• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadikan tantangan tersendiri bagi para pengelola tempat agrowisata.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadikan tantangan tersendiri bagi para pengelola tempat agrowisata."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agrowisata merupakan objek wisata yang memanfaatkan usaha alam (agro) menjadi objek wisata. Tentunya untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian, peternakan, perikanan. Dengan banyaknya tempat agrowisata yang ditawarkan di Indonesia, tentu saja menjadikan tantangan tersendiri bagi para pengelola tempat agrowisata.

Salah satu agrowisata di Jawa Tengah memiliki perkembangan yang cukup bagus, misalnya agrowisata Sondokoro yang terletak di Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar. Agrowisata Sondokoro ini sudah cukup terkenal karena dalam pengelolaannya cukup baik. Wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Sondokoro sangat menikmati atraksi yang disediakan dan itu salah satu strategi yang digunakan oleh pengelola Sondokoro untuk menarik wisatawan.

Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil kedua di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis, terletak diantara Bagian ujung timur 110. 57O BT, Bagian Ujung Sebelah Barat 110 42O BT, Bagian Ujung Sebelah Utara7 32O LS,Bagian Ujung Sebelah Utara 7 49O 32.00O LS. Dengan luas 46,666 Km2, atau 1,43% luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Adapun beberapa potensi wisata yang ada di Sukoharjo antara lain: Agrowisata Lembah Hijau, Pandawa Water World.

Batu Seribu, Pemandian Air Hangat Langenharjo, Karamba Waduk Mulur, dan sebagainya. (http://sukoharjokab.go.id/tentang-sukoharjo-2/geografis/, diakses 16 April 2015).

(2)

Salah satu tempat agrowisata di Kabupaten Sukoharjo adalah Agrowisata Lembah Hijau Multifarm di Mojolaban, Sukoharjo yang merupakan perpaduan antara dunia pendidikan, pariwisata dan teknologi yang meliputi pertanian, peternakan dan perikanan, yang dikembangkan secara modern . Terletak di daerah lumbung padi Jawa Tengah (Kabupaten Sukoharjo) sebuah tempat usaha yang juga menjadi tempat rekreasi dan juga pembelajaan menjadikan point interest tersendiri dari calon konsumen.

Keunggulan atau kekhususan pertanian organik yang bisa dipelajari oleh pengunjung antara lain tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air maupun udara, serta produnya tidak mengandung racun, tanaman organic mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non- organic, meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, karena pertanian organic menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos, dan pertanian organic dapat menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi.

Lembah Hijau Multifarm dapat digunakan sebagai sarana untuk merasakan kembali ketentraman kehidupan pedesaan, meninggalkan kebisingan kehidupan kota atau Back To Nature. Melalui keunikan yang dimiliki, kini agrowisata Lembah Hijau Multifarm mencoba untuk mengembangkan diri menjadi objek agrowisata yang akan lebih berkembang.

Dengan adanya Agrowisata Lembah Hijau Multifarm merupakan objek wisata yang mempunyai daya tarik wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestic atau umum, ada juga wisatawan yang datang untuk penelitian seperti

(3)

Pemerintahan, Universitas, dan sekolah-sekolah karena tanahnya yang subur dan proses pembuatan produk-produk seperti pupuk dan susu dengan bahan alami serta warga sekitar atau warga kota Solo yang datang untuk menikmati suasana alam yang ada di Lembah Hijau Multifarm. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke objek wisata agrowisata Lembah Hijau Multifarm dari berbagai kalangan ini menjadi suatu topik permasalahan yang dapat dibahas untuk meningkatkan kualitas pelayanan maupun produk yang dihasilkan di Lembah Hijau Multifarm.

Lembah Hijau Multifarm mempunyai 3 tempat lahan pertanian, peternakan, dan produksi. Diantaranya di Sragen untuk peternakan sapi yang mempunyai fasilitas mess untuk karyawan Lembah Hijau dan diberi nama Lembah Hijau Multifarm I, Mojolaban, Sukoharjo untuk proses produksi, peternakan, dan wisata diberi nama Lembah Hijau Multifarm II dan untuk di Solo digunakan sebagai kantor tempat penelitian barang masuk yang kemudian di produksi di Lembah Hijau Multifarm II. CV. Lembah Hijau Multifarm berubah status menjadi PT.

Lembah Hijau Multifarm dengan kantor pusat di Jl. Dr. Rajiman no. 200 Solo.

Lahan yang sering digunakan untuk penelitian dan berlibur adalah di Lembah Hijau Multifarm II yang berada di Desa Johor Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah karena lahannya yang luas dan fasilitas-fasititas penunjang untuk menarik wisatawan lebih memadai.

Pada tugas akhir Lipran Nababan 2014 mengutarakan data kunjungan di Lembah Hijau Multifarm tahun 2012 dan 2013 setiap harinya pengunjung yang datang untuk berwisata sekitar 25-100 orang lebih, sedangkan perbulan wisatawan yang berkunjung sekitar 1.200 orang.

(4)

Dalam bukunya I Gde Pitana dan I Putu G. Gayatri berjudul “Sosiologi Pariwisata”, menjelaskan ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan di atas yang meliputi antara lain:

1. Karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial, ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman sebelumnya), maupun karakteristik perilaku (seperti motivasi, sikap, dan nilai yang dianut).

2. Kesadaran akan manfaat perjalanan, pengetahuan atas destinasinyang akan dikunjungi, citra destinasi.

3. Gambaran perjalanan, yang meliputi jarak, lama tinggal di daerah tujuan wisata, kendala waktu dan biaya, bayangan akan risiko, ketidakpastian, dan tingkat kepercayaan terhadap biro perjalanan wisata.

4. Keunggulan daerah tujuan wisata, yang meliputi jenis dan sifat atraksi yang ditawarkan, kualitas layanan, lingkungan fisik dan sosial, situasi politik, aksebilitas, dan perilaku masyarakat lokal terhadap wisatawan.

Yang juga sangat penting terhadap salah satu atribut daerah tujuan wisata adalah citra (image) yang dimiliki.

Oleh karena itu berdasar data-data dan informasi di atas, maka Lembah Hijau Multifarm dirasa penting untuk diteliti profil wisatawannya. Serta sebagai masukan untuk pengelolaan Lembah Hijau Multifarm dalam meningkatkan wisatawan di luar Solo raya yang belum banyak mengetahui Lembah Hijau Multifarm.

(5)

B. Perumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah tersebut, maka untuk perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Daya tarik apa saja yang ada pada objek wisata Agrowisata Lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo?

2. Apa yang melatar belakangi wisatawan berkunjung ke Agrowisata Lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo?

3. Bagaimana pesan dan kesan wisatawan terhadap objek wisata Agrowisata Lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo?

4. Harapan apa saja bagi pengunjung terhadap objek wisata Agrowisata Lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah maka beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Mengetahui daya tarik apa yang ada di Agrowisata Lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo.

2. Mengetahui daerah latar belakang wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo.

3. Mengetahui harapan-harapan yang diinginkan oleh wisatawan terhadap objek wisata Agrowisata Lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo.

4. Mengetahui pesan dan kesan wisatawan terhadap objek Agrowisata lembah Hijau Mojolaban, Sukoharjo.

(6)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat praktis yaitu memberikan gambaran dan sebagai bahan pertimbangan yang ada untuk menentukan langkah-langkah yang diambil khususnya kunjungan wisatawan Agrowisata Lembah Hijau Multifarm Mojolaban, Sukoharjo. Bagi penulis berguna untuk menambah pengetahuan dibidang pariwisata khususnya mengenai wisatawan Agrowisata Lembah Hijau Multifarm Mojolaban, Sukoharjo.

E. Kajian Pustaka

Dalam bukunya Oka A. Yoeti berjudul “Ekowisata Berwawasan Lingkungan Hidup”, 2000 mengemukakan bahwa agrowisata merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan, perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.

Agrowisata telah diberi batasan sebagai wisata yang memanfaarkan objek- objek pertanian. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Perkebunan

Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang dilakukan oleh perkebunan besar swasta nasional ataupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan onjek wisata perkebunan dapat berupa praproduksi

(7)

(pembibitan, produksi, dan pasca produksi (pengelolaan dan pemasaran).

2. Tanaman pangan dan Holtikultura

Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan yang meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta holtikultura yakni bunga, buah, sayur, dan jamur-jamuran. Berbagai proses kegiatan mulai dari prapanen, pascapanen berupa pengelolaan hasil sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek wisata.

3. Perikanan

Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budi daya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata di antarannya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.

4. Peternakan

Daya tarik peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain pola bertenak, cara tradisional dalam peternakan, serta budi daya hewan ternak.

Dalam bukunya Ariyanto berjudul “Ekonomi Pariwisata”, 2005 menjelaskan ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata, tiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan ekonomi

Pendapat para ekonom mengatakan dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan dalam

(8)

menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan variable lainnya.

2. Pendekatan geografi

Sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan maupun yang karena suatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.

3. Pendekatan psikologi

Para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.

Faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Harga

Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon wisata, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.

2. Pendapatan

Apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin

(9)

tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada DTW jika dianggap menguntungkan.

3. Sosial Budaya

Dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.

4. Sospol (Sosial Politik)

Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan DTW dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka Sospol akan sangat terasa dampak/pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.

5. Intensitas Keluarga

Banyak/sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

6. Harga Barang Subtitusi

Disamping kelima aspek diatas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan Wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam

(10)

memenuhi syarat-syarat DTW sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).

7. Harga barang Komplementer

Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan Obyek Wisata lainnya.

Happy Marpaung dalam bukunya “Pengetahuan Kepariwisataan”, 2000 mengemukakan profil wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang berbeda yang berhubungan erat dengan kebebasan permintaan dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Adalah penting untuk dimengerti profil wisatawan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan perjalanan mereka dan untuk menyusun program prodmosi yang efektif.

Menurut Seaton dan Bennet dalam bukunya berjudul “The Marketing of Tourism Products”, 1996 mengemukakan gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor).

1. Trip Descriptor

Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi : perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya. Menurut Smith, 1995 menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar

(11)

kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi atau transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.

2. Tourist Descriptor

Memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan “Who wants what, why, when, where and how much?”. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Sosio-demografis

Menurut Kolter 1996 karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who wants what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya. Yang termasuk dalam karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut. Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga.

Menurut Seaton & Bennet dalam bukunya berjudul “The Marketing of Tourism Products”, 1996 pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio- demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata

(12)

yang dilakukan. Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada

“kemampuan”nya berwisata.

Menurut Smith selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa digunakan dalam mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis, psikografis dan tingkah laku (behavior).

b. Karakteristik geografis

Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran (size) kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut dan lain-lain.

c. Karakteristik psikografis

Sementara itu karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik personal.

Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda.

Multifarm adalah struktur multi-block ditambah kehutanan, digunakan untuk mengotomatisasi berbagai bentuk pertanian. Struktur ini lebih besar dan lebih rumit daripada pertanian kehutanan tua. (Sumber: http://ftbwiki.org/Multifarms, diakses pada 28 Juli 2015)

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris, agrotourism.

Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata atau kepariwisataan.

(13)

Agrowisata adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

Pengembangan Agrowisata atau desa wisata akan membangun komunikasi yang intensif antara petani dengan wisatawan. Harapannya petani bisa lebih kreatif mengelola usaha taninya sehingga mampu menghasilkan produk yang menyentuh hati wisatawan. Bila hasil pertanian (buah, sayur, daging, bunga, ikan) bisa diserap oleh hotel dan restoran dengan harga yang memadai tentu akan sangat membantu peningkatan pendapatan petani. (Sumber:

http://tugaspariwisata.blogspot.com/2011/08/definisi-agrowisata.html,diakses tanggal 28 Juli 2015).

Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya, serta sebagai sarana pendidikan.

Antara ecotourism dan agritorism berpegang pada prinsip yang sama.

Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menekankan serendah-rendahnya dampak negative terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.

b. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian.

c. Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama dengan unsure pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.

(14)

d. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, manajemen sumber daya alam dan kawasan yang dilindungi.

e. Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanaman-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.

f. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan social, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.

g. Berusaha untuk menyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampaui batas-batas social dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal.

h. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuhan- tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan

alam dan budaya. (Sumber:

https://toursmbali.wordpress.com/2013/03/10/definisi-agrowisata-dari- berbagai-perspektif-2/, diakses 28 Juli 2015).

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif-kualitatif yang menjelaskan data-data secara langsung yang diperoleh melalui pengamatan secata langsung pada objek yang diteliti.

(15)

1. Lokasi Penelitian

Agrowisata Lembah Hijau Multifarm II Desa Johor Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik:

a. Observasi

Menurut Nawawi dan Martini, 1991 observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sitimatik terhadap unsure-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung ketempat atau lokasi objek Agrowisata Lembah Hijau pada tanggal 22,24,25,26 April 2015 dan 4 Mei 2015.

b. Wawancara

Menurut Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000:85 wawancara adalah proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan reponden, yang disertai tanya jawab langsung dan jawaban- jawaban dicatat atau direkam.

Wawancara merupakan pengumpulan suatu data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pengelola untuk mendapatkan informasi secara lisan dari beberapa informan dengan tanya jawab beberapa wisatawan yang sedang berkunjung di

(16)

Agrowisata Lembah Hijau Multifarm. Adapun informan bisa dilihat di daftar informan.

c. Studi Pustaka

Adalah salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang relevan meliputi literature, referensi maupun buku-buku yang mendukung penelitian. Studi pustaka merupakan data pendukung yang dapat digunakan sebagai acuan pembahasab permasalahan penelitian baik segi instansi terkait maupun yang lain melaui buku-buku untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh sebagai bahan materi.

Dalam mencari data-data tersebut, peneliti mendapatkan data-data melalui buku-buku yang didapat dari perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret.

d. Metode Angket

Menurut Budiyono, 2003 metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Dalam penelitian ini menggunakan metode angket langsung yaitu dengan cara memberikan angket tersebut kepada responden. Data yang diperoleh melalui penyebaran angket kepada 100 wisatawan yang berkunjung ke Lembah Hijau dan data kunjungan wisatawan pada bulan Desember 2014-Januari 2015.

(17)

e. Metode Dokumen

Metode dokumen dilakukan dengan cara mengumpulkan data kunjungan wisatawan pada bulan Desember 2014 sampai Februari 2015

f. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan cara yaitu berkunjung langsung ke objek wisata untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan yang berupa gambar-gambar ataupun foto-foto yang diambil dari objek wisata Lembah Hijau itu sendiri.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif, penelitian yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis, factual, dan akurat, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki menurut Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000.

Setelah mengumpulkan data, dan selanjutnya menganalisis data dengan metode kualitatif yang disajikan secara deskriptif yaitu menguraikan apa yang ada dari permasalahan dalam penelitian. Pada tahap ini dikumpulkan data-data yang digunakan untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam rumusan masalah.

(18)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab satu, dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab dua, dalam bab ini membahas tentang Sukoharjo dan daya tarik wisatawannya, sekaligus membahas kondisi fisik dan sejarah Agrowisata Lembah Hijau Multifarm.

Bab tiga, dalam bab ini menguraikan tentang profil, motif, alasan wisatawan, aktivitas-aktivitas yang dilakukan, serta harapan-harapan dan pesan kesan wisatawan berdasarkan sosio-demografis, geografis, psikografis, dan behavioristik.

Bab empat, dalam bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan terhadap rumusan masalah yang dibahas dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang penelitian adalah masih disisipkanya latihan servis pada saat latihan main dan rendahnya penguasaan teknik servis atlet putri tingkat

Penambahan susu skim pada frozen yogurt yang berbahan dasar whey memberikan pengaruh terhadap total asam dan pH, sedangkan penambahan susu skim untuk total

Yang mana di antara berikut menyatakan tentang seseorang calon yang telah layak mendaftar sebagai jurutera profesional dengan Lembaga Jurutera Malaysia.. (a) Beliau

Keputihan adalah adanya cairan putih di mulut vagina (vagina discharge) 7.. Penyebabnya dikarenakan oleh efek progesteron merubah flora dan pH vagina, sehingga jamur mudah

benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan dengan Polis ini, dimana harta benda dan atau kepentingan tersebut sudah dijamin pula oleh satu atau lebih

Banyaknya fitur pada aplikasi Augmented Reality Mobile Navigation ini bisa dilihat dari tabel 2. Semua fitur tersebut bebas digunakan untuk siapapun karena tidak ada batasan

Proses pembukaan casting chamber menggunakan release valve telah meng- hasilkan gaya yang dapat memadatkan material propelan di dalam tabung cetakan yang tentunya

Berikut dibawah ini gambar user interface dari halaman form rekap absensi pada sistem informasi penggajian toko berkah gypsum purwasari:.