• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMENUHAN AKSESIBILITAS HAK PENYANDANG DISABILITAS MELALUI REHABILITASI SOSIAL DI JAWA TIMUR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMENUHAN AKSESIBILITAS HAK PENYANDANG DISABILITAS MELALUI REHABILITASI SOSIAL DI JAWA TIMUR SKRIPSI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMENUHAN AKSESIBILITAS HAK

PENYANDANG DISABILITAS MELALUI REHABILITASI SOSIAL DI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :

Muhammad Kanda Setia Putra 201610050311179

Pembimbing :

Muhammad Kamil, S.IP., M.A Yana Syafriyana Hijri, S.IP., M.IP

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR Assalamua’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufik, dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, dengan judul “Upaya Pemerintah dalam Pemenuhan Aksesibilitas Hak Penyandang Disabilitas Melalui Rehabilitasi Sosial di Jawa Timur”, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP).

Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Sang Revolusioner sejati kita, yakni Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke luar dari zaman jahiliyah menuju

‘addinul islam

` Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, setulus-tulusnya, kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan ridha, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat Muslim.

3. Ibuk Yuni Pancawati, Ayah Muslikh dan Adik saya Shalsabil yang selalu medoakan, memberi nasehat, dan menjadi supporting system terbaik bagi saya selama penjalanan pengerjaan Skripsi ini.

4. Bapak Muhammad Kamil, S.IP., M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang selalu sabar dalam memberi arahan dan motivasi kepada saya.

5. Bapak Yana Syafriyana Hijri, S.IP., M.IP selaku Dosen Pembimbing II yang selalu sabar dalam mengarahkan dan membimbing saya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan ilmu, semangat, dan motivasi kepada saya selama saya menjadi mahasiswa.

7. Keluarga Besar IMM Renaissance yang senantiasa memberikan semangat dan masukan, serta pemberian bekal ilmu ilmiah pada saat saya berproses menjadi pimpinan yang sangat berguna bagi saya sejauh ini.

8. Mas Hendro selaku Senior IMM Renaissance yang sangat berperan besar terhadap perkembangan diri saya, salah satunya pemberian bekal pemahaman serta menyediakan berbagai literatur bacaan selama saya menjadi Kader IMM Renaissance.

9. Hanun, Zainul, L, Marsinah, Awi, Iqbal, Dinda dan teman-teman Kabidum periode 2019-2020 yang lain selaku teman kolektif saya yang senantiasa memberikan dukungan, masukan, kritikan dan tak luput juga sebagai orang-orang yang selalu menemani saya dalam berdiskusi dan meng-Upgrade pemahaman sekaligus tak jarang sebagai orang yang menjadi telinga pertama yang menampung keluh kesah saya selama ini baik dalam proses pengerjaan skripsi maupun dalam unsur kehidupan yang lain, rek terimakasih banyak yah.

10. Kabid saya tercinta Luthfi yang selalu memberikan motivasi dan memonitoring terkait

progres Skripsi saya sejauh ini.

(6)

11. Renaldi Hilmi dan Adi Wijayanto selaku teman kolektif saya dalam rana akademik dan dalam kehidupan sosial saya selama di malang, yang selalu berperan penting dalam segala aktivitas saya, selalu mendengar keluh kesah saya, tak jarang juga jadi orang pertama yang menjadi bahan luapan emosional saya ketika ada problem dalam diri saya.

12. Ardi, Kipli, Yanuar Ardie, Yanuar Muiz, Ilham, Thariq, Mako, Faisal, Dilan, Ernia selaku teman-teman yang sering saya ajak ke warung kopi hanya untuk sekedar melepas penat dan merefresh otak diwaktu otak lagi pusing dan buntu.

13. Suem, Yoyo, Kaji, Totsi, Whok, Roy, Rico, Hadad, Wisnu, Putri, Naily selaku teman- teman desa saya yang selalu memotivasi dan menghibur ketika saya sedang dipusingkan dengan berbagai kegiatan di Malang.

14. Vivi, Ovi, Dini, Heni, Anggra yang bahu membahu berjuang bersama dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

15. Keluarga Besar Ilmu Pemerintahan C Angkatan 2016 yang tetap solid dan saling support satu sama lain untuk mendapatkan gelar kelulusan sampai detik ini.

16. Dan tak lupa yang terakhir yakni kepada Diri Saya sendiri, terimkasih banyak sudah mau dan mampu berjuang sampai di titik ini.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka semua atas do’a tulus dan semangat yang telah diberikan kepada saya. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya, Aamiin. Demikian skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 22 Februari 2022

Muhammad Kanda Setia Putra

(7)

REFERENSI

ANDRIANI VIANTO, B., & FARID MARUF, M. (2018). Upaya Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penyediaan Pedestrian Yang Layak Bagi Penyandang Disabilitas Di Kota Surabaya.

Publika, 6(5), 1–6.

Autoridad Nacional del Servicio Civil. (2021). PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS NETRA. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 1, 2013–2015.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. (2018). penyandang disabilitas.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. (2019). Jumlah Penyandang Disabilitas Jawa Timur.

Cianjur, C. K., & Agustin, D. F. (2021). MODEL PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DISABILITAS CIANJUR ( KDC ) MELALUI PROGRAM KETERAMPILAN MEMBATIK DALAM MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA ( STUDI DESKRIPTIF DI DESA NAGRAK KECAMATAN SKRIPSI 2021 M / 1442 H.

Creswell, J. W. (2016). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. In Health Promotion Practice (Vol. 16, Issue 4).

https://doi.org/10.1177/1524839915580941

Effendi, L., Apsari, N. C., & Raharjo, S. T. (2019). Proses Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Disabilitas Netra Di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Penganthi Temanggung Jawa Tengah. Share : Social Work Journal, 8(2), 170. https://doi.org/10.24198/share.v8i2.19606 Itasari, E. R. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Penyandang Disabilitas Di Kalimantan

Barat. Journal.Unnes.Ac.Id, 32(1), 70–82.

Kurniawan, R. C. (n.d.). Etika politik & pemerintahan.

Kwan, P., Hardianto, W. T., & Setiawan, D. (2013). Upaya Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2(2), 25.

MUZAKI, A. (2015). Pengembangan Program Rehabilitasi Sosial Sebagai Upaya Peningkatan Kesempatan Kerja Penyandang Disabilitas di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. vol 4, no.

Nasir, S. A., & Jayadi, A. (2021). Penerapan Hak Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam di Kota Makassar. Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa …, 6, 186–199.

Ndaumanu, F. (2020). Hak Penyandang Disabilitas: Antara Tanggung Jawab dan Pelaksanaan oleh Pemerintah Daerah. Jurnal HAM, 11(1), 131. https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.131- 150

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016a). Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 2016, Pasal 53 (ayat 1-2).

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016b). Undang-Undang Republik Indonesia No 8

Tahun 2016.

(8)

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016c). UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 18 (ayat 2).

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016d). UU Republik Indonesia No. 8 Tahun 2016 Bab 1 (KETENTUAN UMUM) pasal 1 ayat 2.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2019a). Aplikasi Penyandang Disabilitas.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2019b). Petunjuk Operasional Kerja (POK).

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2019c). Renstra Tahun 2019 - 2024.

PermenPU30-2006%20(2).pdf. (2006). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Tahun 2006.

Ruaida Murni, M. A. (2015). REHABILITASI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS MENTAL MELALUI UNIT INFORMASI DAN LAYANAN SOSIAL RUMAH KITA.

https://doi.org/https://doi.org/10.33007/inf.v1i3.170

Sca, M. (2013). PERANAN PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN PENYANDANG

DISABILITAS KORBAN KEKERASAN. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Thohari, S. (2017). Pandangan disabilitas dan aksesibilitas fasilitas publik bagi penyandang disabilitas di

kota Malang.

(9)
(10)

JURNAL PUBLIC POLICY -VOL. XX NO. XX (2020) XXX-XXX

Available online at : http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy

Jurnal Public Policy

| ISSN (Print) 2477-5738 | ISSN (Online) 2502-0528 |

https://doi.org/10.35308/xxxxx Attribution-ShareAlike 4.0 International. Some rights reserved

Upaya Pemerintah Dalam Pemenuhan Aksesibilitas Hak Penyandang Disabilitas Melalui Rehabilitasi Sosial Di Jawa Timur

Muhammad Kanda Setia Putra

1

, Muhammad Kamil

2

, Yana Syafriyana Hijri

3

1

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, Kota Malang, 65144, Indonesia

ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T

Received: February 00, 00 Revised: March 00, 00 Accepted: March 00, 00 Available online: April 00, 00

One of the benchmarks for democracy in a government is considering the state's ability to fulfill and guarantee the rights of its citizens. The East Java Provincial Social Service carries out rehabilitation regularly, both inside and outside the orphanage through program activities carried out by the Social Rehabilitation Division of East Java Province.

The purpose of this research is how the government's efforts to fulfill the accessibility of the rights of persons with disabilities through social rehabilitation in East Java. This research uses qualitative research with a case study approach. This study uses 2 data sources, namely primary data and secondary data. Primary data was obtained through interviews with the Social Service of East Java Province regarding the Government's Efforts in Fulfilling Accessibility of Rights of Persons with Disabilities through Social Rehabilitation in East Java, while secondary data was obtained through journals for persons with disabilities, journals on the role of the government towards persons with disabilities, operational instructions for the work of the social services of the Java province. East Java, books or documents about persons with disabilities as references and supporting elements relevant to fulfilling the accessibility of persons with disabilities in East Java. In general, several programs have had a very positive impact on people with disabilities, but there are several things that made the program less effective, such as the uneven distribution of programs in various districts/cities in East Java due to the limited number of targets, and inadequate follow-up after the program implementation. monitored.

KEYWORDS

Upaya Pemerintah, Pemenuhan Aksesibilitas, Penyandang Disabilitas, Rehabilitasi sosial CORRESPONDENCE

Phone: +62 857 33479694 E-mail:

muhammadkanda25@gmail.com, kamil@umm.ac.id,

yana@umm.ac.id

PENDAHULUAN

Dari semua hak yang idealnya di dapatkan masyarakat atau manusia secara umum, aksesibilitas menjadi salah satu hak yang tidak dapat dinegasikan keberadaannya bagi manusia, baik itu terkait aspek sarana prasarana, pelayanan, maupun dalam aspek pemenuhan hak lainnya, hal tersebut idealnya dilakukan secara umum atau menyeluruh tanpa membedakan satu dengan yang lainnya (Nasir & Jayadi, 2021).

Ketika berbicara mengenai aksesibilitas maka dalam pikiran kita hal itu diperuntukkan untuk semua orang atau semua kalangan tanpa memilah satu dengan yang lain, termasuk bagi penyandang disabilitas, hal itu diperkuat dalam Undang-undang Disabilitas No. 8 Tahun 2016 Bab 1 (KETENTUAN UMUM) pasal 1 ayat 2 tentang “Kesamaan

Kesempatan” (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2016d).

Disabilitas sendiri tergolongkan dalam suatau kelompok yang dalam perhatian khusus atau rentan. Karena dalam praktiknya tak jarang penyandang disabilitas selalu mendapatkan perlakuan tidak manusiawi atau deskriminatif dalam kesehariannya, baik dalam lingkungan sosial mereka maupun dalam aspek pemenuhan hak yang mereka dapatkan masih belum terpenuhi. (Ndaumanu, 2020).

Salah satu bentuk tolak ukur demokrasi dalam suatu negara adalah menimbang kemampuan negara tersebut dalam memenuhi dan menjamin hak warga masyarakatnya (Thohari, 2017). maksudnya negara mempunyai tanggung jawab penuh sebagai pemberi sekaligus menjadi pelindung atas hak-hak yang dimiliki oleh warga negaranya. Artiannya Setiap warga

(11)

JURNAL PUBLIC POLICY -VOL. XX NO. XX (2020) XXX-XXX

First Author https://doi.org/10.35308/xxxxx

2

Negara Indonesia mempunyai kesempatan untuk memperoleh hak yang sama tanpa ada yang pembeda satu dengan yang lainnya. Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas menjadi salah satu acuan dalam persamaan hak maupun kededukan bagi penyandang disabilitas dan masyarakat yang lain bahwasannya mereka itu sama, dan akan dipelakukan dengan sama pula (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2016b).

Dalam statistika, pemerintah adalah lembaga atau badan publik yang berperan dalam tugasnya untuk melakukan upaya dalam mewujudkan suatu tujuan Negara. Sedangkan dalam dinamika, pemerintah layaknya sebagai kumpulan individu yang mempunyai peran dan fungsi untuk menjalankan wadah dengan maksud untuk mencai tujuan negara. Dengan kewenangan dan kekuasaan yang ia miliki, di harapkan pemerintah mampu menghadirkan keadaan yang tidak mampu di ciptakan oleh masing-masing individu karena adanya kecenderungan manusia sebagai serigala bagi manusia lainnya, yakni kepentingan ego masing-masing individu (Kwan et al., 2013).

Hasil survey yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) dalam update terakhir 04 Oktober 2019 sebanyak 47.649 Jiwa (Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2019). Adapun laporan dari BPS menegaskan bahwa mayoritas penyandang disabilitas di Jawa Timur di dominasi dari kelas ekonomi lemah (Badan Pusat Statistik Jawa Timur, 2018). Kondisi sosial mereka pada umumnya dalam keadaan rentan, baik dalam aspek ekonomi, pendidikan, keterampilan, maupun dalam hubungan bermasyarakat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sampai detik ini para penyandang disabilitas mempunyai masalah yang cukup kompleks, baik dalam aspek kesehatan secara fisik dan mental, masalah mata pencaharian, ataupun perihal pemberdayaan dan masalah kondisi sosialnya (Ruaida Murni, 2015). Dilain hal sejatinya mereka mempunyai hak yang sama untuk memperoleh kesejahteraan, dari hal ini pemerintah di pertanyakan secara peran kepada warga negaranya, jika kita melihat betapa kompleksnya permasalahan yang dialami penyandang disabilitas, khususnya di Jawa Timur.

Adapun salah satu faktor yang menjadi persoalan utama hingga saat ini yang terjadi pada penyandang disabilitas adalah terkait akses yang diberikan. Salah satu hal jika kita lihat Ketika berbicara mengenai aksesibilitas, yang mana sampai detik ini tidak bisa dipungkiri bahwasannya sulitnya penyandang disabilitas untuk mendapatkan akses dalam rana- rana yang dia inginkan salah satunya dalam rana pekerjaan yang mana hampir seluruh perusahaan di Indonesia ingin pegawainya normal dan tidak dalam keterbatasan tertentu, sulitnya akses itu berdampak pada Sebagian besar penyandang disabilitas banyak yang menganggur atau tidak terberdayakan.

Tidak bisa kita pungkiri bahwasannya penyandang disabilitas memang harus mendapatkan perhatian khusus dalam berbagai hal, karena memiliki beberapa keterbatasan banyak penyandang disabilitas kurang bisa melakukan berbagai hal yang ingin dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki.

Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, juga dilindungi, dihormati, dan dipertahankan oleh

Negara Republik Indonesia, sehingga perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia termasuk terhadap kelompok rentan khususnya penyandang disabilitas juga perlu ditingkatkan (Itasari, 2020). Keberadaan Undang-Undang tersebut menjadi hal yang penting selain menjadi payung hukum bagi disabilitas, Undang-undang tersebut juga menjadi legitimasi bahwasannya dalam upaya untuk mewujdukan kewajiban dari Negara Indonesia dalam mengaktualisasikan hak yang termuat dalam permufakatan mengenai hak Penyandang Disabilitas(Sca, 2013)

Rehabilitasi bagi penyandang disabilitas merupakan upaya dalam membantu meringankan beban dalam rangka mendapatkan kesejahteraannya. Salah satu hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan disabilitas yakni dengan memberdayakan mereka (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2019b). Kuncinya adalah kesamaan hak dan kesempatan yang sama, tidak ada pembeda antara manusia pada umumnya dengan manusia dengan kebutuhan khusus atau yang sering kita kenal dengan penyandang disabilitas.

Rehabilitasi sosial adalah suatu kegiatan yang secara proses penjalanannya dilakukan melalui berbagai bimbingan secara berkelanjutan dan bertahap (MUZAKI, 2015). Pada dasarnya dalam melakukan rehabilitasi tidak bisa hanya dilakukan hanya beberapa kali saja, tapi memang harus berkala agar perkembagan yang dihasilkan dapat optimal. Dalam penjalanannya Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur melakukan rehabilitasi dengan berkala baik itu di dalam panti maupun yang di luar panti melalui beberapa program kegiatan yang dilakukan oleh Bidang REHSOS seksi penyandang disabilitas Provinsi Jawa Timur.

Figure 1. Data Penyandang Disabilitas Di Jawa Timur

Sumber : (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2019a)

Dari tabel tiga bulan terakhir di atas terliahat jumlah Penyandang Disabilitas yang terus meningkat tiap bulannya, baik itu di latar belakangi sejak ia lahir ataupun karena faktor- faktor tertentu yang mengakibatkan individu menjadi penyandang disabilitas.

Mengingat masih banyaknya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PEKSOS) yang didalamnya termasuk para penyandang disabilitas di Provinsi Jawa Timur, maka diperlukannya penanganan secara sinergi dan berkesinambungan yang diwujudkan melalui berbagai bentuk tidakan rill dari pemerintah, terlebih dalam segi akses yang diberikan oleh pemerintah bagi penyandang disabilitas, baik itu dalam aspek pekerjaan, pendidikan, dan jaminan hak-hak yang lain layaknya orang normal pada umumnya, karena pada dasarnya pemerintah adalah sebagai leading sector.

(12)

https://doi.org/10.35308/xxxxx First Author 3 Rasyid membedah fungsi pemerintahan menjadi

empat bagian, yakni dalam aspek pelayanan, aspek pembangunan, aspek pemberdayaan, dan aspek yuridis atau hukum. Rasyid berpendapat bahwasannya untuk menganalisa kondisi masyarakat, maka lihatlah pemerintahannya. Dalam artiannya kondisi badan pemerintahan suatu negara akan menggambarkan bagaimana kondisi dan kualitas masyarakat di dalam negara tersebut. Karena gambaran umum kondisi suaru negara ada dalam pemerintahannya baik dalam aspek pengelolaan sumber daya alam maupun manusiaanya, maka sebab itu pemerintah mempunyai suatu regulasi untuk mengatur, ataupun sebagai usaha dalam mengatur kondisi yang ideal (Kurniawan, n.d.).

Sejauh ini upaya yang dilakukan oleh DINSOS Jawa Timur terkhusus di Bidang Rehabilitasi Sosial berupa program-program yang dijalankan di beberapa wilayah Jawa Timur dengan tujuan kesejahteraan penyandang disabilitas agar mendapatkan hak-hak sesuai apa yang menjadi kebutuhan mereka. Namun sejauh ini beberapa program kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Bidang Rehabilitas Sosial Jawa Timur dirasa masih kurang maksimal, karena memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti halnya tidak meratanya program-program kegiatan ke seluruh Kabupaten / Kota yang ada di Jawa Timur, jadi hanya terdapat beberapa Kota / Kabupaten yang menjadi sasaran program, dan juga terbatasnya jumlah penyandang disabilitas untuk dapat merasakan beberapa program yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Bidang Rehabilitasi Sosial.

Dalam mencapai targetan pembangunan kesejahteraan sosial di Jawa Timur, aksesibilitas masih menjadi persoalan utama. Maka dari itu beberapa upaya dalam peningkatan sarana prasarana pelayanan sosial serta peng-upgradeanmodel pembangunan dengan berbasis masyarakat perlu di utamakan.

Berdasarkan hasil penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Jawa Timur pada tahun 2018 angka mencapai 1.301.775 orang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial atau 26,09% dari jumlah penduduk miskin atau kurang mampu di Jawa Timur dan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lainnya. Disisi lain kemampuan daya tampung dari 29 Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur baru dapat melayani sebanyak 4.880 PMKS (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2019c).

Jadi bisa dikatakan para penyandang disabilitas dalam pemenuan haknya yang diwadahi oleh DINSOS Provinsi Jawa Timur masih kurang maksimal, terlebih dalam aspek mendapatkan aksesibilitas dalam rana pekerjaan, baik itu di Birokrasi Pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), maupun di Perusahaan- Perusahaan Swasta, hal itu sesuai dengan apa yang tertuang dalam UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 53 Ayat 1 sampai 2 yang berbunyi “Pemerintah, PEMDA, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) wajib memperjakan setidak tidaknya angka minimum dua persen (2%) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja, dan Perusahaan Swasta wajib mempekerjakan paling sedikit satu persen (1%) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja”(Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2016a). Pada kondisi praktiknya di lapangan masih banyaknya badan-badan usaha

ataupun perusahaan yang masih enggan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas dengan alasan tidak mau mengambil resiko ketika mempekerjakan penyandang disabilitas.

Dalam hal ini sangat dibutuhkannya peran pemerintah dalam menjadi narahubung atau penjembatan untuk kaum disabilitas dalam mendapatkan aksesibilitas mengenai kebutuhannya terkait hak-haknya terlebih dalam aspek mendapatkan pekerjaan, hal itu juga tertuang dalam UU No 8 Thn 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 18 ayat 2 “ Mendapatkan ketersediaan kebutuhan yang layak sebagai bentuk Aksesibilitas bagi Individu”(Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2016c).

Dari uraian permasalahan di atas, tujuan dari riset ini adalah bagaimana upaya pemerintah dalam memenuhi akasesibilitas hak bagi para penyandang disabilitas di jawa timur, seperti yang sudah di amanahkan dalam UUD 1945, yang dipertegas dengan adanya UU Disabilitas Nomor 8 Tahun 2016.

METODE

Riset ini termasuk dalam jenis riset kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan study kasus atau yang biasa kita artikan pengamatan terhadap suatu keadaan atau kondisi.

Cresswell mengungkapkan, study kasus menjadi suatu eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait atau yang disebut dengan kasus (Creswell, 2016). Pendekataan study kasus lebih menekankan pendalaman suatu kasus tertentu dengan melalui pengumpulan beraneka sumber informasi.

Dalam riset ini menggunakan dua (2) sumber data yakni; data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan narsumber yakni pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur mengenai Upaya Pemerintah Dalam Pemenuhan Aksesibilitas Hak Penyandang Disabilitas Melaui Rehabilitasi Sosial di Jawa Timur, dan seperti apa bentuk rehabilitasi yang diterapkan. Lalu untuk data sekunder diperoleh melalui jurnal penyandang disabilitas, jurnal peran pemerintah atau upaya pemerintah terhadap disabilitas, petunjuk operasional kerja dinas sosial provinsi jawa timur, buku ataupun dokumen tentang penyandang disabilitas sebagai acuan dan unsur penunjang yang relevan dengan pemenuhan aksesibilitas penyandang disabilitas di Jawa Timur.

Dalam melengkapi tulisan ini penulis menggali data melalui Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur selaku pembuat dan penanggung jawan program kerja, dan Kader RBM selaku tim dibawah naungan Bidang Rehabilitasi Sosial DINSOS Provinsi Jawa Timur yang bergerak dalam penanganan penyandang disabilitas luar panti. Dalam proses penggalian data peneliti menghabisakan waktu kurang lebih satu tahun (1 tahun) dan menyasar tiga (3) pegawai di bidang Rehabilitasi Sosial Seksi Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Adapun beberapa data yang dibutuhkan dan yang akan menjadi bahan analisis adalah;

dokumen terkait gambaran program atau petunjuk operasional kegiatan rehabilitasi penyandang disabilitas, data mengenai monitoring dan evaluasi program rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, data terkait bentuk penerapan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas berbasis masyarakat.

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis yakni melalui metode wawancara kepada pihak terkait (DINSOS JATIM), observasi lapangan dan dokumentasi kegiatan. Teknik analisis data menurut Cresswel(Creswell,

(13)

JURNAL PUBLIC POLICY -VOL. XX NO. XX (2020) XXX-XXX

First Author https://doi.org/10.35308/xxxxx

4

2016) dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu, Penyaringan dan pengelolaan data yang digunakan, pada tahapan ini data yang diperoleh melalui wawancara serta dokumen untuk disinkronkan dan diolah agar lebih mudah untuk dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aksesibilitas Hak Penyandang Disabilitas

Aksesbilitas adalah kemudahan yang ditujukan untuk semua orang tanpa terkecuali, termasuk bagi penyandang difabel dengan tujuan mewujudkan kesamaan kesempatan bagi semua orang atau kalangan dalam segala rana kehidupan dan penghidupan (ANDRIANI VIANTO & FARID MARUF, 2018)

Aksesibilitas sendiri menjadi suatu parameter kenyamanan atau kemudahan dalam cara atau penggunaan, adapun hal lain aksesibiilitas menjadi suatu unsur yang penting bagi semua kalangan tidak terlepas pula bagi, kaum disabilitas, oleh sebab itu penyandang dissabilitas diharapkan dapat melakukan aktifitasnya ke berbagai tempat ranah yang di inginkan (Thohari, 2017). Terlebih dalam rana fasilitas publik, yang mana harapannya semua masyarakat dapat merasakan itu, tidak ada pengecualian termasuk penyandang disabulitas yang notabennya adalah kaum atau kelompok minoritas yang harus ditunjang dalam segi fasilitas agar juga dapat merasakan kenyamanan dalam melakukan aktifitasnya.

Tabel 1. Kategori Penilaian Aksesibilitas

No Kategori Keterangan

1. Fasilitas Sesuai standard ketentuan

Aksibel 2. Failitas, tapi kurang

menunjang dan tidak sesuai standard

Kurang aksibel

3. Tidak ada fasilitas Tidak aksibel

Sumber : (Thohari, 2017)

Tolak ukur standarisasi aksesibilitas yang digunakan untuk mengukur berpedoman pada PERMEN pekerjaan umum No. 30 thn 2006, yang membahas terkait “pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan. gedung, dan lingkungan”. Ukuran tersebut ditinjau dari fasilitas yang di nilai urgent bagi penyandang disabilitas. jadi memang dalam menentukan parameternya bukan hanya dilihat dari seberapa banyak fasilitas atau ruang yang tersedia, namun juga ada beberapa standard yang telah diatur untuk mengukur aksesibilitas itu.

Permen Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 Thn 2006, mengenai “Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan. Gedung dan Lingkungan (PermenPU30- 2006%20(2).pdf, 2006) ;

1) Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan.

2) Peraturan Daerah no 3 tahun 2013 Jawa Timur perihal perlindungan dak pelayanan penyandang disabilitas.

3) Keputusan Menteri Perhubungan no.71 tahun 1999 perihal Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit pada Sarana dan Prasarana Perhubungan Dalam PERMEN Pekerjaan Umum No 30/PRT/M/2006 Thn 2006 berusaha untuk menciptakan lingkungan yang ramah

penyandang disabilitas dan lansia, baik itu bangunan gedung atau fasilitas umum lain agar bisa di akses dan di daya guanakan untuk semua orang, termasuk bagi kaum disabilitas yang hakikatnya diperlukan perhatian khusus.

Program Kampanye Sosial dalam Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas.

Guna peningkatan taraf hidup penyandang disabilitas mereka membutuhkan upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik itu melalui sistem pantai maupun non panti. Hal ini merupakan suatu upaya yang penting untuk membantu mengembalikan fungsi sosial penyandang disabilitas. Dengan demikian diperlukannya upaya yang terencana, terarah, dan terpadu sehingga para penyandang disabilitas akan mampu bersosialisasi dan dapat mendorong untuk lebih mandiri.

Untuk mewujudkan hal itu, DINSOS JATIM memiliki peran yang diharapkan mampu menjawab problem tersebut, upaya tersebut salah satunya tertuang dalam RPJMD tahun 2014 – 2019 yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakatnya, terkhusus bagi kaum difabel, dnegan menggunakan cara-cara pemberdayaan PMKS dan PSKS. Serta dibutuhkannya peran masyarakat sebagai support system pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan sosial (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2019b).

Mengingat banyaknya jumlah PMKS termasuk didalamnya para penyandang disabilitas di Provinsi Jawa Timur, maka diperlukannya penanganan secara sinergi dan berkesinambungan yang diejawantahkan melalui program kegiatan Kampaye Sosial dalam Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas.

Figure 2. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tahun 2014-2019

Sumber : (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2019c)

Grafik di atas merupakan capaian yang dilakukan oleh Bidang REHSOS mengenai pelayanan dan rehabilitasi sosial tahun 2014-2019, dalam kegiatan ini dinas sosial membuat taget berupa jumlah penyandang disabilitas yang menjadi sasaran; Penyandang Cacat Netra yang di target (105 disabilitas tiap tahun) dan hasil capaiannya (105 disabilitas tiap tahun) dari 2014-2019, Penyandang eks Kusta, target (90 disabilitas tiap tahun) dan capaiannya (90 disabilitas tiap tahun) dari 2014-2019, Eks Tuna Susila, target (180 disabilitas tiap tahun) dan capaian (180 disabilitas tiap taun) dari 2014- 2019, Penyandang Cacat Rungu Wicara, target (60 penyandang disabilitas tiap tahun) dan capaian (60 disabilitas tiap tahun) dari 2014-2019, Penyandang Cacat Grahita, target (50 disabilitas tiap tahun) dan capaian (50 disabilitas tiap tahun) dari 2014-2019, Cacat Tubuh, target (100 disabilitas tiap tahun) namun dalam capaian hanya (90 disabilitas tiap tahun) dari 2014-2019.

(14)

https://doi.org/10.35308/xxxxx First Author 5 Secara umum dalam segi jumlah capaian program

pelayanan dan rehabilitasi sosial dari tahun 2014-2019 hampir memenuhi targetan yang telah di konsep oleh Bidang REHSOS Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, namun kalau kita berbicara mengenai apakah itu sudah merata? Tentu belum, karena memang itu baru dalam segi jumlah yang hampir sesuai dengan target, belum kita berbicara mengenai efektivitas program yang memang tujuan daripada program ini tentu untuk memenuhi hak penyandang disabilitas dari beberapa daerah yang disasar, dalam segi target saja itu jauh dari jumlah penyandang di wilayah sasaran, banyak penyandang disabilitas yang belum terjamah. Hal itu tentu sudah menjadi parameter ukuran dari dinas sosial provinsi jawa timur, baik dalam segi sumber daya penyelenggara mauapun dalam segi anggaran yang tersedia.

Tabel 2. Kegiatan Kampanye Sosial dalam Pemenuhan Hak- hak Penyandang Disabilitas.

No. Tahapan

Kegiatan Keterangan 1. Diskusi Panel Pendiskusian yang

melibatkan berbagai lapisan masyarakat dan para pelaku dunia kerja dengan tujuan edukasi.

2. Pentas Seni Pentas seni di adakan setelah tahap diskusi panel dilakukan, hal ini dimasukkan dalam tahapan guna memberikan hiburan untuk tamu yang di undang, dan juga dalam tahap ini sekaligus ada penampilan hasil karya penyandang disabilitas seperti kain batik percak.

3. Bhakti Sosial Sebagai bentuk kepedulian sosial dan pemberian

manfaat kepada

penyandang disabilitas.

Sumber : (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2019b)

Dalam kegiatan Kampanye Sosial dalam Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas ada beberapa tahapan dalam penjalanannya, dalam diskusi panel Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur mencoba merangkul berbagai lapisan masyarakat dan para pelaku dunia usaha dan profesi yang diharapkan dapat memberikan motivasi bagi para penyandnag disabilitas dan kesempatan kerja bagi mereka yang tentunya masing-masing mempunyai kriteria dalam slot yang dibutuhkannya, lalu ada pentas seni sebagai pengisi hiburan dalam agenda tersebut dan juga ada penampilan karya penyandnag disabilitas yang di pamerkan dalam agenda yakni batik percak yang Sebagian juga sudah masuk ke pasaran, hal itu juga menunjukkan pada khalayak umum bahwasannya orang dengan keterbatasan khusus juga punya kemampuan yang bisa hasilkan, dan ada bhakti sosial yang mana itu kegiatan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur sebagai bentuk kepedulan sosial dan pemberian manfaat kepada penyandang disabilitas.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pegawai DINSOS JATIM yakni Pak Roto sekaligus penanggungjawab program ini, beliau mengutarakan :

“jadi kampanye sosial ini merupakan salah satu program yang berangkat dari problem yang dialami sama disabilitas mas, apa saja

problemnya? Banyak, dan kalau bisa di bilang ya memang sangat kompleks, tapi dalam program ini dalam penanganan soal problem sosial yang nanti muaranya bakal sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek yang lain, ya salah satunya kita memberikan pemahaman kepada masyarakat umum terkait disabilitas, baik dalam sikap dan cara pandang kita, ya begitulah gambaran umumnya soal program kampanye sosial ini mas” (03 Agustus 2019)

Pada dasarnya program kegiatan kampanye sosial ini memang berangkat dari problem yang di alami oleh kaum disabilitas, khususnya dalam ranah sosialnya, bahkan bisa dikatakan hingga detik ini disabilitas masih mengalami deskriminasi dalam lingkungan kesehariannya, hal mendasar yang memang perlu dirunah oleh masyarakat yakni terkait konstruk atau stigma terhadap disabilitas, entah yang dinilai tidak bisa melakukan apapun, segala halnya harus dibantu, bahkan sampai dirasa menjadi beban dan aib keluarga.

Tabel 3. Dampak penerima program Kampanye Sosial dalam Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas

No Sebelum Sesudah

1. Masyarakat condong memandang sebelah mata Penyandang Disabilitas

Masyarakat mulai membuka mata dan memberi ruang bagi Penyandang Disabilitas untuk berkembang 2. Kurangnya rasa percaya

diri yang dialami Penyandang Disabilitas

Penyandang Disabilitas mempunyai motivasi baru untuk berkembang dan mangasah apa yang menjadi basicnya 3. Disabilitas sulit

mendapatkan jaringan atau relasi dalam ranah pekerjaan

Terbangunnya relasi dari beberapa pelaku dunia kerja

Sumber : Dikelola Penulis

Kampanye Sosial dalam Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas dilaksanakan untuk tujuan meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat selaku orang paling terdekat dan sering berkontak dengan penyandang disabilitas, yang tidak bisa kita pungkiri bahwasannya sejauh ini yang orang-orang terdekatlah atau lingkungan penyandang disabilitaslah yang membuat penyandang disabilitas tidak bisa berkembang dan tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, karna masih dipandang sebelah mata.

Kegiatan Kampanye Sosial juga merupakan media untuk mensosialisasikan tentang upaya-upaya peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap Penyandang Disabilitas, oleh karena itu dalam kegiatan ini mengundang berbagai lapisan masyarakat, termasuk para pelaku dunia usaha dan profesi yang diharapkan dapat memberikan kesempatan kerja bagi para penyandang disabilitas.

Dalam pelaksanaannya Kegiatan Kampanye Sosial menyasar secara umum di daerah Provinsi Jawa Timur, dan menargetkan 100 orang penyandang disabilitas, dengan total anggaran yang dikeluarkan sebesar 42.030.000,-

Program Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK)

Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK) sebagai arah kegiatan dalam upaya untuk meningkatkan dan memperluas

(15)

JURNAL PUBLIC POLICY -VOL. XX NO. XX (2020) XXX-XXX

First Author https://doi.org/10.35308/xxxxx

6

jangkauan pelayanan kesejahteraan sosial kepada para penyandang disabilitas di daerah Kabupaten/Kota secara lebih merata melaluai penyebaran informasi, deteksi dini derajat kedisabilitasan, konsutasi, pemeriksaan kesehatan secara intensif, pelatihan keterampilan praktis maupun rujukan rehabilitasi sosial dengan melibatkan praktisi multidisipliner dqan lintas sectoral.

Berbicara mengenai program ini penulis melakukan sharing dengan Pak Mul, beliau adalah salah satu orang yang terlibat dalam program UPSK ini, beliau ditempatkan di Bidang REHSOS Seksi Penyandang Disabilitas, Pak Mul mengungkapkan :

“kalau program UPSK ya mas, sebenarnya bukan hanya DINSOS JATIM yang mempunyai program ini, mungkin sebagian besar ya di beberapa wilayah juga punya program ini, tapi yang harus digaris bawahi, kita membuat program ini bukan tanpa sebab, namun berangkat dari situasi dan kondisi yang ada. Salah satunya yang mendasari program ini ada yaitu jangkauan kita tidak merata, baik dalam pemberian bantuan maupun hal yang lainnya, dan yang tidak kalah penting arus informasi mas, arus informasinya minim baik ke kita selaku pembuat dan pelaksana kegiatan maupun ke masyarakat, itu sangat sangat kurang. Dari hal itu akhirnya kita menggagas, apa salahnya kalau kita yang ibaratnya jemput bola, lalu lahirnya program UPSK ini, gitu mas” (24 April 2021)

Pada dasarnya UPSK lahir dari situasi dan kondisi yang ada di wilayah Jawa Timur, program yang idealnya ada di tiap-tiap daerah atau wilayah, dengan melihat contoh kasus yang ada seperti jangkauan yang tidak merata dan minimnya arus informasi yang didapat.

Tujuan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur khususnya Bidang Rehabilitasi Sosial mengadakan kegiatan ini adalah Pertama terindentifikasinya jenis kedisabilitasan, permasalahan disabilitas dan potensi-potensi masalah, hal itu guna memetakan tingkatan disabilitas agar mudah dalam penanganan rehabilitasi, dan adapun permasalahan- permasalahan yang ada dalam diri disabilitas dicoba untuk ditampung dan di follow up untuk penanganan lebih lanjut;

Kedua menumbuhkan rasa percaya diri penyandang disabilitas, motivasi diri dan tidak ketergantungan pada orang lain dan keluarga, artinya Dinas Sosial juga mencoba untuk membentuk karakter dan pribadi disabilitas agar lebih mandiri dalam berbagai hal, mencoba untuk mengikis stigma bahwasannya segala hal yang dilakukan harus membutuhkan orang lain untuk membantunya; Ketiga terciptanya akses rujuakan bagi penyandang disabiliitas dan keluarga disabilitas dalam memperoleh pelayanan dan rehabilitasi sosial, hal ini sebagai upaya pemerintah pemenuhan hak-hak warga negara dalam pelayanan ke warganya tanpa ada pengecualian.

Tabel 4. Dampak penerima program UPSK

No Sebelum Sesudah

1. Beberapa permasalahan disabilitas yang belum teridentifikasi dan tertangani

Terindentifikasinya jenis kedisabilitasan,

permasalahan disabilitas dan potensi-potensi masalah, dan adapun permasalahan- permasalahan yang ada dalam diri disabilitas dicoba untuk ditampung dan di follow up lebih lanjut

2. Kurangnya rasa percaya diri yang dialami Penyandang Disabilitas

Tumbuhnya rasa percaya diri penyandang

disabilitas, dan termotivasi untuk tidak

ketergantungan pada orang lain dan keluarga 3. Akses rujukan yang atau

penanganan disabilitas yang sulit didapatkan

Terciptanya akses rujuakan bagi penyandang disabiliitas dan keluarga disabilitas dalam memperoleh pelayanan dan rehabilitasi sosial

Sumber : Dikelola Penulis

Beberapa hak yang dimiliki penyandang disabiliitas, diantaranya meliputi : (a) memperoleh jaminan perlindungan khusus dari diskriminasi, penelantaran, pelecehan, eksploitasi, serta tidak kekerasan dan kejahatan seksual; (b) memperoleh perawatan dan pengawasan keluarga atau keluarga pengganti (dalam panti) untuk tumbuh kembang secara optimal; (c) kepentingannya terlidungi dalam kepengambilan kebijakan; (d) perlakuan anak secara manusiawi selayaknya anak pada umumnya yang sesuai dengan martabat dan hak-hak anak; (e) terpenuhinya kebutuhan khusus; (f) perlakuan yang sama dengan anak pada umunya untuk mencapai integrasi sosial dan pengembangan individu mereka; dan (g) memperoleh pendampingan sosial (Autoridad Nacional del Servicio Civil, 2021).

Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan UPSK meliputi : pembukaan, registrasi peserta, pemerikasaan dan konsultasi, case conference (sidang kasus), pelatihan, sarasehan sosial, penutup, dan follow up (pemberian bantuan sosial alat bantu mobilitas).

Bagan I. Kerangka Konsep Program UPSK

Sumber : dikelola penulis

Lahirnya program kegiatan UPSK bukan tanpa sebab, UPSK berusaha menjawab problem yang ada dalam Bidang REHSOS, seperti halnya jangkauan yang sebelumnya tidak merata ke berbaga daerah atau wilayah, dan juga arus informasi yang minim baik itu yang di dapat oleh dinas maupun masyarakat umum, UPSK sendiri bertujuan untuk penyebaran informasi & deteksi dini yang dirasa sangat minim informasi baik dari pihak dinas mauapun masyarakat, adapaun tujuan lainnya yakni untuk konsultasi & pemeriksaan Kesehatan bagi disabilitas, dan pelatihan keterampilan bagi disabilitas.

Beberapa hal tersebut sebagai sarana memotivasi para disabilitas agar lebih percaya diri dan mematahkan stigma bahwasannya penyandang disabilitas bukan hanya bergantung ke orang lain. Dari beberapa tujuan program UPSK itu guna menjamin hak-hak para penyandang disabilitas.

(16)

https://doi.org/10.35308/xxxxx First Author 7 Kegiatan Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK)

dilaksanakan selama 4 (empat) hari pada bulan Mei-Juni 2019, di 3 (tiga) Kabupaten/Kota (Kab. Bojonegoro, Kab. Mojokerto, dan Kota Kerdiri) dengan jumlah peserta sebanyak 100 (seratus) orang penyandang disabilitas per Kab / Kota, artinya jika di total Dinas Sosial menargetkan 300 (tiga ratus) orang dalam program kegiatan ini, dengan jumlah anggaran yang dikeluarkan sebesar 327.525.000,-.

Program Pelatihan Penyandang Disabilitas dalam Loka Bina Karya (LBK)

Ketika berbicara mengenai kaum disabilitas maka ia juga termasuk sebagai warga negara Indonesia yang tidak bisa dipisahkan dalam ranah sosial masyarakat. Pada dasarnya mereka mempunyai kesamaan hak, kewajiban, kedudukan serta peran yang sama sepertihalnya masyarakat pada umumnya.

Dalam segala segi kehidupadan dan kesejahteraaan, baik dalam ranah pendidikan, ketenaga kerjaan, jaminan sosial dan lain sebagainya yang selaras dengan UU no. 8 thn 2016 yang berbicara mengenai penyandang disabilitas (Cianjur &

Agustin, 2021).

Tidak bisa dipungkiri bahwasannya banyak Birokrasi Pemerintahan, BUMN, BUMD, bahkan sampai beberapa perusahaan yang masih enggan mempekerjakan penyandang disabilitas dengan alasan tidak mau mengambil resiko ketika mempekerjakan penyandang disabilitas. Padahal jika kita tilik dalam UU no. 8 Tahun 2016 yang berbicara terkait Penyandang Disabilitas dalam muatan pada Pasal 53. ayat 1 sampai 2 yakni;

“Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD setidak tidaknya wajib memperjakan minimal dua persen (2%) Kaum Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja, dan Perusahaan Swasta setidak-tidaknya wajib mempekerjakan minimal satu persen (1%) Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2016a).

Dalam pembahasan mengenai LBK , penulis melakukan wawacara dan sharing dengan Pak Rony, beliau selaku salah satu oarang yang terlibat dalam program pelatihan loka bina karya atau yang biasa disebut LBK, beliau mengungkapkan :

“faktor kondisi objektif disabilitas yang mendorong kita menggagas program kehiatan ini nda, memang masalah yang dipunyai penyandang disabilitas itu benar-benar kompleks, terlebih dalam hal pekerjaan salah satunya, kebanyakan perusahaan atau UMKM mungkin bakal berpikir dua tiga kali untuk merekrut pegawai seorang disabilitas, terlebih kalau mereka tidak punya keahlian lebih, memang sangat sulit menurut saya, sekalipun sudah ada UU nya yang mengatur terkait itu lo yah” (24 April 2021)

Dinas Sosial JATIM melalui Seksie Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas membuat program kegiatan yang menjadi salah satu solusi alternatif yang memungkinkan dalam aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi para penyandang disabilitas, yakni dengan melakukan [eningkatan soft skill bagi penyndang disabilitas melalui pelatihan keterampilan dan bimbingan sosial.

Reabilitasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas di luar panti melalui Kegiatan Bimbingan dan Keterampilan dalam Loka Bina Karya (LBK) yang dilaksanakan dengan tahapan Seleksi dan Assesmen, bimbingan sosial melalui bimbingan motivasi kerja, kelompok, integrase sosial dan lain-lain agar mampu mengkuti dan sebagai penunjang kegiatan pelatihan di LBK,

Bimbingan ketereampilan yakni proses pemberian jenis keterampilan sesuai dengan minat bakat dan kemampuan keterampilan bagi penyandang disabilitas, artinya disini Pemerintah melalui Dinas Sosia Jawa Timur mencoba untuk memfasilitasi atau memberikan wadah bagi penyandnag disabilitas untuk merkembang dan lebih mandiri, terkhusus dalam aspek keterampilan dan kemauan kerja/usaha bagi penyandang disabilitas.

Jenis-jenis bimbingan keterampilan kerja yang diberikan meliputi antara lain : pembekalan, pertukangan, penjahitan, tata boga, salon dan tata rias, membeleur dan atau design grafis.

Bimbingan Kewirausahaan yang meliputi perencanaan usaha/kerja, produksi barang/jasa, promosi dan pemasaran, pengelolaan hasil usaha/kerja, serta bimbingan lanjut sebagai proses pemantapan dan pengembangan penyandang disabilitas yang telah mengikuti Pelatihan Belajar Kerja (PBK) agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosialnya dan mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan di masyarakat.

Tabel 5. Dampak penerima program Loka Bina Karya

No Sebelum Sesudah

1. Disabilitas belum atau tidak memiliki basic keterampilan

Disabilitas secara bertahap sudah memiliki perkembangan mengenai keterampilan yang di asah

2. Disabilitas minim dalam aspek pengalaman kerja

Mereka mendapatkan wawasan dan

pembelajaran mengenai fungsi sosialnya dalam mewujudkan kesamaan kesempatan melalui Pelatihan Belajar Kerja (PBK)

Sumber : Dikelola Penulis

Program kegiatan Pelatihan dalam Loka Bina Karya (LBK) dilaksanakan di dua (2) Kabupaten/Kota dengan menargetkan 30 orang, adapun anggaran yang di sediakan untuk program kegiatan ini sebesar 119.150.000,-.

Program Pemantapan Kader Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Berbasis Masyarakat (RSPDBM)

Rehabilitasi sendiri bisa dimaknai sebagai rangkaingan pemulihan kembali. Adapun arti lain rehabilitasi yakni pengembalian suatu keadaan agar bisa berfungsi seperti semula (baik). Ketika dikaitkan dengan disabilitas , maka artinya, usaha untuk memulihkan fungsi daripada orang yang terdampak gangguan atau hambatan, baik itu secara mental, fisik, sosial, dan bahkan ekonomi. Sehingga diharapkan dapat berfungsi seperti semula (baik). Berbicara mengenai rehabilitasi itu merupakan hal yang sangat luas dan dapat dilakukan ketika mereka mengalami kelainan sejak masa kanak-kanak atau nbahkan sejak ia lahir (Effendi et al., 2019).

Beberbicara mengenai dasar atau hakikat daripada rehabilitasi, maka kita akan diperkenalkan dengan beberapa pendekatan atau pendampingan, baik itu yang sifatnya berkala maupun total, yang sifatnya menyeluruh dengan maksud untuk membentuk yang utuh dalam segala aspek, baik itu mental, fisik, emosional, dan bahkan dalam ranah sosial masyarakatnya,

(17)

JURNAL PUBLIC POLICY -VOL. XX NO. XX (2020) XXX-XXX

First Author https://doi.org/10.35308/xxxxx

8

yang bertujuan agar ia dapat mengerti kondisi sosialnya dan lebih bisa berguna.

Pemantapan Kader Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Berbasis Masyarakat (RSPDBM) merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara yang utuh dan tersistem oleh berbagai unsur masyarakat, dengan tujuan meningkatkan memampuan penyandang disabilitas agar mandiri sesuai dengan 23 kriteria kemandirian. Kegiatan RSPDBM ini dilaksanakan di 3 (tiga) wilayah Kabupaten/Kota dengan tahapan kegiatan perencanaan, pembekalan para kader RBM, koordinasi dan tindak lanjut.

Dalam pengonsolidasian penyandang disabilitas, memang diperlukan pengedukasian kepada masyarakat mengenai masalah disabilitas. Adanya rehabilitasi sosial yang yang bertumpu pada masyarakat (RSPDBM) mengupayakan edukasi dan tranformasi mengenai masalah-masalah dan berbagai metode penanganan yang idealnya dilakukan untuk kaum disabilitas. Sehungga besar harapan konstruk, sikap, serta tindakan masyarakat bisa berubah, dan menerima disabilitas sebagai bagian dari mereka.

Memang berangkat dari pernyataan diatas, pemerintah mempunyai harapan besar atas peran masyarakat dalam keterlibatannnya dalam rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, karena memang pemerintah beranggapan ini langkah yang tepat dilihat dari segi ke efektifitasannya, karena pemerintahh melihat peran masyarakat sangatlah sentral dalam lingkungan si disabilitas, terlebih dari pihak keluarganya sendiri, yang memang dipandang tau situasi dan kondisi baik lingkungan maupun kondisi si penyandang disabilitas ini.

Dan juga memang lebih kepada aspek pendidikan, artiannya ada sisi edukasi untuk masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasinya, terlebih juga untuk merangsang berbagai lapisan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat dituntut peka kan kondisi yang ada dalam lingkungan sekitarnya, dan merangsang masyarakat agar dapat melakukan tindakan penanganan yang tepat.

Adapun peran dan tugas daripada kader RBM adalah, pertama melalukan pendataan serta memetakan masalah bagi yang memerlukan penanganan rehabilitasi; kedua penyeleksian dan pemantapan pendampingan; ketiga sosialisasi dan bimbingan kepada masyarakat dan keluarga disabilitas; ke empat pemberian layanan konsultasi terkait segala aspek yang terkait persoalan disabilitas; ke lima melakukan rujukan; ke enam pemberian perlindungan atau advokasi hukum terhadap disabilitas yang terlibat masalah; ke tujuh pengadaan sarasehan dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat yang dianggap mempunyai bargain seperti halnya tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, pengusaha dan lain sebagainya (Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial, 2019b).

Kalau kita lihat secara tugas dan fungsi Kader RBM hampir sama dengan tugas fungsi dan peran dari Bidang Rehabilitasi Sosial, namun ini penjalanannya lebih kepada masyarakatlah yang berperan dalam merehabilitasi penyandang disabilitas, melalui penyuluhan yang diberikan oleh Kader RBM. Bisa dikatakan kader RBM adalah Lembaga Semi Otonom (LSO) dari Bidang Rehabilitasi Sosial yang bertugas

membantu sebagian tugas pokok Bidang Rehabilitasi Sosial Seksi Penyandang Disabilitas.

Bagan 2. Tahapan Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Berbasis Masyarakat

Sumber : dikelola penulis

Dalam pemetaan masalah penyandang disabilitas, Dinas Sosial Povinsi Jawa Timur melalui Bidang REHSOS Seksi Penyandang Disabilitas menggunakan data umum yang biasanya dialami oleh si penyandang disabilitas, seperti halnya kurangnya percaya diri, maupun pengaruh lingkungan sosialnya yang mana masalah-masalah itu coba ditabulasikan dan membentuk semacam Lembaga Semi Otonom yang dinamakan Kader Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) yang mana kader-kadernya berasal dari masyarakat umum, ada yang dari latar belakang guru sekolah luar biasa, kelurga penyandang, bahkan mahasiswa, maksud dari seleksi diatas lebih kepada kesiapan setelah diberitahukan tugas dan fungsinya, terlebih mereka adalah pekerja sosial yang memang tidak mendapatkan gaji.

Dalam layanan konsultasi sasarannya memang kepada kelompok-kelompok disabilitas maupun keluarga disabilitas, bila ada yang mereka butuhkan atau sebuah problem yang mereka hadapi RBM lah yang menjadi pendamping setia, RBM menjembatani disabilitas yang mempunyai keterampilan untuk bekerja di perusahaan semisal dengan ketentuan dan syarat-syarat yang di tentukan pastinya.

Setelah kader RBM sudah ada dan terbentuk lalu tahapan selanjutnya adalah pemberian penyuluhan dan bimbingan kepada para penyandang disabilitas dan keluarga penyandang disabilitas dengan maksud agar si penyandang ini tidak inferior dan keluarga disabilitas juga diharapkan bisa menjadi supporting system mereka.

Lalu ada pemberian perlindungan dan advokasi, dalam artian jika ada penyandang disabilitas yang ber-urusan

Pemetaan masalah penyandang

disabilitas

Menyeleksi dan memantapkan pendampingan

Memberikan penyuluhan dan

bimbingan

Memberikan perlindungan dan advokasi terhadap penyandang

disabilitas Melakukan

Rujukan Memberikan

layanan konsultasi

Melakukan pertemuan- pertemuan diskusi dan konsultasi dengan para

pendamping

Mengadakan sarasehan dengan

komponen masyarakat yang

berpengaruh

Melakukan evaluasi kritis

secara menyeluruh .

Membuat pencatatan dan

laporan.

(18)

https://doi.org/10.35308/xxxxx First Author 9 dengan hukum atau terjerat permasalahan, kader RBM siap

turun untuk mendampingi atau memfasilitasi apa yang dibutuhkan.

Melakukan rujukan, maksudnya kader RBM ini semisal menemukan kasus, seperti halnya anak butuh dirujuk ke rumah sakit, RBM memberikan rujukan melalui dinas sosial kabupaten ke dinas sosial Provinsi, intinya RBM ini menjembatani atau sebagai penyambung lidah.

Dalam pertemuan dan diskusi ini lebih kepada Seksi Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Kader RBM, hal ini dilakukan sebagai wujud monitoring dari pihak Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, jadi memang di jadwalkan setiap satu bulan sekali ataupun pertemuan yang sifatnya kondisional, bertujuan untuk sharing-sharing serta berdiskusi terkait progress penjalanan rehabilitasi, dalam aspek apapun yang menjadi bahan atau titik pendiskusiannya. Lalu ada Sarasehan, secara pembahasan hampir sama dengan tahapan sebelumnya, hanya saja ini lingkupnya lebih besar dan luas, pembahasannya juga lebih kompleks karena memang ada keterlibatan pihak-pihak terkait, sepertihalnya tokoh masyarakat, aparat pemerintah, para pengusaha dll, hal itu bertujuan untuk mengikis stigma negatif terhadap oara penyandang disabiilitas bahwa dia bukan hanya bisa bergantung, tapia da nilai lebih atau keahlian juga layaknya orang normal pada umumnya.

Di akhir tahun ada yang namanya forum evaluasi yang dalam pembahasnnnya evaluasi keseluruhan kinerja yang telah di lakukan atau yang telah di lakukan selama awal hingga akhir, jadi progress apa yang sudah di hasilkan juga masuk kedalam pemmbahasan, dengan tujuan ada gambaran buat langkah kedepannya seperti apa nantinya yang akan dilakukan

Tahapan-tahapan di atas pemerintah tak begitu saja melepaskan hal-hal tersebut pada kader RBM, dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kader RBM, pihak dinas selalu melakukan pendampingan, hasil wawancara dengan Bapak Rony selaku pendamping lapangan, mengungkapkan bahwasannya :

“ kami selaku pembuat program selalu melakukan komunikasi kepada kader RBM, baik dalam aspek pendampingan lapangan maupun komunikasi dalam bentuk penyelesaian permasalahan, alur komunikasi selalu terjaga meskipun seandainya kami berhalangan monitoring secara langsug tapi dalam pendampingan insyaallah selalu terjalin dalam komunikasi”. (06 Agustus 2019)

Dapat kita lihat dari hasil wawancara di atas bahwasannya, pihak dinas selaku pembuat program, dan kader RBM selaku Lembaga Semi Otonom selalu melakukan komunikasi, kontrol ataupun pendampinngan dari pihak Dinas dalam bentuk apapun. Baik dalam aspek komunikasi ataupun dalam aspek turun secara lanngsung ke lapangan.

Tabel 6. Dampak penerima program Pemantapan Kader Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Berbasis

Masyarakat (RSPDBM)

No Sebelum Sesudah

1. Program dan penanganan yang dibuat pemerintah tidak begitu efekti, baik

Ter-arahnya program dan sasaran yang di konsep oleh pemerintah, karena

dalam bentik program yang di buat maupun sasaran yang menjadi target

melibatkan masyarakat dalam aktualisasi kebijakan dan penerapan program

2. Tanggung jawab rehabilitasi hanya di pikul oleh pemerintah (DISOS Provinsi JATIM)

Tersadarnya masyarakat akan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses penjalanan program yang dibuat oleh pemerintah.

3. Disabilitas kurang terjamah karena arus informasi ke pemerintah yang minim

Sejak adanya kader RSPDBM apapun kondisi yang dialami oleh disabilitas selalu terkomunikasikan langsung ke pemerintah provinsi, karena kader RSPDBM juga menjadi penyambung lidah bagi pemerintah

Sumber : Dikelola Penulis

Program kegiatan RSPDBM ini dilaksanakan di tiga (3) Kabupaten/Kota (Kab. Bojonegoro, Kab. Mojokerto, Kota Kediri) dengan menargetkan 30 orang dan dengan total anggaran 20.700.000,-.

KESIMPULAN

Secara umum problem yang di alami oleh para penyandang disabilitas sangat kompleks dalam segala aspek, baik itu dari internal dirinya maupun dari eksternalnya, seperti halnya dari keluarga, lingkungannya, maupun masyarakat umum terlebih dalam aspek stigma negatif yang tidak bisa dipungkiri itu masih berjalan sampai detik ini.

Dalam menjawab berbagai problem yang sangat kompleks itu Pemerintah melalui Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Bidang Rehabilitasi Sosial, Seksi Disabilitas berupaya menjawab problem yang dialami para penyandnag disabilitas, khususnya dalam hal pemenuhan aksesibilitas penyandang disabilitas melalui rehabilitasi sosial yang di ejawantahkan melalui beberapa program kerja dan kebijakan kerja.

Secara umum beberapa program itu memang sangat membantu dan sangat memberi dampak yang cukup bagus bagi para penyandang disabilitas, namun ada beberapa hal yang menjadikan program yang berdampak pada ke-efektifan program-program yang diterapkan, seperti halnya tidak meratanya program-program itu di berbagai wilayah baik itu Kabupaten atau Kota di Jawa Timur, karena hanya beberapa daerah yang menjadi sasaran, belum lagi berbicara mengenai jumlah yang ditargetkan, bagi saya itu masih jauh dari aspek kuantitas jumlah penyandang disabilitas di daerah tersebut.

Adapun hal lain yang menjadi garis bawah adalah aspek follow-up paska penjalanan program yang kurang termonitoring oleh si penyelenggara.

REFERENSI

ANDRIANI VIANTO, B., & FARID MARUF, M. (2018).

Upaya Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penyediaan Pedestrian Yang Layak Bagi Penyandang Disabilitas Di Kota Surabaya. Publika,

(19)

JURNAL PUBLIC POLICY -VOL. XX NO. XX (2020) XXX-XXX

First Author https://doi.org/10.35308/xxxxx

10

6(5), 1–6.

Autoridad Nacional del Servicio Civil. (2021).

PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS NETRA.

Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 1, 2013–2015.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. (2018). penyandang disabilitas.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. (2019). Jumlah Penyandang Disabilitas Jawa Timur.

Cianjur, C. K., & Agustin, D. F. (2021). MODEL PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DISABILITAS CIANJUR ( KDC ) MELALUI PROGRAM

KETERAMPILAN MEMBATIK DALAM

MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA ( STUDI DESKRIPTIF DI DESA NAGRAK KECAMATAN SKRIPSI 2021 M / 1442 H.

Creswell, J. W. (2016). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. In Health Promotion Practice (Vol. 16, Issue 4).

https://doi.org/10.1177/1524839915580941

Effendi, L., Apsari, N. C., & Raharjo, S. T. (2019). Proses Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Disabilitas Netra Di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Penganthi Temanggung Jawa Tengah. Share : Social Work

Journal, 8(2), 170.

https://doi.org/10.24198/share.v8i2.19606

Itasari, E. R. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Penyandang Disabilitas Di Kalimantan Barat.

Journal.Unnes.Ac.Id, 32(1), 70–82.

Kurniawan, R. C. (n.d.). Etika politik & pemerintahan.

Kwan, P., Hardianto, W. T., & Setiawan, D. (2013).

Upaya Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2(2), 25.

MUZAKI, A. (2015). Pengembangan Program Rehabilitasi Sosial Sebagai Upaya Peningkatan Kesempatan Kerja Penyandang Disabilitas di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. vol 4, no.

Nasir, S. A., & Jayadi, A. (2021). Penerapan Hak Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam di Kota Makassar. Shautuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa …, 6, 186–199.

Ndaumanu, F. (2020). Hak Penyandang Disabilitas:

Antara Tanggung Jawab dan Pelaksanaan oleh Pemerintah Daerah. Jurnal HAM, 11(1), 131.

https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.131-150 Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016a).

Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 2016, Pasal 53 (ayat 1-2).

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016b).

Undang-Undang Republik Indonesia No 8 Tahun 2016.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016c).

UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 18 (ayat 2).

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2016d).

UU Republik Indonesia No. 8 Tahun 2016 Bab 1 (KETENTUAN UMUM) pasal 1 ayat 2.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2019a).

Aplikasi Penyandang Disabilitas.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2019b).

Petunjuk Operasional Kerja (POK).

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Dinas Sosial. (2019c).

Renstra Tahun 2019 - 2024.

PermenPU30-2006%20(2).pdf. (2006). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Tahun 2006.

Ruaida Murni, M. A. (2015). REHABILITASI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS MENTAL MELALUI UNIT INFORMASI DAN LAYANAN SOSIAL RUMAH KITA.

https://doi.org/https://doi.org/10.33007/inf.v1i3.170 Sca, M. (2013). PERANAN PEMERINTAH DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PEREMPUAN PENYANDANG DISABILITAS KORBAN KEKERASAN. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Thohari, S. (2017). Pandangan disabilitas dan aksesibilitas fasilitas publik bagi penyandang disabilitas di kota Malang.

Gambar

Tabel 2. Kegiatan Kampanye Sosial dalam Pemenuhan Hak- Hak-hak Penyandang Disabilitas
Tabel 4. Dampak penerima program UPSK
Tabel 6. Dampak penerima program Pemantapan Kader  Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Berbasis

Referensi

Dokumen terkait

Pengerjaan variasi soal kimia membutuhkan banyak latihan sehingga guru mengatasi masalah ini dengan menerapkan metode latihan (drill). Tulisan ini bertujuan memaparkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) lebih baik dibandingkan dengan

Retak yang terjadi akibat gaya geser dan bentuk dari retak ini akan membentuk sudut 45 o terhadap gaya yang bekerja pada komponen tersebut.. retak ini terjadi pada lokasi

Apabila ditemukan optik yang tidak sesuai dengan permenkes maka Dinas Kesehatan akan memberikan sanksi dengan mengacu Pasal 12 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Karangasem Nomor 316/ HK/ 2014

Tampilan aplikasi media pembelajaran menghafal surat-surat pilihan dalam Al-Quran berbasis Android ini sangat mudah dipahami oleh pengguna dan dibuat menggunakan Software Adobe Flash

(4)(a) Pada masing-masing kategori AQ, untuk AQ tinggi dan rendah, siswa yang dikenai model pembelajaran PBL, Jigsaw maupun STAD, ketiganya mempunyai pemahaman

Menurut Sudarsono (dalam Surya Admadja, 2009: 9) diversifikasi Produk merupakan suatu usaha penganekaragaman sifat dan fisik, baik yang dapat diraba/tidak dapat diraba (barang