑷 𝒂𝒘𝒂𝒍 + 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷 𝒊𝒏𝒄𝒓𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕

𝑷 𝒂𝒘𝒂𝒍 (3)

Dalam API RP 2A-WSD 2007 subbab 17.5.4, dijelaskan batas sebuah struktur masih aman terhadap keruntuhan, yaitu jika struktur tersebut memiliki RSR

≥ 1.6.

2.5. Moda Kegagalan

Moda kegagalan struktur ditinjau berdasarkan teori

“Plastic Analysis Of Steel Structures” dan bending

stress berdasarkan API RP 2A WSD. Pada teori

“Plastic Analysis Of Steel Structures” menjelaskan hubungan antara yield moment dan plastic moment, sebagai berikut:

σ = M/S (4)

σy = My

σ /S (5)

y = Mp M

/Z (6)

p/My = (σy . Z)/(σy

Sehingga

. S) (7)

Mp/My Dimana

= Z/S (8)

Z/S= γ (9)

Dengan,

σ : Tegangan Bending Elastis, Ksi (Mpa) σy

M

: Tegangan Ijin, Ksi (Mpa)

p

M

: Momen Plastis, Kip-Inch

y

S : Section Modulus Elastic, Inch : Momen Ijin, Kip-Inch Z : Section Modulus Plastis, Inch

3

γ :Shape Mode (pada API dan ISO dinyatakan sebagai RSR≥1.6)

3

Sedangkan pada API RP 2A-WSD 2007 telah diterangkan, bahwa syarat keamanan untuk beban bending adalah

fb ≤ Fb (10)

Fb = 0,75 Fy , untuk D/t

1500/Fy (11)

Fb=

[

0,841,74FyDEt

]

Fy,untuk 1500Fy <Dt3000Fy (12)

Dengan,

fb : Beban bending, Ksi (Mpa) Fb : tegangan ijin bending, Ksi (Mpa) Fy : tegangan ijin, Ksi (Mpa)

E : modulus elastisitas, ksi (MPa)

D : Diameter permukaan member (OD), Inch t : Tebal dinding member, Inch

Dengan menggabungkan Persamaan 4, 6, dan 9 dengan Persamaan 10 dan 11. Maka diperoleh 2 persamaan moda kegagalan, yaitu

1. 1.6M - 0,75 Mp > 0 untuk D/t

1500/Fy (13)

2. 1.6M -

[

0,841,74FyDEt

]

Mp > 0, (14)

untuk

Fy t D Fy

3000 1500<

dimana

M= (My2+Mz2)0.5 dan

(15) Mp = (Myp2+Mzp2)0.5

Dengan Y dan Z berfungsi sebagai arah.

(16)

(4)

2.6. Analisa Peluang Kegagalan

Definisi peluang kegagalan adalah besarnya kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dari sebuah peristiwa. Peluang kegagalan didapat dari mekanisme degradasi dari moda kegagalan dari obyek. Dalam hal ini member mengalami kepatahan dan akhirnya struktur menjadi runtuh. Untuk mencari peluang kegagalan, dilakukan pendekatan kuantitatif yang ditinjau dari aspek kerusakan atau keruntuhan pada member – member struktur dengan analisa pushover, dan kemudian menghitung besar peluang kegagalan elemen menggunakan simulasi Monte Carlo.

2.7. Matrix resiko.

Resiko adalah besarnya peluang terjadinya suatu kejadian yang menimbulkan konsekuensi tertentu.

Pada analisa ini maka yang dimaksud adalah peluang kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Secara matematis maka resiko dapat dinyatakan sebagai berikut:

Risk = (PoF) x CoF dengan,

PoF

kegagalan)

= Probability of Failure (peluang CoF

Matrik resiko adalah bagan yang menyajikan hasil analisa resiko suatu system dimana penyajiannya dalam bentuk matrix. Matrix resiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah matrik resiko ISO 2000 dengan ukuran matrix 5 x 5. Berikut adalah penggolongan tingkatan untuk peluang kegagalan dan konsekuensi berdasarkan ISO 2000.

= Concequence of Failure (konsekuensi kegagalan)

Tabel. 7 Deskripsi Peluang Kegagalan Berdasarkan ISO 2000

tingkat Pof

deskripsi kuantitatif kualitatif

5 > 10 sangat

sering

-1

1. terjadi kerusakan pada sebagian kecil (20 - 50 bagian)

2. sering terjadi kerusakan 4 10-2 > 10-1 Sering

1. terjadi kerusakan pada sebagian besar (> 50 bagian) 2. sering terjadi kerusakan

3 10-3 > 10-2 Sedang

1. mungkin terjadi beberapa kerusakan saat instalasi 2. terjadi kerusakan saat operasi

2 10-4 > 10-3 Jarang

1. mungkin terjadi beberapa kerusakan saat instalasi 2. terjadi kerusakan di pabrik 1 < 10

Diabaikan / tidak

akan

-4

1. tidak akan terjadi kerusakan 2. tidak pernah terjadi

kerusakan di pabrik

Tabel. 8 Penggolongan Tingkatan Dan Jenis Konsekuensi Kegagalan Berdasarkan ISO 2000

Tingkat

CoF KESELAMATAN

AWAK

PENCEMARN LINGKUNGAN

KERUGIAN FINANCIAL

A DIABAIKAN DIABAIKAN DIABAIKAN

B LUKA RINGAN RINGAN RINGAN

C LUKA BERAT LOKAL LOKAL

D KEMATIAN BESAR BESAR

E BANYAK

KEMATIAN

SANGAT BESAR

SANGAT BESAR

Setelah mengetahui tingkatan dari peluang kegagalan dan konsekuensi kegagalan maka dapat membuat matriks resiko sebagai berikut.

TINGKAT Pof Pof A B C D E

5 > 10-1 S T T T T

4 10-2 > 10-1 S S T T T

3 10-3 > 10-2 R S S T T

2 10-4 > 10-3 R R S S T

1 < 10-4 R R R S S

JENIS-JENIS KONSEKUENSI

KEGAGALAN

KESELAMATAN AWAK

A B C D E PENCEMARN

LINGKUNGAN KERUGIAN FINANCIAL

Gambar.7 Matriks Resiko Berdasarkan ISO 2000 Keterangan:

T : beresiko tinggi S : beresiko sedang R : beresiko rendah 2.8. Mitigasi Resiko

Mitigasi resiko adalah tindakan pengurangan kerusakan akibat dari risiko, mengurangi kemungkinan terjadinya, atau meminimalkan efek.

Setelah mengetahui tingkat resiko pada tiap tingkat korosi. Maka perlu diadakan mitigasi resiko pada kondisi yang memiliki resiko tinggi.

2.9. Penentuan Metode Inspeksi

Metode inspeksi dengan memperhatikan perlakuannya terbagi atas DT (Destruktif Test) dan NDT (Non Destruktif Test). DT adalah metode inspeksi yang menyebabkan kerusakan pada objek yang diinspeksi. NDT adalah metode inspeksi yang tidak menyebabkan kerusakan pada objek inspeksi.

Dengan demikian metode inpeksi yang digunakan merupakan salah satu metode pada NDT. Penentuan metode inspeksi pada penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan fungsi, tujuan, dan maanfaat yang diperoleh. Beberapa metode inspeksi yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut.

(5)

Tabel.11 Keefektifan Beberapa Metode Inspeksi Untuk Beberapa Tujuan Inspeksi (RBI Publication 581)

Teknik Inspeksi Tujuan Inspeksi

Thinning

Surface Connected

Cracking

Subsurface Cracking

Microfissuring/

Microvoid Formation

Metallurgical Changes

Dimensional

Changes Blistering

Visual Examination 1 - 3 2 - 3 X X X 1 - 3 1 - 3

Ultrasonic Straight Beam 1 - 3 3 - X 3 - X 2 - 3 X X 1 - 2

Ultrasonic Shear Wave X 1 - 2 1 - 2 2 - 3 X X X

Fluorescent Magnetic Particle X 1 - 2 3 - X X X X X

Dye Penetrant X 1 - 3 X X X X X

Acoustic Emission X 1 - 3 1 - 3 3 - X X X 3 - X

Eddy Current 1 - 2 1 - 2 1 - 2 3 - X X X X

Flux Leakage 1 - 2 X X X X X X

Radiography 1 - 3 3 - X 3 - X X X 1 - 2 X

Dimensional Measurements 1 - 3 X X X X 1 - 2 X

Metallography X 2 - 3 2 - 3 2 - 3 1 - 2 X X

Keterangan : 1 = Sangat Efektif 2 = Cukup Efektif 3 = Mungkin Efektif X = Tidak Efektif

3. Hasil Penelitian 3.1. Analisa In-place

Pada analisa in-place diketahui beberapa member kritis, yaitu pada tabel dibawah ini.

Table.4 UC Member Kritis pada Kondisi 100 Tahunan

Member

ID Elemen UC member kritis tiap tingkat korosi

t0 t1 t2 t3

187 DB 0.892 1.687 7382.292 36928.6

188 DB 0.936 1.871 4.102 35889.38

Member

ID Elemen UC member kritis tiap tingkat korosi

t0 t1 t2 t3

189 DB 0.962 1.934 4.618 36223.4

190 DB 0.743 1.172 1.889 12838.67

191 DB 0.774 1.227 1.991 32678.9

192 DB 0.648 1.001 1.619 16369.13

193 DB 0.951 1.699 4.368 35794.27

194 DB 0.837 1.384 2.443 34423.79

195 DB 0.766 1.297 4.292 23193.4

295 JL 0.65 - 1.177

297 JL 0.812 1.089 1.218 1.472

413 DB 0.636 - 1.02 1.313

414 DB 0.533 - 1.064

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

Batas Keamanan Maksimum Member 189

Member 193

Member 297 Kenaikan Tingkat Korosi Terhadap Peningkatan UC

UC

Tingkat Korosi (Inch)

DB

DB

JL

(6)

Gambar.4 Grafik Hubungan Antara Pengurangan Ketebalan Dinding Akibat Korosi Tahap Peningkatan UC Pada Member 189, 193, 297.

3.2. Analisa Pushover

Pada analisa pushover diperoleh RSR member- member kritis sebagai berikut,

Table.5 RSR Dari Tiap-Tiap Tingkat Korosi Member

ID Elemen RSR pada tiap tingkat korosi

t0 t1 t2 t3

187 DB 7.85 6.07 5.31 2.45

188 DB 6.8 5.23 4.58 3.86

189 DB 6.07 4.53 3.92 2.83

190 DB 7.44 5.67 4.86 3.4

191 DB 6.8 5.1 3.72 2.83

192 DB 6.8 5.67 3.5 2.6

Member

ID Elemen RSR pada tiap tingkat korosi

t0 t1 t2 t3

193 DB 5.67 4.16 3.4 2.5

194 DB 6.8 5.67 4.25 3.54

195 DB 6.38 4.86 4.12 2.5

295 JL 2.55 - - 1.38

297 JL 2.62 1.96 1.38 1.13

413 DB 7.65 - 4.96 3.31

414 DB 7.76 - - 3.8

Gambar.5 Grafik Hubungan Antara RSR Dengan Tingkat Korosi Yang Berbeda Pada Member 189, 193, Dan 297

3.3. Analisa peluang kegagalan

Pada analisa peluang kegagalan ada 2 moda kegagalan yang digunakan untuk menentukan Pof, yaitu persamaan 13 dan 14. Berikut adalah Pof member kritis ETB jacket platform.

Tabel.6 Peluang Kegagalan Pada Member Kritis Terhadap Variasi Tingkat Korosi Member

ID

Pof pada tiap tingkat korosi

MK t0 t1 t2 t3

187 2 2.83E-04 4.06E-04 1.48E-03 2.33E-03 188 2 3.47E-04 5.37E-04 7.35E-04 9.71E-04 189 2 4.41E-04 6.50E-04 9.01E-04 1.17E-03 190 2 4.25E-04 5.99E-04 7.59E-04 1.20E-03

Member ID

Pof pada tiap tingkat korosi

Pof pada tiap tingkat korosi

MK t0 t1 t2 t3

191 2 4.61E-04 7.48E-04 1.13E-03 1.43E-03 192 2 6.85E-04 8.14E-04 2.01E-03 2.54E-03 193 2 6.31E-04 9.86E-04 1.30E-03 1.60E-03 194 2 4.72E-04 6.67E-04 1.01E-03 1.31E-03

295 2 5.80E-04 - - 6.96E-04

297 2 3.88E-04 4.30E-04 5.06E-04 5.27E-04

413 1 1.96E-04 - 3.63E-04 6.11E-04

414 1 1.67E-04 - - 4.89E-04

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250

batas keamanan minimum Member 189

Member 193

Member 297

Linear (batas keamanan minimum) Kenaikan Tingkat Korosi Terhadap Penurunan RSR

RSR

Tingkat Korosi (Inch)

DB

DB

JL

(7)

Gambar.6 Grafik Hubungan Antara Pof Member Kritis 189, 193, dan 297 Terhadap Variasi Korosi.

3.4. Analisa Resiko

Sebelum melakukan analisa resiko maka terlebih dahulu harus menentukan tingkatan Peluang kegagalan dan tingkatan konsekuensi kegagalan.

Berikut adalah penggolongan tingkatan untuk peluang kegagalan dan konsekuensi kegagalan.

Tabel. 9 Kategori Tingkatan Peluang Kegagalan ETB Jacket Platform Berdasarkan ISO 2000 Member

ID

Pof pada tiap tingkat korosi t0 t1 t2 t3

187 2 2 3 3

188 2 2 2 2

189 2 2 2 3

190 2 2 2 3

191 2 2 3 3

192 2 2 3 3

193 2 2 3 3

194 2 2 3 3

295 2 - - 2

297 2 2 2 2

413 2 - 2 2

414 2 - - 2

Tabel. 10 Penggolongan Tingkatan Dan Jenis Konsekuensi Kegagalan ETB Jacket Platform Berdasarkan ISO 2000 tingkat

CoF KESELAMATAN

AWAK

PENCEMARN LINGKUNGAN

KERUGIAN FINANCIAL

A DIABAIKAN DIABAIKAN DIABAIKAN

B LUKA RINGAN RINGAN RINGAN

C LUKA BERAT LOKAL LOKAL

D KEMATIAN BESAR BESAR

E BANYAK

KEMATIAN

SANGAT BESAR

SANGAT BESAR

Setelah melakukan penggolongan tingkatan pada peluang kegagalan dan konsekuensi kegagalan, maka berikutnya adalah melakukan analisa

resiko. Berikut adalah hasil analisa resiko pada member 189, 193 dan 297.

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3 0.2

2 0, 0.1, & 0.15

1

KESELAMATAN

AWAK A B C D E

Gambar.8 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 189 Kategori Konsekuensi Keselamatan Awak Berdasarkan ISO 2000

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3 0.15 & 0.2

2 0 & 0.1

1

KESELAMATAN

AWAK A B C D E

Gambar.9 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 193 Kategori Konsekuensi Keselamatan Awak Berdasarkan ISO 2000

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3

2 0, 0.1, 0.15, & 0.2

1

KESELAMATAN

AWAK A B C D E

Gambar.10 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 297 Kategori Konsekuensi Keselamatan Awak Berdasarkan ISO 2000

0,00E+00 2,00E-04 4,00E-04 6,00E-04 8,00E-04 1,00E-03 1,20E-03 1,40E-03 1,60E-03 1,80E-03

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25

member 189

member 193

member 297

Linear (member 189)

Linear (member 193)

Linear (member 297)

Kenaikan Tingkat Korosi Terhadap Peningkatan Pof

Pof

Tingkat Korosi (Inch)

(DB) (DB)

(JL)

(8)

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3 0.2

2 0, 0.1, & 0.15

1

PENCEMARAN

LINGKUNGAN A B C D E

Gambar.11 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 189 Kategori Konsekuensi Pencemaran Lingkungan Berdasarkan ISO 2000

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3 0.15 & 0.2

2 0 & 0.1

1

PENCEMARAN

LINGKUNGAN A B C D E

Gambar.12 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 193 Kategori Konsekuensi Pencemaran Lingkungan Berdasarkan ISO 2000

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3

2 0, 0.1, 0.15, & 0.2

1

PENCEMARAN

LINGKUNGAN A B C D E

Gambar.13 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 297 Kategori Konsekuensi Pencemaran Lingkungan Berdasarkan ISO 2000

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3 0.2

2 0, 0.1, & 0.15

1

KERUGIAN

FINANCIAL A B C D E

Gambar.14 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 189 Kategori Konsekuensi Kerugian Financial Berdasarkan ISO 2000

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3 0.15 & 0.2

2 0 & 0.1

1

KERUGIAN

FINANCIAL A B C D E

Gambar.15 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 193 Kategori Konsekuensi Kerugian Financial Berdasarkan ISO 2000

TINGKAT Pof A B C D E

5

4

3

2 0, 0.1, 0.15, & 0.2

1

KERUGIAN FINANCIAL

A B C D E

Gambar.16 Matriks Resiko ETB Jacket Platform Member 297 Kategori Konsekuensi Kerugian Financial Berdasarkan ISO 2000

Setelah melakukan analisa resiko, maka diketahui bahwa resiko tinggi terjadi pada tingkat korosi 0.1 inch kategori konsekuensi kegagalan kerugian financial.

3.5. Mitigasi Resiko

Dengan memperhatikan hasil analisa resiko, maka terdapat 2 mitigasi resiko yang dapat dilakukan untuk mengecilkan atau menghambat terjadinya resiko tersebut, yaitu

1. Penekanan terhadap konsekuensi kegagalan, yakni dengan menghentikan segala tindakan operasi pada kondisi korosi yang telah mencapai 0.1 inch. Dengan ini, maka secara tidak langsung menekan jumlah personil, bahan kimia hasil produksi dan pengeluaran biaya operasi yang tidak diperlukan.

2. Penekanan terhadap peluang kegagalan, yakni dengan menembah CP (Cathodic Protection) untuk menghambat proses korosi pada member.

Dengan demikian, maka waktu yang diperlukan untuk mencapai tingkat korosi 0.1 inch menjadi semakin lama. Sehingga struktur masih dapat melanjutkan kegiatan operasi.

Namun pada mitigasi kedua, diperlukan pertimbangan secara seksama agar tidak menimbulkan kerugian segi modal.

3.6. Metode inspeksi

Berdasarkan table keefektifan metode inspeksi di atas, maka metode yang akan digunakan adalah

“Underwater Radiography”. Hal itu dikarenakan selain efektif untuk inspeksi penipisan dinding, metode tersebut juga dapat digunakan untuk tujuan lain yang juga berhubungan dengan korosi, seperti Connected Cracking, Subsurface Cracking, dan Dimensional Changes.

4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Member yang memiliki RSR terkecil adalah Member 297. Pada design condition RSR sebesar 2.62, pada tingkat korosi 0.1 inch RSR sebesar 1.96, pada tingkat korosi 0.15 inch RSR sebesar 1.38, dan pada tingkat korosi 0.2 inch RSR sebesar 1.13.

2. Resiko tinggi damage condition pada tingkat korosi 0.1 inch.

(9)

3. Ada 2 mitigasi yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko kegagalan,yaitu:

a. Menghentikan operasi ketika korosi telah mencapai 0.1 inch, atau

b. Memasang Cathodic Protection System sesuai kebutuhan untuk memperlambat proses korosi.

4. Metode inspeksi yang digunakan adalah

“Underwater Ultrasonic Straight Beam”.

4.2. Saran

1. Penelitian tentang analisa non linear dapat dikambangkan lagi untuk lebih detail pada analisa plastisitas.

2. Kondisi damage pada analisa Pushover dapat dikembangkan untuk beban Seismic.

3. Analisa korosi lebih ditujukan pada daerah yang terjadi korosi seperti pada daerah Splash Zone.

Daftar Pustaka

API RP 2A,2000 “Recommended Practice for Planning, Designing &ConstructingFixed Offshore Platforms – Working Stress Design”, 21thEdition, American Petroleum Institue.(Code)

Akbar, Ali. 2010. “Structural Analysis Report of ETB Jacket Platform” LaporanKerja Praktek. Jurusan Teknik Kelautan. ITS (Laporan KP)

Chakrabarti,Partha.,Abu-Odeh, Ibrahim., Mukkamala, Adinarayana., And Majumdar,

Bidyut. 2005. “An Overview Of The Reassessment Studies Of FixedOffshor Platforms In The Bay Of Campeche, Mexico”. Proceedings ofOMAE 2005. 24th International Conference on Offshore Mechanics andArctic Engineering (OMAE 2005). Halkidiki, Greece (Journal)

ETB Well ROV Inspection Report. 2005. Subsea Operation Support Services. PT Komaritim and Subsea 7. BP West Java Limited.

(Inspection Report)

Harinaldi. (2005). Prinsip-Prinsip Statistik. Erlangga Jakarta. (Book)

Irfan, Muhammad. 2011. Analisa Kelelahan erbasis Resiko Pada ‘Etb’ Jacket Platform Untuk Perpanjangan Umur Operasi. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Teknik Kelautan. ITS.

ISO. (2000). Procces Management. International Standarization Organization (Code)

ISSC. 2006. Ultimate Strength. Volume. 1.

Southampton, UK.

Kheiri, S.A., and Bahaari, M.R. 2006. Evaluation of Ultimate Strength of Jacket Type Structures under Marine Loading,Faculty of Civil Engineering, University of Tehran.Iran

NTS. 1998. Design of steel structures, N-004.

Norwegian Technology Standards Institution, Oslo.

Rizwan, Syed Ali. (2009). Plastic Analysis Of Steel Structures.

Robayasa, Nasta Ina. (2012). Analisa Kekuatan Ultimate Struktur Jacket Well Tripod Platform Berbasis Resiko. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Teknik Kelautan. ITS.

(Laporan Tugas Akhir)

Technical University. Freiberg, Germany. (Book)

Rosyid, D.M. 2007. Pengantar Rekayasa Keandalan, Airlangga University Press, Surabaya.

Soedjono, J. J. 1999. Perancangan Sistem Bangunan Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Its, Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem kendali temperatur dan kelembaban dalam kumbung jamur tiram dapat bekerja dalam

Supaya poros bisa berputar dan bisa menggiling tebu menjadi hancur, tipe bushing metal bronze ini yaitu bushing yang didalamnya ada alur olie yang fungsinya untuk

Utjecaj koeficjenta ejekcije na visinu statorskih lopatica i izentropsku iskoristivost stupnja. Promjenom koeficjenta ejekcije mijenjaju se tlak i temperatura na ulazu u turbinu,

Prijenos momenta sa vratila na rezni disk izveden je pomoću prirubniĉkog diska koji je zavaren na vratilo, a moment se prenosi pomoću trenja uslijed pritezanja vijcima. Moment se

terprogram, menjunjung nama baik pondok pesantren dan mencegah pencemaran nama baik, berbahasa Arab ataupun Inggris bagi santri lama (setelah satu tahun di Ponpes al-Basyariah)

Ikan penghuni perairan pesisir hingga muara sungai yang bersubstrat pasir, lumpur, berbatu dan tergolong memiliki distribusi yang luas adalah Nibea saldado ,