• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan Metode Penelitian 1 La Tarifu,(Tarifu, 2020)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Temuan Metode Penelitian 1 La Tarifu,(Tarifu, 2020)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 LITERATUR REVIEW

Dalam penelitian lain juga di jelaskan tentang bagaimanakah mengenai pelaksanaan SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) yang dilaksanakan pembahasannya ini terkait bagaimanakah bentuk pelayanan dan sistem pelayanananya menganai implementasi pelaksanaan dalam pelayanan publik di dalam pembahasan sebelumnya pada BAB I di jelaskan bahwasannya hal ini berkaitan dengan bagaimanakah implementasi pelaksanaan kebijakan pada Pelayanan Publik SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

Penulis

Judul Teori dan Metode Penelitian

Temuan

1 La

Tarifu,(Tarifu, 2020)

“Impelementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Pada Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Kendari”

Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu menggunakan Menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif, pada teori

Implementasi Kebijakan.

Dalam penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa indikator sebagai daya dukung dalam melaksanakan SIAK seperti Pendaftaran Penduduk, pencatataan sipil, dan pengelolaan informasi. Serta, terdapat faktor penghambat yaitu masih di temukannya sumber daya manusia (ASN) yang masih kurang terampil.

2 Tri Adriyanto, Kismartini.

(Tri Adriyanto,

“Evaluasi

Kebijakan Sistem Informasi

Administrasi

Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teori

Dalam penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa keberadaan administrator database

(2)

17

2016) Kependudukan

(SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang”.

evaluasi

kebijakan. dan metode

penelitian deskriptif kualitatif.

sebagai operator dalam bekerja masih terlihat sangat kurang terampil, selain itu, keberadaan saran dan prasarana pendukung seperti perangkat lunak untuk SIAK sudah cukup baik akan tetapi masih sering bermasalah pada jaringan internet. Adanya Aggaran Dana sudah cukup besar dan sudah tercukupi.

Untuk Kegiatan

Sosialisai yang dilakukan oleh OPD tersebut adalah pembuatan Phamlet dan disebarluaskan kepada masyarakat. Dalam pelaksananannya sudah sesuai mekanisme pelayanan atau sesuai dengan SOP yang telah buat.

3 Burhanuddin Nur(Nur, 2019)

“Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam

Meningkatkan Pelayanan Publik Pada Dinas

Dalam penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif

kualitatif, dan pada teorinya menggunakan

Dalam penelitian ini, adanya daya dukung dalam melaksanakan SIAK yait terdapat operator SIAK dan pembangunan

Infrastruktur beserta suprastruktur seperti

(3)

18 Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Palopo”.

teori Pelayanan Publik.

perangkat komputer, server SIAK. Dalam hal ini adanya Pelaksanaan SIAK sebagai wujud dari cita-cita Pemerintah untuk menerapkan electronic government.

4 Lestari Florence, Daicy Jetty, Lengkong, Gustaaf. B.

Tampi(Lestari

& Tampi, 2016)

“Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (Siak) Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Manado”.

Metode yang digunakan adalah metode

penelitian deskriptif

kualitatif dengan teori

implementasi Kebijakan

Dalam penelitiannya, terdapat Perubahan yang terjadi dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan, serta adanya peran masyarakat dalam menuntut pelayanan yang harus bisa cepat dan tepat.

Sumber: Jurnal, di olah penulis

Penelitian pertama: La Tarifu (Tarifu, 2020)15 peneliti dalam penjelasannya menjelasakan bahwa pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan khusunya dalam pengurusan KTP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kendari terdapat implementasi kebijakan yang telah di laksanakan oleh Dinas tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah di buat, keberadaanya di dukung oleh beberapa faktor seperti komunikasi antar atasan dan bawahan (Kepala Dinas dan Pegawai), kemampuan Sumber Daya Manusia, dan disposisi dalam tugas sudah terlaksana dnegan baik.

Penelitian kedua: Tri Adriyanto dan Kismartini(Tri Adriyanto,

15 Tarifu, L. (2020). Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Kendari. Journal Publicuho, 3(2), 233.

https://doi.org/10.35817/jpu.v3i2.12511

(4)

19 2016)16Peneliti menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator yang dapat menentukan hasil dari evaluasi kebijakan yang tekah di laksanakn dari Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang terdapat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, terdapat tolak ukur keberhasilan sebagi patokan keberhasilan sebuah kebijakan yaitu terdapat input, process, output, dan outcome. Dalam tolak ukur berupa input yangmenjadi pemabahasan adalah adanya Sumber Daya Manusia dikatakan cukup terpenuhi, sarana dan prasaranya yang memadai, dan alokasi dana anggaran yang tercukupi.

Dalam tolak ukur process hal yang sangat mendasar adalah bagaimana pelaksanaan informasi dari hasil pelayanan yang di berikan kepada masyarakat. Dalam tolak ukur output adalah hasil keluaran berupa dokumen kependudukan seperti KTP, KK, dan surat data kependudukan yang lain. Dalam tolak ukur outcome dijelaskan beberapa manfaat atau hasil dari penerbitan data kependudukan seperti untuk pengurusan pelayanan publik yang lain.

Penelitian ketiga: Burhanuddin Nur (Nur, 2019)17 Peneliti menjelaskan bahwa, Aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palopo memiliki dasar hukum berdasarkan undang-undang maka dalam menunjang terlaksanaya prorgam tersebut di butuhkan daya dukung dari keberadaan Sumber Daya Manusia, pembanganuan saran dan parasarana SIAK, kegiatan Sosialisasi yang dilakukan secara terus menrus dan berkelanjutan. Untuk hasil apakah tercapai atau tidak maka di lihat dari masyarakat bagaimanakah penerimaan yang di berikan berupa hasil dokumen kependudukan yang di telah terbitkan, terbukanya informasi kepeda masyarakat, dan kemudahan akses masyarakat terahadap sistem pelayanan.

16 Tri Adriyanto, K. (2016). Evaluasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ( SIAK ) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, 1–13.

17 Nur, B. (2019). Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (Siak) Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Palopo, 2, 38–44.

(5)

20 Penelitian keempat: Lestari Florence, Daicy Jetty, Lengkong, Gustaaf dan B.

Tampi (Lestari & Tampi, 2016)18 Peneliti menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Manado, dalam penelitian tersebut peneliti berfokus kepada penerbitan E-KTP SIAK, terlihat bahwa dalam pelayanan penerbitan E-KTP masih di anggap kurang memusakan dalam memberikan pelayanan, keberadaan Sumber Daya Manusia dalam SIAK masih diperlukan sebagai penunjang pelaksanana SIAK karean teknologi ini masih membutuhkan Sumber Daya Manusia, namun disisi lain pelayanan sudah di anggap optimal karena kemudahan akses informasi yang diberikan dan sudah berdasarkan SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam penerbitan E-KTP.

Dari penjelasan tersebut di atas, saya sebagai penulis dapat membuat kesimpulan bahwa dalam membuat implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dibutuhkan daya dukung dalam pelaksanananya agar dalam pelayanan publik keseluruhan sistem dapat berjakan dengan baik.

Keberadaan Sumber Daya Manusia yang memadai, keberadaan infrstruktur pendukung SIAK, anggran dana yang cukup, serta keterbukana informasi kepada publik akan menceminkan konsep pemerintahan yang baik dari konsep electronic government seperti aplikasi SIAK di Dinas Kependudukan dan Pencatatana Sipil ini.

2.2 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN 2.2.1 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan bagian yang penting dan menjadi harus di perhatikan, implementasi kebijakan memiliki pengaruh besar terhadap sosial ekonomi masyarakat banyak dan efeknya dapat timbul secara langsung dan tidak langsung terhadap program kebijakan publik yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, fungsi Implementasi Kebijakan adalah melihat bagaimanakah tujuan dan sasasaran yang bermuara pada hasil akhir dalam kebijakan impelementasi kebijakan

18 Lestari, & Tampi, F. D. J. L. G. B. (2016). Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (Siak) Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Manado Lestari. Administrasi Publik Unsrat.

(6)

21 yang berperan sebagai pelaksanaan dari program serta bergantung pada hasil akhir yang dicapai. (Suharto, 2007)19

2.2.2 Teori Implementasi Kebijakan

Yang di gunakan pada penelitian ini adalah teori implementasi Top Down dalam implementasi ini adalah pada pelaksanaannya dari atas ke bawah, contohnya yaitu bagian dari tugas yang diberikan kepada birokrasi dalam pelaksanananya merupakan hasil dari kebijakan yang telah diputuskan secara politis20. Pendekatan model Top Down ini memiliki karakter melihat permasalahan yang terjadi secara rasional karena kebijakan harus berpihak terhadap penerima kebijakan sehingga implementasi kebijakan memiliki arah yang jelas, dalam pendekatan ini juga melihat bagaimanakah kegagalan dalam kebijakan maka harus di cari penyebabnya di cari mata rantai yang dapat memperburuk kebijakan.

“Implementasi kebijakan yang di buat oleh Edwards III menjelaskan bahwa implementasi sebagai proses yang tersusun dari kebijakan dan konsekuansi yang timbul dari sebuah kebijakan terdiri dari perencanaan, pembiyayaan, pengorganisasian, pengangkatan dan pemberhentian karyawan, rapat, dan lain-lain.”21 (Kasmad, 2013) Model Implementasi top down ini dipilih karena memiliki standar dan tujuan dari implementasi ini yang didalamnya terdapat komunikasi yang jelas atau saling terhubung. Penjabaran model implementasi top down adalah yang di buat oleh Edward III adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi

Pelaksanaan komunikasi yang saling terkait antar pihak yang memiliki kewenanagan maka dilaksanakan sejak dimulainya pembuatan atau tahap formulasi kebijakan dan berakhir pada hasil akhir berupa kebijakan yang saling berkaitan agar tidak terjadi salah paham atau pada tahap pelaksaan kebijakan.

19 Suharto, E. (2007). Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial . Bandung : Alfabeta. Hal. 40-41

20 Kasmad, R. (2013). Studi Implementasi Kebijakan. Makassar: Kedai Aksara.

Hal.42-43

21Kasmad, R. (2013). Studi Implementasi Kebijakan. Makassar: Kedai Aksara.

Hal.44-46

(7)

22 b. Sumber Daya

Kegiatan awal dimulai dari pertama pemenuhan Sumber daya, yang dimaksud adalah pemenuhan Aparatur Sipil Negara (Pegawai) sebagai pelaksana kebijakan atau sebagai pelayan publik tentunya harus yang berkompeten. Kedua, adanya sumber daya informasi yang bertujuan untuk mengetahui jalannya kebijakan serta data yang berkaitan dengan kebijakan sehingga tidak ada data-data yang di rahasiankan. Ketiga, adanya kewenangan yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan yang saling berkaitan dengan kebijakan. Keempat, memiliki fasilitas penunjang berupa sarana dan prasarana pendukung implementasi kebijakan.

c. Disposisi

Dalam menjalankan setiap kebijakan yang dibuat dibutuhkan para pelaksana kebijakan yang memiliki integritas untuk mencapai tujuan kebijakan.

d. Sistem Birokrasi

Tujuannya adalah untuk bisa menjalankan kebijakan sesuai dengan standar operasional yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh sebab itu, dalam menjalankan sebuah kebijakan yang terpenting adalah saling berkaitan dan sesuai dengan program kebijakan.

2.3 PELAYANAN PUBLIK

2.3.1 Pengertian Pelayanan Publik

Dalam Undang-undang RI no. 32 tahun 201422 yang membahas tentang peran pemerintahan daerah pelayanan publik harus memiliki dampak luas terhadap masyarakat. Artinya pelayanan publik harus dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan undang-undang yang diselenggarakan oleh instansi pemerintahan.

Keberadaan pelayanan publik saat ini membutuhkan adanya reformasi pelayanan publik yang penting dilakukan karena merupakan tugas bersama yang harus di lakukan agar nantinya tidak ada lagi kesalah pahaman dalam pemberian informasi mengenai administrasi dalam pelayanan publik.

“Menurut Philip J. Cooper menjelaskan bahwa beberapa tantangan dalam administrasi publik yaitu: akuntabilitas, masyarakat, keberagaman, privatisasi, birokrasi, demokrasi, pengulangan kembali, pembelajaran teknologi, dan otonomi daerah, kesemua hal itu saling

22peraturan.bpk.go.id Undang-undang RI no. 32 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (diakses pada 24 Oktober 2020)

(8)

23 berkaitan antar pemerintah dan masyarakat agar bisa saling menjadi sebuah sistem yang kompleks.” (H.M Ladzi Safrony, 2012)23

Pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan sebagai tolak ukur dalam pedoman penyelenggaran pelayanan publik hingga pada akhirnya dalam pelayanan publik akan terwujud hak dan kewajiban serta kewenangan antara pemerintah dan masyarakat, oleh sebab itu pelayanan publik harus memiliki pedoman agar pelaksaannya sesuai dengan aturan yang berlaku (H.M Ladzi Safrony, 2012)24. 2.3.2 Pelayanan Publik Yang Berkualitas

Pelayanan publik yang berkualitas harus memiliki arah penyaluran pelayanan yang jelas, terdapat penyaluran yang terarah serta harus mementingkan pada masyarakat sebagai penerima pelayanan. Dalam pelayanan publik yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara memberikan pelayanan, bagaimanakah hasil kepuasan masyarakat, kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan, kemampuan untuk dapat diperbaiki, memiliki pengetahuan dan tanggung jawab yang besar terhadap masyarat.(H.M Ladzi Safrony, 2012). 25

2.3.3 Profesionalisme Dalam Pelayanan Publik

Dalam pelayanan publik profesionalisme ini menjadi sebuah keharusan, dan hasu dmiliki oleh semua petugas pelayanan publik yang bejerja langsung berhadapan dengan masyarakat. Menurut Almasdi dalam buku (H.M Ladzi Safrony, 2012, p. 135) menjelskan bahwa konsep profesionalisme ini merupakan keahlian yang dmiliki oleh pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dnegan bidang tugas yang diberikan atau sesuai dengan pengetahuannya sebagai

23 H.M Ladzi Safrony, M. (2012). manajemen dan reformasi pelayanan publik dalam konteks birokrasi Indonesia (teori, kebijakan dan implementasi).

Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Hal 52

24 H.M Ladzi Safrony, M. (2012). manajemen dan reformasi pelayanan publik dalam konteks birokrasi Indonesia (teori, kebijakan dan implementasi).

Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Hal 49-50

25 H.M Ladzi Safrony, M. (2012). manajemen dan reformasi pelayanan publik dalam konteks birokrasi Indonesia (teori, kebijakan dan implementasi).

Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Hal 69-70

(9)

24 seorang pegawai yang memiliki profesionalisme harus memiliki keilmuan dan karakter yang kuat dalam menjalankan tugas. 26

2.4 KEBIJAKAN ELECTRONIC GOVERNMENT

Teknologi informasi menjadi hal yang sangat penting yang harus di terapkan dalam pemerintahan saat ini, peran pemerintah terhadap teknologi harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi sebagai upaya dalam mengembangkan konsep electronic government hal tersebut akan mempermudah akses langsung antara pemerintah dan masyarakat.

“Menurut United Nation Development Programme (UNDP) dalam buku (Achmad Boedi Soesetyo Kasiyantoe, 2013.)27, electronic-government merupakan aplikasi teknologi informasi yang ada pada insitusi pemerintahan dan merupakan suatu pembaruan kearah global mengenai mulai dari penggunan internet oleh pemerintah atau siapa saja yang dapat terhubung dengan internet”

Tujuan adanya penerapan Electronic Government adalah untuk dapat di jangkau oleh seluruh kalangan masyarakat, untuk pengelolaan sistem manajemen yang menjadi wewenang pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara menyeluruh dapat memanfaatkan teknologi informasi secara baik, serta memerlukan dukungan dari berbagai pihak seperti pengembangan industri telekomunikasi dalam pengembangan teknologi informasi, penunjang lainnya adalah peningkatan kualitas SDM dalam Pemerintahan. Contoh electronic Government penerapannya dalam Pemerintahan adalah dengan pembuatan situs atau website yang dilakukan oleh pemerintah puat dan pemerintah daerah dalam pelyanan publik atau informasi lainnya yang berbasis web, hingga pada setiap dinas-dinas dan lembaga pemerintahan yang terlibat langsung dalam pelayanan kepada masyarakat juga terdapat website sebagai wujud electronic governement.

Kebijakan Pemerintah dengan adanya electronic government dalam pelayanan

26 H.M Ladzi Safrony, M. (2012). manajemen dan reformasi pelayanan publik dalam konteks birokrasi Indonesia (teori, kebijakan dan implementasi).

Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Hal 135

27 Achmad Boedi Soesetyo Kasiyanto (2013) kebijakan sistem pemerintahan e- government di kabupaten tulungagung. Jkmp (issn. 2338-445x), vol. 1, no. 1, maret 2013, 1-110, 1–20.

(10)

25 publik ini memiliki kemudahan seperti dalam mengakses data atau adanya keterbukaan informasi kepada publik (Joko Tri Nugraha, 2018)28

2.4.1 Tahap-Tahap Penerapan Electronic Government

Pada pelaksanaan electronic government harus memiliki persiapan awal guna mendukung terciptanya pelayanan publik yang prima hal tersebut dapat di lihat dari beberapa tahap yang tertuang di dalam Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 yaitu meliputi29:

1. Tahap persiapan, tahap paling awal ini harus dilakukan mulai dari pengembangan website/situs yang berisi informasi dan atau yang lainnya sebagai pelaksana pelayanan publik pada pemerintah.

2. Tahap Penerapan, dalam hal ini, persiapan yang dilakukan sudah secara fisik dan non fisik, adanya sarana dan prasaranan penunjang seperti komputer dan jaringan internet sudah tersedia dan sudah siap untuk di operasikan.

3. Tahap pematangan, dalam tahap ini semua sudah mulai berjalan dengan baik dan sesuai dengan Standar Operasional yang telah di tentukan akan tetapi, tetap memeprlukan adanya evaluasi yang dilakukan guna mendukung peningkatan dan terciptanya pelayanan publik.

4. Tahap Pemantapan, pada tahap ini, berpedoman pada institusi Pemerintahan kepada institusi Pemerintahan yang lain, Pemerintahan kepada institusi Bisnis, dan institusi Pemerintahan kepada masyarakat keseluruhan konsep tersebut harus saling terkait agar terciptanya pelayanan publik yang berkualitas.

2.4.2 Electronic Government di Bidang Administrasi Kependudukan

Penggunaan atau penerapan electronic government dalam penyelenggaraan pemerintahan khusunya dalam pelayanan administrasi kependudukan contohnya, penerapan SIAK online, pembuatan KTP-el, dan kebutuhan kearsipan

28Joko Tri Nugraha. (2018). E-Government Dan Pelayanan Publik E-Government Di Pemerintah Kabupaten Sleman ). Komunikasi Dan Kajian Media, 2, 32–

42.

29https://kominfo.kotabogor.go.id Tahap E-Governmenet di Indonesia (di akses pada 10 Oktober 2020)

(11)

26 kependudukan secara online.

Penggunaan perangkat lunak pendukung Electronic Government dalam administrasi kependudukan ada dalam penerapan penerbitan NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang pada prinsipnya NIK tersbut memiliki sifat tunggal dalam setiap orang berbeda-beda nomor NIK-nya, penyelenggraan Electronic Government adalah wujud dari perubahan atau peningkatan menuju ke arah keakuratan data kependududkan karena bersifat rahasia dan tidak mudah salah, karena semua dilakukan secara online berikut adalah pengertian Electronic government:

“Electronic Government didalam penerapannya terdapat prinsip transaksional yang merupakan suatu inovasi dalam penyelenggaraan adminitrasi kependudukan, keberadaan website pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah sebagai wujud dari pelayanana yang efisien dan efektif.” (Junaidi, 2015)30

Pada Penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan pengembangan di Bidang Administrasi Kependudukan adalah melihat beberapa aspek yang seharusnya dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik (Bimasakti, 2017)31 beberapa aspek yang harus dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu:

1. Pelayanan kepada masyarakat, penerapan teknologi yang dilakukan oleh pemerintah seharusnya mendukung kinerja pegawai dan memiliki kualitas dalam pemberian pelayanan publik bidang kependudukan, penggunaan teknologi memungkinkan perubahan adanya fungsi digital untuk mengubah fungsi manual yang dilakukan oleh manusia.

2. Masyarakat online, kemudahan masyarakat dalam mengakses website pemerintah untuk pelayanan publik saatnya harus sudah bisa dilakukan secara online melalui rumah masing-masing.

3. Demokrasi digital, pengembangan dan peningkatan teknologi informasi, dalam hal ini adanya interaksi digital yang dilakukan oleh

30 Junaidi. (2015). Implementasi Electronic Government Untuk Penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Kependudukan. Reformasi, 5(1), 169–182.

31Bimasakti, F. (2017). Tatakelola Pemerintahan Berbasis Electronic Government Di Kabupaten Semarang (Studi Kasus Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang). Journal of Politic and Government Studies, 6(14010113130140), 1–18. https://ejournal3.undip.ac.id

(12)

27 penyelenggara pelayanan dan penerima pelayanan (masyarakat) harus terus terjalain agar seluruh informasi dari pemerintah di ketahui oleh masyarkat.

4. Pemerintahan digital, penggunaan teknologi konsep pelayanan manual menjadi digital atau berbasi teknologi untuk keseluruhan data yang dimiliki oleh pemerintah mulai di ubah menuju digital yang terhubung dengan internet yang dapat diakses oleh masyarakat.

5. Informasi digital, pemberian informasi secara digital ini akan mempercepat dan mempermudah pemberian informasi secara langsung kepada masyarakat dan dapat tersebar secara luas.

2.5 SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN 2.5.1 Sistem Informasi

Sistem Informasi memiliki aturan dan cara kerja, informasi, pekerja, dan teknologi informasi yang kesemua itu mencapai satu tujuan yaitu pemenuhan tujuan yang telah ditentukan organisasi pembuat kebijakan. Artinya Sistem informasi merupakan kumpulan dari beberapa bagian yang tersusun secara sistematis yang terdapat dalam sistem komputer, sistem informasi merupakan hal utama dalam informasi (Aos, 2018).32

2.5.2 Administrasi Kependudukan

Administrasi kependudukan merupakan susunan penataan yang ada di dalamnya seperti penertiban dokumen kependudukan melalui sistem pendaftaran kependudukan, catatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendataan pada sektor lain. Pembuatan administrasi kependudukan ini sangat dibutuhkan karena selain mencatat jumlah penduduk juga dapat dijadikan sebagai cara dalam merumuskan kebijakan lainnya karena terdaoat data kependudukan yang resmi (Sudiadnyane, 2019).33

32Aos, R. (2018). Pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (Siak) Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Informasi Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Cirebon. Administrasi Publik, Untag Cirebon, 1–5.

33 Sudiadnyane, I. M. (2019). Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Administrasi Publik, 5(78).

(13)

28 2.5.3 SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependududukan)

SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) merupakan sistem yang diciptakan untuk dapat memproses seluruh pencatatan administrasi kependudukan. Penyelenggara SIAK adalah Dinas Kependuduakan dan Pencatatan Sipil yang berada atau tanggung jawab dari Kementerian Dalam Negeri dan pelayanan SIAK pada saat ini berada pada tingkat Kabupaten/ Kota, dalam hal ini penyelengaraan pelayanan administrasi kependududkan merupakan amanah dari Undang-undang no 24 tahun 201334 yang mengatur tentang administrasi kependudukan.

Penyelenggaraan SIAK dalam pengadministrasi kependudukan ini adalah hasil dari pengkajian, pengelolaan penyimpanan serta pengembangan sistem kependudukan sebelumnya yang bertujuan untuk dapat menerapkan tertib administrasi kependudukan. Dalam KEPPRES nomor 88 tahun 200435 menjelaskan bahwa dalam pengelolaan administrasi kependudukan Sistem Administrasi Kependudukan merupakan sistem informasi yang memanfaatkan informasi.

“Menurut Soemartono dan dan Hendrastuti dalam (Tarifu, 2020) menjelaskan bahwa SIAK merupakan bagian dari Data kependuduakan yang disusun menjadi terpusat di Kementerian, yang dapat digunakan untuk kepentingan lain seperti pengurusan pajak, imigrasi dan statistik kependudukan., Data kependudukaan pada SIAK terhubung antara RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Dinas Pencatatan Sipil, Data unik atau standarisasi nasional yaitu penggunaan satu NIK (Nomor Induk Keluarga) tunggal”.

Jadi, Sistem Informasi Adminsitrasi Kependudukan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka menata guna menertibkan dokumen dan data kependudukan yang dilakukan dengan memlalui proses pendaftaran kependudukan, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependududkan serta pendayagunaan dalam pelayanan publik yang dapat digunakan untuk sektor lain.

34 pih.kemlu.go.id Undang-undang no 24 tahun 2013 tentang admnistrasi Kependududkan (diakses pada 28 Oktober 2020)

35peraturan.bpk.go.id KEPPRES no.88 tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan (diakses pada 28 Oktober 2020

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Pada tahap ini terdiri atas tiga langkah, pertama studi kepustakaan,

Pada tahap ini dilakukan persiapan materi dan soal-soal yang diambil dari. materi pembelajaran yang akan disampaikan yang sesuai dengan SK

Analisis data pada tahap pengembangan dilakukan secara kualitatif dengan menitikberatkan pada pembahasan secara komprehensif atas segala data dan informasi yang ada

Dalam Pembuatan katalog layanan terbagi menjadi 3 tahap yaitu: (1) tahap awal (studi literatur, wawancara, dan observasi), (2) tahap pengembangan (kesepakatan dan

Salah satu caranya dengan memperkenalkan sekolah mereka melalui situs web (website). Biasanya dalam website terdapat informasi mengenai sekolah tersebut mulai dari

Tahap Ke – enam Laporan Hasil Uji Coba.. Dari bagan tersebut pada tahap pertama pengembang melakukan studi awal penelitian. Studi awal penelitian ini dilakukan untuk

Penelitian pengaruh pemberian susu skim dalam pakan terhadap konsumsi pakan, konversi pakan dan IOFC ayam broiler dilakukan dengan 3 tahapan meliputi tahap persiapan, tahap

Berikut ini adalah persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Mengumpulkan data atau informasi berkaitan dengan model pembelajaran eksperiensial, peneliti