25 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Tanggungjawab Pidana.
1. Pengertian Tanggungjawab Pidana 1. Tanggungjawab
Pengertian tanggungjawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan di mana wajib menanggung segala sesuatu sehingga kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatu yang menjadi akibat. Tanggungjawab menjadi kesadaran manusaia akan tingkah laku yang telah diperbuat yang disengaja maupun tidak. Tanggung jawab bisa menjadi perwujudan kesadaran dan kewajiban bagi manusia.1
Dalam bahasa asing pertanggungjawaban pidana disebut sebagai
“toerekenbaarheid”, “criminal responbility”, “criminal liability”. Bahwa pertanggungjawaban pidana ditujukan untuk menentukan apakah seseorang tersangka/terdakwa melakukan suatu tindakan yang menyebabkan suatu tindak pidana. Dalam hal ini apakah terdakwa akan dipidana atau dibebaskan. Jika ia dipidana, harus melakukan tindakan yang melawan hukum dan terdakwa mampu bertanggung jawab.
Kemampuan tersebut memperlihatkan kesalahan dari tindakan yang berbentuk kesengajaan atau kealpaan artinya tindakan tersebut tercela
1BeritaArtikelKompas.com, Arti Tanggung Jawab dan Ciri-cirinya, https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/16/141921369/arti-tanggung-jawab-dan-ciri- cirinya. .diakses pada tanggal 20 september 2021 pukul 08.00 WIB.
26 tertuduh menyadari tindakan yang dilakukan tersebut.2Berkaitan dengan kesalahan yang ada pada diri setiappelaku tersebut maka terdapat beberapa aspek yang harus dicapai dan ditentukan terlebih dahulu yaitu:3
a. Kemampuan untuk bertanggungjawab;
b. Hubungan, yakni kolerasi antara sisi kajiwaan pelaku dengan akibat yang dapat ditimbulkan(termasuk juga kelakuan yang tidak melawan hokum dalam kehidupan sehari-hari);
c. Dolus dan culpa, kesalahan termasuk ke dalam unsur subjektif dari tindak pidana. Hal tersebut merupakan salah satu akibat yang harus ditanggung dari pendapatnya yang menyatukan antara straafbaarfeit dengan kesalahan.
Moeljatno mengatakan, “orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau tidak melakukan perbuatan tindak pidana”.4 Berdasarkan pernyataan tersebut maka pertanggungjawaban pidana sendiri bergantung pada tindak pidana yang dilakukan. Pertanggungjawaban pidana terjadi karena sebelumnya terdapat seseorang yang melakukan perbuatan tindak pidana. Berdasarkan hal tersebut berarti tindakpidana sendiri merupakan faktor utama yang menentukan ada atau tidaknya pertanggungjawaban pidana. Akan tetapi, hal tersebut juga berlaku sebaliknya, dimana eksistensi sebuah tindak
2Roeslan Saleh, 1982, Pikiran-PikiranTentangPertanggungjawabanPidana.
GhaliaIndoensia, Jakarta, h. 250.
3Oemar Seno Adji. 1991. Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaban Pidana Dokter. Jakarta. Penerbit Erlangga. Hal. 34.
4Moeljatno. 1987. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta. Bina Aksara. Hal. 155
27 pidana juga tidak selalu bergantung kepada apakah memang ada orang- orang yang dalam kenyataannya telah melakukan tindak pidana tersebut.
Ada juga beberapa perbuatan yang termasuk ke dalamtindakpidanameskipuntidakadaorangyangdipertanggungjawabkankar ena telah melakukannya. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa tidak mungkin seseorang dipertanggungjawabkan secara pidana jika memang orang tersebuttidak melakukan tindakpidana.5
Pertanggungjawaban pidana merupakan hal yang dilakukan dengan berdasar atas asas hukum yang tidak tertulis ‘tiada pidana tanpa kesalahan’.Dalam Pasal 35 Rancangan KUHP menegaskan bahwa ‘tidak seorang pun dapat dipidana tanpa kesalahan’. Terkait dengan ‘tiada pidana’ disini dimaksudkan dengan ‘tiada pertanggungjawaban pidana’.
Mengingat bahwa pertanggungjawaban pidana sendiri tidak dapat terjadi apabila seseorang tidak melakukan tindak pidana maka asas diatas bukan hanya perlu dipahami terkait dengan ‘tiada pidana tanpa kesalahan’ akan tetapi juga harus diperhatikan terkait ‘tiada pertanggungjawaban pidana tanpa tindak pidana’. Sutorius menyatakan, “tiada pidana tanpa perbuatan tidak patut yang objektif, yang dapat dicelakan kepadapelakunya”.6
Menurut Dr. Tongat. S.H., M.Hum, agar dapat dikatakan seseorang memiliki “kemampuan bertanggungjawab” maka keadaan jiwa seseorang tersebut haruslah “Normal” baik itu berkaitan dengan fungsi ataupun
5Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006, Hal. 20
6Ibid.Hal. 22.
28 keadaanya. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan bertanggungjawab seseorang dapat dinilai pada dua aspek yaitu “fungsi” batin atau jiwanya “normal” dan “keadaan” batin atau jiwanya “normal”.7
2. Unsur-unsur pertanggungjawaban pidana Adapun unsur-unsur dari pertanggung jawaban a. Mampu bertanggungjawab
Menurut E. Y. Kanter dan S.R. Sianturi, unsur-unsur mampu
bertanggungjawab adalah:8
(1) Keadaan jiwanya:
- Tidak terganggu oleh penyakit yang bersifat berkala secara terus- menerus ataupunsementara;
- Tidak dalam kondisi cacat terkait pertumbuhan seperti contohnya gagu, idiot dansebagainya;
- Tidak memiliki gangguan seperti terehut, hypnotisme, amarah yang meluap, pengaruh bawah sadar / reflexe bewenging, melindur / slaapwandel, mengigau karena demam / kooris, nyidam, dan lain sebagainya. Dengan kata lain yang bersangkutan dalam keadaansadar.
(2) Kemampuan jiwanya:
- Dapat menginsyafi hakekat daritindakannya;
- Dapat menentukan kehendaknya atas tindakan tersebutdan
7Tongat. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif pembaharuan. UMM Press.
Malang. 2009. Hal 206
8Kanter dan Sianturi. “Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya”.Storia Grafika. Jakarta. 2002. Hal. 54
29 - Dapat mengetahui ketercelaan dari tindakantersebut.9
b. Unsur kesalahan
Kesalahan itu dianggap ada jika seseorang tersebut melakukan dengan sengaja (dolus) ataupun kelalaianya (culpa) yang menimbulkan suatu keadaan atau akibat yang melawan hukum atau dilarang oleh hukum dan diikuti kemampuan dengan kemampuan untuk bertanggung jawab.10
Moeljatno mengatakan bahwa syarat-syarat untuk adanya kesalahan harus memuat unsur :
1. Melakukan perbuatan pidana dimana perbuatan tersebut bersifat melawan hukum;
2. Di atas umur tertentu mampu bertanggungjawab;
3. Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan; dan
4. Tidak adanya alasan pemaaf.11
c. Kesengajaan (dolus) Kealpaan (Culpa) (1) Kesengajaan (dolus)
Menurut Memorie van Toelichting, “Kesengajaan itu adalah
‘menghendaki’ dan ‘mengetahui’ (willens en wetens)”. Pernyataan
9Amir Ilyas. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana, Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan. Yogyakarta. Rangkang Education.
Hal. 76.
10 Ibid, hal 77.
11 Chairul Huda, Op.Cit, Hlm. 65
30 tersebut memiliki maksud yakni seseorang yang melakukan perbuatan dengan sengaja harus tetap menghendaki (willens) apa yang diperbuatnya dan juga harus mengetahui (wetens) apa diperbuat beserta akibatnya.12 Berkaitan dengan kesengajaan, berikut terdapat beberapa teori yang dikemukakan yakni :
a. Teori “Kehendak”(Wilstheorie)
Menurut teori ini, seseorang dapat dikatakan sengaja dalam melakukan sesuatu apabila ia menghendaki perbuatan tersebut.
Dengan demikian maka seseorang dapat dinyatakan dengan “sengaja”
melakukan suatu perbuatan (pidana) apabila dalam diri seseorang tersebut terdapat “kehendak” untuk merealisasikan delik dalam rumusan undang-undang. Teori ini diikuti oleh beberapa ahli seperti Von Hippel, Simons dan Zevenbergen.13
b. Teori “Pengetahuan atau Membayangkan” (voorstelling-theorie) Berdasarkan teori ini maka “sengaja” berarti “membayangkan”
akan timbulnya suatu akibat dari perbuatannya. Dalam teori ini seseorang hanya dapat membayangkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan bayangan dari pikiran seseorang tersebut tidak akan menimbulkan akibat tertentu. Teori ini memfokuskan kepada apa yang diketahui atau dibayangkan oleh pelaku pada saat berbuat.14
12Chairul Huda, Op.Cit, Hlm. 65
13Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2006, Hal. 214-219
14Ibid.Hal 220
31 Seseorang melakukan perbuatan dengan “sengaja” ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk kesengajaan antara lain :
a. Kesengajaan sebagai bentuk maksud atau tujuan (opzet als oogmerk)
Jenis kesengajaan dengan maksud atau tujuan ini merupakan klasifikasi kesengajaan yang sederhana dan juga termasuk ke dalam bentuk kesalahan yang paling berat. Hal tersebut dikarenakan apabila seseorang melakukan kesengajaan dengan ber “maksud” untuk melakukan perbuatan tersebut berarti orang tersebut menghendaki perbuatan tersebut terjadi.15 b. Kesengajaan dengan tujuan yang pasti atau merupakankeharusan.
Jenis kesengajaan ini akan terjadi jika seseorang tersebut menghendaki perbuatan yang akan ia lakukan akan menimbulkan akibat tertentu, namun di sisi lain pelaku juga menyadari atau insyaf bahwa apabila ia melakukan hal tersebut maka akan ada akibat yang akan terjadi. Dalam hal ini meskipun pelaku menyadari terkait “kepastian” akibat yang akan terjadi di dalam pikiran pelaku, akan tetapi hal itu tidak menghalangi pelaku untuk melakukan perbuatannya.16
c. Kesengajaan dengan sadar akan kemungkinan atau kesengajaan dengan syarat (voorwardelijk opzet) atau dolus eventualis.
15 Ibid.
16Ibid.
32 Jenis kesengajaan ini akan terjadi jika seseorang tersebut menghendaki perbuatan yang akan ia lakukan akan menimbulkan akibat tertentu, namun di sisi lain pelaku juga menyadari atau insyaf bahwa apabila ia melakukan hal tersebut maka akan ada akibat yang akan terjadi. Dalam hal ini meskipun pelaku menyadari terkait “kemungkinan” akibat yang akan terjadi di dalam pikiran pelaku, akan tetapi hal itu tidak menghalangi pelaku untuk melakukan perbuatannya.17
(2) Kealpaan (Culpa)
Definisi dari kealpaan banyak sekali pengertian-pengertian yang dijabarkan, seperti hal nya terkait pengertiannya berikut.
Menurut Ilmu Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Kealpaan yaitu “kurang mengambil tindakan pencegahan atau kurang berhati- hati”. Terdiri dari kealpaan tidak disadari (onbewuste schuld) dan kealpaan disadari (bewusteschuld).
Menurut Memorie van Toelichting, “Kealpaan itu adalah perbuatan dimana dalam pandangan satu pihak merupakan kebalikan yang sesungguhnya dari kesengajaan, dan berdasarkan pandangan dilain pihak merupakan kebalikan dari suatu kebetulan”.18
17Ibid.
18Dikutip dari jurnal ilmiah Seva Maya Sari , Delik Culpa dalam Kajian Fiqh Jinayah (Analisis terhadap Pasal 359 KUHP tentang Kealpaan yang Mengakibatkan Matinya Orang), TAZKIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman, Web: jurnal.iain- padangsidimpuan.ac.id/index.php/TZ/ Vol. 06 No. 2 Desember 2020
33 d. Tidak adanya alasan yang digunakan untuk pemaaf
Pertanggungjawaban pidana terjadi apabila seseorang melakukan perbuatan yang masuk dalam kategori tindak pidana.
Berdasarkan tindak pidana yang dilakukan orang tersebut maka dia harus memperolah konsekuensinya dengan cara mempertanggungjawabkan secara pidana. Dan apabila orang tersebut dituntut bertanggungjawab secara pidana maka perbuatan tersebut sudah tidak bias dimaafkan dan tidak ada alasan yang digunakan untuk orang tersebut sebagai pemaaf. Oleh karena itu, dengan alasan inilah seseorang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana karena perbuatanya.
B. Tinjauan tentang Pengertian dan Pelanggaran Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas dan Pelanggaran Lalu Lintas
1. Lalu Lintas
Pengertian lalu lintas diatur dalam Pasal 1 angka 2 UULLAJ yang berbunyi bahwa “Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan”.19 Pengertian lalu lintas juga telah diartikan oleh beberapa ahli atau pakar hukum yakni sebagai berikut :
Menurut W.J.S. Poerwodarminto lalu lintas adalah Perjalanan yang dilalui dengan bolak-balik.Perihal perjalanan yang dilakukan di jalan dan
19 Pasal1angka2Undang-UndangNomor22Tahun2009TentangLaluLintasdanAngkutanJalan.
34 sebagainya.Suatu hal yang menghubungkan antara sebuah tempat dengan jalan pelayaran, angkutan udara, darat, dan sebagainya.20
Lalu lintas itu merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Hal tersebut dikarenakan tanpa adanya aktifitas lalu lintas, maka komunikasi antara satu tempat dengan yang lainnya dapat terjalin. Untuk mendukung berjalannya sistem transportasi yang aman maka perlu adanya hal-hal yang dapat mendorong terwujudnya sarana.
Jalan yang memadai. Sistem lalu lintas yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tersendiri dimana berarti sangat baik apabila terdapat perkembangan dan pemanfaatan yang benar-benar direalisasikan sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah- wilayah daratan dengan mobilitas tinggi dan mampu menyatukan modal transportasi lain. Dalam mewujudkan pengembangan lalu lintas yang dikelola dalam satu sistem, maka perlu dilakukan pengintegrasian dan pendominasian beberapa unsur yang terdiri dari jaringan transportasi yang berupa jalan, kendaraan sekaligus dengan pengemudinya, peraturan-peraturan dan metode yang lainnya agar terwujud suatu totalitas yang utuh dan berdayaguna dan berhasil.
Lalu lintas yang memiliki kualitas dan karakteristik tersendiri harus dikembangkan dan didayagunakan dengan baik sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah yang ada di Negara ini dari sisi daratannya.
20W.J.S Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Balai Pustaka, Hal.
555.
35 Berkaitan dengan sistem lalu lintas jalan, maka hal utama yang menjadi pendorong terjadinya kelancaran transportasi tersebut adalah faktor dari keadaan jalan itu sendiri. Jalan merupakan sarana penting untuk menghubungkan daerah satu dengan yang lainnya agar seluruh kegiatan manusia dapat berjalan dengan baik. Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan, Jalan sendiri mempunyai peranan yang penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan hukum, serta dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.21
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat jika jalan sangat mempengaruhi mobilitas masyarakat dalam segi apapun.
2. Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas sendiri merupakan sesuatu hal yang dilakukan oleh seseorang dimana hal tersebut merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam istilahnya, pelanggaran lalu lintas ini seringkali disebut sebagai tilang.
Pada umumnya, pelanggaran lalu lintas berupa tilang adalah perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal 68 Jo. Pasal 77 UU Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimana pasal tersebut berkaitan dengan kelengkapan surat kendaraan SIM dan STNK, dan lain-lain.
Pelanggar lalu lintas merupakan pihak yang melakukan pelanggaran lalu lintas sebagaimana dicantumkan dalam peraturan lalu
21Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan
36 lintas yaitu UU Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pelanggar lalu lintas tersebut adalah pengemudi transportasi darat yang melanggar rambu-rambu atau ketentuan yang telah ditentukan guna menjamin keselamatan seluruh pengguna jalan. Peran pengemudi dalam menjamin kegiatan transportasi yang aman sangatlah besar. Apabila setiap pengemudi mentaati peraturan dan ketentuan dengan benar maka tingkat kecelakaan yang terjadi pasti akan sedikit dan berkurang setiap tahunnya.
3. Jenis-jenis Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas merupakan sesuatu hal yang dilakukan dimana perbuatan tersebut menyimpang terhadap peraturan perundang- undangan lalu lintas yang telah diatur. Banyak sekali jenis-jenis pelanggaran lalu lintas dimana pelanggaran tersebut dapat menimbulkan kecelakaan dimana pelanggaran tersebut dapat dibagi menjadi 3 kategori yakni sebagai berikut:
a. Pelanggaran Lalu Lintas Ringan
Pelanggaran terhadap Rambu-Rambu Lalu Lintas. Rambu lalu lintas merupakan aturan yang berlaku bagi seluruh pengguna jalan baik pejalan kaki hingga pengemudi kendaraan. Rambu- rambu tersebut digunakan untuk menciptakan keteraturan di dalam masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga bermanfaat untu mengurangi atau mencegah adanya kecelakaan lalu lintas. Rambu lalu lintas adalah bagian dari peringatan yang ada di jalan berbentuk lambang, angka, huruf, kalimat atau perpaduan diantara
37 bagian diatas dimana rambu ini berisikan tentang peringatan, himbauan, perintah, larangan maupun petunjuk bagi siapapun pengguna jalan yang ada.
Keselamatan pengguna jalan sangatlah diperhatikan oleh peraturan perundang-undangan dikarenakan hal tersebut merupakan salah satu hak setiap manusia yang harus dijamin.
Terkait dengan keselamatan maupun ketertiban lalu lintas maka setiap jalan wajib memiliki rambu-rambu, marka jalan, alat pengaman untuk pemakai jalan, fasilitas penunjang untukkegiatan berlalu-lintas dan angkutan jalan baik yang berada di dalam atau luar jalan. Rambu-rambu lalu lintas terdiri dari 4 (empat) golongan, yaitu: (a) rambu peringatan; (b) rambu larangan; (c) rambu perintah; dan (d) rambu petunjuk.
Pelanggaran terhadap lalu lintas ini menjadi penyebab kecelakaan yang paling utama. Bentuk rambu lalu lintas berupa peringatan dimana biasanya berwarna kuning dan berbentuk belah ketupat merupakan rambu peringatan yang dipasang karena sering terjadi kecelakaan di wilayah tersebut. Pelanggaran rambu lalu lintas ini dapat terjadi seperti contohnya apabila terdapat seorang pengemudi yang tidak memperhatikan rambu peringatan berupa batas maksimum kecepatan yang harus dijalani oleh setiap pengemudi di suatu wilayah dimana wilayah tersebut tergolong ke
38 dalam wilayah yang padat penduduk dan banyak anak kecil bermain-main.
b. Pelanggaran terhadap Marka Jalan
Marka jalan merupakan tanda yang biasanya terdapat di dalam sekaligus menyatu dengan jalan. Marka jalan ini berfungsi sebagai pengatur lalu lintas bagi para pengguna jalan. Dalam Pasal 1 angka 18 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas.22 Pelanggaran yang dapat terjadi pada marka jalan adalah apabila pengemudi kendaraan berpindah jalur lintas pada saat terdapat garis utuh dan tidak putus-putus di tengah jalan dimana rambu tersebut memberi peringatan untuk tidak mendahului kendaraan di depannya dengan cara berpindah lajur.
c. Pelanggaran terhadap Alat Acuan Isyarat Lalu Lintas
Alat acuan isyarat dalam lalu lintas adalah salah satu bagian dari alat penunjang yang sangat dibutuhkan dalam aktivitas lalu lintas dikarenakan alat ini juga berfungsi sebagai pengatur keteraturan kendaraan dalam berlalu-lintas di jalan raya. Alat yang
22Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
39 digunakan sebagai pemberi isyarat dalam lalu lintas adalah lampu lalu lintas. Alat ini merupakan acuan utama dalam aktivitas di jalan raya dikarenakan apabila lampu lalu lintas tidak ada maka akan terjadi kekacauan pada jalan raya. Tingkat atau faktor utama kecelakaan biasanya terjadi dikarenakan para pengemudi tidak mematuhi atau mengikuti lampu lalu lintas yang sedang berjalan.
Lampu lalu lintas terletak di perempatan jalan dimana wilayah tersebut merupakan wilayah yang rawan akan terjadinya kecelakaan. Lampu lalu lintas terdiri atas tiga warna dimana tiga warna tersebut dipergunakan untuk mengatur kendaraan yang sedang melintasi jalan raya dan dua warna tambahan yang digunakan untuk mengatur pejalan kaki.
d. Pelanggaran Lalu Lintas SedangMengemudi kendaraan tanpa dilengkapi dengan Surat Izin Mengemudi (SIM)
Surat Izin Mengemudi atau SIM merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap pengendara kendaraan bermotor roda 2, roda 4, maupun lebih. Hal tersebut dikarenakan SIM merupakan identitas bahwa pengemudi tersebut telah layak untuk mengemudikan kendarannya. Menurut Pasal 77 ayat (1) UULLAJ yang menyebutkan bahwa : “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin
40 Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.”23
Setiap pengendara yang tidak memiliki SIM dan mengendarai kendaraannya di jalan raya akan mendapatkan hukuman atau sanksi sebagaimana yang sudah diatur dalam Pasal 281 UULLAJ yang berbunyi : “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). ” Selain itu apabila pada saat pihak Kepolisian meminta pengemudi untuk menunjukkan SIM nya dan ternyata pengemudi tersebut tidak dapat menunjukkan surat tersebut maka perbuatan itu termasuk kedalam ketentuan Pasal 288 ayat (2) UULLAJ yang berbunyi : “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)”.
e. Mengemudi tanpa memiliki atau membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)
23Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
41 Surat Tanda Nomor Kendaraan atau STNK merupakan surat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang memiliki kendaraan.
Hal tersebut dikarenakan STNK merupakan penanda bahwa kendaraan tersebut merupakan milik dari pengemudi atau yang bersangkutan. Ketentuan yang mengatur terkait dengan STNK adalah Pasal 288 (1) UULLAJ yang berbunyi : “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a UULLAJ 2009 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).”24
f. Lalu Lintas Berat
Pelanggaran lalu lintas berat termasuk ke dalam kategori Pasal 308 UULLAJ yang berbunyi : “Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang:Tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf a;tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana
24 Pasal 288 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
42 dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b;tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c;
ataumenyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173.25
Selain dari peraturan yang mnyatakan bahwa itu lalu intas berat, ada juga yang termasuk peraturan penggunaan Sabuk Keselamatan Dalam Undang-undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dalam pasal 106 ayat 6 tertulis, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih di jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.Bagi pengemudi yang tidak menjalankan peraturan ini, siap-siap menerima sanksi pidana. Seperti disebutkan pada pasal 289 di undang-undang yang sama, jika tidak mengenakan sabuk keselamatan dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama (1) satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000.26
g. Manfaat selalu menggunakan sabuk keselamatan saat berkendara:
1. Menjaga Keselamatan Pengemudi
Manfaat pertama dari sabuk keselamatan ialah menjaga keselamatan pengemudi selama berkendara. Sabuk keselamatan
25Pasal 308 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
26Pasal 289 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
43 memiliki manfaat untuk menjaga tubuh tidak terhempas ke depan jika terjadi kecelakaan.
2. Menjaga focus ketikta berkendara
Menjaga fokus dan posisi duduk menjadi salah satu alasan sabuk pengaman harus selalu digunakan. Posisi duduk seperti ini juga dapat menjaga kondisi tubuh selalu optimal selama perjalanan.
3. Terhindar dari Pelanggaran Undang-undang Lalu Lintas
Dengan menggunakan sabuk keselamatan, pengemudi sudah mematuhi peraturan yang berlaku. Sesuai Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 106 ayat 6, setiap orang yang mengemudikan kendaraan beroda empat atau lebih di jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.27 Apabila melakukan pelanggaran, pengemudi bisa dipidana dengan kurungan satu bulan atau denda maksimal Rp 250.000 jika masih tidak menggunakan sabuk keselamatan.
C. Tinjauan tentang Pengertian dan Fungsi Kendaraan Bermotor (Mobil) 1. Pengertian dan fungsi tentang kendaraan bermotor (Mobil)
Mobil adalah alat transportasi darat yang berfungsi membawa barang, manusia atau yang lainya agar lebih cepat sampai tujuan dan memudahkan pekerjaan manusia. Mobil digerakan oleh mesin, yang dikendarai oleh manusia serta menggunakan mesin pembakaran dalam
27 Pasal 106 ayat (6) Undang-undang no 22 TAhun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
44 menggunakan bahan bakar minyak yaitu bensin atau solar untuk melakukan proses kerja mesinya.
2. Jenis-jenis Mobil dan Fungsinya
- Mobil jenis pickup dan truck, berfungsi untuk pengangkutan barang
- Mobil pribadi, berfungsi untuk kegiatan sehari hari
- Angkutan umum, berfungsi sebagai alat transportasi masal, khususnya untuk manusia
- Mobil sport, berfungsi untuk kegiatan olahraga yaitu off road, racing dll
- SUV (Sport Utility Vihicle) mobil sport yang digunakan untuk sehari-hari. Contohnya Range Rover dll (termasuk dalam mobil pribadi).
3. Pengertian Tentang Pengemudi dan Penumpang
Pengemudi atau biasanya yang disebut dalam Bahasa Asing driver adalah orang yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor seperti pada bendi atau dokar disebut juga sebagai kusir pengemudi becak sebagai tukang becak.
Pengemudi mobil disebut juga sebagai sopir, sedangkan pengemudi sepeda motor disebut juga sebagai pengendara. Di dalam mengemudikan kendaraan seorang pengemudi diwajibkan untuk
45 mengikuti tata cara berlalu lintas. Seorang yang telah mengikuti ujian dan lulus ujian teori dan praktik mengemudi akan dikeluarkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Pelaksana penerbitan surat izin mengemudi kendaraan bermotor di Indonesia adalah satuan lalu lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia Di Amerika Serikat dan berbagai negara di dunia ini diterbitkan oleh Department of Transportation atau Department for Transport (Inggris). Khusus untuk SIM International diterbitkan oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI).28
Pengertian penumpang menurut (wikipedia) adalah seseorang yang hanya menumpang, baik itu pesawat, kereta api, bus, maupun jenis transportasi lainnya, tetapi tidak termasuk awak mengoperasikan dan melayani wahana tersebut.
Penumpang bisa dikelompokkan dalam dua kelompok:
- Penumpang yang naik suatu mobil tanpa membayar, apakah dikemudikan oleh pengemudi atau anggota keluarga.
- Penumpang umum adalah penumpang yang ikut dalam perjalanan dalam suatu wahana dengan membayar, wahana bisa berupa taxi, bus, kereta api, kapal ataupun pesawat terbang.
D. TinjauanUmumTentangSaranaKeselamatanBerlaluLintas 1. PengertianSaranaKeselamatan
Pengertiansecaraumummengenaisaranakeselamatanberlalulintas bahwa telah diatur di dalam pasal 1 ayat (2) dalam PeraturanPemerintah
28Diakses Pendengertian Pengemudi https://id.wikipedia.org/wiki/Pengemudi diakses pada tanggal 20 September 2021 puku 09.00 WIB
46 Nomor 37 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Lalu Lintas DanAngkutanJalanyangberbunyisebagai berikut :
(1) KeselamatanLaluLintasdanAngkutanJalanyangselanjutnyadisi ngkatKLLAJadalahsuatukeadaanterhindarnyasetiaporangdarir esiko kecelakaanselamaberlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan,jalan,dan/ataulingungan.29
Kemudian pengaturan atau mekanisme mengenai tentang saranakeselamatandalamberlalulintastermuatdalamPeraturanPemerintahNo mor 37 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Lalu Lintas dan AngkutanJalanmisalnyamelaksanakanpembangunanjalansesuaidenganpers yaratankeselamatan,melaksanakanmanajemendanrekayasalalulintasdijalan, melakukanauditjalan,pelaksanaanujitipekendaraanbermotor,penerbitanserti fikatujitipekendaraanbermotor,sertifikasikompetensipengujisuratizinmeng emudi,dantatacara berlalulintas.
Kemudianpengendaraberkewajibanmematuhiketertibandankeselam atan berlalu lintas yang termuat dalam Pasal 105 Undang- UndangNomor22Tahun 2009TentangLaluLintasdan AngkutanJalan:.30
Setiaporang yang menggunakanJalan wajib:
a. berperilakutertib;dan/atau b. mencegahhal-
29 pasal1ayat(2)dalamPeraturanPemerintahNomor37Tahun2017TentangKeselamatanLaluLintas DanAngkutanJalan
30LihatPasal 105 Undang-UndangNomor22Tahun 2009TentangLaluLintasdan AngkutanJalan
47 halyangdapatmerintangi,membahayakanKeamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas
danAngkutanJalan,atauyangdapatmenimbulkankerusakanJala n.
Sertapengendaraberkewajibanmematuhiketertibandankeselamatan berlalu lintas yang sebagaimana dalam Pasal 106 Undang- UndangNomor22Tahun2009TentangLaluLintasdanAngkutanJalan:
(1) SetiaporangyangmengemudikanKendaraanBermotordiJalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajardanpenuhkonsentrasi.
(2) SetiaporangyangmengemudikanKendaraanBermotordi Jalan wajib mengutamakan keselamatan Pejalan Kakidanpesepeda.
(3) SetiaporangyangmengemudikanKendaraanBermotordiJalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratanteknisdanlaikjalan.
(4) SetiaporangyangmengemudikanKendaraanBermotordiJalanwajib mematuhi ketentuan:
a. rambuperintahataurambularangan;
b. Marka Jalan;
c. AlatPemberiIsyaratLaluLintas;
d. gerakanLaluLintas;
e. berhentidanParkir;
f. peringatandenganbunyidansinar;
g. kecepatanmaksimalatauminimal;dan/atau
h. tata cara penggandengan dan penempelandengan
48 Kendaraan lain.
(5) PadasaatdiadakanpemeriksaanKendaraanBermotordiJalansetiapor angyangmengemudikanKendaraanBermotorwajib menunjukkan:
a. SuratTandaNomorKendaraanBermotoratauSurat TandaCoba Kendaraan Bermotor;
b. SuratIzinMengemudi;
c. buktilulusujiberkala;dan/atau d. tanda buktilain yang sah.
(6) SetiaporangyangmengemudikanKendaraanBermotorberoda empat
atau lebih di Jalan dan
penumpangyangdudukdisampingnyawajibmengenakansabukkesel amatan.
(7) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor tanpakeretasampingdilarangmembawaPenumpanglebihdari1(satu) orang.
2. SabukKeselamatan
Dalam pasal 1 ayat 1 Keputusan Menteri Perhubungan nomorKM 72 Tahun 2002 tentang Persyaratan Teknis Sabuk Keselamatan, yangdimaksuddengansabukkeselamatanadalahperangkatperalatanyangme rupakan bagian dan terpasang pada kendaraan bermotor, yang berfungsiuntuk mencegah benturan terutama bagian kepala dan dada dengan bagiankendaraan sabagai akibat perubahan gerak kendaraan
secara tiba-
49 tiba.31Padahakikatnya,sabukkeselamatansengajadiciptakanadalahuntukme ngatasikecelakaanlalulintasdanmeminimalisirangka kecelakaan.
Sabukkeselamatan adalahsebuahalatyang dirancang untukmenahanseorangpenumpangmobilataukendaraanlainnyaagartetapdi tempatapabilaterjaditabrakan,atau,yanglebihlazimterjadi,bilakendaraanitu berhentimendadak.Sabukkeselamatandirancanguntukmengurangilukaden ganmenahansipemakaidaribenturandenganbagian-
bagiandidalamkendaraanituatauterlempardaridalamkendaraannya.32 Mengenakan sabuk keselamatan merupakan bentuk suatu upayauntuk menahan gerak liar tubuh pengedara roda empat akibat tabrakan.Apabila dikenakan dengan baik, sistem sabuk keselamatan akan memaksapenggunanyaataupenumpangnyauntukmengubahkecepatangerak tubuhnya pada saat kecepatan gerak kendaraan juga mengalami perubahangerak secara tiba-tiba.33 Konsep tersebut tentunya akan memperpanjangwaktuperlambatankemudianpadaakhirnyamengurangiting katkeparahan cidera akibat dari kecelakaan kendaran roda empat.
Pencapaianbesarolehpenemusabukkeselamatan
31LihatKeputusanMentri
PerhubunganKM72Tahun2002.TentangPersyartanTeknissabukkeselamatan,pasal1ayat1diaksespa datanggal19mei2019
32Tri Apri Yanto. 2015.Penegakan Hukum Pasal 106 Ayat (6) Undang-Undang Nomor 22Tahun2009TentangLaluLintasdanAngkutanJalanOlehKepolisianSektorMandau.Pekanbaru.Jur nalOnlineMahasiswa.Vol.2No.1.FakultasHukum.UniversitasRiau.hal.2
33Berlian Kushari danpakorn aniwattakulchai. 2012. Pengaruh penggunaan sabuk pengamanpada pengemudi dalam kasus tabrakan fontal. Yogyakarta. Jurnal Transportasi. Vol.
12 No. 2.FakultasTeknik.Universitas IslamIndonesia.hal.140
50 dalamkendaraanbanyaksekalifungsi dari pada itu sehingga masyarakat
banyak yang mengabaikan
begitusaja.Misalnyaketikaterjadiperubahangerakkendaraansabukkeselama tanmenahanbadanagartidaksampaiterlemparkeluardarikendaraanrodaemp at.